Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
This research aimed to identify wetland rice field that meets the criteria of a sustainable farming
areas for food system using geographic information system (GIS) applications in the southern of
Sigi District. This research was located at 3 sub districts of southern of Sigi District i.e. Sub District
of Kulawi, south Kulawi and Pipikoro, Central Sulawesi Province and started in September until
December 2014. This research used a survey method beginning with the preparation of the
assessment criteria, followed by the collection of primary data through field observations and
ground check. While the secondary data included spatial and socio-economic information. Data
processing involved data verification, redelineation, and preparation of data basis system. Data
analysis was done by overlaying different maps using geographic information system. The results
showed that the distribution of wetland rice field categorized as most priority class was located in
some villages in Kulawi and South Kulawi Sub Districts covering an area of 1,295.56 ha. The area
belong to priority class was located in some villages in Pipikoro, Kulawi and south Kulawi Sub
Districts with a total area of 613.06 ha whereas that belong to none priority class was located in
Pipikoro Sub District with an area of 3,3 ha.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan sawah yang memenuhi kriteria untuk menjadi
kawasan pertanian pangan berkelanjutan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis
(SIG) di Kabupaten Sigi bagian selatan. Penelitian ini dimulai pada bulan September sampai dengan
Desember 2014 yang berlokasi di 3 Kecamatan di Kabupaten Sigi bagian selatan, yaitu Kecamatan
Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode survei dimulai dengan penyusunan kriteria penilaian, dilanjutkan dengan pengumpulan data
primer berupa observasi dan ground chek. Sedangkan pengumpulan data data sekunder meliputi
data spasial dan sosial ekonomi. Pengolahan data dilakukan mulai verifikasi data, redelineasi, dan
penyiapan sistem basis data. Analisis data yang ada dilakukan dengan cara tumpang susun peta
menggunakan sistem informasi geografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran luas lahan
sawah kategori kelas sangat prioritas berada pada beberapa Desa di Kecamatan Kulawi dan Kulawi
selatan dengan luas lahan 1.295,56 ha, kelas prioritas berada berada pada beberapa Desa di
Kecamatan Pipikoro, Kulawi dan Kulawi selatan dengan luas lahan 613,06 ha, dan kelas tidak
prioritas berada di Kecamatan Pipikoro dengan luas lahan 3,3 ha.
662
PENDAHULUAN sektor, konversi lahan sawah cenderung
mengalami peningkatan, di lain pihak
Indonesia merupakan negara agraris pencetakan lahan sawah baru
yang sebagian besar penduduknya bekerja (ekstensifikasi) mengalami perlambatan
dibidang pertanian khususnya pertanian (Sudaryanto, 2003). Di Kabupaten Sigi
tanaman pangan. Adanya petani sawah bagian selatan peningkatan penduduk
sangat berperan penting terhadap cukup tinggi, dimana dari tiga kecamatan
terpenuhinya kebutuhan pangan untuk yaitu, Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro,
masyarakat, mengingat padi adalah jumlah penduduk yang tercatat yaitu
makanan pokok masyarakat indonesia pada sebanyak 31.178 jiwa, dengan luas wilayah
umumnya. Aset penting petani di pedesaan 2,
2.427,81 Km sehingga kepadatan
adalah lahan pertanian tempat mereka penduduk rata-rata dari ketiga kecamatan
2
berusahatani. Pilihan komoditas yang mencapai 14,33 jiwa/Km (BPS, 2013)
dibudidayakan oleh petani didasarkan pada Pertambahan jumlah penduduk yang
pilihan rasional dengan berbagai terus meningkat dan dibarengi dengan
pertimbangan seperti kebiasaan bercocok pertumbuhan ekonomi dan industri,
tanam, kebutuhan pasar, harga produksi dan menimbulkan konversi lahan pertanian.
kesuburan tanah. Oleh karena itu, tidak Selain itu kejadian alam juga dapat
jarang petani melakukan alih fungsi dari mempengaruhi berkurangnya lahan
satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pertanian, seperti erosi, tanah longsor serta
pada lahan pertaniannya, karena adanya pencemaran lingkungan sehingga lahan
perubahan kondisi fisik lingkungan dan pertanian tidak dapat digunakan sesuai
sosial ekonomi. Masalah alih fungsi lahan fungsinya. Dengan adanya berbagai
tersebut dapat menghilangkan lokasi-lokasi permasalahan di wilayah penelitian sangat
pertanian tanaman pangan seperti padi dan perlu adanya tindakan untuk pencegahan
jagung yang dapat mengancam ketahanan alih fungsi lahan baik itu ke lahan pertanian
pangan baik secara lokal, regional, maupun maupun non pertanian, sehingga diperlukan
nasional. penelitian tentang “Apalikasi Sisitem
Lahan pertanian mempunyai manfaat Informasi Geografi untuk Mengidentifikasi
yang sangat luas secara ekonomi, social dan Lahan Pangan Berkelanjutan pada Areal
lingkungan. Secara ekonomi, lahan Persawahan Di Kabupaten Sigi Bagian
pertanian adalah masukan paling esensial Selatan”. Melalui penelitian ini diharapkan
dari berlangsungnya proses produksi, nantinya lahan-lahan sawah yang prioritas
kesempatan kerja, pendapatan, devisa, dan tidak mengalami alih fungsi lahan, sehingga
lain sebagainya. Secara sosial, eksistensi dapat dipertahankan menjadi lahan
lahan pertanian terkait dengan eksistensi pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
kelembagaan masyarakat petani dan aspek Kawasan Pertanian Pangan
budaya lainnya. Dari aspek lingkungan, Berkelanjutan merupakan wilayah budidaya
aktivitas pertanian pada umumnya lebih pertanian terutama pada wilayah perdesaan
kompatibel dengan prinsip-prinsip yang memiliki hamparan Lahan Pertanian
pelestarian lingkungan(Irawan, 2005). Pangan Berkelanjutan dan/atau hampara
Seiring dengan bertambahnya jumlah Lahan cadangan Pertanian Pangan
penduduk kebutuhan pangan akan semakin Berkelanjutan serta unsur penunjangnya
meningkat, namun hal ini berbanding dengan fungsi utama untuk mendukung
terbalik dengan tersedianya lahan pertanian kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
yang semakin berkurang baik itu di pulau pangan nasional (PPRI No 25 2012).
Jawa maupun di Sulawesi. Bertambahnya Lahan sawah yang yang dimaksud pada
jumlah penduduk dan meningkatnya penelitian ini adalah lahan sawah yang
kebutuhan akan lahan untuk berbagai terdiri dari lahan sawah irigasi dan sawah
663
bukan irigasi. Lahan sawah yang memenuhi tahun 1991 dan baseline data spasial dan
kriteria sebagai lahan sawah berkelanjutan data sekunder di Kab. Sigi. Penelitian ini
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam menggunakan metode survei dimulai
Undang-undang No 41 tahun 2009, akan dengan penyusunan kriteria penilaian yang
ditetapkan berdasarkan prioritasnya sebagai dilanjutkan dengan pengumpulan data
suatu hamparan kawasan pertanian pangan primer berupa observasi dan ground chek,
berkelanjutan di Kabupaten Sigi bagian sedangkan data sekunder berupa data
selatan. spasial dan data sosial ekonomi, serta
pengolahan data berupa verifikasi data,
METODE PENELITIAN redelineasi, dan penyiapan sistem basis
data.
Penelitian ini dimulai pada bulan Analisis data yang ada dilakukan dengan
September sampai dengan Desember 2014 yang cara tumpang susun peta menggunakan sistem
berlokasi di 3 Kecamatan yang ada di informasi geografi yang akan menghasilkan
Kabupaten Sigi bagian selatan, yaitu Kecamatan output berupa peta tematik tentang
Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro, Provinsi klasifikasi lahan sawah yang prioritas untuk
Sulawesi Tengah. Peta lokasi penelitian dipertahankan menjadi lahan pertanian
disajikan pada Gambar 1. pangan berkelanjutan.
Prioritas dan tidaknya suatu wilayah
ditentukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, antara lain, luasan hamparan
sawah, irigasi, teknik pengolahan tanah,
tutupan lahan, akses transportasi,
produktifitas lahan persatuan luas,
iklim/curah hujan, slope/kemiringan lahan,
ketinggian tempat atau elevasi serta
peruntukan kawasan. Adapun ketiga kelas
klasifikasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan yaitu, sangat prioritas,
prioritas dan tidak prioritas.
664
49 ha tersebar di Kecamatan Kulawi dan Watukilo, Lawua dan Salutome dengan luas
Pipikoro terletak di Desa Bolapapu, Winatu, lahan keseluruhan yaitu 1.008,68 ha dan
Kalamanta dan Onu. Kategori luas lahan sebagian kecil berada di Kecamatan Kulawi
< 20 ha tersebar disemua Kecamatan yang yakni di Desa Toro dengan luas keseluruhan
terletak di Desa Boladangko, Metaue, yaitu 286,9 ha. Kelas klasifikasi kategori
Sungku, Tangkulowi, Moa, Lawe, Mamu, sangat prioritas juga dilihat dari teknik
dan Mapahi. pengolahan tanah yang baik, dimana
Hasil Klasifikasi Lahan Sawah kecamatan Kulawi dan Kulawi selatan sudah
menggunakan teknik pengolahan tanah secara
Berdasarkan Kriteria Penilaian.
mekanik atau modern.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dinyatakan bahwa Kecamatan Kulawi Kelas klasifikasi kategori potensial
selatan mendominasi luasan hamparan pada umumnya memiliki luas lahan 50-100
sawah terluas, kemudian disusul Kecamatan ha, memiliki irigasi sederhana, serta
Kulawi dan Pipikoro, seperti yang disajikan produktifitas mencapai 1-2 ha, kecamatan
pada Gambar 3. Kelas klasifikasi kategori yang masuk ketegori tersebut yaitu,
sangat prioritas pada umumnya memiliki kecamatan Pipikoro, yang paling dominan,
luasan hamparan sawah >100 ha, memiliki dapat dilihat pada gambar 13, yang terletak
irigasi teknis maupun semi teknis serta didesa Kalamanta, Kantewu, Peana,
produktifitas mencapai 2-3 ton/h (UU No 41 Mapahi, Mamu, Banasu dan Onu, dengan
2009). Kabupaten Sigi bagian selatan yang luas lahan keseluruhan yakni 486,02 ha, dan
memiliki kategori sangat prioritas kecamatan kulawi juga mewakili kelas
berdasarkan tabel kriteria penilaian yang prioritas diantaranya desa Bolapapu,
telah diakumulasi dengan nilai dan bobot- Boladangko, Tangkulowi, Metaue, Winatu,
bobot lainnya serta berdasarkan survei dan Sungku, dengan luas wilayah
dilapangan dan dengan penggunaan aplikasi keseluruhan yakni 140, 23 ha serta terdapat
SIG yakni sebagian besar berada di 1 desa di Kecamatan Kulawi selatan yaitu
Kecamatan Kulawi selatan , terletak didesa Desa Moa, yang juga merupakan kelas
Tompi bugis, Tomua, Gimpu, O’o, prioritas.
9286.
3220.
6243.
4217.
350
300
(ha)
250
151.
221.
459.
3117.
670.
148.
248.
814.
215.
042.
064.
116.
8100.
814.
200
50
Luas
150
100
69.
84.
33.
68.
45.
0
O'o
Onu
Moa
Mataue
Lawe
Boladangko
Peana
Toro
Bolapapu
Winatu
Lawua
Tangkulowi
Sungku
Mamu
Gimpu
Tomua
Watukilo
Banasu
Mapahi
Kantewu
Tompibugis
Salutome
Kalamanta
Desa
Gambar Grafik Sebaran Luas Lahan Sawah di Kabupaten Sigi Bagian Selatan.
2.
Teknik pengolahan tanah juga yang digunakan pada beberapa Desa masih
merupakan kriteria penilaian untuk kelas tidak seragam. Kecamatan Pipikoro masih
prioritas, akan tetapi teknik pengolahan menggunakan teknik pengolahan secara
665
tradisional, sedangkan Kecamatan Kulawi cara tradisional. Natohadiprawiro dkk,
sudah menggunakan teknik pengolahan (2006) menjelaskan bahwa pemberian
tanah secara mekanik atau modern. Intara bahan tambahan terhadap tanah (pupuk)
dkk, (2011) mengemukakan bahwa dalam bermaksud untuk memperbaiki dan
usaha meningkatkan kondisi fisik tanah meningkatkan kesuburan tanah yang akan
yang bertekstur liat diperlukan pengolahan mempengaruhi produktifitas suatu lahan.
tanah yang efektif dan efisien untuk Makarim dkk, (2000) menjelaskan
mempertahankan kondisi tanah yang lebih produktivitas padi di lahan sawah, antara
lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi
baik untuk pertumbuhan tanaman.
pemupukan, belum efektifnya pengendalian
Kecamatan Pipikoro merupakan hama penyakit, penggunaan benih kurang
kecamatan paling ujung diantara ketiga bermutu dan varietas yang dipilih kurang
kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi adaptif, sifat fisik tanah tidak optimal serta
bagian selatan, akses jalanpun terbilang pengendalian gulma kurang optimal.
cukup rumit, karena badan jalan yang cukup
Berdasarkan penelitian dapat
sempit, serta belum adanya pengaspalan,
dijelaskan bahwa sebaran sawah yang ada
disamping itu ketinggian tempat mencapai
di Kabupaten Sigi bagian selatan cukup luas
651-1200 m dpl, memiliki kemiringan 8-15
%, hal ini menyebabkan Kecamtan Pipikoro dan memilki produktifitas lahan yang cukup
masuk dalam kelas kategori tidak prioritaas tinggi serta kriteria-kriteria lain yang cukup
yakni terletak di Desa Lawe, dengan luas mendukung, hal ini dapat dilihat pada
lahan 3,3 ha. gambar 4, dimana lahan sawah yang ada di
Selain itu produktifitas lahan juga terbilang Kabupaten Sigi bagian selatan masuk dalam
rendah hal ini disebabkan karena para petani kelas prioritas dan sangat prioritas, itu
tidak menggunakan pupuk dalam bercocok berarti lahan sawah tersebut layak untuk
tanam, atau hanya mengharapkan kesuburan dipertahankan atau dilindungi, agar
dari tanah itu sendiri serta pengolahan tanah nantinya lahan ada dapat menjadi kawasan
yang masih menggunakan pertanian pangan berkelanjutan.
6228.
3220.
217.4
.9286
350
300
(ha)
250
68.
69.
33.
151.
670.
459.
221.
148.
3117.
8100.
84.
064.
200
814.
248.
814.
45.
215.
042.
50
Luas
150
100
Mataue
Bolapapu
Boladangko
Tangkulowi
Toro
Sungku
Winatu
0
Lawua
Peana
Banasu
Mapahi
Watukilo
Salutome
Kalamanta
O'o
Onu
Moa
Lawe
Gimpu
Mamu
Tomua
Kantewu
Tompibugis
DAFTAR PUSTAKA
667
tanaman dan sumber daya terpadu. Balai
pengkajian teknologi pertanian. Jawa Tengah.
668