Sei sulla pagina 1di 10

POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS

DI SKH YPPA KECAMATAN PADANG TIMUR


KOTA PADANG

ARTIKEL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ADEK RUSBANDI
11070197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
HALAM PENGESAHAN ARTIKEL

Pola Asuh Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis Di Skh Yppa
Kecamatan Padang Timur
Kota Padang

Nama : Adek Rusbandi

NPM : 11070197

Progaram Sudi : Pendidikan Sosiologi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)


PGRI Sumatera Barat

Artikel ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk


diserahkan ke Prodi Pendidikan Sosiologi.

Padang, Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Fachrina, M.Si) (Inoki Ulma Tiara, S.Sos,M.Pd)


POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS DI SKH
YPPA KECAMATAN PADANG TIMUR
KOTA PADANG

Adek Rusbandi 1 Fachrina, 2 Inoki Ulma Tiara 3 Program Studi Pendidikan


Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Parenting is a human action to perform maintenance, supervision, guidance and


cultivation of values and norms, and the outpouring of affection. Parenting between normal
children and children with autism is different parents who have children with autism should select
appropriate parenting for their children, many parents are less to understand the way care for
children with autism. Increasingly comprehended parents on parenting those with autism will
make these children suffer and do not have the ability to develop themselves, based on the
observation of the above makes the writer interested to do research with the title "Parenting
Parents of Autistic Children SKH YPPA Eastern District of Andalas Padang City.
The theory used in this research is the theory of social action by Max Weber. This study
used a qualitative approach and descriptive. Informant is selection technique by purposive
sampling with the number of informants as many as 14 people. Data used primary data and
secondary data. Methods of data collection in this study should be non participant observation and
in-depth interviews and document study. Should be analyzes unit group. Analysis of the data used
should be interactive data analysis model (Miles dan Huberman).
From the results of research can be concluded that parenting parents who have children
with autism there are two: (1) parenting authoritative and (2) parenting democracy. Besides the
constraints faced by parents in caring for children with autism, there are three: (1) the parents lack
knowledge about children with autism, (2) husband who participate less in caring for children with
autism and (3) other family members cannot receive state children with autism.

Keyword: Parenting, Parent, Autistic Children


PENDAHULUAN Ada tiga pokok fungsi kelurga yang
Setiap manusia menginginkan sulit diubah dan digantikan orang lain, yaitu:
pernikahan untuk melanjutkan (1) Fungsi biologis berkaitan erat dengan
keturunannya. Ketika satu manusia sudah pemenuhan kebutuhan seksual suami istri.
melakukan pernikahan manusia tersebut Kelurga ialah lembaga pokok yang secara
sudah membentuk ikatan yang disebut absah memberikan ruang bagi pengaturan
dengan keluarga. Keluarga ini dibentuk dan pengorganisasian kepuasan seksual. (2)
melalui proses pernikahan yang dilakukan Fungsi sosialisasi anak menunjukkan
manusia tersebut. Keluarga merupakan suatu peranan keluarga dalam membentuk
kelompok primer yang paling penting dalam kepribadian anak. (3) Fungsi afektif
masyarakat. Keberadaan masyarakat sangat merupakan salah satu kebutuhan dasar
diwarnai oleh masing-masing keluarga manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau
dalam mempertahankan dan membangun rasa dicintai (Wahyu, 2007: 76-79).
dirinya. Keluarga adalah sekumpulan orang
Dalam menjalankan fungsi-fungsi
yang hidup bersama dan masing-masing
keluarga, sangatlah dibutuhkan peranan dari
anggota merasa adanya pertautan bathin
orang tua sebagai orang terdekat dengan
sehingga terjadi saling mempengaruhi,
anak-anaknya terutama ibu merupakan orang
saling mempertahankan, dan saling
yang pertama dikejar oleh anak-anak,
menyerahkan diri (Suhendi dan Wahyu,
perhatian, pengharapan, dan kasih sayang.
2000:12).
Dimana ibu merupakan orang yang pertama
dikenal oleh anaknya artinya ibulah yang
memenuhi kebutuhannya sehari-hari
sehingga anak-anak selalu menginginkan dan hal-hal lainnya tentu adalah yang terbaik
ibunya senantiasa ada untuk dirinya (Sobur yang bisa diberikan untuk si anak,
dalam Yanti, 2014: 2). bagaimana dengan orang tua yang dikaruniai
anak dengan berbagai keterbatasan seperti
Orang tua dapat memilih pola asuh
anak autisme, bagi sebagian besar orang tua
yang tepat dan ideal bagi anaknya. Dimana
yang memiliki anak autisme, hal tersebut
pola asuh orang tua yang salah akan
tidaklah mudah. Butuh proses untuk dapat
berdampak buruk bagi perkembangan jiwa
menerima keadaan atau kondisi anak, yang
anak. Dari hal itu maka orang tua sangat
bisa dikatakan tidak seperti anak normal
diharapkan untuk dapat menerapkan pola
lainnya.
asuh yang bijaksana atau dapat menerapkan
pola asuh yang setidak-tidaknya tidak Orang tua pada dasarnya harus tahu
membawa kehancuran atau dapat merusak bagaimana pola asuh untuk anak-anak
jiwa dan watak seorang anak. Dimana pola mereka yang tepat baik itu anak yang
asuh yang ideal bagi anak yaitu suatu pola normal maupun yang menyandang penyakit
asuh yang terbukti dengan hasil keakraban, autis. Adapun pola asuh anak normal lebih
kemesraan, dan kekeluargaan antar anggota mudah dibandingkan dengan yang
keluarga, terutama anak-anak dengan para menyandang autis karena orang tua yang
orang tua, sehingga menghasilkan pola asuh memiliki anak normal akan menerapkan
yang sesuai dengan harapan semua pihak pola asuh demokrasi kepada anak nya, orang
(Gunarsa, 1995:38). tua hanya memantau kegiatan anaknya
tersebut jika anaknya melakukan kesalahan
Melalui pola asuh tersebut yang
barulah orang tua berperan penting dalam
diberikan orang tua kepada anaknya, maka
menegur dan memberikan penjelasan agar
setiap orang tua tersebut pasti mengharapkan
anak tersebut mengerti terhadap kesalahan
anaknya menjadi orang yang berkepribadian
yang ia lakukan. Berbeda dengan anak autis,
baik, sikap, mental yang sehat serta akhlak
Adapun pola asuh yang tepat dan ideal pada
yang terpuji. Tetapi harapan itu tidak selalu
anak penyandang autis tentu mengharapkan
dapat terwujud. Kenyataannya bahwa anak
pola asuh yang sesuai dengan pola asuh
yang dimiliki tidaklah sama dengan anak-
yang ideal. Dimana anak autis ini berbeda
anak lain pada umumnya merupakan salah
dengan anak-anak yang normal pada
satu hal yang haruslah diterima apa adanya.
umumnya, serta setiap anak berhak
Namun tidak semua orang tua beruntung
mendapatkan pola asuh yang baik dan benar,
memiliki anak, ada mereka yang divonis
tidak hanya anak yang normal, anak autis
tidak bisa memiliki anak dan ada juga
juga memerlukan pola asuh yang cukup
mereka yang memiliki anak tetapi tidak
kompleks dan relevan terhadap
normal atau tidak sama dengan anak-anak
permasalahan yang dimiliki. Oleh karena itu
lainnya. Hal itu dikarenakan alam masa
tidak semua anak autis memiliki
perkembangannya anak tersebut mengalami
karakteristik dan kebutuhan yang sama.
gangguan. Salah satu gangguan tersebut
Anak penderita autis akan lebih
adalah autis. Menurut Safaria, autisme
mendapatkan pola asuh yang lebih ekstra.
adalah ketidakmampuan untuk berinteraksi
Orang tua yang memiliki anak autis harus
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang
tahu anak mereka menyandang autis yang
ditujukan dengan penguasaan bahasa yang
seperti apa. Untuk anak autis sendiri harus
tertunda, ekolalia, mutism, pembalikan
mendapatkan penjagaan yang lebih ketat lagi
kalimat, adanya aktivitas bermain yang
dari orang tua, kemudian anak tersebut harus
repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang
diberikan pengetahuan tentang lingkungan
kuat, dan keinginan obsesif untuk
tempat tinggal mereka. Idealnya anak-anak
mempertahankan keteraturan didalam
autis ini harus mendapatkan pola asuh yang
lingkungan (Safaria dalam Wahyuni, 2011:
otoriter, pola asuh otoriter ini mempunyai
2-3).
peraturan yang kaku dan orang tua
Sebagai manusia normal yang memaksakan kehendak pada anaknya.
memiliki perasaan dan pikiran, setiap orang
tua yang memiliki buah hati pastilah
menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Kasih sayang, perhatian, pendidikan fasilitas
Di Kota Padang terdapat suatu sampling (Afrizal, 2008: 101). Adapun
lembaga yang menampung dan membina jumlah informan dalam penelitian ini adalah
anak-anak penderita autis yaitu, SKh YPPA 14 orang. Dalam penelitian ini, penelitian
yang merupakan suatu tempat yang menggunakan data primer dan sekunder.
menampung penyandang autis untuk dapat Teknik pengumpulan data dalam penelitian
menjadi pribadi dan individu yang utuh ini adalah observasi, wawancara. Model
dengan segala kekurangan dan kelebihan analisis data dalam penelitian ini
yang dimilikinya. Pelayanan terapi terpadu menggunakan model analisis data Miles dan
yang pada akhirnya membawa anak agar Huberman.
dapat hidup mandiri dalam masyarakat HASIL PENELITIAN
dilingkungannya setidaknya bagi dirinya
sendiri dan keluarga. Berdasarkan visi misi 1. Latar Belakang Keluarga Informan
dari Skh YPPA anak autis yang mereka bina
sebanyak 56 anak dan dengan tenaga a. Keluarga Informan I
pendidik sebanyak 19 orang.
Ibu NR 45 tahun adalah ibu rumah
Berdasarkan observasi awal tentang
tangga, ibu NR tinggal di Komplek Jalan
pola asuh salah satu orang tua yang memiliki
Utama, ibu Rita memiliki 4 orang anak salah
anak autis peneliti melihat bahwa pada pagi
satu anak ibu NR bernama Aldian
hari orang tersebut memandikan dan
Nozarianda Alfath kelas III (tiga) di SKH
memberi sarapan kepada anaknya tersebut.
YPPA. Anak dari ibu NR ini tidak bisa
Pada siang hari jika ketika anak autis
merangsang stimulus dengan baik yang
tersebut pulang sekolah anak ini tidak
membuat dia sulit untuk menerima arahan
dibiarkan untuk keluar rumah. Orang tua
yang diberikan oleh orang lain. Sejak kecil
yang memiliki anak autis biasanya memiliki
aldian tidak bisa merasakan rasa sakit, ketika
rumah yang berpagar sehingga apabila anak
jatuh dia hanya akan diam dan tidak akan
tersebut keluar dari pagar orang akan
menangis. Penyakit autis yang dialami oleh
memaksa anak tersebut untuk masuk
aldian ini membuat dia tidak bisa memakan
kedalam rumah. Pengasuhan anak autis ini
makan yang begitu keras sehingga makanan
tidak lepas dari pengawasan orang tuanya.
yang ia makan harus dihaluskan terlebih
Tidak semua orang tua yang memiliki anak
dahulu. Dia juga harus mendapatkan bantuan
autis memiliki kesabaran dalam mengasuh
dari orang lain untuk memakan makanan
anak tersebut, karena diantara orang tua
tersebut sehingga aldian harus mendapatkan
anak autis tersebut ada yang bekerja dan ada
pengawasan yang ketat dari orang tua nya
yang hanya menjadi IRT. Orang tua yang
terutama sang ibu.
memiliki anak autis menganggap anaknya
tidak memiliki kemampuan apa-apa
b. Keluarga Informan II
sehingga banyak diantara mereka mengalami
kesulitan dalam mengasuh anak tersebut.
Ibu EL 50 tahun yang tinggal di
Semakin tidak pahamnya orang tua jalan Delima no. 486 Indarung sebagai
terhadap pola asuh anak mereka yang karyawan swasta. Ibu EL memiliki 3 orang
menyandang penyakit autis ini akan anak dan anak terkhir dari mereka
membuat anak tersebut menderita dan tidak mengalami ngangguan autis dengan nama
memiliki kemampuan untuk anak Alfadri Arif kelas IV. Anak Ibu EL
mengembangkan diri mereka. menderita penyakit autis sejak usia 5 tahun
ia mengalami gangguan pervasif
JENIS DATA DAN METODE
Developmental Disorder sehingga alfadri
mengalami gangguan pada keterampilan
Penelitian ini dilakukan selama
verbal dan non-verbal yang membuatnya
bulan Juni 2016. Lokasi penelitian ini adalah sulit untuk berkomunikasi. Selain itu ia juga
Di Skh YPPA Kecamatan Padang Timur
mengalami gangguan pencernaan, gangguan
Kota Padang. Pendekatan dalam penelitian pencernaan yang dialami oleh Alfadri
ini adalah pendekatan penelitian kualitatif membuat perkembangannya terhambat,
dan tipe penelitian ini adalah deskritif. terlebih dia hanya bisa melakukan kegiatan
Metode pemilihan informan dalam
dengan bantuan orang lain pada awal
penelitian ini adalah dengan cara purposive
penyakitnya. Anak dari Ibu EL ini bermain, Aqeel mulai mengalami kesulitan
dimasukkan kesekolah khusus untuk anak untuk berjalan dan mulai sulit untuk
penyandang autis untuk diajarkan bagaimana mengucapkan bahasa-bahasa (berbicara), hal
ia harus membentuk dirinya. Alfadri tidak ini membuat orang tuanya khawatir dan
memiliki kemampuan untuk mengartikan memeriksakan penyakit anaknya dan ia pun
bahasa tubuh atau bahasa isyarat yang didiagnosa mengalami penyakit autis.Orang
dilemparkan atau diberikan oleh orang lain. tua Aqeel tidak pernah berputus asa untuk
sehingga untuk mengajarkan nya harus mengobati Aqeel, ia memasukkan anaknya
dengan kesabaran yang ekstra.. ke sekolah khusus anak autis, disana Aqeel
mendapatkan terapi dan disana ia juga
c. Keluarga Informan III diberikan pelajaran-pelajaran untuk melihat
kemampuan apa yang ia miliki sehingga
Pacaran adalah hubungan antara kemampuan itu bisa dikembangkan.
dua Informan yang ketiga wawancara
dengan Ibu HN yang tinggal di komplek e. Keluarga Informan V
TNI-AL H.agussalim Siteba sebagai PNS
dengan nama anak Andika Prasetya Ibu RS yang bertempat tinggal di
Irfansyah kelas I. Suami ibu HN bekerja Ampang yang memiliki suami bernama RM
sebagai TNI, mereka memiliki 3 orang anak. sebagai seorang buruh dengan penghasilan 2
Anak terakhir dari Ibu HN mengalami juta perbulan. Mereka memiliki satu orang
gangguan autistic disorder dimana ia tidak anak dengan nama anak Daud Ahmad Alif
memiliki kemampuan berbicara dan kelas V dengan nama penyakit gangguan
bergantung pada komunikasi non-verbal, autistik. Daud memiliki masalah interaksi
kondisi ini mengkibatkan anak menarik diri sosial, berkomunikasi, dan permainan
ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan imaginasi, penyakit ini ia derita sejak usia 2
bersikap acuh tak acuh. Seperti yang dialami tahun. Daud tidak mampu berkomunikasi
oleh Andika ia hanya berkomunikasi dengan dengan orang disekitarnya dan sulit untuk
orang tuanya saja dan tidak mau bergaul berinteraksi. Penyandang penyakit seperti
dengan orang lain, hal ini membuat Daud ini akan sering berimaginasi dan suka
perkembangan dan pertumbuhannya membayang-bayangkan sesuatu. Misalnya,
terhambat karena ia tidak menunjukan kasih ketika ia bermain dengan mainan pesawat
sayang dan kemauan untuk berkomunikasi. terbang, ia akan merasa berada di dalam
pesawat tersebut dan merasa menerbangkan
d. Keluarga Informan IV pesawat tersebut. Anak dengan penyakit
gangguan autistik ini memiliki daya khayal
Ibu RN sebagai pedagang yang yang tinggi, sehingga apa saja yang ia lihat
tinggal di jalan Marapalam Indah 6, ia akan ia khayalkan.
memiliki anak 5 orang anak yang salah
satunya menyandang autis dengan nama f. Keluarga Informan VI
Aqeel Putra Natian kelas II yang juga
disekolahkan di SKH YPPA. Aqeel Ibu DV yang bertempat tinggal di
mengalami gangguan Childhood kompleks Jala Utama Lubek, suami ibu DV
Disintegrative Disorder gejala ini muncul bernama Andri yang bekerja sebagai
ketika ia berusia 4 tahun, pada dua tahun karyawan swasta dengan penghasilan 8 juta
awal perkembangan Aqeel nampak normal perbulan yang memiliki 2 orang anak, salah
yang kemudian terjadi regresi mendadak satu anak mereka mengalami gangguan autis
dalam komunikasi, bahasa, sosial dan dengan mana anak Deva Ariska kelas VI
keterampilan motorik. Ia menjadi kehilangan dengan gangguan sindrom rett. Ibu DV
semua keterampilan yang diperoleh merupakan karyawan swasta juga, yang
sebelumnya dan mulai menarik diri dari mempunyai pengasuh untuk anaknya.
lingkungan sosial. Sehari-harinya Deva diasuh oleh
pengasuhnya dari memberikan makan,
Pada awalnya Aqeel sudah mampu memandikan sampai mengantar pergi
berjalan sendiri, berbicara, dan melakukan sekolah merupakan tugas pengasuhnya, ibu
kegiatan-kegiatan lainnya. Tetapi memasuki DV hanya memperhatikan apakah polah
usia 4 tahun awalnya ia terjatuh ketika asuh yang diterapkan oleh pengasuhnya itu
benar atau tidak artinya disini ibu DV hanya pengasuh masing-masing selain itu ada juga
memantau anaknya, hal ini ia lakukan yang diasuh oleh nenek mereka ini
karena ia bekerja dan hanya memiliki waktu dikarenakan ada diantara mereka orang tua
malam hari untuk anaknya. yang bekerja. Pola asuh yang otoriter ini
membuat anak mengikuti kehendak orang
Sindrom rett ini terjadi hanya pada tuanya, setiap tindakan yang dilakukan oleh
anak perempuan dimana awalnya Deva anak autis ini diatur oleh orang tuanya,
tumbuh dengan normal pada usia 1 hingga 4 seperti jam istirahat, jam makan, jam
tahun terjadi perubahan pola komunikasi bermain. Ini dilakukan oleh orang tua
dengan pengulangan gerakan tangan dan tersebut agar anak mereka lebih terarah
pergantian gerakan tangan, melambatnya dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.
pertumbuhan kepala. Sindrom rett terjadi
akibat kelainan genetik yang mempengaruhi b. Pola Asuh Demokrasi
cara otak berkembang, Deva pada awalnya
tumbuh dengan normal hingga usia 18 bulan Dari wawancara di atas dapat
tetapi seiring berjalnnya waktu fungsi disimpulkan bahwa meskipun memiliki anak
motorik untuk menggunakan tangan, yang menyandang penyakit autis ada
berbicara, berjalan, dan mengunyah bahkan sebagian dariorang tua yang tidak begitu
bernafas tidak normal. Selain itu gerakan memaksa kan kehendaknya kepada anaknya,
tangan selalu dilakukan berulang-ulang ia masih menginginkan anaknya tetap
seperti meremas-remas dan berulang kali berkembang sesuai dengan yang dinginkan
memasukkan tangan kedalam mulut. anak tersebut meskipun masih dalam
pengawasan dari orang tua. Disini pola asuh
2. Pola Asuh Orang Tua yang Memiliki demokrasi masih mereka terapkan, orang tua
Anak Autis hanya memberikan arahan dan arahan
tersebut yang diterima oleh anaknya, hal
Menurut Harlock, Hardy dan Heyes seperti ini tidak membuat anak merasa takut
(Ihromi, 2004:344-440) yang dengan apa yang ia lakukan. Pola asuh
mengemukakan tiga pola asuh yang demokrasi membuat perkembangan anak
dibedakan oleh orang tua dalam mendidik lebih terlihat dari sebagian orang tua yang
anak-anaknya yaitu pola asuh otoriter, pola memiliki anak autis.
asuh permisif, dan pola asuh demokratis,
dari beberapa macam pola asuh tersebut 3. Kendala-kendala Yang Dihadapi
secara garis besar dapat dijelaskan bahwa Orang Tua dalam Mengasuh
perbedaan dalam pola asuh dapat terjadi Anak Autis
karena setiap orang tua memiliki sikap yang
berbeda yang akan mempengaruhi mereka Kendala merupakan hambatan yang
dalam menghadapi anak-anaknya. Beberapa dialami oleh seseorang dalam menghadapi
orang tua menggunakan pola asuh otoriter masalah yang terjadi dalam hidupnya.
dan juga menggunakan pola asuh demokrasi. Kendala ini bisa menyebabkan tidak
terjalannya dengan baik tujuan yang
a. Pola asuh otoriter diharapkan oleh seseorang tersebut. Sama
seperti orang tua dari anak autis, mereka
Pola asuh otoriter merupakan pola
harus menjalani terapi-terapi untuk anak-
asuh yang menggunakan peraturan yang anak mereka agar penyakit yang diderita
kaku, dimana orang tua memaksakan
oleh anak tersebut tidak menghalangi anak
kehendak pada anaknya, menyebabkan anak autis tersebut dalam berkembang untuk
menjadi tertekan dan tidak bisa mengambil melanjutkan hidup mereka. Karena anak
keputusan sendiri. Karena orang tua yang autis tidak akan bisa sembuh seperti anak
selalu menentukan segala sesuatu pada anak. normal, tetapi jika orang tua bisa
menerapkan pola asuh yang tepat anak-anak
Beberapa orang tua yang memiliki
anak yang di sekolahkan di SKH YPPA tersebut bisa diberikan arahan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari
menerapkan pola asuh otoriter. Selain orang
tua (ibu) anak-anak autis yang disekolah kan mereka. Untuk menjalankan tugas tersebut
di SKH YPPA ini juga ada yang memiliki
orang tua dari anak autis ini mengalami sampai pagi, setelah itu seringkali dia kuat
kendala-kendala sebagai berikut : melek sampai siang. Akibatnya dia tidur
siang cukup lama, dan sulit untuk tidur pada
a. Orang Tua Kurang Punya malam hari.
Pengetahuan Tentang Anak Autis
Selain penyakit-penyakit tersebut,
Dalam mengasuh anak autis ini anak autis pada umumnya juga memiliki
seorang ibu harus memiliki pengetahuan sensory integration disorder (SID). Hal-hal
yang baik dalam mengasuh mendidik dan yang biasa untuk orang pada umumnya bisa
memperlakukan si anak dalam kehidupan menjadi hal yang menyakitkan,
sehari-hari. Jika pengetahuan yang dimiliki membingungkan bagi anak autistik.
si ibu dalam mengasuh anak autis baik maka Contohnya: bunyi tetesan air keran bagi kita
kesulitan yang dialami ibu akan bisa diatasi. tidak akan mengganggu, namun bagi
Tetapi pada kenyataannya hasil penelitian sebagian anak autis dengan SID ini akan
yang ditemui banyak terdapat orang tua yang sangat menyakitkan bagi pendengarannya,
kurang paham dalam mengasuh anaknya. mereka akan berteriak-teriak sambil
Jika orang tua tidak memiliki pengetahuan menutup telinganya. Kemudian tantrum
dalam mengasuh anak autis maka akan yang sering dilontarkan anak autis saat
terjadi perbedaan pandangan antara suami- keinginannya tidak dimengerti. Rasa lelah
istri tentang penanganan anak, kecemburuan saat orang tua mengasuh anak autisnya bisa
kakak/adik anak autis yang merasa kurang mempengaruhi kejiwaaan orang tua. Karena
diperhatikan dibanding saudaranya yang itu memiliki “Me Time” untuk orang tua
autis adalah problem yang biasa ditemui yang mengasuh anak autisnya sangat
dalam keluarga tersebut dan juga perlu ada dianjurkan. Dengan ketidakikutan dalam
penanganan khusus agar tidak menjadi mengasuh anak maka seorang ayah tidak
masalah besar dikemudian hari. akan paham bagaimana mengatasi masalah
yang dialami anaknya.
Sebagai orang tua yang memiliki anak
autis yang mengalami kesulitan dalam c. Anggota Keluarga Lain Tidak Bisa
berinterksi dengan anak mereka. Sering apa Menerima Keadan Anak autis
yang diinginkan oleh anak mereka tidak
dapat mereka pahami karena anak-anak Anggota keluarga merupakan
tersebut hanya bisa berteriak jika kekuatan dalam sebuah keluarga, seberat
keinginannya tidak dapat dilakukan oleh apapun masalah yang ada dalam keluarga
orang tuanya. Dengan adanya kondisi seperti tersebut jika anggota keluarganya saling
ini membuat para suami dan keluarga sering menguatkan dan memberikan dukungan
salah paham. maka masalah yang sedang dihadapi tersebut
akan terasa ringan termasuk dukungan
b. Suami Kurang Berpartisipasi dalam dalam menerima keadaan anggota keluarga
Mengasuh Anak autis mereka yang mengalami sakit autis begitu
pula sebaliknya jika anggota keluarga tidak
Sebagai keluarga inti ayah dan ibu saling mendukung maka masalah yang rumit
harus sama-sama berpartisipasa dalam akan semakin rumit, hal ini dialami oleh
mengasuh, mendidik dan mengawasi keluarga yang memiliki anak autis. Karena
anaknya apalagi keluarga tersebut memiliki tidak semua anggota keluarganya bisa
anak yang menyandang penyakit autis, jika menerima kehadiran anak autis tersebut
ayah tidak ikut dalam mengasuh anak ia ditengah-tengah keluarga mereka.
tidak akan mengetahui perkembangan dari
ananya tersebut. Tantangan menjadi orang Dalam menghadapi keluarga besar
tua anak autis juga tidak kalah hebatnya. dan masyarakat, tidak sedikit ditemukan
Berbagai penyakit yang umumnya menyertai bahwa ibu memiliki masalah dengan
anak autis seperti: epilepsi, alergi makanan, keluarga. Ibu dituduh sebagai penyebab
gangguan sistem pencernaan, problem tidur, hadirnya keturunan dengan gangguan
juga sangat menguras tenaga. Saat anak autis autsitik karena dalam riwayat keluarga
yang masih berumur 1,5-2,5 tahun ia suami tidak ditemukan anak berkebutuhan
seringkali bangun jam 2 malam, dan main khusus. Hal lainnya adalah rasa malu dan
tertekan terhadap lingkungan sekitarnya,
sehingga ibu menyembunyikan anaknya dari
lingkungan masyarakat sekitar. Pada sisi
yang lain, perlakukan masyarakat (sekolah
dan tetangga) yang tidak tepat membuat
keluarga memiliki beban yang lebih berat.
Perlakuan yang diskriminatif dan stigma
negatif tentu menambah stres yang tinggi
bagi keluarga.

KESIMPULAN

Pola asuh merupakan tindakan


manusia dalam melakukan perawatan,
pengawasan, bimbingan dan penanaman
nilai dan norma serta curahan kasih sayang.
Anak autis adalah anak yang mengalami
ngangguan pertumbuhan dan
perkembangan, ada banyak macam anak
autis sehingga memiliki pola asuh yang
berbeda-beda. Pola asuh antara anak normal
dan anak autis sangat berbeda bahkan orang
tua yang memiliki anak autis pun sering
mengalami kendala-kendala dalam
memberikan perawatan, bimbingan dan
pengawasan terhadap anaknya. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan informan di
lapangan yang dilengkapi dengan data-data
tertulis, skripsi yang relevan dengan
penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. pola asuh orang tua yang memiliki anak


autis di SKH YPPA Kecamatan Padang
Timur Kota Padang memiliki dua cara
dalam mengasuh anak mereka, cara
tersebut adalah (a) Pola asuh otoriter,
dan (b) Pola asuh demokrasi
2. kendala-kendala yang dihadapi orang
tua dalam mengasuh anak autis, orang
tua yang memiliki anak autis merasakan
kendala-kendala sebagai berikut, (a)
Orang tua yang kurang punya
pengetahuan tentang anak autis, (b)
Suami yang kurang berpartisipasi dalam
mengasuh anak autis, dan yang (c)
anggota keluarga lain tidak bisa
menerima keadaan anak autis.
DAFTAR PUSTAKA Wahyuni, Sri. 2011. Penyesuaian Diri
Orang Tua Terhadap Perilaku
Afrizal. 2008. Pengantar Metode Pemikiran Anak Autisme Di Dusun Samirono,
Kualitatif. Padang: Laboratorium Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Sosiologi. FISIP. Universitas Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi.
Andalas. S1. Program Studi Pendidikan
Sosiologi UNY.
Gunarsa, D Singgih. 1995. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua


dan Anak. Bandug: Angkasa.

Suhendi, H.Hendi dan Rahmadani Wahyu.


2000. Pengantar Studi Sosiologi
Keluarga.. Bandung: Cv Pustaka
Setia.

Wahyu, Ramdani. 2007. Ilmu Sosial Dasar.


Bandung: PustakaSetia.

Potrebbero piacerti anche