Sei sulla pagina 1di 7

e-J.

Agrotekbis 3 (6) :662- 668 , Desember 2015 ISSN : 2338-3011

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK


MENGIDENTIFIKASI LAHAN PANGAN BERKELANJUTAN PADA
AREAL PERSAWAHAN DI KABUPATEN SIGI BAGIAN SELATAN

The Application of Geographic Information System to Identify Land Sustainable


Food System on Wetland Rice Fields in The Southern of Sigi District

Dedy Sugiantoro1), Abdul Kadir Paloloang2), dan Nursalam2)


1) 2)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Staf Pengajar pada Program Studi
Agroteknologi Fakultas Petanian Universitas Tadulako Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp.
0451-429738
E-mail: sugiantoro10soil@gmail.com
E-mail: ak_paloloang@yahoo.co.id
E-mail: salam.dj@gmail.com

ABSTRACT
This research aimed to identify wetland rice field that meets the criteria of a sustainable farming
areas for food system using geographic information system (GIS) applications in the southern of
Sigi District. This research was located at 3 sub districts of southern of Sigi District i.e. Sub District
of Kulawi, south Kulawi and Pipikoro, Central Sulawesi Province and started in September until
December 2014. This research used a survey method beginning with the preparation of the
assessment criteria, followed by the collection of primary data through field observations and
ground check. While the secondary data included spatial and socio-economic information. Data
processing involved data verification, redelineation, and preparation of data basis system. Data
analysis was done by overlaying different maps using geographic information system. The results
showed that the distribution of wetland rice field categorized as most priority class was located in
some villages in Kulawi and South Kulawi Sub Districts covering an area of 1,295.56 ha. The area
belong to priority class was located in some villages in Pipikoro, Kulawi and south Kulawi Sub
Districts with a total area of 613.06 ha whereas that belong to none priority class was located in
Pipikoro Sub District with an area of 3,3 ha.

Key Words : Sustainable farming land , conversion, GIS.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan sawah yang memenuhi kriteria untuk menjadi
kawasan pertanian pangan berkelanjutan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis
(SIG) di Kabupaten Sigi bagian selatan. Penelitian ini dimulai pada bulan September sampai dengan
Desember 2014 yang berlokasi di 3 Kecamatan di Kabupaten Sigi bagian selatan, yaitu Kecamatan
Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode survei dimulai dengan penyusunan kriteria penilaian, dilanjutkan dengan pengumpulan data
primer berupa observasi dan ground chek. Sedangkan pengumpulan data data sekunder meliputi
data spasial dan sosial ekonomi. Pengolahan data dilakukan mulai verifikasi data, redelineasi, dan
penyiapan sistem basis data. Analisis data yang ada dilakukan dengan cara tumpang susun peta
menggunakan sistem informasi geografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran luas lahan
sawah kategori kelas sangat prioritas berada pada beberapa Desa di Kecamatan Kulawi dan Kulawi
selatan dengan luas lahan 1.295,56 ha, kelas prioritas berada berada pada beberapa Desa di
Kecamatan Pipikoro, Kulawi dan Kulawi selatan dengan luas lahan 613,06 ha, dan kelas tidak
prioritas berada di Kecamatan Pipikoro dengan luas lahan 3,3 ha.

Kata Kunci : Lahan pangan berkelanjutan, konversi, SIG.

662
PENDAHULUAN sektor, konversi lahan sawah cenderung
mengalami peningkatan, di lain pihak
Indonesia merupakan negara agraris pencetakan lahan sawah baru
yang sebagian besar penduduknya bekerja (ekstensifikasi) mengalami perlambatan
dibidang pertanian khususnya pertanian (Sudaryanto, 2003). Di Kabupaten Sigi
tanaman pangan. Adanya petani sawah bagian selatan peningkatan penduduk
sangat berperan penting terhadap cukup tinggi, dimana dari tiga kecamatan
terpenuhinya kebutuhan pangan untuk yaitu, Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro,
masyarakat, mengingat padi adalah jumlah penduduk yang tercatat yaitu
makanan pokok masyarakat indonesia pada sebanyak 31.178 jiwa, dengan luas wilayah
umumnya. Aset penting petani di pedesaan 2,
2.427,81 Km sehingga kepadatan
adalah lahan pertanian tempat mereka penduduk rata-rata dari ketiga kecamatan
2
berusahatani. Pilihan komoditas yang mencapai 14,33 jiwa/Km (BPS, 2013)
dibudidayakan oleh petani didasarkan pada Pertambahan jumlah penduduk yang
pilihan rasional dengan berbagai terus meningkat dan dibarengi dengan
pertimbangan seperti kebiasaan bercocok pertumbuhan ekonomi dan industri,
tanam, kebutuhan pasar, harga produksi dan menimbulkan konversi lahan pertanian.
kesuburan tanah. Oleh karena itu, tidak Selain itu kejadian alam juga dapat
jarang petani melakukan alih fungsi dari mempengaruhi berkurangnya lahan
satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pertanian, seperti erosi, tanah longsor serta
pada lahan pertaniannya, karena adanya pencemaran lingkungan sehingga lahan
perubahan kondisi fisik lingkungan dan pertanian tidak dapat digunakan sesuai
sosial ekonomi. Masalah alih fungsi lahan fungsinya. Dengan adanya berbagai
tersebut dapat menghilangkan lokasi-lokasi permasalahan di wilayah penelitian sangat
pertanian tanaman pangan seperti padi dan perlu adanya tindakan untuk pencegahan
jagung yang dapat mengancam ketahanan alih fungsi lahan baik itu ke lahan pertanian
pangan baik secara lokal, regional, maupun maupun non pertanian, sehingga diperlukan
nasional. penelitian tentang “Apalikasi Sisitem
Lahan pertanian mempunyai manfaat Informasi Geografi untuk Mengidentifikasi
yang sangat luas secara ekonomi, social dan Lahan Pangan Berkelanjutan pada Areal
lingkungan. Secara ekonomi, lahan Persawahan Di Kabupaten Sigi Bagian
pertanian adalah masukan paling esensial Selatan”. Melalui penelitian ini diharapkan
dari berlangsungnya proses produksi, nantinya lahan-lahan sawah yang prioritas
kesempatan kerja, pendapatan, devisa, dan tidak mengalami alih fungsi lahan, sehingga
lain sebagainya. Secara sosial, eksistensi dapat dipertahankan menjadi lahan
lahan pertanian terkait dengan eksistensi pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
kelembagaan masyarakat petani dan aspek Kawasan Pertanian Pangan
budaya lainnya. Dari aspek lingkungan, Berkelanjutan merupakan wilayah budidaya
aktivitas pertanian pada umumnya lebih pertanian terutama pada wilayah perdesaan
kompatibel dengan prinsip-prinsip yang memiliki hamparan Lahan Pertanian
pelestarian lingkungan(Irawan, 2005). Pangan Berkelanjutan dan/atau hampara
Seiring dengan bertambahnya jumlah Lahan cadangan Pertanian Pangan
penduduk kebutuhan pangan akan semakin Berkelanjutan serta unsur penunjangnya
meningkat, namun hal ini berbanding dengan fungsi utama untuk mendukung
terbalik dengan tersedianya lahan pertanian kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
yang semakin berkurang baik itu di pulau pangan nasional (PPRI No 25 2012).
Jawa maupun di Sulawesi. Bertambahnya Lahan sawah yang yang dimaksud pada
jumlah penduduk dan meningkatnya penelitian ini adalah lahan sawah yang
kebutuhan akan lahan untuk berbagai terdiri dari lahan sawah irigasi dan sawah

663
bukan irigasi. Lahan sawah yang memenuhi tahun 1991 dan baseline data spasial dan
kriteria sebagai lahan sawah berkelanjutan data sekunder di Kab. Sigi. Penelitian ini
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam menggunakan metode survei dimulai
Undang-undang No 41 tahun 2009, akan dengan penyusunan kriteria penilaian yang
ditetapkan berdasarkan prioritasnya sebagai dilanjutkan dengan pengumpulan data
suatu hamparan kawasan pertanian pangan primer berupa observasi dan ground chek,
berkelanjutan di Kabupaten Sigi bagian sedangkan data sekunder berupa data
selatan. spasial dan data sosial ekonomi, serta
pengolahan data berupa verifikasi data,
METODE PENELITIAN redelineasi, dan penyiapan sistem basis
data.
Penelitian ini dimulai pada bulan Analisis data yang ada dilakukan dengan
September sampai dengan Desember 2014 yang cara tumpang susun peta menggunakan sistem
berlokasi di 3 Kecamatan yang ada di informasi geografi yang akan menghasilkan
Kabupaten Sigi bagian selatan, yaitu Kecamatan output berupa peta tematik tentang
Kulawi, Kulawi selatan dan Pipikoro, Provinsi klasifikasi lahan sawah yang prioritas untuk
Sulawesi Tengah. Peta lokasi penelitian dipertahankan menjadi lahan pertanian
disajikan pada Gambar 1. pangan berkelanjutan.
Prioritas dan tidaknya suatu wilayah
ditentukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, antara lain, luasan hamparan
sawah, irigasi, teknik pengolahan tanah,
tutupan lahan, akses transportasi,
produktifitas lahan persatuan luas,
iklim/curah hujan, slope/kemiringan lahan,
ketinggian tempat atau elevasi serta
peruntukan kawasan. Adapun ketiga kelas
klasifikasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan yaitu, sangat prioritas,
prioritas dan tidak prioritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Luas Lahan Sawah.


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terhadap luas hamparan lahan sawah yang
ada di Kabupaten Sigi bagian selatan
memiliki luas yang beragam, seperti yang
tertera pada Gambar 2. Kategori luas lahan
tertinggi yaitu diatas 100 ha, berada di
Kecamatan Kulawi terletak di Desa Toro,
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di kemudian di Kecamtan Kulawi selatan
Kabupaten Sigi Bagian Selatan. terletak di Desa O’o, Watukilo, dan
Salutome serta di Kecamatan Pipikoro yang
Alat-alat yang digunakan yaitu GPS terletak di Desa Kantewu dan Peana.
(global postioning system), seperangkat Sedangkan untuk desa lain yang memiliki
Komputer yang dilengkapi dengan softwere luas 50-100 ha berada kecamatan Kulawi
ARC GIS 10,dan global mapper 11, kamera
selatan dan Pipikoro yang terletak di Desa
dijital, dan alat tulis-menulis. Bahan yang
Gimpu, Tompi bugis, Tomua, dan Banasu,
digunakan pada penelitian ini yaitu peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) lahan sawah yang memiliki luas lahan 20-

664
49 ha tersebar di Kecamatan Kulawi dan Watukilo, Lawua dan Salutome dengan luas
Pipikoro terletak di Desa Bolapapu, Winatu, lahan keseluruhan yaitu 1.008,68 ha dan
Kalamanta dan Onu. Kategori luas lahan sebagian kecil berada di Kecamatan Kulawi
< 20 ha tersebar disemua Kecamatan yang yakni di Desa Toro dengan luas keseluruhan
terletak di Desa Boladangko, Metaue, yaitu 286,9 ha. Kelas klasifikasi kategori
Sungku, Tangkulowi, Moa, Lawe, Mamu, sangat prioritas juga dilihat dari teknik
dan Mapahi. pengolahan tanah yang baik, dimana
Hasil Klasifikasi Lahan Sawah kecamatan Kulawi dan Kulawi selatan sudah
menggunakan teknik pengolahan tanah secara
Berdasarkan Kriteria Penilaian.
mekanik atau modern.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dinyatakan bahwa Kecamatan Kulawi Kelas klasifikasi kategori potensial
selatan mendominasi luasan hamparan pada umumnya memiliki luas lahan 50-100
sawah terluas, kemudian disusul Kecamatan ha, memiliki irigasi sederhana, serta
Kulawi dan Pipikoro, seperti yang disajikan produktifitas mencapai 1-2 ha, kecamatan
pada Gambar 3. Kelas klasifikasi kategori yang masuk ketegori tersebut yaitu,
sangat prioritas pada umumnya memiliki kecamatan Pipikoro, yang paling dominan,
luasan hamparan sawah >100 ha, memiliki dapat dilihat pada gambar 13, yang terletak
irigasi teknis maupun semi teknis serta didesa Kalamanta, Kantewu, Peana,
produktifitas mencapai 2-3 ton/h (UU No 41 Mapahi, Mamu, Banasu dan Onu, dengan
2009). Kabupaten Sigi bagian selatan yang luas lahan keseluruhan yakni 486,02 ha, dan
memiliki kategori sangat prioritas kecamatan kulawi juga mewakili kelas
berdasarkan tabel kriteria penilaian yang prioritas diantaranya desa Bolapapu,
telah diakumulasi dengan nilai dan bobot- Boladangko, Tangkulowi, Metaue, Winatu,
bobot lainnya serta berdasarkan survei dan Sungku, dengan luas wilayah
dilapangan dan dengan penggunaan aplikasi keseluruhan yakni 140, 23 ha serta terdapat
SIG yakni sebagian besar berada di 1 desa di Kecamatan Kulawi selatan yaitu
Kecamatan Kulawi selatan , terletak didesa Desa Moa, yang juga merupakan kelas
Tompi bugis, Tomua, Gimpu, O’o, prioritas.
9286.

<20 ha >100 ha 20-49 ha 50-100 ha


6228.

3220.
6243.

4217.

350
300
(ha)

250
151.

221.
459.
3117.

670.

148.
248.
814.

215.

042.
064.

116.

8100.
814.

200
50
Luas

150
100
69.
84.

33.
68.
45.

0
O'o

Onu
Moa
Mataue

Lawe
Boladangko

Peana
Toro
Bolapapu

Winatu

Lawua
Tangkulowi
Sungku

Mamu
Gimpu

Tomua
Watukilo

Banasu

Mapahi
Kantewu
Tompibugis
Salutome

Kalamanta

Kec. Kulawi Kec. Kulawi Selatan Kec. Pipikoro

Desa
Gambar Grafik Sebaran Luas Lahan Sawah di Kabupaten Sigi Bagian Selatan.
2.
Teknik pengolahan tanah juga yang digunakan pada beberapa Desa masih
merupakan kriteria penilaian untuk kelas tidak seragam. Kecamatan Pipikoro masih
prioritas, akan tetapi teknik pengolahan menggunakan teknik pengolahan secara

665
tradisional, sedangkan Kecamatan Kulawi cara tradisional. Natohadiprawiro dkk,
sudah menggunakan teknik pengolahan (2006) menjelaskan bahwa pemberian
tanah secara mekanik atau modern. Intara bahan tambahan terhadap tanah (pupuk)
dkk, (2011) mengemukakan bahwa dalam bermaksud untuk memperbaiki dan
usaha meningkatkan kondisi fisik tanah meningkatkan kesuburan tanah yang akan
yang bertekstur liat diperlukan pengolahan mempengaruhi produktifitas suatu lahan.
tanah yang efektif dan efisien untuk Makarim dkk, (2000) menjelaskan
mempertahankan kondisi tanah yang lebih produktivitas padi di lahan sawah, antara
lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi
baik untuk pertumbuhan tanaman.
pemupukan, belum efektifnya pengendalian
Kecamatan Pipikoro merupakan hama penyakit, penggunaan benih kurang
kecamatan paling ujung diantara ketiga bermutu dan varietas yang dipilih kurang
kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi adaptif, sifat fisik tanah tidak optimal serta
bagian selatan, akses jalanpun terbilang pengendalian gulma kurang optimal.
cukup rumit, karena badan jalan yang cukup
Berdasarkan penelitian dapat
sempit, serta belum adanya pengaspalan,
dijelaskan bahwa sebaran sawah yang ada
disamping itu ketinggian tempat mencapai
di Kabupaten Sigi bagian selatan cukup luas
651-1200 m dpl, memiliki kemiringan 8-15
%, hal ini menyebabkan Kecamtan Pipikoro dan memilki produktifitas lahan yang cukup
masuk dalam kelas kategori tidak prioritaas tinggi serta kriteria-kriteria lain yang cukup
yakni terletak di Desa Lawe, dengan luas mendukung, hal ini dapat dilihat pada
lahan 3,3 ha. gambar 4, dimana lahan sawah yang ada di
Selain itu produktifitas lahan juga terbilang Kabupaten Sigi bagian selatan masuk dalam
rendah hal ini disebabkan karena para petani kelas prioritas dan sangat prioritas, itu
tidak menggunakan pupuk dalam bercocok berarti lahan sawah tersebut layak untuk
tanam, atau hanya mengharapkan kesuburan dipertahankan atau dilindungi, agar
dari tanah itu sendiri serta pengolahan tanah nantinya lahan ada dapat menjadi kawasan
yang masih menggunakan pertanian pangan berkelanjutan.

Prioritas Sangat prioritas Tidak Prioritas


7259.

6228.

3220.
217.4
.9286

350
300
(ha)

250
68.
69.
33.
151.
670.

459.
221.

148.
3117.

8100.
84.
064.

200
814.
248.
814.
45.
215.

042.

50
Luas

150
100
Mataue
Bolapapu
Boladangko

Tangkulowi

Toro
Sungku

Winatu

0
Lawua

Peana
Banasu

Mapahi
Watukilo
Salutome

Kalamanta
O'o

Onu
Moa

Lawe
Gimpu

Mamu
Tomua

Kantewu
Tompibugis

Kec. Kulawi Kec. Kulawi Selatan Kec. Pipikoro


Desa
Gambar 3. Grafik Luas Lahan Sawah Perkecamatan Berdasarkan Kelas Klasifikasinya.
Berdasarkan penelitian dilapangan selatan dan Pipikoro memiki luas tanam
serta data yang diperoleh dari BPS tahun mencapai 1.911,92 ha dengan produksi
2014, Kabupaten Sigi bagian selatan dari mencapai 5.264,45 ton, dimana Kecamatan
tiga kecamatan yaitu, Kulawi, Kulawi Kulawi selatan sebagai penyumbang
666
terbesar yaitu 3.040,46 ton, dengan luas pangan berkelanjutan di Kabupaten
lahan 1.013,48 ha, kemudian disusul dengan Sigi bagian selatan tersebar di dua
kecamatan kulawi dengan produksi Kecamatan yaitu Kecamatan kulawi
mencapai 1.281,33 ton, dari luas lahan dengan luas lahan sawah 286,87 ha dan
427,11 dan kecamatan Pipikoro dengan Kecamatan Kulawi selatan seluas
produksi mencapai 942,65 ton dari luas 1.008,68 ha.
lahan 471,38 ha sihingga kebutuhan pangan 2. Lahan sawah yang masuk kategori
dalam hal ini padi dapat memenuhi prioritas sebagai lahan pertanian
kebutuhan di Kabupaten Sigi bagian selatan pangan berkelanjutan di Kabupaten
dengan jumlah penduduk 31.178 jiwa. Sigi bagian selatan tersebar disemua
Kecamatan yakni Kecamatan Pipikoro
dengan luas lahan 468,91 ha,
Kecamatan Kulawi memiliki luas lahan
140,23 ha dan Kecamatan Kulawi
selatan dengan luas lahan 4,80 ha.
3. Lahan sawah yang masuk kategori
tidak prioritas sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten
Sigi bagian selatan terletak di
Kecamatan Pipikoro dengan luas lahan
3,3 ha.
Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
yang berkaitan tentang pemetaan selain
sebaran lahan padi sawah, seperti sebaran
lahan padi ladang , serta sebaran lahan
pangan lainnya yang ada di Kabupaten Sigi
bagian selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika (BPS). 2013. Kecamatan


Dalam Angka. Kabupaten Sigi. Diambil pada
tanggal 20 November 2014.

Badan Pusat Statistika (BPS). 2014. Kabupaten


Gambar 4. Peta Kelas Klasifikasi Lahan Sawah Dalam Angka. Provinsi Sulawesi Tengah.
sebagai Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Intara, Y.I, Asep, S, Erizal, Namaken, S, dan Bintaro,
D. 2011. Mempelajari pengaruh pengolahan
tanah dan cara pemberian air terhadap
KESIMPULAN DAN SARAN pertumbuhan tanaman cabai. Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman. Vol 8 No
Kesimpulan 1. Samarinda.
Berdasarkan penelitian yang telah Irawan. 2005. Konversi lahan sawah di Jawa dan
dilakukan, lahan sawah yang masuk kriteria dampaknya terhadap produksi padi dalam:
sebagai lahan pertanian pangan Ekonomi Padi dan Beras Indonesia, halaman
berkelanjutan pada areal persawahan di 295-326. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Kabupaten Sigi bagian selatan dapat
disimpulkan antara lain sebagai berikut : Makarim dkk, 2000, dalam Pramono, J, Seno, B dan
1. Lahan sawah yang masuk kategori Widarto. 2005. Upaya peningkatan padi
sangat prioritas sebagai lahan pertanian sawah melalui peningkatan pengelolaan

667
tanaman dan sumber daya terpadu. Balai
pengkajian teknologi pertanian. Jawa Tengah.

Natohadiprawiro, T, Soeprapto, S dan Endang, S.


2006. Pengelolaan kesuburan tanah dan
peningkatan efisiensi pemupukan. Jurusan
ilmu tanah Fakultas pertanian Universitas
Gajah mada.Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No


25 tahun 2012 tentang Sistem Informasi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Sudaryanto, T. 2003. Konversi lahan dan produksi


pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional
Multifungsi dan Konversi lahan pertanian di
Bogor 2 Oktober dan Jakarta 25 Oktober
2002 halaman 57-65. Puslitbang Tanah dan
Agroklimat. Bogor.

Undang-undang No. 41 tahun 2009 tentang


Perlindungan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.

668

Potrebbero piacerti anche