Sei sulla pagina 1di 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN TB PARU PADA ANAK DI


PUSKESMAS PERAK TIMUR
SURABAYA

Laela Nur Hidayah, Diyah Arini,S. Kep.,Ns.,M. Kes

Mahasiswa Prodi S1-Keperawatan


Tahun ajaran 2014/2015

ABSTRACT

Pulmonary TB is a bacterial infection that caused by Mycobacterium tuberculosis. Factors


that affect TB to the children are the child age, gender, contact history, nutrition stats, and
economical status. The purpose of this research is to discoveres the most dominant factor on
the the Pulmonary TB phenomenon.

The research design is analutic observation, with the Cross Sectional approach. The
population that is used in this research is children that are diagnosed suspect and the
pulmonary TB. The Samples are 57 childrens who experiencing pulmonary TB symptoms,
that are chose by Simple Random Sampling. Data collection instrument in this research uses
questioner sheets. The data analysis uses factors analysis and presented in table.

The result from chi square test shows that there is significance relation between contact
history with pulmonary TB phenomenon (ρ=0,034), and economical status (ρ=0,017). While
there is no relation between children age factors with pulmonary TB (ρ=0,336), gender
(ρ=0,122) and nutrition stats (ρ=0,718). From the result of the reesearch, it is found that the
most dominant factors beased on Binary Logistic Regression test is economical status shown
by index ρ=0,013 (ρ< 0,05)

The decrease of pulmonary TB incident to the children can be achieve if the knowledge of
family about TB are enough to do the prevention of the TB symptoms, So it is suggested that
Health Department increases the information spread by health counseling about the
pulmonary TB.

Keywords: Pulmonary TB, Children, Factors

Pendahuluan tuberculosis primer dan merupakan suatu


penyakit sistemik. TB primer biasanya
TB paru merupakan penyakit infeksi mulai secara perlahan-lahan sehinggga
yang disebabkan oleh Mycobacterium sukar ditentukan saat timbulnya gejala
tuberculosis (Ngastiyah, 2005). Penyakit pertama. Kadang terdapat keluhan demam
TB paru pada bayi dan anak disebut juga yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bersarang di paru-paru anak, maka kuman
bagian atas (Ngastiyah,2005). ini akan membelah diri atau berkembang
Jumlah penderita TB paru pada anak biak. Anak merupakan kelompok usia
di Jawa Timur sudah mencapai 2.342 yang sangat rentan tertular penyakit TB
pasien dengan korban meninggal dunia paru, hal ini antara lain disebabkan sistem
akibat TB paru sebanyak 1.308 jiwa imunitas mereka yang masih dalam tahap
(Dinkes 2013). Jumlah penderita TB paru perkembangan dan belum sempurna.
di Surabaya mencapai 4.336 pasien, Selain itu, kontak yang erat dan
disusul Jember dengan 3.104 pasien dan berlangsung lama dengan penderita TB
Banyuwangi dengan 1.689 pasien (Dinkes paru dewasa yang tinggal di serumah, juga
2014). Diketahui pada tahun 2014, memudahkan terjadinya penularan TB
jumlah anak yang sudah dilakukan paru. Hal ini memang dapat dipahami,
pemeriksaan untuk TB paru di Puskesmas karena Anak yang telah terinfeksi M.
Perak Timur sebanyak 67 anak. 12 anak tuberculosis mudah berkembang menjadi
(17%) diantaranya berstatus TB paru BTA penderita penyakit TB paru apabila status
(+),sedangkan 55 anak (83 %) berstatus gizi mereka buruk. Saat ini, di tengah
suspek TB paru. Berdasarkan hasil studi tekanan kondisi perekonomian dengan
pendahuluan pada tanggal 4 Februari 2015 tingkat inflasi yang tinggi dan kenaikan
terhadap 5 orang tua yang berkunjung di harga-harga kebutuhan pokok, diramalkan
Puskesmas Perak Timur Surabaya untuk jumlah keluarga miskin terus bertambah.
menjalani pengobatan TB paru terhadap Kondisi ini tentu akan meningkatkan
anaknya yang berusia kurang dari 5 tahun, berkembangnya anak penderita gizi buruk
didapatkan 3 orangtua yang (Wahyu, 2008). Sumber infeksi TB pada
pendapatannya kurang dari UMK tahun anak yang terpenting adalah pajanan
2014 Rp 2.200.000, yaitu sebesar terhadap dewasa yng infeksius, terutama
Rp.1.500.000, Rp 2.000.000, dan Rp dengan BTA positif. Hiswani (2009)
1.750.000. 2 orangtua sisanya mengatakan bahwa keterpaparan penyakit
berpenghasilan sesuai dengan UMK. TB paru pada seseorang dipengaruhi oleh
Faktor utama seseorang dapat beberapa faktor seperti : Status sosial
terinfeksi adalah setelah menghirup udara ekonomi dan status gizi.
yang mengandung droplet yang Kunci keberhasilan pengendalian TB
mengandung kuman M.tuberculosis yang paru pada anak adalah dengan pengobatan
ditularkan oleh penderita TB paru BTA yang tepat. Salah satu cara untuk
positif. Droplet yang mengandung basil menurunkan laju penularan adalah dengan
TB yang dihasilkan dari batuk dapat menjauhkan individu yang terinfeksi TB
melayang di udara hingga kurang lebih dua dengan populasi rentan, sedangkan untuk
jam tergantung pada kualitas ventilasi, jika meningkatkan laju kesembuhan perlu
droplet terhirup oleh orang sehat, maka dilakukan pengobatan yang maksimal.
droplet akan terdampar pada dinding Perbaikan sosial ekonomi, dan
sistem pernafasan. Pada saat penderita peningkatan taraf hidup dapat mengurangi
batuk atau bersin, kuman TB paru dan jumlah penderita TB paru pada anak.
BTA positif yang berbentuk droplet sangat Diharapkan upaya melakukan pemeriksaan
kecil ini akan berterbangan di udara. secara aktif khususnya pada kelompok
Apabila droplet ini terlah terhirup dan resiko tinggi dan status gizi kurang untuk
mengurangi resiko penularan TB paru. Menurut Nugrahaeni (2011), Faktor
Selain memberikan imunisasi, untuk tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3
mencegah timbulnya penyakit TB paru, faktor utama yaitu faktor pejamu (host),
orang tua juga harus memperhatikan agen (agent), dan lingkungan
asupan gizi yang baik bagi anak. (environment).
Pemberian gizi seimbang yang baik 1. Faktor pejamu (host)
ditambah dengan imunisasi BCG a. Usia
diharapkan menjadi senjata yang cukup b. Jenis kelamin
ampuh untuk menangkal serangan bakteri c. Riwayat kontak
TB (Mufidah, 2012). Penurunan insidensi d. Status gizi
TB paru pada anak dapat dicapai jika e. Status ekonomi
pengetahuan keluarga tentang TB 2. Faktor agen (agent)
mencukupi untuk melakukan tindakan a. Mycobacterium tuberculosis
pencegahan TB sehingga disarankan agar 3. Faktor lingkungan (environment)
dinas kesehatan lebih meningkatkan a. Pencahayaan
pemberian informasi melalui penyuluhan b. Penghawaan
kesehatan mengenai TB paru. c. Suhu udara dan kelembaban
Tuberkulosis paru merupakan Berdasarkan latar belakang diatas,
penyakit infeksi yang menyerang parenkim peneliti mencoba untuk meneliti lebih
paru-paru yang disebabkan oleh lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi
Mycrobacteria tuberculosis. Penyakit ini kejadian TB paru pada anak di Puskesmas
dapat juga menyebar ke bagian tubuh Perak Timur Surabaya.
seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus .
limfe (Djojodibroto, 2012). Bahan dan Metode Penelitian
Penyakit TB biasanya menular
melalui udara yang tercemar dalam bakteri Desain penelitian menggunakan
M.tuberculosis yang dilepaskan pada saat metode observasional analitik dimana
penderita TB baru, dan pada anak-anak dilakukan observasi untuk
sumber infeksi umumnya berasal dari mengidentifikasi apakah variable
penderita TB dewasa. Bakteri ini bila independen yang meliputi usia, jenis
sering masuk dan terkumpul dalam paru- kelamin, status ekonomi, riwayat kontak,
paru akan berkembang biak menjadi dan status gizi mempengaruhi variable
banyak dan dapat menyebar melalui dependen yakni kejadian anak dengan TB
pembuluh darah atau kelenjar getah paru. Jenis penelitian yang peneliti lakukan
bening. Oleh sebab itu infeksi TB dapat adalah bersifat analitik faktor yaitu untuk
menginfeksi hampir seluruh organ seperti : mencari hubungan anatar variable yang
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, akan diteliti, dimana kedudukan masing-
tulang, kelenjar getah bening dan lain-lain, masing variable adalah sama dan saling
meskipun demikian organ tubuh yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan
paling sering terkena yaitu paru-paru secara cross sectional, yaitu rancangan
(Depkes RI, 2008). penelitian dengan melakukan pengukuran
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau pengamatan data variabel independen
terjadinya TB paru adalah sebagai berikut : (Usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat
kontak, dan status ekonomi) dan dependen
(kejadian TB) hanya satu kali pada satu kuesioner pada data khusus. Penilaian
saat. (Nursalam, 2011) status gizi menggunakan antropometri
Populasi dalam penelitian ini adalah pada berat badan menurut usia. Barat
anak dengan suspek TB paru dan TB paru badan dan usia anak diketahui dari medical
di Puskesmas Perak Timur Surabaya pada record Puskesmas Perak Timur Surabaya
tahun 2014 sebanyak 67 anak. Teknik yang berupa berat badan anak saat pertama
sampling yang digunakan dalam penelitian kali memeriksakan diri ke Puskesmas
ini adalah probability sampling yaitu Perak Timur Surabaya, pada riwayat
setiap subjek dalam populasi mempunyai kontak Riwayat didapat dari hasil
kesempatan untuk terpilih atau tidak wawancara terhadap orang tua anak, dan
terpilih sebagai sampel dengan teknik menurut data di medical record Puskesmas
simple random sampling yaitu suatu teknik Perak Timur Surabaya pada tahun 2014.
penetapan sampel dengan cara dan status ekonomi menggunakan
pengambilan secara acak (Nursalam, instrumen kuesioner.
2011). Sampel dalam penelitian ini adalah Variabel dependen menggunakan
sebagian anak dengan suspek TB paru dan Instrumen pada kejadian TB Paru
TB paru di Puskesmas Perak Timur menggunakan dokumentasi medical record
Surabaya pada tahun 2014 sebanyak 57 berapa jumlah pasien TB paru dengan
anak. Pada teknik ini setiap responden suspek TB paru dan dengan TB paru yang
yang memenuhi kriteria inklusi : berobat di Puskesmas Perak Timur
1. Anak dengan Suspek TB paru dan TB Surabaya pada tahun 2014.
paru yang memiliki data lengkap di
rekam medis Puskesmas Perak Timur Hasil Penelitian
Surabaya
2. Orang tua anak yang bersedia menjadi Data Umum
1. Karakteristik Orang Tua
responden
Berdasarkan Usia
Penelitian ini dilaksanakan pada 13 Mei
Tabel 5.1 Karakteristik Tabel Frekuensi
2015 di Puskesmas Perak Timur Surabaya.
Usia Orang Tua di Puskesmas
Instrumen penelitian yang digunakan Perak Timur Surabaya Periode 13
dalam penelitian ini adalah dengan cara Mei - 3 Juni 2015 (n = 57)
kuesioner dengan mengunjungi disetiap
rumah penderita Suspek TB paru maupun Usia Frekuensi (f) Prosenta
se (%)
penderita TB paru yang terdata di medical
< 30 tahun 9 15,8 %
record Puskesmas Perak Timur Surabaya 30-35 tahun 34 59,6 %
selama tahun 2014 karena pada penelitian > 35 tahun 14 24,6 %
ini digunakan pendekatan secara Total 57 100 %
retrospektif. Instrumen yang digunakan
pada faktor usia adalah kuesioner pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa orang tua
data demografi anak menyatakan tentang yang berusia < 30 tahun sebanyak 9 orang
usia saat pertama kali anak terdiagnosa TB (15,8%), usia 30-35 tahun sebanyak 34 orang
paru, pada jenis kelamin adalah kuesioner (59,6%), dan > 35 tahun sebanyak 14 orang
pada data demografi anak menyatakan (24,6%).
tentang jenis kelamin anak, lalu status gizi
Instrumen yang digunakan adalah
2. Karakteristik Orang Tua Pegawai swasta 10 17,5 %
Berdasarkan Usia Ibu rumah tangga 30 52,6 %
Tabel 5.2 Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Tidak bekerja 2 3,5 %
Orang Tua di Puskesmas Perak Timur Total 44 100 %
Surabaya Periode 13 Mei - 3 Juni 2015 (n =
57) Tabel 5.4 menunjukkan bahwa orang
tua yang berpendidikan PNS sebanyak 3 orang
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentas (5,3%), wiraswasta sebanyak 12 orang
(f) e (%) (21,1%), pegawai swasta 10 orang (17,5%),
Laki-laki 23 40,4 % ibu rumah tangga 30 orang (52,6%), dan tidak
Perempuan 34 59,6 % bekerja 2 orang sebanyak (3,5%).
Total 57 100 %
5. Karakteristik Anak Berdasarkan
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa orang Usia
tua yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak Tabel 5.5 Tabel Frekuensi Usia Anak di
23 orang (40,4%), dan yang berjenis kelamin Puskesmas Perak Timur Surabaya
perempuan sebanyak 34 orang (59,6%). Periode 13 Mei - 3 Juni 2015 (n =
57)
3. Karakteristik Orang Tua Usia Frekuensi Prosenta
Berdasarkan Pendidikan (f) se (%)
1-3 Tahun 13 22,8 %
Tabel 5.3 Tabel Frekuensi Pendidikan
Orang Tua di Wilayah Puskesmas
4-6 Tahun 14 24,6 %
Perak Timur Surabaya Periode 13 7-12 Tahun 30 52,6 %
Mei - 3 Juni 2015 (n = 57) Total 57 100 %
Pendidikan Frekuensi Prosenta
(f) se (%) Tabel 5.5 menunjukkan bahwa anak
SD 16 28,1 % yang berusia 1-3 tahun sebanyak 13 anak
SMP 17 29,8 % (22,8%), 4-6 tahun sebanyak 14 anak (24,6%),
SMA 22 38,6 % dan 7-12 tahun sebanyak 30 anak (52,6%).
PT 2 3,5 %
Total 57 100 % 6. Karakteristik Anak Berdasarkan
Adanya Pengasuh
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa orang
Tabel 5.6 Tabel Frekuensi Pengasuh Anak
tua yang berpendidikan SD sebanyak 16 orang di Puskesmas Perak Timur
(28,1%), SMP sebanyak 17 orang (29,8%), Surabaya Periode 13 Mei - 3 Juni
SMA sebanyak 22 orang (38,6%), Perguruan 2015 (n = 57)
Tinggi 2 orang (3,5%). Pengasuh Frekuensi Prosenta
(f) se (%)
4. Karakteristik Orang Tua Ya 4 7%
Berdasarkan Pekerjaan. Tidak 53 93 %
Tabel 5.4 Tabel Frekuensi Pekerjaan Orang Total 57 100 %
Tua di Puskesmas Perak Timur Surabaya
Periode 13 Mei - 3 Juni 2015 (n = 57) Tabel 5.5 menunjukkan bahwa anak
yang mempunyai pengasuh sebanyak 4 orang
Pekerjaan Frekuen Prosenta (7%), dan yang tidak mempunyai pengasuh
si (f) se (%) sebanyak 53 orang (93%).
PNS 3 5,3 %
Wiraswasta 12 21,1 %
Data Khusus per
1. Faktor Usia Anak em 33, 74, 100
6 12 18
pua 3% 2% %
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Faktor Usia n
Anak Yang Mempengaruhi Kejadian TB Tot 1 21,
45
78,
57
100
Paru Di Puskesmas Perak Timur Surabaya al 2 1% 9% %
Uji statistik Chi Square (ρ = 0,122 p
Periode 13 Mei-3 Juni 2015 (N=57) value>0,05)

Kejadian TB Paru
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa jenis
fak TB kelamin anak laki-laki sebanyak 39 anak, dari
Suspek Total
tor Paru
(% (% (% 39 anak tersebut didapatkan ada 33 anak
F F F (84,6%) mengalami suspek , 6 anak (15,4%)
) ) )
< 5 mengalami TB paru. Sedangkan pada anak
15, 84, 100
Tah 4 22 26 yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18
4% 6% %
un anak, dari 18 anak tersebut didapatkan ada 12
>5
25, 74, 100 anak (66,7%) mengalami suspek, 6 anak
Tah 8 23 31
8% 2% % (33,3%) mengalami TB Paru. Hasil uji chi
un
Tot 1 21, 78, 100 square menunjukkan nilai p = 0,122 (p value >
45 57
al 2 1% 9% % 0,05) berarti secara statistik tidak ada
Uji statistik Chi Square (ρ = 0,336 p hubungan antara faktor jenis kelamin anak
value>0,05)
dengan kejadian TB paru.
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa pada
anak yang berusia > 5 tahun sebanyak 31 anak, 3. Faktor Riwayat kontak
dari 31 anak tersebut didapatkan ada 23 anak Tabel 5.8 Tabulasi Silang Faktor Riwayat
(74,2%) mengalami suspek, 8 anak (25,8%) Kontak Anak Yang
mengalami TB paru. Sedangkan pada anak Mempengaruhi Kejadian TB Paru
yang berusia < 5 tahun sebanyak 22 anak di Puskesmas Perak Timur
(84,6%) mengalami suspek, sisanya 4 anak Surabaya Periode 13 Mei - 3 Juni
(15,4%) mengalami TB paru. Hasil uji chi 2015 (n = 57)
square menunjukkan nilai p = 0,336 (p value > Kejadian TB Paru
0,05) berarti secara statistik tidak ada
hubungan antara faktor usia anak dengan fak TB
Suspek Total
tor Paru
kejadian TB paru.
(% (% (%
F F F
) ) )
2. Faktor Jenis Kelamin 1 27, 72, 100
Ya 32 44
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Faktor Jenis 2 3% 7% %
Kelamin Anak Yang Mempengaruhi Tid 100 100
0 0% 13 13
ak % %
Kejadian TB Paru Di Puskesmas Perak Tot 1 21, 78, 100
Timur Surabaya Periode 13 Mei-3 Juni 45 57
al 2 1% 9% %
2015 (N=57) Uji statistik Chi Square (ρ = 0,034 p
value<0,05)

Kejadian TB Paru Tabel 5.8 menunjukkan bahwa anak


fak TB yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 44
Suspek Total
tor Paru
(% (% (% anak , dari 44 anak tersebut didapatkan ada 32
F F F anak (72,7%) mengalami suspek, 12 anak
) ) )
Lak (27,3%) mengalami TB paru. Sedangkan pada
15, 84, 100
i- 6 33 39 anak yang tidak memiliki riwayat kontak
4% 6% %
laki sebanyak 13 anak, dari 13 anak tersebut
didapatkan 13 anak (100%) mengalami 5. Status ekonomi
suspek. Hasil uji chi square munjukkan nilai p Tabel 5.10 Tabulasi Silang Faktor Status
= 0,034 (p value < 0,05) berarti secara statistik Ekonomi Anak Yang Mempengaruhi Kejadian
ada hubungan antara faktor riwayat kontak TB Paru di Puskesmas Perak Timur Surabaya
dengan kejadian TB paru Periode 13 Mei - 3 Juni 2015 (n = 57)

4. Status Gizi Kejadian TB Paru


Tabel 5.9 Tabulasi Silang Faktor Status Gizi TB
fak Suspek Total
Anak Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru tor Paru
di Puskesmas Perak Timur Surabaya Periode (% (% (%
F F F
13 Mei - 3 Juni 2015 (n = 57) ) ) )
kur 1 33, 66, 100
Kejadian TB Paru 20 30
ang 0 3% 7% %
fak TB lebi 7,4 92, 100
Suspek Total 2 25 27
tor Paru h % 6% %
(% (% (% Tot 1 21, 78, 100
F F F 45 57
) ) ) al 2 1% 9% %
bur 25 75 100 Uji statistik Chi Square (ρ = 0,017 p
1 3 4
uk % % % value<0,05)
kur 12, 87, 100
2 14 16
ang 5% 5% %
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari
bai 75 100
9 25 27 36 responden pada anak yang status ekonominya
k % %
lebi 100 100 kurang dari UMK sebanyak 30 anak, dari 30
0 0 1 1
h % % anak tersebut didapatkan ada 20 anak (66,7%)
Tot 1 21, 78, 100 mengalami suspek, 10 anak (33,3%)
45 57
al 2 1% 9% %
mengalami TB paru. Sedangkan pada anak
Uji statistik Chi Square (ρ = 0,718 p
value>0,05) yang status ekonominya lebih dari UMK
sebanyak 27 anak, dari 27 anak tersebut
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari didapatkan ada 25 anak (92,6%) mengalami
responden pada anak yang mempunyai status suspek, 2 anak (7,4%) mengalami TB paru.
gizi baik sebanyak 36 anak , dari 36 anak Hasil uji chi square menunjukkan nilai p =
tersebut didapatkan ada 27 anak (75%) 0,017 (p value < 0,005) berarti secara statistik
mengalami suspek, 9 anak (25%) mengalami ada hubungan antara faktor status ekonomi
TB paru. Pada anak yang mempunyai status dengan kejadian TB paru
gizi kurang sebanyak 16 anak, dari 16 anak
tersebut didapatkan ada 14 anak (87,5%) 6. Faktor Dominan
mengalami suspek, 2 anak (12,5%) mengalami Tabel 5.11 Hasil Regresi Logistik Biner
TB paru. Pada anak yang mempunyai status Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
gizi buruk sebanyak 4 anak, dari 4 anak TB Paru di Puskesmas Perak Timur Surabaya
tersebut didapatkan ada 3 anak (75%) Periode 13 Mei - 3 Juni 2015 (n = 57)
mengalami suspek, 1 anak (25%) mengalami No. Jenis Ρ Exp 95% C.I for
TB paru. Sedangkan pada anak yang Variabel value (β) EXP (β)
mempunyai status gizi lebih sebanyak 1 anak Batas Batas
bawa atas
(100%) yang mengalami suspek. Hasil chi
h
square menunjukkan nilai p = 0,718 (p value > Step Usia 0.78 0.78 0.13 4.63
0,05) berarti secara statistik tidak ada 1 anak (1) 8 4 3 6
hubungan antara faktor status gizi dengan Jenis 0.19 0.33 0.06 1.76
kejadian TB paru. kelamin 6 3 3 3
(1) 0.99 1.28 0.00
Riwayat 8 8E9 0 TB paru didapatkan ρ = 0,013 dengan nilai OR
kontak 8,333 hal ini menunjukkan bahwa status
(1) ekonomi < Rp 2.200.000 beresiko 8,333 kali
Step Status 0.26 8.37 0.20 346. lebih tinggi daripada status ekonomi > Rp
2 gizi (1) 3 8 3 082
2.200.000 terpapar TB paru.
Status 0.89 1.26 0.04 38.5
gizi (2) 2 7 2 22
Status 1.00 1.56 0.00
gizi (3) 0 76E8 0 Pembahasan
Status 0.01 12.0 1.81 79.6
ekonomi 0 24 5 46
Step Usia 0.332 0.46 0.09 2.2 1. Faktor Usia
3 anak (1) 0.170 0 6 07 Berdasarkan hasil tabulasi silang
Jenis 0.333 0.35 0.08 1.5 didapatkan anak yang berusia > 5 tahun
kelamin 5 1 58 sebanyak 31 anak , dari 31 anak tersebut
(1) 4.42 0.21 89.
Status 4 8 851 didapatkan ada 23 anak (74,2%)
gizi (1) mengalami suspek, 8 anak (25,8%)
Status 0.828 1.34 0.09 19. mengalami TB paru. Sedangkan pada anak
gizi (2) 5 3 529 yang berusia < 5 tahun sebanyak 22 anak
Status 1.000 8.65 0.00
gizi (3) 2E7 0 (84,6%) mengalami suspek, sisanya 4 anak
Status 0.027 7.08 1.25 40. (15,4%) mengalami TB paru. Hasil
ekonomi 5 3 070 analisis data dengan uji statistik chi square
(1) didapatkan p = 0,336. Hal ini
Usia 0.227 0.44 0.10 1.9
menunjukkan bahwa p values > 0,05
anak (1) 2 1 27
Jenis 0.199 0.39 0.09 1.6 berarti tidak ada hubungan bermakna
kelamin 2 4 34 antara faktor usia anak dengan kejadian
(1) TB paru.
Status 0.040 5.72 1.08 30.
Berdasarkan hasil tabulasi silang
ekonomi 7 4 252
(1) didapatkan sebanyak 26 anak yang berusia
Step Jenis 0.266 0.45 0.11 1.8 < 5 tahun. Kemungkinan anak balita untuk
4 kelamin 7 5 16 terinfeksi dan menimbulkan sakit sangat
(1)
tinggi. Sebelum masa pubertas infeksi
Status 0.041 5.58 1.07 28.
ekonomi 0 5 969 primer ditemukan di paru. Sampai usia 2
(1) tahun dapat mengakibatkan keadaan yang
Step Status 0.027 6.25 1.22 31. berat seperti Tuberculosis millier dan
5 ekonomi 0 7 838
Meningitis tuberculosis. Selaras dengan
(1)
Step Riwayat 0.998 7.97 0.00 Samallo dalam Nurhidayah,dkk (2007),
6 kontak 2E8 0 usia anak merupakan usia yang sangat
(1) rawan terhadap penularan penyakit
Status 0.013 8.33 1.55 44.
tuberkulosis dan angka penularan serta
ekonomi 3 6 642
(1) bahaya penularan yang tinggi terdapat
pada golongan umur 0-6 tahun dan
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa golongan umur 7-14 tahun. Juga Selaras
dengan menggunakan analisis koefisien dengan penelitian Diani, dkk (2011)
Regresi Logistik Biner didapatkan hasil faktor proporsi infeksi TB pada anak <5 tahun
status ekonomi paling mempengaruhi kejadian yang tinggal dalam satu rumah dengan 85
orang pasien TB paru dewasa di Peneliti berasumsi bahwa usia
Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta memang menjadi salah satu hal yang tidak
Selatan berdasarkan uji tuberkulin 42,4%. terlepas dari TB paru, akan tetapi sistem
Menurut Rahajoe (2012) Anak berusia ≤5 imun pada usia <5 tahun bisa dipengaruhi
tahun mempunyai resiko lebih besar oleh faktor lainnya yaitu seperti pemberian
mengalami infeksi menjadi sakit TB imunisasi dan status gizi anak. Dari hasil
karena imunitas selularnya belum penelitian didapatkan sebanyak 35
berkembang sempurna (imatur), karena responden mempunyai status gizi baik,
Imunitas alamiah bersifat nonspesifik yang dapat disimpulkan bahwa anak berusia <5
meliputi pertahanan terhadap berbagai tahun tetapi memiliki status gizi yang baik,
macam agen infeksius, hal ini bervariasi kecil kemungkinan seorang anak bisa
menurut usia dan aktivitas hormon. terpapar TB Paru. Berdasarkan penelitian
Berdasarkan hasil tabulasi silang tersebut diketahui tidak ada pengaruh
didapatkan sebanyak 31 anak yang berusia antara usia anak dengan kejadian TB paru
> 5 tahun. Menurut Rahajoe (2012) usia di Puskesmas Perak Timur Surabaya.
anak yang resiko sakit TB ini akan 2. Faktor Jenis Kelamin
berkurang secara bertahap seiring dengan Berdasarkan hasil tabulasi silang
pertambahan usia. Sependapat dengan didapatkan anak yang berjenis kelamin
beberapa penelitian menunjukkan hasil laki-laki sebanyak 39 anak , dari 39 anak
yang sama. Menurut penelitian tersebut didapatkan ada 33 anak (84,6%)
sebelumnya Nevita (2014), menunjukkan mengalami suspek, 6 anak (15,4%)
bahwa resiko terjadinya sakit TB pada mengalami TB paru. Sedangkan pada anak
anak sama dengan anak yang lebih tua. Hal yang berjenis kelamin perempuan
tersebut kemungkinan karena status sebanyak 18 anak, dari 18 anak tersebut
imunitas kedua kelompok umur tidak didapatkan ada 12 anak (66,7%)
berbeda. Menurut Crofton (1989) dalam mengalami suspek, 6 anak (33,3%)
Iskandar (2010), daya tahan tubuh untuk mengalami TB paru. Hasil analisis data
melawan infeksi pada hakekatnya sama dengan uji statistik chi square didapatkan p
untuk semua umur akan tetapi pada usia = 0,122. Hal ini menunjukkan bahwa p
sangat muda awal kelahiran dan pada usia values > 0,05 berarti tidak ada hubungan
10 tahun pertama hidupnya memiliki bermakna antara faktor jenis kelamin
sistem pertahanan tubuh sangat lemah, dengan kejadian TB paru.
sehingga imunisasi adalah cara untuk Insiden TB paru pada wanita
meningkatkan kekebalan anak terhadap meskipun lebih rendah daripada pria,
suatu penyakit. Faktor lain yang perkembangan infeksi TB paru menjadi
mempengaruhi respon imun, yaitu nutrisi. penyakit TB paru pada wanita lebih cepat
(Rudolph, 2006). Anak yang kekurangan dibandingkan dengan pria. (WHO,2010).
gizi mengalami kemunduran respon imun Bahkan, menurut salah satu penelitian
selularnya sehingga sangat mudah yang tidak sejalan dengan penelitian ini,
mendapatkan infeksi mikrobakteria, virus hampir tidak ada perbedaan antara laki-
dan jamur, dapat diberikan kepastian laki dan perempuan sampai pada umur
bahwa respons imun pada manusia sangat pubertas, mengemukakan bahwa dari
dipengaruhi oleh derajat keparahan kondisi catatan statistik meski tidak selamanya
gizi dan umur. (Subowo, 2013) konsisten, mayoritas penderita
tuberkulosis paru adalah wanita. Hal ini yang tidak memiliki riwayat kontak
masih memerlukan penyelidikan dan sebanyak 13 anak, dari 13 anak tersebut
penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat didapatkan 13 anak (100%) mengalami
behavioural, tingkat kejiwaan, sistem suspek. Hasil analisis data dengan uji
pertahanan tubuh, maupun tingkat statistik chi square didapatkan p = 0,034.
molekuler. Untuk sementara, diduga jenis Hal ini menunjukkan bahwa p values <
kelamin wanita merupakan faktor risiko 0,05 berarti ada hubungan bermakna antara
yang masih memerlukan evidence pada faktor riwayat kontak dengan kejadian TB
masing-masing wilayah, sebagai dasar paru.
pengendalian atau dasar manajemen. Dari hasil penelitian didapatkan
(Wadjah, 2012) bahwa responden yang mempunyai
Peneliti berasumsi bahwa dilihat dari pengasuh sebanyak 4 orang (7%), dan
aspek behavioural anak dengan jenis yang tidak mempunyai pengasuh sebanyak
kelamin laki-laki lebih berisiko terkena TB 53 orang (93%), para orang tua mesti
paru di mana, anak laki-laki memiliki mewaspadai kemungkinan adanya
interaksi sosial yang cukup tinggi. penderita TB dewasa disekitar anak
Interaksi sosial ini akan berdampak pada mereka. Pemilihan seorang calon pengasuh
makin mungkinnya seorang anak laki-laki hendaknya didasarkan pula pertimbangan
tersebut tertular TB paru dari anak-anak riwayat kesehatannya. Jika sang calon
lain di lingkungan aktifitas interaksinya. pengasuh menderita batuk-batuk yang
Mungkin saja, anak perempuan memang lama (lebih dari 2-3 minggu), terlihat
memiliki aspek tingkat kejiwaan dan kurus dan kurang sehat, orang tua
sistem pertahanan tubuh. Akan tetapi, hendaknya tidak begitu saja menerima
faktor tersebut akan tetap bergantung pada mereka sebelum memastikan kondisi
kemungkinan seorang anak untuk tertular kesehatannya melalui pemeriksaan dokter
kuman TB Paru dalam aktifitas di (Wahyu 2008)
lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah Menurut Rahadjoe (2012), Faktor
maupun di lingkungan bermainnya. Jika resiko terjadinya infeksi TB antara lain
anak perempuan memiliki aktifitas adalah anak yang terpajan dengan orang
bermain yang padat seperti pada anak laki- dewasa dengan TB aktif (kontak TB
laki, maka kemungkinan dirinya untuk positif). Sumber infeksi TB pada anak
tertular kuman TB Paru juga besar, dan yang terpenting adalah pajanan terhadap
kemungkinan keparahannya juga tinggi. orang dewasa yang infeksius, terutama
Berdasarkan penelitian tersebut diketahui dengan BTA positif, berarti bayi dari
tidak ada pengaruh antara jenis kelamin seorang ibu dengan BTA sputum positif
anak dengan kejadian TB paru di memiliki resiko tinggi terinfeksi TB.
Puskesmas Perak Timur Surabaya. Semakin erat bayi tersebut dengan ibunya,
3. Faktor Riwayat Kontak semakin besar pula kemungkinan bayi
Berdasarkan hasil tabulasi silang tersebut terpajan percik renik (droplet
didapatkan anak yang mempunyai riwayat nuclei) yang infeksius. Resiko timbulnya
kontak sebanyak 44 anak , dari 44 anak transmisi kuman dari orang dewasa ke
tersebut didapatkan ada 32 anak (72,7%) anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
mengalami suspek, 12 anak (27,3%) tersebut mempunyai BTA sputum positif,
mengalami TB paru. Sedangkan pada anak infiltrate luas, produksi sputum banyak
dan encer, batuk produktif dan kuat, serta Berdasarkan penelitian tersebut diketahui
terdapat faktor lingkungan yang kurang ada pengaruh antara riwayat kontak
sehat terutama sirkulasi udara yang tidak dengan kejadian TB paru di Puskesmas
baik. Menurut Rudolph (2006), Anak Perak Timur Surabaya.
mendapat infeksi dari orang dewasa, dan 4. Faktor Status Gizi
selama penyakit menetap pada orang Berdasarkan hasil tabulasi silang
dewasa, anak yang rentan akan terus didapatkan anak yang mempunyai status
terinfeksi. Penyakit yang tidak gizi baik sebanyak 36 anak , dari 36 anak
teridentifikasi sangat berperan pada infeksi tersebut didapatkan ada 27 anak (75%)
baru. Bila penderita penyakit paru aktif mengalami suspek, 9 anak (25%)
batuk atau bersin, droplet yang mengalami TB paru. Pada anak yang
mengandung basil dan implantasinya di mempunyai status gizi kurang sebanyak 16
jaringan paru penting untuk penyebaran anak, dari 16 anak tersebut didapatkan ada
infeksi. Kemungkinan anak mendapatkan 14 anak (87,5%) mengalami suspek, 2 anak
infeksi dari orang dewasa yang menderita (12,5%) mengalami TB paru. Pada anak
penyakit akut tergantung pada derajat yang mempunyai status gizi buruk
infeksi sputum, lama, dan frekuensi sebanyak 4 anak, dari 4 anak tersebut
kontak, dan keadaan lain di sekitar kontak. didapatkan ada 3 anak (75%) mengalami
Insiden infeksi pada kontak meningkat suspek, 1 anak (25%) mengalami TB paru.
secara bermakna bila individu yang Sedangkan pada anak yang mempunyai
terinfeksi sputumnya positif. Dalam status gizi lebih sebanyak 1 anak (100%)
etiologi penyakit tuberkulosis, kuman yang mengalami suspek. Hasil analisis data
mycobacterium tuberculosis berukuran dengan uji statistik chi square didapatkan p
sangat kecil, bersifat aerob, dapat bertahan = 0,718. Hal ini menunjukkan bahwa p
hidup lama dalam sputum kering, dan values > 0,05 berarti tidak ada hubungan
dengan mudah dapat dieksresikan melalui bermakna antara faktor status gizi dengan
inhalasi butir sputum lewat batuk, bersin kejadian TB paru.
maupun bicara (droplet infection). Menurut Naga (2012), Faktor yang
Sehingga kontak yang sering dengan mempengaruhi kemungkinan seseorang
penderita tuberkulosis aktif akan menjadi penderita tuberkulosis paru adalah
menyebabkan infeksi atau paparan paparan daya tahan tubuh yang rendah diantaranya
orang yang sehat. karena gizi buruk. Keadaan malnutrisi atau
Peneliti berasumsi bahwa riwayat kekurangan kalori, protein, vitamin, zat
kontak merupakan hal yang penting dalam besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi
penelitian penyakit tuberkulosis paru. Dari daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan
data pasien TB Paru dewasa pada tahun terhadap penyakit termasuk TB paru.
2014 di Puskesmas Perak Timur sebanyak Keadaan ini merupakan faktor penting yang
74 pasien TB paru dewasa yang sudah berpengaruh di negara miskin, baik pada
terdiagnosis BTA (+). Jadi, TB paru pada orang dewasa maupun anak-anak. Gizi
anak tidak terlepas hubungannya dengan selain dibutuhkan untuk keperluan umum,
penyakit TB paru pada orang dewasa. Hal juga dibutuhkan untuk memelihara fungsi
ini disebabkan karena penularan sistem imun secara benar. Sel-sel limfosit
tuberkulosis pada anak berasal dari orang merupakan salah satu komponen sistem
dewasa yang menderita TB paru. imun yang sangat aktif dalam proses
metabolismenya, oleh karena setiap kali bermakna antara faktor status gizi dengan
melepaskan molekul-molekul sebagai kejadian TB paru.
pengganti yang dilepaskan, dibutuhkan gizi Menurut Wahyu (2008), Saat ini, di
dengan kualitas khusus. Apabila hal ini tengah tekanan konsisi perekonomian
tidak terpenuhi, maka timbullah defisiensi dengan tingkat inflasi yang tinggi dan
imun sekunder. (Subowo, 2013). kenaikan harga-harga kebutuhan pokok,
Hasil penelitian ini sejalan dengan diramalkan jumlah keluarga miskin akan
penelitian Sari (2007), bahwa tidak ada terus bertambah. Kondisi ini tentu akan
hubungan yang bermakna antara terjadinya meningkatkan peluang lahir, dan
TB paru dengan status gizi anak. Peneliti berkembangnya bayi dan anak penderita
berasumsi bahwa status gizi pada anak gizi buruk. Didapatkan dari hasil penelitian
sangat penting, karena status gizi yang baik sebanyak 30 anak dari 57 responden yang
akan meningkatkan daya tahan dan status ekonominya kurang dari UMR,
kekebalan tubuh anak, sehingga anak tidak pendapatan keluarga juga sangat erat
mudah menderita penyakit TB. Tetapi dengan penularan TB, karena pendapatan
apabila anak memiliki status gizi yang baik kecil membuat orang tidak dapat layak,
dan bila terinfeksi pun, anak dengan status yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
gizi yang baik cenderung menderita TB Penularan TB lebih mudah terjadi di daerah
ringan dibandingkan dengan yang gizi pemukiman padat penduduk yang banyak
buruk. Meskipun diharapkan bahwa orang terdapat di daerah kumuh. Luas bangunan
yang memiliki status gizi yang baik akan yang tidak sebanding dengan jumlah
mempunyai daya tahan tubuh yang lebih penghuninya akan menyebabkan
tinggi terhadap infeksi TB paru, namun jika overcrowded. Hal ini tidak sehat, sebab
berada di lingkungan yang memungkinkan disamping meyebabkan kurangnya
kuman berkembang, maka infeksi juga bisa konsumsi oksigen, jika salah satu anggota
terjadi. Berdasarkan penelitian tersebut keluarga terkena penyakit infeksi, akan
diketahui tidak ada pengaruh antara status mudah menularkan kepada anggota
gizi dengan kejadian TB paru di Puskesmas keluarga yang lain. Selain itu suhu udara
Perak Timur Surabay dan kelembaban ruangan sangat
5. Status Ekonomi dipengaruhi oleh penghawaan dan
Berdasarkan hasil tabulasi silang pencahayaan. Penghawaan dan
didapatkan anak yang status ekonominya pencahayaan yang memenuhi syarat
kurang dari UMR sebanyak 30 anak, dari berfungsi dalam mencegah terjadinya
30 anak tersebut didapatkan ada 20 anak penularan penyakit tuberkulosis paru, dan
(66,7%) mengalami suspek, 10 anak dapat diperoleh jika luas ventilasi
(33,3%) mengalami TB paru. Sedangkan memenuhi syarat, sehingga dapat
pada anak yang status ekonominya lebih melakukan pertukaran udara secara teratur,
dari UMR sebanyak 27 anak, dari 27 anak dan memberi peluang sinar matahari masuk
tersebut didapatkan ada 25 anak (92,6%) ke dalam rumah, sehingga suhu dan
mengalami suspek, 2 anak (7,4%) kelembaban ruangan tidak berisiko sebagai
mengalami TB paru. Hasil analisis data media berkembang biaknya kuman
dengan uji statistik chi square didapatkan p tuberkulosis paru. (Soekidjo,2007).
= 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa p Didapatkan dari hasil penelitian, bahwa
values < 0,05 berarti ada hubungan sebagian orang tua responden yang
berpendidikan SMA sebanyak 22 orang, TB paru diseluruh negara menyerang
peneliti berasumsi bahwa tingkat ekonomi kelompok sosial ekonomi lemah. Sosial
yang rendah menunjukkan rendahnya ekonomi yang rendah akan menyebabkan
tingkat pendidikan, pekerjaan dan kondisi kepadatan tempat tinggal yang
penghasilan yang dapat mempengaruhi tinggi. Menurut Naga (2012) Faktor yang
kesehatan seseorang. Dengan rendahnya tidak kalah penting pada epidemiologi TB
pendidikan maka pengetahuan akan adalah status sosioekonomi yang rendah,
penyakit, terutama tentang penyakit TB penghasilan yang kurang. Faktor sosial
Paru juga kurang. Berdasarkan penelitian ekonomi disini sangat erat kaitannya
tersebut diketahui ada pengaruh antara dengan kondisi rumah, kepadatan hunian,
status ekonomi dengan kejadian TB paru di lingkungan perumahan, serta lingkungan
Puskesmas Perak Timur Surabaya dan sanitasi tempat bekerja yang buruk.
6. Faktor Dominan Semua faktor tersebut dapat memudahkan
Setelah dilakukan dengan menggunakan penularan TB. Faktor yang mempengaruhi
uji regresi logistik biner berdasarkan hasil kejadian TB paru salah satunya adalah
permodelan step terakhir yang dilakukan keadaan ventilasi rumah. Ventilasi
dapat disimpulkan faktor status ekonomi mempunyai fungsi yaitu untuk
paling mempengaruhi kejadian TB paru membebaskan udara ruangan dari bakteri-
didapatkan ρ = 0,013 dengan nilai OR bakteri, terutama bakteri patogen. Karena di
8.333 hal ini menunjukkan bahwa status situ terjadi aliran udara yang terus menerus.
ekonomi < Rp 2.200.000 beresiko 8.333 Bakteri yang terbawa oleh udara akan
kali lebih tinggi daripada status ekonomi > selalu mengalir (notoatmodjo, 2011).
Rp 2.200.000 terpapar TB paru. Penyakit TB yang disebabkan oleh kuman
Berdasarkan hasil analisa data Mycobacterium tuberculosis ditularkan
menunjukkan bahwa dari 57 responden melaui udara (droplet nuclei)
yang berstatus ekonomi < Rp 2.200.000 (Widoyono,2011). Droplet yang
mengalami TB paru sebanyak 10 anak mengandung basil TB yang dihasilkan dari
(33,3%). batuk dapat melayang di udara hingga
Menurut Girsang (2011), memburuknya kurang lebih dua jam tergantung pada
kondisi sosial ekonomi, tingkat ekonomi kualitas ventilasi, jika droplet terhirup oleh
terlebih jika bersangkutan dengan orang sehat, maka droplet akan terdampar
kemiskinan (sosial ekonomi rendah) pada dinding sistem pernafasan (Darmanto,
merupakan keadaan yang mengarah pada 2009). Bangunan yang sempit dan tidak
kondisi kerja yang buruk dan pendapatan sesuai dengan jumlah penghuninya akan
yang rendah dapat menyebabkan terjadinya mempunyai dampak kurangnya oksigen
gizi buruk karena ketidakmampuan didalam ruangan sehingga daya tahan
menyediakan makanan yang bergizi. penghuninya menurun, kemudian cepat
Lingkungan fisik yang kurang memadai timbunya penyakit pernafasan sampai
seperti perumahan yang terlalu padat, dengan penyakit infeksi paru-paru
keadaan rumah yang kurang sesuai dengan (Friedman, 2010).
kaidah kesehatan serta sanitasi yang masih Menurut Chayatin (2009) di katakan
kurang sempurna. bahwa sebagai rumah yang sehat harus
Menurut WHO (2003) dalam Rahajoe memiliki pencahayaan yang cukup selain
(2012) menyebutkan bahwa 90% penderita itu yang perlu diperhatikan dalam
pencahayaan adalah tingkat terangnya anak di Puskesmas Perak Timur
cahaya itu, kurang pencahayaan akan Surabaya
menimbulkan beberapa akibat pada mata, 4. Tidak ada pengaruh status gizi
kenyamanan sekaligus produktivitas pada dengan kejadian TB paru pada
seseorang. Kurangnya pencahayan akan anak di Puskesmas Perak Timur
mempermudah bakteri yang masuk dan Surabaya
mengakibatkan banyak penyakit menular 5. Ada pengaruh status ekonomi
dengan mudah. Mengingat bahwa dengan kejadian TB paru pada
meskipun memiliki ketahanan terhadap anak di Puskesmas Perak Timur
asam, bakteri TB cepat mati jika terpapar Surabaya
sinar matahari secara langsung. 6. Faktor status ekonomi paling
Peneliti berasumsi bahwa jika berpengaruh terhadap kejadian TB
membicarakan tentang status ekonomi, paru pada anak di Puskesmas Perak
banyak hal yang terlibat seperti kurangnya Timur Surabaya.
pendapatan dan kondisi rumah/lingkungan
yang buruk. Kondisi rumah yang terdiri Saran
dari, kepadatan penghuni, kualitas ventilasi,
dan pencahayaan yang buruk dapat Saran yang dapat peneliti berikan
mempermudah penularan TB paru daripada adalah sebagai berikut :
faktor-faktor lainnya. Berdasarkan 1. Bagi Responden
penelitian tersebut diketahui faktor Diharapkan agar orang tua bisa
dominan yang paling berpengaruh terhadap menerapkan tentang bagaimana
kejadian TB paru dibandingkan dengan mencegah suatu penyakit, di
faktor usia, jenis kelamin, riwayat kontak harapkan masyarakat sering
dan status gizi adalah status ekonomi. mengikuti penyuluhan yang
diadakan oleh lembaga kesehatan.
Simpulan 2. Bagi Profesi Keperawatan
Profesi di bidang Keperawatan
Berdasarkan Hasil penelitian yang sangat penting dalam upaya
telah dilakukan terhadap kejadian TB paru memerikan penyuluhan tentang
pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin, faktor resiko TB paru sehingga
riwayat kontak, status gizi, dan status diharapkan dengan bertambahnya
ekonomi di Puskesmas Perak Timur pengetahuan tentang TB paru dapat
Surabaya, dapat ditarik kesimpulan meminimalisir bertambahnya
sebagai berikut : angka kejadian TB paru.
1. Tidak ada pengaruh usia dengan 3. Bagi Puskesmas
kejadian TB paru pada anak di Sebagai unit pelayanan kesehatan,
Puskesmas Perak Timur Surabaya selain memberikan pendidikan
2. Tidak ada pengaruh jenis kelamin kesehatan dan motivasi, juga
dengan kejadian TB paru pada diharapkan melakukan pengawasan
anak di Puskesmas Perak Timur yang ketat terhadap kepatuhan
Surabaya minum obat penderita TB paru.
3. Ada pengaruh riwayat kontak 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
dengan kejadian TB paru pada
Pada penelitian selanjutnya Hidayat, Aziz Alimul (2012). Pengantar
disarankan untuk meneruskan judul Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta
ini dengan topik faktor kondisi : Salemba Medika
rumah yang mempengaruhi
Hiswani. (2009). Tuberkulosis Merupakan
kejadian TB paru. Penyakit Infeksi Yang Masih
Menjadi Masalah Kesehatan
Daftar Pustaka Masyarakat.
http://repository.usu.ac.id/bitstream
Ali, Arsad Rahim. (2008). Penilaian /handle/123456789/3718/fkm-
Status Gizi Anak. hiswani6.pdf;jsessionid=FAE5362
https://arali2008.files.wordpress.co BA896A2D5ED5B0AE3D84207E
m/2008/08/penilaian-status-gizi- 8?sequence=1, diunduh pada
anak.doc, diunduh pada tanggal 24 tanggal 22 Februari 2015 pada jam
Februari 2015 jam 08.15 WIB. 14.00 WIB.

Danusantoso, Halim. (2012). Buku Saku Laksono, Agung Dwi dkk. (2012). Kajian
Ilmu Penyakit Paru Edisi 2. Jakarta Standar Pelayanan Minimal
: EGC Penyakit Tuberkulosis Terkait
Indikator Millennium Development
Djojodibroto, Darmanto. (2012). Goals.
Respirologi (Respiratory http://ejournal.litbang.depkes.go.id/
Medicine). Jakarta : EGC index.php/hsr/article/view/3000,
diunduh pada tanggal 26 Maret
Francis, Caia. (2011). Perawatan 2015 pada jam 07.00 WIB.
Respirasi. Jakarta : Erlangga
Maya. (2012). Pengantar Ilmu kesehatan
Fredlina, K.Queena dkk. (2012). Model Sir Anak. Jogjakarta : D-Medika
(Suspectible, Infectious,
Recovered) Untuk Penyebaran Mufidah, Fachtul. (2012). Cermati
Penyakit Tuberkulosis. Penyakit-Penyakit Yang Rentan
http://downloadportalgaruda.org/art Diderita Anak Usia Sekolah.
icle.php?article=14853&val=980, Jogjakarta : FlashBooks
diunduh pada tanggal 20 Februari
2015 jam 15.30 WIB. Muttaqien, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Dengan
Girsang.(2011).Faktor penyebab kejadian Gangguan Sistem Pernafasan.
Tuberculosis serta hubungannya Jakarta : Salemba Medika
dengan Lingkungan Tempat
Tinggal di Provinsi Jawa Tengah. Naga, Sholeh. (2012). Buku Panduan
Buletin Penelitian Kesehatan. Vol Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
39 No. 1 Hal. 34-41. Jogjakarta : DIVA press.

Hidayat, Aziz Alimul (2011). Pengantar Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit.
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Jakarta : EGC.
Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).
Metodologi Penelitiam Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nugrahaeni, Dyan Kunthi. (2011). Konsep
Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC Rianti,Emy dkk. (2010). Buku Ajar
Epidemiologi Dalam Kebidanan.
Nursalam. (2011) .Konsep dan Penerapan Jakarta Timur : Trans Info Media
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Ringel, Edward. (2012). Buku Saku Hitam
Medika Kedokteran Paru. Jakarta : Indeks

Paramita (2011). Memahami Berbagai Subowo. (2013). Imunologi Klinik Edisi 2.


Macam Penyakit. Jakarta : Indeks Jakarta : Sagung Seto

Pelita, Indonesia. (2012). Stop Sudoyo,Aru W dkk. (2006). Buku Ajar


Tuberkulosis. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta pusat
http://pelitaindonesia.org/wp- : Departemen ilmu penyakit dalam.
content/uploads/2012/08/Proyek_St
op_TB.pdf, diunduh pada tanggal 4 Wahyu, Ginanjar. (2008). Panduan Praktis
April 2015 pada jam 08.00 WIB. Mencegah Dan Menangkal TBC
Pada Anak. Jakarta : Dian Rakyat
Rahajoe, Nastiti dkk. (2012). Buku Ajar
Respirologi Anak Edisi Pertama Widoyono. (2011). Penyakit Tropis :
Cetakan Ketiga. Jakarta : Badan Epedimiologi, Penularan,
penerbit IDAI Pencegahan Dan
Pemberantasannya Edisi Kedua.
Ranuh, IG.N GDE. (2014). Beberapa
Catatan Kesehatan Anak. Jakarta : Jakarta : Erlangga
Sagung Seto

Potrebbero piacerti anche