Sei sulla pagina 1di 13

POLA HUBUNGAN KEPEMILIKAN SEPEDA MOTOR DAN

KECELAKAAN SEPEDA MOTOR


An an Anisarida Wimpy Santosa
Universitas Winaya Mukti Program Doktor Ilmu Teknik Sipil
Jalan Pahlawan No.69 Universitas Katolik Parahyangan
Bandung Jalan Merdeka No.30 Bandung
anananisarida@unwim.ac.id wimpy@unpar.ac.id

Abstract
The number of motorcycle ownership in the city of Bandung in the last 5 years has increased by an average
increase of 9%. The increasing number of motorbikes was followed by the increase in the number of road
traffic accidents, which resulted in an increase in the number of deaths and injuries. The purpose of this
study is to determine the patterns and trends of motorcycle ownership and traffic accidents. Traffic
accidents are analyzed by grouping victims due to motorcycle accidents. The grouped victims included
death victims (MD), serious injuries (LB) and minor injuries (LR). The research method used is a two-
dimensional approach by analyzing descriptively. Data analysis compares the value of fatality with a
denominator. The denominator used in the study is the number of vehicles as indicators of road traffic
safety and population as indicators of personal safety in traffic on the road network system. The number of
vehicles used is 10,000 registered vehicles, while the total population used is 100,000 residents. The results
of this study conclude that the number of motorcycle accidents in the city of Bandung from 2013 to 2017
has decreased. The number of fatalities has a different pattern from the number of motorcycle accidents.
Motorcycle fatality has decreased from 2013 to 2016 and has increased in 2017. The relationship between
the number of vehicle ownership is closely related to the number of motorcycle accidents and the number of
fatalities. The increasing number of motorcycle ownership will result in the greater likelihood that
motorbikes will experience accidents and fatalities

Keywords: motorcycle ownership, motorcycle accident, relationship pattern

Abstrak
Jumlah kepemilikan sepeda motor di Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir meningkat dengan rata-rata
kenaikan 9%. Jumlah sepeda motor yang terus meningkat menebabkan terjadinya pertambahan jumlah
kecelakaan lalu lintas jalan, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kematian dan luka-luka. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan pola dan tren hubungan kepemilikan sepeda motor dan kecelakaan
lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dianalisis dengan mengelompokkan korban akibat kecelakaan sepeda
motor. Korban yang dikelompokkan meliputi korban meninggal dunia (MD), luka berat (LB) dan luka
ringan (LR). Metode penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan dua dimensi dengan
menganalisis secara deskriptif. Analisis data membandingkan nilai fatalitas dengan suatu nilai penyebut
(denominator). Penyebut yang digunakan dalam penelitian adalah jumlah kendaraan sebagai indikator
keselamatan lalu lintas jalan dan jumlah penduduk sebagai indikator keselamatan personal didalam berlalu
lintas pada sistem jaringan jalan. Besaran jumlah kendaraan yang digunakan adalah 10.000 kendaraan
bermotor yang tercatat (registered), sedangkan besaran jumlah penduduk yang digunakan adalah 100.000
penduduk. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa jumlah kecelakaan Sepeda Motor di Kota
Bandung dari tahun 2013 sampai tahun 2017 mengalami penurunan. Jumlah fatalitas memiliki pola yang
berbeda dengan jumlah kecelakaan sepeda motor. Fatalitas sepeda motor mengalami penurunan dari tahun
2013 sampai tahun 2016 dan mengalami peningkatan pada tahun 2017. Hubungan jumlah kepemilikan
kendaraan berkaitan erat dengan jumlah kecelakaan sepeda motor dan jumlah fatalitas. Jumlah kepemilikan
sepeda motor yang meningkat akan mengakibatkan semakin besar kemungkinan sepeda motor mengalami
kecelakaan dan fatalitas.

Kata-kata kunci : kepemilikan sepeda motor, kecelakaan sepeda motor, pola hubungan

1
PENDAHULUAN
Jumlah kendaraan (mobil, motor, bus, truk, dan sebagainya) mencapai angka 104.211 juta
unit kendaraan di Indonesia (Kirono, 2013). Jumlah kendaraan ini memiliki jumlah sepeda
motor dengan angka 86.253 juta unit kendaraan. Proporsi sepeda motor berdasarkan data
Korlantas adalah 82,27% dibandingkan terhadap jumlah kendaraan lain. Buku transportasi
darat menyebutkan bahwa jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 105.150.082 unit
(BPS, 2016). Jumlah sepeda motor ini empat kali lebih besar dibanding dengan jumlah
kendaraan roda empat atau lebih, yaitu sebesar 24.130.997 unit kendaraan.

Jumlah kendaraan di Kota Bandung memiliki gambaran yang hampir sama dengan
kenyataan yang ada di Indonesia. Jumlah kendaraannya mencapai angka sebesar 1.716.698
unit, sedangkan jumlah sepeda motor mencapai angka 1.251.080 unit kendaraan (BPS,
2016). Jumlah kepemilikan sepeda motor di Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir
meningkat dengan rata-rata kenaikan 9% (BPS, 2017). Jumlah kepemilikan sepeda motor
memiliki jumlah terbanyak diban-dingkan kendaraan bermotor lain. Gambaran ini
memberikan kesimpulan tentang sepeda motor merupakan salah satu jenis moda transport-
tasi yang sangat familiar dan dominan untuk masyarakat di Indonesia khususnya Kota
Bandung. Keunggulan sepeda motor, sebagai moda angkutan yang dipilih oleh masyarakat,
adalah: 1) pembelian dengan harga kepemilikannya yang terjangkau, 2) pembayaran
angsuran yang mudah, 3) pencapaian akses berkendaraan dengan manuver yang mudah, 4)
perjalanan yang menghasilkan biaya efisien, 5) perolehan Surat Ijin Mengemudi (SIM)
yang mudah, dan 6) penggunaan sebagai alat mata pencaharian (ojek).

Pertumbuhan jumlah sepeda motor terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah
kecelakaan lalu lintas jalan. Kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung mengakibatkan
jumlah korban fatalitas kecelakaan sepeda motor meningkat. Jumlah tabrakan lalu lintas di
jalan raya Kota Bandung pada tahun 2017 terdapat sebanyak 501 kasus dan 127 orang
diantaranya meninggal dunia sedangkan pada tahun 2016 jumlah tabrakan lalu lintas di
jalan raya Kota Bandung sebanyak 654 dan 84 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah
kecelakaan menurun pada tahun 2016 hingga 2017 tetapi jumlah angka kematian
mengalami kenaikan. Kasus kecelakaan memiliki lebih dari setengah kasusnya atau
sebesar 57% melibatkan pengguna sepeda motor (Pemerintah Kota Bandung, 2018).

Kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Kota Bandung menyebabkan korban meninggal
dunia (MD) mencapai rata – rata sebesar 103 korban pertahun, dengan korban luka berat
(LB) sebesar 19 jiwa dan korban luka ringan (LR) sebesar 688 jiwa. Kecelakaan sepeda
motor bisa mengakibatkan kehilangan sumber daya manusia dan menimbulkan kerugian
materi. Tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi dan tingkat kerugian yang besar
menjadikan kecelakaan sepeda motor perlu mendapat perhatian serius.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menindaklanjuti kecelakaan lalu lintas

2
pada Maret tahun 2010 dengan mendeklarasikan Decade of Action for Road Safety 2011–
2020. Tujuan dari deklarasi ini adalah untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat
fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan secara global dengan menyelenggarakan
kegiatan yang dilakukan pada skala nasional, regional dan global. Semangat
pendeklarasian Decade of Action for Road Safety 2011-2020 sejalan dengan amanat
(Pemerintah Republik Indonesia, 2009) Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-undang ini menjadi acuan utama dalam mengatur aspek-aspek terkait lalu lintas
dan angkutan jalan di Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) yang diterbitkan setelah
Undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama sebanyak lima, yaitu:
1) (Pemerintah Republik Indonesia, 2014) tentang Angkutan Jalan, 2) (Pemerintah
Republik Indonesia, 2012) Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 3) (Pemerintah Republik
Indonesia, 2011)Tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 4) (Pemerintah
Republik Indonesia, 2012) Tentang Kendaraan, dan 5) (Pemerintah Republik Indonesia,
2017)Tentang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kebijakan pemerintah dalam
menjamin keselamatan lalu lintas jalan diaplikasikan dalam pembuatan peraturan.

Isi yang tercantum dalam Pasal 203 (Pemerintah Republik Indonesia, 2009) Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yaitu: 1) penyusunan program nasional kegiatan Keselamatan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2) penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan
perlengkapan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 3) pengkajian masalah
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan 4) manajemen Keselamatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. Kegiatan yang dilakukan dalam mengimplementasikan ayat 1
dengan penyusunan Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan. Rencana
umum yang disusun merupakan arah keselamatan jalan Indonesia dengan menggunakan 5
pilar keselamatan jalan. Pilar ini mencakup manajemen keselamatan jalan, jalan yang
berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengguna yang berkeselamatan
dan penanganan korban pasca kecelakaan. Mengukur dan mengevaluasi keberhasilan
kinrja keselamatan jalan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator RUNK jalan
menggunakan angka kematian per 100.000 populasi dan case fatality rate (CFR).

Pada studi ini dicari pola hubungan kepemilikan sepeda motor dan fatalitas akibat
kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Kota Bandung. Penelitian ini penting dilakukan
untuk mengantisipasi pertumbuhan kepemilikan sepeda motor yang meningkat dan jumlah
fatalitas kecelakaan sepeda motor yang terjadi. Hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran hubungan yang dapat digunakan sebagai langkah strategis dan bermanfaat
untuk mewujudkan pengurangan tingkat fatalitas dan cedera kecelakaan sepeda motor.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola hubungan kepemilikan sepeda motor
dan fatalitas kecelakaan sepeda motor. Permasalahan keselamatan sepeda motor di jalan

3
yang dikaji melalui pendekatan secara dua dimensi. Kondisi eksisting yang ditinjau yaitu
periode tahun yang dijadikan acuan penelitian. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk mempersiapkan kemungkinan yang dapat terjadi dari pola hubungan kepe-
milikan sepeda motor terhadap fatalitas kecelakaan sepeda motor. Program pencegahan
dapat direncanakan dalam rangka mengurangi tingkat fatalitas dan cedera akibat kece-
lakaan sepeda motor.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Metode ini dilakukan dengan
melakukan tahapan kegiatan, seperti observasi dan wawancara. Tahap pengumpulan data
dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai jumlah kepemilikan sepeda motor,
jumlah kecelakaan, jumlah kecelakaan sepeda motor, dan korban akibat kecelakaan sepeda
motor serta masalah yang terkait dengan keselamatan penggunaan sepeda motor. Data
kecelakaan lalu lintas jalan dikumpulkan selama 5 tahun (2013-2017) dari Polrestabes Ko-
ta Bandung. Informasi lainnya yang dikumpulkan dengan merangkum beberapa masalah
yang terkait dengan keselamatan penggunaan sepeda motor.

Analisis dilakukan secara deskriptif dari pemahaman adanya hubungan kausal faktor
diantara eksposur, risiko dan konsekuensi. Masalah keselamatan jalan untuk kecelakaan
sepeda motor dilakukan pendekatan secara dua dimensi. Analisis yang dipergunakan
dengan membandingkan suatu nilai yang disebut dengan tingkat kecelakaan atau fatalitas
(accident atau fatality rate). Jumlah kecelakaan lalu lintas ataupun fatalitas kecelakaan lalu
lintas dibandingkan dengan suatu basis tertentu sebagai penyebut (denominator). Penyebut
dalam penelitian ini adalah jumlah kepemilikan sepeda motor dan jumlah penduduk di
Kota Bandung. Penggunaan nilai fatalitas kecelakaan dibandingkan dengan tingkat
kecelakaan dikarenakan pada umumnya indikator yang lebih utama adalah korban
meninggal dunia.

TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda. Kecelakaan merupakan suatu kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya
melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada
pemiliknya (WHO, 2013).

Disimpulkan bahwa definisi kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi
pada suatu pergerakan lalu lintas akibat adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu
lintas, yaitu kendaraan, jalan, pengemudi, dan lingkungan.Kesalahan yang dimaksud dalam
definisi tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau perawatan
yang berlaku maupun kelalaian yang dibuat oleh manusia. Standar atau perawatan yang
dimaksud adalah standar desain geometrik atau perawatan drainase sebelum musim hujan.

4
Korban fatal atau meninggal dunia didefinisikan sebagai korban kecelakaan lalu lintas
yang meninggal dunia seketika atau yang mati dalam waktu 30 hari sejak terjadinya
kecelakaan (IRTAD, 2014). Definisi ini sama dengan definisi internasional yang
direkomendasikan oleh PBB di Jenewa. Indonesia mengelompokkan korban kecelakaan
lalu lintas berdasarkan tingkat keparahan kecelakaan (accident severity) menjadi korban
meninggal dunia (fatal), kerugian barang, korban luka berat (serious injury), dan korban
luka ringan (slight injury).

Jenis dan bentuk kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu: 1) kecelakaan ber-
dasarkan korban kecelakaan, 2) kecelakaan berdasarkan lokasi kejadian, 3) kecelakaan ber-
dasarkan waktu terjadinya kecelakaan, 4) kecelakaan berdasarkan posisi kecelakaan, dan
5) kecelakaan berdasarkan jumlah kendaraan yang terlibat (Wedasana, 2011). Peng-
golongan karakteristik kecelakaan lalu lintas (Pemerintah Republik Indonesia, 2009)
tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229 adalah: 1) Kecelakaan lalu lintas
ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang, 2)
Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan
kerusakan kendaraan dan/atau barang, dan 3) Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan
yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

Karakteristik kecelakaan lalu lintas berdasarkan posisi kecelakaan dibagi menjadi 5 jenis
(DKTD, 2006). Jenis tabrakan berdasarkan posisi kecelakaan, yaitu: 1) Angle (Ra), yaitu
tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah
berlawanan, 2) Rear-End (Re), yaitu tabrakan dengan kendaraan menabrak dari belakang
kendaraan lain yang bergerak searah, 3) Sideswape (Ss), tabrakan dengan kendaraan yang
bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau
pada arah yang berlawanan, 4) Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah
yang berlawanan (tidak sideswape), dan 5) Backing, tabrakan secara mundur.

Korban Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor


Korban kecelakaan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu korban mati, korban luka berat dan
korban luka ringan (BPS, 2016). Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai
akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan
tersebut. Korban luka berat (LB) adalah luka yang mengakibatkan korban, jatuh sakit dan
tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus
menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan, kehilangan salah satu panca
indra, menderita cacat berat atau lumpuh, terganggu daya pikir selama 4 minggu lebih,
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan, atau luka yang membutuhkan
perawaran di rumah sakit lebih dari 30 hari. Korban luka ringan adalah luka yang
mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan inap di rumah
sakit atau selain yang diklasifikasikan dalam luka berat.

Keselamatan Lalu Lintas Sepeda Motor


Parameter yang menjadi konsep dasar keselamatan lalu lintas di jalan adalah sebagai
berikut: 1) eksposur, 2) risiko, dan 3) konsekuensi (Tjahjono et all., 2018). Besarnya arus

5
lalu lintas menyebabkan timbulnya risiko dan bila tidak bisa dihindari maka akan
menimbulkan kecelakaan. Risiko sendiri merupakan hazard dan tingginya hazard
menyebabkan kecelakaan dan konsekuensinya akan terdapat korban. Kecelakaan sendiri
akan timbul kemungkinan terdapatnya korban dan dari sejumlah korban akan terdapat
korban yang meninggal dunia. .

Sepeda motor memiliki definisi sebagai kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga
tanpa rumah-rumah (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Pengendara sepeda motor
harus mematuhi hukum yang sama dengan pengemudi mobil. Ketentuan lain yang diatur
dalam undang-undang tersebut antara lain adalah: a) setiap pengendara sepeda motor di
jalan harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk sepeda motor yang mampu me-
ngemudikan kendaraannya dengan wajar, b) pengendara sepeda motor wajib meng-
utamakan keselamatan pejalan kaki, c) pengendara sepeda motor harus mengetahui
tata cara berlalu lintas di jalan, d) sepeda motor diperuntukkan hanya untuk dua orang, e)
sepeda motor wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, dan f) pengemudi serta
penumpang wajib menggunakan helm yang telah direkomendasikan keselamatannya dan
terpasang dengan benar.

Sepeda motor memiliki standar-standar yang wajib dipenuhi kelengkapan dari kendaraan
tersebut yang diatur dalam (Pemerintah Republik Indonesia, 2012) tentang Kendaraan.
Standar mengenai kendaraan bermotor jenis sepeda motor yang diatur Pasal 23-28
(Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Komponen pendukung kendaraan bermotor
terdiri dari pengukur kecepatan, kaca spion, klakson dan sepakbor. Setiap sepeda motor
dengan atau tanpa kereta samping wajib dilengkapi helm Standar Nasional Indonesia
(SNI) untuk pengemudi dan/atau penumpangnya. Untuk menjamin agar kendaraan
bermotor selalu dalam kondisi memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, maka di
berlakukan kewajiban uji berkala dalam satu periode waktu tertentu. Periode waktu yang
telah dilaksanakan selama ini adalah 6 bulan sekali.

Pemerintah telah melakukan upaya peningkatan keselamatan jalan dengan dilaksanakan


manajemen dan rekayasa lalu lintas. Upaya ini dilakukan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Oleh karena itu,
tinjauan keselamatan sepeda motor diharapkan dapat mengurangi potensi kecelakaan
yang terjadi. Peningkatan keselamatan diharapkan dapat memenuhi target jangka panjang
dalam penyelenggaraan keselamatan jalan Indonesia akan dicapai secara inkremental.
Pencapaian dalam target jangka panjang dibuat menjadi target 5 tahunan yang
dicantumkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Target Penurunan Tingkat Fatalitas

6
Periode Sasaran
2010 (baseline) 0%
2011-2015 20%
2016-2020 50%
2021-2025 65%
2026-2030 75%
2031-2035 80%
Sumber: (Bappenas, 2012)

DATA DAN PEMBAHASAN


Jenis Kecelakaan Sepeda Motor di Kota Bandung
Jumlah kecelakan sepeda motor per tahun dapat dilihat pada Gambar 1. Jumlah kecelakaan
yang terjadi dari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 10% dan
menurun sampai dengan tahun 2017 sebesar 20%. Penurunan jumlah kecelakaan dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2017 mencapai rata- rata 10%.

Sumber: (Polrestabes Kota Bandung, 2018)


Gambar 1. Jumlah Kecelakaan Sepeda Motor di Kota Bandung Selama 5 Tahun

Jumlah kecelakaan yang mengakibatkan kondisi luka ringan mengalami penurunan dari
tahun 2013 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2015. Jumlah kecelakaan dengan
kondisi luka ringan mengalami penurunan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
Korban yang mengalami meninggal dunia mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016. Korban meninggal dunia pada tahun 2017 mengalami kenaikan
sebesar 127 kasus. Kondisi korban luka berat mengalami penurunan dari tahun 2013
sampai tahun 2015, kemudian mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2017 sebesar 28
kasus.

7
900 810
800 727 755
701
700
Jumlah Korban

600
500 447
MD
400
LB
300
200 127 LR
115 110 87 75
100 27 16 10 16 28
-
2013 2014 2015 2106 2017
Tahun

Sumber: (Polrestabes Kota Bandung, 2018)


Gambar 2. Jumlah Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan Kondisi Korban
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dari tahun 2008–2012 mempunyai
rata–rata sebesar 8,62%, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,8%. Tahun
2018 laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai lebih dari 9%. Laju
pertumbuhan ekonomi bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kendaraan
pada tahun 2018, laju pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bandung


Tahun Persentase
2011 7,91
2012 8,53
2013 7,84
2014 7,72
2015 7,64
2016 7,79
2017 ±9,0
Sumber: (BPS, 2017)

Tabel 3. Jumlah Kepemilikan Kendaraan Sepeda Motor di Kota Bandung


Kepemilikan Tahun
Sepeda Motor 2013 2014 2015 2016 2017
Pribadi 966.357 1.030.729 1.030.729 1.158.239 1.237.435
Dinas 10.576 10.692 10.692 13.049 13.645
Jumlah 976.933 1.041.421 1.041.421 1.171.288 1.251.080
Sumber (BPS, 2017)

Jumlah kepemilikan kendaraan sepeda motor di Kota Bandung meningkat setiap tahunnya.
Jumlah kepemilikan sepeda motor pada tahun 2013 sebanyak 976.933 unit, tahun 2014 dan
tahun 2015 sebanyak 1.041.421 unit, tahun 2016 sebanyak 1.171.288 unit dan tahun 2017
sebanyak 1.211.080 unit. Gambaran kepemilikan sepeda motor meningkat 6,6% dari tahun
2013 dan meningkat pada tahun 2016 sebesar 12,47% serta menurun pada tahun 2017

8
sebesar 6,81%. Penurunan kepemilikan sepeda motor pada tahun 2017 diakibatkan dari
penjualan sepeda motor yang mengalami penurunan (data AISI).

Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kota Bandung


Jumlah Tahun
Penduduk 2013 2014 2015 2016 2017
Kota
Bandung 2.458.503 2.470.802 2.481.469 2.490.622 2.497.938
Sumber: (BPS, 2017)

Jumlah penduduk di Kota Bandung mengalami kenaikan sebesar 0,5% menjadi 2.470.802
pada tahun 2014. Jumlah penduduk pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,4%.
Pertumbuhan penduduk rata rata di Kota Bandung dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2017 mengalami kenaikan dengan mencapai angka 0,4%.

Penyebut (Denominator) untuk analisis dua dimensi sebagai berikut: 1) jumlah penduduk
sebagai indikator keselamatan personal di dalam berlalu lintas pada sistem jaringan jalan,
umumnya dengan besaran 100,000 penduduk, 2) jumlah kendaraan sebagai indikator
keselamatan lalu lintas jalan, umumnya menggunakan besaran 10,000 kendaraan bermotor
yang tercatat (registered), dan 3) Jumlah kilometer kendaraan perjalanan (KKP) sebagai
indikator keselamatan perjalanan (trip), umumnya menggunakan besaran satu juta
kilometer kendaraan perjalanan (100 juta KKP).

Angka kematian berdasarkan 10.000 kendaraan mengalami penurunan selama tahun 2013
sampai dengan tahun 2016 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2017. Angka
kematian berdasarkan 100.000 penduduk mempunyai pola yang sama dengan mengalami
penurunan selama tahun 2013 sampai tahun 2016, kemudian mengalami kenaikan pada
tahun 2017. Angka kematian yang yang disebabkan kecelakaan dengan melibatkan sepeda
motor memiliki jumlah yang besar dibandingkan dengan kendaraan yang lainnya.

Gambar 3. Angka Kematian Kecelakaan Sepeda Motor

9
Jumlah kendaraan sepeda motor yang bertambah dapat menyebabkan bertambahnya segala
permasalahan yang terjadi. Antisipasi perlu dilakukan dalam rangka untuk mengurangi
jumlah korban meninggal dunia yang bisa diakibatkan dari kecelakaan sepeda motor di
jalan. Pengendara sepeda motor merupakan korban cedera dan kematian yang paling tinggi
dijalan raya (Pemerintah Kota Bandung, 2017). Beberapa permasalahan pada pemakai
sepeda motor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Permasalahan pada Pengguna Sepeda Motor
No Faktor Masalah Penyebab Kecelakaan
1 Manusia - Kelelahan dalam perjalanan 1. Mengantuk
- Kurangnya keahlian pengemudi 2. Tidak terampil dalam
- Kehilangan kendali mengemudi
- Kesiapan mental 3. Mengemudi dalam kecepatan
- Usia pengemudi tinggi
- Kehilangan fokus 4. Emosi
- Tidak mempunyai sikap dan 5. Kecerobohan
tindakan Safety Riding 6. Melanggar peraturan dan
rambu lalu lintas
7. Menggunakan HP ketika
mengemudi
8. Tidak menggunakan Helm
9. Membonceng lebih banyak
10. Mengkonsumsi obat dan
alkohol
11. Tidak menjaga jarak
12. Tidak mempunyai SIM
13. Kurangnya sosialisasi dalam
berkeselamatan berkendaraan
2 Kendaraan - Rancangan kecepatan sepeda 1. Kecepatan tinggi
motor 2. Kendaraan tidak optimal
- Kondisi kendaraan kurang layak 3. Rem blong
- Kurangnya perawatan sepeda 4. Ban tipis
motor 5. Lampu righting tidak berjalan
- Penggunaan sepeda motor 6. Tidak ada spion
dengan jumlah penumpang 7. Muatan berlebih
yang lebih banyak
3 Jalan - Alinyemen horizontal (tikungan 1. Tikungan terlalu tajam
dan persimpangan) 2. Terhalang pagar atau
- Kurangnya perawatan jalan, bangunan
jalan rusak dan bolong 3. Tanpa marka
- Permukaan jalan licin 4. Sudut pandang tajam pada
- Tidak ada dan kurang jelasnya tanjakan
rambu dan marka jalan 5. Tidak ada fasilitas untuk
- Akses yang tidak pejalan kaki (trotoar)
dikontrol/dikendalikan 6. Penerangan kurang
- Kurang lampu penerangan
4 Lingkungan - Pengaruh cuaca 1. Hujan lebat
- Perubahan guna lahan 2. Berkabut
- Kondisi lalu lintas campur 3. Jalan licin
untuk semua moda transportasi 4. Pagar dan bangunan pada
- Pengawasan dan penegakan tikungan jalan menghalangi
hukum belum efektif pandangan
- Pelayanan gawat darurat yang 5. Ruas Jalan menyempit
kurang tepat 6. Simpangan tajam

10
7. Papan iklan menutupi dan
mengaburkan rambu lalu
lintas

Untuk mengimplementasikan kebijakan baru bagi pengembangan road safety di Indonesia


baru-baru ini di launching tahun keselamatan untuk kemanusiaan tahun 2018 yang
diadakan bersamaan dengan acara Rakernis Polantas di Bali tanggal 22 sampai dengan
tanggal 23 Maret 2018. Tujuh prioritas program road safety, yaitu: 1) pemakaian helmet, 2)
pengurangan speed, 3) pelarangan drink driving, 4) penggunaan seat belt, 5) pemakaian
child restrain, dan 6) penggunaan handphone saat berkendara serta melawan arus. Prioritas
tersebut merupakan upaya sebagai bentuk dari pencegahan, penindakan dari semua
pemangku kepentingan. Peningkatan kualitas keselamatan dan penurunan tingkat fatalitas
dapat diperoleh dengan mematuhi aturan, edukasi sistem uji SIM, pembangunan
infrastruktur dan penegakan hukum. Prioritas ini merupakan penjabaran WHO akan road
safety.

Kota Bandung telah mengimplementasikan upaya pencegahan dengan panduan


(Pemerintah Kota Bandung, 2018). Upaya pencegahan dilakukan dalam mengurangi
jumlah kecelakaan dan cidera. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah mewujudkan
jalan dan mobilitas yang berkeselamatan. Langkah ini ditempuh dengan sebagai berikut: 1)
menerapkan rekomendasi dari World Resource Institute (WRI) dan World Bank Global
Road Safety Facility, berupa desain persimpangan jalan di Asia Afrika alun–alun timur, 2)
mengurangi kecepatan di sekitar pusat kota, 3) merencanakan kampanye sabuk keselama-
tan pada media massa, 4) mengadakan pelatihan komunikasi keselamatan jalan dan jurnalis
untuk pejabat kota, 5) mengadakan pelatihan manajemen kecepatan dan penegakan hukum,
6) melengkapi pelaporan data kecelakaan lalu lintas oleh kepolisian, 7) membuat aturan
dan regulasi yang dapat menghalangi pengguna jalan dari melanggar hukum, dan 8)
mendirikan Bandung Command Center dalam pelayanan publik untuk melaporkan
kejadian gawat darurat.

KESIMPULAN
Jumlah kecelakaan Sepeda Motor di Kota Bandung dari tahun 2013 sampai tahun 2017
mengalami penurunan. Jumlah fatalitas memiliki pola yang berbeda dengan jumlah
kecelakaan sepeda motor. Fatalitas sepeda motor mengalami penurunan dari tahun 2013
sampai tahun 2016 dan mengalami peningkatan pada tahun 2017. Hubungan jumlah
kepemilikan kendaraan berkaitan erat dengan jumlah kecelakaan sepeda motor dan jumlah
fatalitas. Jumlah kepemilikan sepeda motor yang meningkat akan mengakibatkan semakin
besar kemungkinan sepeda motor mengalami kecelakaan dan fatalitas. Semakin banyak
jumlah kepemilikan sepeda motor, akan mengakibatkan semakin banyak juga
permasalahan–permasalahan yang dapat menyebabkan sepeda motor mengalami kecela-
kaan. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama pada kematian yang bisa
dicegah. Upaya dilakukan melalui sebuah pengembangan program bernama Road Safety

11
di Indonesia dan Road Safety Annual Report pada tahun 2018 di Kota Bandung telah
memiliki panduan. Strategi dan pengembangan rencana aksi diupayakan dalam
serangkaian langkah- langkah.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Nasional (Bappenas). (2012). Rencana Umum Nasional Keselamatan
(RUNK) Jalan 2011-2035. Jakarta: Badan Perencanaan Nasional (Bappenas).

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Statistik Transportasi Darat 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik (BPS).

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung. (2016). Kota Bandung Dalam Angka 2016.
Bandung: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung. (2017). Kota Bandung Dalam Angka 2017.
Bandung: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung.

Direktorat Keselamatan Transportasi Darat (DKTD). (2006). Manajemen Keselamatan


Transportasi Jalan. Batam: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

International Traffic Safety Data and Analysis Group (IRTAD). (2014). Road Safety
Annual Report 2014 Summary. Prancis: International Traffic Safety Data and
Analysis Group (IRTAD).

Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Kota Bandung. (2018). Data Kecelakaan di
Kota Bandung Tahun 2013-2017. Bandung: Kepolisian Resort Kota Besar
(Polrestabes) Kota Bandung.

Kirono, C. (2013). Mewujudkan Keselamatan Jalan Oleh Pengendara Sepeda Motor


Melalui Pembenahan di Sektor Hilir. Jakarta: Korps Lalu Lintas POLRI.

Pemerintah Kota Bandung. (2018). Bandung Road Safety Annual Report 2017. Bandung:
Pemerintah Kota Bandung.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Indonesia: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2011). Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011


Tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.

12
Pemerintah Republik Indonesia. (2012a). Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012
Tentang Kendaraan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2012b). Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012


Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014


Tentang Angkutan Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017


Tentang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.

Tjahjono, T., Siregar, A., dan Kusuma, A. (2018). Pemahaman Data Kecelakaan Lalu
Lintas untuk Penelitian dan Kebijakan Keselamatan Jalan. Malang: Workshop 4,
Simposium FSTPT Ke 21 Universitas Brawi-jaya.

Wedasana, A. S. (2011). Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Dan Penyusunan Database


Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Kota Denpasar). Denpasar:
Program Studi Pascasarjana Universitas Udayana.

World Health Organization (WHO). (2013). World Health Statistics. Italia: World Health
Organization.

13

Potrebbero piacerti anche