Sei sulla pagina 1di 9

MEMBANGUN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT

MAJEMUK DALAM BAHASA BALI (KAJIAN DESKRIPTIF)

I Made Suweta
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
E-mail : madesuwetabali@yahoo.com

ABSTRACT
Balinese language is one of the many regional languages that are still alive and well in the
country of Indonesia which is well maintained by the speakers, namely ethnic Balinese. Balinese
as a mother tongue or first language for the majority of Balinese has an important role, namely
as a symbol of pride, symbol of identity, and widely used as a communication tool in various
activities in the household and outside the household which cover various activities of the
community's social life Bali. Based on a glimpse of the background above, it is necessary to
examine the following: (1) how to build a single Balinese sentence? and (2) How to build Balinese
Compound Sentences? Related to the formulation of the problem to be discussed, the purpose of
writing is: (1) to Know the Single Sentences of Balinese Language and (2) to Know the Compound
Sentences of Balinese Language. Based on the above explanation, it can be concluded that the
results of this study are as follows: (1) Building a single sentence is an effort to develop a
sentence that relies on one pattern (clause), which consists of a subject and predicate (a sentence
consisting of only one clause). Single sentences are the simplest sentences. (2) Building compound
sentences is an attempt to develop sentences, which are carried out by combining two or more
single sentences, so that the new sentence contains two or more clauses.

Keywords: Syntax, Single Sentences, Compound Sentences

I. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan bagian kehidupan dalam hubungannya dengan masyarakat dan
manusia yang memegang peranan sangat kepentingan nasional. Dalam buku Politik
penting. Secara sederhana bahasa dapat Bahasa Nasional (1981), bahasa-bahasa
didefinisikan sebagai sistem tanda bunyi yang tersebut baik itu bahasa Indonesia, bahasa
disepakati untuk digunakan oleh para anggota daerah, maupun bahasa asing masing-masing
kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja memiliki kedudukan dan fungsi penting bagi
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri bangsa Indonesia. Yang dimaksud dengan
(Kridalaksana, 2005: 3). Selain sebagai alat fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa
komunikasi bahasa juga mempunyai fungsi yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian
sosial karena melalui bahasa manusia dapat bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan
melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. padanya. Kedudukan bahasa adalah setatus
Hal ini pun berlaku bagi seluruh bahasa di dunia relatif dalam bahasa sebagai lambang nilai
termasuk bahasa yang ada di Indonesia. budaya, dirumuskan atas dasar nilai sosial yang
Di Indonesia terdapat banyak bahasa dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan
yang dipakai oleh penuturnya sebagai alat (Halim, 1981: 21).
komunikasi. Semua bahasa tersebut Bahasa Bali adalah salah satu di antara
memainkan peranan yang berbeda-beda di sekian banyak bahasa daerah yang masih hidup
1
Volume 2, No. 2, September 2018 ISSN : 2580-7544

dan ada di Negara Indonesia yang dipelihara sebagai bagian dari suatu kalimat, dan oleh
dengan baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari
etnis Bali. Bahasa Bali sebagai bahasa ibu atau kalimat.
bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Untuk keperluan berbahasa sehari-hari
Bali mempunyai peranan penting, yakni sebagai yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan
lambang kebanggaan, lambang identitas, dan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan
dipakai secara luas sebagai alat komunikasi untuk membuat konstruksi kalimat yang baik
dalam berbagai aktivitas di dalam rumah tangga dan benar pula. Maka pengetahuan tentang
dan diluar rumah tangga yang mencakupi jenis-jenis klausa dan strukturnya menjadi
berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat sangat penting, karena sebuah kalimat
Bali. Oleh karena itu, bahasa Bali merupakan merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari
pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup satu atau lebih klausa. Berdasarkan latar
dan berkembang di Bali (Sulaga, 1996: 1). belakang di atas, maka masalah yang dikaji
Berdasarkan kedudukan dan fungsi inilah dalam kajian ini dapat dirumuskan dalam
pembinaan dan pengembangannya perlu bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1)
mendapat perhatian secara khusus dan bagaimana membangun Kalimat Tunggal
sungguh-sungguh demi kelestariannya. Bahasa Bali? dan (2) Bagaimana membangun
Bahasa adalah fenomena yang Kalimat Majemuk Bahasa Bali? Terkait dengan
menghubungkan dunia makna dan dunia bunyi. rumusan masalah yang ingin dibahas, tujuan
Lalu, sebagai penghubung diantara kedua dunia penulisan yaitu : (1) untuk Mengetahui Bentuk
itu, bahasa dibangun oleh tiga buah komponen, Kalimat Tunggal Bahasa Bali dan (2) untuk
yaitu komponen leksikon, komponen Mengetahui Bentuk Kalimat Majemuk Bahasa
gramatika, dan komponen fonologi (Chaer, Bali.
2009:1). Sistem gramatika biasanya dibagi atas
subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. II. PEMBAHASAN
Subsistem sintaksis membicarakan penataan 2.1 Konsep
dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan- 2.1.1 Membangun Kalimat Tunggal
satuan yang lebih besar, yang disebut satuan- Membangun Kalimat tunggal adalah
satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, upaya untuk mengembangkan kalimat dengan
kalimat, dan wacana (Chaer, 2009:3). rangkaian bahasa yang hanya terdiri atas dua
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat unsur inti dan dapat diperluas dengan satu atau
dapat dirumuskan sebagai salah satu konstruksi lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur
sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
Hubungan struktural antara kata dan kata, atau Kalimat tunggal identik dengan kalimat inti,
kelompok kata dengan kelompok kata yang lain kalimat luas, kalimat verbal, kalimat nominal,
berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “kata” dan kalimat tidak lengkap.
terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu
“klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan 2.1.2 Membangun Kalimat Majemuk
sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, Membangun kalimat majemuk adalah
yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan upaya mengembangkan kalimat lebih luas lagi,
frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri dengan penggabungan dua kalimat tunggal atau
atas dua kata, atau lebih, yang tidak lebih, sehingga kalimat yang baru mengandung
mengandung unsur predikasi (Hasan Alwi, dua atau lebih klausa. Hubungan antarklausa
2003:312). Berdasarkan uraian tersebut maka tersebut ditandai dengan kata hubung
dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan (konjungsi). Kalimat majemuk dapat dibedakan

2
MEMBANGUN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT....(I Made Suweta, 1-9)
menjadi 3 yaitu: (1) Kalimat majemuk setara karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari
yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan kalimat.
tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai Untuk keperluan berbahasa sehari-hari
kedudukan setara; (2) Kalimat majemuk yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan
bertingkat yakni Kalimat majemuk yang maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan
memperlihatkan berbagai jenis hubungan untuk membuat konstruksi kalimat yang baik
semantis antara klausa yang membentuknya; dan benar pula. Maka pengetahuan tentang
(3) Kalimat majemuk campuran adalah kalimat jenis-jenis klausa dan strukturnya menjadi
yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada sangat penting, karena sebuah kalimat
yang sederajat dan ada yang bertingkat. merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari
satu atau lebih klausa. Jadi klausa ialah satuan
2.1.3 Deskriptif sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya,
Deskrptif dimaksudkan sebagai suatu didalam satuan atau konstruksi itu terdapat
upaya mendeskripsikan sesuatu hal ranah sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak
keilmuan, dalam hal ini bahasa Bali yang terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah
dikaitkan dengan upaya mengembangkan klausa (Chaer, 2009:150).
kalimat. Pengembangan kalimat dalam konteks Klausa merupakan satuan gramatik yang
ini dimaksudkan dalam kurun waktu kekinian terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai
penggunaan bahasa Bali tersebut, tanpa harus objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak
mengkaitkan dengan aspek historis penggunaan (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan
bahasa Bali pada masa lalu maupun bahasa Bali Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan
yang akan datang. batasan bahwa klausa adalah kelompok kata
yang hanya mengandung satu predikat. Dengan
2.2 Metode Penulisan ringkas, klausa ialah S-P-(O)-(PEL)-(KET).
2.2.1 Studi Pusaka Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak
Melalui metode Studi Pustaka didapatkan dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya
data-data yang dapat mendukung kajian ini. boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini,
Data yang dicari adalah data yang ada dalam 2010:41-42).
Novel “Buah Sumagane Kuning -Kuning”
karya Tri Jayendra. Dilihat dari segi bentuknya, 2.2.2 Kualitatif
kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu Metode penelitian kualitatif adalah
konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata metode untuk menyelidiki objek yang tidak
atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan dapat diukur dengan angka-angka ataupun
kata, atau kelompok kata dengan kelompok ukuran lain yang bersifat eksak (data berupa
kata yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” kata). Penelitian kualitatif juga bisa diartikan
dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, sebagai riset yang bersifat deskriptif dan
yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan cenderung menggunakan analisis dengan
satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh
lebih, yang mengandung unsur predikasi. lebih subjektif daripada penelitian atau survei
Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis kuantitatif dan menggunakan metode sangat
yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak berbeda dari mengumpulkan informasi,
mengandung unsur predikasi (Hasan Alwi, terutama individu, dalam menggunakan
2003:312). Berdasarkan uraian tersebut maka wawancara secara mendalam dan grup fokus.
dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan Dengan metode penelitian kualitatif,
sebagai bagian dari suatu kalimat, dan oleh dapat diteliti klasifikasi kalimat bahasa Bali

3
Volume 2, No. 2, September 2018 ISSN : 2580-7544

berdasarkan jumlah klausanya dari novel yang telah membuat sumur, dimana kata masyarakat
berjudul “Buah Sumagane Kuning-Kuning”. di daerah tersebut sumur sangat dilarang,
Pada novel yang berjudul “Buah Sumagane namun dia tetap sabar, sehingga lama kelamaan
Kuning-kuning” ini, diceritakan ketika Made beliau menjadi pelopor pertama yang membuat
Susanta sedang sakit keras, ia tidak mau diajak sumur. Cerita tersebut sangat diuraikan secara
ke rumah sakit oleh istrinya (I Putu Suasti), ia detail, sehingga penulis maupun pembaca dapat
lebih memilih obat-obatan tradisional Bali, mengambil hikmah dari cerita tersebut dan
yaitu jamu yang terbuat dari daun belimbing dapat mengambilnya sebagai kegiatan sehari -
diisi sedikit garam atau jeruk nipis yang diisi hari.
kunyit dan garam. Tetapi istri dari Made
Susanta sebenarnya tidak setuju dengan 2.3 Membangun Kalimat Tunggal Bahasa
pendapat suaminya, yang ketika sakit hanya Bali
mengandalkan obat-obatan tradisional saja. 2.3.1 Deskripsi Kalimat Tunggal
Setelah tujuh hari suaminya pun sembuh dan Kalimat Berikut ini beberapa definisi dari
sudah dapat bangun lagi. Ketika Putu Suasti para ahli mengenai arti dari Kalimat Tunggal.
pergi ke pasar, disana ia mendengar gosip-gosip Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri-
tentang suaminya. Made Susanta dikatakan dari atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat
sebagai perusak bumi, karena berani membuat (Cook, 1971; Elson dan Fickett, 1969;
sumur di perkebunan dan menyebabkan banyak Putrayasa, 2006). Alieva, et al (1991)
orang-orang yang sakit panas, pilek, dan batuk. mengungkapkan bahwa kalimat tunggal berinti
Mereka berani menuduh Made Susanta seperti dua yang merupakan jenis struktur kalimat yang
itu, karena menurut adat disana dilarang untuk pokok dalam Bahasa Indonesia. Sejalan dengan
membuat sumur di perkebunan karena akan Alieva, Keraf (2000) mengatakan bahwa
menyebabkan malapetaka. Setelah sang istri kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
menceritakannya pada Made Susanta, disanalah terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas
ia berbicara kepada masyarakat setempat. Ia dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan,
menjelaskan maksudnya membuat sumur itu. asal unsur-unsur tambahan tersebut tidak
Made Susanta membuat sumur tersebut bukan membentuk pola yang baru.
ingin melanggar aturan disana melainkan untuk Kalimat tunggal adalah kalimat yang
kesejahteraan dan kesuburan tumbuh- terdiri atas satu klausa atau satu konstituen S-
tumbuhan, karena tumbuh-tumbuhan P (Purayasa, 2001). Jadi, unsur inti kalimat
memerlukan air untuk tumbuh. Air juga dapat tunggal ialah subjek dan predikat. Dalam
membuat tanah menjadi subur (tidak kering). kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur
wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak
2.2.3 Deskriptif mustahil unsur manasuka seperti keterangan
Berdasarkan cerita Buah Sumagane tempat, waktu, dan sebagainya. Dengan
Kuning -Kuning, dapat dijelaskan secara demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam
deskriptif yaitu penulisan cerita tersebut bersifat wujud pendek, tetapi juga dapat panjang.
deskripsi dimana dalam kata -katanya yang Beberapa contoh kalimat tunggal
diuraikan secara mendetil. Yang menceritakan sebagai berikut:
kehidupan seseorang yang memiliki kebun - Liu buin patakon panakne ‘banyak lagi
jeruk, dimana walaupun dia seorang pekerja pertanyaan anaknya’.
kebun jeruk, dia tetap sabar dan teguh dalam - Kaduegane ento anggona nguluk-nguluk
menghadapi kehidupannya. Di daerah desa anak belog ‘kepintarannya digunakan untuk
tersebut banyak yang mencaci makinya karena menipu orang yang masih bodoh’.

4
MEMBANGUN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT....(I Made Suweta, 1-9)
- Mare edengin papineh abesik dogen suba 2.3.2.2 Kalimat Tunggal Verbal
cocok ‘baru ditunjukkan pemikirannya satu Kalimat Verbal adalah kalimat yang P-
saja sudah kelihatan cocok’ nya berupa kata kerja. Kalimat verbal dapat
- Kedis cilalongane makeber ‘burung digolongkan lagi menjadi 4 macam, yaitu:
cilalongan itu terbang’. 1. Kalimat Taktransitif, kalimat ini hanya
- Yen ka Puskesmas perlu mesuang pipis berpola S-P, tanpa diikuti unsur O, maupun
‘kalau ke Puskesmas perlu mengeluarkan Pel., namun bisa ditambahkan K, Contoh:
uang’. - Ia gelem ‘dia sakit’
- Yen sing ulian putu nene jani nagih - Ia maubad ‘dia berobat’
pikenehan beli ‘kalau tidak karena Putu ini - Made sedek negak ‘made sedang duduk’
yang menarik perhatian kakak’. - Ia malaiban ‘dia yang melarika’
- Putu enggal lantas ka paon nelokin - Gede mamancing ‘Gede memancing’
jejakananne ‘Putu cepat ke dapur melihat - I Bapa ngarit ‘I Bapa menyabit’
tanakannya’ - Bukune bacana ‘buku itu dibacanya’

2.3.2 Klasifikasi Kalimat Tunggal 2. Kalimat Ekatransitif, kalimat ini berpola S-


Berdasarkan keberadaan P-nya, kalimat P-O, tanpa diikuti Pel, namun bisa
tunggal dapat digolongkan menjadi beberapa ditambahkan K, contoh:
macam, yaitu: (1) Kalimat Nominal, (2) - Made Susanta mula tusing nyak nganggon
Kalimat Verbal, (3) Kalimat Ajektival, (4) ubad -ubadan modern ane teka uling luar
Kalimat Numeral, (5) Kalimat Preposisional, negeri ‘made susanta memang tidak mau
dan (6) Kalimat Masdar. menggunakan obat-obatan modern yang
berasal dari luar negeri’
2.3.2.1 Kalimat Tunggal Nominal - Putu Suasti suba ka paon ngaba aba-abaan
Kalimat Nominal adalah kalimat yang P- ane uli di peken ‘Putu Suasti sudah ke dapur
nya berupa kata benda, contoh: membawa belanjaannya dari pasar’.
- Meli loloh di warung daja ‘membeli jamu - I Luh malajah uli dadongne pulah-palih
di warung di sebelah utara’. madagang di warungne ‘I Luh
- Ngae jaja ajaka liu gati ‘membuat jajan - Sujatine I Made kimud kenehne ngidih
bersama-sama banyak sekali’ dogen uling pidan.
- Ngalap sumaga di abiane ajaka meme - Pamragatne kemo dogen plaibne uli
bapane ‘memetik jeruk di kebun bersama maluan.
ayah ibunya’. - Bapane anak mula melah kenehne mapianak
- Ngaba bubu dadua dogen laut kutanga di teken I Jiwa.
jalane ‘membawa perangkap dua saja, tetapi - Kemo dogen pajalan anake idih-idih ento
malahan dibuang di jalanan’. sabilang wai.
- Malaib siape paslambeh ka umah timpale
‘berlarian ayamnya ke rumah teman- 3. Kalimat Dwitransitif, Kalimat ini berpola S-
temannya’ P-O-Pel., namun bisa ditambahkan K,
- Kadena bapane ngelah montore ento laut Contoh:
pisagane ane ngangkenin ‘dikira ayahnya - I Made ento kapongor salahang Widhi.
punya motor itu, ternyata milik tetangganya’ - I Made Susanta kenyem ningalin buah
- Ngingsanang pianake di jumah memene sumagane ane kuning-kuning.
ngedas lemahe ‘menitip anaknya di rumah - I Meme kabilbil baan lek kenehne mambulan
ibunya pada dini hari’ ibi sanja.

5
Volume 2, No. 2, September 2018 ISSN : 2580-7544

- Gede sebet bayune tusing payu beliang baju 2.3.2.5 Kalimat Preposisional
di reditene. Kalimat Preposisional adalah kalimat
- Pantiganga dewekne ngalih gae tusing yang P-nya berupa kata depan, contoh:
nelah apa-apaan. - Putu Suasti suba ka paon.
- Jeg prajani melah kenehne mara lakar ajaka - Punyan sumagane ane dangin kubune.
masliahan. - Umah ane di sampingne.
- Uling pidan Bapa ngajakin transmigrasi - Bareng ajaka ke umahne.
tusing taen kapineh bana. - Umahne numbak ka rurunge.
- Pajalane dadab lan alon.
4. Kalimat Semitransitif, kalimat ini berpola - Bapane ka carike ngarit.
S-P-Pel, tanpa O, boleh ditambahkan K,
Contoh: 2.3.2.6 Kalimat Masdar
- Beli nak kemula cara Arjuna. Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia
- Putu Suasti gedeg basangne. asli S-nya berupa kata benda, sementara P-nya
- Ketut nyunyur manis semune. boleh berupa kata benda, kata kerja, kata sifat,
- Muridne jemet malajah selid sanja. kata bilangan, maupun kata depan. Namun
- sakit kenehne madingehan buka keto. demikian, dalam perkembangannya bahasa
- Malajah dogen gaene tusing ngarungang Indonesia tidak dapat menghindari pengaruh
apa. bahasa asing, khususnya bahasa Inggris
- luas lonto gagaene selid sanja. termasuk pula dalam dalam bahasa Inggris
dikenal gerund, yaitu kalimat yang subjeknya
2.3.2.3 Kalimat Ajektival kata kerja.
Kalimat ajektival adalah kalimat yang Berdasarkan hal tersebut, dalam bahasa
P-nya berupa kata sifat, contoh : Bali dikenal kalimat masdar, yaitu kalimat yang
- Ia gelem kebus misi pilek teken mekokohan. S-nya berupa kata kerja yang dianggap benda.
- Bapa kaden nu sakit. Kata-kata: ngaenang, nulungin, mlajahin,
- Bokne putih gading. kuning-kuning, peteng adalah kata-kata kerja
- Ia anak mula jegeg. yang dianggap sebagai kata benda yaitu dalam
- Sebengne pangus. aktivitasnya, contoh:
- Awakne ngetot ngebus dingin. - Ia suba ngaenang umahne ene.
- Pajalane alon banban. - Kereng pesan ia nulungin anak pisaga.
- Bisaang anake mlajahin dewek apang tusing
2.3.2.4 Kalimat Numeral sai pelih.
Kalimat Numeral adalah kalimat yang - Kulitne nguningang dogen mara kapah
P-nya berupa kata bilangan, contoh: ngenah.
- Nu ngae limanne buin abesik. - Kenehne memeteng sajan mara nepukin
- Ia lakar tuah dadua ngelah panak. ramane.
- Kenehne naduanin uling pidan. - Uli pidan ia mula sai mutih.
- Ngelah umah dadua. - Memene dini malu masanekan.
- Ngalih dewasa salikur galungan.
- Ngaraos padaduanan dogen. 2.4 Mebangun Kalimat Majemuk Bahasa
- Ia makatelun kesah uli jumahne. Bali
Kalimat Majemuk adalah kalimat yang
mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap
kalimat majemuk mempunyai kata penghubung

6
MEMBANGUN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT....(I Made Suweta, 1-9)
yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut - Yadiastun ida masemeton, sakemanten
dapat diketahui dengan cara melihat kata seringan ten manut sakadi pangajah biang
penghubung yang digunakannya. Kalimat ajine.
Majemuk bahasa Bali dibedakan menjadi 4 - Guru lan sisiane sareng-sareng nunasang
yaitu: (1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat mangda trepti jagat Baline.
majemuk rapatan, (3) kalimat majemuk - Ipun sareng panyamanipune sarahina tuyuh
bertingkat, dan (4) kalimat majemuk berganda. ka carike, kemanten seringan ten mupu
Keempat jenis kalimat majemuk tersebut akan tetandurane.
diraikan berikut ini. - Ida miwah rabin Idane sering ten wenten
ring griya, duaning makueh pakaryane.
2.4.1 Kalimat Majemuk Setara - Biang, ajine, miwah sane lianan makasami
Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat lulus sarjana, kemanten nenten pisan jemet
majemuk yang terdidri atas beberapa kalimat makarya.
yang setara atau sederajat kedudukannya, yang
masing-masing dapat berdiri sendiri. 2.4.1.2 Kalimat Majemuk Setara
Ciri-ciri : Berlawanan
1. Kedudukan pola-pola kalimat, sama Kalimat majemuk setara berlawanan
derajatnya. ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas
2. Penggabungannya disertai perubahan beberapa kalimat tunggal yang isinya
intonasi. menyatakan situasi berlawanan, dengan ciri-ciri
3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat sebagai berikut:
kesetaraan. a. Ada kesenyapan antara dalam intonasi.
4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P b. Berkata tugas: nanging ‘tetapi’, kewala
Kalimat Majemuk Setara dibagi menjadi ‘melainkan’, apa buin ‘padahal’, tur
beberapa jenis, yaitu: (1) kalimat majemuk ‘sedangkan’, dan sebagainya.
setara sejalan, (2) Kalimat Majemuk Setara
Berlawanan, (3) Kalimat Majemuk Setara yang Kata-kata penghubung yang dapat
menyatakan sebab akibat sebagaimana uraian dipakai dalam kalimat majemuk setara
berikut. berlawanan di atas antara lain ialah: kewala
‘sedangkan’, nanging ‘tetapi’, kemanten
2.4.1.1 Kalimat majemuk setara sejalan ‘melainkan’, yadiastun ‘padahal’, wantah
Kalimat majemuk setara sejalan ialah ‘hanyalah’, yadiapin ‘walaupun’, yadiastun
kaliamat majemuk setara yang terdiri atas ‘meskipun’, yening ‘biarpun’, yadiapin
beberapa kalimat tunggal yang bersamaan ‘kendatipun’, kewala ‘namun’. Dalam kalimat
situasinya bahasa Bali dapat dicontohkan sebagai berikut:
Ciri -cirinya : - Dane sampun sue pensiun, kamaon kari
a. Intonasi disertai kesenyapan antara. seneng malancaran.
b. Berkata tugas/penghubung: lan , miwah, - Ia manyama tugelan, kewala paminehne
sakewanten, miwah sane lianan pada melenan.
Contoh: - Liu gegelahanne, nanging pianakne tusing
- Di desane ento liu bajang-bajange ane ada masekolah.
kuang setuju teken papinehne Made - Ida Nak Lingsir makeh madue jinah,
Susanta. sakemanten Ida nenten kayun matumbasan.
- Ia ajaka dadua mula kereng gati matungkas, - Sadarana pisan pakantenan Idane,
kewala adung sadina-dina. yadiastun makeh madue .

7
Volume 2, No. 2, September 2018 ISSN : 2580-7544

- Makasami anak alit iriki kual, wantah sane kalimat atau klausa atasan, dengan ciri-ciri
kapertama manten sane jemet. sebagai berikut:
- Nenten surud-surud malajah, sakadi 1. Ada kesenyapan antara intonasi.
sesenggakane, yadiapin ririh enu liu 2. Perluasan bagian kalimat tunggal
pepelajahan. membentuk pola baru.
3. Bagian pola kalimat baru menjadi anak
2.4.1.3 Kalimat Majemuk Setara yang kalimat.
menyatakan sebab akibat 4. Bagian yang tetap menjadi induk kalimat.
Kalimat Majemuk Setara yang 5. Anak kalimat bergantung pada induk
menyatakan sebab akibat ialah kalimat kalimat (bertingkat).
majemuk setara yang terdiri atas beberapa 6. Nama anak kalimat sesuai dengan bagian
kalimat tunggal yang bagian yang satu jabatan yang diperluas.
menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain,
dengan ciri-ciri sebagai berikut: Beberapa contoh kalimat majemuk
a. Ada kesenyapan antara dalam intonasi. bertingkat sebagai berikut:
b. Dengan kata hubung: nika mawinan - Semengane ento mula luung kesir-kesiran
‘sebab itu’; karana ‘karena’, nika anginne, raris kade upinan bikule ane
karanane ‘karena itu’. makire nyegut batis.
- Sakti buine jemet magae, bakti ring
Penjelasan contoh kalimat majemuk reramane, perwira, bakti buin bani nindihin
setara yang menyatakan sebab akibat diatas; gumi.
kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara - Yen rage suba tamat masekolah sing perlu
yang menyatakan sebab akibat. Dengan catatan apang dadi pegawe negri dogen, ento adane
bahwa Kata-kata penghubung yang dapat majiwa amtenan.
dipakai dalam kalimat majemuk setara yang - Yen sing pelih baan beli mula ada anak ane
menyatakan sebab akibat antara lain ialah: madaya corah di desane ene, ane stata dot
karana ‘sebab’, duaning ‘karena’, nika ngelah pengaruh gede, ulian brana tusing
mawinan ‘oleh karena itu’, ngantos ‘sehingga’, ulian papineh ane melah.
mawinan ‘maka’. - Yen jumah atawa di masyarakat tusing
melah dasar pendidikanne, dadine mula liu
3.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat cerik -cerike jani ane nakal, dadi pengebut,
Kalimat majemuk bertingkat adalah demen ngisep ganja, demen memaling,
kalimat yang hubungan pola-polanya tidak demen memadat muah ane len -len.
sederajat, salah satu pada bagian yang lebih - Apa ubunganne ajak pembangunan anake
tinggi dari pola lain. Bagian yang lebih tinggi ane demen maubad aji blimbing buluh, juuk
disebut induk kalimat, bagian yang lebih lengis, kunyit, loloh sembung muah ane
rendah disebut anak kalimat. buka keto.
Kalimat tunggal yang bagian-bagiannya - Madasar uli ento lantas Made Murka ngae
diperluas, sehingga perluasan itu membentuk -ngae alasan orahange Made Susanta sing
satu atau beberapa pola kalimat baru, selain ngijinin pemerintah, tusing nyak mebalih
pola yang sudah ada. Bagian kalimat yang film, aahh megenep alasanne.
diperluas sehingga membentuk pola kalimat - Papinehne Made Susanta lakar ngajahin
baru itu disebut anak kalimat atau klausa panakne kebudayaan Bali malu, yen suba
bawahan. Bagian kalimat yang menduduki dasar kebudayaan Bali kuat mara lakar
fungsi lebih tinggi atau tetap disebut induk ajahina soroh gending -gending nasional.

8
MEMBANGUN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT....(I Made Suweta, 1-9)
- Di gumine ne anak makejang mapawakan
jele melah, suka kalawan duka, rua bineda
anak mula tuah isin gumi.
- Buah sumagane kuning -kuning, kenehne
Made Susanta ajak Putu Suasti masih
kuning baan legan kenehne:kaicen
keselamatan ring Ida Sang Hyang Widi
Wasa.

III. PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Membangun kalimat tunggal adalah upaya
mengembangkan kalimat yang bertumpu
pada satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat (kalimat yang hanya
terdiri atas satu klausa). Kalimat tunggal
merupakan kalimat yang paling sederhana.
2. Membangun kalimat majemuk adalah upaya
mengembangkan kalimat, yang dilakukan
dengan penggabungan dua kalimat tunggal
atau lebih, sehingga kalimat yang baru
mengandung dua atau lebih klausa.

DAFTAR PUSTAKA

Putrayasa, Ida Bagus. 1991. Jenis Kalimat


dalam Bahasa Indonesia.
Halim, Amran. (ed). 1989. Politik Bahasa
Nasional I. Jakarta: Balai Pustaka.
Sulaga, I Nyoman, dkk. 1992. “Tata Bahasa
Bali” Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan
dasn Pengembangan Bahasa, Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip
Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa Raya.
Bawa, I Wayan dan I Wayan Jendra. 1981.
Struktur Bahasa Bali. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research 2.
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.

Potrebbero piacerti anche