Sei sulla pagina 1di 10

REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan

Volume 9 Nomor 1 Desember 2018


ISSN: 2087-9385 (print) dan 2528-696X (online)
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING


AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Qomario

STKIP Al Islam Tunas Bangsa


E-mail: qomario@stkipalitb.ac.id

Info Artikel Abstract


This research is motivated by students' mathematical communication skills that are
Sejarah Artikel: considered still low. This is because the use of learning models or methods is less varied,
Diterima 15 Oktober 2018 and the teacher has not linked the subject matter to the everyday context because in
Direvisi 6 November 2018 teaching only uses one learning source. The study aimed to find out whether there was an
Disetujui 30 November 2018 effect of the application of the Hypnoteaching method in Contextual Teaching and
Learning (CTL) to the mathematical communication skills of fifth grade students of
Elementary School 1 Sukarame. The research method used is Quasi Experimental (Quasy
Keywords: Experimental Design). The population in this research were all sixth grade students of
Hypnoteaching, CTL, Elementary School 1 Sukarame, amounting to 87 students. The sample in this study uses
Mathematical Communication saturated sampling because the entire population is used as a sample. Students'
mathematical communication skills were measured using a test consisting of 8 essay
questions, with a reliability index of 0.707. Based on the results of normality, using the
Liliefors test and homogeneity, using the Bartlett test, it was found that data from three
samples were normally distributed and homogeneous. So that for testing hypotheses can be
used Anava test one way with the same cell. Anova test results obtained obtained Fcount =
19.195, while the value of Ftable = 3.105, because Fcount> Ftable then H0 is rejected which
means that is a significant influence of Hypnoteaching method in CTL. When H0 was
rejected, it was carried out by a double compatibility test with the Schefee method, and
from the three treatments it was concluded that the Hypnoteaching method in CTL was
better than conventional Hypnoteaching learning methods and conventional learning
methods.

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan komunikasi matematis siswa yang
dianggap masih rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan model atau metode pembelajaran
kurang bervariasi, dan guru belum mengubungkan materi pelajaran dengan konteks
kehidupan sehari-hari, sebab mengajar hanya menggunakan satu sumber belajar saja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan
metode Hypnoteaching dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas V SD N 1 Sukarame. Metode penelitian
yang digunakan adalah Eksperimental Semu (Quasy Eksperimental Design). Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N 1 Sukarame yang berjumlah 87 siswa.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, karena seluruh populasi
digunakan sebagai sampel. Kemampuan komunikasi matematis siswa diukur dengan
menggunakan tes yang berjumlah 8 soal essay, dengan indeks reliabilitas 0,707.
Berdasarkan hasil uji normalitas, menggunakan uji Liliefors dan homogenitas,
menggunakan uji Bartlett, diperoleh data dari ketiga sampel tersebut berdistribusi normal
dan homogen. Sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji Anava satu jalan
dengan sel sama. Hasil perhitungan uji Anava diperoleh Fhitung = 19,195, sedangkan nilai
Ftabel = 3,105, karena Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak artinya bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari metode Hypnoteaching dalam CTL. Ketika H0 ditolak dilakukan uji
komparansi ganda dengan metode Schefee’, dan dari ketiga perlakuan tersebut disimpulkan
bahwa metode Hypnoteaching dalam CTL lebih baik daripada metode pembelajaran
Hypnoteaching konvensional dan metode pembelajaran konvensional.

© 2018 Universitas Muria Kudus


Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

PENDAHULUAN Berdasarkan Tabel 1 tersebut, dapat


Pendidikan merupakan kebutuhan yang diketahui bahwa, masih banyak peserta didik
harus dipenuhi dalam kehidupan. Pendidikan yang mendapat nilai di bawah KKM yakni 68.
dilakukan oleh setiap manusia untuk Jika dihitung dalam persen, diperoleh kurang
meningkatkan kemampuan diri dan lebih 66,7 % yang mendapat nilai dibawah
meningkatkan derajat serta martabat manusia. KKM. Hasil wawancara tidak terstruktur dengan
Melalui pendidikan, manusia dapat mengem- guru kelas V SD N 1 Sukarame yaitu Ibu Dra.
bangkan segala potensi yang ada dalam dirinya Nirmala, beliau memberikan informasi bahwa
guna mencapai kesejahteraan hidup. Salah satu “masih banyak peserta didik kelas V yang
faktor yang sangat memengaruhi keberhasilan kurang berani bertanya dengan guru maupun
penyelenggaraan pendidikan adalah kemampuan dengan temannya terkait materi pelajaran yang
pendidik dalam menyiapkan peserta didiknya sedang dipelajari. Selain itu, peserta didik kurang
melalui proses pembelajaran yang berlangsung. percaya diri untuk berkomunikasi dalam
Pendidik merupakan sosok yang bertanggung mengapresiasikan ide-ide matematis mereka
jawab dalam mencerdasakan kehidupan peserta dalam proses pembelajaran dan peserta didik
didik. Memiliki pengetahuan yang luas, keteram- juga belum mampu mengaitkan materi pelajaran
pilan yang memadai dan kepribadian yang mulia sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
merupakan hal yang diharapkan ada dalam diri dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
setiap peserta didik. menyelesaikan soal essay misalnya, peserta didik
Seorang pendidik mempunyai usaha masih banyak yang belum mampu
dalam mendidik peserta didiknya agar tercapai menyelesaikan model matematika secara
suatu tujuan pendidikan. Jika seorang pendidik sistematis maupun menyelesaikan dengan ide-ide
tidak ada usaha dan niat dalam memotivasi atau bahasa matematis mereka sendiri, bahkan
peserta didik dalam belajar, maka tujuan dari masih ada yang hanya menyalin pekerjaan teman
pembelajarannya tidak tercapai dengan baik. ketika diberikan tugas”.
Pendidik yang kurang memiliki keterampilan Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
yang baik, maka materi pelajaran yang dapat disimpulkan masalah utama dalam
disampaikan juga tidak akan dapat diterima pembelajaran matematika yaitu kurangnya
dengan baik oleh peserta didiknya. kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
Hasil pra-penelitian memberikan secara dua arah. Hal ini dapat terjadi karena
informasi bahwa, secara umum kemampuan pengetahuan seorang guru terkait metode-metode
komunikasi matematis peserta didik kelas V SD pembelajaran yang baru masih kurang, karena
N 1 Sukarame Bandar Lampung rendah jika metode pembelajaran yang dilakukan guru di
dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan dalam kelas cenderung monoton dan kurang
Minimal (KKM) yang ditetapkan pada Mata bervariasi sehingga menyebabkan peserta didik
Pelajaran matematika. Hal ini diduga bukan tidak aktif dan kurang termotivasi mengikuti
hanya kelemahan belajar peserta didik, tetapi proses pembelajaran.
juga penggunaan model, metode, pendekatan Masalah lain yang terlihat yaitu guru yang
maupun strategi pembelajaran yang kurang tepat belum mengaitkan materi pelajaran dengan
sehingga pembelajaran di kelas masih cenderung konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini,
monoton. proses pembelajaran guru hanya mengandalkan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, satu sumber belajar saja atau penggunaan media
kemampuan komunikasi matematis masih pembelajaran yang kurang tepat. Sehingga,
rendah, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut yang kemampuan peserta didik dalam mengkaitkan
diperoleh dari hasil belajar siswa Mata Pelajaran materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari
Matematika pada materi Bangun Datar kelas V juga masih kurang.
SD N 1 Sukarame. Kemampuan komunikasi matematis
Tabel 1 merupakan salah satu tujuan pembelajaran
Nilai Matematika Peserta Didik Kelas V matematika dan menjadi salah satu standar
Materi Bangun Datar kompetensi lulusan dalam bidang matematika.
N Hasil Belajar (X) Melalui pembelajaran matematika, peserta didik
Kls Jml diharapkan dapat mengapresiasikan gagasan
o X<60 60≤X<70 60≤X<70
1 VA 8 11 10 29 matematis mereka menggunakan simbol,
2 VB 9 9 11 29 diagram, tabel, atau media lain untuk
3 VC 9 12 8 29 memperjelas keadaan atau masalah matematika
Jml 26 32 29 87 yang sedang dipelajari. Pada umumnya,

47
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

pembelajaran matematika yang dilakukan oleh metode Hypnoteaching adalah mendorong guru
guru kepada peserta didik bertujuan supaya dalam berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik dapat mengerti dan menjawab soal peserta didik. Sebab, komunikasi yang baik
yang diberikan oleh guru. Tetapi peserta didik antara guru dan peserta didik atau sebaliknya,
tidak pernah atau jarang sekali diberikan mampu meningkatkan kualitas hasil
penjelasan asal mula mereka mendapatkan pembelajaran.
jawaban tersebut. Sehingga, jika peserta didik Metode Hypnoteaching akan mengubah
menemukan masalah dalam bentuk model persepsi peserta didik terhadap pendidik yang
matematika yang berbeda dengan soal contoh mengajar, yakni bahwa pendidik menjadi
dari guru, maka peserta didik akan merasa pelindung mereka. Namun, persoalan saat ini
kesulitan untuk menyelesaikannya. adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik
Menurut Buchori dalam Trianto (2008: 3), untuk menyampaikan berbagai materi yang
bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan diajarkan sehingga peserta didik dapat
yang tidak hanya menyiapkan para peserta menggunakan dan mengingat lebih lama materi
didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi yang telah diajarkan oleh pendidik. Bagaimana
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang pendidik dapat berkomunikasi dengan peserta
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. didik sehingga dapat mempelajari berbagai
Berbagai masalah pokok dalam pembelajaran konsep materi dan cara mengaitkan dalam
pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini kehidupan nyata. Proses pembelajaran ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik diperlukan sebuah keterkaitan pendekatan dalam
dalam menerima materi pelajaran. Hal ini pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
nampak pada rata-rata hasil belajar peserta didik and Learning) yang mampu membantu pendidik
yang senantiasa masih sangat memprihatinkan mengaitkan konteks mata pelajaran dengan
dan dapat diartikan bahwa pembelajaran masih situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik
berpusat pada guru, metode pembelajaran yang membuat hubungan antara pengetahuan dan
diterapkan guru kurang bervariasi dan tidak penerapannya dalam kehidupan mereka.
memberikan kesempatan peserta didik untuk Pembelajaran dan pengajaran kontekstual
berkembang secara mandiri melalui penemuan melibatkan para peserta didik dalam aktivitas
dan proses berpikirnya. penting yang membantu mereka mengaitkan
Pendidik seharusnya memiliki materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata
keterampilan khusus dalam menggunakan yang mereka hadapi. Dalam kelas kontekstual,
metode pembelajaran. Sebab, metode mengajar tugas guru adalah membantu peserta didik
yang diterapkan dalam suatu pengajaran belajar dan guru mengelola kelas sebagai sebuah
dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuai dengan yang diharapkan atau dapat sesuatu yang baru bukan diperoleh hanya dari
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada kata-kata seorang gurunya saja. Sehingga
pembelajaran matematika, sebelum menerapkan diharapkan peserta didik mampu meningkatkan
metode pembelajaran harus menyusun strategi kemampuan komunikasi matematisanya dalam
belajar-mengajar, sehingga dapat dipilih alat proses belajar.
peraga atau media pembelajaran sebagai Hypnoteaching adalah salah satu
pendukung kegiatan belajar mengajar. Selain hal pengembangan metode pembelajaran terbaru
tersebut, pendidik harus mampu memotivasi atau yang digunakan guru di sekolah. Pada awalnya,
memberikan sugesti kepada peserta didik agar hipnoterapi hanya digunakan dalam bidang
pembelajaran matematika yang diperoleh dapat kesehatan. Namun, sejalan dengan
memberikan makna tersendiri bagi kehidupan perkembangannya, metode ini mulai diterapkan
mereka sehari-hari. dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
Metode pembelajaran yang berprinsip proses pembelajaran. Hypnoteaching merupakan
dengan menggunakan sugesti adalah metode gabungan dari lima metode pembelajaran, yaitu
Hypnoteaching. Secara harfiah, Hypnoteaching quantum learning, accelerate learning, power
berasal dari kata hypnosis dan teaching. teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP)
Hypnosis berarti menyugesti dan teaching yang dan hypnosis. Pembelajaran dengan metode
berarti mengajar. Jadi dapat diartikan bahwa hypnoteaching menekankan pada komunikasi
Hypnoteaching adalah usaha untuk memberikan alam bawah sadar siswa, baik yang dilakukan
sugesti atau motivasi kepada peserta didik agar dalam kelas maupun di luar kelas dengan
dalam belajar mampu mengingat materi berbagai cara seperti sugesti dan imajinasi.
pelajaran yang telah diajarkan. Tujuan dari Meskipun metode ini belum banyak digunakan

48
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

oleh guru dalam proses pembelajaran, tetapi Soebandi Semarang, menyimpulkan bahwa
hypnoteaching telah terbukti efektif dalam terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran yang
mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah signifikan antara penggunaan Metode Hypno-
(Irwandi 2015). teaching dan Metode Konvensional pada
Hakim (dalam Hasbullah dan Rahmawati, pembelajaran matematika peserta didik. Begitu
2015) menambahkan bahwa hipnosis merupakan juga penelitian yang dilakukan oleh Priyanto
kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, yang berjudul ”Penggunaan Metode
informasi, dan sugesti yang mampu mengubah Hypnoteaching Dalam Peningkatan
seseorang dari hal yang kurang baik menjadi hal Pembelajaran Matematika Tentang Pecahan Pada
yang baik. Teknik menuju kondisi hypnosis Siswa Kelas V SD Negeri Benerwetan Tahun
sebenarnya telah digunakan oleh pengajar- Ajaran 2014/2015” menyimpulkan bahwa
pengajar handal guna memudahkan murid untuk penggunaan metode hypnoteaching dapat
memahami dan mencerna setiap materi meningkatkan proses dan hasil belajar
pembelajaran. Hypnoteaching menekankan pada matematika tentang pecahan siswa kelas V SD
komunikasi alam bawah sadar siswa, baik yang Negeri Benerwetan Tahun Ajaran 2014/2015.
dilakukan dalam kelas maupun luar kelas. Hal ini memungkinkan Metode Hypnoteaching
Belajar matematika dengan metode dapat diterapkan pada pembelajaran matematika
Hypnoteaching diharapkan dapat memunculkan di setiap jenjang pendidikan seperti SD, SMP
nilai-nilai positif peserta didik serta atau SMA dengan mata pelajaran yang berbeda.
lingkungannya (termasuk guru dan teman), Berdasarkan penelitian yang relevan dan
sehingga kemampuan komunikasi matematis uraian latar belakang di atas, peneliti termotivasi
peserta didik dapat ditingkatkan karena untuk mengadakan penelitian dengan judul
keberanian untuk mengapresiasikan ide-ide “Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching
matematis serta pendapat mereka. Melalui dalam Contextual Teaching and Learning (CTL)
metode Hypnoteaching dalam Contextual Tea- Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis
ching and Learning (CTL), diharapkan mampu Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sukarame”.
memberikan pengaruh baik terhadap kemampuan Metode Hypnoteaching merupakan
komunikasi matematis peserta didik dan peserta perpaduan dua kata “hypnosis” yang berarti
didik dapat memahami makna dari belajar secara mensugesti dan “teaching” yang berarti
kontekstual di SDN 1 Sukarame Bandar mengajar. Jadi, dapat diartikan bahwa
Lampung karena metode ini sebelumnya belum Hypnoteaching adalah usaha untuk menghipnosis
pernah diterapkan di sekolah tersebut. atau mensugesti anak didik supaya menjadi lebih
Berdasarkan beberapa penelitian, metode baik prestasinya. Hypnoteaching dapat dikatakan
Hypnoteaching memberikan dampak positif sebagai improvisasi (penyediaan) dari sebuah
terhadap suatu pembelajaran. Penelitian Rodli metode pembelajaran.
Abdul Latif dengan judul “Pengaruh metode Menurut Novian Triwidia Jaya yang
Hypnoteaching dalam Contextual Teaching and dikutip oleh Yustisia (2012:76), Hypnoteaching
Learning (CTL) terhadap Kemampuan Komuni- merupakan perpaduan pengajaran yang
kasi dan Analisis Kritis Siswa Kelas XI IPA di melibatkan pikiran bawah sadar dan pikiran
SMA Negeri 5 Yogyakarta, menunjukkan bahwa sadar. Hypnoteaching, ini merupakan metode
metode Hypnoteaching dalam Contextual Teach- pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus
ing and Learning (CTL) berpengaruh terhadap imajinatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,
kemampuan komunikasi dan analisis kritis siswa. peserta didik sudah dikondisikan untuk belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Prima Vidya Dengan demikian, peserta didik mengikuti
Asteria dengan judul ”Penerapan Metode pembelajaran dalam kondisi segar dan siap untuk
Hypnoteaching Dalam Pembelajaran Bermain menerima pelajaran.
Peran Siswa Kelas V SDN Lidah Kulon IV Menurut Novian Triwidia Jaya, ada
Surabaya”, menyimpulkan bahwa selama proses beberapa definisi hipnosis yang pernah diungkap
pembelajaran, suasana pembelajaran bermain yaitu; (a) Hipnosis merupakan teknik atau
peran di kelas akan lebih kondusif, peserta didik praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk
merasa penting, aman dan nyaman dengan masuk dalam kondisi trance hipnosis, (b)
penerapan metode Hypnoteaching. Selain itu, hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian
penelitian yang dilakukan oleh menjadi sangat terpusat, sehingga daya terima
Rahmawatiningrum dengan judul Efektivitas saran meningkat sangat tinggi, (c) hipnosis
Penggunaan metode Hypnoteaching dalam merupakan seni komunikasi untuk
Pembelajaran Matematika Kelas IV SDIP H. mempengaruhi seseorang sehingga mengubah

49
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

tingkat kesadarannya yang dapat dicapai dengan Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti
menurunkan gelombang otak dari Beta menjadi kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam
Alpha dan Theta, (d) hypnosis merupakan seni bahasa belanda, matematika disebut dengan kata
komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal
sadar, (e) hypnosis adalah kondisi kesadaran ini sesuai dengan kata mathein pada matematika.
yang meningkat. Sedangkan orang Arab menyebut matematika
Hypnoteaching merupakan perpaduan dengan ‘ilmu al-hisab’ yang berarti ilmu hitung.
dari dua kata yaitu “hypnosis” yang berarti Contextual Teaching and Learning (CTL)
mensugesti dan “teaching” yang berarti menurut Suprijono (2009:78) merupakan konsep
mengajar. Sehingga dapat diartikan bahwa belajar yang membantu guru mengaitkan konten
hypnoteaching adalah “menghipnosis/ mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dna
mensugesti” siswa agar menjadi pintar dan mendorong peserta didik membuat hubungan
melejitkan semua anak menjadi bintang. antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
Hypnoteaching adalah salah satu strategi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
mengajar yang meningkatkan motivasi dan Pembelajaran kontekstual juga dikenal dengan
kualitas belajar siswa. Hypnoteaching juga bisa experiental learning, real world education,
diartikan sebagai perpaduan pengajaran yang active learning, dan learned centered instruction.
melibatkan pikiran sadar (Conscious Mind) dan Pembelajaran kontekstual memusatkan pada
pikiran bawah sadar (Sub Conscious Mind) bagaimana peserta didik mengerti makna dari
(Salami 2017). apa yang mereka pelajari, apa manfaatnya, dan
Jadi, Hypnoteaching dapat diartikan suatu bagaimana mereka mendemonstrasikannya.
metode yang dapat digunakan dalam proses Menurut Khakim dkk (2015),
pembelajaran dengan menggunakan bahasa Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
sugestif atau motivasi kepada peserta didik, agar merupakan suatu pola yang membantu guru di
peserta didik dapat lebih fokus dan nyaman dalam pembelajaran untuk mengaitkan konten
ketika proses pembelajaran berlangsung. pelajaran dengan dunia nyata siswa sehingga
Langkah-langkah penggunaan metode siswa bisa menerapkan pengetahuannya dalam
hypnoteaching dalam pembelajaran matematika kehidupan sehari-hari.
tentang pecahan sebagaimana dikemukakan oleh Kemampuan komunikasi matematis
Hajar (dalam Priyono, dkk., 2015) adalah (a) niat adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan
dan motivasi; (b) pacing; (c) leading; (d) ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
gunakan kata positif, kata-kata yang diberikan Kemampuan komunikasi matematis peserta didik
oleh pendidik baik langsung maupun tidak dapat dikembangkan melalui proses
langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah
peserta didik; (e) berikan pujian; (f) modeling. proses pembelajaran matematika. Hal ini terjadi
Di indonesia, matematika disebut dengan karena salah satu unsur dari matematika adalah
ilmu pasti dan ilmu hitung. Matematika secara ilmu logika yang mampu mengembangkan
umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari kemampuan berpikir siswa (Hodiyanto, 2017).
struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, Menurut Susanto (2013;213) Komunikasi
orang mungkin mengatakan bahwa matematika merupakan keterampilan yang sangat penting
adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam dalam kehidupan manusia. Satu-satunya alat
pandangan formalis, matematika adalah untuk dapat berhubungan dengan orang lain
pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur dilingkungannya ialah komunikasi, baik secara
abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi lisan maupun tulisan. Komunikasi secara umum
matematika (Kasmaja, 2016). dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
Dari sisi abstraksi matematika, Newman menyampaikan suatu pesan ke penerima pesan
dalam Jackson (1992:755) melihat tiga ciri utama untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik
matematika, yaitu : 1) matematika disajikan langsung secara lisan maupun tak langsung
dalam pola yang lebih ketat, 2) matematika melalui media.
berkembang dan digunakan luas daripada ilmu-
ilmu lain, dan 3) matematika lebih terkonsentrasi METODE PENELITIAN
pada konsep. Sedangkan matematika dalam Jenis penelitian yang digunakan pada
sudut pandang Nasution (1982 : 12) istilah penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau Quasy Experimental Design. Desain ini
atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
ini memiliki hubungan yang erat dengan kata berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

50
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

variabel-variabel luar yang mempengaruhi kelompok kontrol, yaitu peserta didik yang
pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011:114). mendapat pembelajaran metematika dengan
Dalam penelitian ini responden metode Hypnoteaching konvensional. Kelompok
dikelompokkan menjadi tiga kelompok. ketiga adalah kelompok kontrol dengan
Kelompok pertama adalah kelompok pembelajaran matematika menggunakan metode
eksperimen, yaitu peserta didik yang mendapat konvensional. Pelaksanaan eksperimen yang
pembelajaran matematika dengan metode akan peneliti laksanakan dapat digambarkan
Hypnoteaching dalam Contextual Teaching and pada tabel berikut ini
Learning (CTL). Kelompok kedua adalah

Tabel 2
Desain Penelitian
Metode Pembelajaran (X)
Penerapan Metode
Penerapan Metode
Hypnoteaching Penerapan Metode
Hypnoteaching
Konvensional Konvensional (X3)
dalam CTL (X1)
(X2)
Kemampuan
Komunikasi
(X1Y) (X2Y) (X3Y)
Matematis
(Y)

Populasi dalam penelitian ini seluruh Teknik pengumpulan data yang


siswa kelas V SD N 1 Sukarame yang berjumlah digunakan pada penelitian ini yaitu data
55 siswa yang tersebar dalam dua kelas. kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini berbentuk tes. Tes yang diberikan berupa butir
menggunakan teknik purposive sampling soal uraian (essay) untuk mengukur kemampuan
(pengambilan sampel dengan pertimbangan komunikasi matematis peserta didik.
tertentu), sehingga didapatkan sampel berjumlah Kemampuan komunikasi matematis ini dapat
29 siswa. diukur sesuai dengan pedoman penskoran tes
pada tabel berikut:

Tabel 3.
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Aspek Indikator
No Respon Siswa Terhadap Soal Skor
Komunikasi
Tidak ada jawaban 0
Menghubungkan Memberi jawaban tidak relevan dengan benda nyata, gambar, atau diagram. 1
benda nyata, Memberi jawaban relevan dengan benda nyata, gambar, atau diagram tetapi masih
1 gambar atau 2
terdapat kesalahan/kurang lengkap.
diagram ke ide
Memberi jawaban yang benar dan relevan dengan benda nyata, gambar, atau
matematika. 3
diagram.
Kemampuan dalam Tidak menggunakan istilah, notasi atau simbol matematika. 0
menggunakan Istilah-istilah, notasi atau simbol matematika yang dituliskan tidak benar. 1
istilah-istilah, Menggunakan istilah, notasi, atau simbol matematika tetapi masih terdapat
2
notasi-notasi, kesalahan/ belum lengkap
2 simbol matematika,
dan struktur-
struktur-nya untuk Menggunakan istilah, notasi, atau simbol matematika dengan tepat dan benar. 3
menyajikan ide-ide
matematika.
Menjelas kan ide, Tidak ada jawaban. 0
situasi, dan relasi Memberikan jawaban namun gambar atau diagram yang diberikan masih salah. 1
matematika dengan Gambar atau diagram yang diberikan relevan dengan soal namun kurang tepat atau
3 2
benda nyata, masih terdapat kesalahan.
gambar atau Gambar atau diagram yang diberikan benar namun kurang lengkap. 3
diagram. Gambar atau diagram yang diberikan benar dan lengkap. 4
51
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

Aspek Indikator
No Respon Siswa Terhadap Soal Skor
Komunikasi
Tidak ada jawaban. 0
Menarik Kesimpulan/jawaban salah namun memberikan bukti atau alasan terhadap
1
kesimpulan, jawaban.
menyusun bukti, Kesimpulan/jawaban benar namun tidak memberikan bukti atau alasan terhadap
4 2
memberi alasan jawaban.
atau bukti terhadap Kesimpulan/jawaban benar, ada bagian penting dari bukti atau alasan yang belum
3
beberapa solusi. selesai atau terdapat kesalahan/belum lengkap.
Kesimpulan/jawaban benar, bukti atau alas an benar, jelas, dan tanpa kesalahan. 4

Uji Hipotesis yang digunakan dalam data dari setiap variabel terkumpul, selanjutnya
penelitian ini yaitu uji Analisis Varians (Anava) melakukan pengujian hipotesis penelitian. Data
atau Analysis of Variance (Anova), karena dalam tentang komunikasi matematis peserta didik pada
penelitian ini hanya menggunakan satu materi Bangun Datar sub materi Persegi Panjang
pembanding (variabel bebas) untuk tiga dan Persegi yang sudah diperoleh, selanjutnya
kelompok sampel dengan perlakuan yang dapat dicari nilai tertinggi (Xmaks) dan nilai
berbeda setiap kelompoknya. Pengujian hipotesis terendah (Xmin). Kemudian dicari ukuran tendensi
yang akan dilakukan peneliti adalah sentralnya yang meliputi rataan ( X ), median
menggunakan uji Anava satu jalan dengan sel (Me), modus (Mo), dan ukuran variasi kelompok
sama. diantaranya jangkauan (R) dan simpangan baku
(S) pada kelas eksperimen maupun kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN kontrolnya yang dirangkum dalam tabel berikut
Pengambilan data dilakukan setelah ini
proses pembelajaran pada materi Bangun Datar
submateri Persegi Panjang dan Persegi. Setelah

Tabel 4
Deskripsi Data Skor Amatan
Ukuran Variasi
Ukuran Tendensi Sentral
Kelompok N Xmaksimal Xminimal Kelompok
Rata-rata Mo Me R S
Hypno CTL
29 89 47 70,931 72 72 42 11,498
(Eksperimen)
Hypno Konven 50 dan
29 83 38 54,276 52 45 10,770
(Kontrol) 52
Konven (Kontrol) 29 80 26 52,069 50 50 54 15,289

Berdasarkan Tabel 4 tersebut, diperoleh Sementara itu, nilai tengah hasil tes
hasil tes kemampuan komunikasi matematis kemampuan komunikasi matematis kelompok
dengan nilai tertinggi (Xmaks) 89 pada kelas eksperimen yaitu 72, pada kelompok kontrol
eksperimen, nilai tertinggi 83 pada kelas kontrol peneliti adalah 52, dan pada kelompok kontrol
peneliti, dan nilai tertinggi 80 pada kelas kontrol guru adalah 50. Jika dicari selisih atau
guru. Pada kelas eksperimen memperoleh nilai perbandingan berdasarkan nilai rata-rata hasil tes
terendah (Xmin) yaitu 47, kelas kontrol peneliti kemampuan komunikasi matematis antara
memperoleh nilai terendah 38 dan kelas kontrol eksperimen dengan kontrol (70,931 - 54,276 =
guru memperoleh nilai terendah 26. Hal ini 16,655) maka diperoleh selisih perbedaan nilai
berarti, nilai yang diperoleh kelas eksperimen cenderung lebih tinggi. Namun, jika dicari selisih
baik nilai tertinggi maupun nilai terendah lebih perbedaan berdasarkan nilai rerata hasil tes
besar dari pada kelompok kontrol peneliti atau kemampuan komunikasi matematis antara
kelompok kontrol guru. Selanjutnya, pada kontrol peneliti dengan kontrol guru (54,276 -
ukuran tendensi sentral meliputi nilai rerata 52,069 = 2,207), maka diperoleh selisih
untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai rata- perbedaan nilai cenderung lebih rendah.
ratanya 70,931, pada kelompok kontrol peneliti Modus atau nilai hasil tes kemampuan
diperoleh nilai rata-rata 54,276, dan pada kelas komunikasi matematis yang paling banyak
kontrol guru diperoleh nilai rata-rata 52,069. diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen

52
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

adalah 72, pada kelas kontrol peneliti adalah 50 eksperimen lebih baik dari pada kelompok
dan 52, dan pada kelas kontrol guru adalah 50. kontrol peneliti maupun guru.
Sementara itu, ukuran dispersi (penyebaran)
kelompok yang meliputi jangkauan atau rentang Uji Analisis Varians (Anava)
yaitu jarak antara nilai tertinggi dan terendah Uji hipotesis yang digunakan pada
kelas eksperimen adalah 42, kelas kontrol penelitian ini yaitu uji Analisis Varians (Anava)
peneliti 45, dan kelas kontrol guru 54. untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pada
Simpangan baku kelas eksperimen diperoleh beberapa perlakuan (penerapan metode
11,498, kelas kontrol peneliti diperoleh 10,770 pembelajaran) terhadap kemampuan komunikasi
dan kelas kontrol guru diperoleh simpangan baku matematis peserta didik. Hasil uji Analisis
15,289. Berdasarkan selisih nilai yang telah di Varians (Anava) disajikan pada tabel 5 berikut
uraikan, hal ini berarti bahwa rerata kemampuan ini:
komunikasi matematis peserta didik kelompok

Tabel 5
Ringkasan ANAVA Satu Jalan Sel Sama
Derajat Rataan
Jumlah
Sumber Kebebasan Kuadrat Fobs Ftabel α
Kuadrat (JK)
(dk) (RK)
Metode (A) 6167,747 2 3083,874 19,195 3,105 0,05

Galat (G) 13495,517 84 160,661

Total (T) 19663,264 86

Berdasarkan perhitungan pengujian pengujian yaitu, jika Fi-j > (k-1) Ftabel, maka H0
analisis varians diperoleh hasil Fobs= 19,195 dan ditolak, jika Fi-j ϵ DK dan sebaliknya, jika Fi-j <
Ftabel = 3,105. Hasil perhitungan telah (k-1) Ftabel , maka H0 diterima. Pada taraf
menunjukkan bahwa Fobs > Ftabel ini berarti nilai signifikansi α = 5%. Pasangan komparasi rataan
Fobs yang diperoleh lebih besar daripada nilai pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
Ftabel, maka keputusan ujinya H0 ditolak. Data ini
menunjukan bahwa, rerata kemampuan Tabel 6
komunikasi matematis peserta didik dengan tiga Pasangan Komparasi Rataan
perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan Komparasi H0 H1
metode Hypnoteaching CTL yang diterapkan oleh µ1 vs µ2 µ1 = µ 2 µ1 ≠ µ 2
peneliti, pembelajaran menggunakan metode µ2 vs µ3 µ2 = µ 3 µ2 ≠ µ 3
Hypnoteaching konvensional yang diterapkan µ1 vs µ3 µ1 = µ 3 µ1 ≠ µ 3
oleh peneliti, dan pembelajaran konvensional
yang diterapkan guru, berpengaruh signifikan Keterangan:
terhadap kemampuan komunikasi peserta didik µ1 : rerata kemampuan komunikasi matematis
kelas V SDN 1 Sukarame Bandar Lampung peserta didik yang mendapat penerapan
Tahun Ajaran 2015/2016. Karena keputusan uji metode pembelajaran Hypnoteaching dalam
Anava H0 ditolak, maka dapat dilakukan uji CTL.
Komparasi Ganda. µ2 : rerata kemampuan komunikasi matematis
peserta didik yang mendapat penerapan
Uji Komparasi Ganda metode pembelajaran Hypnoteaching
Pengujian hipotesis tolak H0, maka akan konvensional.
dilakukan uji Anava lanjut (komparasi ganda). µ3 : rerata kemampuan komunikasi matematis
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dari ketiga peserta didik yang mendapat penerapan
metode pembelajaran tersebut, manakah yang metode pembelajaran konvensional.
lebih baik untuk kemampuan komunikasi
matematis peserta didik. Dalam penelitian ini uji Rangkuman dari hasil uji komparasi
lanjut pasca anava (komprasi ganda) ganda diujikan pada tabel dibawah ini:
menggunakan metode Schefee’, dengan kriteria

53
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda

Komparasi RKG Kritik Hasil Uji

µ1 vs µ2 277,389 0,069 160,661 25,022 6,21 H0 ditolak


µ2 vs µ3 4,871 0,069 160,661 0,439 6,21 H0 diterima
µ1 vs µ3 355,775 0,069 160,661 32,09 6,21 H0 ditolak

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda peserta didik yang mendapat penerapan
dalam Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa metode Konvensional, yaitu 70,931 >
perbedaan yang signifikan terjadi pada 52,069 maka dapat disimpulkan bahwa
komparasi µ1 vs µ2 dan µ1 vs µ3. Maka dapat metode Hypnoteaching CTL lebih baik
disimpulkan bahwa: daripada metode Konvensional.
1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi Penerapan metode Hypnoteaching yang
matematis antara peserta didik yang kombinasikan dengan menggunakan pendekatan
mendapat penerapan metode Hypnoteaching CTL pada kelas eksperimen memberikan hasil
CTL dengan yang mendapat penerapan tes kemampun komunikasi matematis lebih besar
metode Hypnoteaching Konvensional. dibandingkan hasil tes kemampun komunikasi
Karena rerata kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol peneliti yang
matematis yang mendapat penerapan metode menerapkan metode Hypnoteaching
Hypnoteaching CTL lebih tinggi Konvensional. Hal ini berarti metode
dibandingkan peserta didik yang mendapat Hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil
penerapan metode Hypnoteaching belajar peserta didik jika metode Hypnoteaching
Konvensional, yaitu 70,931 > 54,276 maka dapat dikombinasikan dengan metode
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran lainnya yang menunjang kegiatan
Hypnoteaching CTL lebih baik daripada pembelajaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan
metode Hypnoteaching Konvensional. penelitian yang telah dilakukan oleh Priyono
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan (2015), yaitu penggunaan metode hypnoteaching
komunikasi matematis antara peserta didik dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
yang mendapat penerapan metode tentang pecahan siswa kelas V SD Negeri
Hypnoteaching Konvensional dengan yang Benerwetan Tahun Ajaran 2014/2015.
mendapat penerapan metode Konvensional.
Meskipun rerata kemampuan komunikasi SIMPULAN
matematis yang mendapat penerapan metode Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hypnoteaching konvensional lebih tinggi dilakukan, maka disimpulkan bahwa terdapat
dibandingkan peserta didik yang mendapat pengaruh pada hasil kemampuan komunikasi
penerapan metode Konvensional, yaitu matematis peserta didik kelas V SD N 1
54,276 > 52,069. Namun, beda rerata Sukarame Bandar Lampung pada pokok materi
tersebut tidak signifikan. Artinya dalam hal Persegi Panjang dan Persegi yang menggunakan
ini tidak ada perlakuan yang lebih antara metode pembelajaran Hypnoteaching dalam
metode pembelajaran Hypnoteaching Contextual Teaching and Learning (CTL)
Konvensional dengan metode Konvensional, Selanjutnya, setelah dilakukan uji komparansi
kemampuan komunikasi matematis antara ganda disimpulkan bahwa metode pembelajaran
peserta didik melalui penerapan metode yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan
Hypnoteaching Konvensional sama baiknya komunikasi matematis peserta didik adalah
dengan peserta didik yang mendapat metode pembelajaran Hypnoteaching dalam CTL
penerapan metode Konvensional. diantara metode pembelajaran Hypnoteaching
3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi Konvensional dan metode Konvensional. Selain
matematis antara peserta didik itu, rekomendasi dari penelitian ini adalah
menggunakan penerapan metode Metode pembelajaran Hypnoteaching dalam
Hypnoteaching CTL denganyang mendapat Contextual Teaching and Learning (CTL)
penerapan metode Konvensional. Karena diharapkan dapat disosialisasikan sebagai
rerata kemampuan komunikasi matematis alternatif pembelajaran dalam pelajaran
yang mendapat penerapan metode matematika; peserta didik sebaiknya tidak perlu
Hypnoteaching CTL lebih tinggi daripada ragu dan takut untuk mengeksplorasikan ide-ide

54
Qomario
PENGARUH HYPNOTEACHING DALAM CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ...
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Nomor 9, Volume 1, Desember 2018, hlm. 46-55

matematisnya untuk menyelesaikan berbagai Nasution, Andi Hakim. 2011. Hypnosis in


permasalahan matematika; dan pada teaching : Cara Dahsyat Mendidik dan
pembelajaran matematika, perlu adanya Mengajar. Jakarta : Visi Media.
pemilihan metode pembelajaran yang bervariasi
dan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Priyono, Among., dkk. 2015. Penggunaan
Metode Hypnoteaching Dalam Peningkatan
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Matematika Tentang Pecahan
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Benerwetan
Asteria, Prima Vidya., dkk. 2017. Penerapan Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam
Metode Hypnoteaching Dalam Cendekia, 5 (5).1: 420-425.
Pembelajaran Bermain Peran Siswa Kelas
V SDN Lidah Kulon IV Surabaya. Jurnal Rahmawatiningrum, L. Efektivitas Penggunaan
Pendidikan (teori dan Praktik) 2 (2). metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV SDIH Soebandi
Hasbullah dan Rahmawati, Eka Yuni. 2015. Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
Pengaruh Penerapan Metode Tahun Pelajaran 2011/2012 (Skripsi).
Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Yogyakarta: Universitas Kristen Satya
Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI. Wacana.
Jurnal Formatif (5): 83-90.
Salami. 2017. Hypnotic Teacher dan
Hodiyanto. 2017. Kemampuan Matematis Dalam Hypnoteaching. Jurnal Ar-Raniry, III (1).
Pembelajaran Matematika. Jurnal
AdMathEdu, 7 (1). Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D
Irwandi. 2015. Proses Pembelajaran Dengan Cet ke-13. Bandung: Alfabeta.
Metode Hypnoteaching. Jurnal Al-Irsyad. 5
(1). Suprijono, A. 2009. Cooperatif Learning Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jackson., P.W. 1992. Handbook of Research on
Curriculum. New York : A Project of Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan
American Educational Research Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Assosiation. Kencana Prenada.

Kasmaja, Hadi. 2016. Efektivitas Implementasi Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran


Metode Hypnoteaching Untuk Kontekstual (Contextual Teaching And
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Learning) Di Kelas. Jakarta: Cerdas
Matematika Pada Siswa SMP Negeri. Pustaka Publisher.
Journal of EST, 2 (1). Hal 33-45.
Yustisia, N. 2012. Hypnoteaching (Seni Ajar
Khakim, dkk. 2015. Penerapan Model Mengeksplorasi Otak Peserta Didik.
Contextual Teaching and Learning Melalui Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V
SD 1 Peganjaran Kudus. Jurnal Refleksi
Edukatika, 5 (1).

Latif, Rodli A. 2013. Pengaruh Metode


Hypnoteaching dalam Contextual Teaching
and Learning (CTL) terhadap Kemampuan
Komunikasi dan Analisis Kritis Siswa
Kelas XI IPA di SMA Negeri 5 Yogyakarta
(Skripsi). Yogyakarta: Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

55

Potrebbero piacerti anche