Sei sulla pagina 1di 15

Persepsi Petani Padi Sawah Irigasi Teknis Terhadap Akses Lembaga

Keuangan untuk Modal Usahatani Di Desa G1 Mataram


Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas

Jansa Arianto1, Maryadi2, Eka Mulyana3


Universitas Sriwijaya, Jalan Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Ogan Ilir 30662

Abstract. The research purposes were to (1) to identify how much paddy farmer technical
irrigated rice farming skill in Mataram village Tugumulyo district Musi Rawas regency in
create their own capital for their farming financial (2) to analyze paddy farmer perception of
financial institutions to assist in providing capital farming in Mataram Village Tugumulyo
District Musi Rawas Regency (3) to identify loan capital used by paddy farmer technical
irrigated in Mataram Village Tugumulyo District Musi Rawas Regency. The research be
conducted in G1 Mataram Village Tugu Mulyo Distrct Musi Rawas Regency. The methods
used in this research is survey dan direct intervews. The samples were taken as many as 60
from 600 farmers. Data collected in the study are primary data and secondary data. Based
on this research, paddy farmer technical irrigated rice farming skill of loan capital is low,
while paddy farmers loan capital used is medium. Perception of farmers with own capital
used to financial institutions from location aspect is clasified too easy, while from prosedure
aspect, knwoladge aspect and trusting aspect is relatively easy. Therefore loan capital used
from from location aspect is too easy, although from prosedure aspect, knowlage aspect and
trusting aspect is classified too easy. Loan capital used by paddy farmer technical irrigated
in G1 Mataram Village used for paddy production cost padi as many as 60,41%. Procution
cost for farming used for land treatment, seed cost, pestisida and fertilizer.

Keywords : Perception, financial, irrigatedAbstrak.

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1 Mengidentifikasi seberapa besar kemampuan
petani padi irigasi teknis di Desa Mataram Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas
dalam menciptakan modal sendiri untuk membiayai usahatani padi mereka (2) Menganalisis
persepsi petani padi terhadap akses lembaga keuangan dalam membantu penyediaan modal
usahatani di Desa Mataram Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas (3)
Mengidentifikasi penggunaan modal pinjaman oleh petani padi irigasi teknis di Desa G1
Mataram Kecamatan Tugumulyo Musi Rawas. Penelitian ini dilakukan di Desa G1 Mataram
Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survei dan wawancara langsung. Sampel diambil sebanyak 60 dari 600 petani. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kemampuan
penciptaan modal usahatani padi irigasi teknis pada pengguna modal sendiri dominan rendah,
sedangkan pada petani pengguna modal pinjaman dominan sedang.Persepsi petani pengguna
modal sendiri terhadap lembaga keuangan dari aspek lokasi tergolong sangat mudah,
sedangkan dari aspek prosedur, aspek pengetahuan dan aspek kepercayaan masing - masing
tergolong mudah. Adapun persepsi petani pengguna modal pinjaman dari aspek lokasi
tergolong sangat mudah, sedangkan dari aspek prosedur, aspek pengetahuan dan aspek
kepercayaan masing - masing tergolong mudah.Penggunaan modal pinjaman oleh petani
padi irigasi teknis di Desa G1 Mataram digunakan untuk biaya produksi padi sebesar 60,41%.
Biaya produksi untuk usahatani digunakan untuk pengolahan lahan, membeli benih, pestisida
dan pupuk.
PENDAHULUAN
Pentingnya pangan membuat pemerintah membuat program peningkatan ketahanan
pangan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri dari
produksi pangan nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan produksi padi di
beberapa sentra-sentra penghasil padi yang potensial (Kementerian Pertanian, 2014).
Menurut Slameto (2010) persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Jalaludin (1999) persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Lahan irigasi teknis merupakan salah satu ekosistem lahan di Propinsi Sumatera
Selatan yang menjadi penyumbang produksi padi. Lahan irigasi teknis salah satunya terdapat
di Kabupaten Musi Rawas. Kecamatan Tugumulyo merupakan daerah irigasi teknis di
Kabupaten Musi Rawas yang cukup potensial dalam usahatani padi, karena memiliki tingkat
produktivitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS (2012).
Pengairan pada irigasi teknis di Kecamatan Tugumulyo sumbernya berasal dari
Bendungan Watervang yang aliran airnya berasal dari Sungai Kelingi yang terletak di Kota
Lubuklinggau. Bendungan Watervang merupakan salah satu bangunan hasil peninggalan
zaman kolonial Belanda yang saat ini masih berdiri kokoh dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Air yang berasal dari bendungan Sungai Kelingi sebagai saluran induk kemudian
dialirkan menuju saluran sekunder yang terbagi ke beberapa daerah. Saluran sekunder
dialirkan menuju ke Siring Agung yang merupakan sarana irigasi paling penting di
Kecamatan Tugumulyo. Dari saluran sekunder inilah air akan dibagi-bagi menuju jaringan
irigasi tersier yang langsung terhubung ke sawah-sawah petani.
Permodalan merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usaha
pertanian. Namun dalam operasional usahanya tidak semua petani memiliki modal usahatani
yang cukup. Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber permodalan masih sangat terbatas,
terutama bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit yang merupakan komunitas
terbesar dari masyarakat pedesaan

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni di Desa G1 Mataram,
Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki lahan padi irigasi terluas
di Kecamatan Tugumulyo yaitu sebesar 280 hektar. Metode yang digunakan pada penelitian
ini yaitu metode survei (Singarimbun dan Effendi, 1982; Sjarkowi, 1992). Metode survei
dilakukan secara langsung dengan mengambil sampel dari sebagian populasi, dimana peneliti
terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dan mengumpulkan data yang meliputi
data primer melalui metode wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dengan metode
studi dokumen melalui instansi terkait dengan penelitian ini. Metode survei yang digunakan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi
Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pengambilan contoh acak berlapis berimbang (Proporsionate Stratified Random Sampling)
terhadap 600 populasi petani padi sawah irigasi teknis. Jumlah petani contoh yang diambil
adalah sebanyak 60 petani contoh dengan proporsi 45 petani contoh pengguna modal
pinjaman dan 15 petani contoh pengguna modal pinjaman. Petani contoh dalam penelitian ini
adalah petani yang berusaha tani padi sawah irigasi teknis, yaitu petani pengguna modal
sendiri sebanyak 45 petani dan petani pengguna modal pinjaman sebanyak 15 petani contoh
yang di ambil dengan proporsi 10 persen.
Tabel 1. Metode penarikan contoh pada petani padi lahan irigasi teknis pengguna modal sendiri dan
pengguna modal pinjaman di Desa G1 Mataram.
No Lapisan Populasi (KK) Proporsi (%) Sampel (KK)
1 Petani padi lahan irigasi 450 10 45
teknis yang menggunakan
modal sendiri
2 Petani padi lahan irigasi 150 10 15
teknis yang menggunakan
modal pinjaman
Jumlah 600 60
Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan G1 Mataram
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
observasi, wawancara dan studi dokumen. Data yang dikumpulkan terdiri atas dua macam
yaitu data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh di lapangan disajikan secara
tabulasi, diolah secara matematis dan dijelaskan secara deskriptif.
Mengetahui kemampuan petani padi irigasi teknis di Desa G1 Mataram Kecamatan
Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas dalam menciptakan modal sendiri untuk membiayai
usahatani padi adalah dengan menghitung selisih total pendapatan petani dengan pengeluaran
total rumah tangga. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
Penciptaan Modal = PTP – KT
Rumus pendapatan total adalah :
a. Pendapatan Total Petani (PTP)
PTP = PUP + PNP + PLU
b. Pendapatan Usahatani padi (PUP)
PUP = Pn – BPT
Untuk biaya produksi total didapat dengan menggunakan rumus :
BPT = BVT + BTpT
Sedangkan penerimaan didapat dengan rumus berikut :
Pn = P x Q
Keterangan :
PTP = pendapatan total petani (Rp/th)
PUP = pendapatan usahatani padi (Rp/lg/th)
PNP = pendapatan non padi (Rp/lg/th)
PLU = pendapatan luar usahatani (Rp/th)
BPT = biaya produksi total (Rp/lg/th)
BVT = biaya variabel total (Rp/lg/th)
BTpT = biaya tetap total (Rp/lg/th)
Pn = penerimaan (Rp/lg/th)
P = Harga Jual (Rp/lg/th)
Q = jumlah produksi (Kg/lg/th)
Selanjutnya untuk melihat besarnya pengeluaran total rumah tangga petani sampel
dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
KT = KP + KNP

Dimana :
KT = pengeluaran (Konsumsi) Total
KP = konsumsi Pangan
KNP = konsumsi Non Pangan
Kemudian untuk mengukur kemampuan penciptaan modal bagi petani padi sawa
irigasi teknis, maka biaya produksi usahatani padi (per luas garapan) dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu tinggi, sedang dan kecil, sehingga kelompok biaya tersebut dibandingkan
dengan modal yang tercipta.
Mengaanalisis persepsi petani padi terhadap akses lembaga keuangan dalam
membantu penyediaan modal untuk usahatani di Desa G1 Mataram Kecamatan Tugumulyo
Kabupaten musi Rawas terhadap akses tersebut dianalisis dengan empat indikator yaitu
lokasi, prosedur, pengetahuan dan kepercayaan, dimana setiap indikator tersebut diukur
melalui 3 pertanyaan.
Pertanyaan aspek lokasi, aspek prosedur, aspek penggetahuan, aspek kepercayaan.
Indikator tersebut dikelompokan ke dalam interval kelas dengan pemberian skor 4
untuk kriteria sangat mudah (SM), skor 3 untuk kriteria mudah (M), skor 2 untuk kriteria sulit
(S) dan skor 1 untuk kriteria sangat sulit (SS) (Nazir, 1983), dengan menggunakan rumus :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
Keterangan :
NR = Nilai Range
NST = Nilai Skor Tertinggi
NSR = Nilai Skor Terendah
PI = Panjang Interval Kelas
JIK = Jumlah Interval Kelas
Perhitungan untuk interval kelas total persepsi petani terhadap akses lembaga
keuangan formal adalah sebagai berikut :
NST = (4 indikator x 3 pertanyaan x bobot pertanyaan (4)) = 48
NSR = (4 indikator x 3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1)) = 12
JIK =4
Perhitungan :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 48 – 12 = 36 = 36 : 4 = 9
Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk setiap indikatornya adalah sebagai
berikut :
NST = 12 ( 3 pertanyaan x bobot pertanyaan (4))=12
NSR = 3 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))=3
JIK =4
Perhitungan :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 12 – 3 = 9 = 9 : 4 = 2,25
Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk tiap pertanyaan adalah sebagai
berikut :
NST = (1 pertanyaan x bobot tertinggi (4))=4
NSR = (1 pertanyaan x bobot terendah (1))=1
JIK =4
Perhitungan :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
=4–1=3 = 3 : 4 = 0,75
Tabel 2. Nilai interval dan kriteria interval kelas untuk persepsi petani terhadap akses lembaga keuangan formal.
Interval Kelas Interval Kelas Interval Kelas
No Kriteria
(Skor Total) (Per Indikator) (Per Pertanyaan)
1 12,00 ≤ x ≤ 21,00 3,00 ≤ x ≥ 5,25 1,00 ≤ x ≤ 1,75 Sangat Sulit
2 21,00 < x ≤ 30,00 5,25 < x ≤ 7,50 1,75 < x ≤ 2,50 Sulit
3 31,00 < x ≤ 39,00 7,50 < x ≤ 9,75 2,50 < x ≤ 3,25 Mudah
4 39,00 < x ≤ 48,00 9,75 < x ≤ 12,00 3,25 < x ≤ 4,00 Sangat Mudah
Mengidentifikasi penggunaan modal pinjaman oleh petani padi irigasi teknis Desa G1
mataram Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas akan dijelaskan secara deskriptif
dan disajikan dalam bentuk tabulasi, dengan menghitung selisih antara pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persepsi Petani Padi Lahan Irigasi Teknis Terhadap Lembaga Keuangan Formal di
Desa G1 Mataram
Persepsi merupakan pandangan petani padi irigasi teknis terhadap akses lembaga
keuangan formal yang terjadi di desa G1 Mataram. Fokus utama dalam bahasan ini adalah
Koperasi Rias yang merupakan koperasi simpan pinjam yang terdekat karena terletak di Desa
G1 Mataram. Adapun indikator akses meliputi aspek lokasi, prosedur, pengetahuan, dan
kepercayaan. Berikut disajikan keempat indikator akses lembaga keuangan formal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skor Rata-Rata Tingkat Persepsi Petani Padi Irigasi Teknis Terhadap Akses Lembaga
Keuangan Formal
Pengguna Modal Sendiri Pengguna Modal Pinjaman
No Indikator Skor Rata- Skor Rata-
Kriteria Kriteria
Rata Rata
1 Aspek lokasi 10,28 Sangat mudah 9,86 Sangat mudah
2 Aspek prosedur 8,12 Mudah 7,81 Mudah
3 Aspek pengetahuan 7,99 Mudah 8,34 Mudah
4 Aspek kepercayaan 7,71 Mudah 8,21 Mudah
Rata-Rata 8,53 Mudah 8,56 Mudah

Berdasarkan Tabel 3. bahwa secara keseluruhan persepsi petani padi irigasi teknis
pengguna modal sendiri terhadap akses lembaga keuangan formal menunjukan skor total
rata-rata sebesar 8,53 pada kriteria mudah, yaitu dari aspek lokasi tergolong sangat mudah,
sedangkan dari aspek prosedur, aspek pengetahuan,dan aspek kepercayaan masing-masing
tergolong mudah. Adapun untuk persepsi petani penguna modal pinjaman menunjukkan skor
total rata-rata sebesar 8,56 pada kriteria mudah, yaitu dari aspek lokasi tergolong sangat
mudah, sedangkan aspek prosedur, aspek pengetahuan, dan aspek kepercayaan tergolong
mudah. Kondisi ini menunjukan bahwa apabila lembaga keuangan formal dapat mengurangi
prosedur standar yang diterapkan dalam memberikan jasa peminjaman uang, maka petani
akan mau mengakses lembaga tersebut. Selain itu diharapkan peningkatan promosi dan
sosialisasi dari lembaga kuangan formal agar informasi untuk mengakses lembaga tersebut
sampai kepada para petani yang memiliki pengetahuan terbatas.

Sumber, Penggunaan Modal Pinjaman dan besaran modal pinjaman oleh Petani di
Desa G1 Mataram Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas
A. Sumber Modal Pinjaman
Permodalan dalam usahatani padi lahan irigasi teknis di Desa G1 Mataram terdiri dari
dua sistem permodalan, yaitu sitem permodalan sendiri dan sistem permodalan pinjaman.
Sistem permodalan pinjaman ada karena tidak semua petani mampu memenuhi biaya untuk
usahatani padi. Guna mengatasi kekurangan akan modal usahatani padi menyebabkan petani
meminjam modal. Petani padi pengguna modal pinjaman di Desa G1 Mataram
menggabungkan antara modal yang berasal dari milik pribadi dengan modal yang berasal dari
pinjaman.
Sumber permodalan pinjaman di Desa G1 Mataram yang peneliti dapatkan berasal
dari beberapa sumber seperti keluarga, kelompok tani, program bantuan dari PT. PUSRI dan
koperasi. Masing-masing dari peminjam modal memiliki persyaratan dan kemampuan
memberikan modal pinjaman yang tidak sama. Sistem pengembalian modal pinjaman antara
sumber modal yang satu dengan yang lain juga berbeda tergantung kesepakatan awal yang
dibuat oleh pemberi pinjaman dan juga petani yang meminjam. Pada penelitian ini hanya ada
satu sumber modal pinjaman yang menerapkan sistem bunga pinjaman yaitu koperasi.
Berikut merupakan penjelasan dari beberapa sumber modal pinjaman yang digunakan oleh
petani padi sawah irigasi teknis di Desa G1 Mataram untuk membiayai usahataninya :
Tabel 3. Sumber Modal Pinjaman tahun 2015.
Jumlah Rata-rata Jumlah
No Sumber Modal Pinjaman Pinjaman Petani Persentase
1 Koperasi 46.000.000 4.181.818 11 73,33
2 Keluarga 5.500.000 2.750.000 2 13,33
3 Gapoktan 3.000.000 3.000.000 1 6,67
4 Pusri 20.000.000 20.000.000 1 6,67
Jumlah 74.500.000 29.931.818 15 100,00

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3. dapat diketahui bahwa ada empat
sumber modal pinjaman yang digunakan oleh petani untuk membiayai usahatani padi mereka.
Keempat sumber modal pinjaman tersebut adalah koperasi, keluarga, kelompok tani dan PT.
PUSRI. Sumber modal pinjaman petani padi lahan irigasi teknis di Desa G1 Mataram
terbanyak berasal dari modal PT.PUSRI, sedangkan yang terkecil berasal dari modal
keluarga. Persentase jumlah peminjam modal usahatani padi lahan irigasi teknis di Desa G1
Mataram adalah koperasi 73%, keluarga 13%, kelompok tani 7% dan PT.PUSRI 7%.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa banyak petani lebih memilih menggunakan
modal yang berasal dari koperasi karena beberapa alasan seperti lokasi kantor yang mudah
dijangkau, bunga rendah yaitu hanya 2%, proses yang cepat serta pengembalian bisa
dilakukan setelah panen.
a. Koperasi
petani pengguna modal pinjaman lebih banyak meminjam modal usahatani ke
koperasi. Jumlah petani yang meminjam modal ke koperasi sebanyak 11 petani dari total 15
petani pengguna modal pinjaman. Data ini membuktikan bahwa koperasi menjadi salah satu
sumber permodalan yang banyak digunakan oleh petani. Jumlah pinjaman yang berasal dari
koperasi dari total 11 petani yaitu sebanyak Rp.46.000.000 dengan rata-rata pinjaman modal
sebesar Rp.4.181.818. Sedangkan jumlah pinjaman setelah ditambah dengan bunga
pinjaman sebesar 2% adalah sebesar Rp.46.920.000 dengan rata-rata modal kembali sebesar
Rp.4.265.455.
Petani lebih banyak menggunakan modal pinjaman yang berasal dari koperasi karena
menganggap koperasi sangat membantu mereka dalam mencukupi modal usahataninya.
Selain hanya dibebankan bunga sebesar 2% yang tergolong rendah, pinjaman koperasi juga
mudah diakses tanpa syarat-syarat yang sulit dipenuhi oleh petani. Selain itu, proses
pencairan dana pinjaman juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan data yang
telah disebutkan di atas bahwa sumber permodalan pinjaman yang digunakan pada penelitian
ini berasal dari empat sumber yaitu koperasi, keluarga, kelompok tani dan PT.PUSRI.
b. Keluarga
Petani yang meminjam modal di keluarga telah memiliki modal sendiri yang cukup
tinggi namun butuh tambahan karena sebagian uang yang seharusnya untuk modal usahatani
padi dialihkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Jumlah modal yang harus
dikembalikan petani juga sama dengan modal awal yang dipinjam karena tidak adanya beban
bunga. Hal ini justru membuat petani nyaman karena bisa dengan tenang melakukan
usahatani padi tanpa adanya tekanan mengembalikan modal pinjaman dengan bunganya.
Rata-rata pinjaman petani pada keluarga rata-rata Rp.2.750.000.
c. Kelompok Tani
Petani yang menggunakan modal pinjaman yang berasal dari kelompok tani hanya
satu orang. Besar jumlah pinjaman petani yaitu sebanyak Rp.3.000.000 dan biasanya dibayar
setelah masa panen tiba. Pinjaman yang diberikan ini tidak dalam bentuk uang tunai tetapi
dalam bentuk sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida. Petani yang bisa
meminjam modal dari kelompok tani hanya terbatas anggota dari kelompok tani tersebut.
Hal ini disebabkan setiap petani sudah memiliki kelompok tani masing-masing yang
didasarkan pada letak areal persawahan yang berdekatan. Tujuan dari pinjaman yang
diberikan adalah membantu anggota dalam hal peningkatan hasil produksi padi.
d. PT.PUSRI
Petani menggunakan modal pinjaman yang berasal dari bantuan PT. PUSRI yang
seharusnya digunakan untuk pengembangan ternak sapi. Nominal modal pinjaman yang
diberikan PT. PUSRI juga cukup besar yaitu Rp.20.000.000. Sebenarnya tidak semua petani
mendapatkan bantuan ini dikarenakan salah satu syarat memperoleh bantuan dana pinjaman
adalah memiliki ternak sapi. Peminjaman modal bantuan dari PT. PUSRI ini juga harus
memberikan beberapa syarat yang ditentukan oleh pemberi pinjaman. Syarat yang diberikan
ini hanya sebagai jaminan petani akan membayar pinjaman setelah jangka waktu yang
ditetapkan tiba sehingga tidak ada petani yang melanggar aturan kredit macet. Pengembalian
modal pinjaman ini diberikan keringanan selama 3 tahun bagi petani untuk membayar.
B. Pengunaan Modal Pinjaman
Penggunaan modal yang berasal dari pinjaman oleh ke 15 rata-rata Rp. 4.908.333.
Petani pengguna modal pinjaman biasanya digunakan untuk kegiatan produktif utamanya
untuk kegiatan bertani padi irigasi teknis. Modal pinjaman digunakan oleh petani untuk
membeli sarana produksi pertanian seperti untuk membeli benih, pupuk, pestisida serta
peralatan pertanian yang dapat menunjang usahatani padi irigasi teknis. Dana yang dipinjam
oleh petani di koperasi juga tidak begitu besar sehingga hampir seluruh biaya terserap untuk
kegiatan usahatani padi. Hanya sebagian dari modal pinjaman yang digunakan untuk petani
untuk kegiatan produkif lain dan untuk kegiatan konsumtif. Data rata-rata penggunaan
pinjaman dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini.
Tabel 4. Penggunaan Modal Pinjaman Petani Padi Sawah Irigasi Teknis Di Desa G1
Mataram Kecamatan Tugu Mulyo Musi Rawas 2015.
No Penggunaan Modal Nilai Persentase (%)
1 Usahatani Padi
a.Pengolahan Lahan 750.000 15
b.Benih 203.333 4
c.Pestisida 568.000 12
d.Pupuk 1.444.000 30
2 Produktif Lain 1.876.333 38
3 Konsumtif 66.667 1
Jumlah 4.908.333 100
Berdasarkan Tabel 4. di atas bahwa penggunaan modal pinjaman oleh petani padi
irigasi teknis di Desa G1 Mataram digunakan untuk biaya produksi padi sebesar 61 persen.
Biaya produksi untuk usahatani digunakan untuk pengolahan lahan, membeli benih, pestisida
dan pupuk dengan persentase masing - masing penggunaan modal pinjaman untuk
pengolahan lahan sebesar Rp.750.000 atau 15%, untuk biaya benih sebesar Rp.203.333 atau 4
%, biaya pestisida sebesar Rp.568.000 atau 12 % dan biaya pupuk sebesar Rp.1.444.000 atau
30 %.
Adapun rata-rata penggunaan modal pinjaman untuk biaya produktif lain sebesar
Rp.1.876.333 atau 38 persen, kegiatan produktif lain ini bertujuan untuk menambah
pendapatan rumah tangga petani. Kegitan produktif yang dilakukan petani di Desa G1
Mataram yaitu kegiatan bertani di luar usahatani padi seperti menanam kangkung cabut,
cabai, kacang, gambas, pisang dan umbi-umbian. Dari kegiatan tambahan inilah petani dapat
menambah pendapatan untuk kegiatan dapur sehari-hari sembari menunggu masa panen padi
tiba.
Pengunaan modal pinjaman untuk kegiatan konsumtif hanya sebesar Rp.66.667 atau 1
persen yang digunakan oleh petani untuk menambah biaya membeli sepeda motor untuk
anaknya. Itupun tidak semua modal pinjaman digunakan untuk kegiatan konsumtif. Dari
Rp.3.000.000 yang dipinjamnya sebanyak Rp.2.000.000 digunakan untuk kegiatan usahatani
padi sedangkan sisanya sebanyak Rp.1.000.000 yang digunakan untuk menambah biaya
membeli sepeda motor.

C. Besar Modal yang Digunakan Petani Pengguna Modal Pinjaman


Pada umumnya petani pengguna modal pinjaman di Desa G1 Mataram
menggabungkan modal sendiri dan modal pinjaman dalam membiayai usahatani padi lahan
irigasi teknis miliknya. Artinya bahwa petani pengguna modal pinjaman masih tetap
menggunakan modal sendiri namun ditambah dengan modal yang berasal dari pinjaman.
Besarnya jumlah modal pinjaman dan modal sendiri yang digunakan oleh petani pengguna
modal pinjaman dapat dilihat dari rata-rata biaya produksi per luas garapan dikurangi dengan
rata-rata modal yang dipinjam petani. Hasil dari pengurangan tersebut adalah modal sendiri
yang berasal dari kantong pribadi petani pengguna modal pinjaman. Data rata-rata biaya
produksi per luas garapan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Biaya Produksi Total Petani Padi Irigasi Teknis Pengguna Pengguna Modal Pinjaman per
Luas Garapan, 2015.
No Uraian Biaya Produksi (Rp/lg/th)
Modal Pinjaman
1 Biaya Tetap 207.333
2 Biaya Variabel 11.140.667
Total 11.348.000
Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi total petani irigasi teknis
pengguna modal pinjaman adalah sebesar Rp.11.348.000/lg/th. Rata-rata biaya tetap yang
dikeluarkan oleh petani modal pinjaman adalah Rp.207.333/lg/th yang merupakan akumulasi
dari penjumlahan seluruh biaya penyusutan alat seperti cangkul, arit, parang, hand sprayer
manual dan hand sprayer mesin ditambah dengan beban bunga yang mesti dibayarkan. Rata-
rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani modal pinjaman adalah Rp.11.348.000/lg/th.
Biaya variabel ini terdiri dari biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja,
biaya sewa traktor dan sewa treser.
Total modal yang dibutuhkan oleh petani padi lahan irigasi teknis pengguna modal
pinjaman untuk melakukan kegiatan usahatani adalah sebesar Rp.11.348.000/lg/th. Petani
pengguna modal pinjaman tidak menggunakan modal yang seratus persen dari pinjaman,
namun ditambah dengan modal yang berasal dari modal sendiri. Secara keseluruhan
berdasarkan nilai modal yang diperlukan oleh petani pengguna modal pinjaman sebesar
Rp.4.966.667 (44%) berasal dari modal pinjaman, sisanya Rp. 6.381.333 (56%) berasal dari
modal pribadi. Ini menguatkan teori bahwa kondisi di lapangan menunjukkan bahwa petani
pengguna modal pinjaman tidak seratus persen menggunakan modal yang berasal dari luar.
Namun data menunjukkan bahwa penggunaan modal pinjaman hampir 50% dari total modal
usahatani yang digunakan oleh petani. Hal ini membuktikan bahwa modal pinjaman
memiliki peran yang cukup signifikan dalam usahatani padi lahan irigasi teknis. Berdasarkan
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sumber modal petani pengguna modal pinjaman lebih
besar yang berasal dari modal sendiri jika dibanding modal yang berasal dari pinjaman.

Kemampuan Petani Irigasi Teknis dalam Menciptakan Modal untuk Kegiatan


Usahatani
Pada penelitian ini, kemampuan petani padi irigasi teknis di Desa G1 Mataram dalam
menciptakan modal untuk melakukan usahatani diukur dengan menghitung selisih total
pendapatan rumah tangga petani dengan pengeluaran total rumah tangga.
Adapun total pendapatan rumah tangga petani didapat dari penjumlahan pendapatan
usahatani padi, pendapatan non usahatani padi dan pendapatan di luar usahatani padi.
Pengeluaran total rumah tangga dihitung berdasarkan jumlah pengeluaran untuk konsumsi
dan pengeluaran non konsumsi.

A. Biaya Usahatani Padi Lahan Irigasi Teknis

a. Biaya Produksi
Kegiatan usahatani padi memerlukan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya
tetap dan biaya variabel yang digunakan petani padi sawah irigasi teknis di Desa G1 Mataram
pada tahun 2015. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani yang meliputi cangkul,
handsprayer manual, handsprayer mesin, sabit, parang serta biaya bunga pinjaman.
Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan petani meliputi penggunaan benih, pupuk,
pestisida, biaya tenaga kerja dan juga biaya jasa.
Tabel 6. Rata-rata biaya total produksi petani padi irigasi teknis berdasarkan sumber modal
tahun 2015
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Biaya Produksi
Rp/lg/th Rp/ha/th Rp/lg/th Rp/ha/th
Jumlah Biaya Tetap 141.400 295.374 207.333 296.844
Jumlah Biaya Variabel 8.610.567 14.793.933 11.140.667 14.594.444
Total Biaya Produksi 8.751.967 15.089.307 11.348.000 14.891.289
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6. menunjukkan bahwa pada petani
contoh pengguna modal sendiri, rata-rata biaya total produksi yang digunakan dalam
usahatani padi sawah irigasi teknis lebih rendah dari petani pengguna modal pinjaman, yaitu
sebesar Rp.8.751.967 untuk perluas garapan sedangkan untuk total biaya produksi petani
contoh pengguna modal pinjaman sebesar Rp.11.348.000. biaya produksi petani contoh
penggguna modal sendiri termasuk lebih besar yaitu Rp.15.089.307 per hektar per tahun
sedangkat biaya produksi yang dikeluarkan petani contoh pengguna modal pinjaman lebih
rendah yaitu Rp.14.891.289 per hektar pertahun. Hal ini dikarekan petani contoh pengguna
modal sendiri lebih banyak menggunakan alat dan pupuk untuk kebutuhan usahatani padi
mereka, sedangkan petani contoh kalau dilihat dari data yang disajikan untuk alat dan pupuk
mereka lebih rendah.

B. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi


Petani di Desa G1 Mataram menjual hasil panen mereka dalam bentuk beras.
Penerimaaan yang diterima oleh petani merupakan hasil perkalian jumlah produksi dengan
harga jual. Rincian rata-rata penerimaan dan pendapatan petani contoh pengguna modal
sendiri dan pengguna modal pinjaman disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.Rata-Rata produksi, harga jual, penerimaan, biaya produksi dan pendapatan
petani padi irigasi teknis tahun 2015
Pengguna Modal Sendiri Pengguna Modal Pinjaman
No Keterangan
lg/th ha/th lg/th ha/th
1 Produksi (kg) 4.503 7.580 5.765 7.502
2 Harga (Rp/kg) 8.500 8.500 8.500 8.500
3 Penerimaan (Rp) 38.272.562 64.431.749 49.004.074 63.765.741
4 Biaya Produksi
- Biaya tetap (Rp) 141.400 295.374 207.333 296.844
- Biaya variabel 8.610.567 14.793.933 11.140.667 14.594.444
(Rp)
5 Pendapatan 29.520.595 49.342.442 37.656.074 48.874.452

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7. menunjukkan bahwa penerimaan dan
pendapatan yang diterima petani contoh pengguna modal sendiri dan pengguna modal
pinjaman cukup berbeda, dengan selisih penerimaan sebesar
Rp.10.731.512 perluas garapan petani pengguna modal pinjaman lebih bnyak dari petani
pengguna modal sendiri untuk pertahunnya sedangkan selisih penerimaan untuk petani
pengguna modal sendiri dan pengguna modal pinjaman selisih Rp.666.008 sedikit lebih
banyak petani pengguna modal sendiri dari pengguna modal pinjaman per hektar pertahun.

C. Pendapatan Usahatani Non Padi


Petani padi sawah irigasi teknis di Desa G1 Mataram juga melakukan kegiatan
usahatani non padi, jenis usahatani yang dilakukan terbagi dua macam yaitu usahatani
tanaman dan non tanaman. Usahatani tanaman seperti sayuran, pisang, umbi-umbian
sedangkan usahatani non tanaman yang dilakukan petani di Desa G1 Mataram yaitu ternak
sapi, kambing,ayam,bebek dan babi. Pendapatan usahatani non padi petani dapat dilihat pada
Tabel 8.

Tabel 8. Pendapatan usahatani non padi petani irigasi teknis tahun 2015
No Keterangan Modal Sendiri Modal Pinjaman
1 Tanaman 2.578.667 16.018.667
2 Non tanaman 5.444.667 7.796.667
Jumlah 8.023.333 23.815.333
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8. menunjukkan rata-rata pendapatan
petani usahatani non padi. Pendapatan usahatani tanaman petani pengguna modal sendiri
rata-rata pertahunnya Rp.2.578.667 sedangkan petani pengguna modal pinjaman
Rp.16.018.667. pendapatan usahatani non tanaman petani pengguna modal sendiri sebesar
Rp.5.444.667 sedangkan pendapatan usahatani petani pengguna modal pinjaman sebesar
Rp.7.796.667 per tahun. Jumlah rata-rata pendapatan petani pengguna modal sendiri dan
pengguna modal pinjaman sebesar Rp.8.023.333 dan Rp.23.815.333 pertahun.
Kegiatan usahatani tanaman dan non tanaman yang dilakukan petani irigasi teknis di
Desa G1 mataram adalah petani contoh melakukan kegiatan usahatani lain selain menanam
padi, kegiatan usahatani tanaman dan non tanaman ini dilakukan untuk menambah
penghasilan lebih dari para petani contoh guna mencukupi kebutuhan keluarga serta
keinginan petani contoh untuk memperoleh pendapatan yang besar.
Untuk pendapatan terdapat perbedaan antara petani contoh pengguna modal sendiri
dan petani contoh pengguna modal pinjaman. Alasan menggapa terjadi perbedaan
pendapatan dalam penelitian ini dimana petani contoh pengguna modal pinjaman
pendapatannya lebih besar dikarenakan modal yg cukup bagi mereka untuk
menggembangkan usahataninya walaupun mereka menggunakan modal pinjaman. Petani
contoh pengguna modal sendiri pendapatannya lebih kecil dikarenakan permodalan mereka
hanya pas-pasan untuk usahatani padi dan tanaman maupun ternak dengan modal seadanya
saja, sehingga hasil pendapatan petani pengguna modal sendiri tidak sebesar petani pengguna
modal pinjaman yang usahataninya lebih optimal karena didukung modal yang cukup.

D. Pendapatan Luar Usahatani


Petani padi sawah irigasi teknis di Desa G1 Mataram melakukan kegiatan luar
usahatani untuk menambah pendapatan rumah tangga petani. Hal ini dikarenakan apabila
petani hanya mengandalkan usahatani padi sawah irigasi teknis sebagai mata pencaharian
satu - satunya, maka akan sulit untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga.
Pendapatan luar usahatani petani contoh di Desa G1 mataran ada bermacam-macam
pekerjaan yang dilakukan oleh petani contoh guna untuk menambah pendapatan rumah
tangga. Pada penelitian ini dapat diketahui juga bahwa petani contoh tidak hanya bekerja
sebagai petani padi dan usahatani lainnya, petani contoh juga ada yang bekerja sebagai buruh,
berdagang, usaha pembuatan batubata, dan juga yang melakukan kegiatan usahatani sebagai
pekerjaan sampingan tetapi ada beberapa petani yang bekerja menjadi pegawai negeri sipil
(PNS) pekerjaan seperti tentara (TNI), Polisi, Guru, Bidan.

Tabel 9. Pendapatan luar usahatani petani irigasi teknis tahun 2015


No Keterangan Nilai (Rp/th)
1 Petani pengguna modal sendiri 16.822.222
2 Petani pengguna modal pinjaman 11.021.467
Jumlah 27.843.689

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 9. menunjukkan jumlah rata-rata


pendapatan petani pengguna modal sendiri dan petani pengguna modal pinjaman sebesar
Rp.27.843.689. Pendapatan petani pengguna modal sendiri dengan rata-rata Rp.16.822.222
dan pendapatan petani pengguna modal pinjaman sebesar Rp.11.021.689 pertahun.

D. Pendapatan Total Rumah Tangga Petani


Pendapatan total rumah tangga petani padi sawah irigasi teknis di Desa G1 Mataram
bersumber dari pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani non padi dan pendapatan
dari luar usahatani. Pendapatan usahatani non padi menunjukan kontribusi untuk pendapatan
petani seperti tanaman sayuran dan umbi-umbian serta perternakan.

Tabel 10. Pendapatan total rumah tangga petani irigasi teknis tahun 2015
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Keterangan
Rp/th Rp/th
1 Usahatani padi 29.520.595 37.656.074
2 Usahatani non padi 8.023.333 23.815.333
3 Luar usahatani 16.822.222 11.021.467
Jumlah 54.366.150 72.492.874
Berdasarkan Tabel 10. di atas menunjukkan bahwa petani contoh pengguna modal
sendiri menghasilkan rata-rata pendapatan total rumah tangga petani pengguna modal sendiri
sebesar Rp.54.366.150 per tahun. Sedangkan total pendapatan rumah tangga petani
pengguna modal pinjaman sebesar Rp.72.492.874 per tahun. Dengan demikian selisih
pendapatan total rumah tangga per tahun sebesar Rp.18.126.724.
E. Pengeluaran Rumah Tangga Petani
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari dua yaitu pengeluaran konsumsi
pangan dan pengeluaran konsumsi non pangan. Besaran pengeluaran rumah tangga
bervariasi sesuai dengan besarnya pendapatan yang diperoleh. Pengeluaran konsumsi ialah
untuk kebutahan hidup sehari-hari petani padi di desa G1 mataram, konsumsi bagi petani
adalah hal utama untuk mendukung keberhasilan usahatani untuk mereka. Pengeluaran
kebutuhan pokok yang paling besar terdapat pada konsumsi beras yang merupakan makanan
utama bagi petani itu sendiri sedangkan untuk lauk pauk dan lain nya hanya sebagai
pelengkap saja. Penggeluaran rumah tangga yang paling besar bagi petani di desa G1
Mataram yaitu penggeluran non pangan, dikarenakan untuk biaya pendukung berlangsungnya
kegiatan petani itu sendiri seperti untuk ongkos transportasi, sandang, listrik, kesehatan dan
lainnya. Rincian rata-rata pengeluran rumah tangga konsumsi dan non konsumsi dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 11. Rata-rata konsumsi pangan rumah tangga petani tahun 2015
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Konsumsi Pangan
Rp/th Rp/th
1 Beras 2.714.067 2.774.400
2 Umbi 174.293 206.400
3 Ikan dan daging 858.133 1.054.400
4 Bumbu-bumbuan 622.667 641.600
5 Telur dan susu 419.067 504.000
6 Tempe / tahu 322.400 508.000
7 Gula pasir 436.693 364.000
8 Sayuran 491.200 360.000
9 Buah-buahan 440.533 372.800
10 Minyak 395.200 404.400
11 Kopi / teh 208.000 211.600
12 Rokok / tembakau 520.533 388.800
13 Makanan dan minuman jadi 575.200 465.600
Jumlah 8.177.987 8.256.000
Berdasarkan Tabel11. dapat diketahui rincian rata-rata pengeluaran konsumsi pangan
rumah tangga petani contoh yang menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran konsumsi
pangan rumah tangga petani contoh pengguna modal sendiri sebesar Rp.8.177.987/th lebih
kecil bila dibandingkan dengan petani contoh pengguna modal pinjaman yaitu sebesar
Rp.8.256.000/th dengan selisih Rp.78.013 per tahun. Data ini menunjukkan bahwa selisih
biaya konsumsi antara petani pengguna modal sendiri dan pengguna modal pinjaman tidak
berbeda terlalu jauh. Kesamaan gaya hidup petani padi yang awalnya mereka adalah
penduduk imigran dari jawa juga berdampak pada penggeluaran rumah tangga mereka juga,
dapat diketahui juga bahwa petani padi contoh melakukan pemanfaatan lahan pekarangan
untuk bertanam sayur guna memangkas penggeluaran mereka agar bisa di manfaatkan untuk
usahatani yang tepat. Hal ini disebabkan karena karakteristik petani yang merupakan
penduduk transmigran dari Pulau Jawa sehingga secara umum gaya hidupnya juga sama.
Tabel 12. Rata-rata konsumsi non pangan rumah tangga petani tahun 2015.
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Konsumsi
Rp/th Rp/th
1 Listrik 806.956 894.400
2 Komunikasi 811.978 827.200
3 Transportasi 1.371.000 1.171.600
4 Pendidikan 5.484.833 1.360.000
5 Kesehatan 208.889 520.000
6 Sandang 761.333 923.333
7 Perabotan & elektronik 675.000 326.667
8 LPG 566.400 1.334.400
9 Keperluan pesta 1.748.889 2.035.333
Jumlah 12.435.278 9.392.933
Berdasarkan Tabel 12. di atas diketahui bahwa pengeluaran konsumsi non pangan
petani pengguna modal sendiri sebesar Rp.12.435.278/th lebih tinggi jika dibandingkan
dengan petani pengguna modal pinjaman yaitu sebesar Rp.9.392.933/th.

Tabel 13. Rata-rata pengeluaran total petani tahun 2015


Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Keterangan
Rp/th Rp/th
1 Konsumsi pangan 8.177.987 8.256.000
2 Konsumsi non pangan 12.435.278 9.392.933
Jumlah 20.613.264 17.648.933

Tabel 13. di atas menjelaskan bahwa rata - rata pengeluaran total rumah tangga pada
petani contoh pengguna modal sendiri sebesar Rp.20.613.264/th lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pengguna modal pinjaman sebesar Rp.17.648.933/th.

F. Penciptaan Modal Usahatani Padi Irigasi Teknis


Penciptaan modal petani padi sawah irigasi teknis didapat dari menjumlahkan total
pendapatan lalu dikurangkan dengan total pengeluaran rumah tangga. Rincian rata-rata
penciptaan modal untuk usahatani padi sawah irigasi teknis petani pengguna modal sendiri
dan pengguna modal pinjaman dijelaskan pada Tabel 14. di bawah ini.
Tabel 14. Rata-rata penciptaan modal petani irigasi teknis tahun 2015.
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Keterangan
Rp/th Rp/th
1 Pendapatan Total RT 54.366.150 72.492.874
2 Pengeluaran Total RT 20.613.264 17.648.933
Jumlah 33.752.886 54.843.941
Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa rata-rata penciptaan modal petani
sawah irigasi teknis pengguna modal sendiri sebesar Rp.33.752.886/th, sedangkan petani
pengguna modal pinjaman sebesar Rp.54.843.941/th. Data tersebut menggambarkan bahwa
penciptaan modal petani pengguna modal pinjaman lebih tinggi jika dibandingkan petani
pengguna modal sendiri.
Pada penelitian ini dalam menggukur tingkat penciptaan modal petani yaitu dengan
cara membandingkan tingkat persentase terpenuhi hasil penciptaan modal dari biaya produksi
usahatani padi sawah irigasi teknis per luas garapan. Tingkat biaya produksi usahatani padi
sawah irigasi teknis per luas garapan terhadap penciptaan modal dapat dilihat pada Tabel 15
di bawah ini.
Tabel 15. Tingkat biaya produksi padi irigasi teknis per luas garapan terhadap penciptaan
modal tahun 2015
Persentase Biaya Produksi Biaya Produksi
No Kriteria Terpenuhi Modal Sendiri Modal Sendiri
(%) Rp/lg/th Rp/ha/th
1 Rendah ≤ 50 ≤ 7.531.167 ≤ 7.678.000
2 Sedang 50 -100 7.531.168 - 11.064.333 7.678.001 - 11.275.500
3 Tinggi ≥ 100 ≥11.064.333 ≥ 11.275.500

Berdasarkan data yang disajikan di dalam Tabel 15. ada tiga kriteria tingkat biaya
produksi terhadap penciptaan modal ≤ 50 persen dikategorikan rendah, untuk tingkatan
sedang dengan 50 – 100 persen dan tingkat penciptaan modal yang tergolong tinggi ≥ 100
persen. dapat diukur kemampuan penciptaan modal usahatani padi sawah irigasi teknis bagi
petani pengguna modal sendiri dan petani pengguna modal pinjaman. Adapun tingkat
kemampuan penciptaan modal usahatani padi rawa lebak berdasarkan sumber modal petani
dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Tingkat kemampuan penciptaan modal terhadap biaya produksi usahatani padi
irigasi teknis menurut sumber modal petani tahun 2015.
Modal Sendiri Modal Pinjaman
No Kriteria
Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Rendah 22 49 1 6
2 Sedang 10 22 10 67
3 Tinggi 13 29 4 27
Jumlah 45 100 15 100

Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diketahui tingkat kemampuan penciptaan modal


usahatani padi irigasi teknis di Desa G1 Mataram pada petani contoh pengguna modal sendiri
kriteria rendah sebanyak 22 petani atau 49%, kriteria sedang sebanyak 10 petani atau 22%
dan kriteria tinggi sebanyak 13 petani atau 29%. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar
petani contoh pengguna modal sendiri memiliki kemampuan penciptaan modal yang
tergolong rendah dan tinggi.
Pada petani contoh pengguna modal pinjaman kriteria rendah 1 petani atau 6%,
kriteria sedang sebanyak 10 petani atau 67% dan kriteria tinggi sebanyak 4 petani atau 27%.
Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar petani contoh pengguna modal pinjaman
memiliki kemampuan penciptaan modal yang tergolong sedang.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Persepsi petani pengguna modal sendiri terhadap lembaga keuangan formal dari aspek
lokasi tergolong sangat mudah, sedangkan dari aspek prosedur, aspek pengetahuan dan
aspek kepercayaan masing - masing tergolong mudah. Adapun persepsi petani pengguna
modal pinjaman dari aspek lokasi tergolong sangat mudah, sedangkan dari aspek prosedur,
aspek pengetahuan dan aspek kepercayaan masing - masing tergolong mudah.
2. Petani pengguna modal pinjaman menggunakan modal pinjaman untuk keperluan
usahatani padi sawah irigasi teknis seperti untuk membeli sarana produksi pertanian.
3. Kemampuan penciptaan modal usahatani padi irigasi teknis pada pengguna modal sendiri
tergolong rendah, sedangkan pada petani pengguna modal pinjaman tergolong sedang.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya lembaga keuangan formal lebih meningkatkan promosi dan sosialisasi pada
petani agar penyerapan modal pinjaman dapat lebih maksimal.
2. Pemerintah diharapkan dapat bekerjasama dengan lembaga keuangan formal dalam hal
mendukung penyerapan peminjaman modal demi mendukung upaya pemerintah dalam
meningkatkan produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 2014. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi
Tahun 2013.
Jalaludin, R. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kementerian Pertanian. 2013. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2008-2013. Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Sjarkowi, F. 1992. Metodelogi Penelitian. Universitas Sriwijaya. Palembang
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT.Rineka Cipta. Jakarta.

Potrebbero piacerti anche