Sei sulla pagina 1di 9

Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh pada

Klien Kelemahan Pasca Sroke di RSUP Dr M Djamil Padang


Novi Herawati
Program Studi Keperawatan Solok Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
ophie_cut@yahoo.com

Abstract: Stroke is a clinical syndrome of neurological deficits, which can cause death and weakness. This
weakness will impact on the client's body image changes after stroke. The research purpose is to explore client
experiences pasca stroke weakness at changes in body image. Descriptive phenomenological qualitative
research design with in-depth interviews to 7 pasca stroke with weakness clients undergoing outpatient
neurology polyclinic of Dr. M. Djamil Padang City Hospital. Data were gathered in interview recording and
field note form, then transcribed and analized by Colaizzi’s techniques. This study identified eight themes
included the decrease in function and changes in the body's ability, emotional conflict to changes in the body,
changes in social activities, increased ability at changes in body image, external support at changes in body
image, coping strategies used for changes in body image, family support for healing and expectations for
recovery of the body. Results showed weakness affects the physical, psychological and social that potential to
cause psychosocial problems. Coping strategies that used, still might have a risk of maladaptive behavior. It can
be a condition of the psychosocial needs nursing care and therapy psychiatric nursing can be given proper. It is
expected nurse as nursing care providers can improve the role and function as counselors and nursing care
providers with caring.

Keyword: Changes in body image, Pasca Stroke, Weakness

Abstrak: Stroke merupakan sindrom klinis berupa defisit neurologis, yang dapat mengakibatkan kematian dan
kelemahan. Kelemahan ini akan berdampak pada perubahan citra tubuh klien pasca stroke. Tujuan penelitian
mengeksplorasi gambaran pengalaman klien kelemahan pasca stroke menghadapi perubahan citra tubuh. Desain
penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi dengan metode wawancara mendalam terhadap 7 klien pasca stroke
dengan kelemahan yang menjalani rawat jalan di poliklinik neurologi RS Dr. M. Djamil Padang. Data berupa
rekaman wawancara dan catatan lapangan, dibuat transkrip dan analisis menggunakan tekhnik Colaizzi. Hasil
penelitian didapatkan delapan tema, yaitu penurunan fungsi dan perubahan kemampuan tubuh, konflik emosi
terhadap perubahan tubuh, perubahan aktifitas sosial, peningkatan kemampuan diri menghadapi perubahan citra
tubuh, dukungan eksternal menghadapi perubahan citra tubuh, strategi koping menghadapi perubahan citra
tubuh, dukungan keluarga terhadap kesembuhan dan harapan terhadap pemulihan kondisi tubuh. Hasil
penelitian menunjukkan kelemahan berdampak terhadap fisik, psikologi dan sosial yang berpotensi
menimbulkan masalah psikososial. Penggunaan strategi koping juga masih ada yang beresiko perilaku
maladaptif. Hal ini dapat menjadi gambaran kebutuhan asuhan keperawatan psikososial dan dapat diberikan
terapi keperawatan jiwa yang tepat. Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan dapat
meningkatkan peran dan fungsinya sebagai konselor dan pemberi yankep yang caring.

Kata Kunci: Perubahan citra tubuh, pasca stroke, kelemahan

Stroke merupakan sindrom klinis penyebab kematian utama, dimana Sumatera


yang timbulnya mendadak, cepat, berupa Barat memiliki prevalensi stroke 10,6‰.
defisit neurologis yang berlangsung 24 jam Berbagai masalah yang mungkin
atau lebih, bisa juga langsung menimbulkan dialami oleh pasien pasca stroke diantaranya
kematian yang disebabkan gangguan kelumpuhan atau kelemahan, gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Stroke keseimbangan, gangguan berbicara atau
merupakan penyebab kematian nomor tiga di berkomunikasi, gangguan menelan dan
dunia setelah penyakit jantung dan kanker. gangguan memori (Mulyatsih, 2008).
Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Kelumpuhan ataupun kelemahan yang
Dasar tahun 2007 stroke justru merupakan dialami individu stroke akan berdampak

67
Herawati, Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh…

pada kemampuannya dalam melakukan mengekplorasi pengalaman secara langsung


kegiatan kesehariannya bahkan kebutuhan melalui interaksi antara peneliti dan peserta
yang sangat dasar sekalipun, seperti: makan, penelitian (partisipan) dalam penelitian dan
berpakaian, berkemih, kebersihan diri, dan mendeskripsikan tiap-tiap bagian dari
lainnya. Ketergantungan individu dengan fenomena yang ada secara bebas dari
stroke terhadap orang lain dalam melakukan fenomena yang belum tergali (Spiegerlberg,
aktifitas sehari-hari berdampak terhadap 1975 dalam Streubert & Carpenter, 2003).
kondisi psikologis pasien stroke. Partisipan pada penelitian ini adalah
Perubahan citra tubuh yang dialami klien pasca stroke dengan kelemahan yang
klien pasca stroke memberikan pengaruh menjalani rawat jalan di poliklinik neurologi
secara signifikan terhadap kehidupannya RS Dr. M. Djamil Padang, yang berjumlah 7
dimana terjadi penurunan yang signifikan orang. Tempat pengambilan datanya di salah
terhadap semua tindakan dan perilakunya satu ruangan yang kondusif yang disiapkan
yang juga berdampak besar pada harga oleh peneliti dan kepala ruangan di ruangan
dirinya (Keppel dan Crowe, 2000). poliklinik neurologi RS Dr. M. Djamil
Perubahan citra tubuh pada penderita stroke Padang. Namun ada partisipan ingin memilih
dengan berbagai respon yang tempat sendiri di lingkungan RS selama
ditimbulkannya akan berimbas pada tempat tersebut dapat memberikan rasa
terjadinya gangguan citra tubuh. Gangguan nyaman kepada partisipan maka peneliti
citra tubuh adalah distorsi persepsi, perilaku memenuhinya. Pengumpulan data
dan kognitif yang berhubungan dengan berlangsung Mei-Juni 2013.
perubahan ukuran atau bentuk tubuh yang Pengumpulan data dilakukan dengan
terjadi pada diri seseorang (Pimenta, et al, wawancara mendalam dilakukan selama 50-
2009). Gangguan citra tubuh merupakan 90 menit. Analisis data penelitian
salah satu masalah psikososial yang dapat menggunakan langkah-langkah analisis data
menjadi patologis pada individu dengan dari Colaizzi, (1978) dalam Polit & Beck
stroke bila tidak ditangani dengan tepat. (2006) dengan membaca semua transkrip,
Salah satunya adalah depresi yang sering membaca setiap transkrip dan menemukan
terjadi pada pasien stroke (Alspach, 2013; pernyataan signifikan, memberikan makna
Waluyo, 2009). Untuk itu perlu perhatian dan kategori-kategori yang sesuai,
dan tindakan preventif guna mencegah mengelompokkan kategori-kategori yang
terjadinya gangguan jiwa. sama untuk memunculkan tema,
mengintegrasikan deskripsi sesuai paparan
METODE dari partisipan terkait tema-tema,
Penelitian ini mengenai pengalaman merumuskan deskripsi lengkap,
perubahan citra tubuh yang dialami klien menyerahkan kepada partisipan hasil temuan
kelemahan pasca stroke. Desain penelitian yang diperoleh sebagai langkah validasi data.
menggunakan kualitatif dengan pendekatan
deskriptif fenomenologi. Metode deskriptif
fenomenologi yaitu penelitian kualitatif yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

67
Herawati, Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh…

Partisipan berjumlah tujuh orang, rincian karakteristik dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Kode Usia Agama Status Pendidikan Pekerjaan Kelemahan yang dialami


Perkawinan Terakhir
P1 58 tahun Islam Menikah SMA Pensiunan kaki dan tangan kiri
P2 57 tahun Islam Menikah SMA Pensiunan kaki dan tangan kiri
P3 57 tahun Islam Menikah SMA Wiraswasta kaki dan tangan kanan
P4 57 tahun Islam Menikah Diploma 3 Guru kaki dan tangan kiri
P5 50 tahun Islam Menikah SMP Tani kaki dan tangan kiri
P6 57 tahun Islam Menikah SMA Buruh kaki dan tangan kiri
P7 58 tahun Islam Menikah SD Tani kaki dan tangan kiri
“Kegiatan sehari-hari seperti mandi,
Didapatkan gambaran pengalaman berjalan, berpakaian semua dibantu” (P2)
perubahan citra tubuh klien dengan
kelemahan pasca stroke, meliputi: “….kalau biasanya suami yang aktif dengan
1. Gambaran respon dari pengalaman keadaan suami yang lemah tidak bisa
perubahan citra tubuh pada klien bergerak dengan bebas maka isteri yang
kelemahan pasca stroke harus aktif sekarang…supaya tetap
a. Penurunan fungsi dan perubahan harmonis dan kebutuhan
kemampuan tubuh terpenuhi….begitukan buk….itu kan
Salah satu manifestasi klinis dari kebutuhan normal ya buk.” (P4)
stroke yang paling umum terjadi
adalah kelemahan alat gerak. Dimanab. Konflik emosi terhadap perubahan tubuh
kelemahan alat gerak ini berdampak Konflik emosi yang diungkapkan pasrtisipan
pada penurunan fungsi dan diantaranya merasa tidak berharga, malu,
kemampuannya. Diantaranya sedih, marah, tidak berdaya, bosan dan
penurunan fungsi alat gerak, bingung, khawatir serta putus asa.
perubahan kemampuan tubuh dalam “….karena kelemahan ini saya tidak bisa
berespon, perubahan kemandirian, pergi kemana-mana sendiri melakukan
serta perubahan fungsi dan kualitas kegiatan seperti biasa, sering muncul
seksual. perasaan tidak berguna…” (P4)
“…..walaupun hanya berjarak 500
meter dari rumah bapak tapi karena “….sekarang jadi dipapah, aduh buk betul-
bapak lemah berdiri lama jadi semua betul malu rasanya dilihat orang dengan
susah buk…..” (P1) keadaan seperti ini….” (P7)
“Perasaan bapak gimana gitu buk….sedih
“…..nah bapak untuk membiasakan sekali…..tidak bisa melakukan kegiatan
tangan kiri ini untuk bergerak biar sehari-hari seperti dulu…..” (P3)
terlatih juga makanya dengan 2
tangan ini mengangkat “kalau kita memanggil isteri dan lama baru
gelas….antara tangan kanan dan menyahut dan menghampiri, bapak langsung
tangan kiri ini tidak sama terasa jadi marah dan setelah itu menetes aja air
panasnya, jadi tangan yang kiri ini mata menangis.” (P2)
kurang berasa panasnya buk….”
(P6) “…saya tidak ingin menyusahkan orang
terus, terutama isteri saya tapi saya bingung
ga tahu sampai kapan kondisi saya seperti
ini….” (P4)

69
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014: 86-93

b. Dukungan eksternal dalam menghadapi


“Saya merasa tidak hidup buk, saya perubahan citra tubuh
merasa kehidupan saya sudah Partisipan mengungkapkan pengalaman
berakhir dengan kejadian ini….….” mendapat bantuan lingkungan tentang
(P5) sumber kekuatan dalam menghadapi
kelemahan juga didapat dari luar dirinya.
c. Perubahan aktifitas sosial Antara lain dukungan orang yang
Perubahan aktifitas sosial ini meliputi bermakna sebagai sumber koping (antara
keterbatasan melakukan kontak lain keluarga dan kerabat) serta material
sosial, tidak mau bersosialisasi dan asset (berupa alat bantu mobilisasi dan
perubahan peran di masyarakat. finansial).
“…gimana mau pergi kesana-kemari “…Alhamdulillah buk, bapak punya
dengan kondisi begini…..ya di rumah anak dan isteri yang sangat mengerti
aja…”(P6) dengan keadaan bapak ini….” (P3)

“….lagian kalau keluar juga malu “…mereka (teman-teman dan tetangga)


sama orang, mending di rumah selalu memberikan semangat supaya
aja….”(P5) bapak tidak kalah dengan sakit
ini….”(P6)
“…otomatis pergaulan kita di
masyarakat juga tidak selancar dulu “…untung kami menggunakan
lagi….biasanya kita selalu yang jamkesmas jadi biaya tidak seberapa
diajak kalau ada kematian, sekarang yang harus ditanggung…”(P7)
tidak ada lagi yang mengajak
kita……” (P7) c. Strategi koping menghadapi perubahan
citra tubuh
2. Gambaran mekanisme koping yang Berbagai strategi koping yang digunakan
digunakan dan sumber koping klien oleh partisipan diantaranya ada yang
kelemahan pasca stroke yang mengalami dengan usaha mencari bantuan untuk
perubahan citra tubuh kesembuhan baik secara herbal alternatif
a. Peningkatan kemampuan diri dalam maupun medis, mencari dukungan
menghadapi perubahan citra tubuh spiritual, mencari makna kejadian, juga
Berdasarkan data yang didapatkan ada dengan penilaian pasif.
dari partisipan, ada dua cara yang ““…jadi ya bapak setiap pagi berjalan
dilakukan partisipan dalam hal ini sambil menginjak kerikil di depan
yaitu mencari informasi penyakit dan rumah. Katanya itu bisa membuat kaki
sikap positif untuk sembuh. bapak lebih cepat kembali sehat.” (P2)
“…bapak sering baca-baca koran
nyari informasi tentang penyakit “…ke RS saja, terapi 2 kali seminggu
bapak ini kalau asal sakit inikan dan kontrol 1 kali sebulan..” (P1)
termasuk dari makanan dan beban
fikiran buk….” (P2) “Ya buk….paling ya bapak
menyerahkan semuanya pada Allah,
“…bapak harus yakin bisa kembali kalau memang ini yang terbaik yang
beraktifitas seperti semula, harus dijalani ya dijalani dengan lapang
sehingganya bapak kembali dada…..toh Allah Maha Tahu yang
semangat dan rutin berobat ke rumah terbaik bagi hambaNya…” (P6)
sakit setiap awal bulan”(P3)
“…mungkin inilah satu-satunya jalan
yang harus bapak lalui supaya bapak

88
Herawati, Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh…

bisa istirahat….bebas dari rutinitas Harapan mendapatkan pelayanan yang


sehari-hari yang tidak kenal lebih baik dari petugas kesehatan dan
istirahat….itu hikmah dari keadaan harapannya terhadap diri sendiri merupakan
ini buk…”(P4) harapan yang ditujukan untuk pemulihan
tubuh. Pelayanan petugas kesehatan berupa
“…ini semua karena menantu saya memperoleh informasi edukasi mengenai
itu yang begitu tega ke anak saya panyakit dan harapan terhadap
sampai saya juga ikut kena meningkatnya sikap caring diungkapkan
getahnya…”(P5) partisipan sebagai hal yang penting dalam
pemulihan. Sedangkan terhadap diri sendiri
3. Gambaran kebutuhan dan harapan partisipan memiliki keinginan sembuh dan
dukungan yang diperlukan klien stroke kembali bekerja.
saat menghadapi perubahan citra tubuh “kalau petugas kesehatan dukungannya
yang dialaminya supaya pasien seperti bapak diberi
a. Dukungan keluarga terhadap penjelasan tentang penyakitnya biar jadi
kesembuhan tahu lebih banyak….”(P1)
Tingkat ketergantungan yang tinggi
terhadap keluarga dalam melakukan “…Bapak ingin cepat kembali seperti
kegiatan sehari-hari membuat semula, tidak menyusahkan lagi…”(P2)
partisipan menganggap dukungan
keluarga merupakan hal yang sangat “Kalau harapan ditanya buk …bapak ingin
dibutuhkan menuju kesembuhan. bisa melakukan semua pekerjaan yang
Perawatan yang telaten dan sikap biasa bapak lakukan lagi….”(P6)
positif keluarga berdampak besar
bagi klien. Tema penurunan fungsi dan
“…terhadap keluarga bapak perubahan kemampuan tubuh
merasakan sekali kelemahan ini Sesuai hasil penelitian Kwon (2006)
sangat merubah keseharian bapak, terhadap 151 pasien stroke yang masih
dukungan kehadiran ibu dan anak menjalani rawat jalan, bahwa 50% partisipan
selalu mengantar berobat seperti mengalami gangguan alat gerak dan 12 orang
saat ini dan penyemangat dalam mengalami mati rasa. Begitu juga penelitian
menghadapi saat sulit pertama kali Ratnasari (2012) didapatkan 95% mengalami
merasakan kelemahan ini…..”(P1) tingkat ketergantungan, dimana 30% dengan
ketergantungan sebagian, 45% sangat
“Kalau terhadap keluarga tergantung dan 20% ketergantungan total.
harapannya jangan sampai ada Sjogren,et al (1983) dalam Daniel, et al
keluarga yang menelantarkan (2009) mengenai aktifitas seksual pada
keluarganya yang seperti bapak pasien stroke didapatkan bahwasanya terjadi
ini….karena di saat-saat seperti penurunan dorongan seksual, frekuensi
inilah keluarga sangat berarti bagi hubungan dan durasi foreplay serta
kita….kalau lagi senang jangankan hubungan seksual yang nyata.
keluarga buk, oranglain aja bisa jadi
keluarga terhadap kita…tapi kalau Tema konflik emosi terhadap perubahan
lagi sakit seperti ini kesabaran tubuh
keluarga benar-benar diuji Sejalan dengan hasil penelitian
buk….…”(P6) kualitatif oleh Kariasa, dkk (2009) yang juga
mengidentifikasi respon psikologis yang
beragam pada klien stroke diantaranya malu,
b. Harapan pemulihan kondisi tubuh marah, sedih. Kondisi psikologis yang juga
umum dialami oleh individu dengan stroke

89
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014: 86-93

ini dapat berupa labilitas emosional, pasien stroke menarik diri dari kehidupan
bermusuhan, frustasi, dendam dan kurang sosial. Hal ini perlu ditindaklanjuti oleh kita
kerjasama (Smeltzer & Bare, 2008). Easton, sebagai perawat untuk memulihkan fungsi
Hafsteinsdottir & Grypdonck (1997) dalam sosial klien.
Brauer, Schmidt & Pearson, (2001) juga Tema peningkatan kemampuan diri
mengungkapkan adanya frustasi yang dalam menghadapi perubahan citra tubuh
persisten, marah dan depresi yang muncul Hal ini sesuai dengan paparan Pallesen
pada pasien stroke. Hal ini terbentuk sebagai (2012) bahwasanya dengan pendekatan
akibat akumulasi rasa sejahtera yang tidak optimis pada diri sendiri untuk hidup dapat
tercapai dan kondisi yang tidak lagi utuh. menyebabkan individu meningkatkan
Kelemahan sebagai bentuk pembelajaran lanjutan tentang kemampuan
kehilangan aspek diri yang nyata atau actual dan keterbatasan, untuk pengembangan
loss. Sebagaimana teori kehilangan Kubbler keterampilan baru dan penciptaan dari
Ross (1969) bahwa setiap kehilangan akan identitas diri yang baru setelah stroke.
menimbulkan berbagai proses tahapan Sehingga kemampuan diri meningkat seiring
respon dari individu yang bersangkutan, dengan peningkatan pemulihan.
yaitu denial, angry, bargaining, depression Tema dukungan eksternal dalam
dan acceptance. Respon kehilangan yang menghadapi perubahan citra tubuh
tidak ditangani dengan baik akan Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
menimbulkan perasaan berduka dan kualitatif Wurtiningsih (2012) bahwa
kehilangan yang berkepanjangan. Akibat dukungan yang diberikan keluarga dapat
lanjutnya akan beresiko menimbulkan berupa dukungan informasional, emosional,
berduka disfungsional. Hal ini perlu instrumental dan penghargaan. Walaupun
mendapatkan perhatian dalam memberikan tidak semua dukungan ini teridentifikasi dari
asuhan keperawatan. partisipan pada penelitian ini, yaitu
dukungan informasional, tetapi tiga dari
Tema perubahan aktifitas sosial empat tema dukungan keluarga ini terdapat
Hal ini senada dengan penelitian dalam penelitian ini. dimana dukungan
kualitatif Handayani dan Dewi (2009) bahwa emosional diperoleh dengan sikap keluarga,
pasien pasca stroke aktifitas sosialnya dukungan instrumental diperoleh dengan
menjadi berkurang, bahkan ada yang sudah mengantar saat berobat atau terapi,
tidak pernah lagi keluar rumah untuk penghargaan diberikan dengan menunjukkan
mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan. sikap keluarga yang merawat klien stroke
Begitu juga dengan hasil studi Niemi, et al dengan sebaiknya.
(1988) dalam Daniel,et al (2009) juga Sesuai dengan falsafah gotong
melaporkan bahwa stroke memiliki royong, saling mendukung di saat ada yang
konsekuensi terhadap kegiatan sosial dimana kesusahan dapat mempererat tali
terjadi kerusakan atau penurunan pada persaudaraan. Begitu juga dengan klien
aktifitas sosialnya. Penelitian lainnya oleh kelemahan akibat stroke ini, dengan adanya
Salter, et al (2008) yang senada dengan hasil dukungan dari kerabat sekitar dapat
penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meminimalisir kondisi beban yang
isolasi sosial sebagai salah satu tema dalam dirasakannya. Ketersediaan dan pemanfaatan
penelitian kualitatifnya. materi ataupun sarana yang ada disekitar
Pada penelitian ini klien stroke rasa partisipan dapat merupakan faktor
malu dengan perubahan kondisi tubuhnya pendukung atau support system dapat
membuatnya enggan untuk keluar rumah, meningkatkan motivasi partisipan menuju
tidak mau bertemu dengan orang lain. Juga pemulihan.
keterbatasan dalam mobilisasi membuat
klien merasa untuk bergerak memerlukan Tema strategi koping menghadapi perubahan
usaha yang sangat besar. Hal ini membuat citra tubuh

90
Herawati, Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh…

Pengalaman partisipan dalam sifatnya semantara atau jangka pendek. Bila


menghadapi perubahan citra tubuhnya penggunaannya dalam waktu cukup lama
diantaranya dengan usaha mencari bantuan akan dapat menimbulkan perilaku
untuk kesembuhan baik itu upaya herbal maladaptif, yang beresiko timbulnya masalah
alternatif ataupun medis, mencari dukungan psikososial pada diri orang tersebut.
spiritual, mencari makna kejadian dan
penilaian pasif. Sebuah penelitian kualitatif Tema dukungan keluarga terhadap
yang dilakukan Sibbritt, et al, (2012) di kesembuhan
Thailand terhadap pasien stroke Penelitian oleh Mant, et al (2004)
menunjukkan bahwa penggunaan rejimen menyatakan bahwa dukungan keluarga
pengobatan multimodal melibatkan pijat sangatlah efektif bagi pasien pasca stroke
tradisional Thailand, pengobatan herbal dan untuk melakukan perawatan di rumah. Hal
terapi fisik dapat meningkatkan rehabilitasi ini senada dengan penelitian yang dilakukan
pasien stroke. Hal ini senada dengan oleh Teraoka (1992) bahwa keterlibatan
penelitian yang dilakukan oleh Maclean, et al keluarga sangat penting pada pasien stroke
(2000) mengenai terapi rehabilitatif yang karena perawatan pasien stroke lebih banyak
diikuti oleh pasien stroke di rumah sakit dan lebih lama dilakukan di rumah.
menunjukkan bahwa salah satu motivasi Pemulihan pasien secara langsung berkaitan
partisipan mengikuti program pengobatan dengan kemampuan perawatan yang
medis ingin mampu berjalan kembali. diberikan oleh keluarga. Sehingga keluarga
Sesuai dengan penelitian Smith perlu mendapatkan informasi dan edukasi
(2002) bahwa peristiwa kehidupan yang sulit terkait kondisi kelemahan pasca stroke ini.
seperti stroke dapat mendorong pasien untuk
menguji kembali aspek-aspek spiritual dari Tema harapan pemulihan kondisi tubuh
kehidupan, dan tantangan terkai stroke dapat Hasil penelitian ini menggambarkan
meningkatkan pertumbuhan dan partisipan berharap mendapatkan pelayanan
perkembangan rohani. Karena pengalaman yang lebih baik dari petugas kesehatan, baik
yang mengubah hidup pasien stroke, berupa memperoleh informasi dan edukasi
praktek-praktek spiritual dapat membantu tentang penyakitnya dan harapan terhadap
pasien dalam menemukan makna dan meningkatnya sikap caring. Sedangkan
keutuhan melalui keyakinan yang mereka harapan partisipan terhadap dirinya sendiri
miliki. Strategi koping aktif dan positif yaitu keinginan sembuh dan keinginan
reframing paling sering digunakan pasien kembali bekerja.
dengan stroke meurut penelitian Gillen Perawat sebagai pemberi pelayanan
(2006) terhadap 16 orang pasien stroke. kesehatan perlu untuk menyadari persepsi
Penilaian pasif sebagai strategi pasien pasca stroke terhadap keinginannya
koping yang dilakukan partisipan yaitu sikap untuk pulih, untuk menginformasikan
pesimis, kepasrahan diri, menarik diri dan tentang bagaimana perawatan pasien
menyalahkan orang lain. Penggunaan strategi tersebut, serta memberikan pendidikan dan
koping sesuai dengan hasil penelitian ini konsultasi terhadap pasien. Perawat memiliki
terlihat bahwa masih ada partisipan yang kesempatan untuk terlibat dengan pasien dari
menggunakan mekanisme koping emotional awal terjadinya serangan stroke untuk
focused. Mekanisme koping emotional pengembalian kondisi pasien, membantu
focused merupakan strategi koping yang pasien untuk mendapatkan kembali
digunakan untuk mengurangi tekanan kemerdekaan dan kembali ke kehidupan
emosional (Stuart, 2009). Hal ini berarti yang bermakna (Hartigan, et al, 2010).
bahwa strategi koping ini bukan Sejalan dengan penelitian kualitatif
menyelesaikan masalah tetapi hanya Tutton,et al (2012) di Inggris diidentifikasi
mengurangi tekanan emosional, dimana empat tema, yang salah satu diantaranya
hanya efektif untuk penggunaan yang adalah harapan untuk pemulihan. Harapan itu

91
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014: 86-93

diungkapkan partisipan sebagai keinginan Brauer, D.J., Schmidt, B.J., & Pearson, V.
yang kuat untuk sembuh, kembali normal. (2001). A framework for care during the
stroke experience. Proquest nursing &
KESIMPULAN DAN SARAN Hllied Health source rehabilitation
Terdapat delapan tema untuk nursing, 24 (3). 88-93.
menjawab tiga tujuan khusus pada penelitian Daniel, K., Charles, D.A., Wolfe,
ini. Delapan tema tersebut adalah 1) MD., Markus, A., Busch, M.D.,
penurunan fungsi dan perubahan kemampuan Christopher, M. (2009). What Are the
tubuh 2) konflik emosi terhadap perubahan Social Consequences of Stroke for
tubuh 3) perubahan aktifitas sosial 4) Working-Aged Adults? A Systematic
peningkatan kemampuan diri dalam Review. Journal of American Heart
menghadapi perubahan citra tubuh 5) Association. 40: 431-440.
dukungan eksternal dalam menghadapi Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan
perubahan citra tubuh 6) strategi koping Nasional 2007: Riset kesehatan dasar
menghadapi perubahan citra tubuh 7) tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian
dukungan keluarga terhadap kesembuhan 8) dan Pengembangan Kesehatan Depkes
harapan terhadap pemulihan kondisi tubuh. RI.
Respon psikososial yang Gillen. G., (2006). Coping During Inpatient
diungkapkan partisipan menunjukkan Stroke Rehabilitation: An Exploratory
perlunya intervensi focus psikososial sebagai Study. American Journal of
perawat jiwa. Sehingga dapat diberikan Occupational Therapy. March/April
intervensi seperti meningkatkan aspek positif 2006 vol. 60 no. 2 :136-145
yang dimilikinya pada klien pasca stroke Handayani, D.Y., & Dewi, D.E. (2009).
dengan harga diri rendah dan terapi spesialis Analisa kualitas hidup penderita dan
berupa cognitive therapy dan cognitive keluarga pasca serangan stroke (dengan
behavior therapy. Berdasarkan perubahan gejala sisa). Purwokerto: Universitas
aktifitas sosial yang dialami perlu Muhammadiyah. Tidak dipublikasikan
membentuk self help group pada kelompok Hartigan, I., O’Connell, E., McCarthy, G.,
pasca stroke yang melakukan pengobatan O'Mahony, D., (2011). First time stroke
rutin ke rumah sakit setiap bulannya. Dimana survivors' perceptions of their health
kelompok ini nantinya dapat menjadi sarana status and their goals for recovery.
untuk berhubungan sosial dan saling International Journal of Nursing and
memberikan dukungan, pengalaman koping Midwifery. Vol. 3(1), pp. 22-29.
dalam menghadapi perubahan citra tubuh Kariasa, I. M., dkk (2009). Persepsi pasien
yang dialaminya. Petugas kesehatan pasca serangan stroke terhadap kualitas
khususnya perawat perlu memberikan hidupnya dalam perspektif asuhan
komunikasi informasi edukasi (KIE) terkait keperawatan. FIKUI. Tidak
dengan masalah kelemahan yang dialami dipublikasikan
klien pasca stroke serta perlunya petugas Keppel, C. C., & Crowe, S. F. (2000).
kesehatan lebih mengoptimalkan perannya Changes to Body Image and Self-esteem
dengan sikap caring sebagai pemberi following Stroke in Young Adults.
layanan kesehatan. Bagi peneliti selanjutnya Neuropsychological Rehabilitation: An
dapat dilakukan penelitian kuantitatif terkait International Journal, 10 (1).
dukungan keluarga dan kualitatif terkait Kwon, S.C., Choi, J.M., Kwon, S.U., Kang,
pengalaman manajemen beban yang D.W., & Kim, J.S. (2006). Factors that
dilakukan keluarga. Affect the Quality of Life at 3 Years
Post-Stroke. Journal Clinical Neurologi,
2(1): 34–41.
DAFTAR PUSTAKA Maclean, N., Pound, P., Wolfe, C., Rudd, A.,
(2000). Qualitative analysis of stroke

92
Herawati, Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh…

patients motivation for rehabilitation.


BMJ ;321:1051
Mulyatsih, E. (2008). Petunjuk perawatan
pasien pasca stroke di rumah. Jakarta:
Balai penerbit FKUI

Pallesen, H. (2012). Body, coping and self-


identity, A qualitative 5-year follow-up
study of stroke. Jurnal Disability and
Rehabilitation.
Polit & Beck. (2006). Essentials of Nursing
research: Methods, appraisal, and
utilization. 6th edition, Philadelphia;
Lippincott Williams & Wilkins.
Ratnasari, Pepy (2012). Hubungan antara
tingkat ketergantungan activity daily
living dengan depresi pada pasien stroke
di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang:
Stikes Telogorejo. Tidak dipublikasikan
Salter, K., Hellings, C., Foley, N., Teasell,
R., (2008). The experience of living with
stroke: a qualitative meta-synthesis.
Journal Rehabilitation Medicine. 40:
595–602.
Sibbritt, D., Pamela, R., Dedkhard, S.,
Srithong, K., (2012). Rehabilitation of
stroke patients using traditional Thai
massage, herbal treatments and physical
therapies. Journal of Chinese Integrative
Medicine: Volume 10
Smith, GR., (2002). Prayer after Stroke Its
Relationship to Quality of Life. Journal
of holistic Nursing. Vol 20 no. 4: 352-
366.
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice
of Psychiatric Nursing. 9th ed. Missouri:
Mosby Elsevier
Teraoka, J., (1992). Family Support and
Stroke Rehabilitation. The Western
Journal of Medicine
Wurtiningsih, B., (2012). Dukungan
keluarga pada pasien stroke di ruang
saraf RSUP Dr Kariadi Semarang.
Medica Hospitalia. Vol 1 (1). 57-59

93

Potrebbero piacerti anche