Sei sulla pagina 1di 16

ABSTRACT

ANALYSIS OF INTEREST RATES, EXCHANGE RUPEES, AND INFLATION DURING AND AFTER THE
GLOBAL FINANCIAL CRISIS IN INDONESIA 2002-2011

By :
Oktarianda Putra

Under Guidance: Drs. Yusbar Yusuf, M.Si and Hj. Toti Indrawati, S.E, M.Si

The study discusses the analysis of the Interest Rate, Exchange Rate and Inflation in Indonesia in 2002-2011. Data
analysis using descriptive analysis, the analysis compares the data with various theories that support and are explained.
Description of the results of this study are: (1) The interest rate, exchange rate, and inflation before the economic crisis in
Indonesia in 2002-2011, (2) interest rate, exchange rate, and inflation when the monetary crisis in Indonesia in 2002-2011,
and (3) the interest rate, exchange rate, and inflation after the global financial crisis in Indonesia in 2002-2011. The
purpose of this study was to describe the level of interest rates, exchange rate, and inflation in Indonesia in 2002-2011.

The results of this study indicate that ( 1 ) Prior to the global financial crisis interest rates in 2002-2007 Indonesia
has decreased significantly , from 14.56 % to 8.00 % , the exchange rate tends to fluctuate , which in 2002 was 9,500 while
in 2006 was 11,500 , and in 2007 was 10,100 , and inflation in Indonesia tend to fluctuate, which in 2002 was 4.46 while in
2007 was 6.6 and in 2007 was 7.4 . ( 2 ) When the global financial crisis interest rate in 2008 was 9.25 % while in the year
2009 was 6.50 % . , The exchange rate tends to decrease , which in 2008 was 9,500 while in 2009 was 9,200 , and inflation
in Indonesia in 2008 was 11.1 while in 2009 was 2.8 tends to decline . ( 3 ) After the global financial crisis interest rates
tend to decline in 2010 was 6.50%, while in the year 2011 was 6.00 % , the exchange rate in 2010 was 9,700 while in 2011
was 9,500 , and inflation in Indonesia in 2008 was 11.1 while in 2009 was 2.8 .

Keywords: analysis, interest rate, exchange rate, and inflation.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijaksanaan moneter Indonesia pendapatan secara merata, meningkatkan efisiensi
disamping berperan untuk menjaga dan memelihara dan stabilisasi neraca berjalan. Untuk Indonesia kita
kestabilan moneter juga diarahkan untuk kenal dengan trilogi pembangunan, yaitu :
mendukung tercapainya sasaran pembangunan yaitu pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan.
pemerataan pendapatan serta pemerataan Stabilitas ekonomi merupakan prasyarat
kesempatan berusaha. Setiap negara yang bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas guna
melakukan pembangunan ekonomi termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Stabilitas
Indonesia sudah tentu mempunyai tujuan yaitu tersebut diwujudkan melalui sinergi antara
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal dan moneter. Di sisi fiskal,
meningkatkan stabilitas ekonomi, menstabilisasikan kebijakan diupayakan untuk memantapkan
kesinambungan fiskal dengan melanjutkan maupun bank. Stabilitas modal memastikan
penurunan defisit secara bertahap melalui stabilitas produktivitas perusahaan dalam
peningkatan pendapatan negara dan peningkatan memproduksi barang. Mengkhusus pada modal
efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara. bank, besar kecilnya tergantung pada tingkat bunga
Sementara di sisi moneter, kebijakan diupayakan kredit. Tingkat bunga kredit yang semakin tinggi
untuk menurunkan laju inflasi, menjaga menyebabkan pengusaha atau eksportir akan
perkembangan suku bunga, dan mengendalikan nilai mengurangi jumlah pinjamannya, sehingga
tukar rupiah pada tingkat wajar. berdampak pada jumlah penawaran yang mampu
Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa diciptakan eksportir. Disamping itu ,perlu dilihat
ini menunjukkan semakin terintegrasi dengan perkembangan kurs mata uang dalam negeri
perekonomian dunia. Hal ini merupakan terhadap mata uang asing, khususnya Dollar
konsekuensi dari dianutnya sistem perekonomian Amerika, karena Dollar Amerika merupakan mata
terbuka yang dalam aktivitasnya selalu berhubungan uang Internasional atau mata uang cadangan sejalan
dan tidak lepas dari fenomena hubungan dengan menanjaknya posisi Amerika didalam
internasional. Adanya keterbukaan perekonomian perekonomian dunia, terutama setelah perang dunia
ini memiliki dampak pada perkembangan neraca I. Dollar Amerika diterima oleh siapapun sebagai
pembayaran suatu negara yang meliputi arus pembayaran bagi transaksinya (Boediono, 2001:97).
perdagangan dan lalu lintas modal terhadap luar
negeri suatu negara. Fluktuasi nilai mata uang dalam negeri
Menurut teori permintaan dan penawaran, terhadap mata uang asing salah satunya disebabkan
depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS oleh krisis moneter tahun 1997 yang secara
seharusnya memberikan dampak positif terhadap menyeluruh menyebabkan kemerosotan ekonomi
pertumbuhan ekspor Indonesia. Kemungkinan nasional baik di tingkat lokal maupun internasional.
besar, salah satu penyebabnya adalah mahalnya Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi
biaya pembelian komponen-komponen dan bahan atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan
baku (dalam rupiah) yang harus diimpor. perubahan keatas ekspor maupun impor. Jika kurs
Di tengah perkembangan perekonomian mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam
yang terjadi tersebut, dan seiring dengan negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing
menurunnya tekanan inflasi, Bank Indonesia bertambah tinggi kursnya (harganya) akan
mengarahkan perhatiannya pada upaya menjaga menyebabkan ekspor meningkat dan impor
pertumbuhan ekonomi negeri. Hal ini dilakukan cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing
dengan tetap mengawal inflasi dan kestabilan mempunyai hubungan yang searah dengan volume
ekonomi makro dan sektor keuangan dalam jangka ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka
menengah. Berbagai upaya untuk mencegah sektor volume ekspor juga akan meningkat
riil anjlok lebih dalam lagi juga ditempuh Bank (Sukirno,2000:319).
Indonesia melalui kebijakan moneternya. Penurunan Peningkatan kurs mata uang negara
nilai tukar rupiah sebagai imbas pasar keuangan pengimpor terhadap mata uang Negara pengekspor
global yang mengalami krisis sehingga dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor
mempengaruhi variabel ekonomi makro seperti yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor
inflasi dan tingkat SBI. meningkat. Ekspor adalah penting dalam hal utama,
Naiknya inflasi menyebabkan biaya produksi yaitu bersama-sama dengan impor menghasilkan
barang ekpor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya neraca pembayaran dari suatu negara (suatu negara
akan menyebabkan eksportir tidak mampu harus mengekspor untuk dapat membiayai impornya
berproduksi maksimal sehingga menyebabkan ekpor yang dibayar dengan mata uang asing) dan ekspor
menjadi turun karena untuk memproduksi barang menggambarkan suntikan dana dalam aliran
komoditi ekspor diperlukan biaya yang tinggi. sirkulasi pendapatan nasional.
Pada sisi lainnya, produktivitas eksportir
juga ditentukan oleh kemampuannya mengolah
modal yang dapat berasal dari modal pribadi
Berikut ini dapat dilihat tingkat inflasi, kurs 1.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian
dan tingkat suku bunga di Indonesia tahun 2002- 1. Tujuan Penelitian
2011: a. Untuk mengetahui perkembangan
Tabel I.1 tingkat suku bunga sebelum, selama
Tingkat Inflasi, Kurs dan Tingkat Suku Bunga dan sesudah krisis keuangan global.
di Indonesia Tahun 2002-2011 b. Untuk mengetahui perkembangan kurs
Tahun Inflasi Kurs Tingkat rupiah sebelum, selama dan sesudah
(Rp) suku krisis keuangan global.
bunga c. Untuk mengetahui perkembangan
2002 4,46 8440.00 14,56 % inflasi sebelum, selama dan sesudah
2003 5,66 7965.00 14,82 % krisis keuangan global.
2004 5,83 8790.00 15,35 %
2005 5,41 9330.00 12,75 % 2. Manfaat penelitian
2006 6,6 8520.00 9,75 % a. Sebagai penambah wawasan penulis
2007 7,4 8919.00 8,00 % dalam permasalahan yang terjadi dalam
2008 11,1 10450.00 9,25 % perbankan menyangkut tingkat suku
2009 2,8 8900.00 6,50 % bunga, kurs valuta asing dan inflasi di
2010 7,0 8491.00 6,50 % Indonesia tahun 2002-2011 yang akan
dibahas atau diteliti.
2011 6,7 8568.00 6,00 %
b. Memberikan informasi kepada pembaca
Sumber : Bank Indonesia
atau masyarakat secara umum tentang
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai inflasi,
tingkat suku bunga, kurs valuta asing
kurs dan tingkat suku di Indonesia dalam kurun
dan inflasi di Indonesia tahun 2002-
tahun 2002-2011 dimana tingkat inflasi menunjukan
2011
kecenderungan berfluktuasi sementara kurs dan
c. Untuk mempraktekan ilmu yang
tingkat suku menunjukkan peningkatan.
diperoleh penulis selama ini.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah I. TINJAUAN PUSTAKA
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan 1. Tingkat Suku Bunga
masalah sebagai berikut : Nilai suatu obligasi bergerak
berlawanan arah dengan perubahan suku
a. Bagaimana Tingkat Suku Bunga sebelum
Krisis Keuangan Global tahun 2002-2007, bunga secara umum. Jika suku bunga
selama Krisis Keuangan Global 2008-2009, secara umum cenderung turun, maka nilai
dan sesudah krisis keuangan global di atau harga obligasi akan meningkat,
karena para investor cenderung untuk
Indonesia tahun 2010-20011 ?
b. Bagaimana Kurs Rupiah sebelum Krisis berinvestasi pada obligasi. Sementara itu,
Keuangan Global tahun 2002-2007, selama jika suku bunga secara umum cenderung
meningkat, maka nilai atau harga obligasi
Krisis Keuangan Global tahun 2008-2009,
dan sesudah krisis keuangan global di akan turun, karena para investor
Indonesia tahun 2010-2011 ? cenderung untuk menanamkan uangnya di
c. Bagaimana Inflasi sebelum Krisis Bank (Bapepam, 2003)
Menurut Karl dan Fair (2001:635)
Keuangan Global tahun 2002-2007, selama
Krisis Keuangan Global tahun 2008-2009, suku bunga adalah pembayaran bunga
dan sesudah krisis keuangan global di tahunan dari suatu pinjaman, dalam
bentuk persentase dari pinjaman yang
Indonesia tahun 2010-2011 ?
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima
tiap tahun dibagi dengan jumlahpinjaman.
Pengertian suku bunga menurut
Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai bunga riil lebih menekankan pada rasio
persentase uang pokok per unit waktu. daya beli uang yang dibayarkan kembali
Bunga merupakan suatu ukuran harga terhadap daya beli uang yang dipinjam.
sumber daya yang digunakan oleh debitur Suku bunga riil adalah selisih antara suku
yang harus dibayarkan kepada kreditur. bunga nominal dengan laju inflasi.
Adapun fungsi suku bunga menurut Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998)
Sunariyah (2004:81) adalah : suku bunga adalah pembayaran yang
dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
a. Sebagai daya tarik bagi para Menurut Nopirin (1992:176) fungsi
penabung yang mempunyai dana tingkat bunga dalam perekonomian yaitu
lebih untuk diinvestasikan. alokasi faktor produksi untuk
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai menghasilkan barang dan jasa yang
alat moneter dalam rangka dipakai sekarang dan di kemudian hari.
mengendalikan penawaran dan Menurut Ramirez dan Khan (1999)
permintaan uang yang beredar dalam ada dua jenis faktor yang menentukan
suatu perekonomian. Misalnya, nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan
pemerintah mendukung pertumbuhan eksternal. Faktor internal meliputi
suatu sektor industri tertentu apabila pendapatan nasional, jumlah uang beredar,
perusahaan-perusahaan dari industri dan inflasi. Sedang faktor eksternal
tersebut akan meminjam dana. Maka merupakan suku bunga luar negeri dan
pemerintah memberi tingkat bunga tingkat perubahan nilai valuta asing yang
yang lebih rendah dibandingkan diduga.
sektor lain. Menurut Prasetiantono (2000)
c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku mengenai suku bunga adalah : jika suku
bunga untuk mengontrol jumlah uang bunga tinggi, otomatis orang akan lebih
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat suka menyimpan dananya di bank karena
mengatur sirkulasi uang dalam suatu ia dapat mengharapkan pengembalian
perekonomian. yang menguntungkan. Dan pada posisi ini,
Suku bunga itu sendiri ditentukan permintaan masyarakat untuk memegang
oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran uang tunai menjadi lebih rendah karena
tabungan dan permintaan investasi modal mereka sibuk mengalokasikannya ke
(terutama dari sektor bisnis). Tabungan dalam bentuk portfolio perbankan
adalah selisih antara pendapatan dan (deposito dan tabungan). Seiring dengan
konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah
sebagai pendorong utama agar masyarakat belanja pun menurun. Selanjutnya harga
bersedia menabung. Jumlah tabungan barang dan jasa umum akan cenderung
akan ditentukan oleh tinggi rendahnya stagnan, atau tidak terjadi dorongan
tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, inflasi. Sebaliknya jika suku bunga
akan semakin tinggi pula minat rendah, masyarakat cenderung tidak
masyarakat untuk menabung, dan tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di
sebaliknya. bank.
. 2. Kurs
Menurut Lipsey, Ragan, dan Kurs Tukar Rupiah, menurut
Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat Brearly disadur dari Desrini (2004) Nilai
dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga tukar di definisikan sebagai :
nominal dan suku bunga riil. Dimana suku Nilai tukar merupakan jumlah atau
bunga nominal adalah rasio antara jumlah nilai mata uang suatu Negara yang di
uang yang dibayarkan kembali dengan butuhkan untuk membeli satu unit mata
jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku uang Negara lain.
Menurut Salvatore (2004:140), sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970
Kurs adalah Jumlah atau harga mata uang sampai tahun 1978, sistem nilai tukar
domestic dari mata uang luar negeri mengambang terkendali sejak tahun 1978,
(Asing). Secara garis besar teori nilai dan sistem nilai tukar mengambang bebas
tukar dapat dibagi yaitu teori persamaan (free floating exchange rate system) sejak
umum dan teori persamaan berdasarkan 14 Agustus 1997.
demand dan supply. Dengan diberlakukannya sistem
Menurut Rita dan Eugene dalam nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar
Hilda (2004:27) daya beli suatu mata uang rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar
adalah Nilai mata uang suatu Negara di sehingga kurs yang berlaku adalah benar-
tentukan oleh nilai barang dan jasa yang benar pencerminan keseimbangan antara
dapat dibeli dengan satu unit mata uang ( kekuatan penawaran dan permintaan.
kebalikan dari tingkat harga ). Informasi Untuk menjaga stabilitas nilai
yang melebihi satu unit mata uang, maka tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu
tingkat pertukaran antar dua mata uang tertentu melakukan sterilisasi di pasar
dapat menghasilkan daya beli yang sama valuta asing, khususnya pada saat terjadi
antara kedua mata uang tersebut, Kondisi gejolak kurs yang berlebihan. Ada enam
ini disebut daya beli yang tidak nyata. langkah kebijakan jangka pendek di
Kedua Negara tersebut akan saling bidang moneter yang dilakukan BI untuk
menyesuaikan hingga jual beli benar benar mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah
terjadi. yaitu:
Kurs (exchange rate) suatu mata a. Menaikkan suku bunga BI Rate
uang adalah nilai tukar atau harganya jika (penentuan suku bunga bank)
ditukar dengan mata uang yang lain. Sama b. Menaikkan suku bunga fasilitas
halnya dengan harga-harga lain dalam simpanan BI
ekonomi yang ditentukan oleh interaksi c. Menyerap likuiditas dengan
pembeli dan penjual, kurs terbentuk oleh instrumen fine tune kontraksi (FTK)
interaksi pembeli dan penjual valas untuk dengan variabel rate tender. Yaitu,
keperluan transaksi internasional. Pasar dengan cara melakukan pelelangan,
yang memperdagangkan valas disebut misalnya lelang suku bunga Sertifikat
pasar valas atau foreign exchange market. Bank Indonesia (SBI).
Ada 4 pemain utama dalam pasar d. Menaikkan suku bunga maksimum
valas yaitu: penjaminan simpanan baik suku
a. Commercial banks bunga penjaminan simpanan rupiah
b. Korporasi atau deposito rupiah dan suku bunga
c. Lembaga keuangan non bank penjaminan simpanan valuta asing
d. Bank sentral (valas) atau deposito valas.
Sebagai otoritas moneter, Bank e. BI menaikkan simpanan wajib
Indonesia sebagai bank sentral perbankan atau giro wajib minimum
menetapkan dan melaksanakan kebijakan (GWM) secara bervariasi, sesuai
moneter untuk mencapai dan memelihara dengan kondisi bank atau berdasarkan
kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan loan to deposit ratio (LDR) masing-
didasarkan pada sasaran laju inflasi yang maing bank. Perinciannya, bank yang
ingin dicapai dengan memperhatikan rasio penyaluran dana ke kredit atau
berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, LDR-nya 90%, tambahan GWMnya
baik dalam jangka pendek, menengah, nol. Bank dengan LDR sebesar 75%-
maupun panjang. 90% wajib menambah GWM 1%.
Sejak tahun 1970, Indonesia telah Bank dengan LDR 60%-75% wajib
menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu menambah GWM 2%. Bank dengan
LDR 50%-60% wajib menambah Dalam transaksi valuta asing international
GWM 3%. Bank dengan LDR 40%- USD selalu dijadikan sebagai mata uang
50% wajib menambah GWM 4%. referensi dalam penentuan kurs mata uang
Sedangkan, bank dengan LDR kurang asing lain.
dari 40% wajib menambah GWM d.Point quotation
sebesar 5%. Dikalangan trader valuta asing mereka
f. BI akan menaikkan imbalan jasa giro sering menyatakan forward rate dalam
atau semacam bunga untuk semua bentuk poin. Quotation dalam bentuk poin
GWM di atas 5%. sesungguhnya bukanlah kurs valuta asing
Selain itu, BI melaksanakan melainkan perbedaan atau selisih antara
beberapa langkah lain untuk mendukung forward rate dengan spot rate dengan
enam langkah tadi yaitu : demikain spot rate tidak dapat di sebut
a. Menyediakan fasilitas swap bersama BI dengan menggunakan poin atau point
dalam rangka lindung nilai (hedging). basis.
b. Melakukan intervensi valas dengan e.Bid dan offer rate quotation
instrumen swap jangka pendek. Quotaition dibuat dengan penentuan harga
c. Menyempurnakan ketentuan kehati- bid (kurs beli) dan offer (kurs jual). Bid
hatian dalam transaksi devisa. Antara dalam transaksi jual beli valuta asing
lain, dengan mengatur transaksi margin berarti dealer bersedia membeli mata uang
perdagangan dan penyesuaian ketentuan tertentu pada harga yang telah ditetapkan ,
posisi devisa neto (net open position sedangkan offer berarti berarti dealer
atau NOP). bersedia menjual mata uang tertentu pada
d. BI akan meningkatkan pengawasan harga yang telah ditetapkan
intensif terhadap bank atas transaksi
valas tanpa dokumen pendukung, 2.Transaksi utama pasar valuta asing
termasuk mengenakan sanksi. Ada dua tipe transaksi utama pasar valuta
asing menurut (artur dkk, 2001:882) yaitu:
1.Kurs dan Quotation Valuta asing a. Kurs spot
Kurs valuta asing (Siamat, 1999: Kurs spot adalah harga mata uang
185) adalah harga suatu mata uang yang asing terhadap mata uang domestik.
dinyatakan dalam mata uang lain, Sedangkan transkasi spot adalah transaksi
sedangkan quotation valuta asing satu mata uang untuk ditukarkan dengan
merupakan suatu pernyataan kesediaan mata uang asing satu hari. Dalam pasar
melakukan transaksi jual beli valuta asing transaksi spot kurs dapat dilakukan dalam
pada suatu kurs yang diumumkan. dua penawaran
Quotition valuta asing dapat dilakukan 1) Penawaran langsung
dengan cara sebagai berikut: Nilai tukar yang menunjukkan jumlah
a. Kutipan langsung (direct quotation) unit mata uang domestik yang
Kutipan langsung menunjukkan berapa dibutuhkan untuk membeli satu unit
unit mata uang domestik yang diperlukan mata uang asing.
untuk membeli 1 (satu) unit mata uang 2) Penawaran tidak langsung
asing. Nilai tukar yang menunjukkan jumlah
b.Kutipan tidak langsung (indirect unit mata uang asing yang dibutuhkan
quotation) untuk membeli satu unit mata uang
Kutipan tidak langsung menunjukkan domestik.
berapa mata uang asing yang diperlukan b. Kurs forward
untuk membeli 1(satu) unit mata uang Transaksi kurs forward adalah
domestik. transaksi harian dimana pembayaran
c.USD quotation dilakukan dimasa datang seseuai dengan
kontrak. Biasanya kontrk forward penilaian subjektif menyangkut sejauh
ditewarkan untuk periode 30, 90, dan 180 mana pergerakan umum dari variabel-
hari. variabel ekonomi di satu negara
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar mempengaruhi nilai tukar. Dari perspektif
valuta asing statistik, proyeksi akan didasarkan pada
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar dampak kuantitatif dari faktor-faktor yang
valuta asing menurut madura (1997: 89): dimaksud atas nilai tukar.
a. Laju inflasi relatif c. Permalan berbasis pasar
b. Suku bunga relatif Proses pengembangan proyeksi dari
c. Tingkat pendapatan relatif indikator-indikator pasar yang dikenal
d. Kontrol pemerintah dengan peramalan berbasis pasar biasanya
e. Ekpektasi didasarkan pada kurs spot atau kurs
forwad. Kurs spot bisa berfungsi dalam
4. Metode peramalan kurs untuk masa akan peramalan ini karena kurs spot
datang mencerminkan ekpektasi pasar mengenai
Dalam investasi dipasar valuta asing nilai tukar spot dalam beberapa saat
diperlukan peramalan kurs, berbagai kedepan. Sedangkan kurs forward
metode yang dapat digunakan adalah mencerminkan ekpektasi pasar
sebagai berikut (Madura, 1997: 292) menyangkut kurs spot pada akhir horizon.
a. Peramalan teknis Spekulasilah yang membantu kurs forward
Peramalan teknis melibatkan pemakaian kearah yang mencerminkan ekpektasi
data-data nilai tukar historis untuik umum mengenai kurs spot dimasa depan.
memprediksi nilai tukar dimasa depan. d. Peramalan campuran
Sejumlah kasus analisa statistik yang Peramalan ini merupakan gabungan dari
komplek digunakan dalam peramalan teknik-teknik yang ada diberbagai
teknis. Peramalan teknis untuk nilai tukar proyeksi untuk valuta asing tertentu dapat
serupa dengan peramalan harga saham, dikembangkan menggunakan beberapa
jika pola pergerakan nilai tukar sepanjang teknik peramalan. Masing-masing teknik
waktu perilakunya acak, maka peramalan yang digunakan diberikan bobot totalnya
teknis tidak tepat kecuali kalau trend-trend adalah 100%. Teknik-teknik yang
historis dalam pergerkan nilai tukar dapat dipandang lebih handal mendapat bobot
diidentifikasi, pengkajian atas pergerakan yang lebih tinggi nilai prediksi aktual yang
masa lalu tidak akan bermanfaat untuk dihasilkan merupakan rata-rata tertimbang
memprediksi pergerakan dimasa depan. dari nilai-nilai yang dihasilkan oleh
Model-model peramalan teknis telah masing-masing teknik peramalan yang
seringkali membantu spekulan dalam pasar digunakan.
valuta asing, namun suatu model yang
berkinerja sangat baik dalam satu periode 5. Sistem moneter international
tetentu belum tentu akan berhasil dalam Secara umum sistem kurs yang dianut oleh
periode lain. Spekulan–spekulan yang banyak Negara sekarang ini meliputi (Kuncoro,
menggunakan peramalan teknis seringkali 2001: 29)
menanggung biaya transaksi. a. Sistem kurs mengambang (floating exchange
b. Peramalan fundamental rates)
Peramalan fundamental didasarkan pada Ciri sistem ini selain tidak konvertibel
hubungan fundamental antara variabel- terhadap emas, kurs ditentukan oleh mekanisme
varibel ekonomi serta dampak historis atas pasar dengan atau tanpa upaya stabilitasi oleh
nilai valuta diketahui, korporasi-korporasi otoritas moneter.
dapat membuat proyeksi nilai tukar, 1) Mengambang bebas atau murni
proyeksi nilai tukar bisa muncul dari (Clean/Freely/Pure floating) dimana kurs
suatu mata uang ditentukan sepenuhnya a. Efisiensi pasar bentuk lemah (weakly
oleh mekanisme pasar tanpa campur efficient market)
tangan pemerintah. Efisiensi pasar bentuk lemah yaitu suatu
2) Mengambang terkendali (managed or pasar yang memasukkan semua informasi
dirty floating rates) dimana otoritas perdagangan dan harga dimasa lalu.
moneter berperan aktif dalam Pengujian pasar bentuk lemah berusaha
menyetabilkan kurs pada tingkat tertentu. untuk mengetahui apakah semua informasi
yang tercermin dalam harga valuta asing
b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange historis tercermin seluruhnya dalam harga
rates) saat ini.
Dalam sistem ini suatu negara mengaitkan b. Efisiensi pasar bentuk semi kuat ( semi
mata uangnya dengan suatu mata uang strong market)
lain atau sekelompok mata uang, yang Efisiensi pasar bentuk semi kuat yaitu
biasanya merupakan mata uang negara kondisi pasar dimana memasukkan semua
partner dagang yang utama. informasi yang tercermin dalam kurs
c.Sistem tertambat merangkak (crawling valuta asing spot lebih dari sejarah kurs.
pegs) Tetapi juga mencerminkan semua
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan informasi yang tersedia bagi publik
sedikit perubahan dalam nilai mata lainnya (selain harga historis) yang
uangnya secara periodik dengan tujuan mencerminkan dalam harga saat ini.
untuk bergerak menuju suat nilai tertentu c. Efisiensi pasar bentuk kuat (strongly
pada rentang waktu tertentu. efficient market)
d. Sekeranjang mata uang (basket of Efisiensi pasar bentuk kuat yaitu jika
currency) harga saat ini mencerminkan semua
Keuntungan utama sistem ini adalah informasi yang memungkinkan
menawarkan stabilitas mata uang suatu dipublikasikan maupun yang belum,
negara karena pergerakan mata uang informasi-informasi tersebut dapat
disebar dalam sekeranjang mata uang. menyangkut penawaran dan permintaan
Seleksi mata uang yang dimasukkan kurs valuta asing perubahan faktor-faktor
dalam keranjang umumnya ditentukan fundamental dan keadaan ekonomi makro.
oleh perannya dalam membiayai
perdagangan negara tertentu. 3. Inflasi
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange) Inflasi adalah proses kenaikan
Dalam sistem ini, suatu negara harga umum barang-barang secara terus-
mengumumkan suatu kurs tertentu atas menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-
mata uangnya dan menjaga kurs ini harga berbagai macam barang itu naik
dengan menyetujui untuk membeli atau dengan persentase yang sama. Mungkin
menjual valas dalam jumlah tidak terbatas dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap bersamaan. Yang penting terdapat
atau di perbolehkan berfluktuasi dalam kenaikan harga umum barang secara terus-
batas yang sangat sempit. menerus selama suatu periode tertentu.
Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
6. Efisiensi pasar valuta asing bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan
Pasar valuta asing dikatakan efisien harga ini diukur dengan Index Harga.
apabila harga kurs di pasar valuta asing Beberapa index yang sering digunakan
benar-benar mencerminkan semua untuk mengukur inflasi antara lain:
informasi yang tersedia dan relevan. Ada a. Indeks Biaya Hidup (consumer price
3 (tiga) jenis efisiensi pasar valuta asing index).
secara umum (Kuncoro, 2001: 51)
b. Harga yang diharapkan (rational II. METODE PENELITIAN
expectation).
c. GNP Deflator. A. Lokasi Penelitian
Jenis Inflasi Menurut Sifatnya : Penelitian ini di lakukan di bank indonesia
a. Moderat Inflation (laju inflasinya sekitar karena sesuai dengan judul skripsi ini data-datanya
0-10%) adalah inflasi yang ditandai di peroleh dari Bank Indonesia, Sumber data
dengan harga-harga yang meningkat penelitian ini di peroleh dari publikasi Bank
secara lambat. Indonesia melalui Statistik Ekonomi dan Keuangan
b. Galloping Inflation adalah inflasi ganas Indonesia (SEKI), jenis data yang digunakan dalam
(tingkat laju inflasinya adalah 10-100%) penelitian ini meliputi:
yang dapat menimbulkan gangguan- 1. Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
gangguan serius terhadap perekonomian (SBI)
dan timbulnya distorsi-distorsi besar 2. Tingkat Inflasi
dalam perekonomian. Hal ini ditandai 3. Kurs rupiah terhadap dolar AS
dengan uang yang kehilangan nilainya B. Jenis dan Sumber Data
begitu cepat, sehingga orang tidak suka Dalam penulisan ini penulis menggunakan
memegang uang atau lebih baik satu jenis data yaitu :
memegang barang. Data skunder yaitu data yang penulis peroleh dari
c. Hyper Inflation, adalah inflasi yang publikasi Bank Indonesia melalui Statistik Ekonomi
tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas dan Keuangan Indonesia (SEKI) data-data yang di
100%). Inflasi ini sangat mematikan peroleh dari SEKI tersebut adalah:
kegiatan perekonomian masyarakat. 1. Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI)
Hipotesis 2. Tingkat Inflasi
Berdasarkan pokok permasalahan dan kajian teoritis 3. Kurs rupiah terhadap dolar AS
yang telah dikemukakan maka dapat dikemukakan C. Metode Pengumpulan Data
hipotesisnya : Data yang digunakan dalam penelitian ini
1. a. Sebelum krisis keuangan global tahun 2002- adalah data sekunder dalam bentuk time series
2007, Tingkat Suku Bunga mengalami yakni data tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
Penurunan (SBI), tingkat Inflasi, kurs rupiah terhadap dolar AS
dan nilai ekspor nonmigas Indonesia berdasarkan
b. Selama krisis keuangan global tahun 2008- kelompok barang. Dalam hal ini data diperoleh dari
2009, Tingkat Suku Bunga Mengalami publikasi Bank Indonesia melalui Statistik Ekonomi
Penurunan dan Keuangan Indonesia (SEKI), jenis data yang
c. Setelah krisis keuangan global 2010-2011, digunakan dalam penelitian ini meliputi: tingkat
Tingkat Suku Bunga Mengalami Penurunan. bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
Inflasi dan kurs rupiah terhadap dolar AS.
2. a. Sebelum krisis keuangan global 2002, Kurs D. Analisis Data
Mengalami Kenaikan Dalam melakukan analisis data, penulis
b. Selama krisis keuangan global, Kurs menggunakan analisis deskriptif yang
Mengalami Penurunan membandingkan data yang ada dengan berbagai
c. Setelah Krisis Keuangan Global, Kurs teori yang mendukung dan bersifat menjelaskan.
Mengalami Penurunan Selanjutnya penulis mengambil beberapa
3. a. Sebeleum krisis keuangan global, kesimpulan dari penjelasan-penjelasan tersebut.
InflasiMengalami Kenaikan 1. Analisa tentang tingkat suku bunga sebelum
b. Selama krisis keuangan global, Inflasi krisis keuangan global, saat krisis keuangan
Mengalami Penurunan global dan sesudah krisis keuangan global
c. Setelah krisis keuangan global, Inflasi
Mengalami Penurunan
2. Analisa tentang kurs rupiah sebelum krisis tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara
keuangan global, saat krisis keuangan yang merupakan tembok kapitalis dunia akan
global dan sesudah krisis keuangan global runtuh.
Analisa tentang inflasi sebelum krisis keuangan
global, saat krisis keuangan global dan sesudah Sebagai negara dengan perekonomian
krisis keuangan global. terbuka, meskipun Indonesia telah membangun
momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup
III. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN tinggi, tidak akan terlepas dari dampak negatif
perlemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis
A. Pengaruh Tingkat Suku Bunga keuangan global yang mulai berpengaruh secara
signifikan dalam triwulan III tahun 2008, dan
1. Sebelum Krisis Keuangan Global (Tahun second round effectnya akan mulai dirasakan
2002-2007) meningkat intensitasnya pada tahun 2009,
Selama 2002, secara umum kondisi diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja
perekonomian Indonesia menunjukkan ekonomi makro Indonesia dalam tahun 2009 baik di
perkembangan positif yang ditandai dengan sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil,
semakin stabilnya kondisi makroekonomi. maupun sektor moneter dan sektor fiskal (APBN).
Kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten
didukung oleh beberapa kemajuan yang dicapai Dampak negatif yang paling cepat
dalam restrukturisasi ekonomi telah membantu dirasakan sebagai akibat dari krisis perekonomian
tercapainya kestabilan ekonomi dan moneter selama global adalah pada sektor keuangan melalui aspek
tahun laporan. Nilai tukar menguat secara signifikan sentimen psikologis maupun akibat merosotnya
dengan pergerakan yang stabil, uang primer likuiditas global. Penurunan indeks harga saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0
terkendali berada di bawah sasaran indikatifnya.
Perkembangan positif ini telah mendorong persen, dan depresiasi nilai tukar rupiah disertai
penurunan tingkat inflasi, setelah selama dua tahun dengan volatilitas yang meningkat. Sepanjang tahun
berturut-turut mengalami peningkatan. Membaiknya 2008, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sebesar
prospek inflasi, terkendalinya uang primer, serta 17,5 persen. Kecenderungan volatilitas nilai tukar
perkembangan nilai tukar yang stabil dan cenderung rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga tahun
menguat tersebut telah memberikan ruang gerak 2009 dengan masih berlangsungnya upaya
bagi kebijakan moneter untuk secara bertahap dan penurunan utang (deleveraging) dari lembaga
konsisten menurunkan suku bunga dalam rangka keuangan global.
memberikan sinyal yang positif bagi proses Terlalu over confidance rasanya bila kita
pemulihan ekonomi. menyakini bahwa krisis ekonomi yang terjadi di
Secara keseluruhan tahun, suku bunga SBI negara Paman Sam (USA) tidak berdampak
mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari terhadap perekonomian Indonesia. Tidak rasional
17,62% menjadi 12,93%. Nilai tukar mengalami pula bila kita mengabaikan begitu saja
apresiasi secara signifikan sebesar 10,10% sehingga perkembangan dampak krisis finansial di Amerika
mencapai rata-rata Rp9.316 per dolar. Serikat, yang telah dirasakan di sebagain besar
negara di daratan eropa. Kenapa saya menekankan
2. Saat Krisis Keuangan Global (Tahun 2008- seperti seperti ini karena:.
2009)
Tanggal 15 September 2008 menjadi 1. Indonesia menganut sistem ekonomi
catatan kelam sejarah perekonomian Amerika terbuka. Bahkan dalam liberalisasi
Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang permodalan, Indonesia tergolong negara
merupakan salah satu perusahaan investasi atau yang sangat liberal dibandingkan negara –
bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika negara di Asia, termasuk Jepang dan Korea
serikat menjadi awal dari drama krisis keuangan di Selatan, dua negara yang lebih kapitalis
negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis ketimbang Indonesia. Dengan demikian,
setelah kejadian di Amerika Serikat, para cadangan devisa. Fenomena menarik adalah
investor asing yang menanamkan modalnya kenaikan harga komoditas perkebunan seperti sawit
melalui surat-surat berharga di Jakarta di pasaran internasional justru terjadi pada awal
Stock Exchange tentu akan mengambil krisis subprime mortgage. Hal ini lebih bisa
posisi mengamankan investasinya, dengan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
menjual saham-saham mereka di pasar
modal. Hal ini terlihat dari nilai Indeks 1. Naiknya harga minyak mentah dunia
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus mendorong pasar untuk membeli CPO yang
menurun. Ini berarti adacash flow cukup akan digunakan sebagai bahan bakar nabati
besar, yang bila didiamkan akan merugikan bahan bakar yang terbarukan.
ekonomi nasional. 2. Semakin banyaknya investasi di sektor
2. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kelapa sawit menyebabkan harga saham
berapa investasi yang ditanamkan perusahaan perkebunan ikut naik.
Bussinessmen asal Indonesia serta 3. Para spekulan saham/sindikat perdagangan
lembaga-lembaga keuangan dari Indonesia internasional yang melakukan aksi
di New York Stock Exchange (NYSE). Baru menaikkan harga CPO dengan harga tinggi
ada beberapa bank yang mengakui untuk mengambil keuntungan.
menanam modalnya di pasar saham Hal ini berlaku sebaliknya ketika harga
Amerika Serikat. Tetapi saya meyakini, saham internasional mulai mengalami depresi dan
banyak investor Indonesia yang memiliki menimbulkan kepanikan di bursa saham dunia yang
surat berharga dari lembaga-lembaga dibarengi dengan anjloknya harga minyak mentah
keuangan Amerika Serikat yang bangkrut dunia hingga mencapai kisaran 80 USD/barel yang
akibat imbas kredit macet perumahan di sekarang sudah mencapai harga 56 USD/barel.
Amerika Serikat. Dana mereka tentu saja Disaat yang bersamaan, terjadi penurunan harga
menjadi insolven, atau tak bisa ditarik CPO di pasar dunia hingga mencapai 4.835
begitu saja, rupiah/kg (Bandingkan dengan harga CPO pada
3. Dalam struktur ekspor Indonesia, Amerika bulan maret 2008 yang mencapai 9000 rupiah/kg)
Serikat adalah pasar utama produk-produk yang diikuti dengan anjloknya harga komoditi
Indonesia. Sekitar 20 persen dari total perkebunan/pertanian yang lain seperti karet,
ekspor Indonesia diarahkan ke Negeri jagung, kacang kedelai, tepung dan gula di pasar
Paman Sam, dan 30 persen ke Eropa. dunia.
Beberapa industri tekstil dan produk tekstil
yang pasar utamanya ke Amerika Serikat 3. Setelah Krisis Keuangan Global Tahun
sudah mulai mengeluh, karena banyak 2010-2011
permintaan dari pembeli untuk Dampak resesi ekonomi AS dan Eropa
menjadwalkan kembali mengiriman terhadap Indonesia tentunya negatif, tetapi karena
barangnya, bahkan menunda pembelian. net-ekspor (ekspor dikurangi impor) hanya
Jelas sekali, jika ekspor menurun dan impor menggerakkan sekitar 8% dari produk domestik
Indonesia tetap, akan terjadi defisit yang bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relatif
mau tidak mau akan menurunkan cadangan kecil dibandingkan dengan negara tetangga yang
devisa. ketergantungan ekspornya ke AS besar, misalnya
Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.
Selain sektor keuangan dan perbankan Seperti pada tahun 2001/2002, atau terakhir
krisis ekonomi global berdampak juga terhadap kali AS mengalami resesi, ada tiga negara di Asia
dunia pertanian. Dengan naiknya harga minyak yang tidak terlalu terpukul ekonominya: China,
mentah dunia, memaksa Indonesia harus India, dan Indonesia. Ketiga negara ini memiliki
menaikkan harga jual BBM dalam negeri dengan penduduk yang banyak sehingga belanja
tujuan untuk menyelamatkan defisit APBN dan masyarakatnya merupakan motor penggerak
ekonomi yang kuat. Untuk ekonomi Indonesia, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar (exchange rate)
dampak negatif kenaikan harga bahan bakar minyak adalah nilai tukar yang menunjukkan jumlah unit
sebesar 125% pada 2005 jelas lebih besar dari pada mata uang tertentu yang dapat ditukar dengan satu
dampak resesi ekonomi AS. mata uang lain.
Namun demikian, krisis finansial global dan
lumpuhnya sistem perbankan global yang berlarut Pada dasarnya ada tiga sistem atau cara
akan berdampak sangat negatif terhadap Indonesia, untuk menentukan tinggi-rendahnya kurs atau nilai
karena pembiayaan kegiatan investasi di Indonesia tukar valuta asing: Kurs tetap, karena dikaitkan
(baik oleh pengusaha dalam maupun luar negeri) dengan emas sebagai standard atau patokannya.
akan terus menciut, penyerapan tenaga kerja Kurs bebas, yang dibentuk oleh permintaan dan
melambat dan akibatnya daya beli masyarakat penawaran valuta asing di pasaran bebas, lepas dari
turun, yang akhirnya akan menurunkan kaitan dengan emas. Dalam hal ini kurs bisa naik –
pertumbuhan ekonomi. turun dengan bebas. Dewasa ini orang bicara
Dari sini kita tahu bahwa dampak krisis tentang kurs mengambang (floating rates) Kurs
moneter di Amerika Serikat terhadap perekonomian dibuat stabil berdasarkan perjanjian internasional
Indonesia tidak hanya pada melemahnya nilai tukar yaitu ditetapkan oleh pemerintah/bank sentral dalam
Rupiah, namun juga pada berbagai sector lain yang perbandingan tertentu dengan dollar atau emas
lebih rumit. Berikut akan dijelaskan dengan singkat. sebagai patokan.
Akibat krisis moneter di Amerika Serikat,
nilai tukar rupiah melemah dan sempat menembus
Rp 9.860 per USD. Di pasar antarbank, rupiah 2. Saat Krisis Keuangan Global (Tahun 2008-
bahkan sempat menembus Rp 10.000 per USD. 2009)
Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih sejalan Krisis moneter yang melanda Indonesia
sejak awal Juli 1997, sementara ini telah
dengan beberapa mata uang lainnya.
Berbeda dengan krisis 1997, BI kini juga berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah
telah mengetahui pencatatan valas perbankan. BI menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan
juga tetap waspada dan terus menjaga agar tidak ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang
terjadi pergerakan gejolak yang terlalu besar. BI tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang
sebagai bank sentral meminta pasar tidak panik menganggur. Memang krisis ini tidak seluruhnya
menghadapi situasi saat ini. disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja,
Turbulensi di pasar finansial saat ini terjadi di karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah
seluruh dunia. Bank sentral akan terus memantau nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah
perkembangan ekonomi global, dan berusaha agar kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di
dampaknya bisa seminimal mungkin. \ banyak tempat karena musim kering yang panjang
dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama,
kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan
dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota
B. Pengaruh Kurs Rupiah
pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjutannya.
1. Sebelum Krisis Keuangan Global (Tahun
2002-2007) Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini,
Pengertian nilai tukar (exchange rate) Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997
adalah harga satu mata uang yang Diekspresikan terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap
terhadap mata uang lainnya (M.Faisal, 2001, p20). valuta asing, khususnya dollar AS, dan
Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah mata membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free
uang asing disebut direct quote atau sebaliknya floating) menggantikan sistim managed floating
sejumlah mata uang lokaldisebut indirect quotes. yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober
Berdasarkan pendapat David K. Eiteman, dkk 1978. Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi
(2003, p103) nilai tukar (exchange rate) valuta asing melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk
adalah harga salah satu mata uang yang dinyatakan menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar
menurut mata uanglainnya. Dari definisi tersebut
ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar Walaupun demikian, dengan keberhasilan
rupiahkemudian merosot dengan cepat dan tajam restrukturisasi utang luar negeri (swasta dan
dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 pemerintah), secara umum Neraca Pembayaran
menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun Indonesia mengalami perbaikan selama 2002.
kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar
Ke depan, prospek pemulihan ekonomi
Rp 8.000 awal Mei 1999.
Indonesia 2003 diprakirakan akan sedikit membaik
3. Setelah Krisis Keuangan Global (Tahun dengan pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar
2010-2011) 3,5%-4,0%, walaupun berbagai risiko dan
ketidakpastian di dala negeri terutama menjelang
Penyebab dari krisis ini bukanlah dilangsungkannya Pemilu 2004 perlu terus
fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini diwaspadai. Masih lemahnya perekonomian global
lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di dan persepsi negatif masyarakat internasional
atas, tetapi terutama karena utang swasta luar negeri terhadap keamanan Indonesia akan memberikan
yang telah mencapai jumlah yang besar. Yang jebol tekanan pada ekspor dan arus modal dari luar negeri
bukanlah sektor rupiah dalam negeri, melainkan akan membatasi investasi Indonesia.
sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS
yang mengalami overshooting yang sangat jauh dari Dengan demikian, prospek ekonomi
nilai nyatanya. Krisis yang berkepanjanganini Indonesia 2003 diprakirakan masih tergantung pada
adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang kinerja konsumsi. Ketergantungan pertumbuhan
sangat tajam, akibat dari serbuan yang mendadak ekonomi yang semakin besar terhadap konsumsi
dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS yang telah berlangsung sejak krisis tentu saja
(spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar kurang menggembirakan mengingat pertumbuhan
negeri dalam jumlah besar. Seandainya tidak ada seperti ini tidak menjamin pertumbuhan yang
serbuan terhadap dollar AS ini, meskipun terdapat berkesinambungan (sustainable). Oleh sebab itu,
banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, berbagai upaya perlu dilakukan untuk terus
ekonomi Indonesia tidak akan mengalami krisis. memperbaiki iklim investasi dan ekspor melalui
Dengan lain perkataan, walaupun distorsi pada serangkaian langkah mengatasi berbagai
tingkat ekonomi mikro ini diperbaiki, tetapi bila permasalahan mendasar, baik melalui kebijakan
tetap ada gempuran terhadap mata uang rupiah, struktural yang dapat menciptakan insentif seperti
maka krisis akan terjadi juga, karena cadangan kebijakan perpajakan, perburuhan dan keamanan,
devisa yang ada tidak cukup kuat untuk menahan maupun dari segi pembiayaan.
gempuran ini. Krisis ini diperparah lagi dengan Pada tahun 2006-2007, dimana kondisi
akumulasi dari berbagai faktor penyebablainnya inflasi berada pada tingkat stabil, suku bunga
yang datangnya saling bersusulan. menurun, dan nilai rupiah menguat, tampak bahwa
harga saham perusahaan properti dan real estat rata-
C. PENGARUH INFLASI rata mengalami kenaikan. Menurut tandelin
(2010:103) perubahan suku bunga akan
1. Sebelum Krisis Keuangan Global (Tahun mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris
2002-2007) paribus. Hal ini berarti, apabila suku bunga
Dengan adanya permasalahan structural menungkat maka harga saham akan turun.
tersebut di atas, secara keseluruhan selama 2002 Demikian pula sebaliknya.
perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh
2. Saat Krisis Keuangan Global (Tahun 2008-
sebesar 3,7% dan masih bertumpu pada konsumsi,
2009)
sementara peranan investasi dan ekspor dalam
mendorong pertumbuhan masih terbatas. Di sisi Tekanan inflasi di Indonesia pada tahun
eksternal, masih lemahnya perekonomian global, 2008 mulai mereda. Hal ini sejalan dengan mulai
meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik melambatnya perekonomian domestic sebagai
minat investasi asing, dan mulai menurunnya daya dampak dari melemahnya perekonomian global dan
saing Indonesia memperburuk kinerja ekspor. menurunnya harga-harga komoditas internasional.
Kedepan, Bank Indonesia memperkirakan bahwa tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi
tekanan inflasi 2009 akan menurun dan cenderung global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang
berada pada kisaran batas bawah 6,5%-7,5%. Bank bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi
Indonesia memandang bahwa dampak krisis global yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada melambatnya pertumbuhan ekonomi domestic mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh
mulai tampak pada kuartal III-2008 dan akan tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi
semakin terlihat pada tahun 2009. pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan
kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas
Dampak dari proses tersebut adalah tekanan pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran
pada nilai tukar Rupiah. Selama bulan November investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan,
2008, nilai tukar secara rata-rata mencatat penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan,
pelemahan sebesar 13,8%, lebih tinggi disbanding serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah
kan bulans ebelumnya sebesar 6,5%. Depresiasi yang semakin membaik. Di sisi eksternal, Neraca
yang terjadi disertai dengan peningkatan volatilitas, Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus
yang terutama dipicu oleh sentiment negative pasar yang relatif besar dengan cadangan devisa yang
(market confidence), di tengah kondisi pasokan meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami
valas di dalam negeri yang semakin terbatas. apresiasi. Di sektor keuangan, stabilitas sistem
Tekanan juga dirasakan pada Indeks Harga Saham keuangan tetap terjaga meski sempat terjadi tekanan
Gabungan (IHSG). Meski demikian searah dengan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di
Indonesia untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut, kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dengan
pelemahan IHSG dapat tertahan.Secara bulanan, ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar
IHSG melemah hanya sebesar 1,2% dan ditutup negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan
pada posisi 1241 atau lebih rendah dibandingkan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai
pelemahan bulan sebelumnya sebesar 31,4%. langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh
selama ini, Indonesia kembali memperoleh
Dengan berbagai perkembangan tersebut, peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
dalam tataran kebijakan, Bank Indonesia akan Kebijakan fiskal seperti pengeluaran
menjaga keseimbangan antara upaya mencegah pemerintah adalah variabel lain yang memicu
semakin melambatnya perekonomian riil dengan pergerakan inflasi. Sejumlah studi mencatat temuan-
tetap berorientasi pada pencapaian sasaran inflasi temuan mengejutkan dan menarik tentang interaksi
jangka menengah dan panjang. Untuk itu, Bank antara kebijakan fiskal dan moneter, khususnya
Indonesia dalam keputusan Dewan Gubernur BI ketika otoritas moneter menargetkan inflasi
pada 4 Desember 2008 menurunkan BI Rate sebesar (Andersen, 2005). Menurut Andersen (2005),
25 bps menjadi 9,25%. Penurunan BI Rate ini kebijakan fiskal disebut ekspansif apabila mampu
diharapkan dapat menjaga gairah perekonomian secara langsung (temporer) mempengaruhi proses
domestik di tengah melesunya perekonomian inflasi dengan cara mempengaruhi output nasional
global. Di sector riil, penurunan suku bunga dan kemudian mereduksi inflasi; apabila efek yang
diperlukan untuk mendorong kepercayaan dunia ditimbulkannya berlawanan (meningkatkan inflasi)
usaha terhadap perekonomian Indonesia yang disebut kontraktif.
sangat dibutuhkan untuk mengurangi tingkat
pengangguran. Di sector keuangan, penurunan BI Faktor lain yang mempengaruhi inflasi
Rate ini juga akan mengurangi kerentanan yang ada adalah harga minyak. Studi Cologni & Manera
sehingga mengurangi risiko di sector ini. (2008) menemukan adanya hubungan jangka-
pendek maupun jangka-panjang antara variabel-
3. Setelah Krisis Keuangan Global (Tahun variabel ekonomi makro, yaitu output, permintaan
2010-2011) uang, harga minyak, inflasi, nilai tukar, dan tingkat
Selanjutnya perekonomian Indonesia pada bunga. Oleh karenanya di Indonesia, dimana inflasi
tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di sering juga dikategorikan sebagai cost push
inflation, goncangan harga minyak disinyalir setelah krisis keuangan global tahun 2010-2011
sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya inflasi tingkat suku bunganya mengalami penurunan.
karena bisa saja kenaikan harga minyak tersebut
disalurkan ke harga produk yang dihasilkan Sedangkan jika di lihat dari Kurs pada sat
(Surjadi, 2006). Bagi negara pengekspor neto sebelum krisis keuangan global tahun 2002-
(ekspor minyaknya lebih besar daripada impor 2007 kurs mengalami kenaikan dan pada saat
minyaknya), kenaikan harga langsung menaikkan krisis keuangan global tahun 2008-2009 kurs
pendapatan nasional riil melalui pendapatan ekspor mengalami penurunan berlanjut pada saat
yang lebih besar. Namun sangat tidak beruntung, setelah krisis keuangan global tahun 2010-2011
sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi importir kurs juga mengalami penurunan.,
neto minyak (Surjadi, 2006).
Inflasi juga tidak jauh berbeda dari Kurs
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas dan Tingkat suku bunga pada saat sebelum
moneter yang mempunyai independensi dari krisis keuangan global tahun 2002-2007 Inflasi
pemerintah berkewajiban menjaga stabilitas Mengalamik Kenaikan sedangkan pada saat
moneter serta mengeluarkan kebijakan-kebijakan krisis keuangan global tahun 2008-2009 Inflasi
yang dapat meminimalisir dampak dari krisis mengalami penurunan dan Setelah Krisis
global. Bank Indonesia telah menerapkan beberapa Keuangan Global tahun 2010-2011 Inflasi juga
kebijakan, yakni: mengalami penurunan secara signifikan.
1. Kebijakan dalam sektor moneter.
4.2. Saran
2. Kebijakan dalam sektor perbankan.
Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa
3. Kebijakan dalam sektor perbankan lainnya di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia
adalah meningkatkan kapasitas pelayanan mengalami keruntuhan dan mempengaruhi
industri perbankan syariah. dan sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis ekonomi
manajemen risiko, sebagai prioritas Global terjadi karena permasalahan ekonomi
utama. pasar di seluruh dunia yang tidak dapat
dielakkan karena kebangkrutan maupun adanya
4. Kebijakan di sektor pembayaran. situasi ekonomi yang carut marut. Sektor yang
terkena imbasan Krisis Ekonomi Global adalah
IV. KESIMPULAN DAN SARAN seluruh sektor bidang kehidupan. Namun yang
4.1. Kesimpulan paling tampak gejalanya adalah sektor bidang
ekonomi dari terkecil hingga yang terbesar.
Demikian sekilas penjelasan tentang krisis
keuangan global di Amerika Serikat dan DAFTAR PUSTAKA
dampaknya secara global maupun terhadap
Indonesia, terutama tentang akibat krisis Budiono, 2001, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga,
tersebut terhadap nilai tingkat susku bunga, kurs BPFE-UGM, Yogyakarta
valuta asing dan inflasi di Indonesia. Boediono,1990, Ekonomi Moneter (Seri Sinopsis
Pengantar Ilmu Ekonomi). BFE. Yogyakarta
Maka dari pembahasan Skripsi ini dapat BAPEPAM, Nomor IX. D. 1 Tentang Hak
tentukan Tingkat Suku Bunga sebelum krisis Memesean Efek Terlebih dahulu, Kep-
keuangan global tahun 2002-2007 mengalamin 26/PM/2003.
penurunan secara signifikan, sedangkan pada BAPEPAM, 2003, Investasi di Pasar Modal
saat krisis keuangan global tahun 2008-2009 Indonesia, Jakarta Pusat
Tingkat suku bunga fluktuatif dan pada saat Candra, Aditiawan, 2006, Menyimak Karakter
Inflasi Di Indonesia, Edward, Sebastian dan
Khan, Moshin S, 1985, Intere Edward, Suad Husnan, 1998, Manajemen Keuangan Teori
Sebastian Dkk, 1985, Interest Rate Dan penerapan (Keputusan Jangka
Determination in Develoving Countries, Panjang) Buku 1, BPFE, Yogyakarta
IMF Staff paper. 32 September Tulus T.H. Tambunan, 2004, Obligasi dan
Edward, Sebastian Dkk, 1985, Interest Rate Perdagangan Internasional, Ghalia
Determination in Develoving Countries, Indonesia, Jakarta
IMF Staff paper. 32 September, Jakarta
Jeff Madura, 1999, Manajemen Keuangan
Internasional. Penerbit Erlangga, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metodde Kuantitatif,
Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis

dan Ekonomi, UPP AMP YKPN.


Yogyakarta
Laksmono, R. Didy, 2001, Suku Bunga Sebagai
Salah Satu Indikator Ekspetasi Inflasi,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Jakarta.
Hilda, 2004, Pengaruh Likuiditas, Kurs, Suku
Bunga Deposito, dan Volume Perdagangan
terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur di BEJ, Skripsi, Universitas
Riau
Mankiw, N. Gregory, 2003, Teori Makro Ekonomi.
Terjemahan, PT. Gramedia, Jakarta.
Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter Buku 2, BPFE,
Yogyakarta.
Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter Buku II, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Nopirin, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan
Mikro, Edisi Pertama, Balai Pustaka
Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Nopirin, 2000, Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga,
BPFE-UGM, Ygyakarta.
Pohan, Aulia, 2008, Kerangka Kebijakan Moneter
dan Implikasinya di Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sadono Sukirno, 2002, Pengantar Teori Makro
Ekonomi, Edisi Kedua, Rajawali Pers,
Jakarta.
Salvatore, Domonick, 2004, Ekonomi Moneter,
Penerbit Erlangga, Jakarta
Samsul, 2006, Pasar Modal dan Manajemen
Portofolio, Erlangga, Jakarta.
Samuelson, Paul. A dan Nordhaus William. D,
1995, Ekonomi (Edisi Terjemahan) , Edisi 2
Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Potrebbero piacerti anche