Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Presenting a new level of service excellence in air travel, Garuda Indonesia, the national flag
carrier of Indonesia, seamlessly connects more than 90 destinations worldwide to not only one of
the largest economies in Southeast Asia, but also an array of exotic destinations in the beautiful
archipelago of Indonesia all at once. With more than 600 daily flights, Garuda Indonesia proudly
serves its passengers with the award-winning "Garuda Indonesia Experience" service, which
highlights the warm Indonesian Hospitality and rich diverse culture.
Garuda Indonesia group currently operates 202 aircraft with an average age less than five years.
This amount is accommodated by Garuda Indonesia as a main brand with a total of 144 aircraft,
and Citilink as a Low Cost Carrier Airline which operates 58 fleet aircraft.
The airline continuously strives through its ongoing transformation program to provide better
and even more convenient services. The achievement of Garuda Indonesia’s transformation
program can be seen from global recognition a Skytrax’s 5-star airline rating since 2014, ranked
as Top 10 Worlds Best airline in the world, as well as winning the prestigious “The World’s Best
Cabin Crew” award fpr five consecutive years from 2014.
To complement the Skytrax Awards, Garuda Indonesia also awarded the "5-Stars Airline"
recognition from the Airline Passenger Experience Association (APEX), a non-profit association
for enhanced passenger flight experience based in New York, USA.
About
The first commercial flight in Indonesia was first created by Indonesian Air Force (AURI) by
renting out planes called “Indonesian Airways” to Burma’s government in January 26th, 1949.
“Indonesian Airways” role ended in Round Table Conferences on 1949. All cabin crew and the
airplanes themselves returned to Indonesia in 1950. When they arrived in Indonesia, all planes
were officially returned to AURI in Air Force Service formation.
With the wrap up on Round Table Conferences in 1949, Netherlands was required to give all
Dutch East Indies wealth and resources to United States of Indonesia, including KLM-IIB
(Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf) Airline. KLM-IIB is one of the
subsidiaries from KLM after taking over privately-owned K.N.I.L.M (Koninklijke
Nederlandshindische Luchtvaart Maatschappij) that had existed since 1928 in Dutch East Indies
area.
On December 21th, 1949 there was a further discussion from Round Table Conference result
between the Indonesian government and KLM airline about a national airline. President
Soekarno decided and chose “Garuda Indonesian Airways” (GIA) as the name of this new
airline.
In preparation of Indonesian air staff, KLM allowed their staff to keep on doing their duty and
train the new staff from Indonesia. On this transition period, the first ever CEO of GIA was from
the Netherlands, Dr. E. Konijneburg. The first fleet of GIA was inherited from KLM-IIB and not
from “Indonesian Airways” that was owned by AURI.
One day after the Netherlands acknowledged the sovereignty of Indonesian Republic on
December 28th, 1949, two airplanes Dakota (DC-3) flew from Kemayoran airport, from Jakarta
to Yogyakarta to pick up Soekarno. This event also signified the return of the capital of
Indonesia to Jakarta. From then on, GIA kept on expanding until it is now known as Garuda
Indonesia.
Then, in a year later, in 1950, Garuda Indonesia officially became a state owned company.
During that period, the company operated a fleet of 38 aircrafts comprising 22 DC-3, 8 Catalina
flying boats, and 8 Convair 240. Garuda Indonesia’s fleet continued to grow, and eventually
made its first flight to mecca carrying Indonesian hajj pilgrims in 1956. In 1965, the first flight to
European countries started was made with Amsterdam as the final destination.
1980s
Garuda Indonesia fleet and operations underwent large scale revitalization and restructuring
throughout the 1980s. This prompted the Company to develop comprehensive training programs
for its air and ground crews and established a dedicated training facility in West Jakarta, named
the Garuda Indonesia Training Center.
1990s
Along with initiatives in business development in 2005, a new management team took office and
formulated new plans for the future of the company. The new management undertook a
comprehensive re-evaluation and overall restructuring with the objective improving operational
efficiency, regained financial stability that involved efforts in debt restructuring, increased
awareness among employees concerning the importance of service to customers and, most
importantly, revived and revitalized the Garuda Indonesia spirit.
2010s
The successful completion of the company’s debt restructuring program opened the way for
Garuda Indonesia to go public on 11th February 2011. The company officially became a public
company after the initial public offering of 6,335,738,000 shares. The company’s shares were
listed on the Indonesia Stock Exchange on February 11, 2011 with code GIAA. This was one
important milestone after the company completed the transformation on its business through hard
work and dedication of all parties.
2017
Presenting a new level of service excellence in air travel, Garuda Indonesia, the national airline
of Indonesia, seamlessly connects 83 destinations worldwide, including exotic locations in the
beautiful archipelago of Indonesia all at once.
With more than 600 daily flights and a fleet of 196 aircrafts by January 2017, Garuda Indonesia
proudly serves its passengers with the award-winning distinct service “Garuda Indonesia
Experience”, which highlights Indonesia’s warm hospitality and rich diverse culture.
To provide better and more convenient services, Garuda Indonesia continuously strives through
its ongoing transformation program. The progress of the transformation can be seen from the
achievement of a Skytrax’s 5-star Airline rating as well as the winning of the prestigious “The
World’s Best Cabin Crew” for four consecutive years in 2014 to 2017, “The World’s Most
Loved Airline 2016” and “Best Economy Class” award in 2013, also from Skytrax.
Sejarah Singkat PT. Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesa (Persero) Tbk adalah maskapai penerbangan nasional yang dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia ( BUMN ). Sejarah berdirinya PT Garuda Indonesia bermula pada tanggal
16 juni 1948. Presiden pertama RI, Ir Soekarno memberikan idennya di depan sejumlah pemuka
pedagang aceh untuk membeli pesawat DC 3 (Dakota) dalam rangka melanjutkan dan
meningkatkan revolusi kemerdekaan melawan belanda. Pidao Soekarno yang berkharisma
tersebut dapat memukau dan meyakinkan mereka sehingga dalam tempo dua hari, mereka
dipimpin oleh Bapak Djuned Yusuf dan Bapak Said Muhammad Alhabsyi, berhasil
mengumpulkan uang sebanyak 130.000 Strait Dollar dan 20 kg emas (Rispan, 2005).
Dengan modal tersebut Opsir Udara II, Wiseko Supomo selaku ketua misi pembelian yang
kemudian disusul oleh beberapa pedagang aceh pergi ke Singapura untuk membeli pesawat DC-
3 (Dakota). Pada akhir Oktober 1948 pesawat tersebut dibawa ke Indonesia dan ditempatkan di
Maguwo, Yogyakarta. Pesawat tersebut kemudia diberi nama RI 001 “SEULAWAH” (gunung
emas) yang diambil dari nama sebuah gunung di Aceh, sebagai ucapan terima kasih kepada
rakyat Aceh (Rispan, 2005).
Seperti yang diungkapkan Rispan (2005) perusahaan penerbangan bernama Garuda Indonesia
Airways dinyatakan berdiri bersamaan dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada
tanggal 27 Desember 1949. Tetapi sejarah mencatat bahwa pada tanggal 26 januari 1949
merupakan hari lahirnnya penerbangan niaga Indonesia.
Sekarang PT. Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai
full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia
mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk
Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta
Eropa (Belanda).
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari
keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star
Airline” dan sebagai “The World’s Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012,
Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World’s Best Regional Airline” dan
“Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama
Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan
kepada Garuda Indonesia sebagai “Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini”, pada
tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga
memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline”
pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012 (http://www.garuda-indonesia.com/).
Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada
di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di
Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke
bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan (http://www.garuda-indonesia.com/).
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. adalah maskapai pertama dan terbesar di Indonesia, Dengan
pendekatan berorientasi “melayani”, Garuda Indonesia bertujuan menjadi penyedia layanan
terdepan bagi wisatawan di negara inisekaligus menyediakan layanan pengiriman barang melalui
udara. Grup Garuda Indonesia pada saat ini memiliki lima anak perusahaan yakni PT
Aerowisata, PT GMF Aero Asia, PT Abacus Distribution System, PT Gapura Angkasa dan PT
Aero System Indonesia
Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas
kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan elemen penting untuk menjalankan aktivitas perusahaan yang
menggambarkan hubungan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap karyawan yang ada dalam
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka seluruh aktivitas perusahaan
dapat dilaksanakan dengan baik dan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Selain itu, untuk mencapai tujuan dasar kerja sama yang mempunyai bentuk dan
susunan yang jelas dalam tiap-tiap tugasnya serta menegaskan hubungan antara satu sama lain
Jajaran komisaris
Adiwoso : Komisaris
Jajarab Direksi
(DQ)
Management (DE)
Sales (DN)
Referensi
http://intra.garuda-indonesia.com/hcm/webcontents/other/GA_Employee_Guidance.pdf/ diakses
Jajaran Direksi:
Jajaran Komisaris:
In 2010, PT Angkasa Pura I had airport capacities of 30,700,440 people, but the movement was
49,237,437 passengers. Over capacities also occurred for PT Angkasa Pura II with capacities of
30,815,000 people, but the movement was 62,215,834 passengers.[1]
Contents
1 History
2 Operations
3 Overburdened airports
4 Hotels
5 FLIPMAC
6 References
7 External links
History
In 1962, Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran was established after a formal
request by president Sukarno. It first started to control operations for the Kemayoran Airport
(JKT) in Jakarta. In 1965, PN Angkasa Pura Kemayoran was renamed PN Angkasa Pura. In
1974, as the company became publicly administrated, PN Angkasa Pura changed from a state-
owned company (perusahaan negara (PN)) to a public company (perusahaan umum (Perum))
and the company name was changed to Perum Angkasa Pura.[2]
Another name change came in 1987, when Perum Angkasa Pura became Perum Angkasa Pura I
following the establishment of Perum Angkasa Pura II.[2][3] Perum Angkasa Pura II was
established to control the operation of Soekarno–Hatta International Airport (CGK) and Halim
Perdanakusuma Airport (HLP) in Jakarta.[2][3]
In 1992, both Perum Angkasa Pura I and Perum Angkasa Pura II were again renamed to
Perseroan Terbatas (PT) Angkasa Pura I and PT Angkasa Pura II.[2][3] Since then, these two
companies have operated the major airports in Indonesia.
Operations
Overburdened airports
In 2010, PT Angkasa Pura I combined capacity was 30 million passengers, but handled
49 million passengers, while PT Angkasa Pura II combined capacity was only 28 million
passengers, but handled 62 million passengers. The most heavily burdened airports were
Soekarno-Hatta International Airport, Kualanamu International Airport, Ngurah Rai International
Airport and Juanda International Airport.[5]
Hotels
PT Angkasa Pura I will build hotels at Juanda International Airport and Sultan Hasanuddin
International Airport in 2011. The investment is Rp.50 billion ($5.8 million) and both hotels will
be operated by Accor under the Formule 1 brand.[6]
FLIPMAC
PT Angkasa Pura I will build Flight Plan and Flow Management Centre (FLIPMAC) in Surabaya
to cover also Bali, Makassar and Balikpapan and become the centre of Air Traffic Flow
Management (ATFM) nationwide due to Surabaya's point of intersection between domestic and
international routes and Jakarta–Surabaya flight path is the world's fifth-most populous and
fourth most populous in the Asia Pacific region with 760 flights traffic per week. The system
will monitor all the movements of planes from refuelling, baggage, and start catering to aircraft
engines and given a time limit and for approaching aircraft, altitude and airspeed settings are also
monitored long before the plane arrived at the airport so that aircraft avoid holding or delay. The
initial phase will be installed in late 2012[needs update] and is expected to be operational in mid-2013
with investment about Rp40 billion.[7]
Angkasa Pura I
PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang memberikan pelayanan lalu lintas udara dan bisnis bandar udara di Indonesia yang
menitikberatkan pelayanan pada kawasan Indonesia bagian tengah dan kawasan Indonesia
bagian timur.
Daftar isi
1 Sejarah
2 Kantor pusat
3 Grup perusahaan
o 3.1 Bandar udara
o 3.2 Cargo Warehousing Services (CWS)
4 Referensi
5 Pranala luar
Sejarah
Tanggal 15 November 1962 terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang
Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya adalah untuk
mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran di Jakarta yang saat itu merupakan
satu-satunya bandar udara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke luar negeri
selain penerbangan domestik.
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN Angkasa
Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional Pelabuhan Udara
Kemayoran Jakarta dari Pemerintah RI. Tanggal 20 Februari 1964 itulah yang kemudian
ditetapkan sebagai hari jadi perusahaan.
Pada tanggal 17 Mei 1965 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1965 Pemerintah
mengubah nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran menjadi Perusahaan Negara
Angkasa Pura dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola bandar udara lain
di wilayah Indonesia.
Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara, berdasarkan Peraturan Pemerintah
nomor 25 tahun 1987 tanggal 19 Mei 1987 nama Perusahan Umum Angkasa Pura diubah
menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura I, hal ini sejalan dengan dibentuknya Perusahaan
Umum Angkasa Pura II yang secara khusus diberi tugas untuk mengelola Bandar Udara
Soekarno-Hatta dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 1992 bentuk Perusahaan Umum Angkasa
Pura I diubah menjadi Perusahaan Angkasa Pura I (Persero) dengan Akta Notaris Muhani Salim,
SH tanggal 3 Januari 1993 dan telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman dengan
keputusan nomor C2-470.HT.01.01 Tahun 1993 tanggal 24 April 1993 serta diumumkan dalam
lembar Berita Negara Republik Indonesia nomor 52 tanggal 29 Juni 1993 dengan Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia nomor 2914/1993.
Pada tanggal 24 Oktober 1974 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 37 tahun 1974
Pemerintah mengubah status badan hukum Perusahaan dari Perusahaan Negara (PN) menjadi
Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 1 Oktober 1985 bandar udara Internasional Kemayoran ditutup dan mengalihkan
seluruh kegiatan operasinya ke Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Anggaran Dasar Perusahaan terakhir diubah berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham tanggal 14 Januari 1998 dan telah diaktakan dengan akta Notaris Imas Fatimah, SH
nomor 30 tanggal 18 September 1998. Perubahan Anggaran Dasar telah mendapat pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor C2-25829.HT.01.04 tahun 1998 tanggal 19
November 1998 dan dicantumkan dalam lembar Berita Negara Republik Indonesia nomor 50
tanggal 22 Juni 1999 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia nomor 3740/1999.
Kantor pusat
Kantor pusat PT. Angkasa Pura I (Persero) beralamat di Kota Baru Bandar Kemayoran, Blok B-
12 – Kav. 2, Jakarta – 10610[2].
Grup perusahaan
PT. Angkasa Pura I (Persero) mengatur dan mengoperasionalkan 13 bandar udara, 5 anak
perusahaan (PT Angkasa Pura Hotel, PT Angkasa Pura Logistik, PT Angkasa Pura Properti, PT
Angkasa Pura Suport, dan PT Angkasa Pura Retail), serta 1 Strategic Business Unit (Ngurah Rai
Commercial SBU)
Bandar udara
JAKARTA - Dalam rangka untuk terus meningkatan kompetensi serta wawasan level Pimpinan satu
tingkat dibawah Direksi, Angkasa Pura Airports Kantor Pusat melaksanakan pelantikan pejabat di
lingkungan perusahaan. Kegiatan pelantikan dilaksanakan di Gedung Serba Guna, Grha Angkasa Pura
Airports, Lantai 2, Jakarta, kepada 18 Vice President, 1 Project Manager, 3 Ganeral Manager dan 1 Co-
General Manager. Pelantikan dilaksakan langsung oleh Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik
Fahmi disaksikan oleh Direktur Sumber Daya Manusia & Umum, Adi Nugroho. Pelantikan tersebut
didasari adanya Surat Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I Nomor : SKEP.1130/KP.07.03/2018 Tentang
Mutasi Jabatan di Lingkungan Angkasa Pura Airports yang ditetapkan di Jakarta tanggal 16 Juli 2018.
“Kita sebagai perusahaan pengelola Bandar Udara di kawasan tengah dan timur Indonesia semakin hari
dituntut untuk dapat memberikan performa yang maksimal kepada para pengguna jasa bandara. Baik
dari segi pelayanan, keamanan, keselamatan, bahkan kenyamanan bagi para pelanggan. Melalui
pelantikan ini diharapkan dapat menyegarkan organisasi dan selalu mengingatkan subordinate kita
untuk bekerja berdasarkan fokus pada pelanggan,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik
Fahmi.
“Beberapa bandara saat ini tengah melakukan perbaikan dan pengembangan, seperti Bandara Ahmad
Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, New Yogyakarta International Airport, dan
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang harus selesai sebelum Oktober 2018 untuk menyambut IMF –
World Bank Annual Meeting 2018. Tentu saja, pengembangan tersebut tidak akan tercapai jika tanpa
diikuti dengan semangat melayani dalam hati kita semua,” jelas Faik Fahmi.
Berikut, nama para pejabat yang baru saja dilantik tersebut adalah :
1. I Wayan Sutawijaya dilantik sebagai Vice President Legal Kantor Pusat – Jakarta
2. Ramdan Pradarma dilantik sebagai Vice President Corporate Planning and Transformation
Kantor Pusat – Jakarta
3. Widya Wiedagdo dilantik sebagai Vice President Compliance and Risk Management Kantor
Pusat – Jakarta
4. Haruman Sulaksono dilantik sebagai Vice President Airport Operation Kantor Pusat –
Jakarta
5. Dony Subardono dilantik sebagai Vice President Airport Security Kantor Pusat – Jakarta
6. Subakir dilantik sebagai Vice President Airport Safety Kantor Pusat – Jakarta
7. Dwi Tedjowati dilantik sebagai Vice President Airport Facilities and Maintenance Kantor
Pusat – Jakarta
8. Widodo dilantik sebagai Vice President Airport Engineering Kantor Pusat – Jakarta
9. Didik Suryanto dilantik sebagai Vice President Airport Equipment Kantor Pusat – Jakarta
10. Sulkan dilantik sebagai Vice President Aeronautical Business Kantor Pusat – Jakarta
11. Ahmad Syaugi Shahab dilantik sebagai Vice President Non Aeronautical Business Kantor
Pusat – Jakarta
12. Yudhaprana Sugarda dilantik sebagai Vice President Airport Services and Hospitality Kantor
Pusat – Jakarta
13. Ristiyanto Eko Wibowo dilantik sebagai Vice President Business Development and
International Relations Kantor Pusat – Jakarta
14. Sulistyowati Dewi dilantik sebagai Vice President Accounting Kantor Pusat – Jakarta
15. Eppy Dhanianto Wibowo dilantik sebagai Vice President Finance Kantor Pusat – Jakarta
16. Nur Sapto Winoto dilantik sebagai Vice President Training and Development Kantor Pusat –
Jakarta
17. Imron Qodari dilantik sebagai Vice President Human Capital Kantor Pusat – Jakarta
18. Umar Supriyadi dilantik sebagai Vice President General Services Kantor Pusat – Jakarta
19. Taochid Purnomo Hadi dilantik sebagai Project Manager Proyek Pembangunan
Internasional – Yogyakarta
20. Farid Indra Nugraha dilantik sebagai General Manager Bandar Udara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan – Balikpapan
21. Wahyudi dilantik sebagai General Manager Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar
22. Djon Herry Co. General Manager Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar
23. MMA. Indah Preastutty dilantik sebagai General Manager Bandar Udara Syamsudin Noor –
Banjarmasin
24. Agus Budiharto dilantik sebagai General Manager Bandar Udara Frans Kaisiepo - Biak
“Atas nama pribadi serta manajemen Angkasa Pura I, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pejabat yang lama atas dedikasi dan kerja keras yang diberikan selama ini, dan kepada pejabat yang
baru dilantik, selamat melaksanakan tugas baru dengan penuh rasa tanggung jawab dan dedikasi yang
tinggi,” tambah Faik.
Acara pelantikan ini juga dihadiri oleh Direktur Teknik Angkasa Pura I Lukman F. Laisa, Direktur
Pemasaran & Pelayanan Angkasa Pura I Devy Suradji, Direktur Operasi Angkasa Pura I Wendo Asrul Rose
serta jajaran Direksi anak perusahaan. [AD]
PT Angkasa Pura I (Persero) berawal dari Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran,
yang dibentuk pada tanggal 20 Februari 1962 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33
Tahun 1962. Tugas pokoknya adalah mengelola dan mengusahakan Bandar Udara Kemayoran
Jakarta, yang merupakan bandar udara internasional pertama di Indonesia.
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN Angkasa
Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional Bandar Udara
Kemayoran Jakarta dari Pemerintah. Tanggal 20 Februari 1964 itulah yang kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi Perseroan.
Dalam perkembangannya, untuk lebih memperluas cakupan kerja mengelola bandar udara lain di
wilayah Indonesia, berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1965, PN Angkasa Pura Kemayoran
berubah nama menjadi Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura sejak tanggal 17 Mei 1965.
Perubahan ini bertujuan untuk lebih membuka peluang bagi PN Angkasa Pura dalam melakukan
pengelolaan bandar udara lain di wilayah Indonesia antara lain; Bandar Udara Ngurah Rai – Bali,
Halim Perdanakusuma – Jakarta, Polonia – Medan, Juanda – Surabaya, Sepinggan – Balikpapan,
dan Sultan Hasanuddin – Ujung Pandang.
Kemudian berdasarkan PP Nomor 37 Tahun 1974, status badan hukum Perseroan diubah
menjadi Perusahaan Umum (Perum). Secara umum, seluruh perubahan tersebut ditujukan untuk
lebih memperluas cakupan kerja pengelolaan bandar udara di Indonesia. Di tahun 1985, Bandar
Udara Internasional Kemayoran dinyatakan berhenti beroperasi. Seluruh kegiatan operasional
dialihkan ke Bandar Udara Soekarno Hatta yang pada kala itu bernama Bandar Udara
Cengkareng (CGK).
Berdasarkan PP Nomor 25 tahun 1987, Perum Angkasa Pura berubah nama sejak tanggal 19 Mei
1987 menjadi Perum Angkasa Pura I bersamaan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II
yang khusus bertugas mengelola Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.
Di tahun 1992, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perusahaan Umum (Perum) diubah
menjadi Perusahaan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik
Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero) dengan Akta Notaris Muhani
Salim, SH tanggal 3 Januari 1993 dan telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman dengan
keputusan Nomor: C2-470.HT.01.01 Tahun 1993 tanggal 24 April 1993 serta diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 52 tanggal 29 Juni 1993 dengan Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia Nomor: 2914/1993. Hingga saat ini Perseroan tidak pernah
melakukan pergantian nama dan tetap menggunakan nama PT Angkasa Pura I (Persero).
Simbol dan unsur “give and take” menyiratkan bahwa: suatu perolehan adalah merupakan
konsekuensi logis dan memberi: yang merupakan dasar prinsip kemuliaan pelayanan dan
profesionalisme dalam kebersamaan “together stronger”.
Simbol dua unsur yang “inter-locking” mencerminkan safety and security concept yang
merupakan faktor terpenting dalam Airport Business. Penerapan simbol dengan sudut
aerodinamis yang naik ke kanan mencerminkan tekad dan semangat transformasi yang progresif
diupayakan demi kemajuan perusahaan.
Kegiatan usaha yang dijalankan adalah Jasa Pelayanan Kebandarudaraan yang meliputi:
1. Penyediaan lahan untuk pembangunan, lapangan dan kawasan industri serta gedung/bangunan
yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik, air dan instalasi
limbah buangan.
3. Penyediaan jasa konsultansi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan
kebandarudaraan.
4. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan Perseroan.
Kota Baru Bandar Kemayoran Blok B12 Kav. 2, Jakarta Pusat Jakarta 10610
Website: www.angkasapura1.co.id
GAPURA ANGKASA
Gapura adalah perusahaan patungan yang didirikan pada tanggal 26 Januari 1998 oleh tiga
BUMN yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa
Pura II (Persero), yang bergerak dibidang usaha jasa ground handling dan kegiatan usaha lainnya
yang menunjang usaha penerbangan di bandar udara.
Pada awalnya maskapai penerbangan Garuda Indonesia melaksanakan ground handling sendiri,
namun mengingat kebutuhan layanan profesional dan tuntutan hasil kerja yang optimal tanpa
mengabaikan unsur keamanan, keselamatan, kehandalan dan ketepatan waktu, maka Garuda
menyerahkan kegiatan ground handling ke pihak lain agar dapat berkonsentrasi pada operasional
pesawat udara. Dari sinilah asal mula pendirian PT Gapura Angkasa.
Per tanggal 9 Desember 2014 struktur kepemilikan saham Gapura Angkasa adalah Garuda
Indonesia (58,75%), Angkasa Pura II (31,25%) dan Angkasa Pura I (10%).
Tim Manajemen
Dewa Mahayana lahir di Tabanan Bali 21 Mei 1969, dan memperoleh gelar Sarjana Sosial di
UNIS Tangerang tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan Magister Manajemen di Universitas
Mahardika Surabaya tahun 2013.
Memulai kariernya di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 1991 kemudian tahun
1999 berpindah ke PT. Gapura Angkasa dengan jabatan terakhir sebagai General Manager
Cabang Denpasar, sebelumnya menjabat sebagai Manager Operasi Cabang Denpasar, Senior
Manager Operasi Cabang Cengkareng, General Manager Cabang Surabaya, dan General
Manager Cabang Cengkareng.
Dewa Mahayana juga pernah mengikuti berbagai training termasuk Diklat Executive
Development Program di PT. Gapura Angkasa tahun 2011 dan Global Airports Indonesia 2012
di PT. Angkasa Pura I (Persero) Tahun 2012.
Menjabat sebagai Direktur Operasi, Teknik & Komersial sejak 31 Oktober 2018
Triyanto Moeharsono lahir di Bandung pada tanggal 5 Oktober 1959. Ia memperoleh gelar
Sarjana Hukum Transnasional di Universitas Indonesia pada tahun 1995 dan melanjutkan gelar
Magister Manajemen Transportasi Udara di Universitas Pembangunan Nasional pada tahun
2010.
Memulai karirnya sebagai Pilot sejak tahun 1981 di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dengan
posisi terakhir sebagai Direktur Operasi hingga September 2018.
Menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendukung Bisnis sejak 12 April 2018
Rini Indrawati lahir di Malang 2 Juli 1968. Memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas
Merdeka Malang.
Sebelumnya berkarier di PT Angkasa Pura II (Persero) dengan jabatan terakhir sebagai Vice
President of Human Capital Service. Posisi lain yang pernah dijabat di PT. Angkasa Pura II
(Persero) adalah sebagai Vice President of General Affairs & Administration, Deputi Direktur
Pelayanan Administrasi, GM Terminal 3, Personnel Adm & Internal Relations, dan Kadiv
Administrasi Kepegawaian.
Menjabat sebagai Direktur Keuangan & Manajemen Resiko sejak 31 Oktober 2018
Mohamad Reza Yunardi lahir di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1971 dan menyelesaikan sarjana S1
Akutansi di Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 1996.
Sebelumnya berkarier di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. di Cabang Denpasar dengan posisi
terakhir sebagai Manajer Keuangan hingga September 2018. Posisi lain yang pernah dijabat
di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk oleh Muhammad Reza Yunardi ialah Manager Head
Quarter Quality Report, Manager Financial Statement, General Manager Financial Reporting,
Senior Manager General Ledger, and Finance Manager Shanghai.
Dewan Komisaris
Menjabat sebagai Komisaris Utama sejak 31 Oktober 2018. Mohammad Iqbal lahir di Semarang
pada 28 Februari 1971.
Memperoleh gelar Sarjana S1 Teknik dari Universitas Diponegoro dan menyelesaikan gelar
Masternya di bidang Manajemen Keuangan dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Sebelum ia
menjadi Direktur Kargo dan Pengembangan Bisnis di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk,
beliau memulai karirnya sebagai Direktur Utama di PT. Samudera Golden Mitra, kemudian
menjadi Direktur di PT. Maruzen Samudera Taiheiyo, melanjutkan karirnya menjadi Direktur di
PT. Tangguh Samudra Jaya, dan setelah itu menjadi Direktur Komersial dan Operasi di PT.
Pelindo III.
Menjabat sebagai Komisaris sejak 28 April 2015. Beliau menjabat sebagai Kepala Otoritas
Bandara Wilayah II Kelas I – Bandara Kualanamu pada 2 Mei 2018.
Bintang Hidayat lahir di Purwokerto, 5 Mei 1967. Memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur
dari Universitas Diponegoro Semarang pada 1987.
Menjabat sebagai Komisaris sejak 20 April 2018. Saat ini Beliau juga menjabat sebagai Direktur
Keuangan PT Angkasa Pura II (Persero).
Sebelumnya beliau menjabat sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan PT Len Industri
(Persero) (2008 – 2015), Direktur Keuangan Badan Layanan Umum Transjakarta Busway (2002
– 2008), Komisaris PT Centris Multipersada Pratama Tbk. (CMPP) (1995-2001), Wakil Presiden
PT Sigma Batara Securities (1993-1995), Manager PT Muji Asta Consultant (1991-1993), Staff
Officer Bank Rakyat Indonesia (BRI) New York, Amerika Serikat (1990-1991).
Andra Y Agussalam lahir di Jakarta tanggal 24 Maret 1964. Memperoleh gelar Master dari
Southern New Hampshire University, Machester, USA.
Menjabat sebagai Komisaris sejak 28 Agustus 2017. Saat ini beliau menjabat sebagai Direktur
Layanan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Lahir di Banjarmasin 19 Juni 1960.
Menjabat sebagai Komisaris sejak 28 Agustus 2017. Saat ini beliau menjabat sebagai Direktur
Operasi PT Angkasa Pura I (Persero) pada tanggal 9 November 2015. Lahir di Padang pada
tanggal 29 Desember 1970.
Memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jakarta pada tahun 1995. Beliau pernah menjabat berbagai posisi penting di Angkasa
Pura 1 (Persero) antara lain sebagai Kepala Dinas Mekanikal & Teknik Air Angkasa Pura
Airports (2003-2004), Asisten Deputi Direktur Angkasa Pura Airports (2004-2009), Deputi
Direktur Teknik Pengawasan Angkasa Pura Airports (2009-2011), Pimpinan Proyek
Pengembangan Bandara Internasional Sepinggan (2011-2013), serta General Manager Bandara
Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan (2013-2015).
VISI
Menjadi Mitra Strategis Terdepan bagi Industri Penerbangan dalam Jasa Ground Handling dan
jasa terkait lainnya.
MISI
Menyediakan Jasa Ground Handling dan Jasa Lain Terkait yang Terpercaya yang Menciptakan
Nilai Tambah bagi Pelanggan dan Stakeholders Lain.
Shared Success
KEHADIRAN KAMI
Untuk menjadi katalisator yang menyokong konsumen kami dalam memberikan komitmen
layanan mereka setiap waktu.
FILOSOFI PEMBEDA
Kami memberdayakan konsumen agar mampu mewujudkan kinerja terbaik dalam semangat
kerja sama. Kesuksesan konsumen adalah kesuksesan kami. Keinginan untuk selalu maju
memastikan kami dapat terus memberikan solusi termutakhir. Sumber daya manusia merupakan
aset terbesar kami, sekaligus menjadi tulang punggung organisasi.
BAB III
ANALISA SISTEM YANG BERJALAN
PT Gapura Angkasa adalah salah satu perusahaan Ground Handling hasil patungan
anatara tiga perusahaan BUMN, yaitu PT. Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa
Pura II, yang 100% sahamnya dimiliki oleh pemerintah hanya statusnya bukan BUMN. Pada
awalnya PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan Ground Handling untuk
keperluan perusahaan sendiri, mengingat kebutuhan akan pelayanan yang profesional dan
tuntutan hasil kerja yang optimal dengan tanpa mengabaikan unsur keselamatan (safety),
pelaksanaan Ground Handling untuk semua pesawat yang dimilikinya dan bisa berkonsentrasi
pada operasional pesawat saja. Dari sinilah asal mula dibentuknya PT GAPURA ANGKASA.
PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II (sebagai pemegang otoritas di hampir seluruh
bandara di Indonesia). Pada tanggal 26 Januari 1998 dan bersamaan dengan ulang tahun ke-49
PT Garuda Indonesia maka komisaris dari ketiga perusahaan negara tersebut memutuskan untuk
mendirikan PT Gapura Angkasa sebagai perusahaan pelayanan darat yang melayani penerbangan
domestik dan internasional di pelabuhan udara. PT Gapura Angkasa terus menerus belajar dari
pengalaman dan menjaga kualitas pelayanan kepada pelanggan. Tanggung jawab dan kewajiban
PT Gapura Angkasa untuk menjadi pelengkap dan untuk bekerja sama dalam melayani
layak dipakai dan memiliki motivasi tinggi merupakan kunci dari perjalanan perusahaan.
dari tiket, pelayanan penumpang, pelayanan pesawat serta penanganan kargo.Namun setelah
dirasakan perlu adanya profesionalisme dalam pelayanan Ground Handling maka PT Angkasa
Pura I dan II memutuskan mendirikan perusahaan baru. Dengan menempatkan beberapa tim
kerja dari PT Garuda Indonesia untuk berkarir di PT Gapura Angkasa ini merupakan salah satu
cara untuk menjaga kepercayaan publik bahwa PT Gapura Angkasa dipegang oleh tim yang
profesional dibidangnya.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No: SR-04/MK/016/1998 dan akte
pendirian nomor 32 tanggal 26 Januari 1998, bukti bahwa kerja sama antara PT Garuda
Indonesia dengan PT Angkasa Pura I dan II melahirkan perusahaan baru yakni PT Gapura
Angkasa. Pendirian PT Gapura Angkasa ini diharapkan mampu menciptakan sinergi kuat hingga
tercapainya kinerja perusahaan yang sehat, profesionalisme yang pada akhirnya mampu
mengembangkan misi perusahaan untuk menjadi perusahaan Ground Handling yang terbaik di
Asia.
(International Air Transport Association) di Kuala Lumpur bulan april 1998 dan PT Gapura
Angkasa mulai dikenal dunia (khususnya bagi International Airlines dan perusahaan Ground
Handling). Ground Handling International Magazine vol.3 issue may 1 june 1998 (hal.2) yang
dipublikasikan oleh Ground Handling International Publication & Exhibition of The Stable
pelayanan Ground Handling kepada pihak PT Gapura Angkasa. Setelah beberapa bulan
beroperasi, PT Gapura Angkasa mendapat tawaran untuk menjadi rekan kerja airlines yang lain,
yaitu : Silk Air dan Royal Brunei menambah daftar klien PT Gapura Angkasa cabang Balikpapan
dan Bouraq dilayani oleh PT Gapura Angkasa cabang Manado, dan bulan Agustus 1998 Trans
penerbangan cabang : Jakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Ambon, dan Jayapura. Setelah
Silk Air, Royal Brunei, Bouraq, dan Trans Nusantara, giliran Qantas Airways menandatangani
Sampai saat ini PT Gapura Angkasa telah mempunyai 51 klien yaitu Air China, Aeroflot
Russian Airlines, Aviastar, China Airlines, China Southern Airlines, Continental Airlines, Air
Asia, Japan Airlines, Air North, Korean Air, Airfast Indonesia, Airfrance KLM, Asialink Cargo
Airlines, Malaysian Airlines, Batavia Air, Cardigair, Pacific Royale, Cathay Pacific, Qantas,
Royal Brunei, Silk Air, Thai Airways, Lion Air, Vietnam Airlines, Wings Air, Citilink,
Expressair, Firefly, Air New Zealand, Hainan Airlines, Kalstar Aviation, Hongkong Airlines,
Skywest, Nordwind Airlines, MAI, Garuda Indonesia, Nusantara, Qatar Airways, RPX One Stop
Logistics, Shanghai Airlines, Shenzhen Airlines, Sky Aviation, Sichuan Airlines Co. Ltd.,
Sriwijaya Air, Transmile, Travira Air, Tri-M.G. Airlines, Jetstar, Eastindo.com, dan Chartered,
VVIP, Military Flights. Khusus untuk PT Gapura Angkasa cabang Denpasar di tahun 2013 ini
memiliki 15 klien baik airlines internasional ataupun domestik, yaitu : Garuda Indonesia,
Malaysia Airlines, Thai Airways, China Airlines, Korean Air, Air France KLM, Qatar Airways,
Hong Kong Airlines, Skywest Airlines, Cathay Pacific, Nord Wind, Jetstar, Batavia Air, Air
New Zealand, dan Citilink. Sebagai perusahaan yang berdiri sendiri yang diakui oleh pemerintah
Indonesia dan IATA, PT Gapura Angkasa bertujuan untuk menjaga industri pasar dalam negeri
yang tidak menunjukkan keadaan yang berat sebelah dalam peralatan dan kerahasiaan yang
tinggi untuk semua pelanggan dan menjamin mereka untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik
Bidang usaha utama PT Gapura Angkasa adalah Ground Handling, sebagai pelaksana dan
Handling yang dikeluarkan oleh IATA (PT Gapura Angkasa telah menjadi anggota IATA dalam
pertemuan di Kuala Lumpur pada bulan April 1998).Gapura menangani kegiatan Ground
Handling baik untuk perusahaan penerbangan domestik maupun perusahaan internasional. Bisnis
6. Ramp handling
7. Aircraft servicing
9. Aircraft maintenance
14. Security
1. Check-in Counter
Check-in counter merupakan suatu service atau pelayanan yang diberikan kepada penumpang
pada saat check-in, pada saat ini dilakukan pengecekan terhadap ticket, passport, visa,
pengambilan flight coupon, pemeriksaan terhadap bagasi, dan tentunya juga pemberian label-
label pada bagasi penumpang, pemberian boarding pass, dan tidak lupa pemberian informasi
mengenai pembayaran airport tax, lokasi gate, dan schedule keberangkatan pesawat yang akan
dinaiki.
Gate and services merupakan suatu pelayanan terhadap penumpang yang meliputi pengecekan
seat number dan flight number pada boarding pass dan pengambilan immigration card pada
saat boarding, swepping bagasi, penjemputan penumpang dari pintu pesawat sampai ruang
3. Aircraft Document
Aircraft document yaitu pengurusan dokumen yang diperlukan selama melakukan perjalanan
daftar penumpang (Passenger Manifest), mengambil Flight Bag yang datang, dan menyerahkan
Flight Bag yang berangkat. Selain itu membuat file untuk setiap Flight yang berangkat dan
mengurus perlengkapan yang diperlukan untuk penerbangan yang berupa label bagasi, Boarding
Baggage handling unit yaitu penanganan bagasi penumpang mulai dari keberangkatan hingga
bagasi tersebut tiba di negara tujuan keberangkatan. Dalam hal ini, Baggage Handling Unit
dibagi menjadi dua sub unit kerja yaitu: Aircraft Baggage yang terdapat di terminal
keberangkatan penumpang yang mengurus semua bagasi penumpang yang akan dimuat ke
dalam pesawat, dan Lost and Found yang terdapat di terminal kedatangan penumpang yang
menangani bagasi penumpang yang hilang, rusak, atau terlambat tiba di negara tujuan
keberangkatan.
5. Operation
Operation merupakan suatu unit yang mengatur segala kegiatan yang berkenaan dengan
keberangkatan dan kedatangan pesawat yang terkait dalam hal pengontrolan masing-masing
unit dan sub unit, menerima informasi kedatangan pesawat, membuat loadsheet, dan juga
6. Line Maintenance
Line maintenance merupakan suatu unit yang bertugas mengadakan pengecekan terhadap
terhadap pesawat yang memerlukannya, hingga sampai pada pengecekan bahan bakar pesawat.
7. Ramp Handling
Ramp handling merupakan suatu unit yang memberikan pelayanan di apron (Apron Service)
yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo and mail di pesawat berdasarkan load
instruction, mencatat Stock terhadap pemeliharaan unit load device (ULD) milik airlines, dan
2. Fasilitas Perusahaan
Di dalam segala hal yang terkait dala suatu aktivitas sangatlah diperlukan suatu fasilitas
yang mendukung kegiatan tersebut, apalagi pada suatu perusahaan dimana fasilitas sangatlah
penting guna mendukung dan memperlancar segala aktivitas yang dilakukan ataupun dikerjakan
agar dapat berjalan dengan lancar, cepat, tepat, serta efisien.Karena tanpa fasilitas, suatu kegiatan
PT Gapura Angkasa sebagai suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang Ground
Handling, menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang menunjang segala kegiatan baik di
terminal, di kantor, maupun di lapangan guna mencapai profesionalitas yang diharapkan. Adapun
1. Fasilitas Terminal
1. Check-in counter adalah suatu tempat di area terminal bagi penumpang untuk
3. Mesin photocopy yang digunakan untuk memperbanyak data untuk administrasi atau
keperluan lainnya.
2. Fasilitas Kantor
Segala bentuk fasilitas yang menunjang kelancaran kegiatan di kantor, yaitu antara lain:
2. Telephone, facsimile, dan telex yang dipergunakan sebagai alat komunikasi secara lisan
maupun tertulis, baik antara bagian maupun departemen, dan staf di lingkungan airport
penumpang.
perusahaan.
3. Fasilitas lapangan
1. High Lift Loader (HLL) yaitu alat yang dipergunakan pada wide body aircraft untuk
2. Baggage Conveyor Belt Loader (BCBL) yaitu alat yang dipergunakan pada narrow body
3. Baggage Towing Tractor yaitu mobil yang dipergunakan untuk menaikkan container,
4. Pax Step Car yaitu mobil yang pada bagian atasnya memuat tangga sebagai tempat naik
dan turunnya penumpang dari dan ke dalam cabin pesawat. Alat ini digunakan untuk
pesawat yang mendapat tempat parkir yang tidak dilengkapi dengan Aviobridge.
5. Push Back Car yaitu mobil yang mempunyai kekuatan untuk mendorong pesawat dari
6. Towing Bar yaitu alat penghubung push back car dengan pesawat pada saat mendorong
7. Container yaitu tempat bagasi berbentuk kotak yang di dalamnya ditempatkan bagasi,
lempengan logam.
9. Baggage Car yaitu mobil yang digunakan untuk mengangkut bagasi penumpang dari
10. Baggage Cart yaitu alat yang menampung bagasi, cargo, dan benda-benda pos.
11. Lavatory Truck yaitu mobil yang digunakan untuk membersihkan atau menyedot
lavatory ke pesawat.
12. Water Service Truck yaitu mobil yang digunakan untuk menyediakan dan membawa air
bersih ke pesawat.
13. Bus dan VIP coach yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut penumpang dari
pesawat.
14. Handly Talky (HT) yaitu alat komunikasi jarak dekat yang dipergunakan oleh staf area di
penumpang.
15. Mobil yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut petugas ramp handling,
loading master, dan porter dari bagian operasi ke tempat parkir pesawat.
16. Ground Power Unit (GPU) yaitu alat yang digunakan untuk membantu electrical pesawat
pada saat berada di apron dalam menyediakan tenaga listrik untuk menghidupkan AC.
17. AC Car yaitu alat yang digunakan untuk menambahkan gas Freon pada AC pesawat.
18. Ground Turbine Compressor (GTC) yaitu alat yang digunakan untuk membantu starting
Sebagai perusahaan penyedia jasa groundhandling dan jasa terkait lainnya di bandara udara,
guna berkontribusi positif bagi integrasi bisnis jasa penerbangan nasional, selalu berupaya