Sei sulla pagina 1di 14

Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

HAK KEWARISAN ZAWIL ARHAM (PERSPEKTIF MAZHAB HANAFIYAH


DAN SYAFI’IYAH)

Sitti Suryani, Nurul Husna dan Sofia Adela


(Fakultas Syariah IAIN Langsa)

Abstract: In this life, humans have their own property in their lifetime,
but after the man passes away, the property will belong to his heirs. The
jurists agree that ashabul Furud is prioritized in taking inheritance, if
there is a remnant, it is given for heirs of asabah. The jurists also agree
that if someone dies and has the heirs of ashabul furudh or asabah, the
relatives of the zawil arham will not have right to inherit. They have
differents arguments about who will has the right to inherit, if the heir
does not leave ashabul furudh or ashabah relatives. The Hanafiyah
School argues that the zawil arham group has the right to inherit, if the
heir does not leave ashabul furudh relatives and asabah. On the other
hand, the Syafi'iyah school argues that the zawil arham group does not
have right to inherit, but the property should be given to the Baitul Mal.
The results of the study concluded that according to the Hanafiyah
School, zawil arham is more rightful to get inheritance than others,
because they have a kinship relationship with the heir, and they are
more prioritized than baitul mall. Otherwise, the school of Syafi'yah
stated that zawil arham does not have right to inherit the property from
the heir because zawil arham is not classified as relatives of ashabul
furudh or asabah, so that the property must be handed to baitul mal.
The Legal terms used by the Hanafiyah school is based on the Koran in
Surah al-Anfal (75), and hadith. Meanwhile, the Shafi'iyah school is
based on Surah maryam (64), and hadith.
Keywords: Zawil Arham, Ashabah, Ashabul Furudh, School

Abstrak: Dalam kehidupan ini manusia disaat hidupnya memiliki harta


dan harta tersebut milik mereka masing-masing. Tetapi setelah
manusia itu meninggal dunia, maka harta tersebut menjadi milik ahli
warisnya. Para fuqaha sepakat bahwa ashabul furudh didahulukan
dalam mengambil harta warisan, jika ada sisa maka untuk ahli waris
ashabah. Para fuqaha juga sepakat jika pewaris meninggal,
meninggalkan ahli waris ashabul furudh ataupun ashabah maka
kerabat zawil arham tidak berhak mendapat warisan. Mereka berbeda
pendapat tentang siapa yang berhak menerima harta warisan jika
pewaris tidak meninggalkan kerabat ashabul furudh ataupun ashabah .
Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwasanya golongan zawil arham
berhak mendapatkan harta warisan, apabila pewaris tidak
meninggalkan kerabat ashabul furudh dan juga ashabah. Sedangkan
mazhab Syafi’iyah berpendapat golongan zawil arham tidak berhak atas
harta warisan itu sendiri, tetapi harta tersebut kembali kepada baitul
mal. Adapun hasil dari penelitian menyimpulkan, bahwa mazhab
Hanafiyah zawil arham lebih berhak menerima harta warisan dari pada
yang lain, sebab mereka mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris,
dan mereka didahulukan dari pada baitul mal. Sedangkan mazhab
Syafi’yah berpendapat bahwa zawil arham tidak berhak mendapatkan

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 132
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

harta warisan dari pewaris dengan alasan bahwa zawil arham bukan
termasuk kerabat ashabul furudh ataupun ashabah, tetapi harta
tersebut diserahkan ke baitul mal. Istinbat hukum yang digunakan
mazhab Hanafiyah berdasarkan Alquran dalam surat al-Anfal (75), dan
hadis. Sedangkan mazhab Syafi’iyah berdalil berdasarkan surat
maryam (64), dan hadis.
Kata Kunci: Zawil Arham, Ashabah, Ashabul Furudh, Mazhab

PENDAHULUAN oleh Rasulullah yang dengannya


Hukum Islam merupakan hukum diketahui siapa yang berhak menerima
yang bersumber dari Alquran dan hadis warisan dan bagiannya masing-
yang mengatur segala perbuatan hukum masing. 49 Hukum kewarisan Islam
bagi masyarakat yang menganut agama adalah hukum yang mengatur segala
Islam. Hukum Islam adalah hukum sesuatu yang berkenaan dengan
Allah, dan sebagai hukum Allah, ia peralihan hak atau kewajiban atas
menuntut kepatuhan dari umat Islam harta kekayaan seseorang setelah ia
untuk melaksanakannya sebagai meninggal dunia kepada ahli warisnya.
kelanjutan dari keimanannya terhadap Dengan demikian, dalam hukum
Allah SWT. Keimanan akan wujud Allah kewarisan ada tiga unsur pokok yang
menuntut kepercayaan akan segala sifat saling terkait yaitu pewaris, harta
dan kudrat Allah. Aturan Allah tentang peninggalan, dan ahli waris.50
tingkah laku manusia itu sendiri Kewarisan tidak akan terjadi bila
merupakan satu bentuk dari Iradat tidak ada orang yang meninggal dunia.
Allah dan karena itu kepatuhan Peristiwa kematian akan mengakibatkan
menjalankan aturan Allah merupakan munculnya problematika kewarisan dan
perwujudan dari iman kepada Allah. menghendaki adanya ketentuan hukum
Diantara hubungan yang mengatur mengenai kewarisan. Kematian
hubungan sesama manusia yang merupakan peristiwa hukum, tidak
ditetapkan Allah adalah aturan hanya kepada orang yang akan
tentang hukum mawarits. Mawarits menajadi ahli waris, tetapi juga kepada
merupakan salah satu bagian dari ilmu harta yang ditinggalkan oleh si
fiqh. Fiqh ialah ilmu tentang hukum- pewaris.
hukum syari’at ‘amaliyah yang diambil Warisan dapat diperoleh dengan
dari dalil-dalil terperinci.48 Fiqh terbagi sebab nasab atau kerabat terdiri dari
pada bidang ibadah dan bidang ashabul furudh, ashabah, dan zawil
mu’amalah, salah satu bagian dari arham. ashabul furudh yaitu ahli waris
bidang mu’amalah adalah mawarits, yang mempunyai bagian tertentu
yaitu hukum yang mengatur tentang dalam hal pusaka mempusakai,
pembagian harta warisan. dimana Allah SWT telah menjelaskan
Ilmu mawarits adalah
49Muhammad Suhaili Sufyan, Fiqh
sekumpulan kaidah dan hukum-hukum
Mawaris Praktis, (Bandung: Citapustaka
yang disyariatkan Allah dan dijelaskan Media Perintis, 2012), hal. 2.
50Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-
48Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
(Jakarta: Kencana, 2008), hal. 3. 1995), hal. 1.

133 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

sejelas-jelasnya dalam ayat mawaris.51 ashabul furudh atau ashabah.54


Sedangkan ashabah yaitu ahli Mazhab Syafi’iyah berpendapat bahwa
waris yang menguasai harta waris kerabat yang tergolong dalam zawil
karena ia menjadi ahli waris tunggal. arham tidak berhak mendapatkan
Selain itu ia juga menerima seluruh harta warisan. Bila seseorang
sisa harta warisan setelah para ahli meninggal dan hanya memiliki kerabat
waris ashabul furudh mengambil yang tergolong zawil arham, tidak ada
ketentuan mereka jika terdapat sisa, seorang pun ahli waris ashabul furudh
dan mereka mengambil semua harta tidak pula ashabah maka harta
jika tidak ada ahli waris ashabul warisan diberikan kepada Baitul Mal.55
furudh.52 Adapun zawil arham yaitu Tetapi ada beberapa murid beliau
setiap kerabat yang tidak tergolong seperti Imam Al-Muzani, Ibnu Suraij
ashabul furudh dan tidak pula dan Imam An-Nawawi, mereka
ashabah. Adapun lafazh zawil arham menyatakan bahwa bila pewaris tidak
yang dimaksud dalam istilah fuqaha meninggalkan ahli waris ashabul
adalah kerabat pewaris yang tidak furudh tidak pula ashabah maka harta
mempunyai bagian atau hak waris warisan diberikan kepada kerabat
tertentu, baik dalam Alquran ataupun zawil arham.56 Mazhab Hanafiyah
hadis, bukan pula termasuk dari para berpendapat bahwa zawil arham
ashabul furudh dan ashabah, misalnya: berhak mendapatkan harta warisan
bibi (saudara perempuan ayah atau bila pewaris tidak meninggalkan ahli
ibu), paman (saudara laki-laki ibu), waris ashabul furudh ataupun
keponakan laki-laki dari saudara ashabah. 57

perempuan, cucu laki-laki dari anak


perempuan, dan sebagainya.53 Fuqaha PENDAPAT MAZHAB HANAFIYAH
ulama pun menyepakati akan hal DAN SYAFI’IYAH TENTANG HAK
tersebut. KEWARISAN ZAWIL ARHAM
Para ulama sepakat bahwa zawil 1. Pendapat Mazhab Hanafiyah
arham tidak mendapatkan harta Adapun pengertian zawil
arham yang disebutkan dalam
warisan apabila seseorang meninggal
Kitab Takhmilah Al-Bahru Ar-
dunia meninggalkan ahli waris ashabul Raiq karangan ath-Thuri Al-Qadiri
furudh atau ashabah. Tetapi para al-Hanafi, bahwa:
ulama berselisih pendapat tentang
posisi zawil arham mendapatkan hak
kewarisan sebagai ahli waris apabila 54 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa

pewaris tidak meninggalkan ahli waris Adillatuhu, Jilid XI, Terj: Abdul Hayyie a-
Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
hal. 346.
55Al-Baghawi, At-Tahzib Fi Fiqh Al-Imam

Ash-Syafi’i, Jilid (Beirut: Dar al-Kutub al


51Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: Ilmiyah, 1997), hal. 54-58.
PT.Alma’arif, 1971), h. 482. 56An-Nawawi, Yahya bin Syarf,
52Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris, Raudhahath-Thalibin, Jilid VI, (Beirut: Dar
(Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 156. Al-Kitab Al-‘Ilmiyah, 1992), hal. 7-8.
53Muhammad Ali Ash-Syabuni, Pembagian 57Ath-Thuri al-Qadiri al-Hanafi,
Waris Menurut Islam, Terj: A. M. Basalamah, Takhmilah Al-BahruAr-Raiq, Jilid X, (Kairo:
(Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hal.144. Dar Al-Kitab Al-Islami, t.t), hal. 396.

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 134
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

58 berhak mendapat waris, bila tidak


‫وهو قريب ليس بذي سهم والعصبة‬
ada ashabul furudh, ataupun
Zawil arham ialah kerabat yang ashabah yang menerima harta
tidak tergolong pemilik saham pewaris.61
(ketentuan) dan juga bukan Adapun kerabat yang
ashabah tergolong dalam zawil arham,
diantaranya ialah:
Ulama fuqaha sepakat bahwa
1. Kakek dari pihak ibu
zawil arham tidak mendapat harta
2. Cucu dari anak perempuan
warisan apabila pewaris
3. Anak perempuan dari saudara
meninggalkan ahli waris ashabul
laki-laki kandung atau sebapak
furudh atau ashabah.59 Tetapi
4. Anak dari saudara perempuan
para fuqaha berbeda pendapat
kandung atau sebapak
tentang hak kewarisan mereka,
5. Anak dari saudara laki-laki dan
apabila pewaris tersebut tidak
perempuan seibu
meninggalkan ahli waris ashabul
6. Saudara laki-laki ayah (paman)
furudh maupun ashabah. Adapun
yang seibu
masalah hak waris zawil arham di
7. Anak perempuan dari paman
dalam kitab Takhmilah Al-Bahru
kandung atau sebapak
Ar-Raiq menyebutkan:
8. Saudara perempuan ayah (bibi)
60 ِ
)‫عْن َد َانهم يرثون عند عدم(بذي سهم والعصبة‬ 9. Saudara laki-laki ibu (paman)
Menurut kami, mereka itu (zawil 10.Saudara perempuan ibu (bibi)62
2. Pendapat Mazhab Syafi’iyah
arham) dapat warisan ketika tidak
Didalam mazhab Syafi’iyah
ada dua ahli waris (ashabul juga terjadi perbedaan pendapat
furudh dan ashabah). mengenai hak kewarisan zawil
Maksud dari pendapat di atas, arham, beberapa pengikut Imam
mazhab Hanafiyah berpendapat Syafi’i tidak sependapat dengan
bahwa zawil arham mendapatkan Imam Syafi’i. Menurut mazhab
hak warisan bila pewaris yang Syafi’iyah dalam kitab Fathul
telah wafat tidak meninggalkan Mu’in yang menyatakan:
ahli waris ashabul furudh atau ‫ولو فقد الورثة كلهم فأصل املذهب أنه ال يورث‬
ahli waris ashabah. Pendapat ini
63
merupakan jumhur sahabat, di ‫ذوو األرحام‬
antaranya, Umar bin Khattab, Ali
Jika seluruh ahli waris tidak ada
bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu
Mas'ud, Mu’adz bin Jabal, dari maka mazhab Syafi’iyah
golongan tabi’in antara lain ialah berpendapat zawil arham tidak
Syuraih al-qadhi, Ibnu Sirrin, mendapatkan warisan
‘Atha’, Mujahid, yang menyatakan Didalam at-Tahzib juga
bahwa zawil arham (kerabat) dijelaskan:
‫ﻭال‬،‫ ﻭال ﻭﺍﺭﺙ له من جهة ﺍلنسب‬،‫ﺍﺫﺍ ماﺕ عن ماﻝ‬
58Ath-Thuri al-Qadiri al-Hanafi,
Takhmilah Al-bahru Ar-Raiq, Jilid IX, (Kairo:
Dar Al-Kitab Al-Islami, t.t), hal. 396. 61Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung:
59Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Alma’arif, 1975), hal. 353.
Adillatuhu, Jilid XI, Terj: Abdul Hayyie a- 62Al-Ghamimi, al-Hanafi, Al-Lubab, Jilid

Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2007), IV, (Beirut: Maktabah Al-Ilmiyah), hal. 200.
hal. 451. 63Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in,
60Ath-Thuri al-Qadiri al-Hanafi, Jilid III, (Beirut: Dar Kitab Alawiyah), hal.
Takhmilah Al-bahru Ar-Raiq…, hal. 396. 225.

135 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

‫ ﻭفضل‬،‫ ﺃﻭ كانوﺍ ﺃصحاﺏ فرﺍﺋﺾ‬،‫من جهة ﺍلوالﺀ‬ kekerabat zawil arham.65


Pendapat ini merupakan
‫ فإﻥ كاﻥ‬،‫ صرﻑ ﺇلى بيت ﺍلماﻝ‬-‫من فرضهم‬ pendapat Zaid bin Tsabit, Sa’id bin al-
‫ ﻭﺇﻥ‬،‫ﺍلميت كافرا صاﺭ ماله لمصالﺢ ﺍلمسلمين فيﺌا‬ Musayyab dan Sa’id bin Jubair.
64 Pendapat ini juga diambil oleh al-
‫كاﻥ مسلما صاﺭ ماله ميرﺍثا للمسلمين‬ Auza’i, Abu Tsaur, Dawud, dan Ibnu
jika seseorang meninggal dan Jarir ath-Thabari.66
meninggalkan harta namun ia Adapun murid-murid Imam
tidak memiliki ahli waris, baik Syafi’i yang tidak sependapat dengan
dari jalur nasab ataupun dari
beliau diantaranya Imam Al-Muzani,
jalur memerdekakan budak atau ia
memiliki ahli waris ashabul Ibnu Suraij dan Imam An-Nawawi.
furudh, namun harta tersebut Seperti yang dijelaskan didalam kitab
masih tersisa (dari pembagian ahli Raudhah ath-Thalibin:
waris) harta tersebut dialihkan ke ‫ هم كل قريب ليس بذي فرض وال‬:‫ذوي األرحام‬
baitul mal. Jika si mayit
merupakan orang kafir maka 67
‫عصبة‬
hartanya dijadikan sebagai fai’
(untuk kemaslahatan kaum zawil arham: mereka tiap-tiap kerabat
muslimin). Dan jika si mayit selain zawil furudh dan selain ashabah
seorang muslim maka hartanya
‫ إن مل خيلف امليت إال ذافرض ال‬:‫وقال املزين وابن سريج‬
menjadi harta warisan bagi para
muslim. ‫ فال رد‬،‫ إال الزوج والزوجة‬،‫ رد الباقي عليه‬،‫يستغرق‬
Maksud dari pendapat mazhab ‫ ورث ذوو‬،‫ فإن مل خيلف ذافرض وال عصبة‬. ‫عليهما‬
Syafi’iyah tersebut yaitu zawil arham
68
tidak mendapatkan harta warisan, ‫األرحام‬
meskipun pewaris meninggal dunia
Dan berkata Al-Muzani dan Ibnu
tanpa meninggalkan ahli waris ashabul Suraiz: jika si mayit tidak
furudh ataupun ashabah, maka harta meninggalkan ahli waris selain seorang
peninggalannya diserahkan kebaitul zawil furudh yang tidak menghabiskan
mal untuk disalurkan demi harta maka sisanya dikembalikan
kepentingan kaum muslimin pada kepadanya (radd) selain suami istri,
umumnya, dan tidak diberikan kepada tidak ada radd untuk kedua mereka.
Jika ia tidak meninggalkan zawil
zawil arham, walaupun ia
furudh maupun ashabah maka
meninggalkan ahli waris zawil arham. diwarisi oleh zawil arham.
Tetapi mazhab Syafi’iyah juga Demikian pula Imam Al-baqhawi
mensyaratkan baitul mal tersebut (516 H/ 1122 M) berpendapat bahwa
harus terkelola dengan baik. Jika tidak kerabat zawil arham lebih berhak
ditemukan baitul mal maka baitul mal
tersebut tidak teratur, maka harta 65An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Raudhah

warisan tersebut dikembalikan ath-Thalibin, Jilid VI, (Beirut: Dar Al-Kitab


Al-‘Ilmiyah, 1992), hal. 7.
66Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
Adillatuhu, Jilid XI, hal. 453.
64Al-Baqhawi, At-Tahzib Fi Fiqh Al-Imam 67An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Raudhah

Ash-Syafi’i, Jilid V, (Beirut: Dar al-Kutub al- ath-Thalibin, Jilid VI…, hal. 7.
Ilmiyah), hal. 54-58. 68Ibid., hal. 8.

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 136
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

mendapatkan harta warisan dari pada 72


baitul mal.69 Ulama Syafi’iyah lainnya
‫واالخاء الذين كانوا يبوارثون هبما اوالا‬
yang berpendapat demikian yaitu (Zawil arham) dinukilkan dari
Imam Abu Hasan bin Suraiq dan Imam Ibnu Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Al-
Hasan, Qatadah, dan ulama
al-Mawardi.70
lainnya mereka mengatakan
bahwa ayat ini menasakhkan
Istinbath Hukum Mazhab
kewarisan dengan jalan perjanjian
Hanafiyah dan Syafi’iyah Tentang dan persaudaraan sesama kaum
Hak Kewarisan Zawil Arham muslimin yang menjadi dasar
1. Metode Istinbath hukum mazhab kewarisan diantara mereka pada
Hanafiyah tentang hak kewarisan masa awal-awal Islam.
zawil arham. Imam Al-Jashash al-Hanafi
Adapun alasan fuqaha didalam Ahkam Alquran
mazhab Hanafiyah berpendapat mengatakan ayat ini menjadi hujjah
bahwa, kerabat zawil arham
untuk menetapkan kewarisan zawil
berhak mendapatkan harta
warisan apabila pewaris tidak arham yang tidak ditentukan hak
meninggalkan ahli waris ashabul mereka dalam harta warisan tidak
furudh atau ashabah ialah pula ashabah.73Ayat ini menetapkan
berdasarkan firman Allah SWT: hak kewarisan untuk kerabat zawil
Dan orang-orang yang beriman arham jika pewaris tidak
sesudah itu kemudian berhijrah meninggalkan ahli waris ashabul
serta berjihad bersamamu Maka
furudh ataupun ashabah. Ayat ini
orang-orang itu Termasuk
golonganmu (juga). orang-orang menunjukkan bahwa zawil arham
yang mempunyai hubungan lebih berhak untuk mendapatkan
kerabat itu sebagiannya lebih harta warisan sebab pada karabat
berhak terhadap sesamanya zawil arham terdapat dua sebab
(daripada yang bukan kerabat) di kewarisan dibandingkan dengan
dalam kitab Allah. Sesungguhnya baitul mal, yang mana baitul mal
Allah Maha mengetahui segala
dengan orang yang meninggal
sesuatu. (QS. Al-Anfaal: 75)71
Adapun maksud dari ayat di dunia hanya mempunyai satu
atas yang telah dijelaskan didalam hubungan yaitu agama Islam,
kitab Tafsir Al-Munir karangan sedangkan zawil arham dengan
Wahbah az-Zuhaili yaitu: orang meninggal dunia mempunyai
dua hubungan yaitu agama Islam
‫(وأولو األرحام) نقل عن ابن عباس وجماهد وعكرمة‬ dan kekerabatan (nasab). Akan
‫أهنا انسخة لالرث ابحللف‬: ‫واحلسن وقتادة وغريواحد‬ halnya mazhab Hanafiyah
mempersamakan warisan dengan
kekuasaan, mereka mengatakan
bahwa oleh karena kekuasaan

69Al-Baqhawi, At-Tahzib Fi Fiqh Al-Imam 72Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir,


Ash-Syafi’i, Jilid V…, hal. 59. Jilid V. (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), hal.
70An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Raudhah 434.
ath-Thalibin, Jilid VI…, hal. 8. 73Al-Jashash al-Hanafi, Ahkam Alquran,
71Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Jilid III, ( Beirut: Dar al-Kitab al-‘Abadi, t,t),
Terjemahannya ..., hal. 274. hal.76.

137 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

menyiapkan jenazah, menyalatkan, pada baitul mal.76


dan menguburkannya ada di tangan Hal ini juga berdasarkan
zawil arham, manakala para firman-Nya yang lain;
pewaris yang mempunyai bagian Bagi orang laki-laki ada hak
tertentu dan ashabah tidak ada, bagian dari harta peninggalan ibu-
maka kekuasaan mawaris itu bapa dan kerabatnya, dan bagi
orang wanita ada hak bagian
seharusnya ada pada zawil
(pula) dari harta peninggalan ibu-
arham.74 bapa dan kerabatnya, baik sedikit
Makna yang mendasar dari atau banyak menurut bahagian
dalil ini ialah bahwa Allah SWT yang telah ditetapkan. (QS. An-
telah menyatakan atau bahkan Nisaa’ 7).77
menegaskan dalam kitab-Nya Melalui ayat ini Allah SWT
bahwa para kerabat lebih berhak menyatakan bahwa kaum laki-laki
untuk mendapatkan atau dan wanita mempunyai hak untuk
menerima hak waris dari pada menerima warisan yang
yang lain. Di sini, lafazhal-arham ditingalkan kerabatnya, baik
yang berarti kerabat adalah sedikit maupun banyak. Seperti
umum, termasuk ashabul furudh, yang disepakati oleh jumhur ulama
ashabah, serta selain keduanya. bahwa yang dimaksud dengan
Jadi, makna kata al-arham zawil arham adalah para kerabat.
mencakup kerabat yang Dengan demikian mereka (zawil
mempunyai hubungan rahim, atau arham) berhak untuk menerima
lebih umumnya hubungan darah.75 warisan.78
Ayat tersebut seolah-olah Selain berdalil dengan ayat
menyatakan bahwa yang disebut diatas, pendapat mazhab
kerabat siapapun mereka, baik Hanafiyah juga berdalil dengan
ashabul furudh, para ashabah, hadis Rasulullah, diantaranya:
atau selain dari keduanya ‫عن ابن عباس أن النيب صلى هللا عليه وسلم اخى بني‬
merekalah yang lebih berhak
‫أصحابه فكانوا يتوارثون بذلك حىت نزلت (وأولوا‬
untuk menerima hak waris dari
pada yang bukan kerabat. Bila [ )‫األرحام بعضهم أول ببعﺾ يف كتاب هللا‬
pewaris mempunyai kerabat dan 79
kebetulan ia meninggalkan harta
)‫ (رواه الدارقطين‬.‫] فتوارثوا بذلك‬75:‫األنفال‬
waris, maka berikanlah harta Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW
waris itu kepada kerabatnya dan mempersaudarakan antara para
sahabatnya, dan mereka saling
janganlah mendahulukan yang
mewarisi karena persaudaraan itu,
lain. Jadi, atas dasar inilah maka hingga turun ayat, (orang-orang yang
para kerabat pewaris lebih berhak
untuk menerima hak waris dari 76Ibid,.
hal. 186.
77Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya ..., hal. 116.
74Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj, 78Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris…,

Imam Ghozali Said, Zaidun, (Jakarta: hal. 186.


Pustaka Amani, 1995), hal. 21. 79Asy-Syaukani, Nailul Authar, Terj, Amir
75Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris…, Hamzah Fachridin, Jilid III, (Jakarta:
hal. 185. PustakaAzzam, 2006), hal. 351.

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 138
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

mempunyai hubungan kerabat itu tidak mempunyai ahli waris selain


sebagiannya lebih berhak terhadap pamannya (dari pihak ibu). Lalu
sesamanya dari pada yang bukan abu Ubaidah bin Al-jarah menulis
kerabat di dalam kitab Allah) (Al- surat kepada Umar untuk
Anfal: 75) lalu mereka mewarisi menanyakan hal itu, maka Umar
berdasarkan nasab. membalas: Sesungguhnya Nabi
‫عن املقداد بن معدي كرب عن النيب صلى هللا عليه‬ SAW telah bersabda, “Allah dan
Rasul-Nya adalah maulanya orang
‫ وأان وارث من ال وارث‬،‫ من ترك ماال فلورثته‬:‫وسلم قال‬ yang tidask punya maula. Paman
(dari pihak ibu) adalah pewaris
‫ واخلال وارث من ال وارث له يعقل‬،‫ أعقل عنه وأرثه‬،‫له‬ bagi orang yang tidak mempunyai
80 ahli waris.” (Diriwayatkan oleh
‫عنه ويرثه‬
Ahmad dan Ibnu Majah).83
Dari Al-Miqdam bin Ma’dikariba, Menurut mazhab Hanafiyah
Nabi SAW berkata: barang siapa jelas sekali dari ketiga hadis
yang meninggalkan harta maka
tersebut menunjukkan hak
harta tersebut untuk ahli warisnya,
dan aku adalah ahli waris bagi kewarisan untuk kerabat zawil
yang tidak memiliki ahli waris, arham apabila pewaris tidak
aku adalah orang yang meninggalkan kerabat ashabul
membayarkan diyat dan furudh maupun ashabah,
mewarisinya, dan paman adalah keponakan laki-laki dari saudara
ahli waris bagi orang yang tidak perempuan juga kerabat yang
memiliki ahli waris dialah yang
bukan dari ashabul furudh dan
membayarkan diyat dan
memberikan harta warisan. 81 bukan pula termasuk ashabah.
Pemberian Rasulullah SAW
‫ ﺃﻥ ﺭجال ﺭمى ﺭجال بسهم‬:‫عن ﺃبي ﺃمامة بن سهل‬
terhadap hak waris kepada zawil
‫ فكتب في ﺫلك ﺃبو‬.‫ ﻭليس له ﻭﺍﺭﺙ ﺇال خاﻝ‬،‫فقتله‬ arham menunjukkan dengan tegas
‫ ﺃﻥ ﺍلنبي‬:‫ فكتب ﺇليه عمر‬،‫عبيدﺓ بن ﺍلﺠرﺍﺡ ﺇلى عمر‬ dan pasti bahwa para kerabat
berhak menerima harta waris bila
‫هللا ﻭﺭسوله مولى من ال‬:‫صلى هللا عليه ﻭسلم قاﻝ‬ ternyata pewaris tidak mempunyai
‫ ﻭﺍلخاﻝ ﻭﺍﺭﺙمن ال ﻭﺍﺭﺙ له (ﺭﻭﺍه ﺃحمد‬،‫مولى له‬ kerabat ashabul furudh yang
berhak untuk menerimanya atau
82
)‫ﻭابن ماجه‬ para ashabah.
Dari Abi Umamah bin Sahal: Jadi dari dalil-dalil yng
Bahwa seorang laki-laki melempar digunakan diatas, maka dapat
seorang laki-laki dengan anak diketahui bahwa metode istinbath
panah sehingga membunuhnya, hukum yang digunakan oleh
sedangkan orang yang terbunuh itu
mazhab Hanafiyah dalam hal ini,
yaitu Alquran Surat Al-Anfal ayat
80Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, 75, dan hadis Nabi.
no hadis 2737, (Kairo: Dar al-Hadis, 1998),
2. Metode Istinbath hukum mazhab
hal. 486.
81Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syafi’iyah tentang hak kewarisan
Shahih Sunan Ibnu Majah, Terj, Ahmad zawil arham
Taufiq Abdurrahman, Jilid II, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2006), hal. 548.
82Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, 83Al-Imam Asy-Syaukani, Ringkasan
no hadis 2738…, hal.486. Nailul Authar…, hal. 349-350.

139 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

Berbeda dengan fuqaha penerimaan zawil arham, bukanlah


mazhab Hanafiyah yang suatu kelupaan Allah. Sebab Allah
berpendapat bahwa kerabat zawil tidak pernah lupa sama sekali,
arham berhak menerima harta berdasarkan firman-Nya:
warisan. Sedangkan mazhab “... dan tidaklah Tuhanmu lupa.”85
Syafi’iyah berpedapat kerabat (QS. Maryam: 64)
zawil arham tidak berhak Dan mazhab Syafi’iyah
menerima harta warisan, tetapi berdalil dengan sebuah hadis yang
harta warisan tersebut di berikan diriwayatkan oleh ‘Atha’ bin Yasar:
ke baitul mal. Menurut mazhab ‫عن عطاء بن يسار أن رجال من األنصارجاء إىل رسول‬
Syafi’iyah Surat Al-Anfal ayat 75
‫ اي رسول هللا رجل هلك‬:‫هللا صلى ﺍهللا عليه ﻭسلم فقال‬
yang merupakan dalil dari mazhab
Hanafiyah, ayat tersebut bukan ‫وترك عمته وخالته فسأل النيب صلى ﺍهللا عليه ﻭسلم‬
menetapkan tentang hak kewarisan .‫ ال شيء هلم‬:‫ذلك ثالث مراث مث قال‬
zawil arham tetapi memaknai ayat
Dari ‘Atha’ bin Yasar, seorang laki-
ini bahwasannya kewarisan yang
laki dari Anshar datang kepada
sebelum ayat ini diturunkan Nabi SAW wahai Rasulullah,
didasari oleh tolong menolong, yaitu seorang laki-laki meninggal,
untuk mendorong kaum Anshar meninggalkan ‘ammah dan khalah,
kepada Muhajirin. Menurut kemudian ia bertanya pada Rasul
pendapat mazhab Syafi’iyah yang demikian itu tiga kali.
Kemudian Nabi berkata: mereka
kewarisan harus berdasarkan
tidak dapat.86
adanya sebab kekerabatan antara Menurut mazhab Syafi’iyah
pewaris dan ahli waris, seperti ‘ammah dan khalah didalam hadis
halnya yang dijelaskan didalam tersebut tidak mendapatkan harta
tafsir Al-Munir, maksud dari warisan karena mereka termasuk
kata‫ في كتاب هللا‬dalam Surat Al-Anfal kedalam golongan zawil arham,
ayat 75 ialah saham-saham sangat jelas betapa dekatnya
(ketentuan bagian) yang telah kekerabatan ‘ammah dan khalah
Allah sebutkan dalam ayat-ayat dibandingkan dengan kerabat
mawarits pada Surat An-Nisa’, jadi lainnya. Dengan demikian, jika
hanya kerabat yang telah keduanya tidak berhak menerima
ditentikan bagiannya saja yang harta waris, kerabat lain pun tidak
berhak mendapat harta warisan. berhak menerimanya.87
Oleh karena itu tidak ada hak Setelah penulis meneliti,
warisan untuk kerabat zawil penulis tidak menemukan dalil-
arham.84 Seandainya mereka dalil yang digunakan murid Imam
memiliki hak maka Allah pasti Syafi’i yaitu Al-Muzani, Ibnu
menjelaskannya, ketiadaan Suraij dan An-Nawawi, mereka
penjelasan hak warian dan
ketentuan besar kecilnya 85Departemen Agama, Alquran dan
Terjemahan…, hal. 247.
86Fatchur Rahman, Ilmu Waris.., hal. 353
84Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir…, 87As-Sayid al-Bakri, ’Ianatut thalibin, Jilid

hal. 434. III, (Beirut: Dar Kitab Alawiyah), hal. 225.

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 140
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

dalam menetapkan hak waris hadis ini shahih.89 Jadi menurut


zawil arham, hanya saja Imam penulis tanpa diragukan lagi hadis
Nawawi mengatakan dalam tersebut dapat di jadikan hujjah
kitabnya, karena rusaknya baitu karena memiliki beberapa sanad,
mal maka dari itu kerabat zawil juga karena adanya beberapa
arham lebih berhak menerima riwayat pendukung hadis tersebut.
warisan tersebut.88 Dari uraian Hadis pendukungnya seperti hadis
dalil diatas, dapat diketahui dari Abu Umamah bin Sahal,
bahwa, metode istinbath hukum menurut At-Tirmizi hadis ini
yang digunakan oleh mazhab adalah hadis hasan, ia termasuk
Syafi’iyah terkait pendapatnya hadis pendukung hadis
tentang hak kewarisan zawil sebelumnya, jadi bisa disimpulkan
arham, yang pertama adalah bahwa sanad terbaik dalam
Alquran Surat Maryam ayat 64 masalah ini adalah hadis Abu
dan hadis. Umamah bin Sahal tersebut, hadis
Setelah dicoba analisis lebih itu mempunyai sejumlah riwayat
dalam dan ternyata sebab pendukung, Ibnu Hibban juga
terjadinya perbedaan pendapat menilai hadis ini hadis shahih.
antara mazhab Hanafiyah dan Adapun hadis yang
mazhab Syafi’iyah. Disebabkan digunakan untuk istinbat hukum
para fuqaha dari kedua mazhab oleh mazhab Syafi’iyah yaitu hadis
tersebut berbeda dalam metode dari ‘Atha’ bin Yasar, setelah
istinbath hukum yang mereka penulis meneliti hadis tersebut,
gunakan dalam menetapkan hak penulis tidak menemukan sanad
kewarisan zawil arham. lain yang dapat mendukung hadis
Adapun hadis yang dijadikan tersebut. Penulis ingin mentarjih
istinbath hukum kedua mazhab kedua dalil yang digunakan kedua
tersebut, penulis akan melihat mazhab tersebut. Pertama dari
kualitas kehujjahan hadis yang segi sanad, tarjih dari sisi ini
digunakan kedua mazhab, seperti dilakukan antara lain dengan
hadis yang digunakan oleh mazhab melihat rawi yang menurut
Hanafiyah dari Al-Miqdam bin jumhur ulama ushul fiqh, hadis
Ma’di bahwa hadis ini shahih, ia yang diriwayatkan oleh perawi
mempunyai dua sanad. Pertama, yang lebih banyak jumlahnya,
riwayat Ahmad, Sa’id bin didahulukan dari pada hadis yang
Manhsur, Abu Daud, Ibnu Majah, lebih sedikit perawinya. Kedua
Ibnu Hibban, dan Al-Hakim, tarjih dari segi adanya faktor luar
semua dari Budail bin Maisarah yang mendukung salah satu dari
dari Ali bin Abi Thalhah dengan dua dalil yang bertentangan, dalil
sanad hasan. Kedua, riwayat Abu yang didukung oleh dalil yang lain
Daud, Al-Baihaqi dari Sahih bin termasuk dalil yang merupakan
Yahya bin Al-Miqdam dari hasil ijtihad, didahulukan atas
ayahnya dari kakeknya dengan dalil yang tidak mendapat
sanad dha’if. Abu Zur’ah Ar-Razi dukungan. Jadi menurut penulis
telah menilai hadis ini sebagai dalil yang digunakan mazhab
hadis hasan. Al-Albani menilai Hanafiyah lebih kuat dan

89Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam,

Syarah Bulughul Maram, Terj. Thahirin


88An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Raudhah Suparta, Jilid VI, (Jakarta: Pustaka Azzam,
ath-Thalibin, Jilid VI…, hal. 7-8. 2006), hal. 201.

141 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

didahulukan, dikarenakan jumlah diantara sesama kerabat dalam


perawinya lebih banyak dan segala hal. Kata al-arham itu
terdapat dalil pendukung hadis kemudian dijadikan dasar dalam
tesebut. hal pembagian warisan bagi
Sebelumnya penulis juga kerabat yang masih memiliki
ingin melihat kembali dari kata hubungan darah dengan pewaris,
arham dalam kata zawil arham meskipun bukan saudara kandung.
merupakan bentuk jamak dari Demikian juga firman Allah:
kata rahmun, yang berarti tempat Artinya: Dan orang-orang yang
pembentukan atau menyimpan beriman sesudah itu kemudian
janin dalam perut ibu. Kemudian berhijrah serta berjihad
artinya dikembangkan menjadi bersamamu Maka orang-orang itu
kerabat, baik datangnya dari pihak Termasuk golonganmu (juga).
ayah ataupun dari pihak ibu. orang-orangyang mempunyai
Pengertian ini tentu saja hubungan Kerabat itu sebagiannya
disandarkan karena adanya rahim lebih berhak terhadap sesamanya
yang menyatukan asal mereka, (daripada yang bukan kerabat) di
dengan demikian lafazh rahim dalam kitab Allah. Sesungguhnya
tersebut umum digunakan dengan Allah Maha mengetahui segala
makna kerabat, baik dalam bahasa sesuatu.92
Arab ataupun dalam istiah syariat Penulis melihat bahwa
Islam.90 Allah berfirman didalam Asbabun Nuzul ayat ini, maka yang
Surat An-Nisa’ ayat 1 ialah: paling berhak menjadi pewaris
Artinya; Hai sekalian manusia, seseorang adalah keluarga dan
bertakwalah kepada Tuhan-mu kerabat dekatnya. Maksudnya yang
yang telah menciptakan kamu dari Jadi dasar waris mewarisi dalam
seorang diri, dan dari padanya Islam ialah hubungan kerabat,
Allah menciptakan isterinya; dan bukan hubungan persaudaraan
dari pada keduanya Allah keagamaan sebagaimana yang
memperkembang biakkan laki-laki terjadi antara muhajirin dan anshar
dan perempuan yang banyak. dan pada permulaan Islam.93
bertakwalah kepada Allah yang Didalam firman-Nya juga:
dengan (mempergunakan) nama- Bagi orang laki-laki ada hak
Nya kamu saling meminta satu bagian dari harta peninggalan ibu-
sama lain, dan (peliharalah) bapak dan kerabatnya,
hubungan silaturrahim. Menurut penulis yang
Sesungguhnya Allah selalu dimaksud dengan kata al-aqrabun
menjaga dan mengawasi kamu.91 (kaum kerabat) disini adalah
Kalimat wal arham dalam kerabat zawil arham. Jadi hak
Surat An-Nisa’ ayat 1 tersebut waris pada kerabat itu adalah
mengandung arti hubungan mutlak dan bersifat umum, tidak
kerabat atau silaturahim. Makna terbatas kepada kerabat golongan
keseluruhan dari ayat tersebut ashabul furudh dan ashabah saja.
yaitu bahwa Allah SWT Tetapi juga kerabat zawil arham,
memerintahkan untuk selalu dengan demikian hak waris
menjaga hubungan silaturahim seluruh kerabat itu harus

90Dian Khairul Umam, Fiqh Mawaris, 92Ibid., hal. 149


(Bandung: Pustaka setia, 2006), hal. 97. 93Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, Terj.
91Departemen Agama, Al-Qur’an dan Muh Miftahul Huda, (Solo: Insan Kamil,
Terjemahannya…, hal. 114. 2016), hal. 299.

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 142
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

berlandasan suatu ketentuan yang kerabat ahli waris yang memiliki


bersifat umum, yang dalam hal ini tali kekerabatan dengan pewaris.
sudah tercakup pada kalimat al- Karena itu mereka lebih
arham. Mengambil suatu ketentuan diutamakan untuk menerima
hukum dari suatu nash hendaklah harta tersebut dari pada baitul
bersumber dari pengertian umum mal.
yang terkandung dalam lafaz nash Tetapi, berdasarkan dalil-
itu sendiri, bukan dari motif-motif dalil tersebut mazhab Syafi’iyah
yang khusus, sesuai dengan kaidah tidak sependapat dengan mazhab
ushuliyah yang berbunyi: Hanafiyah yang mengatakan
‫العربة بعموم الفظ ال خبصوص السبب‬ kerabat zawil arham berhak
menerima harta warisan. Menurut
Pengambilan suatu ibarat menurut mazhab Syafi’iyah, asal pemberian
keumuman lafazh, bukan menurut hak waris adalah dengan adanya
kekhususan sebab.94 nash syar’i dan qath’i dari Alquran
Andaikata didalam ayat atau hadis. Dan dalam hal ini
tesebut (Al-Anfal 75) terkandung tidak ada satupun nash yang pasti
sebab-sebab yang khusus, niscaya dan kuat yang menyatakan
Allah menjelaskan, sekalipun wajibnya zawil arham untuk
penjelasannya ditemukan dalam mendapat warisan. Jadi jika kita
firman-Nya ditempat yang lain, memberikan hak waris kepada
yang telah dijelaskan oleh Allah di kerabat zawil arham berarti kita
dalam ayat-ayat mawaris. Mengenai memberikan hak waris tanpa
kewarisan kerabat ashabul furudh dilandasi dalil yang pasti dan kuat.
dan ashabah, adalah bersifat Hal seperti ini menurut syariah
khusus, yakni khusus karena adalah batil, ini menurut mazhab
adanya sebab ikatan zaujiyah, Syafi’iyah.
bunuwah, ubuwah, dan lain Setelah penulis bandingkan
sebagainya. Hingga dengan kedua pendapat mazhab
demikian tinggallah warisan Hanafiyah dan Syafi’iyah, penulis
kerabat zawil arham yang masih simpulkan bahwa kerabat zawil
dilukiskan secara umum dengan arham lebih berhak mendapatkan
menggunakan istilah kekerabatan harta warisan dari pada yang lain,
atau arham. sebab mereka mempunyai
Dari uraian diatas, dapat hubungan kekerabatan dengan
dipahami bahwa orang-orang yang pewaris, tepatnya mereka sesama
mempunyai hubungan kerabat saling mewarisi.
kekerabatan dengan pewaris, Disamping itu dalil yang mereka
selain kedua puluh lima orang ahli kemukakan lebih kuat dan akurat,
waris yang telah disebutkan karena merupakan pendapat
didalam bab II, atau mereka yang mayoritas sahabat, tabi’in dan
tidak mempunyai bagaian tertentu Imam Mujtahidin. Bahkan banyak
didalam Alquran termasuk ulama dari mazhab Maliki dan
kelompok zawil arham, dan Syafi’i merujuk pada pendapat ini
kelompok zawil arham tersebut padahal dua imam mereka
berhak mendapatkan harta berpendapat sebaliknya. Jadi
warisan, karena mereka termasuk menurut penulis zawil arham
termasuk kerabat dan kerabat itu
94Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh,
wajib disambung. Apalagi mereka
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 2003), hal. memang mempunyai pertalian
204.

143 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)
Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Hukum Ekonomi Syariah Juli – Desember 2018

yang erat dengan pewaris yaitu tidak berhak mendapatkan harta


kekerabatan dan pertalian atas warisan dari pewaris dengan alasan
dasar Islam. Berbeda dengan bahwa zawil arham bukan termasuk
prinsip yang diatur dalam baitul
zawil furudh dan ashabah. Karena jika
mal, karena bagi pewaris tidak ada
hubungan apapun dengan baitul zawil furudh dan ashabah tidak ada,
mal kecuali hubungan atas dasar maka konsekuensinya harta peninggalan
Islam. tersebut diserahkan ke baitul mal,
karena jika diserahkan ke baitul mal
PENUTUP akan mewujudkan kemaslahatan umum,
Hak kewarisan zawil arham sebab umat islam akan ikut merasakan
perspektif mazhab Hanafiyah dan kegunaannya. Sedangkan murid beliau
mazhab Syafi’iyah pendapat yang seperti Al-Muzani, Ibnu Suraij dan An-
dikemukakan secara garis besar Nawawi berpendapat hak waris tersebut
diantaranya yaitu: Pendapat pertama diberikan kekerabat zawil arham,
yaitu mazhab Hanafiyah menyatakan karena menurut mereka baitul mal
bahwa zawil arham berhak menerima tidak lagi menjalankan dengan benar
warisan apabila sudah tidak ada ahli kegunaan baitul mal tersebut. Dalam
waris dari golongan zawil furudh dan menetapkan hukum yang terkait hak
ashabah. Karena zawil arham lebih kewarisan zawil arham, mazhab
berhak menerima harta warisan dari Hanafiyah menggunakan dalil
pada yang lain, sebab mereka berdasarkan firman Allah Ta’ala Surat
mempunyai hubungan kerabat dengan Al-Anfal ayat 75, dan hadis Rasulullah
pewaris, dan mereka didahulukan SAW. Sedangkan mazhab Syafi’iyah
daripada baitul mal. Pendapat kedua menggunakan dalil berdasarkan Surat
oleh Mazhab Syafi’iyah juga terdapat Maryam ayat 64 dan hadis.
perbedaan antara Imam Syafi’i dan
sebahagian murid-murid beliau. Imam
Syafi’i menyatakan bahwa zawil arham

Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah) | 144
Juli – Desember 2018 Jurnal Ilmu Syari'ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Syariah

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, Terj. Thahirin
Suparta, Jilid VI, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006)
Al-Baghawi, At-Tahzib Fi Fiqh Al-Imam Ash-Syafi’i, Jilid (Beirut: Dar al-Kutub al
Ilmiyah, 1997)
Al-Ghamimi, al-Hanafi, Al-Lubab, Jilid IV, (Beirut: Maktabah Al-Ilmiyah)
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Al-Jashash al-Hanafi, Ahkam Alquran, Jilid III, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Abadi, t,t)
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, (Jakarta: Kencana, 2008)
An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Raudhah ath-Thalibin, Jilid VI, (Beirut: Dar Al-Kitab
Al-‘Ilmiyah, 1992)
As-Sayid al-Bakri, ’Ianatut thalibin, Jilid III, (Beirut: Dar Kitab Alawiyah)
Asy-Syaukani, Nailul Authar, Terj, Amir Hamzah Fachridin, Jilid III, (Jakarta:
PustakaAzzam, 2006)
Ath-Thuri al-Qadiri al-Hanafi, Takhmilah Al-bahru Ar-Raiq, Jilid IX, (Kairo: Dar Al-
Kitab Al-Islami, t.t)
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: Alma’arif, 1975)
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, no hadis 2737, (Kairo: Dar al-Hadis, 1998)
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj, Imam Ghozali Said, Zaidun, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1995)
Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, Terj. Muh Miftahul Huda, (Solo: Insan Kamil,
2016)
Muhammad Ali Ash-Syabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Terj: A. M.
Basalamah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007)
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, Terj, Ahmad Taufiq
Abdurrahman, Jilid II, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006)
Muhammad Suhaili Sufyan, Fiqh Mawaris Praktis, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2012)
Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2003)
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid XI, Terj: Abdul Hayyie a-
Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2007)
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid V. (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009)
Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in, Jilid III, (Beirut: Dar Kitab Alawiyah).

145 | Hak Kewarisan Zawil Arham (Perspektif Mazhab Hanafiyah Dan Syafi’iyah)

Potrebbero piacerti anche