Sei sulla pagina 1di 15

Religious: Jurnal Studi Agama-agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KASEPUHAN


ADAT BANTEN KIDUL-KABUPATEN SUKABUMI
Z. Mutaqin
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
E-mail: z.mutaqin2017@gmail.com

Wahyu Iryana
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
E-mail: wahyu_iryana@yahoo.com
__________________________
Abstract
The Kasepuhan Adat Banten Kidul in Sirnaresmi Village is a traditional society that still holds the legacy of their
ancestors. Along with the development of incoming science and technology, gradually this traditional Kasepuhan
society experienced a cultural change. Cultural changes that occur as a result of the challenge and response of
Kasepuhan adat community to new things so that there has been acculturation of culture.The purpose of this study is
to find out how the general description of Desa Sirnaresmi and to know the cultural changes Kasepuhan Adat
Banten Kidul people in the Village Sirnaresmi District Cisolok Sukabumi.The method used in this research is
historical method. Historical research model is a method that studies events and events in the past based on
abandoned sources. This research method is done through four stages, namely heuristic, critic, interpretation, and
historiografi.The results of the research in the field can be concluded that there has been a cultural change in
Kasepuhan Adat Banten Kidul in Sirnaresmi Village, Cisolok Subdistrict of Sukabumi Regency, this is indicated by
changing aspects of language, technology, livelihood, religious system, community system, knowledge and art
system. Changes in the culture of Kasepuhan Adat Banten Kidul in Sirnaresmi Village occurred significantly in the
early 2000s, when it was repaired by road facilities connecting with the Kecamatan center and after the entry of
electricity in the area. The existence of more adequate facilities, making the Kasepuhan Adat Banten Kidul more
intensely interacting with the outsiders and the indigenous people of Kasepuhan have been able to follow the
development of the outside community. The Kasepuhan Adat Banten Kidul, which is a traditional society that still
preserves its ancestral tradition, initially did not respond positively to the new things but gradually they began to
follow. This is further supported when the entry of the telecommunications network, so that interaction with the
outside community is increasingly massive and make the indigenous people of Kasepuhan has started to leave the
tradition of her ancestral heritage because it replaced by incoming outer culture. Acculturation between indigenous
cultures and outside cultures that enter, create the birth of a new culture. Subastansial things begin to be abandoned
and replaced by a new culture that comes from outside and is considered more modern..
Keywords:
Change, Culture, Custom
__________________________
Abstrak
Masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul yang ada di Desa Sirnaresmi merupakan masyarakat tradisonal yang
masih memegang erat warisan para leluhur mereka. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang masuk, lambat-laun masyarakat Kasepuhan adat ini mengalami perubahan budaya. Perubahan budaya yang
terjadi akibat dari tantangan dan respon masyarakat Kasepuhan adat terhadap hal-hal baru sehingga telah terjadi
akulturasi budaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran umum Desa Sirnaresmi dan untuk
mengetahui perubahan budaya masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul di Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok
Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah. Model penelitian sejarah
yaitu metode yang mempelajari peristiwa dan kejadian di masa lampau berdasarkan sumber-sumber yang
ditinggalkan. Metode penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Hasil dari penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan budaya pada
masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul di Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, hal ini
ditunjukan dengan berubahnya aspek bahasa, teknologi, mata pencaharian, sistem religi, sistem masyarakat, sistem
pengetahuan dan kesenian. Perubahan budaya masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul yang ada di Desa
Sirnaresmi terjadi secara signifikan diawali pada tahun 2000an, yaitu ketika sudah diperbaiki sarana jalan yang
menghubungkan dengan pusat Kecamatan dan setelah masuknya listrik pada daerah tersebut. Adanya sarana yang
semakin memadai, membuat masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul semakin intens berinteraksi dengan
masyarakat luar dan masyarakat adat Kasepuhan sudah dapat mengikuti perkembangan masyarakat luar. Masyarakat
Kasepuhan Adat Banten Kidul yang notabene sebagai masyarakat tradisional yang masih melestarikan tradisi
leluhurnya, pada awalnya tidak terlalu merespon dengan positif hal-hal baru tersebut namun lambat-laun mereka
mulai mengikutinya. Hal ini semakin ditunjang ketika sudah masuknya jaringan telekomunikasi, sehingga interaksi
dengan masyarakat luar semakin masif dan membuat masyarakat adat Kasepuhan sudah mulai meninggalkan tradisi
warisan leluhurnya karena tergantikan oleh budaya luar yang masuk. Akulturasi antara budaya masyarakat adat
dengan budaya luar yang masuk, membuat lahirnya budaya baru. Hal-hal subastansial mulai ditinggalkan dan
tergantikan oleh budaya baru yang datang dari luar dan dianggap sudah lebih modern.
Kata Kunci:
Perubahan, Budaya, Adat
__________________________
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

A. PENDAHULUAN belajar hal-hal baru agar mendapatkan


Jawa Barat adalah Provinsi yang sangat pengetahuan yang baru atau memperoleh
kaya akan budaya dan suku bangsa, hal ini aturan-aturan dalam bertingkah laku yang
bisa dilihat dari banyaknya budaya dan bahasa baru. Hal ini bisa menyebabkan kebudayaan
yang berkembang dan memiliki corak yang baru, sebagaimana dikatakan oleh Selo
kebudayaan yang berbeda pula. Setiap suku Soemardjan yang dikutip oleh Suwandi
mengekspresikan diri mereka dengan Alamsyah bahwa adanya perubahan sosial
budayanya sendiri sebagai identitas mereka kebudayaan pada umumnya disebabkan oleh
yang khas, walaupun secara umum suku Sunda pemikiran masyarakat yang beranggapan
mendominasi, tetapi ada bahasa dan budaya bahwa unsur-unsur yang dirubah sudah tidak
Pantura dan Betawi juga yang berpengaruh memuaskan lagi dan ada faktor baru yang
kuat. Dalam hal kenegaraan bisa dipetakan lebih memuaskan bagi masyarakat tersebut.4
bahwa keragaman budaya bangsa Indonesia Manusia sebagai makhluk sosial sekali-
mampu bertahan dan berbaur antara satu gus makhluk yang berbudaya, tidak dapat
budaya dan budaya lainnya sebagai bukti hidup dan memenuhi kebutuhannya sendiri
bahwa Indonesia sebagai negara yang melainkan harus hidup dalam satu lingkungan
multikultur dan mampu bersatu dengan landa- sosial dan saling berinteraksi antar sesama
san Bhineka Tunggal Ikanya. manusia. Adanya interaksi sosial tersebut
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa disadari ataupun tidak, pengaruh dari luar
dan karsa manusia dalam rangka kehidupan akan masuk dan mempengaruhi pola kehi-
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dupan suatu masyarakat. Seiring berjalannya
dengan belajar.1 Sementara menurut Taylor waktu unsur-unsur dari luar yang diadopsi
kebudayaan yaitu suatu kompleks yang akan merubah sistem sosial yang ada,
mencakup pengetahuan, kepercayaan, keseni- kemudian akan menjadikan perubahan sosial-
an, moral, hukum adat istiadat, dan setiap budaya dalam masyarakat itu sendiri. Peru-
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai bahan kebudayaan adalah perubahan yang
warga masyarakat.2 Kebudayaan dan masya- terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama
rakat sebagai satu kesatuan yang tidak dapat oleh masyarakat yang bersangkutan antara lain
dipisahkan satu sama lainnya, serta saling mencakup aturan-aturan, norma-norma yang
membutuhkan. Manusia sebagai makhluk berlaku, nilai-nilai, teknologi selera dan
sosial yang memiliki akal budi, akan selalu keindahan/kesenian dan bahasa.5
berdinamika dan menghasilkan suatu kebuda- Fenomena seperti ini biasanya terdapat
yaan dalam lingkungan kehidupannya. Tercip- pada lingkungan masyarakat tradisional yang
tanya kebudayaan sebagai buah dari respon taat mempertahankan warisan budaya
masyarakat terhadap fenomena kehidupan, leluhurnya. Adanya sebuah kontra terhadap
yaitu melalui proses belajar kebudayaan sendi- pengaruh luar, bukan berarti mereka
ri yang terdiri proses pengenalan individu mengasingkan diri dan tertutup dari pengaruh
masing-masing, proses belajar kebudayaan dan luar, akan tetapi dalam diri mereka adanya
hubungannya dengan sistem sosial dan proses sebuah kekhwatiran apabila mereka menerima
pembudayaan budaya masing-masing.3 Proses pengaruh dari luar sistem tata nilai yang
belajar kebudayaan akan menghasilkan corak mereka pertahankan akan mengalami peru-
kebudayaan yang berbeda dan khas sehingga bahan dan pada titik puncaknya mengaki-
dapat dibedakan antara satu kebudayaan batkan terkikisnya kebudayaan mereka. Kebu-
dengan kebudayaan lainnya. Manusia selalu dayaan masyarakat tradisional atau yang

1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 4
Suwandi Alamsyah, dkk, “Kasepuhan Sinar
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 181. Resmi: Profil Komunitas Adat di Kabupaten
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Sukabumi”, Laporan Penelitian, (Bandung: BPNB
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 266 Bandung, 2009), hlm. 118-119.
3 5
Koentjaraningrat, op.cit., hlm. 227 Ibid., hlm. 119

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 93
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

dikenal dengan tradisi,6 biasanya diwariskan intinya melestarikan warisan tradisi leluhur
secara turun-temurun dari para leluhurnya. baik yang berkaitan dengan cara bertani yang
Perubahan tradisi baik secara kuantitatif yakni khas, seperti bersawah ataupun berladang
terkait para pengikutnya ataupun secara kuali- (ngahuma) serta tradisi-tradisi lainnya yang
tatif yaitu kadar tradisi itu sendiri, terjadi masih dipertahankan. Walaupun demikian,
karena interaksi kebudayaan itu sendiri. Apa- sebagaimana sifat dari kebudayaan bahwa
bila tradisi suatu masyarakat tersebut lebih kebudayaan akan selalu berkembang dan
kuat dari pengaruh luar maka akan terjadi berubah (dinamis). Dalam hal ini masyarakat
akulturasi kebudayaan tetapi apabila keduanya Kasepuhan Adat Banten Kidul lambat alun
sama-sama kuat maka akan menghasilkan akan mengalami perubahan-perubahan, baik
percampuran kebudayaan.7 dalam skala kecil maupun besar10.
Realita perubahan budaya seperti ini Dalam hal ini, ada beberapa hal yang
terjadi pada masyarakat asli Kasepuhan Adat menarik untuk melakukan penelitian terkait
Banten Kidul yang ada di Desa Sirnaresmi, masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul,
Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, terutama mengenai perubahan budaya yang
dalam hal ini terdapat tiga Kasepuhan Adat terjadi pada masyarakat adat tersebut. Penulis
yang berada diwilayah Desa Sirnaresmi yaitu mencoba untuk meneliti perubahan budaya
Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Sinar pada masyarakat Kasepuhan Adat Banten
Resmi dan Kasepuhan Cipta Gelar. Kasepuhan Kidul dalam rentang waktu tahun 2000-2013.
Adat Adat Banten Kidul merupakan identitas Perubahan budaya pada masyarakat tersebut
sebuah komunitas masyarakat tradisional yang sudah terjadi sebelum tahun tersebut, namun
terdiri dari beberapa Kasepuhan Adat, cakupan penulis melihat bahwa pada tahun 2000-an
wilayahnya ada yang termasuk pada wilayah telah terjadi perubahan secara masif. Perkem-
kabupaten Sukabumi, kabupaten Bogor dan bangan teknologi yang semakin berkembang,
kabupaten Lebak (Provinsi Banten).8 Istilah infrastuktur yang sudah mengalami kemajuan
Kasepuhan berasal sepuh dalam bahasa Sunda serta didukung oleh lembaga-lembaga pendi-
yang berarti tua dalam bahasa Indonesia. dikan yang sudah mudah diakses, menjadikan
Kasepuhan yaitu tempat tinggal para sesepuh masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul
(leluhur), hal ini menunjukan model sistem sudah layaknya masyarakat lainnya. Sekali-
kepemimpinan dari suatu komunitas yang pun masyarakat Kasepuhan Adat Banten
berasaskan adat kebiasaan orangtua (leluhur).9 Kidul merupakan masyarakat tradisional yang
Masyarakat Kasepuhan ini masih melestarikan tradisi leluhurnya sejak lama,
berpegang teguh kepada adat istiadat warisan tetapi dengan adanya faktor-faktor di atas
leluhurnya, namun dalam hal ini bukan berarti lambat-laun masyarakat ini mengalami peru-
mereka tetutup terhadap kemajuan teknologi, bahan hingga sekarang.11
tetapi ada tradisi-tradisi tertentu yang masih Perubahan budaya yang terjadi pada
mereka pertahankan. Masyarakat ini pada masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul
dapat dilihat dengan terkikisnya tradisi
6
setempat dari berbagai aspek, seperti pola
Tradisi merupakan segala aktivitas (kebiasaan) bertani menurut adat, rumah adat, kesenian,
yang disalurkan atau diwariskan dari generasi
sebelumnya ke generasi penerusnya dan dijaga kehidupan keagamaan, pendidikan dan lain-
keutuhannya. nya. Hal ini dapat dilihat dalam kebiasaan
7
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, masyarakat yang tidak boleh memakai atap
(Jakarta: Prenada, 2011), hlm.72-74. rumah dari genting, menggarap sawah lebih
8
Latifah Hendarti, Menepis Kabut Halimun, dari satu kali dalam setahun, memasak nasi
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 22
9
Toto Sucipto, dkk, “Upaya Perlindungan Sosial
dengan kompor atau listrik, menumbuk padi
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten
Sukabumi”, Laporan Penelitian, (Bandung: Balai
10
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung: Suwandi Alamsyah, loc. cit. hlm. 120-121.
11
2008), hlm. 24-25. Ibid

94 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

dengan menggunakan penggilingan padi dan tahan, baik ibukota Kabupaten ataupun Keca-
masih banyak aspek-aspek lainnya yang sudah matan dan salah satu Desa yang langsung
banyak ditinggalkan. Ketua adat yang selalu berbatasan dengan Provinsi Banten. Jarak
diminta petuahnya serta nilai-nilai adat yang Desa Sirnaresmi dengan ibukota Negara
sebelumnya dilestarikan dan dianggap memi- (Jakarta) sekitar 150 km dengan jarak tempuh
liki nilai yang sakral, semakin banyak orang sekitar 5 jam melalui jalur Bogor, dengan
yang meninggalkanya baik dalam skala kecil ibukota Provinsi (Bandung) sekitar 180 km
bahkan ada yang meninggalkan secara dengan jarak tempuh sekitar 6 jam melalui
keseluruhan.12 jalur Cianjur dan dengan ibukota Kabupaten
Adanya perkembangan jaman dan (Pelabuhanratu) sekitar 32 km dengan jarak
teknologi yang semakin maju, perubahan terus tempuh sekitar 1 jam perjalanan.14
berlanjut pada masyarakat Kasepuhan Adat Batas Desa Sirnaresmi dengan wilayah
ini. Perubahan tersebut baik berasal dari lainnya yaitu sebagai berikut; sebelah utara
masyarakat luar yang menetap disana serta berbatasan dengan Desa Sirnagalih Keca-
memiliki pendidikan yang tinggi serta matan Cibeber Kab. Lebak Provinsi Banten,
pemahaman keagamaan lebih luas, ataupun sebelah selatan berbatasan dengan Desa
perubahan yang berasal dari mereka yang Cicadas Kecamatan Cisolok dan Desa
langsung mengakses kemajuan dunia luar dari Sirnarasa Kecamatan Cikakak, sebelah Barat
media. Faktor-faktor tersebut sangat signifikan berbatasan dengan Desa Cicadas dan Sebelah
terhadap perubahan pada masyarakat Kasepu- Timur berbatasan dengan Desa Cihamerang
han Adat ini, terutama dalam hal kehidupan Kecamatan Kalapa Nunggal.15
sosial keagamaan yang semakin maju. Ajaran Luas wilayah Desa Sirnaresmi 4.917
Islam yang sebelumnya masih sangat kental hektar, terbagi kedalam tanah milik masya-
dengan tradisi sikretis, lambat-laun sudah rakat adat seluas 917 hektar dan tanah milik
mulai berubah. Masyarakat pun sudah semakin kehutanan seluas 4.000 hektar.16 Sedangkan
cerdas dalam memaknai kehidupan yang untuk penggunaan lahan terdiri atas perke-
mereka jalani serta memiliki paradigma yang bunan dan ladang seluas 901 hektar, sawah
semakin maju dalam mengambil tindakan. seluas 800 hektar, kolam seluas 4 hektar dan
Selain faktor pendidikan yang semakin maju, perkampungan seluas 2.212 hektar.17 Desa ini
juga munculnya lembaga keagamaan sudah memiliki iklim yang cukup sejuk, selain
banyak ditemui ataupun generasi penerus karena berada dekat hutan lindung, yaitu
mereka yang belajar agama dari luar daerah Taman Nasional Gunung Halimun Salak
baik belajar formal (sekolah madrasah) (TNGHS) juga berada pada ketinggian 620-
ataupun belajar non formal (pesantren).13 1.200 di atas permukaan laut, dengan iklim
Dari latar belakang yang telah diuraikan di terendah 25-30 derajat celcius dan memiliki
atas, penulis tertarik untuk melakukan curah hujan cukup bervariasi antara 2.120-
penelitian denganjudul: “Perubahan Sosial 3.250 mm/tahun.18
Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat Banten
Kidul-Kabupaten Sukabumi.”

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Sirnaresmi secara administratif
14
berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabu- Monografi Desa Tahun 2013, Sukabumi:
paten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa ini Kantor Desa Sirnaresmi, 12 Mei 2013, hlm. 1.
15
Suwandi Alamsyah, dkk, “Kasepuhan Sinar
termasuk Desa yang jauh dari pusat pemerin- Resmi: Profil Komunitas Adat di Kabupaten
Sukabumi”, Laporan Penelitian, (Bandung: BPNB
12 Bandung, 2009), hlm. 8.
Ugis Suganda, wawancara, tanggal 30 Juli
16
2014, Sukabumi: Kp. Sirnaresmi. Ibid, hal. 7.
13 17
Supritna, wawancara, tanggal 1 Agustus 2014, Monografi Desa tahun 2013, loc. cit, hlm. 1.
18
Sukabumi: Kp. Sirnaresmi. Ibid, hlm. 1.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 95
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

Tabel 1 di Desa Sirnaresmi juga terdapat 3 Kasepuhan


Daftar Status Kepemilikan Tanah Desa adat yang tergabung kedalam Kasepuhan Adat
Banten Kidul, adapun ketiga Kasepuhan
Sirnaresmi Tahun 2015 tersebut yaitu Kasepuhan Cipta Mulya berpu-
sat di Dusun Cibongbong, Kasepuhan Sinar
Status Kepemilikan Luas (Hα) Resmi berpusat di Dusun Sirnaresmi dan
Lahan Kasepuhan Cipta Gelar yang Berpusat di
Tanah Milik 4.000,00 Dusun Cicemet.
Pemerintah Mayoritas penduduk Desa Sirnaresmi
Tanah Milik 917,00 merupakan masyarakat adat Kasepuhan, baik
Masyarakat yang termasuk incu putu21 Kasepuhan Cipta
Jumlah 4.917,00 Mulya, Sinar Resmi atau Cipta Gelar. Sebagai
masyarakat adat, mereka memiliki ciri khas
Sumber : Monografi Desa Sirnaresmi tahun 2015
tersendiri sebagai identitas mereka dan
memiliki perbedaan dengan masyarakat lain
pada umumnya. Masyarakat Desa Sirnaresmi
Penggunaan sub judul dalam
yang merupakan masyarakat adat, mereka
pembahasan sesuai dengan keperluan
sangat menghormati tradisi yang diwariskan
pembahasan. Contoh: leluhurnya seperti dalam hal bertani, membuat
1. Kondisi Demografis rumah, pernikahan, upacara adat dan
Desa Sirnaresmi merupakan salah satu sebagainya. Beberapa ciri khas masyarakat
Desa yang berada di ujung barat Provinsi Jawa yang ada di Desa Sirnaresmi yaitu menanam
Barat, artinya mayoritas penduduknya padi hanya setahun sekali baik di sawah
merupakan suku Sunda. Menurut data sensus ataupun di huma (ladang), atap rumah tidak
Desa Sirnaresmi tahun 2013, jumlah penduduk boleh dari genting harus menggunakan atap
Desa Sirnaresmi berjumlah 5.313 jiwa, yang rumbia dan injuk, tidak boleh memasak
terdiri dari 2.615 jiwa laki-laki dan 2.698 jiwa memakai kompor harus memakai tungku
perempuan dengan jumlah kepala keluarga dengan menggunakan kayu bakar dan masih
sebanyak 1.537 kk. Penduduk Desa Sirnaresmi terdapat banyak ciri-ciri khas dari masyarakat
memiliki jumlah usia produktif yang cukup yang ada di Desa Sirnaresmi.
tinggi yaitu 3.503 jiwa (65,93%) dengan rasio
beban tanggungan (RBT) 517 jiwa serta a. Sub Sub Bab 1
sisanya belum produktif 1.473 jiwa (27,72%) Masyarakat Desa Sirnaresmi mayoritas
dan sudah tidak produktif 773 jiwa (6,34%).19 memeluk agama Islam, walaupun terdapat
Di Desa ini terdapat tujuh Dusun/Kam- masyarakat yang memeluk agama Kristen
pung yaitu Dusun Sirnaresmi, Dusun Cibong- sebanyak 8 orang.22 Dalam hal ini meskipun
bong, Dusun Cikaret, Dusun Cimapag, Dusun masyarakat Desa Sirnaresmi mayoritas ber-
Situmurni, Dusun Cicemet dan Dusun agama Islam, tetapi mereka masih memiliki
Sukamulya.20 Dusun Sirnaresmi merupakan unsur kepercayaan Animisme dan Dinamisme
pusat dari pemerintahan Desa Sirnaresmi, dalam hal kepercayaan yang selama ini
selain kantor kepala Desa berada di Dusun ini mereka jalankan. Kepercayaan Animisme dan
juga terdapat Puskesmas dan Sekolah Dasar Dinamisme yang mereka yakini merupakan
(SD). Selain terdapat tujuh Dusun/Kampung ajaran dari tradisi yang selama ini mereka
warisi secara turun-temurun dari nenek
Andra Dwiana Novianti, “ Kelembagaan Lokal
19
moyang mereka. Sebagai masyarakat yang
Dalam Pemanfaatan Aren dan Peranan Hasil Gula Aren
Bagi Pendapatan Rumahtangga Masyarakat
tergabung dalam komunitas Kasepuhan,
Kasepuhan”, Skripsi S-1, (Bogor: Fakultas Ekologi
21
Manusia IPB, 2011), hlm. 27. Incu Putu: Masyarakat adat/pengikut dari
20
Peta Wilayah Desa Sirnaresmi Tahun 2013, salah satu Kasepuhan.
22
Sukabumi: Kantor Desa Sirnaresmi, 12 Mei 2013, t.h. Monografi Desa tahun 2013, loc. cit, hlm. 1.

96 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

mereka memiliki faham tersendiri dalam hal orang, buruh tani berjumlah 1.400 orang,
kepercayaan. Paham yang selama ini mereka buruh swasta berjumlah 163 orang, PNS
yakini, bahwa harus adanya keseimbangan berjumlah 9 orang, buruh pengrajin berjumlah
anatara ajaran syara (agama) dan buhun 51 orang, pedagang berjumlah 167 orang dan
(tradisi), hal ini tergambar dalam peribahasa usaha lainnya berjumlah 221 orang.25
mereka yang berbunyi buhun kudu disuhun, Tabel 4
sara kudu dibawa23. Daftar Mata Pencaharian Masyarakat
Dalam hal ini jelas bahwa masyarakat Desa Sirnaresmi Tahun 2013
Adat yang ada di Desa Sirnaresmi pada Mata Pencaharian Jumlah
umumnya masih memegang penuh keper- Petani 1.419 Orang
cayaan yang mereka warisi secara turu Buruh Tani 1.400 Orang
temurun dari nenek moyang (tatali paranti Buruh Swasta 163 Orang
karuhun) yang sudah dipengaruhi oleh ajaran PNS 9 Orang
agama Islam. Dalam pemahaman hidup Buruh Pengrajin 51 Orang
mereka ada yang disebut tilu sapamulu, dua Pedagang 167 Orang
sakarupa, hiji eta keneh, maskud dari istilah Lain-lain 221 Orang
tersebut yaitu tekad (komitmen) ucap Jumlah 3.430 Orang
(perkataan) lampah (kelakuan), buhun (tradisi) Sumber : Monografi Desa Sirnaresmi tahun
nagara (negara) syara (agama) dan nyawa 2015
(nyawa) raga (badan) papakean (pakaian). Masyarakat Desa Sirnaresmi idealnya
Dalam istilah buhun nagara syara, bagaimana mampu mencukupi kebutuhan ekonomi dari
terdapat peleburan dalam ketiga aspek hasil pertanian mereka sendiri, tetapi masih
tersebut, artinya mereka menunjukan adanya ada masyarakat yang tidak mampu mencukupi
sikap terbuka dan pengakuan terhadap kebutuhan ekonominya. Hal ini bisa saja
perubahan, pada akhirnya mereka terjadi karena adanya larangan dalam tradisi
mengkombinasikan ketiga unsur tersebut.24 mereka seperti tidak boleh menanam padi
lebih dari satu kali dalam setahun, tidak boleh
b. Potret Keadaan Ekonomi menjual padi hasil panen, tidak boleh
Desa Sirnaresmi memiliki mata menumbuk padi menggunakan mesin penggi-
pencaharian pokok sebagai petani, baik yang lingan dan sebagainya. Untuk mensiasati agar
mengolah sawah, perkebunan, huma (mena- kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi atau
nam padi di ladang) dan jenis pertanian mencari penghasilan sampingan, mereka
lainnya. Sumber utama penghidupan masya- menanami sawah mereka setelah panen
rakat dominan berasal dari sektor pertanian, dengan jagung, umbi-umbian, kacang-kava-
selain itu bertani khususnya menanam padi ngan, sayur-sayuran dan bagi yang sawahnya
disawah dan huma sudah menjadi tradisi bagi memiliki air yang cukup mereka akan
masyarakat di Desa Sirnaresmi yang sudah menjadikannya sebagai peternakan ikan.26
dilestarikan dari generasi-kegenarasi. Selain
bertani, sebagian masyarakat ada juga yang c. Potret Pendidikan Masyarakat
bekerja menjadi buruh tani, pegawai Masyarakat Desa Sirnaresmi pada
bangunan, mengolah tambang emas tradi- umumnya sudah ada kemajuan dalam bidang
sional, atupun pekerjaan lainnya. Secara rinci Pendidikan, setiap tahunnya grafik peserta
berikut data mata pencaharian masyarakat didik terus menunjukan peningkatan. Sudah
Desa Sirnaresmi, yaitu petani berjumlah 1.419 banyak masyarakat yang mampu menye-
23
Terjemahan: Adat istiadat (tradisi) harus jadi
25
acuan dan agama harus dibawa. Monografi Desa tahun 2013, loc. cit, hlm. 2.
24 26
Imam Hanafi dkk, Nyoreang Alam Katukang Hendrik Suhendrik Wijaya, wawancara,
Nyawang Anu Bakal Datang, (Bogor: RMI, 2004), hlm. Cipta Mulya, tanggal 29 Januari 2014, Sukabumi: Imah
17-18 Gede Kasepuhan Cipta Mulya.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 97
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

lesaikan Pendidikannya hingga ke Perguruan bersama oleh masyarakat yang bersangkutan


Tinggi. Namun sangat disayangkan, hal ini antara lain mencakup aturan-aturan, norma-
tidak bisa menyentuh semua lapisan masya- norma yang berlaku, nilai-nilai, teknologi
rakat karena masih banyak masyarakat yang selera dan keindahan/kesenian dan bahasa.28
tidak mampu mengenyam bangku sekolah. Perubahan kebudayaan terjadi merupakan
Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa buah respon masyarakat terhadap perkem-
faktor, seperti faktor ekonomi masyarakatnya bangan jaman yang semakin canggih dan
menengah kebawah, sehingga tidak mampu modern yang mengharuskannya untuk terus
menyekolahkan anaknya. Selain faktor melakukan inovasi. Perubahan kebudayaan
ekonomi, bisa juga terjadi karena faktor letak terjadi apabila unsur-unsur kebudayaan yang
geografis yakni jauh dari pusat pemerintahan ada dalam masyarakat telah berubah. Unsur-
Desa yang sudah memiliki sarana Pendidikan unsur kebudayaan yang dimaksud yaitu
yang cukup. Sehingga minat untuk sekolah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
berkurang karena alasan akses menuju sekolah sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem
yang jauh. mata pencaharian, sistem religi dan
Sarana Pendidikan yang ada di Desa kesenian.29 Perubahan kebudayaan akan
Sirnaresmi baik yang formal maupun non sangat dianggap tabu apabaila hal ini terjadi
formal yaitu Sekolah Dasar (SD) berjumlah 4 pada masyarakat adat tradisional yang masih
buah, Madrasah Diniyah (MD) 2 buah dan hidup secara tradisional dan mempertahankan
Sekolah Menegah Pertama Terbuka (SMP cara hidup mereka.
Terbuka) 1 buah.27 Selain sekolah tersebut, ada Perubahan budaya yang terjadi pada
juga sekolah terdekat yang umumnya dipilih masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul
masyarakat sekitar untuk menyekolahkan yang ada di Desa Sirnaresmi terjadi akibat
anaknya seperti SMPN 2 Cisolok yang terletak masifnya budaya luar yang masih karena
di Dusun Pasir Talaga Desa Cicadas, berjarak sarana transfortasi dan komunikasi sudah
3 Km dari Dusun Sirnaresmi dan 17 Km dari terbuka. Perubahan ini terjadi secara
Dusun Sukamulya. Untuk tingkat SMA signifikan dimulai pada awal tahun 2000an
umumnya sekolah di SMAN Cisolok yang setelah Kasepuhan Cipta Gelar membuka
berjarak sekitar 15 Km dari Dusun Sirnaresmi askses jalan bagi umum, masuknya listrik,
dan 29 Km dari Dusun Sukamulya. pemakaian alat-alat teknologi dan kemajuan
Minat masyarakat Desa Sirnaresmi ilmu pengetahuan serta jaman yang semakin
terhadap bidang Pendidikan, hal ini dapat modern.30
dilihat dari status Pendidikan terakhir
masyarakatnya. Adapun tingkat Pendidikan a. Analisis Perubahan Bahasa Tutur
terakhir masyarakat Desa Sirnaresmi yaitu Pada rentang waktu ini dengan telah
untuk tingkat SD berjumlah 763 orang, tingkat hadirnya jaringan telekomunikasi memu-
SMP berjumlah 162 orang, tingkat SMA dahkan masyarakat Kasepuhan adat untuk
berjumlah 65 orang dan lulusan tingkat berinteraksi dengan masyarakat luar maupun
Perguruan Tinggi (D-1, D-2, D-3 dan S-1) dengan masyarakat adat sendiri. Alat tele-
sebanyak 20 orang. Selain itu sisanya masih komunikasi HP sudah menjadi barang yang
banyak masyarakat yang tidak tamat sekolah lumrah digunakan oleh berbagai kalangan. Hal
SD bahkan banyak yang sama sekali tidak
pernah mengenyam bangku sekolah. 28
Suwandi Alamsyah, dkk, “Kasepuhan Sinar
Resmi: Profil Komunitas Adat di Kabupaten
2. Perubahan Sosial Budaya Sukabumi”, Laporan Penelitian, (Bandung: BPNB
Bandung, 2009), hlm. 119
Perubahan kebudayaan adalah perubahan 29
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu
yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 203-
204.
30
Mufahri Buchori, wawancara, tanggal 1
27
Monografi Desa tahun 2013, loc. cit, hlm. 2. Agustus 2014, Sukabumi: Kp. Sirnaresmi.

98 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

ini tentu melahirkan suatu kebiasaan baru yang b. Aspek Perkembangan Pendidikan
mereka adopsi dan memberikan efek Aspek pendidikan juga pada rentang
tersendiri.31 waktu ini mengalami perkembangan yang
Salah satu aspek yang paling ditunjang cukup baik, selain masyarakat yang sudah
dengan adanya alat komunikasi yaitu bahasa. semakin menyadari pentingnya pendidikan
Dapat dipastikan bahasa masyarakat setempat juga sumber daya manusia sudah mengalami
akan mengalami perubahan secara signifikan, kemajuan. Pembangunan serta perbaikan sara-
seperti perubahan dialek berbicara dengan cara na pendidikan terus dilakukan, baik melalui
mengadopsi dialek masyarakat luar, bertam- pihak Kasepuhan adat ataupun pemerintahan
bahnya kosakata baru baik berupa bahasa setempat. Sehingga tidak aneh apabila sudah
Sunda maupun bahasa indonesia bahkan banyak masyarakat yang lulusan tingkat
bahasa asing. Sehingga masyarakat Kasepuhan pendidikan tinggi dan adanya peningkatan
adat mau tidak mau harus mampu mengikuti peserta didik dalam berbagai jenjang.33
perubahan yang terjadi terutama dalam aspek Pada tahun 2010 terdapat jumlah
bahasa. Bahkan untuk Kasepuhan Adat Cipta bangunan SD 4 gedung dalam keadaan baik,
Gelar, karena sering dikunjungi turis manca- gedung Madrasah Diniyah berjumlah 2
negara yang wiasata budaya maka masya- gedung, jumlah murid SD sebanyak 763 siswa
rakatnya terutama yang berpendidikan dianjur- dan Pondok Pesantren (plus sekolah MTs)
kan untuk bisa bahasa Inggris.32 sebanyak 1 buah.34 Sementara pada tahun
Masyarakat Kasepuhan adat sudah 2012, gedung SD berjumlah 4 gedung,
terbiasa berkomunikasi dengan masyarakat Madrasah Diniyah 2 gedung, SMP 2 gedung,
luar menggunakan bahasa sunda yang sama- Pondok Pesantren (plus sekolah MTs) 1 buah,
sama dipahami atau menggunakan bahasa jumlah murid SD sebanyak 927 siswa, SMP
Indonesia, artinya mereka mengikuti dan 254 siswa, tamat Diploma 18 orang, tamat SI
memahami dialek yang digunakan orang luar. 2 orang dan guru SD berjumlah 9 orang.35
Hal ini berarti terdapat banyak kosakata
masyarakat adat setempat yang jarang c. Sistem Nilai Kemasyarakatan
digunakan yang berujung pada hilangnya satu Dalam sistem masyarakat memudarnya
persatu. Saat ini seperti pengunaan kata nilai kesakralan pada stuktur kepengurusan
kula/kawula (saya) bagi remaja sudah Kasepuhan adat sudah lebih nampak jelas,
tergantikan kata abdi (bahasa sunda) atau dulu para pengurus Kasepuhan sangat dihor-
menggunakan kata saya/gua (bahasa mati oleh masyarakat karena jabatannya
Indonesia) dan masih banyak kosakata lain namun saat ini sudah dianggap layaknya
yang hilang. Hilangnya kosakata bahasa asli masyarakat pada umumnya. Sehingga orien-
masyarakat setempat salah satu akibatnya tasi para pengurus Kasepuhan sudah banyak
dengan diseragamkan dengan masyarakat luar, berubah, yang awalnya fokus melaksanakan
dan kosakata aslinya tidak dipakai dengan ketradisian berubah dengan cara mendekatkan
alasan minder apabila dipakai komunkasi diri pada elit-elit pemerintahan.36
dengan masyarakat luar. Begitu halnya dengan Disisi lain sistem gotong-royong yang
pepatah, cerita-cerita, dan lainnya yang menjadi kebiasaan masyarakat adat sudah
biasanya diwariskan melalui tradisi lisan banyak yang meninggalkan, apabila ada
tergantikan dengan cerita-cerita dari TV.
33
Yayan Supyandi, wawancara, tanggal 30
Januari 2014, Sukabumi: Kp. Pajagan Cisolok.
31 34
Hendrik Suhendrik Wijaya, wawancara, Monografi Desa Tahun 2010, Sukabumi:
tanggal 29 Januari 2014, Sukabumi: Imah Gede Kantor Desa Sirnaresmi, 02 Juli 2013, hlm. 1.
35
Kasepuhan Cipta Mulya. Monografi Desa Tahun 2012, Sukabumi:
32
Ugi Sugriana Rakasiwi, wawancara, tanggal Kantor Desa Sirnaresmi, 02 Juli 2013, hlm. 32.
36
29 Juli 2014, Sukabumi: Imah Gede Kasepuhan Cipta Yayan Supyandi, wawancara, tanggal 30
Gelar. Januari 2014, Sukabumi: Kp. Pajagan Cisolok.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 99
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

pekerjaan untuk melakukan gotong-royong alat-memasak nasi digantikan dengan magic


tidak sedikit yang memilih tidak ikut dan com,39 serta masih banyak lagi yang lainnya.
digantikan dengan cara memberikan sejumlah Selain bertambahnya alat-alat teknologi
uang. Sistem kekerabatan yang bernuansa yang sudah digunakan masyarakat setempat,
tradisional sudah banyak ditinggalkan karena ada juga alat-alat teknologi yang sebelumnya
tergerus oleh budaya luar yang masuk yang dianggap modern kemudian banyak diting-
membawanya lebih pada sikap individual. galkan seperti radio, TV hitam putih (dapat
Sebagai contoh ketika ada tetangga yang akan dipastikan rentang waktu ini sudah tidak
mengadakan hajatan, karena memasak dengan digunakan), mesin tik, serta ada beberapa alat-
mengguanakan kayu bakar biasanya untuk alat yang sebelumnya dianggap modern yang
laki-laki membantu dengan cara menyum- tergantikan. Sementara untuk alat-alat perta-
bangkan kayu bakar sementara para wanita nian cenderung bertahan karena selain
membantu membuat kue.37 menurunnya jumlah petani, para petani yang
masih ada merupakan masyarakat adat yang
d. Perkembangan Aspek Teknologi taat, kalaupun ada yang berubah dalam skala
Aspek teknologi merupakan aspek yang kecil saja.40
paling signifikan mengalami perubahan pada e. Unsur Mata Pencaharian
masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul Setelah mengalami perubahan pada
dalam rentang waktu ini. Alat-alat teknologi rentang waktu 2000-2012, sistem mata
yang paling banyak masuk yaitu alat pencaharian di Desa Sirnaresmi terus
telekomunikasi (HP) berawal dari HP mengalami perubahan. Masyarakat adat yang
monoponik (HP cinitnit) selanjutnya berganti sudah banyak meninggalkan sektor pertanian
dengan HP yang lebih canggih seperti yang adat yang khas yaitu bertani secara adat dan
memiliki kamera, MP3, lat recorder dan ada juga yang menjadikan matapencaharian
sebagainya. HP sendiri pada saat itu dianggap baru sebagai sampingan saja. Hal ini terjadi
sebagai alat teknologi yang paling bermanfaat apabila mereka fokus bertani secara adat,
bagi masyarakat Kasepuhan adat, sehingga maka yang terjadi tidak akan mencukupi
masyarakat dengan cepat memilikinya. kebutuhan pokoknya. Untuk itulah masyarakat
Adanya HP, memudahkan masyarakat Kasepuhan Adat yang ada di Desa Sirnaresmi
Kasepuhan adat untuk melakukan komunikasi terus melakukan cara-cara baru untuk
baik dengan sesama wargaranya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya
dengan masyarakat luar.38 mulai adanya sistem pengelolaan lahan
Alat-alat rumah tangga sendiri semakin garapan dengan keragaman tanaman komersil,
tergantikan dengan alat-alat teknologi baru, yang berorientasi pada pasar dan adanya
seperti setrikaan arang diganti dengan sistem tenaga kerja sewa.41
setrikaan listrik, tungku untuk memasak Peubahan sistem mata pencaharian
diganti dengan kompor gas (meskipun dilarang dalam rentang waktu ini tidak terlalu
tetapi sudah banyak yang menggunakannya), mengalami perubahan yang sangat signifikan,
rumah panggung tradisional digantikan dengan artinya mereka hanya melanjutkan dari
rumah permanen yang menggunakan genting, perubahan yang sebelumnya, meskipun ada
alat-alat untuk membajak sawah sudah ada hal-hal baru hanya dalam jumlah sedikit.
yang diganti dengan menggunakan traktor, Jenis-jenis matapencaharian juga tidak terlalu

39
Untuk penggunaan magic com, kompor gas
dan penggunaan atap genting hanya digunakan
37
Iis, wawancara, tanggal 1 September 2014, sebagaian kecil masyarakat saja, karena dalam ajaran
Sukabumi: Kp. Batununggul. adat mereka hal tersebut dilarang.
38 40
Hendrik Suhendrik Wijaya, wawancara, Ugis Suganda, wawancara, tanggal 30 Juli
tanggal 29 Januari 2014, Sukabumi: Imah Gede 2014, Sukabumi: Kp. Sirnaresmi.
41
Kasepuhan Adat Cipta Mulya. Y. L. Franky, loc. cit., hlm. 12.

100 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

banyak bertambah dari segi jenisnya, namun sebagai penambang emas sangat berbahaya,
dari segi kuantitas mengalami penambahan. karena hasil dari penambangan emas sangat
Selain itu mereka hanya melakukan cara-cara menggiurkan mereka tetap menjalaninya.43
baru dalam berkebun misalnya yang diperoleh
dari orang luar yang sudah mahir. Sebagai f. Sistem Kepercayaan
contoh pada rentang waktu ini, setelah panen Perubahan dalam sistem kepercayaan,
sebelumnya sawah hanya ditanami palawija dinilai tidak terlalu signifikan karena hal ini
saja, namun berubah menjadi ditanami sayur- hanya melanjutkan dari perubahan
sayuran dalam jumlah besar seperti ditanami sebelumnya. Meskipun dalam rentang waktu
tanaman tomat, cabe, mentimun dan kacang- ini sudah banyak dibangun sarana keagamaan
kacangan. dan ditunjang oleh bertambahnya orang-orang
Data yang tercatat pada tahun 2012,42 yang sudah lebih pandai tentang keagamaan,
jumlah petani sebanyak 2.152 orang, namun kesadaran masyarakat Kasepuhan adat
penggarap kebun 660 orang, peternakan 1.510 dalam bidang keagamaan belum banyak
orang, perikanan 903 orang, pengrajin 105 berubah dari sebelumnya. Tetapi proses
orang, jasa dan perdagangan 542 orang. Hasil pendidikan keagamaan terus berjalan baik di
penjualan sektor tanaman ubi-ubian mencapai madrasah-madrasah, mesjid/mushala dan
2.000.000, tanaman sayuran mencapai majelis ta’lim.44
42.000.000, tanaman kelapa 30.000.000, Belum terciptanya kesadaran keagamaan
tanaman kopi 10.500.000, tanaman cengkeh dengan baik pada masyarakat Kasepuhan adat
90.000.000, tanaman pisang 109.000.000, yang ada di Desa Sirnaresmi terlihat dari
kapolaga mencapai 210.000.000, peternakan jumlah murid yang ikut pendidikan madrasah
210.800.000, perikanan 87.000.751.000, tidak sebanyak murid SD, jumlah peserta
kerajinan 7.300.000 dan sektor gula semut dan pengajian yang masih sedikit, masih banyak
gula golong mencapai angka 331.000.000. laki-laki yang tidak melaksanakan shalat
Dari data di atas dapat dilihat perubahan Jum’at dan yang paling miris Pondok
yang terjadi dalam sistem mata pencaharian, Pesantren Nurul Qobuli plus sekolah MTs nya
artinya mereka tidak lagi menggantungkan yang didirikan tahun 2004 karena kekurangan
pada hasil tanaman padi dan ladang saja. Jenis tenaga pengajar dan minimnya peserta didik
matapencaharian yang banyak dipilih selain akhirnya tahun 2012 ditutup. Namun demikian
pertanian yaitu perkebunan kapolaga yang bisa disuatu sisi pengetahuan keagamaan
dijadikan tanaman tumpang sari, perkebunan masyarakat Kasepuhan adat sudah meningkat
kol, cabe dan tomat, serta produksi gula aren baik diperoleh dari rutinitas keagamaan, dari
baik gula pasir atau gula golong. Selain itu ada media maupun melihat dari orang luar. Selain
satu jenis matapencaharian baru yang banyak itu kepercayaan-keparcayaan yang bernuansa
digeluti oleh masyarakat Kasepuhan adat yaitu sinkretik sudah banyak ditinggalkan, hal ini
penambangan emas secara tradisional, hal ini disebabkan selain dari faktor kemajuan
berawal dibukanya pertambangan emas keagamaan juga karena masyarakat sudah
Pongkor (Bogor) dan pertambangan Gunung berpendidikan dan melek terhadap teknologi.45
Peti (Desa Cicadas). Setelah banyak yang
mahir dalam menambang emas, akhirnya
mereka membuka pertambangan sendiri di
wilayah terdekat yang merupakan
mengandung nilai tambang emas. Pada tahun 43
Hendrik Suhendrik Wijaya, wawancara,
2012 pernah terjadi longsor pada tambang tanggal 29 Januari 2014, Sukabumi: Imah Gede
emas yang ada di Dusun Cibongbong serta Kasepuhan Adat Cipta Mulya.
menelan banyak korban. Meskipun resiko 44
Nuhrison M. Nuh, loc. cit., hlm. 103-104.
45
Supritna, wawancara, tanggal 1 Agustus 2014,
42
Monografi Desa Tahun 2012, loc. cit., hlm. Sukabumi: Kp. Sirnaresmi.
26-28.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 101
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

g. Asepek Kesenian C. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN


Dalam bidang kesenian terutama dalam KEBUDAYAAN
rentang waktu ini tidak banyak perubahan Faktor-faktor perubahan kebudayaan
yang terjadi dari tahun-tahun sebelumnya, dalam masyarakat bisa terjadi karena faktor
dalam artian dapat dikatakan hanya terjadi dari dalam masyarakat itu sendiri maupun ada
perubahan dalam skala yang kecil. Kesenian- faktor dari luar lainnya.
kesenian seperti wayang golek, jipeng, dog- a. Asimilasi budaya
dog lojor, topeng, debus, gondang, Adanya kontak dengan budaya lain hal
ngarengkong, ngalaes dan pantun masih ini berarti sebuah masyarakat memiliki lapisan
dilestarikan, walaupun seperti dijelaskan masyarakat yang terbuka, sehingga terjadi
dalam waktu sebelumnya sudah banyak kontak dengan masyarakat luar dengan
kesenian-kesenian yang jarang dipentaskan.46 berbagai unsur budaya yang dibawa. Salah
Kesenian-kesenian yang baru juga tidak satu proses yang terjadi yaitu difusi, difusi
banyak berubah, seperti organ tunggal dan yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebuda-
pongdut masih sering dipentaskan. Ada hal yaan dari individu ke individu lain, atau dari
yang menarik, yaitu pementasan layar tancap satu masyarakat ke masyarakat lain. Proses ini
yang mulai ditinggalkan tahun 2000an, sudah berusaha menghimpun penemuan-penemuan
banyak dipentaskan lagi pada acara hiburan baru yang ada. Hal ini dapat mendorong
seperti dalam hiburan pernikahan dan sunatan. pertumbuhan suatu kebudayaan dan memper-
Namun film layar tancap yang saat ini sering kaya kebudayaan-kebuadayaan suatu masya-
dipentaskan berbeda dari film layar tancap rakat.48
yang dulu dari segi alat yang digunakan. Proses seperti di atas juga terjadi pada
Apabila dahulu menggunakan proyektor untuk masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul,
membaca fita film, sekarang diganti dengan namun karena masyarakat ini tergolong
menggunakan proyektor laptop dan judul masyarakat adat yang berusaha melestarikan
filmnya pun sangat beragam karena dalam kebudayaannya, sehingga proses difusi
bentuk file-file atau kaset VCD/DVD bukan kebudayaan tidak diadopsi secara keseluruhan.
dalam betuk rol pita film.47 Disuatu sisi masyarakat Kasepuhan adat ini
Perubahan-perubahan di atas baik dari mempertahankan budayanya disisi lain merasa
rentang waktu tahun 2000-2005 dan rentang menganggap perlu mengadopsi penemuan-
waktu 2006-2013, dapat disimpulkan telah penemuan baru tersebut sehingga yang terjadi
terjadi perubahan secara masif terutama dalam yaitu akulturasi kebudayaan.
bidang teknologi, pendidikan, bahasa, ekono- b. Pendidikan Modern
mi dan keagamaan. Pada dasarnya perubahan Pendidikan sebagai wadah untuk
tidak selamanya berkonotasi negatif, artinya mempelajari berbagai macam kemampuan
banyak perubahan yang mengarah pada pada tiap-tiap individu. Pendidikan sendiri
perkembangan dan kemajuan dalam aspek- memberikan nilai-nilai bagi manusia, terutama
aspek tertentu seperti dalam bidang pendidikan dalam menyikapi hal-hal baru dan berfikir
dan agama yang terjadi pada masyarakat secara alamiah. Selain itu juga diajarkan
Kasepuhan Adat Banten Kidul di Desa bagaimana berfikir secara objektif, yang
sirnaresmi. mampu menyiapkan diri untuk menyongsong
tantangan jaman yang semakin maju.49
Seiring berkembangnya jaman pendidi-
kan juga ikut mengalami kemajuan yang
46
sangat pesat. Begitupun halnya yang terjadi
Ugi Sugriana Rakasiwi, wawancara, tanggal
29 Juli 2014, Sukabumi: Imah Gede Kasepuhan Cipta
pada masyarakat Kasepuhan adat Banten
Gelar.
47 48
Hendrik Suhendrik Wijaya, wawancara, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,
tanggal 29 Januari 2014, Sukabumi: Imah Gede (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 283.
49
Kasepuhan Cipta Mulya. Ibid, hlm. 285.

102 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

Kidul, apabila dulu sekolah hanya cukup bisa dianggap lebih menguntungkan. Hal ini dapat
baca dan tulis, namun saat ini sudah banyak terjadi karena ada rasa ketidakpuasan terhadap
masyarakatnya yang lulusan perguruan tinggi. hal-hal tertentu yang selama ini dijalankannya,
Selain itu sarana pendidikan formal sudah ketidak puasan tersebut dapat berupa aspek-
banyak dibangun dan sudah mudah diakses aspek berikut :
oleh masyarakat secara luas. Pendidikan a) Teknologi
formal tidak hanya berjalan sendirian, Pada umumnya masyarakat adat keting-
pendidikan keagamaan mulai sejak dini sudah galan dalam hal teknologi, bagi masyarakat
banyak didirikan sehingga kombinasi yang tertutup terhadap budaya luar justru akan
pendidkan formal dan keagamaan berjalan menjaga jarak sedangkan bagi masyarakat
harmonis.50 Proses ini akan melahirkan adat yang terbuka akan merespon dengan cara
generasi yang lebih cerdas, mampu berfikir positif. Respon positif dari masyarakat adat
objektif terhadap tantangan jaman dan terhadap kemajuan teknologi akan menggan-
masyarakat dari luar. Selain itu terutama tikan teknologinya yang dianggap sudah
mampu mengkaji dan menyikapi budaya yang ketinggalan jaman. Sebagai contoh yang
ada pada masyarakatnya. terjadi pada masyarakat Kasepuhan Adat
c. Perbuatan Menyimpang Banten Kidul yaitu menumbuk padi meng-
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan gunakan lesung sudah banyak tergantikan oleh
menyimpang dalam suatu masyarakat hal ini mesin penggilingan padi. Hal ini dipilih bukan
menunjukan masyakat tersebut individualis, tanpa alasan, mereka menganggap menggu-
tidak respon terhadap sesuatu yang tidak baik nakan mesin penggilingan lebih praktis dan
yang dilakukan oleh orang lain. Apabila proses hemat tenaga.
ini terus berlanjut, akan melahirkan budaya b) Pranata Sosial
baru yang dianggap lumrah padahal Norma-norma ini dijadikan sebagai
menyimpang dari norma-norma yang ada. pandangan hidup dalam suatu masyarakat
Demikian halnya pada masyarakat Kasepuhan adat, karena dianggap sebagai tingkat paling
Adat ini, mereka sudah banyak yang tingi dan paling abstrak dalam masyarakat
melanggar nilai-nilai adat yang ada di adat.53 Apabila ada masyarakat yang menyim-
masyarakat Kasepuhan. Istilah kabendon51 pang dari norma-norma tersebut maka akan
yang diyakini masyarakat Kasepuhan adat dinilai sebagai pelanggar. Namun apabila
sebagai sangsi dari karuhun (leluhur) bagi bentuk hukuman itu tidak dilakukan oleh
orang yang melanggar hukum adat.52 Sebagai masyarakat itu sendiri hanya menyerahkan
contoh dalam hal bertani, tidak boleh pada hal-hal yang supranatural, yang terjadi
menanam padi lebih dari sekali dalam setahun justru semakin banyak orang yang berani
namun ada sebagian masyarakat yang melanggarnya.
mengerjakannya, disisi lain masyarakat yang Norma-norma/adat-istiadat yang ada pada
lain dan pihak adat membiarkannya. masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul
d. Nilai Kepuasan Masyarakat yakni hukum lisan dan bentuk hukumannya
Masyarakat adat cenderung melestarikan diyakini langsung oleh para leluhur mereka.
kebudayaannya dan lebih memilih tidak Namun seiring pesatnya kemajuan jaman serta
mengadopsi unsur-unsur baru yang datang dari masyarakatnya sudah banyak yang berpendi-
luar, namun tidak sedikit masyarakat adat dikan luas, mereka tahu apa yang terbaik
yang rela memilih gaya hidup modern karena untuk dilakukan. Sebagai contoh bahwa hal-
hal substansial yang ada cenderung masuk
50 kategori sinkretis yang bertentangan dengan
Supritna, wawancara, tanggal 1 Agustus 2014,
Sukabumi: Kp. Sirnaresmi. ajaran Islam, sehingga untuk saat ini sudah
51
Kabendon yaitu larangan adat, apabila ada banyak masyarakat Kasepuhan Adat yang
yang melanggar tidak di sangsi oleh pihak adat tetapi
mereka meyakininya akan mendapatkan musibah.
52 53
Nuhrison M. Nuh, loc. cit., hlm. 107. Koentjaraningrat, loc. cit., hlm. 190.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 103
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

meninggalkan nilai-nilai substansial yang ada yang diawali sekitar tahun 2000an,
dalam hukum adat tersebut.54 masyarakat Kasepuhan adat yang ada di Desa
Sirnaresmi lambat-laun mengalami perubahan
D. SIMPULAN budaya sebagai akibat dari interaksi dengan
Hasil penelitian di lapangan dan dengan dunia luar melalui kemajuan ilmu
berdasarkan rumusan masalah bahwa Desa pengetahuan dan teknologi. Walaupun saat ini
Sirnaresmi merupakan Desa yang secara masyarakat Kasepuhan masih melestarikan
administratif berada di wilayah Kecamatan tradisi leluhurnya, namun dapat dipastikan
Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa budaya mereka telah mengalami perubahan
Barat. Batas Desa Sirnaresmi dengan wilayah yang sangat signifikan.
lainnya yaitu sebelah utara berbatasan dengan Perubahan budaya yang terjadi pada
Desa Sirnagalih Kecamatan Cibeber Kab. masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul di
Lebak Provinsi Banten, sebelah selatan Desa Sirnaresmi merupakan akibat dari
berbatasan dengan Desa Cicadas Kecamatan tantangan jaman yang semakin modern dan
Cisolok dan Desa Sirnarasa Kecamatan respon masyarakat terhadap hal-hal baru,
Cikakak, sebelah Barat berbatasan dengan sehingga terjadinya akulturasi budaya
Desa Cicadas dan Sebelah Timur berbatasan setempat yang masih tradisional dengan
dengan Desa Cihamerang Kecamatan Kalapa budaya luar yang sudah maju. Perubahan ini
Nunggal. Jumlah penduduk Desa ini berjumlah dapat dibuktikan dari berbagai unsur budaya
sekitar 3.313 jiwa yang mayoritas bermata yang ada seperti bahasa, sistem teknologi,
pencaharian sebagai petani dan memeluk sistem matapencaharian, sistem kepercayaan,
agama Islam. sistem masyarakat, pendidikan dan kesenian.
Masyarakat Desa Sirnaresmi merupakan Dalam hal ini banyak nilai-nilai substansial
masyarakat adat yang dikenal dengan dari tradisi masyarakat yang ada tergantikan
masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul. oleh budaya baru yang datang dari luar.
Masyarakat adat ini diyakini telah ada sejak Namun demikian, tidak selamanya perubahan
tahun 1611 M, mereka hidup dengan mata itu berkonotasi negatif artinya tidak sedikit
pencaharian bertani secara nomaden dan perubahan yang membawa pada hal-hal yang
tersebar di wilayah Kabupaten Bogor, positif, seperti yang terjadi pada masyarakat
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi Kasepuhan Adat Banten Kidul di Desa
termasuk di Desa Sirnaresmi. Kasepuhan yang Sirnaresmi ini.
ada di Desa Sirnaresmi yaitu Kasepuhan Cipta
Mulya, Kasepuhan Sinar Resmi dan DAFTAR PUSTAKA
Kasepuhan Cipta Gelar mereka merupakan Arsip/Dokumen
masyarakat yang melestarikan tradisi warisan Daftar Jumlah Sarana Keagamaan Tahun
leluhur mereka yang dikenal dengan tatali 2013. Sukabumi: Sekretariat MUI Desa
paranti karuhun. Hingga saat ini para Sirnaresmi. 12 Mei 2013.
pemimpin Kasepuhan adat merupakan Monografi Desa Sirnaresmi Tahun 2001.
generasi ke-9, yang terdiri dari Abah Asep Sukabumi: Sekretariat Kantor Kepala
Nugraha sebagai ketua Kasepuhan Adat Sinar Desa Sirnaresmi. 3 Agustus 2014.
Resmi, Abah Hendrik Suhendrik Wijaya Monografi Desa Sirnaresmi Tahun 2010.
sebagai ketua Kasepuhan Adat Cipta Mulya Sukabumi: Sekretariat Kantor Kepala
dan Abah Ugi Sugriana Rakasiwi sebagai Desa Sirnaresmi. 3 Agustus 2014.
ketua Kasepuhan Adat Cipta Gelar. Monografi Desa Sirnaresmi Tahun 2012.
Seiring perkembangan jaman serta Sukabumi: Sekretariat Kantor Kepala
dibarengi dengan kemajuan dalam bidang ilmu Desa Sirnaresmi. 3 Agustus 2014.
pengetahuan dan teknologi di Desa Sirnaresmi Monografi Desa Sirnaresmi Tahun 2015.
Sukabumi: Sekretariat Kantor Kepala
54
Ugis Suganda, wawancara, tanggal 30 Juli Desa Sirnaresmi. 12 Mei 2015.
2014, Sukabumi: Kp. Sirnaresmi.

104 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

Peta Wilayah Desa Sirnaresmi Tahun 2013. Kabupaten Sukabumi”. Bandung: Balai
Sukabumi: Sekretariat Kantor Kepala Pelestarian Nilai Budaya Bandung.
Desa Sirnaresmi. 12 Mei 2013. Toto Sucipto. dkk. 2008.“Upaya Perlindungan
Sosial Masyarakat Kasepuhan Cipta
Sumber Buku Gelar di Kabupaten Sukabumi”.
Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan
Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos. Nilai Tradisional Bandung.
Helius Samsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Y.L. Franky. Jurnal PUSAKA. Edisi I tahun
Yogyakarta: Ombak. 2010. Komunitas Kasepuhan di
Imam Hanafi, dkk. 2004. Nyoreang Alam Sukabumi dan Perjuangan
Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Perlindungan Hukum untuk Pengakuan
Bogor: RMI Hak Masyarakat Adat. Sukabumi:
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu PUSAKA.
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Nuhrison M. Nuh. Jurnal Harmoni. Volume
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. 12 No. 3, September-Desember 2013.
Yogyakarta: Bentang. Paham Keagamaan Lokal, dalam “
Kusnaka Adimihardja. 1992. Kasepuhan Yang Memahami Indonesia Secara Agama
Tumbuh Di atas Yang Luruh, dan Budaya” Jakatra: LIPI.
Pengelolaan Lingkungan Secara
Tradisional Di Kawasan Gunung Wawancara
Halimun Jawa Barat. Bandung: Tarsito. Asep Nugraha (47 tahun). Ketua Adat
Latifah Hendarti. 2008. Menepis Kabut Kasepuhan Sinar Resmi. Sukabumi:
Halimun. Jakarta: Yayasan Obor Sinar Resmi 29 Januari 2014.
Indonesia. Hendrik Suhendrik Wijaya (41 tahun). Ketua
Gottchalk, Louis. 1983. Mengerti Sejarah. Adat Kasepuhan Cipta Mulya.
Jakarta: UI Press. Sukabumi: Cipta Mulya 29 Januari
Paul Bohanan. 1963. Social Anthropology. 2014.
New York: Rihenart and Winston. Iis (36 tahun). Warga Kasepuhan Adat Cipta
Sztompka, Piotr. 2011. Sosiologi Perubahan Mulya. Sukabumi: 1 September 2014.
Sosial. Jakarta: Prenada. Mufahri Buchori (58 tahun). Sekretaris Desa
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Sirnaresmi. Sukabumi: Sirnaresmi 1
Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Agustus 2014.
Persada. Supritna (43 tahun). Ketua MUI Desa
Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori dan Sirnaresmi. Sukabumi: Sirnaresmi 1
Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Agustus 2014.
Ilmu Ugi Sugriana Rakasiwi (29 tahun). Ketua Adat
Kasepuhan Adat Cipta Gelar. Sukabumi:
Jurnal 29 Juli 2014.
Andra Dwiana Novianti. 2011. “Kelembagaan Ugis Suganda A. P (63 tahun). Ketua
Lokal Dalam Pemanfaatan Aren dan Kesatuan Adat Banten Kidul
Peranan Hasil Gula Aren Bagi (SABAKI). Sukabumi: 30 Juli 2014.
Pendapatan Rumahtangga Masyarakat Yayan Supyandi (53 tahun). Akademisi/tokoh
Kasepuhan”. Skripsi. Bogor: Fakultas masyarakat Kec. Cisolok. Sukabumi: 30
Ekologi Manusia IPB. Januari 2014.
Suwandi Alamsyah. dkk. 2009. “Kasepuhan
Sinar Resmi: Profil Komunitas Adat di

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 92-106 105
Z. Mutaqin dan Wahyu Iryana Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kasepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi

Internet
http://Kasepuhansinarresmi.com/13/06/2013/S
ejarah Kasepuhan Adat Banten
Kidul.html. 28/04/2014.

106 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 93-107

Potrebbero piacerti anche