Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
West Java Province is one of the largest provinces in Indonesia that consists of 17
regencies and 9 municipalities with total population 40,737,594 (2006) which is estimated to
reach 44,095,034 by 2010. The monthly average household expenditure, in general, is
mainly spent to fulfill their meals. The percentage of expenditure above Rp. 200,000 per
month is relatively dominant. However, based on socio economic data (2005), the number
of poor people in West Java Province was 2,979,618 who are scattered in the region with
main income come from farm activities. Policies to alleviate poverty in West Java Province
are implemented through general and specific approaches. The general approach is
conducted based on the 2003-2008 development agenda of the regional government,
namely “The acceleration of people’s welfare improvement to achieve West Java Vision in
2010” through 5 missions: (1) Improvement of productivity and qaulity of human resources,
(2) Development of solid regional economic structure, (3) Improvement of local government
performance, (4) Improvement of the implementation of sustainable development, and (5)
Improvement of social life quality based on religion and local culture. The specific approach
is the establishment of West Java Province’s poverty alleviation commission based on the
decree issued by the Governor of West Java Province. The national development program
which activities are carried out in West Java Province include: P2KP, JPS, PMT-AS, JPS-
BK, DOP Puskesmas, BS and DBO DIKDASMEN, DOP SD/MI, JPS-BS, PKP, PDM-DKE,
Rice for the Poor (Raskin), and Family Improvement Program. Specific programs for
poverty alleviation in West Java Province are: (1) DAKABALAREA, (2) RAKSA DESA
Program, and (3) PPK-IPM Program, in addition to projects included in the West Java
Province’s development priority.
Key words : population growth, poor household, alleviation program
ABSTRAK
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang cukup luas wilayahnya,
terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan jumlah penduduk 40.737.594 jiwa pada tahun
2006 dan berdasarkan angka proyeksi tahun 2010 akan mencapai 44.095.034 jiwa. Secara
umum rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan di Provinsi Jawa Barat masih
ditujukan untuk pemenuhan konsumsi makanan dan minuman, dibandingkan dengan jenis
pengeluaran lainnya. Persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan masyarakat
Jawa Barat di atas Rp 200.000 relatif cukup dominan. Namun demikian, berdasarkan data
Sosial Ekonomi (BPS) tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat mencapai
2.979.618 jiwa yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat,
dimana sebagian besar rumah tangga miskin terbesar berada pada sektor pertanian secara
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
KONDISI UMUM
Luas wilayah Provinsi Jawa Barat (berdasarkan Citra Landsat tahun 2001)
mencapai 3.709.528,68 ha. Secara administratif wilayah Jawa Barat terdiri dari 17
Kabupaten dan 9 Kota, dengan jumlah penduduk pada tahun 2006, tercatat
40.737.594 jiwa. Data juga menunjukkan bahwa IPM dan ARLS penduduk Jawa
Barat pada tahun 2006, masing-masing mencapai 70,05 dan 7,74. Jumlah
pengangguran terbuka di Jawa Barat mencapai 1.898.954 jiwa atau mencapai
sekitar 10,95 persen dari jumlah penduduk pada tahun yang sama. Sementara itu,
jumlah rumah tangga miskin mencapai 2905 jiwa, sedangkan data tentang angka
kematian bayi (AKB) mencapai 44,83/1000, kemudian angka kematian ibu (AKI)
321,15/100000 (tahun 2004) serta angka harapan hidup (AHH) mencapai rata-rata
65,57 tahun.
Berdasarkan data perkembangan jumlah penduduk periode 1995-2006,
maka secara umum jumlah penduduk provinsi Jawa Barat terus mengalami
peningkatan yaitu dari 31.751.549 jiwa pada tahun 1995 menjadi 40.737.594 jiwa
pada tahun 2006. Berdasarkan perkembangan tersebut, jumlah penduduk Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2010 diproyeksikan menjadi 44.095.034 jiwa (Tabel 1).
Sementara perkembangan jumlah penduduk menurut daerah perkotaan dan
perdesaan berdasarkan data tahun 1980, 1990, dan tahun 2000, masing-masing
juga mengalami peningkatan (Tabel 2). Dari tabel tersebut juga terlihat telah terjadi
pergeseran proporsi jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan dan perdesaan.
Jika pada tahun 1980, jumlah penduduk di perdesaan sangat dominan (79,6%),
maka pada tahun 2000 justru jumlah penduduk di perkotaan memiliki proporsi lebih
besar.
69
Epi Kustiawan
Tabel 1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Provinsi Jawa Barat dari Tahun 1995-
2006 dan Proyeksi Tahun 2010
Jumlah Penduduk
Daerah 1980 1990 2000
% % %
Perkotaan 5.715.827 20,82 12.209.715 34,51 17.971.472 50,31
70
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
Tabel 3. Rata-rata Prosentase Pengeluaran Per Bulan Rumah Tangga di Provinsi Jawa
Barat Berdasarkan Jenis Pengeluaran
Jumlah rumah tangga miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005
sebesar 2.979.618 rumah tangga atau 27,64 persen terhadap total rumah tangga
di Jawa Barat berdasarkan data penerima BLT tahun 2005. Secara regional,
dengan data yang sama menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga miskin di Jabar
Utara mencapai 28,58 persen, Jabar Tengah 40,77 persen dan Jabar Selatan
30,65 persen (Gambar 1). Dari gambaran tersebut terlihat kantong kemiskinan
banyak terjadi di wilayah tengah dan selatan yang memang masih relatif minim
dalam penyediaan sarana dan prasarana.
Hasil Pendataan Sosial Ekonomi (PSE05) BPS tahun 2005, menunjukkan
bahwa jumlah rumah tangga yang diduga miskin di Provinsi Jawa Barat, mencapai
2.979.618 jiwa yang tersebar diseluruh kabupaten/kota yang ada di wilayah
Provinsi Jawa Barat (Tabel 5). Kabupaten Bogor menduduki peringkat pertama
untuk jumlah rumah tangga yang diduga miskin, disusul Kabupaten Bandung dan
71
Epi Kustiawan
Angkutan,
3% Perdgn,
Pternak,
7% Perikan,
Industri, 0%
2% 1%
72
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga yang Diduga Miskin Hasil Pendataan Sosial
Ekonomi (PSE05) BPS
73
Epi Kustiawan
oleh DKI Jakarta, namun menjadi mitra sejajar yang saling menguntungkan dan
terdepan dalam menjalin kerjasama dengan ibukota negara.
Kebijakan Umum
Kebijakan penanggulangan kemiskinan, berdasarkan kebijakan umum
yang telah ditetapkan dalam agenda pemerintah provinsi Jawa Barat periode 2003-
2008, yaitu:“Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat guna mendukung
pencapaian Visi Jawa Barat 2010”. Dikaitkan dengan upaya penanggulangan
kemiskinan, visi tersebut mengandung makna, bahwa Jawa Barat berupaya keras,
terencana, terukur, dan berkelanjutan mencapai tingkat kesejahteraan rakyat
optimal, dengan memperkecil toleransi serendah-rendahnya terhadap kemiskinan.
Dalam kerangka pelaksanaan agenda dimaksud, ditetapkan 5 (lima) misi, yaitu:
1. Peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia Jawa Barat;
2. Pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh;
3. Pemantapan kinerja pemerintahan daerah;
4. Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan
5. Peningkatan kualitas kehidupan sosial berlandaskan agama dan budaya
daerah.
Secara lebih detail tentang kebijakan dan program yang akan dilaksanakan untuk
menyukseskan visi pembangunan Jawa Barat disajikan pada Tabel 6 – 10.
74
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
75
Epi Kustiawan
Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus berkaitan dengan program penanggulangan kemiskinan
yang canangkan oleh pemerintah Jawa Barat, dilakukan melalui upaya
Pembentukan Komite Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Barat,
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No : 465/Kep.362-BPMD/2005
tanggal 29 April 2005 : Tentang Perubahan Komite Penanggulangan Kemiskinan
Provinsi Jawa Barat.
Sementara itu Program (Penanggulangan) Kemiskinan Tingkat Nasional
dan Khusus di Jawa Barat, meliputi :
76
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program Dakabalarea
Program ini dilaksanakan berdasarkan KepGub Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Reformasi Pembangunan Provinsi Jawa
Barat TA 1999/2000. Dakabalarea merupakan program pemberian kredit dengan
pola bagi hasil kepada pengusaha mikro & usaha kecil. Pelaksanaan perguliran
dana DAKABALAREA hingga tahun. 2005 telah bergulir sebesar Rp.
77
Epi Kustiawan
Kebijakan Gub.
Komitmen dana
Jabar tentang IPM
pendamping min 5%
dari DPRD kab/kota
PPK – IPM
Masyarakat
JABAR AKSELERASI
sasaran PENCAPAIAN
Program berbasis IPM JABAR
aktivitas TAHUN 2010
LSM setempat dengan pelibatan (IPM = 80)
multi
stakeholders
MODEL KERJASAMA
PT setempat MULTI STAKEHOLDERS
Swasta/
perusahaan Pihak
setempat lain
78
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
79
Epi Kustiawan
80