Sei sulla pagina 1di 6

Bioscience

Volume: 3 Number: 2 , 2019, pp. 155-160 BIOSCIENCE


ISSN: Print 1412-9760 – Online 2541-5948 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bioscience
DOI: 10.24036/0201932106049-0-00

Chlorophyll Content of Jabon Leaves (Anthocephalus cadamba [Roxb] Miq.)


in the Sungai Nyalo, Pesisir Selatan and Lubuk Alung, Padang Pariaman
Vauzia1*, Resti Fevria1, Yovella Trisna Wijaya1
Lecturer of Biology Departement, FMIPA Universitas Negeri Padang 1

email: vauzia.ivo@gmail.com

Abstract. Jabon (Anthocephalus cadamba [Roxb] Miq.) is one type of tree that
has a high prospect for industrial plantations and reforestation in Indonesia, due to
its very fast growth and relatively easy silvicultural treatment. The growth of a plant
is strongly influenced by photosynthesis. The process of photosynthesis can take
place because of the presence of pigments called chlorophyll. The formation of
chlorophyll is influenced by environmental factors. Therefore, studies have been
carried out on the chlorophyll content of Jabon leaves in different locations. This
research was conducted from March to May 2019. The samples came from the
Sungai Nyalo, Pesisir Selatan, and Lubuk Alung, Padang Pariaman. While the
chlorophyll content of Jabon leaves was tested at the Laboratory of Plant
Physiology, Department of Biology, FMIPA UNP. This research is a descriptive
study that was analyzed by the T test at a significant level of 5%. The results
showed that there were differences in the chlorophyll content of Jabon leaves in
the Sungai Nyalo, Pesisir Selatan with value 44,26 (mg/g) and Lubuk Alung,
Padang Pariaman with value 19,45 (mg/g).

Keywords: chlorophyll leaves, jabon (Anthocephalus cadamba [Roxb] Miq.).

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

I. PENDAHULUAN
Jabon (Anthocephalus cadamba [Roxb] Miq.) merupakan jenis tanaman lokal
Indonesia yang saat ini direkomendasikan dalam pembangunan hutan tanaman. Jabon
memiliki prospek yang cukup baik karena tergolong tumbuhan yang cepat tumbuh, dapat
tumbuh di berbagai tipe tanah, prospek pemasarannya cukup tinggi dengan teknik
silvikultur yang mudah dan telah diketahui (Pratiwi, 2003). Jabon dapat tumbuh baik pada
tanah-tanah aluvial yang lembab dan umumnya dijumpai di hutan sekunder atau
terdegradasi di sepanjang bantaran sungai dan daerah transisi antara daerah berawa,
daerah yang tergenang air secara permanen maupun secara periodik (Phillips, 2002).
Sehubungan dengan prospeknya yang baik, jabon telah banyak diteliti orang salah

155
satunya oleh Vauzia dan Gusmira (2018), yang meneliti tentang respon perkecambahan
biji jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) terhadap pembakaran.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
intensitas cahaya. Cahaya matahari merupakan faktor lingkungan terpenting yang
mempunyai peranan mendasar pada proses fotosintesis (Hermanto et al., 2017). Proses
fotosintesis akan terjadi jika ada pigmen perantara yang dinamakan dengan klorofil.
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik (Ai et al., 2011). Saat terjadinya proses fotosintesis, pigmen klorofil mampu
memanfaatkan energi matahari dan memicu fiksasi CO 2 menjadi karbohidrat. Karbohidrat
inilah yang nantinya akan diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul
organik lainnya yang digunakan untuk proses-proses fisiologis sepanjang daur hidup
tanaman (Salisbury dan Ross, 1995).
Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik tanaman,
oksigen, karbohidrat, air, intensitas cahaya, temperatur dan unsur-unsur hara,
(Dwijoseputro, 1992). Ketersediaan unsur hara didalam tanah berbeda-beda tergantung
dimana habitatnya (Mpapa, 2016). Hasil penelitian Vauzia et al. (2016) di hutan rawa
gambut, Batang Alin, Pasaman Barat, memperlihatkan rendahnya nilai kandungan
klorofil tanaman jabon pada tanah rawa gambut, yaitu 6,51 (mg/g) pada lokasi pasca
kebakaran dan 4,62 (mg/g) pada lokasi yang tidak terbakar. Berdasarkan hal tersebut,
perlu dikaji tentang kandungan klorofil daun jabon pada habitat yang berbeda. Sehingga
hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengembangan budidaya jabon secara
komersil.

II. BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret-Mei 2019 pada daerah Sungai Nyalo,
Pesisir Selatan dan daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman. Sedangkan pengujian
kandungan klorofil dilaksanakan pada Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting tanaman, jetfresh, pH meter
tanah, timbangan, lumping dan alu, labu ukur 100 ml, Erlenmeyer, corong, beaker glass,
oven, kuvet, spektrofotometer, kertas aluminium, alat tulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah kantong plastik, tali raffia, kertas label, kertas saring, alkohol 96%,
aquades, sampel tanah.

156
2.2 Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Daun
Sampel daun jabon (A. cadamba) diambil sebanyak 10 helai pada 2 lokasi yang
berbeda. Total sampel daun yang diamati adalah sebanyak 20 sampel. Daun diambil
dengan menggunakan gunting tanaman. Sampel yang telah diambil diberi label sesuai
dengan lokasi pengambilan sampel. Sampel dimasukkan ke kantong plastik dan
kemudian dimasukkan kedalam jetfresh (Kontainer yang berisi es) dan langsung dibawa
ke Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

Pembuatan Ekstrak Daun


Sampel daun jabon (A. cadamba) yang telah diambil pada 2 lokasi yang berbeda
dipotong kecil dan ditimbang dengan berat 1 gram. Potongan sampel digerus pada
lumpang, kemudian diekstrak dengan alkohol 96%. Setelah semua pigmen klorofil daun
sudah larut (ditandai dengan ampas berwarna putih) maka ekstrak klorofil disaring
dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
alkohol 96% sampai volume ekstrak mencapai batas 100 ml.

Pengujian Kandungan Klorofil Menggunakan Metode Spektrofotometri


Ekstrak klorofil diukur absorbansinya dengan menggunakan kuvet pada
spektrofotometer pada panjang gelombang 649 dan 665 nm. Setelah itu klorofil diukur
menggunakan rumus Wintermans sebagai berikut:
Klorofil ɑ (mg/L) = 13,7x(OD665) ̶ 5,76x(OD649)
Klorofil b (mg/L) = 25,8x(OD649) ̶ 7,7x(OD665)
Klorofil total (mg/L) = 20,2x(OD649) + 6,1x(OD665)

2.3 Analisis Data


Data kandungan klorofil daun jabon pada dua lokasi yang berbeda dianalisa
dengan Uji t pada taraf nyata 5 %.

157
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji T kandungan klorofil daun jabon (A. cadamba) di daerah Sungai
Nyalo, Pesisir Selatan dan daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman memperlihatkan
adanya perbedaaan yang signifikan. Hasil dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji T kandungan klorofil daun jabon pada daerah Pesisir Selatan dan Lubuk
Alung

Daerah Kandungan Klorofil Total (mg/g)


44,26a
Sungai Nyalo
(Pesisir Selatan)
Lubuk Alung 19,45b
(Padang Pariaman)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf signifikan 5%.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan klorofil total daun jabon pada daerah
Sungai Nyalo, Pesisir Selatan memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi dengan nilai
44,26 (mg/g) dibandingkan dengan daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman dengan nilai
19,45 (mg/g). Rendahnya kandungan klorofil daun Jabon pada daerah Lubuk Alung,
diduga disebabkan oleh perbedaan faktor intensitas cahaya pada lokasi pengambilan
sampel dan faktor tanahnya yang berbeda. Jika dilihat dari tekstur tanahnya, pada daerah
Sungai Nyalo memiliki tekstur tanah liat berpasir sedangkan pada daerah Lubuk Alung
memiliki tekstur tanah lempung berpasir. Tanah berlempung merupakan tanah dengan
proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah
berpasir dan tanah berliat (Islami dan Utomo, 1995). Namun, pada lokasi pengambilan
sampel di Lubuk Alung memiliki tingkat volume pasir yang lebih besar dibandingkan
dengan daerah Sungai Nyalo. Menurut Hakim (1986), menjelaskan bahwa tanah yang
didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro sedangkan tanah yang
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro sehingga tingkat kelolosan air
pada tanah liat lebih kecil dibandingkan dengan tanah lempung berpasir. Sehubungan
dengan hal tersebut, Saptiningsih (2007), juga menyatakan bahwa tanah yang didominasi
pasir tidak mampu menyerap air dengan stabil sehingga tidak mampu menyediakan unsur
hara bagi tanaman yang akhirnya mempengaruhi proses pembentukan klorofil. Klorofil
merupakan komponen utama dalam fotosintesis.
Klorofil berperan langsung dalam proses fotosintesis yang menghasilkan senyawa
organik sebagai asimilat dari senyawa anorganik dengan bantuan cahaya matahari.
Tingginya kandungan klorofil pada daerah Sungai Nyalo, Pesisir Selatan disebabkan oleh
lingkungan hidup jabon pada lokasi ini terpapar secara langsung terhadap cahaya
matahari. Menurut Wijoseno (2011), bahwa meningkatnya intensitas cahaya, akan

158
meningkatkan produktivitas klorofil sehingga proses fotosintesis berlangsung dengan
baik. Sedangkan tumbuhan jabon pada daerah Lubuk Alung, banyak ternaungi oleh
vegetasi tumbuhan lain disekitarnya sehingga cahaya yang terserap lebih sedikit
dibandingkan dengan daerah Sungai Nyalo. Sudomo (2009), menjelaskan bahwa
intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menghasilkan produk fotosintesa yang tidak
maksimal sehingga juga akan menghambat pertumbuhan tanaman.

IV. KESIMPULAN
Terdapat perbedaan yang signifikan antara kandungan klorofil daun jabon
(Anthocephalus cadamba [Roxb] Miq.) pada daerah Sungai Nyalo, Pesisir Selatan
dibandingkan dengan daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman. Dimana kandungan klorofil
daun jabon pada daerah Sungai Nyalo, Pesisir Selatan dengan nilai 44,26 (mg/g) lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman dengan nilai 19,45
(mg/g).

DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S., dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2): 167-168.

Belinda. (2014). Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.). Jurnal Sains. 4(1): 1-6.

Dwidjoseputro, D.1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan Keenam. Jakarta: PT


Gramedia.

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.,Bailey, H.H.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hermanto, Suwignyo, B., Umami., N. 2017. Kualitas Kimia dan Kandungan Klorofil
Tanaman Alfafa (Medicago sativa L.) dengan Lama Penyinaran dan Dosis Dolomit
yang Berbeda pada Tanah Regosol. Buletin Peternakan. 41(1): 54-60.

Islami, T dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIP
Semarang Press

Mpapa, B.L. 2016. Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon Jati (Tectona
randis L.). pada Ketinggian yang Berbeda. Jurnal Agrista. 20(3): 135-139.
Phillips, P.D., Yasman, I., Brash, T.E. & van Gardingen, P.R. 2002. Grouping tree
species for analysis of forest data in Kalimantan (Indonesian Borneo). For.
Ecol. Manag. 157(1): 205–216.

Pratiwi. 2003. Prospek Pohon Jabon Untuk Pengembangan Hutan Tanaman. Buletin
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan.

159
Saptiningsih, E. 2007. Peningkatan Produktivitas Tanah Pasir Untuk Pertumbuhan
Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Mikoriza dan Rhizobium. BIOMA. 9(2): 58-61.

Soerianegara, I. & Lemmens, R.H.M.J. 1993. Plant resources of South-East Asia Timber
trees: major commercial timbers. Wageningen (NL): Pudoc Scientific Publishers.

Sudomo, A. 2009. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Mutu Bibit Manglid
(Manglieta glauca bi). Tekno Hutan Tanaman. 2(2): 59-66.

Vauzia dan Gusmira, E. 2018. The Response of Jabon Seeds Germination


(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) against the Duration of Cumbustion and
Illumination. EKSAKTA. 19(2): 81-87.

Vauzia., Syamsuardi., Chairul, M., and Auzar, S. 2016. Stomata characteristics and
chlorophyll content in two plant species regenerating with sprout and seeds after at
Peat Swamp Forest in Batang Alin-Indonesia. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research. 8(1): 356-361.

Wijoseno, Teguh. 2011. Uji Variation Influence of Culture Media Growth and Content of
Proteins, Lipids, Chlorophull and Caratenoids on Microalgae Chlorella vulgaris
Builtenzorg. Thesis. Depok: Department of Chemical Engineering Faculty of
Engineering of Indoensia.

160

Potrebbero piacerti anche