Sei sulla pagina 1di 7

Titih Huriah, Lisnawati Nur Farida, Gambaran Kesiapsiagaan Perawat ...

Gambaran Kesiapsiagaan Perawat Puskesmas dalam Manajemen Bencana


di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

The Description of Community Health Nurses Preparedness on Disaster


Management in Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta
Titih Huriah1, Lisnawati Nur Farida2
1
Bagian Jiwa Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : titih_psikumy@yahoo.com

Abstract

This study offers exploration about nurses’ role on disaster preparedness in sub district
level and provides implementation strategies for health care professionals to adopt in preparation
for and in response to disaster. A Qualitative-study with phenomenological approach was
chosen to guide this study. In-depth interview and observation was used in data collection.
The in-depth interview narrative was transcribed verbatim and thematically analyzed. Nurses’
preparedness in sub district level in Puskesmas Kasihan I Bantul remains low. In this study,
most of the participants were not implement their role in disaster preparedness, since there was
no institutional preparation facing disastrous event. Although all of the participants have been
prepared with emergency training, there were no family preparedness that can greatly inhibit
the ability and willingness of participant to be available in emergency response. Puskesmas in
the basic level area of disaster risk reduction effort should be prepared with the disaster plan
and supported with nurses’ preparedness in disaster management.

Key words: Nurses’ preparedness, Puskesmas, disaster management

Abstrak

Penelitian ini memberikan gambaran tentang peran perawat pada kesiapsiagaan


bencana di tingkat kecamatan dan memberikan informasi terkait strategi implementasi
yang dapat dilakukan tenaga kesehatan baik dalam persiapan maupun merespon bencana.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data
dikumpulkan dengan metode in-depth interview dan teknik observasi kemudian dianalisis
berdasarkan tema-tema yang muncul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapsiagaan
perawat di tingkat kecamatan khususnya di Puskesmas Kasihan I Bantul masih rendah. Dalam
penelitian ini, sebagian besar peran tidak dijalankan sebagaimana mestinya, dikarenakan belum
adanya persiapan dari pihak institusi dalam persiapan bencana. Meskipun seluruh partisipan
telah dibekali pelatihan penanganan kegawatdaruratan, tidak adanya perencanaan bencana
dalam keluarga akan menjadi faktor penghambat kesiapan perawat dalam merespon bencana.
Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan pada tingkat dasar dalam upaya pengurangan resiko
bencana harus disiapkan dengan disaster plan yang didukung dengan peran serta perawat dalam
manajemen bencana.

Kata kunci: Kesiapsiagaan perawat, Puskesmas, Manajemen bencana

128
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 128-134, Juli 2010

Pendahuluan Kabupaten/Kota dikoordinir oleh unit yang


ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
Indonesia merupakan negara yang dengan Surat Keputusan. Penanggulangan
tergolong rawan terhadap kejadian bencana bencana di lokasi kejadian bencana adalah
alam, hal tersebut berhubungan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
letak geografis Indonesia yang terletak dan pelaksana tugas pelayanan kesehatan
diantara dua samudera besar dan terletak dalam penanggulangan bencana di lokasi
di wilayah lempeng tektonik yang rawan kejadian adalah Kepala Puskesmas.
terhadap gempa bumi.1 Selain organisasi pemerintahan terdapat
Daerah Istimewa Yogyakarta dan organisasi non-pemerintah yang turut serta
sekitarnya terletak pada jalur tektonik dan dalam penanggulangan bencana.4
vulkanik, pada sisi utara terdapat vulkanik Perawat sebagai lini depan pada
Merapi yang sangat aktif, dan pada sisi suatu pelayanan kesehatan mempunyai
selatan (Samudra Hindia) terdapat Palung tanggung jawab dan peran yang besar
Jawa yang merupakan jalur subduksi dalam penanganan pasien gawat darurat
lempeng Indo-Australia-Eurasia. Pertemuan sehari-hari maupun saat terjadi bencana.
lempeng Indo-Australia - Eurasia adalah Prosentase yang pasti mengenai jumlah
penyebab utama terjadinya gempa tektonik perawat yang terlibat dalam manajemen
pada kawasan ini. Sebanyak 14 kecamatan bencana di masyarakat belum diketahui
di Yogyakarta termasuk dalam kawasan secara pasti. Sampai saat ini kebutuhan
beresiko tinggi terhadap gempa bumi. tenaga perawat untuk menangani korban
Berdasarkan peta resiko bencana, 11 bencana di masyarakat merupakan
kecamatan berada di Kabupaten Bantul, kebutuhan terbesar yaitu sebanyak 33 % dari
dan masing-masing satu kecamatan di Kota seluruh tenaga kesehatan yang terlibat.5
Yogyakarta, dan Kabupaten Gunungkidul Fenomena inilah yang membuat
serta Sleman. Keempat belas kecamatan peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
itu adalah Kasihan, Sewon, Bantul, Pandak, lanjut bagaimana kesiapsiagaan perawat
Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Jetis, puskesmas dalam manajemen bencana
Pleret, Banguntapan, Piyungan, Kotagede, di daerah rawan bencana seperti daerah
Nglipar, dan Berbah.2 Kecamatan Kasihan, Bantul Yogyakarta.
Mengevaluasi dari pelaksanaan The Tujuan penelitian ini adalah untuk
Yokohama Strategy, pada tahun 2005 mengetahui gambaran kesiapsiagaan
World Conference on Disaster Reduction perawat puskesmas dalam manajemen
di Hyogo, Jepang, menghasilkan Hyogo bencana di Puskesmas Kasihan I Bantul
Framework for Action 2005-2015 yang Yogyakarta.
mengidentifikasikan bahwa tantangan utama
untuk masa mendatang adalah memastikan Bahan dan Cara
sebuah sistem penanggulangan bencana
yang lebih sistematis sesuai dengan Penelitian ini merupakan penelitian
konteks sustainable development, dan deskriptif kualitatif dengan pendekatan
membangun ketahanan nasional dengan fenomenologi, dimana peneliti ingin
meningkatkan kemampuan lokal dan menjelaskan atau mengungkap makna
nasional dalam mengelola dan mengurangi konsep atau fenomena pengalaman yang
risiko bencana.3 didasari oleh kesadaran yang terjadi
Di tingkat Kabupaten/Kota pada beberapa individu. Penelitian ini
penanggung jawab kesehatan dalam dilaksanakan pada tanggal 19 Juli sampai
penanggulangan bencana adalah Kepala 26 Juli 2010. Cara pemilihan partisipan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila dilakukan secara non-probability sampling
diperlukan dapat meminta bantuan ke dengan teknik purposive sampling yaitu
Provinsi dibawah koordinasi Satuan teknik pengambilan sampel yang dianggap
Pelaksana Penanggulangan Bencana sesuai dengan kriteria tertentu.6 Lima
(SATLAK PB) yang diketuai Bupati/Walikota, partisipan yang berpartisipasi dalam
dan pelaksanaannya di lingkungan Dinkes

129
Titih Huriah, Lisnawati Nur Farida, Gambaran Kesiapsiagaan Perawat ...

penelitian ini adalah perawat yang bekerja lebih tinggi memungkinkan partisipan
di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta, memiliki pengetahuan manajemen tentang
yaitu wilayah yang berisiko bencana, memiliki bencana yang lebih baik.
pengalaman dalam manajemen bencana Berdasarkan hasil wawancara
sebelumnya, dan bersedia memberikan dengan partisipan mengenai pengetahuan
informasi yang dibutuhkan peneliti. perawat dalam mendefinisikan dan
Pengumpulan data pada penelitian mengklasifikasikan bencana, pengetahuan
ini dilakukan dengan teknik wawancara perawat akan bencana di kecamatan
mendalam (in-depth interview) dengan Kasihan, pengalaman perawat dalam
menggunakan recorder dan teknik observasi. manajemen bencana sebelumnya, serta
Wawancara dilakukan secara terstruktur pengalaman atau keterlibatan perawat
dengan menggunakan pedoman wawancara dalam upaya persiapan menghadapi
yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori- bencana disajikan dalam Tabel 2.
teori yang relevan dengan masalah dalam Seluruh partisipan dalam
penelitian. Data dianalisis berdasarkan penelitian ini mampu mendefinisikan dan
tema-tema utama yang muncul. mengklasifikasikan bencana dengan
baik, akan tetapi tidak semua partisipan
Hasil mengetahui resiko bencana yang mungkin
terjadi di wilayah kerjanya. Bahkan dua
partisipan menganggap wilayah mereka
Berdasarkan angket data karakteristik
tidak berisiko bencana. Pengalaman
partisipan dalam penelitian ini, diperoleh
partisipan dalam manajemen bencana
hasil sebagai berikut:
sebelumnya juga cukup baik, dimana
Dilihat dari pendidikan terakhir
keseluruhan partisipan pernah terlibat
partisipan homogen karena sebagian besar
dalam upaya tanggap darurat bencana dan
didominasi oleh lulusan DIII Keperawatan
satu partisipan yang terlibat dalam upaya
sebanyak 3 orang, 1 orang lulusan D IV
pemulihan bencana. Pengetahuan dan
Keperawatan Gawat Darurat, dan 1 orang
pengalaman dalam manajemen bencana
lulusan SPK. Jenjang pendidikan erat
sebelumnya akan mempengaruhi aspek
kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki
sosial dan kognitif seseorang dalam
seseorang, semakin tinggi pendidikan
mengantisipasi bencana berikutnya.8
memungkinkan pengetahuannya semakin
baik.7 Ini berarti jenjang pendidikan yang

Tabel 1. Karakteristik Identitas Partisipan Perawat Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta


pada Bulan Juli 2010.

Kode Jenis Pendidikan Lama Tempat


No Umur
Partisipan Kelamin Terakhir Kerja Kerja

1 K-1 32 th Perempuan DIII Keperawatan 5 th Pusk. Kasihan I


2 K-2 36 th Perempuan D IV Keperawatan 5 th Pusk. Kasihan I
Gadar
3 K-3 26 th Perempuan DIII Keperawatan 4 bulan Pusk. Kasihan I
4 K-4 31 th Perempuan DIII Keperawatan 11 th Pusk. Kasihan I
5 K-5 53 th Perempuan SPK 16 th Pusk. Kasihan I

130
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 128-134, Juli 2010

Tabel 2. Pengetahuan dan Pengalaman Perawat Puskesmas dalam Manajemen Bencana di


Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta.

Pengetahuan Pengalaman
Keterlibatan
Mengidentifikasi Keterlibatan
Kode Mendefinisikan dan dalam
kemungkinan dalam upaya
Partisipan mengklasifikasikan manajemen
bencana di persiapan
bencana bencana
Kasihan bencana
sebelumnya
Mampu
Terlibat dalam
mendefinisikan dan
K-1 Tidak beresiko tahap respon Tidak terlibat
mengetahui jenis-
dan pemulihan
jenis bencana
Mampu
mendefinisikan dan Terlibat dalam
K-2 Gempa bumi Tidak terlibat
mengetahui jenis- tahap respon
jenis bencana
Mampu
mendefinisikan dan Terlibat dalam
K-3 Gempa bumi Tidak terlibat
mengetahui jenis- tahap respon
jenis bencana
Mampu
mendefinisikan dan Tanah longsor, Terlibat dalam
K-4 Tidak terlibat
mengetahui jenis- dan kekeringan tahap respon
jenis bencana
Mampu
mendefinisikan dan Terlibat dalam
K-5 Tidak beresiko Tidak terlibat
mengetahui jenis- tahap respon
jenis bencana

Tabel 3. Peran Perawat dalam Beberapa Aspek Kesiapsiagaan Bencana

Kode Pelatihan Perencanaan


Disaster Pengkajian Tindakan Pendidikan
Partisi- kegawat- pribadi dan
plan resiko pencegahan masyarakat
pan daruratan keluarga
PPGD
K-1 X X X X dan gladi Tidak ada
lapang
PPGD
K-2 X X X PPGD Tidak ada
untuk awam
K-3 X X X X PPGD Tidak ada
K-4 X X X X PPGD Tidak ada
K-5 X X X X PPGD Tidak ada

Keterangan = X : Peran tidak dijalankan

131
Titih Huriah, Lisnawati Nur Farida, Gambaran Kesiapsiagaan Perawat ...

Diskusi mengantisipasi kemungkinan adanya


bencana. Tindakan yang dapat dilakukan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pencegahan bencana antara lain
peneliti ternyata Puskesmas Kasihan I memindahkan populasi yang beresiko
tidak memiliki disaster plan. Kenyataan ini terkena dampak bencana, menumbuhkan
selaras dengan pernyataan yang diberikan kewaspadaan masyarakat dan system
oleh partisipan K-1 yaitu tidak adanya peringatan dini. Sebagian besar partisipan
prosedur tetap dalam menghadapi bencana menyatakan belum pernah terlibat dalam
berikut alur komunikasinya menjadikan upaya pencegahan bencana. Partisipan
perawat di puskesmas Kasihan I belum K-5 menjelaskan bahwa upaya pencegahan
terlibat dalam pembuatan disaster plan. yang selama ini dilakukan berorientasi
Partisipan K-2 menambahkan bahwa untuk pada upaya pencegahan penyakit seperti
merencanakan disaster plan itu harus demam berdarah dengan melakukan
dilakukan kerjasama lintas sektoral yaitu pemberantasan sarang nyamuk dan
dari tingkat kecamatan hingga tingkat melakukan penyuluhan.
nasional. Dalam merencanakan disaster Pada tahap preparedness, perawat
plan pihak-pihak yang terlibat tidak hanya berperan dalam memberikan edukasi
rumah sakit tetapi juga puskesmas, Dinas kepada masyarakat sehubungan dengan
Kesehatan Kabupaten dan Provinsi serta adanya resiko bencana dan memberikan
provider kesehatan lainnya baik swasta simulasi menghadapi ancaman bencana.
maupun pemerintah. Untuk itu, semua Namun dalam penelitian ini sebagian besar
organisasi atau unit kerja tersebut harus partisipan belum pernah memberikan
memiliki disaster plan masing-masing.9 edukasi dan simulasi kepada masyarakat
Pengkajian risiko pada masyarakat sehubungan dengan ancaman bencana.
berhubungan dengan adanya bencana dapat Partisipan K-2 menyatakan pernah
dilakukan dengan membuat peta bahaya memberikan penyuluhan kepada kader
dan analisis kerentanan pada komunitas. tentang Penanganan gawat darurat untuk
Langkah dalam mengevaluasi risiko awam. Meskipun demikian, berdasarkan
adalah dengan mengestimasi probabilitas hasil observasi tidak ada perencanaan dalam
terjadinya bahaya. Jika memungkinkan, melakukan penyuluhan karena konteks
sangat penting untuk memperoleh peta-peta penyuluhan bukan khusus ditujukan dalam
bahaya ganda (biasanya dapat diperoleh rangkaian penyuluhan mengantisipasi
dari komunitas ilmiah, industri, pers, otoritas bencana. Menurut partisipan K-2 penyuluhan
politik dan sumber lain) atau kita dapat mengenai antisipasi bencana sudah dirasa
membuatnya sendiri. Langkah kedua adalah cukup melalui media televisi. Program
mengestimasi kerentanan setiap daerah atau promosi kesehatan untuk meningkatkan
area. Data tersebut dapat dikumpulkan dari kesiapan masyarakat dalam menghadapi
lembaga pengelolaan bencana nasional dan bencana seharusnya merupakan bagian
lembaga lainnya dan dapat dikonsultasikan dari perencanaan perawat komunitas.11
bersama insinyur, arsitek, perencana, staf Seluruh partisipan pernah mengikuti
pertahanan sipil, dan lainnya.10 Berdasarkan pelatihan penanganan bencana yaitu
hasil wawancara dengan partisipan, tidak PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat
satupun partisipan yang pernah melakukan Darurat) dan hanya satu partisipan yang
pengkajian resiko dan menganalisis pernah mengikuti gladi lapang. Seluruh
kerentanan wilayah kecamatan Kasihan. partisipan menyatakan bahwa pelatihan
Hal ini disebabkan karena efek bencana penanganan bencana tidak diadakan di
sebelumnya yang tidak besar, sehingga tempat kerja. Puskesmas Kasihan I belum
wilayah Kasihan dianggap aman dari pernah mengadakan pelatihan penanganan
ancaman bencana. Belum adanya prosedur bencana, dikarenakan keterbatasan biaya.
tetap untuk mengorganisir upaya ini juga Perawat yang bekerja di puskesmas
menjadi faktor penghambat lainnya. minimal memiliki kompetensi BLS (Basic
Pencegahan bencana merupakan Life Support) dan ALS (Advanced Life
suatu cara yang dapat dilakukan untuk Support). Kompetensi tersebut meliputi

132
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 128-134, Juli 2010

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dan analisis kerentanan, 3) Melakukan


harus ditingkatkan atau dikembangkan tindakan pencegahan bencana seperti
dan dipelihara sehingga menjamin tenaga menumbuhkan kewaspadaan masyarakat
keperawatan dapat melaksanakan peran dan sistem peringatan dini, 4) Memberikan
dan fungsinya secara professional.12 penyuluhan dan simulasi persiapan
Survey yang dilakukan menunjukkan menghadapi ancaman bencana kepada
bahwa ketergantungan keluarga akan masyarakat, 5) Mengikuti Program Pelatihan
menjadi penghambat bagi para pekerja untuk Penanganan Bencana, dan 6) Memiliki
merespon terhadap bencana. Pada akhirnya, personal preparedness plan, dan family
mendistribusikan informasi mengenai family preparedness plan.
emergency planning pada setiap pelatihan
akan sangat membantu dalam personal Daftar Pustaka
emergency planning.13 Meskipun pernah
terpapar bencana sebelumnya, seluruh
1. Departemen Kesehatan Republik
partisipan tidak memiliki family emergency
Indonesia. 2005. Pedoman Puskesmas
planning maupun personal emergency
Dalam Penanggulangan Bencana.
planning. Partisipan K-1 mengatakan bahwa
DepKes RI. Jakarta.
yang bersangkutan tidak memiliki persiapan
2. Cahyana, B. 2009. 14 Kecamatan
khusus, karena pengalaman bencana yang
lalu dirasa cukup memberi gambaran. Resiko Tinggi Lindu. Diakses 24
Dalam keluarga yang paling penting adalah Maret 2010 dari http://jogjainfo.net/14-
kekompakan sehingga anggota keluarga kecamatan-risiko-tinggi-lindu.html
tidak akan terpencar ketika terjadi bencana. 3. International Strategy for Disaster
Setiap keluarga dalam masyarakat Reduction (UN/ISDR). 2005. Hyogo
perlu dimotivasi untuk memiliki personal Framework for Action 2005-2015:
preparedness plan. Perencanaan personal Building the Resilience of Nations and
ini meliputi nomor telepon gawat darurat, Communities to Disaster. Switzerland.
radio portabel, obat-obatan, bahan 4. KepMenKes. 2007. Keputusan Menteri
makanan khusus, alamat dan nomor Kesehatan Republik Indonesia Nomor
telepon tenaga medis, dan orang yang 145/MENKES/SK/I/2007 tentang
dapat dihubungi saat bencana terjadi.11 Pedoman Penanggulangan Bencana
Meskipun demikian, riset mengenai Social- Bidang Kesehatan. DepKes RI.
cognitive model of disaster preparedness, Jakarta.
mengemukakan bahwa strategi partisipatif 5. Departemen Kesehatan Republik
dan pemberdayaan masyarakat akan lebih Indonesia. 2006. Pedoman Manajemen
tepat dalam mengembangkan kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia (SDM)
masyarakat dari pada sekedar dimotivasi.8 Kesehatan Dalam Penanggulangan
Bencana. DepKes RI. Jakarta.
6. Dempsey, A., Dempsey, A.D. 2002. Riset
Kesimpulan
Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan
(Palupi Widyastuti, penerjemah). EGC.
Perawat di Puskesmas Kasihan I
Jakarta. (Buku asli diterbitkan 1996).
Bantul Yogyakarta belum menjalankan
7. Hidayati, L.N. 2008. Pengetahuan
perannya sebagai perawat dalam upaya
Perawat Instalasi Rawat Darurat RSUP
kesiapsiagaan bencana meskipun mereka
Dr. Sardjito dalam Kesiapan Menghadapi
memiliki pengetahuan dan pengalaman
Bencana pada Tahap Preparedness.
terlibat dalam penanganan bencana.
Skripsi Strata Satu, Universitas Gadjah
Peran yang dapat mereka jalankan
Mada Yogyakarta, Yogyakarta.
dalam upaya kesiapsiagaan bencana
8. Paton, D. 2003. Disaster Preparedness:
antara lain: 1) Membuat, Memperbaharui,
Social-Cognitive Perspective. Disaster
dan Mengimplementasikan Disaster Plan,
Prevention and Management, 12 (3)
2) Melakukan pengkajian risiko pada
komunitas seperti membuat peta bahaya 210-216.UTAS. Australia

133
Titih Huriah, Lisnawati Nur Farida, Gambaran Kesiapsiagaan Perawat ...

9. Wartatmo, H. 2008. Kesiagaan dan A. Maurer. Community Health Nursing:


Respon Akut Sektor Kesehatan Theory and Practice. WB. Saunders
pada Penanggulangan Bencana Company.
(Preparedness and Acute Responsive 12. Departemen Kesehatan Republik
Health Sector in Disaster Relief). Indonesia. 2004. Pedoman Pelayanan
Diakses 4 Agustus 2010 dari http:// Keperawatan Dalam Penanggulangan
www.desentralisasi-kesehatan.net Bencana Pada Kesehatan Matra.
10. Pan American Health Organization. DepKes RI. Jakarta.
2006. Bencana Alam: Perlindungan 13. Morse, S. 2000. Disater Preparedness.
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. In Gorin, S. Sheinfeld & Joan Arnold
11. Santamaria, B. 1995. Nursing in a (Eds.), Health Promotion in Practice.
Disaster. In Smith, Claudia M& Frances Wiley: San Francisco.

134

Potrebbero piacerti anche