Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
POSTUR HUKUM
KONSTRUKSI INDONESIA
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak., S.T., M.T., D.Min
0812.1919.7499 / 0813.83.4545.48
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
TUJUAN
SuaraKarya.id - JAKARTA:
Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong penggunaan teknologi dalam
pembangunan infrastruktur agar lebih cepat, lebih murah dan lebih baik. Kunci utama untuk
meningkatkan profesionalisme kontraktor nasional, yakni pada
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terus mengikuti perkembangan teknologi dalam era industri
digital. PROF. MANLIAN SIMANJUNTAK
PROF. MANLIAN SIMANJUNTAK
STAKEHOLDER
Pengguna Jasa (owner, bowheer)
Penerima Jasa (consultant, contractor, supplier)
Masyarakat pengguna
Masyarakat umum
TRENCHLESS CONSTRUCTION
1. Environmental Planning
2. Project Planning
3. Design
4. Project Preparation
5. Project Construction
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
TRENCHLESS REHABILITATION
1. Construction Evaluation
2. Construction Improvement
3. Construction Optimization
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
TRENCHLESS INSPECTION
1. Construction Optimization
2. Project Maintenance
3. Project Operation
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
1. Environmental Sustainability
2. Penataan Ruang
3. Jasa Konstruksi
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
1. ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY
ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY
Environmental Sustainability didefinisikan sebagai
kemampuan lingkungan untuk berfungsi secara
berkelanjutan , termasuk memenuhi kebutuhan manusia saat
ini tanpa membahayakan kebutuhan generasi yang akan
datang
Prinsip Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU Perencanaan Lingkungan
Pemanfaatan
NO 32 / 2009 Pengendalian
Pemeliharaan
Pengendalian Bahan Berbahaya & Beracun
Sistem Informasi
Peran Pemerintah
Hak & Kewajiban Para Pihak
Sanksi
Penyelesaian Sengketa
Penyidikan & Pembuktian
Ketentuan Pidana
Ketentuan Peralihan
22/07/2019 14
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
2. PENATAAN RUANG
1. Apa pengertian mendasar mengenai “ruang” yang diatur dalam Undang
Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007?
17
2. Apa saja hal-hal yang diatur dalam UU No. 26 tahun 2007?
Undang-undang penataan ruang merupakan formalisasi kegiatan perencanaan pemanfaatan ruang di Indonesia, yang
berarti bahwa pada setiap kegiatan pembangunan, proses penyusunan rencana, legalisasi dan implementasinya, didasarkan
atas jalur-jalur legal formal yang telah ditetapkan. Untuk itu, selain disyaratkan memenuhi unsur-unsur legal formal dan
filosofis, juga harus memperhatikan kekuatan berlaku secara sosiologis di masyarakat.
Pasal Mensyaratkan
Pasal 60 PP : pelaksanaan hak dan kewajiban setiap orang untuk berperan serta dalam penataan ruang;
Pasal 12 (2) PP : tata cara dan bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang;
Pasal 13 (4) PP : penentuan kriteria dan tata cara peninjauan kembali dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang;
Pasal 14 (3) Peraturan Perundang-undangan : tata cara penyusunan perencanaan tata ruang yang berkaitan dengan fungsi
pertahanan dan keamanan sebagai subsistem perencanaan tata ruang;
Pasal 16 (2) PP : pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya;
Pasal 14 (7) Peraturan Perundang-undangan : yang mengatur mengenai tingkat ketelitian rencana tata ruang;
Pasal 20 (6) PP : rencana tata ruang wilayah nasional;
Pasal 23 (6) Perda : rencana tata ruang wilayah propinsi;
Pasal 25 (1) Perda : rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
Pasal 20 ayat 1 (c) PP : penetapan kawasan, pedoman, tata cara, dan lain-lain yang diperlukan bagi penyusunan rencana tata ruang
kawasan.
2. Apa saja hal-hal yang diatur dalam UU No. 26 tahun 2007?
Peraturan Pelaksanaan Tentang
Peraturan Pemerintah Nomor Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta
69 Tahun 1996 Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan
10 Tahun 2000 Ruang Wilayah
Keputusan Presiden Nomor Koordinasi Penataan Ruang Nasional
67 Tahun 2000
Instruksi Presiden Nomor Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan
3 Tahun 1999 Irigasi
Peraturan Pemerintah Nomor Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
68 Tahun 1998 Pelestarian Alam
Peraturan Pemerintah Nomor Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
47 tahun 1997
4. Apa hal penting dari UU No. 26 tahun 2007 yang berdampak pada industri
konstruksi?
“Dalam ayat pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai” dan “Penetapan
proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daerah aliran sungai dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan tata air,
karena sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai curah dan intensitas hujan yang tinggi, serta mempunyai
konfigurasi daratan yang bergelombang, berbukit dan bergunung yang peka akan gangguan
keseimbangan tata air seperti banjir, erosi, sedimentasi, serta kekurangan air.”
a. Konsultan harus memikirkan desain dan kontraktor harus mengevaluasi desain yang terbaik dalam setiap proyek
dengan memikirkan luas 30% untuk pelestarian lingkungan agar tetap bisa memenuhi peraturan undang-undang ini.
b. Margin profit untuk Developer tentunya akan berkurang dengan harusnya mendedikasikan luasan 30% tersebut
4. Apa hal penting dari UU No. 26 tahun 2007 yang berdampak pada industri
konstruksi?
3. JASA KONSTRUKSI
Pengertian mendasar tentang Jasa dalam Industri Konstruksi
Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2017 dinilai sudah memperbaiki banyak hal terkait jasa konstruksi dibandingkan dengan
pendahulunya yaitu Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999. Salah satu perbedaan yang paling mencolok antara lain adalah
penghapusan hukuman pidana dalam kasus terkait sengketa konstruksi. Meskipun demikian terdapat beberapa hal yang belum
diatur sepenuhnya pada Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2017
Hal–hal yang diatur oleh Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2017 mengatur 10 hal antara lain: mengenai Jasa Konstruksi,
Penyelenggaraan Jasa, Tanggung Jawab & Kewenangan Para Pihak, Usaha Jasa Konstruksi, K4 (Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, Keberlanjutan), Tenaga Konstruksi, Pembinaan, Sistem Informasi Jasa Konstruksi, Partisipasi Masyarakat, dan Penyelesaian
Sengketa. Secara garis besar undang–undang tersebut mengatur 3 hal utama yaitu batasan pekerjaan konstruksi, cara kerja jasa
pekerjaan konstruksi, dan pihak yang terkait dengan pekerjaan konstruksi.
Secara umum rekomendasi yang penulis ajukan terkait tentang beberapa hal yang belum sempat diatur secara lebih mendetail
oleh Undang–Undang yang ada saat ini seperti; pengguna jasa, penanggulangan bencana/peta mitigasi, pemahaman mengenai
penyelenggaraan jasa konstruksi, kelengkapan administrasi untuk unit pekerja terkecil, dan yang terakhir pembentukan standar
kontrak yang kerap disebut sebagai form of contract.
PROF. MANLIAN SIMANJUNTAK
Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
POSTUR SERTIFIKASI
Saat inI menurut Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR menyatakan jumlah tenaga kerja konstruksi bersertifikat
masih belum memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang besar. Dari total 8,14 juta tenaga kerja
konstruksi, baru 10 persen yang bersertifikat, dengan latar belakang tingkat pendidikan di bawah pendidikan SMA
sebanyak 5,98 juta orang dan di atas pendidikan SMA sebanyak 2,15 juta orang.
Sertifikat yang telah dikeluarkan terdiri atas 525.857 untuk tenaga terampil (analis/teknisi dan operator) dan sertifikat
tenaga ahli sebanyak 241.322.
Sedangkan, dilihat dari jumlah tenaga kerjanya yang sudah tersertifikasi sebanyak 485.534 orang dengan komposisi
tenaga terampil sebanyak 333.706 orang dan tenaga ahli sebanyak 151.828 orang. berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa SDM Konstruksi masih didominasi tenaga terampil, yang ditunjukkan bahwa tenaga ahli hanya
4,49 persen dari total tenaga kerja konstruksi.
Dengan demikian, menurut Syarif, jumlah tenaga ahli bersertifikat baru sekitar 150.000 orang dan berarti masih belum
memenuhi kebutuhan yang mencapai 700.000 orang, atau dengan kata lain terdapat gap atau kesenjangan kebutuhan
tenaga ahli hingga sebesar 550.000 orang.
Menurut data BPS, Darmin menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja konstruksi di indonesia
adalah 8,3 juta orang . Dari jumlah tersebut, hanya 20 persen atau 1,6 juta orang
yang tergolong tenaga ahli konstruksi.
Sementara itu Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin yang turut memberikan
sambutan mengungkapkan bahwa pihaknya bersama LPJK Nasional terus meningkatkan program
percepatan sertifikasi di tanah air.
“Bersama LPJK Nasional, Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Konstruksi telah sepakat pada target 512 ribu
tenaga kerja konstruksi atau 10 kali lipat dari tahun 2018,” papar Syarif.
Sementara itu, dihubungi terpisah, ketua LPJK nasional Ruslan Rivai mengungkapkan bahwa LPJK akan berkomitmen
memenuhi target yang telah ditentukan pemerintah.
“Target 512 ribu, jika dihitung dari tahun 2018 lalu, jumlah ini adalah meningkat sepuluh kali lipat. Jumlah ini juga
instruksi presiden joko widodo saat gelaran konstruksi indonesia 2018 lalu,” ungkap Ruslan.
Tidak hanya Politeknik PUPR, sebenarnya berbagai perguruan tinggi di beragam wilayah nusantara didorong untuk
dapat meningkatkan SDM Konstruksi sebagai salah satu upaya untuk membantu meningkatkan daya saing bangsa di
tingkat global.
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, Hadi Sucahyono, menuturkan bahwa
perguruan tinggi berperan sebagai laboratorium riset, inkubator produk inovatif, jaringan pengetahuan dan teknologi,
serta basis produksi SDM ahli.
Menurut hadi, Kementerian PUPR telah melakukan terobosan dalam meningkatkan daya saing bidang konstruksi yaitu