Sei sulla pagina 1di 17

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra

Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna


Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

IDENTIFICATION OF JATAKA STORIES


IN THE BUDDHIST’S CANDIS OF CENTRAL JAVA
(A Semiotic Study of Reliefs in the Candi Sojiwan, Mendut, and Borobudur)

Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna


Prodi Dharma Acarya, STAB Kertarajasa
E-mail: santacitto@gmail.com; arieyan@gmail.com; rakayindra44@gmail.com

Abstract: The story of the past life of Buddha Gotama has become one of
the most important discussions in Buddhist philosophy. The stories of his life
are recorded in the Pāli Canon mainly in the Jātaka texts (birth stories of the
Buddha). Jataka stories have obtained popularity in ancient times in Buddhist
countries such as India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand and even Indonesia.
Its reputation appeared from many Jātaka stories are being put into Buddhist
art and architecture. In Indonesia, Jataka stories are found among reliefs on
the walls of Candi Buddhist, such as Candi Sojiwan, Mendut and Borobudur.
However, at present time there is no books that tries to discuss Jātaka story
carved on the walls of these temples thoroughly and systematically. This
research tries to identify reliefs of Jātaka found in three Candi that are
located in Central Java namely Candi Sojiwan, Mendut and Borobudur. The
theory used in this research is Semiotics theory of Charles Shanders Pierce.
This theory is used to interpret the signs contained in the reliefs of the Candi
by using triangle of meaning ie., interpretan (researchers), objects (reliefs on
the three Candi) and signs. Within the sign there are three things being
analized namely icons, indexes and symbols. In relation to icon, the
researcher identifies the images on the relief as they are. Then, in indexes,
the researcher interpret images that have been identified in accordance with
the existing context. For example, the icon that reveals the images of
humans, crowns, and jewelry shows that someone who wore the crown and
jewelry was identified as a high standing one or even a king. Because these
three Candi are Buddhist temples, the symbols given is ofcourse tend to
Buddhist context. When certain reliefs are identified to have represented
certain Jātaka stories, they are considered objects that symbolize the Jātaka
story. In this research there are 109 panel reliefs from three Candi that have
been successfully studied. Among 109 panel reliefs there are 38 panels
indentified as representing Jātaka stories. In Candi Sojiwan there are found
20 panel reliefs but only 8 panels have been identified telling the story of
Jātaka. From 45 panels, 15 panel reliefs in Candi Mendut have been found to
represent the Jātaka story. Meanwhile, 230 panel reliefs in Borobudur temple
were then reduced to 44 panels and 15 are successfully identified to have
links to Jātaka stories.
Keywords: Jātaka, Candi, Semiotic
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
1
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

IDENTIFIKASI KISAH-KISAH JĀTAKA


DI CANDI-CANDI BUDDHIS JAWA TENGAH
(Sebuah Kajian Semiotika pada Relief di Candi Sojiwan, Mendut, dan Borobudur)

Abstrak: Kisah kehidupan lampau Buddha Gotama telah menjadi salah satu
pembahasan penting dalam filsafat agama Buddha. Kisah-kisah kehidupan
beliau tercatat di dalam Kanon Pāli terutama dalam teks Jātaka (birth stories
of the Buddha). Kisah-kisah Jātaka telah mengalami popularitas pada zaman
kuno di negara-negara Buddhis seperti India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand
dan bahkan Indonesia. Reputasinya tampak dari banyaknya cerita Jātaka
yang dituangkan dalam seni dan arsitektur Buddhis. Di Indonesia sendiri
kisah-kisah Jātaka tertuang pada relief di dinding candi-candi Buddhis,
seperti candi Sojiwan, Mendut, dan Borobudur. Namun demikian, saat ini
tidak ada buku yang telah mencoba membahas kisah Jātaka yang terpahat
pada dinding candi-candi ini secara menyeluruh dan sistematis. Penelitian ini
mencoba untuk mengidentifikasi kisah-kisah Jātaka pada relief di tiga candi
yang berlokasi di Jawa Tengah yakni Sojiwan, Mendut, dan Borobudur.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Semiotika Charles
Shanders Pierce. Teori ini digunakan untuk menafsirkan tanda-tanda yang
terdapat pada relief di candi-candi tersebut dengan menggunakan segitiga
makna (triangle of meaning) yakni interpretan (peneliti), objek (relief-relief
pada tiga candi) dan tanda. Dalam tanda terdapat tiga hal yang dikaji yakni
ikon, indeks dan simbol. Berhubungan dengan ikon peneliti mengidentifikasi
gambar-gambar di relief sebagaimana adanya. Selanjutnya dalam indeks
gambar-gambar yang sudah teridentifikasi dimaknai oleh peneliti sesuai
dengan konteks yang ada. Misalnya, ikon yang menampakkan ada gambar
manusia, mahkota, dan perhiasan menunjukkan bahwa seseorang yang
mengenakan mahkota dan perhiasan tersebut diidentifikasi sebagai seorang
bangsawan atau bahkan seorang raja. Disebabkan tiga candi ini merupakan
candi Buddhis, simbol yang diberikan tentunya cenderung pada konteks
Buddhis. Apabila pada relief tertentu teridentifikasi telah merepresentasikan
kisah Jātaka tertentu, maka relief tersebut dianggap sebagai objek yang
menyimbolkan kisah Jātaka. Dalam penelitian ini terdapat 109 panel relief
tiga candi yang telah berhasil dikaji. Dari 109 panel relief tersebut terdapat
38 panel yang teridentifikasi merepresentasikan kisah-kisah jātaka. Pada
candi Sojiwan terdapat 20 panel relief namun hanya 8 panel relief yang
teridentifikasi telah mengisahkan cerita Jātaka. Dari 45 panel, 15 panel relief
yang terdapat di candi Mendut ditemukan telah merepresentasikan kisah
Jātaka. Sementara itu, 230 panel relief di candi Borobudur yang kemudian
direduksi menjadi 44 panel dan berhasil diidentifikasi 15 panel relief yang
memiliki hubungan dengan kisah-kisah Jātaka.
Kata kunci: Jātaka, Candi, Semiotika.
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
2
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

PENDAHULUAN Kisah-kisah Jātaka tampaknya


Secara harfiah, seperti yang pernah mengalami popularitas
disebutkan dalam kamus yang pada zaman kuno di negara-negara
disusun oleh Rhys David dan Buddhis seperti India, Sri Lanka,
William Stede (1997:281) “Pāli- Myanmar, Thailand dan bahkan
English Dictionary”, istilah Indonesia. Kisah-kisah Jātaka
“jātaka‟ diartikan sebagai telah digunakan sebagai media
“belonging to what has been untuk pembabaran ajaran Buddha
born” yang dapat diterjemahkan terutama kepada masyarakat
“hal yang berhubungan dengan umum baik kaum intelektual
apa yang telah dilahirkan”. Arti maupun non-intelektual. Hal ini
pernyataan ini merujuk kepada terlihat pada fakta di mana kisah-
kisah-kisah kelahiran. Ini mengacu kisah Jātaka merupakan cerita-
kepada kisah-kisah kelahiran cerita Buddhis yang paling sering
lampau Bodhisatta. Agama ditemukan di dalam seni dan
Buddha sekte Theravāda sendiri arsitektur Buddhis. Biasanya,
memiliki kitab yang bernama mereka tertuang dalam bentuk
Jātaka. Kitab ini berisi syair-syair pahatan-pahatan di relief-relief
yang dipercaya diucapkan oleh bangunan Buddhis baik di dinding
Sang Buddha. Kisah-kisah stupa, candi, maupun di gapura
kelahiran lampau Bodhisatta tidak dan juga tertuang dalam bentuk
diceritakan dalam kitab Jātaka ini, gambar (paintings). Sebagai
namun justru di kitab komentarnya contoh, di India kisah-kisah Jātaka
(Jātaka Atthakathā). Seperti yang ditemukan di stupa-stupa terkenal
ditemukan di kitab ini, terdapat seperti Bhārhut, Sañci dan
547 kisah kelahiran lampau Amarāvatī (Seckel dalam
Bodhisatta (Cowell, 2003:305). Encyclopedia of Buddhism Vol.
Dalam kisah-kisah ini, tidak hanya III, 1971: 487). Bahkan, dikatakan
Bodhisatta terlahir sebagai bahwa kisah-kisah Jātaka yang
manusia dalam kelahiran- dipahatkan di stupa Bhārhut
kelahiran yang lampau, tetapi masing-masing memiliki judul
terkadang terlahir sebagai dewa, kisahnya (Kulasuriya dalam
brahma, bahkan sebagai binatang. Encyclopaedia of Buddhism Vol.
Kitab Buddhis lain yang VI, 1996:8). Sementara itu, kisah-
menceritakan kisah-kisah kisah Jātaka yang tertuang dalam
kelahiran lampau Bodhisatta bentuk gambar ditemukan dalam
adalah Jātakamala. Buku ini jumlah masif di gua-gua Ajanta di
ditulis dalam bahasa Sansekerta, India (Sivaramamurti dalam
dan dipercaya disusun oleh Arya Encylopaedia of Buddhism Vol. I,
Sura (Speyer, 1895:xvi). Terdapat 1965:300-11).
34 kisah kelahiran lampau Popularitas kisah-kisah Jātaka
Bodhisatta dalam buku ini. sebagai media pembabaran ajaran
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
3
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Buddha melalui seni dan pada candi-candi Buddhis di Jawa


arsitektur Buddhis barangkali Tengah. Namun demikian,
disebabkan karena pesan-pesan pemaparan yang dituangkan
yang tertuang dalam kisah- biasanya diberikan secara umum,
kisahnya mudah dipahami oleh karena memang bukan tema yang
semua kalangan. Hal ini berbeda difokuskan. Artinya, buku-buku
halnya apabila ajaran Buddha ini pada umumnya hanya menguak
diberikan melalui pendekatan keberadaan kisah-kisah Jātaka
filsafat yang mendalam. Dalam pada relief di candi-candi ini,
sejarah agama Buddha di tanpa misalnya menunjukkan
Indonesia sekitar abad ketujuh kisah-kisah Jātaka melalui gambar
pada masa kejayaan Dinasti langsung yang didapat dari relief-
Syailendra, pembabaran ajaran relief yang ada. Di samping itu,
Buddha tampaknya juga dalam buku tertentu misalnya,
menggunakan pendekatan yang meskipun kisah-kisah Jātaka telah
sama, yakni dengan menuangkan disinggung, tidak semua kisahnya
kisah-kisah Jātaka pada relief disebutkan. Sebagai contoh,
candi-candi Buddhis di Jawa Soekmono (1976) dalam bukunya
Tengah, seperti Borobudur, yang berjudul “Chandi Borobudur
Mendut, Sojiwan. A Monument of Mankind”
Permasalahan yang dihadapi menjelaskan keberadaan kisah-
saat ini adalah kisah-kisah Jātaka kisah Jātaka yang terdapat pada
yang terpahat di dinding candi- relief di Candi Borobudur, namun
candi Buddhis di Jawa Tengah di buku ini pun, hanya beberapa
hingga saat ini belum kisah Jātaka yang disebutkan.
terdokumentasi secara menyeluruh Pemaparannya juga dijelaskan
dan sistematis dalam bentuk secara singkat. Salah satu kisah
penelitian, kajian maupun buku- Jātaka yangterkenal di banyak
buku populer. Memang tidak bangunan Buddhis di dunia yang
dapat dipungkiri bahwa beberapa juga tampak di salah satu dinding
buku mengenai candi-candi Candi Borobudur yakni
Buddhis di Jawa Tengah telah Mahākapijātaka tidak disebutkan
ditulis oleh beberapa sarjana. sama sekali di buku ini. Miksic
Namun demikian, kajian secara dalam bukunya “Borobudur
khusus dalam bentuk penulisan Golden Tales of the Buddha” juga
ilmiah yang fokus mengakui bahwa beberapa kisah-
mengidentifikasi dan membahas kisah pada relief di Candi
kisah-kisah Jātaka yang terdapat di Borobudur belum teridentifikasi
candi-candi ini belum pernah (1997:71). Selain itu, dalam
dilakukan. Memang dalam buku- sebuah buku yang berjudul
buku tersebut telah dibahas “Kraton Ratu Boko – A Javanese
beberapa kisah Jātaka yang ada Site of Enigmatic Beauty”, buku
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
4
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

yang disusun oleh banyak pihak mengkaji penelitian ini di candi


dan dicetak oleh The Government Sojiwan, Mendut, dan Borobudur
of the Republic of Indonesia yang terletak di provinsi Jawa
hanya menyebutkan keberadaan Tengah.
beberapa kisah Jātaka di Candi Teori yang digunakan pada
Sojiwan tanpa penelitian ini adalah teori
mengidentifikasikannya secara Semiotika Charles Shanders
jelas meskipun candi ini juga Pierce (Kriyantono, 2009: 264).
menjadi salah satu topik Semiotika merupakan sebentuk
pembahasan di buku ini hermeneutika yakni nama klasik
(2015:120-23). Padahal, diketahui untuk studi mengenai penafsiran
bahwa di candi ini terdapat banyak sastra (Stokes, 2007:76). Secara
relief yang menggambarkan kisah- harfiah semiotika berarti ilmu
kisah Jātaka. mengenai tanda. Ferdinand De
Dengan demikian penelitian Saussure (1983) meyakini bahwa
ini dilakukan untuk memberikan semiotika dapat digunakan untuk
sumbangan literatur kisah-kisah menganalisis sebagian besar
jātaka yang lebih komprehensif “sistem tanda”dan bahwa tidak
berdasarkan relief candi-candi ada alasan untuk tidak dapat
tersebut di atas. Terdapat beberapa diterapkan pada bentuk media
masalah yang diangkat, sesuai atau bentuk kultural apapun
dengan fokus yang telah (Stokes, 2007: 76). Stokes juga
dirumuskan pada latar belakang menjelaskan bahwa analisis
masalah penelitian ini yakni (1) semiotika dapat dikombinasikan
Bagaimana keragaman kisah-kisah dengan analisis isi. Kaitannya
Jātaka yang termuat di relief candi dengan penelitian ini, teori
Sojiwan, Mendut, dan analisis semiotika dapat
Borobudur?; (2) Bagaimana digunakan untuk menafsirkan
identifikasi kisah-kisah Jātaka tanda-tanda yang terdapat pada
yang termuat di relief candi relief candi-candi Buddhis di Jawa
Sojiwan, Mendut, dan Borobudur? Tengah sehingga kisah-kisah
Masalah pada penelitian ini Jātaka dapat teridentifikasi secara
perlu untuk dibatasi sehingga menyeluruh.
kajian ini akan lebih fokus pada Pada teori Semiotika Pierce
permasalahan yang telah dikenal segitiga makna yang
dikemukakan. Oleh karena itu, seringkali disebut sebagai triangle
peneliti memberikan batasan of meaning. Segitiga makna ini
masalah yakni (1) batasan tema; digunakan untuk mengupas
difokuskan pada keragaman kisah- bagaimana makna muncul ketika
kisah Jātaka yang terdapat pada sebuah tanda digunakan seseorang
relief candi Sojiwan, Mendut, dan untuk berkomunikasi (Kriyantono,
Borobudur; (2) batasan lokus; 2009: 265). Di bawah ini
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
5
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

merupakan bagan segitiga makna antara sebab dan akibat yang


dari Pierce: punya kedekatan eksistensi.
SIGN/TANDA Simbol meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku nonverbal, dan
obyek yang maknanya disepakati
bersama. Berikut merupakan
bagan ikon, indeks, dan simbol
INTEPRETAN OBJEK tersebut:
ICON
Gambar 1. Triangle of Meaning
Pierce (Kriyantono, 2009: 265)

Sign/tanda merupakan fisik


yang dapat ditangkap oleh panca SYMBOL INDEX
indera manusia dan merupakan
sesuatu yang merujuk hal lain di Gambar 2. Icon, Index, Symbol
luar tanda itu sendiri. Object/objek Pierce (John Fiske, 1990)
merupakan konteks sosial yang
menjadi referensi tanda atau Berdasarkan hal tersebut,
sesuatu yang dirujuk tanda. pada penelitian ini setiap relief
Sedangkan Intepretan adalah yang ada dikategorikan sebagai
orang yang menggunakan tanda ikon yang memuat unsur-unsur
dan menurunkannya ke suatu fisik sebenarnya. Indeks berfungsi
makna yang ada dalam benak untuk menangkap sinyal yang
seseorang tentang objek yang diperoleh dari ikon. Misalnya
dirujuk sebuah tanda (Sobur, dalam ikon ada gambar seekor
2006: 42). buaya, monyet, dan sungai. Dalam
Berdasarkan obyeknya, Pierce hal ini indeksnya adalah bahwa
membagi tanda menjadi tiga yakni monyet yang duduk di atas
Ikon (Icon), Indeks (Index), dan punggung buaya tengah
Simbol (Symbol) (Sobur 2006: mengelabui buaya tersebut agar ia
42). Ikon adalah suatu benda fisik dapat menyeberangi sungai.
yang menyerupai apa yang Sementara itu simbol digunakan
direpresantasikannya (bisa dua untuk mengetahui keseluruhan
atau tiga dimensi). Misalnya cerita yang digambarkan pada
adalah patung yang merupakan relief. Sebagai contoh dalam relief
obyek tiga dimensi. Indeks adalah yang menunjukkan ada gambar
suatu tanda yang secara alamiah monyet, buaya, dan sungai
merepresentasikan objek lainnya. merepresentasikan atau
Indeks disebut juga sinyal (signal) menyimbolkan bahwa ini adalah
atau gejala (symptom). Indeks kisah jātaka khususnya
muncul berdasarkan hubungan Sumsumārajātaka.
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
6
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

METODE menggunakan sumber data yakni


Penelitian ini menggunakan tipe pertama, data primer (data utama):
penelitian deskriptif dengan data utama dari penelitian ini
pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah melalui hasil observasi
menurut Furchan (2007: 39) yang berkenaan dengan apa yang
merupakan bentuk dalam diteliti. Observasi merupakan
melukiskan dan menafsirkan kegiatan pengamatan dan
keadaan yang ada. Penelitian pencatatan secara sistematis
deskriptif berkenaan dengan terhadap objek yang diselidiki
beberapa hal yakni kondisi atau yakni relief pada candi Sojiwan,
hubungan yang ada; praktek- Mendut, dan Borobudur yang
praktek yang sedang berlaku; merupakan candi-candi Buddhis di
keyakinan, sudut pandang, atau Jawa Tengah. Kedua data
sikap yang dimiliki; proses-proses sekunder (data pendukung) yang
yang sedang berlangsung; merupakan sebuah data
pengaruh-pengaruh yang sedang pendukung yang ada pada
dirasakan; atau kecenderungan- penelitian. Data pendukung pada
kecenderungan yang sedang penelitian ini didapatkan melalui
berkembang. teknik dokumentasi terhadap
Paradigma yang digunakan buku-buku jātaka (volume I s.d.
pada penelitian ini adalah VI). Selain itu didapatkan juga
paradigma intepretatif sehingga melalui dokumen berupa foto serta
tidak digunakan untuk mengukur kepustakaan, buku-buku
kecenderungan melainkan untuk pendukung, maupun media online.
menganalisis fenomena sosial atau Teknik analisis data ini
budaya secara menyeluruh menggunakan pendekatan
(Suryadi, 2010: 429). Lokus pada semiotika Pierce, yang hasil
penelitian ini berlokasi di Candi datanya diperkuat melalui
Sojiwan, Mendut dan Borobudur observasi maupun teknik
di Jawa Tengah. Proses dokumentasi. Selanjutnya dikaji
pengumpulan data pada penelitian dan dianalisis dengan
ini dilakukan selama dua bulan menggunakan teknik analisis data
terhitung sejak proposal ini model Miles and Huberman
disetujui untuk dilanjutkan dalam melalui langkah-langkah yakni (1)
proses penelitian. Pada penelitian Reduksi data; (2) Penyajian Data;
kualitatif sumber data yang (3) Verifikasi data
digunakan merujuk pada data
deskriptif, dokumen pribadi atau
resmi lembaga, catatan lapangan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pernyataan seseorang, gambar dan Hasil pengumpulan data telah
foto-foto. (Ruslan 2003: 245). didapatkan melalui teknik
Dalam hal ini penelitian ini observasi dan dokumentasi. Data
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
7
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

mentah yang telah diperoleh di merepresentasikan kisah-kisah


lapangan telah direduksi, jātaka. Serta 12 panel yang tidak
disajikan, dan dianalisis dalam merepresentasikan kisah-kisah
bentuk tabel. Selanjutnya jātaka namun terdapat pada
dilakukan verifikasi terhadap hasil sumber lainnya seperti pada papan
analisis data tersebut. Perlu dicatat informasi candi, Panchatantra,
bahwa proses identifikasi terhadap Hitopadesha, dan Tantri
relief-relief yang terkumpul juga Kāmandaka.
mengalami beberapa kesulitan. Kedua, pada candi Mendut
Kesulitan pertama disebabkan terdapat total 45 panel relief yang
beberapa relief telah mengalami telah diidentifikasi. Diantara panel
kerusakan. Kesulitan kedua, tersebut terdapat 15 panel relief
beberapa relief hanya yang teridentifikasi
memperlihatkan objek tunggal merepresentasikan kisah-kisah
sehingga sulit diidentifikasi jātaka. Serta 30 panel yang tidak
sebagai sebuah cerita. Kesulitan merepresentasikan kisah-kisah
yang ketiga adalah tidak sedikit jātaka namun terdapat pada
gambar yang ada pada relief-relief sumber lainnya seperti pada
khususnya di candi Borobudur Panchatantra, dan Tantri
menampilkan aktivitas-aktivitas Kāmandaka.
sekelompok manusia yang Ketiga, pada candi Borobudur
cenderung dapat menimbulkan terdapat 230 panel relief yang
multi interpretasi. Namun kemudian direduksi menjadi 44
demikian melalui pembandingan panel. Namun demikian dari 44
beberapa relief terhadap kisah- panel tersebut terdapat rangkaian
kisah Jātaka yang termuat pada cerita yang tidak bisa dipisahkan,
teks Jātaka telah ditemukan kisah- sehingga berdasarkan rangkaian
kisah Jātaka. ceritanya pada candi Borobudur
Melalui analisis data yang ini diklasifikasikan menjadi 16
telah dilakukan terhadap candi panel relief yang telah
Sojiwan, Mendut, dan Borobudur diidentifikasi. Diantara panel
dengan menggunakan analisis tersebut terdapat 15 panel relief
Semiotika Pierce yang terdiri dari yang teridentifikasi
ikon, indeks, dan simbol maka merepresentasikan kisah-kisah
pada sub bab ini akan disajikan jātaka. Serta 1 diantaranya yang
hasil identifikasi dari ketiga candi tidak merepresentasikan kisah
tersebut. jātaka namun terdapat pada
Pertama, pada candi sumber lainnya yakni pada
Sojiwan terdapat total 20 panel avadana.
relief yang telah diidentifikasi. Untuk memperjelas uraian di
Diantara panel tersebut terdapat 8 atas, maka disajikan tabel hasil
panel relief yang teridentifikasi identifikasi kisah-kisah jātaka
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
8
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

pada candi Sojiwan, Mendut, dan no 38).


Borobudur sebagai berikut: 21. 41 Mendut Sumsumārajātaka
(Jātaka no. 208).
Tabel 1. 22. 42 Mendut Naccajātaka (Jātaka
Hasil identifikasi kisah-kisah no 32).
jātaka pada candi Sojiwan, 23. 43 Mendut Mahāsuvarājājātaka
Mendut, dan Borobudur (Jātaka no. 429).
No. 24. 1 Borobudur Sivijātaka (Jātaka
No. Candi Hasil Identifikasi no. 499).
Relief
1. 3 Sojiwan Kacchapajātaka 25. 2 Borobudur Kummasāpiṇḍijātak
(Jātaka no. 178) a (Jātaka no. 415).
2. 5 Sojiwan Sumsumārajātaka 26. 3 Borobudur Khadiraṅgārajātaka
(Jātaka no. 208). (Jātaka no. 40).
3. 9 Sojiwan Nakulajātaka 27. 4 Borobudur Sasapaṇditajātaka
(Jātaka no. 165) (Jātaka no. 316).
4. 10 Sojiwan Cūladhanuggahajāt 28. 5 Borobudur Macchajātaka
aka (Jātaka no. (Jātaka no. 75).
374). 29. 6 Borobudur Vaṭṭakajātaka
5. 12 Sojiwan Suvanakakkaṭakajāt (Jātaka no. 35).
aka (Jātaka no. 30. 7 Borobudur Mahāhaṃsajātaka
389). (Jātaka no. 534).
6. 14 Sojiwan Kākajātaka (Jātaka 31. 8 Borobudur Mahākapijātaka
no. 140). (Jātaka no. 516).
7. 18 Sojiwan Candakinnarījātaka 32. 9 Borobudur Rurumigarājajātaka
(Jātaka no. 485). (Jātaka no. 482).
8. 19 Sojiwan Candakinnarījātaka 33. 10 Borobudur Sarabhamigajātaka
(Jātaka no. 485). (Jātaka no. 483).
9. 4 Mendut Suvaṇṇakakkaṭajāta 34. 11 Borobudur Mahākapijātaka
ka (Jātaka no. 389). (Jātaka no. 407).
10. 6 Mendut Kaḷāyamuṭṭhijātaka 35. 12 Borobudur Mahiṃsarājājātaka
(Jātaka no. 176). (Jātaka no. 278).
11. 8 Mendut Kacchapajātaka 36. 13 Borobudur Javasakuṇajātaka
(Jātaka no. 215). (Jātaka no. 308).
12. 9 Mendut Nakulajātaka 37. 15 Borobudur Visayhajātaka
(Jātaka no. 165). (Jātaka no. 340).
13. 11 Mendut Manikanthakajātaka 38. 16 Borobudur Akittijātaka (Jātaka
(Jātaka no. 253). no. 480).
14. 14 Mendut Nakulajātaka
(Jātaka no. 165). Berdasarkan tabel di atas,
15. 20 Mendut Mahāsukajātaka telah diketahui bahwa secara
(Jātaka no 429).
16. 21 Mendut Kuṭidūsakajātaka
keseluruhan terdapat 38 panel
(Jātaka no 321). relief yang ada di ketiga candi
17. 26 Mendut Nakulajātaka tersebut dan teridentifikasi
(jātaka no. 165). merepresentasikan kisah-kisah
18. 38 Mendut Rurumigarājajātaka jātaka. Beberapa di antara panel
(Jātaka no 482).
19. 39 Mendut Biḷarajātaka (jātaka
tersebut merepresentasikan kisah
no. 128). jātaka yang sama. Misalnya
20. 40 Mendut Bakajātaka (Jātaka seperti kisah Kacchapajātaka
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
9
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

(jātaka no. 178) yang terdapat Tantri Kāmandaka, dan avadana.


pada panel nomor 3 di candi Namun demikian ada beberapa
Sojiwan dan nomor 8 di candi kisah yang teridentifikasi sebagai
Mendut. Kisah Nakulajātaka kisah Jātaka, di saat yang sama
(jātaka no. 165) terdapat pada juga ditemukan di dalam
panel relief nomor 9 di candi Panchatantra. Beberapa di
Sojiwan serta nomor 9, 14, dan 26 antaranya adalah
pada candi Mendut. Kemudian Sumsumārajātaka (Jātaka no.
kisah Sumsumārajātaka (jātaka no. 208), dan Bakajātaka (Jātaka no
208) yang terdapat pada panel 38).
relief nomor 5 di candi Sojiwan
serta nomor 41 di candi Mendut. PENUTUP
Selanjutnya kisah Terdapat total 109 panel relief
Candakinnarījātaka (jātaka no. pada candi Sojiwan, Mendut, dan
485) pada panel nomor 18 dan 19 Borobudur yang telah
di candi Sojiwan. Lalu diidentifikasi. Dari 109 panel
Rurumigarājajātaka (jātaka No. relief tersebut terdapat 38 panel
482) yang terdapat pada panel yang teridentifikasi
nomor 38 di candi Mendut dan merepresentasikan kisah-kisah
nomor 9 di candi Borobudur. Di jātaka. Selanjutnya dari 38 panel
Borobudur terdapat kisah dengan yang merepresentasikan kisah-
nama yang sama yakni kisah jātaka, memuat 29 kisah
Mahākapijātaka tetapi jātaka dengan judul yang berbeda.
menceritakan kisah yang berbeda. Kisah-kisah jātaka yang termuat
Pada panel nomor 8 menuangkan pada relief candi Sojiwan,
kisah Mahākapijātaka yang Mendut, dan Borobudur tersebut
terdapat pada Jātaka nomor 516, memiliki keragaman. Hal ini
sedangkan pada panel nomor 11 ditunjukkan dengan adanya 29
mengisahkan kisah kisah jātaka dengan judul yang
Mahākapijātaka yang terdapat berbeda di 38 panel tersebut. Panel
pada Jātaka nomor 407. relief lainnya yang tidak
Kemudian kisah merepresentasikan kisah-kisah
Suvanakakkaṭakajātaka (jātaka no. jātaka ditemukan dalam sumber
389) terdapat pada panel nomor 12 lain seperti Panchatantra,
di candi Sojiwan dan nomor 4 di Hitopadesha, Tantri Kāmandaka,
candi Mendut. dan avadana, serta pada papan
Perlu dicatat bahwa ada informasi candi.
beberapa relief yang tidak Penelitian yang telah
teridentifikasi sebagai kisah Jātaka dilakukan ini diharapkan dapat
namun ditemukan kisahnya dalam memperkaya sumber literatur
sumber-sumber lain seperti Buddhis terutama yang
Panchatantra, Hitopadesha, berhubungan dengan kisah-kisah
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
10
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Jātaka. Selain itu, dengan telah Bibliothek.


teridentifikasinya relief-relief pada E.W. Cowel. (1895). The Stories
tiga candi yang dimaksud, hal ini of the Buddha Former Births
dapat digunakan sebagai referensi (Jātaka), Vol. I. New Delhi:
bagi para pengunjung tiga candi Asian Educational Services.
tersebut untuk lebih memahami
pesan moral yang terkandung pada E.W. Cowel. (1895). The Stories
relief-relief tersebut. of the Buddha Former Births
Dengan adanya relief-relief (Jātaka), Vol. II. New Delhi:
yang belum teridentifikasi karena Asian Educational Services.
beberapa kendala yang telah
disebutkan di atas, diharapkan ada E.W. Cowel. (1897). The Stories
peneliti selanjutnya yang tertarik of the Buddha Former Births
untuk melakukan penelitian yang (Jātaka), Vol. III. New Delhi:
sejenis agar makna maupun pesan Asian Educational Services.
moral pada seluruh relief-relief di
candi Sojiwan, Mendut dan E.W. Cowel. (1901). The Stories
Borobudur dapat teridentifikasi. of the Buddha Former Births
(Jātaka), Vol. IV. New Delhi:
UCAPAN TERIMA KASIH Asian Educational Services,
Terima kasih disampaikan kepada 1901.
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Buddha Kementerian E.W. Cowel. (1905). The Stories
Agama RI yang telah memberikan of the Buddha Former Births
dana bantuan penelitian. Terima (Jātaka), Vol. V. New Delhi:
kasih juga diucapkan pada Bapak Asian Educational Services.
Sukodoyo, S.Ag., M.Si., dan
Reviewer Jurnal Pencerahan yang E.W. Cowel and W.H.D Rouse.
telah memberikan saran dan (1970). The Stories of the
masukan perbaikan artikel ini. Buddha Former Births
Semoga artikel penelitian ini (Jātaka), Vol. VI. New Delhi:
memberikan kontribusi bagi Asian Educational Services.
masyarakat luas, dan khususnya
bagi umat Buddha serta akademisi Fiske, John. (Tanpa Tahun).
Buddhis di Indonesia. Cultural and Communication
Studies: Sebuah Pengantar
DAFTAR ACUAN Paling Komprehensif.
Bandung : Jalasutra.
Daigo, Cihara. (1996). Hindu-
Buddhist Architecture in Horner, I. B. (1963). The Book of
South East Asia. Leiden, New the Discipline Volume V
York: Die Deutsche (Cullavagga). London: Luzac
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
11
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

& Company Ltd. The Government of Sri


J.S. Speyer. (1895). Garland of Lanka.
Birth Stories (Gatakamala).
London: Oxford University Mark Long. (2009). Candi
Press. Mendut-Womb of the
Tathāgata. New Delhi: Aditya
Jacques Dumarcay. (1991). Prakashan.
Borobudur. New York:
Oxford University Press. Ñānamoli, Bhikkhu dan Bhikkhu
Bodhi. (1995). The Middle
Jan J. Boeles. (1989). The Secret Length Discourses of the
of Borobudur – According to Buddha (Majjhimanikāya).
the Lotus of the True Law or Sri Lanka: Buddhist
the Saddharmapundarika. Publication Society.
Bangkok: Jan J. Boeles.
Penyusun. (2009). Barabudur
John Miksic. (1997). Borobudur Tinjauan Arkeologi I.
Golden Tales of the Buddha. Indonesia: Gyan Publisher.
Singapore: Periplus Editions
(HK) Ltd,. Penyusun. (2015). Kraton Ratu
Boko – A Javanese Site of
John N. Miksic, dll. (2010). Enigmatic Beauty.
Borobudur Majestic Yogyakarta: PT. Persero
Mysterious Magnificient. Taman Wisata Candi
Yogyakarta: PT. (Persero) Borobudur Prambanan dan
Taman Wisata Borobudur. Ratu Boko.

Jordan, Amy B.et al. (2009). Ruslan, Rosady. (2003). Metode


Media Messages and Public Penelitian Public Relations
Health: A Decicions dan Komunikasi. Jakarta: PT
Approach to Content Rajagrafindo Persada.
Analysis. United
Kingdom:Routledge Taylor Seckel. (1971). Encyclopaedia of
and Francis Group. Buddhism Vol. III. Ceylon:
The Government of Sri
Kriyantono, Rachmat. (1996). Lanka.
Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Sivaramamurti. (1965).
Kencana. Encyclopaedia of Buddhism
Vol. I. Ceylon: The
Kulasuriya. (1996). Encylopaedia Government of Sri Lanka.
of Buddhism Vol. IV. Ceylon:
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
12
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Sejarah Kebudayaan


Media: Suatu Pengantar Indonesia 2. Yogyakarta:
untuk Analisis Wacana, Penerbit Kanisius.
Analisis Semiotik, dan
Analisis Framming. Bandung: Speyer, J. S. (1990). Garland of
Remaja Rosdakarya. Birth Stories (Gātakamālā).
Delhi: Motilal Banarsidass
Soekmono. (1990). Borobudur Publishers.
Prayer in Stone. Singapore:
Archipelago Press. Stokes, Jane. (2007). How To Do
Media and Cultural Studies:
Soekmono. (1976). Chandi Panduan untuk Melaksanakan
Borobudur – A Monument of Penelitian dalam Kajian
Mankind. Paris: The Unesco Media dan Budaya.
Press. Yogyakarta: PT. Bentang
Pustaka.
Soekmono. (1995). The Javanese
Candi: Function and T.W. Rhys David dan William
Meaning. Leiden, Netherland: Stede. (1997). Pali-English
Die Deutche Bibliothek. Dictionary. New Delhi: Asian
Educational Service.
Soekmono. (1973). Pengantar

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201


13
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Lampiran
Analisis Semiotika Pierce
Analisis Semiotika Pierce
No. Gambar (Tiga kategori tanda)
Ikon Indeks Simbol
1. Ikon Relief 1. Pada panel Relief ini
pada Panel pertama, merepresentasikan kisah
Pertama: ikan yang dalam Macchajātaka
1. Sekelompok paling besar (Jātaka no. 75).
ikan menunjukka Diceritakan Bodhisatta
2. Burung n bahwa ia terlahir sebagai pemimpin
3. Air adalah ikan-ikan dan binatang
4. Dua orang pemimpin yang ada di sebuah kolam.
5. Awan sekelompok Pada saat, terjadi
6. Perhiasan ikan di kekeringan, kura-kura
7. Bunga tempat berada di lumpur
tersebut. Air sementara ikan-ikan lain
Ikon Relief menunjukka dimangsa burung-burung.
pada Panel n bahwa Karena kasihan, ia
Kedua: mereka melakukan pernyataan
1. Sekelompok berada di kebenaran kepada Dewa
ikan sebuah Pajjuna (Dewa Hujan) agar
2. Kura-kura kolam. menurunkan hujan. Ia
3. Air Kolam mengatakan bahwa meski
4. Empat tersebut terlahir sebagai ikan besar
orang kering ia tidak pernah melukai
5. Awan dengan apalagi memakan binatang
6. Benda di ditunjukkan lain. Dengan kekuatan
tangan seekor kebenarannya, dewa hujan
burung pun menurunkan hujan.
seperti
tengah
memangsa
ikan yang
ada di
kolam itu.
Sementara
dua orang
yang salah
satunya
membawa
jar
dimungkink
an para
dewa. Ini
ditunjukkan
mereka
dengan
posisi
terbang di
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
14
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

atas awan
dengan
perhiasan
yang
dikenakan
dan bunga
yang ada di
tangan.

2. Pada panel
kedua,
empat orang
dengan
posisi
terbang di
atas awan
yang adalah
para dewa
tengah
memberikan
sesuatu
kepada
ikan-ikan
dan juga
kura-kura di
kolam di
mana
binatang-
binatang ini
tinggal.

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201


15
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Analisis Semiotika Pierce


No. Gambar (Tiga kategori tanda)
Ikon Indeks Simbol
2. Ikon Relief pada 1. Dua orang Relief ini
Panel Pertama: pada panel merepresentasikan kisah
1. Seorang pertama jātaka dalam
wanita tampak akan Khadiraṅgārajātaka
2. Seorang bersiap (Jātaka No. 40). Dalam
pria memberikan kisah ini, Bodhisatta
3. Mangkok dana terlahir sebagai seorang
4. Makanan makanan. Ini bendahara kerajaan yang
5. Perhiasan terlihat dari kaya dan dermawan.
6. Baju mereka Suatu saat ia kedatangan
7. Gedung membawa seorang pertapa suci di
mangkok istananya. Saat ia ingin
Ikon Relief pada yang di mempersembahkan
Panel Kedua: dalamnya makanan kepada pertapa
1. Sekumpula seperti ada tersebut, Mara (Makhluk
n orang makanan Jahat) menghalang-
2. Teratai yang sudah halangi dengan
besar dipersiapkan. menciptakan penampakan
3. Bejana Dari baju neraka di depan pertapa
4. Api dan suci tersebut. Namun
5. Jubah perhiasan dengan kekuatan
6. Aura mewah yang keyakinannya, keajaiban
7. Makanan dikenakan, muncul. Teratai besar
mereka mengangkat tubuhnya dan
berasal dari ia dapat melewati
keluarga penampakan neraka
bangsawan. sehingga dapat
Gedung yang mempersembahkan
megah juga makanan.
menunjukka
n mereka
berasal dari
keluarga
kaya.
2. Pada panel
kedua,
seseorang
yang duduk
di atas teratai
besar sedang
terbang dan
tampak
sedang
memberikan
persembahan
kepada orang
yang berdiri
Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201
16
Jurnal Pencerahan STAB Syailendra
Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna
Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

di sebelah
kanan yang
adalah
seorang
pertapa suci.
Disebut
pertapa
karena ia
mengenakan
jubah dan
membawa
mangkok. Ia
suci
disebabkan
oleh cahaya
aura yang
tampak di
sekitar
kepala.
Sementara
itu, beberapa
orang yang
berada di
bejana besar
adalah
orang-orang
yang tengah
disiksa
dengan
merebusnya
di atas api.
Api terlihat
di bawah
bejana
tersebut.

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201


17

Potrebbero piacerti anche