Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
ABSTRACT
ASI is an ideal source of nutrients with a balanced composition and in accordance with the
growth needs of infants. The exclusive breastfeeding in Indonesia has exceeded the target. However,
there are still problems such as habits and beliefs in giving exclusive breastfeeding. This study aimed
to describe the perceptions of the community towards exclusive breastfeeding in Telemung Village,
Kalipuro District, Banyuwangi Regency. The study was conducted on July 2 to August 9, 2018. The
research method used descriptive cross-sectional approach. Sampling by accidental sampling. The
sample of this study is 80. This study reported that 88.3% respondents were female ages > 20 years
old (98.8%) and ≤ 20 years old (1.3%). The majority of respondents were low educated (76.4%). The
results of this study showed that 71.25% of respondents had sufficient perceptions of exclusive
breastfeeding. The Study showed 58.8% of respondents agree that honey is useful for breastfeeding
initiation, 37.5% of respondents agree that giving colostrum is not good for babies, 43.8% of
respondents agree that formula milk can replace breast milk, and 52.5% respondents agree that
breastfeeding can make a baby fat. Therefore, Puskesmas as a health care facility should improve
efforts to provide information about exclusive breastfeeding through the government program PIS-PK
(Indonesian Health Program With Family Approaches).
Key words: Exclusive breastfeeding, nutrients, perception
ABSTRAK
ASI merupakan sumber zat gizi ideal dengan komposisi seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan pada bayi. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia telah melebihi
target. Namun, masih terdapat permasalahan seperti kebiasaan dan kepercayaan seseorang dalam
memberikan ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat
terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian dilaksanakan pada 02 Juli – 09 Agustus 2018. Metode penelitian menggunakan deskriptif
dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara accidental sampling. Sampel dalam
penilitian ini berjumlah 80 responden. Karakteristik responden menunjukkan bahwa umumnya
responden berjenis kelamin perempuan (88.3%), berusia > 20 tahun (98.8%). Mayoritas responden
berpendidikan rendah yaitu sebanyak 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71.25% responden
memiliki persepsi terhadap pemberian ASI eksklusif yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 58.8% responden yang setuju bahwa pemberian madu berguna untuk inisiasi
menyusui, 37.5% responden setuju bahwa pemberian kolostrum tidak baik bagi bayi, dan 43.8%
responden setuju bahwa pemberian susu formula dapat menggantikan ASI serta 52.5% responden
setuju bahwa pemberian ASI saja dapat membuat bayi gendut. Oleh karena itulah, Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan harus meningkatkan upaya untuk memberikan informasi tentang ASI
eksklusif melalui progam pemerintah yaitu PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga).
Kata kunci: ASI eksklusif, Nutrisi, Persepsi
19
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
21
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rendah (tidak sekolah-SD) yaitu sebanyak 90%
bahwa umumya responden berjenis kelamin dan sebagian kecil tingkat pendidikan
perempuan (88.3%), berusia ≥ 22 tahun responden adalah menengah (SMP-SMA)
(98,8%). Sedangkan sisanya yaitu sebanyak sebanyak 5% dan tinggi (D3/S1) sebanyak 5%
11.2% berjenis kelamin laki-laki. Sebagian (tabel 1). Berikut adalah tabel distribusi
besar tingkat pendidikan responden adalah persepsi responden tentang ASI eksklusif
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa eksklusif dapat mencerdaskan otak bayi dan
61.3% responden setuju bahwa pemberian ASI 62% responden setuju bahwa adanya
eksklusif merupakan hal yang wajib, 46.3% pemberian informasi oleh bidan/tenaga
tidak setuju bahwa pisang dapat diberikan kesehatan mengenai pentingnya ASI eksklusif
kepada bayi sebagai makanan pendamping ASI mempermudah melakukan ASI eksklusif.
eksklusif, 52.5% responden tidak setuju bahwa Berdasarkan tabel 2, juga diketahui
pemberian ASI eksklusif tidak dapat membuat bahwa masih ada 58.8% responden yang setuju
bayi gendut, 60%responden setuju bahwa bahwa pemberian madu berguna untuk inisiasi
pemberian ASI eksklusif saja dapat mencukupi menyusui, 37.5% responden setuju bahwa
kebutuhan gizi bayi, 50%responden setuju pemberian kolostrum tidak baik bagi bayi, dan
bahwa pemberian ASI eksklusif dapat 43.8% responden setuju bahwa pemberian susu
mempererat hubungan batin ibu dengan bayi, formula dapat menggantikan ASI.
66.3% responden setuju bahwa pemberian ASI
22
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
Tabel 4. Distribusi Responden tentang Persepsi ASI Eksklusif berdasarkan Jenis Kelamin
Kriteria Persepsi
Total
Buruk Cukup Baik Baik
N % N % N % N %
Jenis Laki-laki 0 0 6 66.67 3 33.33 9 100
Kelamin
Responden Perempuan 9 12.68 51 71.83 11 15.49 71 100
Tabel 5. Distribusi Responden tentang Persepsi ASI Eksklusif berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kriteria Persepsi
Total
Buruk Cukup Baik Baik
N % N % N % N %
Tingkat Rendah 9 12.5 55 76.4 8 11.1 72 100
Pendidikan Menengah 0 0 1 25 3 75 4 100
Responden Tinggi 0 0 1 25 3 75 4 100
23
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
memiliki persepsi cukup baik terhadap ASI cukup. Hal tersebut dapat disebabkan karena
eksklusif, dan 17.72% responden memiliki masyarakat telah menangkap stimulus berupa
persepsi baik terhadap ASI eksklusif. pemberian informasi mengenai ASI eksklusif
Sedangkan 100% responden dengan usia ≤ 20 yang diberikan oleh kader yang ditunjuk oleh
memiliki persepsi cukup baik terhadap ASI puskesmas setempat dalam program KP-ASI.
eksklusif. Responden telah meneruskan stimulus tersebut
ke otak. Otak sebagai pusat kesadaran akan
PEMBAHASAN memproses stimulus sehingga menghasilkan
Gambaran umum responden kesadaran mengenai objek yang sedang dilihat,
menunjukkan bahwa sebagian besar responden suara yang sedang didengar, dan objek yang
berjenis kelamin perempuan. Persepsi sedang diraba. Kesadaran membuat seseorang
pemberian ASI eksklusif tidak hanya berpersepsi dengan melakukan respon dalam
berdasarkan pada persepsi ibu, tetapi persepsi berbagai macam bentuk (Walgito, 2010). Salah
ayah. Persepsi positif ayah terhadap pemberian satu bentuk respon masyarakat Desa Telemung
ASI eksklusif seperti ayah mengetahui tentang setelah mendapatkan informasi adalah
ASI eksklusif dan manfaatnya sehingga ayah mengetahui bahwa pemberian ASI secara
dapat berperanserta dalam pengambilan eksklusif wajib diberikan kepada bayi selama 6
keputusan ibu memberikan ASI eksklusif dan bulan tanpa makanan pendamping lain. Hal
kolostrum kepada bayinya (Hermayanti, 2012). tersebut didukung oleh data yang menunjukkan
Sebagian besar responden berusia> 20 bahwa pada hasil rekapitulasi hasil survey
tahun. Salah satu faktor yang dapat mawas diri PHBS tahun 2017 menunjukkan
menggambarkankematangan seseorang baik bahwa cakupan ASI eksklusif di Desa
secara fisik, psikis maupun sosial adalah Telemung sebesar 68.75 (Data Rekapitulasi
usia.Usia mampu membuat seseorang untuk Hasil Survey Mawas Diri PHBS Puskesmas
menjadi lebih baik dalam proses pembentukan Kelir, 2017).
perilakunya (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, Sebanyak 61.3% setuju akan
usia juga merupakan salah satu faktor yang kewajiban memberikan ASI eksklusif kepada
mempengaruhi pengambilan keputusan bayi mulai umur 0-6 bulan tanpa pemberian
keluarga dalam pemberian ASI eksklusif. makanan tambahan. Akan tetapi sebanyak
Semakin cukup usia, maka semakin matang 58.8% responden setuju bahwa pemberian
individu tersebut dalam berfikir dan berkarya madu perlu dilakukan saat bayi baru lahir
(Hurlock, 1980). sebagai media untuk inisiasi menyusui dini.
Tingkat pendidikan sebagian besar Pemberian madu pada bayi yang baru lahir
responden adalah rendah. Notoatmodjo (2010) malah akan menyebabkan ibu tidak dapat
mengungkapkan bahwa perilaku seseorang memberikan inisiasi menyusui dini dan ASI
termasuk pola hidup terutama dalam Eksklusif pada bayi (Adriani dan Kartika,
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam 2013).
pembangunan dapat dipengaruhi oleh tingkat Pemberian kolostrum juga merupakan
pendidikan. Pembangunan dapat diartikan aspek penting dalam pemberian ASI Eksklusif.
dalam berbagai hal termasuk berkontribusi Berdasarkan data hasil penelitian diketahui
untuk meningkatkan status kesehatan salah bahwa sebanyak 36.3% responden memiliki
satunya dengan melaksanakan ASI eksklusif. persepsi bahwa kolostrum tidak baik bagi
Hasil penelitian yang dilakukan kesehatan bayi. Pada hal ini, masyarakat
Pradono dan Sulistyowati (2013) menyatakan masih terpengaruh oleh kepercayaan orang
bahwa terdapat hubungan positif yang terdahulu bahwa ASI yang pertama keluar
signifikan antara tingkat pendidikan dan status berwarna kuning (kolostrum) harus dibuang
kesehatan. Berdasarkan penelitian tersebut dan baru diberikan ketika ASI yang keluar
dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu sudah berwarna putih (Mujianingsih, dkk.,
seseorang mengenyam pendidikan maka 2013). Kepercayaan tersebut dapat
pengetahuan akan pentingnya status kesehatan menyebabkan ibu dan beberapa golongan
semakin tinggi. Begitu juga kesadaran akan masyarakat tidak akan memberikan kolostrum
pentingnya melaksanakan ASI eksklusif. pada bayinya. Padahal zat kekebalan yang
Persepsi responden terhadap dikandung oleh kolostrum 10-17 kali lebih
pemberian ASI eksklusif dalam kategori
24
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
banyak dari pada ASI yang keluar setelah begitu juga dengan susu formula dapat
kolostrum (Roesli, 2000). menggantikan ASI eksklusif. Ketidakcocokkan
Berdasarkan persepsi mengenai susu tersebut dapat terjadi karena cara penafsiran
formula dapat menggantikan ASI, didapatkan seseorang terhadap suatu hal itu berbeda-beda
bahwa sebanyak 43,8% responden setuju. Hal walaupun hal tersebut sama. Perbedaan cara
tersebut dapat terjadi karena gencarnya penafsiran akan menghasilkan persepsi yang
promosi susu formula di media massa (Yusuf, berbeda-beda. Terdapat banyak faktor yang
2011). Hal tersebut didukung dengan dapat mempengaruhi perbedaan persepsi
penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, Julia tersebut, seperti pengetahuan, pengalaman dan
dan Dasuki (2013) yang menyatakan bahwa sudut pandangnya (Waidi, 2006).
ibu akan berisiko 3,67 kali untuk memberikan Pemberian makanan tambahan sebagai
ASI non eksklusif kepada bayi setelah MP-ASI pada usia di bawah 6 bulan telah
memperoleh promosi sampel susu formula. menjadi kebiasaan di masyarakat Desa
ASI tidak dapat digantikan dengan susu Telemung. Pada zaman dulu masyarakat Desa
formula. Penggantian ASI dengan susu Telemung percaya bahwa bayi harus diberikan
formula dapat membuat bayi lebih rentan pisang agar kenyang, akan tetapi seiring
terkena diare (Herawati, 2018). Hasil dengan perubahan zaman serta kemudahan
penelitian yang dilakukan oleh Putra dan AR akses informasi kepercayaan tersebut telah
(2014) menunjukkan bahwa bayi yang memudar. Berdasarkan hasil penelitian ini
mengkonsumsi susu formula akan diketahui bahwa sebanyak 45% tidak setuju
berisikoterserang diare 6.25 kali dari pada bayi bahwa pisang dapat diberikan sebagai
yang diberi ASI eksklusif. Sejalan dengan makanan pendamping ASI eksklusif. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan hal ini masyarakat Desa Telemung mungkin
Maulidar (2016) bahwa bayi usia 0-6 bulan telah memahami bahwa pisang tidak dapat
yang mengkonsumsi susu formula akan 4 kali diberikan pada bayi ketika bayi berusia 0-6
lebih berisiko terserang diare dari pada bayi bulan karena sistem pencernaan bayi belum
yang tidak diberi susu formula. siap untuk mencerna pisang. Bayi yang
Akan tetapi 52.5% responden percaya diberikan pisang saat usia 0-6 bulan akan lebih
bahwa pemberian ASI saja dapat membuat sering terkena diare. Menurut penelitian yang
bayi gendut. Artinya responden percaya bahwa dilakukan oleh (Nikmah dan Faizeh, 2017)
dengan memberikan ASI eksklusif dapat diketahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Sebanyak 60% dini (<6 bulan) dapat mengakibatkan bayi
responden percaya bahwa pemberian ASI mengalami diare. Sebenarnya MP-ASI sangat
eksklusif akan memenuhi kebutuhan gizi bayi. dibutuhkan oleh bayi tetapi pada usia 6-12
Pusat Promosi Kesehatan Kementrian bulan. Jika diberikan sebelum itu dapat
Kesehatan Republik Indonesia (2016) menyebabkan berbagai masalah pencernaan
menyatakan bahwa kandungan gizi yang pada bayi (Nikmah dan Faizeh, 2017).
paling sesuai dengan kebutuhan bayi adalah Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
ASI. ASI dapat mencegah bayi dari berbagai sebanyak 66,3% setuju ASI eksklusif dapat
penyakit infeksi yang tidak terdapat pada susu mencerdaskan otak. Pemberian ASI eksklusif
formula, hal tersebut karena ASI mengandung dapat berdampak terhadap perkembangan otak.
zat kekebalan tubuh. Selain itu, ASI juga Pada usia 0-2 tahun, bayi mengalami masa
berfungsi untuk mencegah dan melindungi golden age. Pada masa tersebut, dibutuhkan
bayi dari allergen. ASI sangat aman dan asupan nutrisi yang cukup agar mencapai
terjamin kebersihannya karena langsung perkembangan otak yang optimal. Sejalan
disusukan kepada bayi serta menguatkan kasih dengan penelitian yang dilakukan oleh Barrera,
sayang antara Ibu dan bayi (Ikatan Dokter Jones dan Mize (2014) bahwa bayi usia tiga
Anak Indonesia, 2013). bulan yang secara eksklusif mendapat ASI
Terdapat ketidakcocokkan antara mungkin memiliki perkembangan otak yang
persepsi bahwa ASI eksklusif dapat memenuhi lebih matang di daerah frontal otak bayi.
kebutuhan gizi bayi dengan persepsi bahwa Novita (2008) menyatakan bahwa bayi dengan
susu formula dapat menggantikan ASI ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki IQ
eksklusif. Responden menyetujui bahwa ASI lebih tinggi dari pada bayi usia 6 bulan yang
eksklusif dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, tidak menerima ASI Eksklusif. Penelitian yang
25
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE
dilakukan oleh (Lestari dan Trisnowati, 2017) Herawati, R. & C. M. 2018. Hubungan
menyatakan bahwa lamanya pemberian ASI Pemberian Susu Formula Dengan
berpengaruh positif terhadap perkembangan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6
personal sosial anak yang artinya semakin Bulan Di Desa Koto Tinggi
lama pemberian ASI maka perkembangan Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan
personal sosial anak semakin bagus. Hulu, Jurnal Maternity and Neonatal,
2(5), pp. 271–279.
KESIMPULAN Hermayanti, D. 2012. Persepsi Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
71.25% responden memiliki persepsi EKSKLUSIF, Saintika Medika. doi:
pemberian ASI eksklusif dalam kategori cukup 10.22219/sm.v6i1.1007.
baik. Berdasarkan penelitian ini juga diketahui Hidayati, H. 2013. Hubungan Sosial Budaya
bahwa masyarakat Desa Telemung 58.8% dengan Keberhasilan Pemberian ASI
setuju bahwa pemberian madu berguna untuk eksklusif pada Ibu Menyusui di
inisiasi menyusui, 37.5% setuju bahwa Posyandu Wilayah Desa Srigading
pemberian kolostrum tidak baik bagi bayi, dan Sanden Bantul Yogyakarta, Skripsi.
43.8% setuju bahwa pemberian susu formula Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
dapat menggantikan ASI serta 52.5% setuju ’Aisyiyah Yogyakarta.
bahwa pemberian ASI saja dapat membuat Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan
bayi gendut. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Penerbit
SARAN Erlangga., Erlangga.
Cakupan ASI eksklusif di Desa Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Buku
Telemung telah mencapai 68.75%, akan tetapi Ajar Respirologi Anak, Edisi Pertama.
berdasarkan penelitian ini masih terdapat Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
pemberian ASI yang dipengaruhi oleh aspek Anak Indonesia.
sosial budaya. Oleh karena itulah, Puskesmas Iskandar dan Maulidar. 2016. Hubungan
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan harus Pemberian Susu Formula Dengan
meningkatkan upaya untuk memberikan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6
informasi tentang ASI eksklusif melalui Bulan (Relationship formula milk
program pemerintah yaitu PIS-PK (Program feeding with the incidence of diarrhea
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga). in infants 0-6 months), Aceh Nutrition
Journal, 1(2), pp. 73–77.
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profile
Adriani, M. and Kartika, V. 2013. Pola Asuh Kesehatan Indonesia 2012, Ministry of
Makan pada Balita dengan Status Gizi Health Indonesia. doi: 10.1002/qj.
Kurang di Jawa Timur, Jawa Tengah Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil
dan Kalimantan Tengah, Tahun 2011, Kesehatan Tahun 2014.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil
doi: 10.22435/bpsk.v16i2. Kesehatan RI 2015, Profil Kesehatan
Aminah, M. S. 2012. Tingkat Kolostrum. Indonesia Tahun 2015.
Jakarta: ECG. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil
Barrera, C., Jones, N. A. and Mize, K. D. Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
2014. Feeding Patterns Influence Brain Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil
Development in Infancy, Fau Kesehatan Indonesia 2016. Diakses
Undergraduate Research Journal, dari:http://www.pusdatin.kemkes.go.id
3(1). /resources/download/pusdatin/profil-
Fitria, F., Majid, R. dan Rezal, F. 2018. kesehatan-indonesia/ Profil-Kesehatan-
Analisis Sosial Budaya Dalam Indonesia-2016.pdf.
Pemberian Asi Pada Bayi Di Lestari, S. dan Trisnowati, T. 2017. Pengaruh
Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Riwayat Pemberian ASI Terhadap
Barat Tahun 2017, Jurnal Ilmiah Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. di TK Kristen Imanuel Surakarta,
26
Intan, et al. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberian JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 19-27
Asi Eksklusif Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE