Sei sulla pagina 1di 19

MAKALAH PARASITOLOGY

KUTU PADA NEGARA ENDEMIK

Dosen :

drh. Dwi Aprilia Anggraini, M.Vet

Nama Kelompok 1 :

1. Ach Zaini
2. Ahmad Erilla Yatimul Misbah
3. Alvica Rahmagita Dinasti
4. Andris Yulia Rohmah
5. Ayu Arni Cahyanti

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


DELIMA HUSADA GRESIK
2017/2018
DAFTAR ISI

Kata Pengatar .................. .................................................................................... i


Daftar Isi ........................... ...................................................................................ii
Abstrac .............................. ..................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan .......... ................................................................................... 1
1. Latar Belakang ....... ................................................................................... 1
2. Tujuan .................... ................................................................................... 2
3. Rumusan Masalah .. ................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan ........... ................................................................................... 3
1. Pengertian Kutu ...... ................................................................................... 3
2. Pengertian Endemic ................................................................................... 3
3. Jenis Kutu ............... ................................................................................... 3
a. Kutu Busuk ...... ................................................................................... 4
b. Kutu Rambut .... ................................................................................... 5
c. Kutu Beras ........ ................................................................................... 6
d. Kutu Pubis ........ ................................................................................... 6
e. Kutu Tikus............................................................................................ 8
f. Kutu Putih .......................................................................................... 10
Bab 3 Penutup ................................................................................................... 13
1. Kesimpulan .............................................................................................. 13
2. Saran ........................................................................................................ 13
Daftar Isi ............................................................................................................. 14
ABSTRAC

The genus of Rickettsia is gram negative bacteria causing rickettsioses and


involve mammal hosts and arthropod vectors in their life cycle (lices =
Xenopsylla cheopis, mites, ticks, and fleas). Rats were one of rickettsial
hosts, and fleas were rat ectoparasites that involve in the transmision from
bacteria into humans. Unspecific clinical manifestation and difficulties of
laboratory diagnoses caused the information about rickettsioses in humans
were still limited. The aim of this study was to detect Rickettsia spp on rat
fleas. Rat flea specimens were collected from three seaports of Semarang,
Kupang and Maumere. Specimens were analyzed using PCR method by gltA
amplification (primer 877F and 1258R). Confirmation of rickettsia species
was conducted by sequencing. The results showed percentages of rickettsial
infections on rat fleas for Semarang, Kupang, and Maumere were 19%, 61%,
and 44%, respectively. Seven samples from eighteen samples sequences
confirmed as Rickettsia typhi and the other 11 samples were Bartonella sp.
This study was provided additional information about the presence of
Rickettsia in 3 seaport in Indonesia and could be initiating rickettsioses
surveilans in the regions.

Keywords: Rickettsia spp., Xenopsylla cheopis, rat, molecular,

ABSTRAK
Rickettsia merupakan bakteri pathogen penyebab berbagai rickettsiosis yang
siklus hidupnya melibatkan reservoir mamalia dan vektor artropoda (kutu =
Xenopsylla cheopis, tungau, caplak, dan pinjal). Tikus merupakan salah satu
reservoir bakteri Rickettsia dan pinjal merupakan ektoparasit tikus yang
berperan menularkan bakteri kepada manusia. Gejala klinis tidak spesifik dan
diagnosis laboratorium yang sulit menyebabkan informasi mengenai
rickettsiosis pada manusia masih sangat terbatas. Tujuan penelitian adalah
mendeteksi Rickettsia spp. pada pinjal. Sampel pinjal tikus diambil dari tiga
daerah pelabuhan yaitu Semarang, Kupang, dan Maumere. Sampel dianalisa
menggunakan metode PCR dengan amplifikasi gen gltA (primer 877F dan
1258R). Sekuensing dilakukan untuk mengkonfirmasi spesies Rickettsia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase Rickettsia spp. pada pinjal
tikus di Semarang 19%, Kupang 61%, dan Maumere 44%. Tujuh sampel dari
18 sampel yang disekuensing terkonfirmasi sebagai R.typhi dan 11 sampel
sisanya merupakan Bartonella sp. Penelitian ini memberikan informasi
tambahan tentang keberadaan Rickettsia di beberapa kota pelabuhan di
Indonesia dan dapat dijadikan sebagai dasar surveilans rickettsiosis di
Indonesia.

iii
Kata kunci: Rickettsia spp., Xenopsylla cheopis, tikus, molekuler, Indonesia

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KUTU PADA NEGARA ENDEMIK”
untuk menyelesaikan dari Ibu drh. Dwi Aprilia Anggraini, M.Vet selaku dosen
mata kuliah parasitologi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagi pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah agama ini .

Akhir kata kami berharap semoga makalah parasitology tentang Kutu Pada
Negara Endemik ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Gresik, 19 Oktober 2017

Penyusun

i
Bab 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perjuangan manusia melawan gangguan hama (Artropoda
pengganggu) sudah dimulai semenjak ia tercipta di muka bumi ini.
Sebagian hama menyerang manusia dan hewan ternak baik secara
langsung dengan menghisap darahnya, maupun tidak langsung sebagai
penular berbagai jenis penyakit atau sebagai pengganggu dengan
caranya menempel pada inangnya sehingga menimbulkan gangguan
fisik maupun psikis pada inangnya. Beberapa jenis hama diantaranya
yaitu lalat, nyamuk, kutu, pinjal, caplak, tungau dan lain-lain .
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena
menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Di
Indonesia, sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak
ditemukan di rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya
dimana manusia tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan
pengendalian dengan insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu
busuk hampir dapat dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada
informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000.
Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk
mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen
asrama, dan sedikit di rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang
(mulai) terjadi di Indonesia tidak separah permasalahan yang sudah
terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan
Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya
permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007
dilaporkan telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di
50 negara bagian. Pada Negara endemic kutu yang biasanya muncul
adalah kutu yang jarang ditemukan seperti kutu putih dan kutu pada
tikus. Tapi sekali muncul atau menginfeksi inangnya akan menjadi
endemic atau menginveksi banyak orang atau bisa satu desa bahkan
satu Negara dengan tingkat penularan yang tinggi.
Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri
dalam Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir
tidak muncul untuk jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian,
adalah fakta bahwa dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat
dengan mudah berpindah dari satu tempat negara ke tempat negara
lainnya. Mobilitas ini turut memberikan kontribusi terhadap
penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat dilihat

1
antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat orang
datang dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu
busuk (termasuk telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta
pakaian, dalam koper/ransel, suitcase dan sebagainya.

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian kutu ?
b. Apa itu pengertian endemic?
c. Apa saja jenis dan morfologi kutu?
d. Apa saja yang termasuk kutu endemic?
e. Apa saja cara penangulanggan dan pengobatan kutu endemic?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian kutu secara umum
b. Untuk mengetahui pengertian endemic
c. Untuk Mengetahui jenis dan morfologi kutu
d. Untuk mengetahui beberapa jenis kutu endemic yang mengacu
pada jurnal
e. Untuk mengetahui cara penangulanggan dan pengobatan kutu
endemic

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KUTU

Kutu adalah mengacu pada artropoda berukuran kecil hingga


sangat kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah
krustasea air kecil seperti kutu air,kutu kepala. Disebut kutu karena
berukuran kecil. Dengan demikian pengertian kutu secara awam istilah ini
tidak memiliki arti taksonomi.
Dalam arti sempit kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan
berukuran kecil, yang dalam bahasa inggris mencakup flea (kutu yang
melompat,ordo siphonaptrea) dan louse (kutu yang merayap). Dalam
bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan malah mencakup juga
sebagian kerabat dari wereng. Untuk menjelaskan diberi keterangan
dibelakang kata kutu. Para biologiawan berusaha menyalahgunakan kata
tuma bagi kelompok phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan
dalam penerapannya.

2. PENGERTIAN ENDEMIC
Endemic adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap
berada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu.
Endemic bisa diartikan sebagai wabah penyakit yang menyerang lebih dari
satu orang. Misalnya sajaa dalam satu wilayang banyak penduduk yang
terserang penyakit polio. Wabah polio tersebut bisa terjadi ketika satu
orang yang terinfeksi polio berinteraksi dengan orang lain.infeksi ini
kemudian menyebar dan dikatakan sebagai endemic polio.

3. JENIS–JENIS KUTU

A. KUTU BUSUK

 Nama Lain : Cimex Lectularius

 Pengertian
Kutu busuk adalah serangga parasite dari kelurga
cimicidae. Kutu busuk dikenal sebagai spesies yang meminum

3
darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu busuk
senang tinggal dirumah manusia, khususnya pada tempat tidur.
Kutu busuk biasanya tinggal dan bertelur dilipatan tempat tidur
atau bantal dan tempat tersembunyi lainnya. Ukuran kutu
busuk dewa bisa mencapai 6-10mm.

 Siklus Hidup
 kutu busuk bertelur 200-500 selama 2 hari per batch
dari 10-50
 kutu busuk betina dewasa harus memakan darah
sebelum bertelur
 telur biasanya diletakkan dicela dan retakan dan dapat
diletakan pada furniture atau perlengkapan yang
disatukan pada bahan yang transparan
 ada 7 tahap siklus hidup dari telur hingga tumbuh
dewasa dari 45 hari bisa juga 1 tahun
 mereka dapat bertahan selama beberapa minggu atau
bulan tanpa makan

 Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insect
Ordo : hemiptera
Subordo : heteroptera
Infraordo : cimicomorpha
Superfamily: cimicoidea
Family : cimicidae

 Cara Membasmi
a. Cuka : dengan memercikkan sedikit cuka diarea yang
terinfeksi untuk membunuhnya
b. Garam : semprotkan sedikit garam ditempat adanya kutu ini
bisa membantu membunuhnya secara langsung
c. Jus bawang : bau jus bawang yang tajam dapat membunuh
kutu ini secara langsung karena memotong zona nafas
mereka.
d. Minyak pohon teh
e. Minyak lavender : tempatkan lavender kering dalam kain
dan jahit di sprei atau sekitar tempat tidur anda.

4
B. KUTU RAMBUT

 Nama Lain : Pediculus Humanus Capitis

 Pengertian
Kutu rambut atau kutu kepala adalah sejenis parasite
penghisap darah yang biasanya hidup dibagian kepala. Kutu
betina mampu bertelur 6 buah sehari. Telur ini selalu melekat
dengan kuat pada rambut. Telur ini akan menetas setelah
kurang lebih 8 hari. Kutu kepala merebak dengan cepat melalui
sentuhan dengan rambut yang bermasalah. Ia juga dapat
melompat ke kepala melalui sisir, topi, bantal dan handuk.
Ukuran maksimum 3mm larva berukuran kurang dari 1mm.

 Siklus Hidup
Paling lama berlangsung 35 hari dihitung dari mulai telur
hingga mati

 Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : siphonaptera
Family : pulicidae
Subfamily : pulicinae
Genus : pulex
Spesies : p. irritans

 Cara membasmi
a. Bawang merah : kutu tidak suka dengan baunya. Kutu akan
mati seketika jika menghirup bau dari bawang merah
begitupun telurnya juga akan mati
b. Minyak kelapa : oleskan minyak kelapa ke seluruh bagian
kulit kelapa dan rambut hingga rata, tutup dengan rambut
dan biarkan semalaman.
c. Jeruk nipis dan minyak kayu putih
d. Cuka putih : mengolesi rambut dengan cuka puti lalu
ditutup dengan anduk selama 2-3 jam

5
C. KUTU BERAS

 Nama lain : Sitophilus Oryzae


 Pengertian
Kutu beras adalah nama umum bagi sekelompok serangga
kecil anggota marga tenebrio dan tribolium (ordo coleopteran)
yang dikenal gemar menghuni biji-bijian atau serealia yang
disimpan. Panjang tubuh dewasa ± 3,5mm-5mm tergantung
dari tempat hidup larvanya.

 Siklus Hidup
Siklus hidup kutu beras sekitar 28-90 hari, tetapi umurnya
selam ± 31 hari.

 Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : coleopteran
Family : curculionidae
Genus : sitophilus
Spesies : s.oryzae

 Bahan untuk Membasmi


a. Cabe kering
b. Bawang putih
c. Kulit kayu manis
d. Daun asam jawa
e. Daun jeruk nipis
f. Lada kering
g. Daun belimbing wuluh
h. Daun pandan
i. Salam kering
j. Asam keeping

D. KUTU PUBIS

 Nama lain : Phthirus Pubis


 Pengertian

6
Kutu pubis adalah serangga parasit penghisap darah yang
hidup dikulit disekitar kelamin manusia. Kutu pubis biasanya
menular melalui hubungan seksual. Penularan dari orang tua
kepada anak lebih mungkin terjadi melalui pemakaian handuk,
pakaian,tempat tidur atau kloset yang sama secara bergantian.
Orang dewasa lebih sering terkena daripada anak-anak. Terdiri
dari kepala dan thorax. Dikepala terdapat sepasang aantena
sepasang mata facet, haustellum alat mulut. Thorax terdiri atas
phototorax, mesothorax, metathorax. Telur ukuran – 1mm,
ukuran nympha 1-2mm

 Siklus Hidup
Serangga ini memasukan mulutnya kedalam kulit selama
beberapa hari untuk menghisap darah, waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dari telur hingga dewasa sekitar 3-
4minggu. Usia kutu pubis betina lebih pendek atau 3 minggu
dan menghasilkan lebih sedikit yaitu 3 telur per hari.

 Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : phthiraptera
Subordo : anoplura
Family : pthiridae
Genus : pthirus
Spesies : p. pubis

 Cara membasmi
a. Belilah sampo pembasmi kutu yang dijual bebas diapotik
b. Cuci area yang terinfeksi dengan sabun dan air
c. Oleskan obat pada area yang terpengaruh
d. Cuci obat setelah waktu yang sesuai
e. Ambillah telur –telur yang tersisa
f. Ulangi pengobatan 7-10 hari kemudian
g. Ketahuilah mencukur saja tidak akan membasmi kutu
kemalauan
h. Gunakan obat resep jika kutu kemaluan muncul kembali
i. Kunjungi dokter jika kutu tetap ada atau tidak memberikan
respon kepada pengobatan

7
E. KUTU TIKUS

 Nama latin : Xenopsylla cheopis

 Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Siphonoptera
Familia : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Spesies : Xenopsylla cheopis

 Siklus hidup

Pinjal bertelur 300-400 butir selama hidupnya. Pinjal betina


meletakkan telur diantara rambut maupun disarang tikus. Telur
menetas dalam waktu 2 hari sampai beberapa minggu,
tergantung suhu dan kelembapan. Telur menetas menjadi larva,
kadang larva terdapat dilantai, retak pada dinding, permadani,
sarang tikus dan lain-lain. Larva hidup dari segala macam sisa-
sisa organic dan mengalami 3 pergantian kulit, berubah
menjadi pupa (dibungkus dengan kokon pasir dan sisa kotoran
lain), lalu menjadi pinjal dalam waktu 24 jam pinjal sudah
mulai menggigit dan menghisap darah.

 Permasalahan dari jurnal

Dari sini kami juga mendapatkan sumber dari jurnal


yang terpercaya bahwa tikus ini pernah menjadi penyakit
endemic di daerah pelabuhan semarang, kupang, dan maumere.
Kutu tikus ini yaitu kutu Xenopsylla cheopis yang mebawa
penularan penyakit Ricetsia atau demam tifus endemic.
Rickettsia merupakan bakteri gram negatif yang hidup
intraseluler obligat pada sel eukariotik mamalia dan beberapa
jenis artropoda. Bakteri ini menyebabkan rickettsiosis yang
terbagi menjadi tiga golongan utama yaitu golongan Spotted
Fever Group (SFG), Typhus Group (TG), dan Scrub Typhus,
serta rickettsiosis lain seperti Q fever dan Bartonelosis.1 Siklus

8
hidup Rickettsia di alam melibatkan interaksi antara inang
mamalia dan vektor beberapa jenis artropoda seperti: caplak
(tick) dari ordo Ixodidea, kutu (lice) dari ordo Phtiraptera, larva
tungau (chigger), pinjal (flea) dari ordo Siphonaptera, serta
baru-baru ini juga ditemukan pada nyamuk

Pinjal merupakan artropoda yang telah lama dikenal


sebagai vektor penyakit mematikan yaitu pes. Terdapat lebih
dari 30 spesies pinjal yang mampu menularkan Yersinia pestis,
namun diantara semuanya, X.cheopis (pinjal tikus oriental)
merupakan spesies paling banyak ditemukan sebagai vektor di
dunia termasuk Indonesia, selain pes, X.cheopis dilaporkan
sebagai vektor utama murine typhus (endemic typhus),
epidemic typhus, serta bartonelosis.8 Murine typhus ditularkan
dari kotoran pinjal yang mengandung bakteri R.typhi melalui
pernapasan maupun masuk melalui luka bekas gigitan.
Xenopsylla cheopis dewasa merupakan parasit pada mamalia,
terutama pada tikus sebagai inang utamanya (principal host).
Hubungan antara pinjal dan tikus sudah terjalin sejak lama dan
telah mengalami evolusi bersama.10 Rattus norvegicus dan
Rattus rattus merupakan spesies paling dominan sebagai inang
X. cheopis.

Indonesia merupakan negara endemic untuk


beberapa rickettsiosis seperti murine typhus, cat-flea borne
typhus, dan scrub typhus. Diantara semuanya, murine typhus
dilaporkan memiliki prevalensi paling tinggi di Indonesia.
Penelitian mengenai rickettsiosis di Indonesia sudah dilakukan
sebagian besar secara serologis. Hasil penelitian serologis
menunjukkan bahwa antibodi terhadap R.typhi pada penduduk
di Malang memiliki prevalensi 42%,14 di Jakarta 6,5-17%,15 di
beberapa tempat di Jawa Timur 28-42%, di Sumatera 10-20%,16
Bali 7,4%,16 dan Sulawesi 0,6%. Seroprevalensi terhadap
R.typhi juga dilaporkan pada tikus tertangkap di daerah
pelabuhan Jayapura sebesar 11%17 dan di Pulau Jawa sebesar
14,7%.18 Deteksi Rickettsia secara molekuler pernah dilakukan
beberapa kali antara lain di Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan
Manado dimana ditemukan 10,28% R.typhi dan 2,8% R.felis.19
Deteksi PCR pada X.cheopis tikus juga telah dilakukan di
Kabupaten Malang, Jawa Timur tahun 1995 dan berhasil
mendeteksi R.typhi dan R.felis
Hasil pengumpulan pinjal (X.cheopis) di ketiga daerah
menunjukkan bahwa Kupang memiliki kelimpahan pinjal lebih
tinggi dibandingkan dua daerah lainnya, meskipun data trap
success terbesar berada di Semarang. Kepadatan pinjal banyak

9
disebutkan bergantung pada keberadaan hewan inang, akan tetapi
faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar. Faktor cuaca
seperti suhu hangat, kelembaban tinggi sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan pinjal.l8 Kecepatan
perkembangan larva pinjal bergantung pada lingkungan karena
fase larva sepenuhnya berada di lingkungan luar. Temperatur
tinggi akan meningkatkan jumlah generasi, sedangkan temperatur
yang lebih rendah dan kelembaban tinggi akan meningkatkan
umur pinjal dalam kondisi ketiadaan inang.

 Cara Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan obat anti kutu. Obat anti kutu
hanya membunuh pinjal dewasa, pemberian obat anti kutu
perlu disesuaikan agar siklus hidup pinjal bisa kita hentikan.
Pemberian obat perlu diulang agar pinjal dewasa yang
berkembang dari telur dapat segera dibasmi sebelum
menghasilkan telur lagi

F. KUTU PUTIH
 Nama Lain : Paracoccus Marginatus

 Pengertian dan morfologi

Imago betina berwarna kuning dan ditutupi oleh lilin.


Morfologi pada stadium imago betina, yaitu tumbuh berwarna
kuning yang ditutupi oleh lilin putih namun tidak terlalu
banyak untuk menutupi warna tubuhnya. Panjang tubuh imago
betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan lebar
tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm.Sedangkan
pada imago dewasa jantan, bentuk tubuh sarangga oval
memanjang dan memiliki sepasang sayap dengan panjang
tubug rata 1,0 dengan kisaran 0,9-1,1 dan lebar pada toraks
rata-rata 0,3 mm dengan kisaran 0,2-1,3 mm. Kutu putih
memiliki 4 instar dari telur hingga dewasa.

Menurut Miller (2002) terdapat dua karakteristik


penting yang membedakan betina dewasa P. Marginatus
dengan spesies Paracocus lainnya yaitu (1) terdapat Oral-rim
tubular duct bagian dorsal yang terdapat pada tepi tubuh dan
(2) tidakStadium betina tidak memiliki sayap dan bergerak
secara perlahan dalam jarak yang dekat atau dapat
diterbangakan oleh angin. Betina biasanya meletakan telur 100

10
hingga 600 butit dalam sebuah kantung telur yang terletak
dalam waktu satu hingga dua minggu.

 KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Hemiptera

Suborder : Sternorrhyncha

Family : Pseudococcidae

Genus : Pseudococcus

Spesies : Pseudococcus citriculus

 Permasalahan dari Jurnal


Dari pengamatan yang kami temukan dari jurnal bahwa
kutu putih atau nama lain Pseudococcus citriculus pernah menjadi
wabah endemic bagi para petani papaya dindonesia.

Kutu putih (Paracoccus marginatus) merupakan hama baru


yang menjadi masalah penting pada pertanaman ubi kayu di
Indonesia. Hama ini dikenal dengan nama hama kutu putih pepaya.
Serangga ini diketahui keberadaannya pertama kali pada bulan Mei
2008 pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat
(Rauf, 2008).

Direktorat Jendral Hortikultura (22 September 2008)


melaporkan bahwa kutu putih ini telah terdeteksi di Kabupaten dan
Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Depok Provinsi Jawa
Barat. Selain itu telah ditemukan juga di wilayah DKI Jakarta dan
Banten (Sartiami et al, 2009). Menurut Miller dan Miller (2000)
hama ini memiliki lebih dari 25 spesies tanaman inang yang
bernilai ekonomi, diantaranya tanaman pepaya, ubi kayu, jarak
pagar, tomat, melon, alpukat dan kembang sepatu. Selain itu hama
ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.

11
Menurut Rauf (2009), penyebaran hama ini biasanya melalui
beberapa jenis tanaman hias impor, seperti plemiera, hibiscus,
acalypha, dan beberapa jenis tanaman hias lainnya. Kutu putih
pepaya juga menyerang beberapa komoditas buah-buahan tropis,
sayur-sayuran, tanaman hias dan tanaman perennial (Miller &
Miller., 2002).

Salah satu komoditas penting yang diserang oleh hama ini


adalah tanaman ubi kayu. Akibat keberadaan serangga ini, maka
tanaman ubi kayu dan komoditas buah-buahan tropis, sayur-
sayuran dan beberapa tanaman hias akan menjadi rentan terhadap
serangan hama ini. Padahal di satu sisi, Indonesia merupakan salah
satu produsen ubi kayu, pepaya dan beberapa tanaman hias.
Sehubugan dengan hal tersebut diatas, telah dilakukan penelitian
tentang biologi P. marginatus pada tanaman ubi kayu.

 Cara pembasmian
Hindari penggunaan insektisida. Banyak spesies kutu putih
yang kebal terhadap insektisida, namun tidak dengan pemangsa
atau parasitnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida terkadang
justru meningkatkan jumlah populasi kutu putih yang ada di taman
Anda.

12
BAB III

A. PENUTUP

Dari pembahasan diatas bisa kita simpulkan bahwa dapat ditarik


kesimpulan bahwa kutu merupakan parasite. Dan selama kutu masih dalam
keadaan hidup mereka akan sangat menganggu, kebiasaan mereka hanya
menghisap darah kecuali kutu beras dan kutu putih. Kutu tidak bisa hidup
tanpa darah, berikut merupakan jenis-jenis kutu penghisap darah : kutu busuk,
kutu kucing, kutu tikus, kutu kepala dank utu pubis. Sedangkan kutu beras itu
termasuk serangga kecil yang gemar menghuni biji-bijian yang disimpan yang
akan sangat merugikan jika mereka memakan semua biji-bijian yang telah
disimpan. Begitupun kutu dinegara endemic yang sempat memuncak pada
pengamatan diatas yang diambil dari beberapa jurnal. Ada beberapa kutu
seperti kutu pada tikus yang dapat menyebabkan penyakit tifus endemic yang
menyebabkan warga dibanyak daerah mengalami penyakit yang sama. Ada
juga kutu putih sebagai kutu yang menyerang tanaman papaya yang
menyebabkan petani di beberapa daerah mengalami banyak kerugian.

B. SARAN
Penulis berharap agar penulisan makalah ini, memberikan
pengetahuan kepada masyarakat atau pembaca secara luas supaya
mengetahui apa itu jenis- jenis kutu, dan jenis kutu yang ada dinegara
endemic terutama pengertian, morfologi, dan kasus yang diambil pada
jurnal. Penulis mengharapkan saran dari pembaca supaya bisa menulis
dam membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahajan SK. Rickettsial Diseases. J Assoc Physicians India. 2012;60


(july):37-44.http:// dx.doi.org/10.1017/CHOL9780521332866.181.
2. Reif KE, Macaluso KR. Ecology of Rickettsia felis: a review. J Med Entomol.
2009;46(4):723-736. doi:10.1603/033.046.0402.
3. Merhej V, Angelakis E, Socolovschi C, Raoult D. Genotyping, evolution and
epidemiological
findings of Rickettsia species. Infect Genet E v o l . 2 0 1 4 ; 2 5 : 1 2 2 - 1 3 7
. d o i : 1 0 . 1 0 1 6 / j . meegid.2014.03.014.

4. Badiaga S, Brouqui P. Human louse-transmitted infectious diseases. Clin


Microbiol Infect.
2012;18(4):332-337.doi:10.1111/j.1469-0691.2012.03778.x.

5. Boutellis A, Mediannikov O, Bilcha KD, Ali J, Campelo D, Barker SC.


Borrelia recurrentis. Emerg Infect Dis. 2013;19(5):4-6. doi:10.3201/
eid1905.121480.
6. Portillo A, Santibáñez S, García-Álvarez L, Palomar AM, Oteo JA.
Rickettsioses in Europe.
Microbes Infect. 2015;17(11-12):834-838. doi:10.1016/j.micinf.2015.09.009.

7. Miťková K, Berthová L, Kalúz S, Kazimírová


M, Burdová L, Kocianová E. First detections

of Rickettsia helvetica and R. monacensis in ectoparasitic mites (Laelapidae


and Trombiculidae) infesting rodents in south-western Slovakia. Parasitol Res.
2015;114(7):2465-2472. doi:10.1007/s00436-015-4443-x.

8. Eisen RJ, Gage KL. Transmission of Flea-Borne Zoonotic Agents. 2012.


doi:10.1146/annurev-ento-120710-100717.
9. Kumsa B. Molecular Investigation of Arthropods and Vector- Borne Bacteria
From Ethiopia. Faculte De Medecine De Marseille. Unité De Recherche Sur
Les Maladies Infectieuses Et Tropicales Emergentes. Urmite. 2014.
10. Krasnov BR, Shenbrot GI, Khokhlova IS, Poulin R. Relationships between
parasite abundance and the taxonomic distance among a parasite’s host
species: An example with fleas parasitic on small mammals. Int J Parasitol.
2004;34(11):1289-1297. doi:10.1016/j.ijpara.2004.08.003.

14
11. Hayman DTS, McDonald KD, Kosoy MY. Evolutionary history of rat-borne
Bartonella: The importance of commensal rats in the dissemination of
bacterial infections globally. Ecol Evol. 2013;3(10):3195-3203. doi:10.1002/
ece3.702.
12. Frye MJ, Firth C, Bhat M, et al. Preliminary survey of ectoparasites and
associated pathogens from Norway rats in New York City. J Med Entomol.
2015;52(2):253-259. doi:10.1093/jme/ tjv014.

13. Rauf, A. 2008. Hama Kutu Putih

Paracoccus marginatus. Pusat Pertanian Ilmu Hama Tanaman. Institut


Pertanian. Bogor.

14. Sartiami, D., Dadang, R. Anwar & I.S. Harahap. 2009. Persebaran Hama
Baru Paracoccus marginatus di Propinsi Jawa Barat (Abstrak). Di dalam:
Buku Panduan Seminar Nasional Perlindungan Tanaman. Bogor, 5-6
Agustus 2009.

15

Potrebbero piacerti anche