Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Wiwiek Afifah
Sekolah Tinggi Pendidikan Islam Bina Insan Mulia Yogyakarta
Afifah.ardi@gmail.com
Abstract
This study aims to: (1) describe the Islamic values in film “Children
of Heaven” and (2) determine its relevance to character education.
The research design is an inferential content analysis. The entirely
data are derived from the film “Children of Heaven” while its
research instrument is the human instrument. The data obtained
from recording the Islamic values found in the film then and the
data procurement measures include: (1) the determination of the
examples Islamic values contained in the film, (2) recording, and
(3) determination of the units. Data validation was done by means
of doing discussion to those findings to some experts and peers.
Data analysis technique used in the research is to classify, interpret,
and conclude. The results showed that; (1) Islamic values consist
of two categories: (a) Islamic values associated with character
education of children in the family such as patience, mutual help,
humility, simplicity, birul walidain (devoted to parents), sincerity,
mutual affection-love, qonaah (grateful), not easy to despair, and
compliance in religion, whereas (b) Islamic values associated with
Abstrak
A. Pendahuluan
Melihat begitu pesatnya Islam tumbuh di Indonesia,
seharusnya nuansa keislaman juga tercermin dalam setiap gerak
dan langkah masyarakatnya. Penduduk Indonesia yang telah belajar
nilai-nilai keislaman sudah sepatutnya menginternalisasikan ajaran
tersebut serta mengaktualisasikannya pada seluruh ruang geraknya
di kehidupan bermasyarakat. Namun kenyataan di lapangan tidak
sepenuhnya menggembirakan. Saat ini masih banyak permasalahan-
permasalahan sosial yang kerap terjadi khususnya di kalangan
remaja. Demoralisasi yang muncul sudah sangat memprihatinkan
dan meresahkan; kasus pembunuhan, asusila, tawuran yang
merenggut banyak korban jiwa sesama siswa, penggunaan obat-
obatan terlarang seperti narkoba, kokain, minum-minuman keras,
dan gaya hidup yang sudah mulai mengarah pada hedonisme.
Tindakan demoralisasi yang notabene muncul dalam diri siswa
seperti itu sudah tidak jarang kita jumpai baik dalam kehidupan
sehari-hari dalam lingkungan kita maupun melalui berita-berita di
beberapa media masa.
Gambaran kondisi remaja tersebut, menunjukkan bahwa
penanaman dan pendidikan nilai-nilai keislaman yang mengarah
pada moralitas belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga
perlu kiranya digalakkan kembali. Adapun salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah
mengsinergikan peran pendidikan formal yakni sekolah dan keluarga
agar bergerak lebih aktif dalam menjalin kerjasama yang kompak.
Sehingga, apabila ditemukan permasalahan siswa, maka sekolah
dan orang tua dapat segera menjalin komunikasi untuk menemukan
solusinya secara arif dan bijaksana.
Selain itu sekolah juga dapat mengambil langkah nyata dalam
memproteksi moralitas para siswa dengan cara mengintegrasikan
B. Pembahasan
1. Nilai-Nilai Keislaman
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW dengan berpedoman pada kitab suci Alqur’an yang diturunkan
ke dunia melalui wahyu Allah Swt.2 Di Indonesia sendiri, Islam
mulai dikenal masyarakat Indonesia sekitar 100 tahun setelah
wafatnya nabi Muhammad SAW dan sampai saat ini lebih dari 200
juta orang Indonesia telah menganut dan menjadikan Islam sebagai
1
Ebrahimi, M., Kamaruzaman Y., and Husain B S., “Teaching Moral Values
through the Film Children of Heaven: A Review and Qualitative Analysis of Islam as
a Way of Life”. Meditettanean Journal of Social Science, P.331-335. Rome-Italy, 2015.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (Luring)
3
Al-Qur’an Al-Qur’an Digital Versi 2.0 Freeware, QS. Al-baqoroh ayat 38
Muharram 1425, 2004.
4
Tan, Charlene. “Educative Tradition and Islamic Schools in Indonesia.”
Journal of Arabic and Islamic Studies, Vol.14 2014. Hal. 47.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (Luring)
ﭵﭶ ﭷ ﭸﭹﭺﭻﭼ
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh (QS. Al A’raaf).
2. Pendidikan Karakter
Foster (1869-1966) via Abdul Majid (2012)6 menyatakan
karakter sebagai kualifikasi seorang pribadi dan menjadi identitas
serta mengatasi pengalaman kontingen yang akan selalu berubah.
Seseorang akan dilihat kualitas karakternya berdasarkan kematangan
pribadinya. Apabila ditinjau dari konteks keislaman, istilah karakter
merujuk pada akhlaq atau jama’ yang diartikan sebagai budi pekerti,
tingkah laku, watak, atau tabiat.7
Sebagaimana keterangan pada bagian sebelumnya, sebenarnya
di dalam Al-qur’an, Allah SWT sudah banyak menerangkan
bagaimana sebenarnya akhlaq mulia seorang muslim. Contohnya
firman Allah SWT dalam surat Al-baqoroh ayat 83 berikut ini;
ﯗ ﯘﯙﯚﯛﯜﯝﯞﯟﯠ ﯡ
ﯢﯣﯤﯥﯦ ﯧﯨﯩ
ﯪﯫﯬﯭ ﯮﯯﯰﯱﯲ
ﯳﯴ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling.”
6
Majid, Abdul, and Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: Rosda,2012. Hal. 8.
7
Majid and Andayani. ……………… 2012 Hal. 11.
8
Darmiyati Zuchdi, (Ed.) dkk. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan
Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press, 2015. Hal.16
9
Darmiyati Zuchdi, (Ed.) dkk ………………. Hal.17
11
Snarey, John, and Peter Samuelson.…………... Hal. 58.
12
Darmiyati Zuchdi, (Ed.) dkk. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan
Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press, 2015. Hal. 19.
13
Darmiyati Zuchdi, (Ed.) dkk. …………………………..Hal.17.
Voller, Peter, and Steven Widdows. “Feature films as text: a framework for
14
barang-barang milik sang pemilik toko. Mungkin, saat itu nasib Ali
sedang tidak bagus sehingga secara sengaja seorang tukang sampah
membersihkan barang-barang milik sang pemilik toko. Sepatu yang
terbungkus plastik hitam itu akhirnya dibawa sang tukang sampah
karena ia mengira itu bagian dari sampah yang sudah disiapkan oleh
sang pemilik toko.
Ali begitu terkejut saat ia menyadari bahwa sepatu Zahra
hilang. Begitu sedih hati Ali karena harapan untuk menyenangkan
hati Adiknya untuk memperbaiki sepatu yang jebol itu malahberbuah
sebaliknya. Ia pulang dengan tanpa kosong. Sampai dirumah, Zahra
pun sudah tak sabar ingin melihat sepatu yang sudah ia tunggu
beberapa hari. Ali menangis saat mengabarkan jika sepatu itu sudah
hilang. Mereka bersedih dan berusaha mencari jalan keluar. Zahra
yang masih kecil dan takut melanggar peraturan sekolah berusaha
mencari solusi dengan cara berkata sejujurya kepada orang tua
agar segera dapat sepatu baru namun Ali sebagai anak tertua ia
merasakan bahwa kedua orang tuanya sedang mengalami masalah
ekonomi. Akhirnya, ia mencari jalan keluar dengan cara bergantian
memakai sepatunya.
Mereka berdua berjuang untuk mencari solusi dari masalah
tersebut. Namun, itu tidaklah mudah. Waluapun Zahran berangkat
pagi kesekolah dan Ali berangkat pada siang hari namun jarak
antara sekolah mereka tiaklah dekat sehingga mereka berdua
selalu berpacu dengan waktu. Saat bel pulang sekolah terdengar
Zahra segera meninggalkan sekolah dan menuju tempat dimana
Ali menunggu. Setelah itu Ali akan berlari menuju sekolah dengan
waktu yang hampir dekat dengan jam masuk sekolah. Perjuangan
itu tidaklah mudah. Apalagi ukuran kaki Ali lebih besar dari pada
kaki Zahra sehingga Zahra tak bisa berlari dengan kencang lantaran
sepatu sangat longgar. Hingga suatu hari saat Zahra berlari sangat
kencang untuk mengejar waktu dan menghindari Ali dihukum oleh
sang guru karena telat, sepatu Zahra terlempar ke sungai.
Walaupun mereka masih anak-anak, mereka mampu
menyelesaikan masalah dengan percaya diri dan mandiri. Selain
ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳﯴ ﯵ ﯶ ﯷ
ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿﰀ ﰁﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ
ﰇﰈ
”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul ....”
ﯓ ﯔﯕﯖﯗﯘﯙﯚﯛﯜ ﯝ
ﯞﯟ
”Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.” [Al-Isra : 24]
“Kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu
tidak beriman sampai kamu saling berkasih sayang sesama kamu.
Maukah kamu kutunjukkan kepada sesuatu yang jika kamu
mengerjakannya timbul kasih sayang diantara kamu? Sebarkanlah
salam diantara kamu!”
ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬﮭ ﮮ
ﮯﮰ
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda
gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-
orang yang bertaqwa.”
ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣﯤ
ﯥ ﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ
ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ
ﰀﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆﰇ ﰈ ﰉ ﰊ ﰋ ﰌ
ﰍﰎ
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.”
ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪﮫ ﮬ ﮭ ﮮ
ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟﯠ
ﯡﯢﯣﯤﯥ ﯦﯧ
”... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia” (Ar-ra’du:11).
Aspek yang kedua yaitu desiring the good. Setelah para siswa
menyaksikan film “Children of Heaven”, guru dapat memberikan
penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang muncul
dalam film tersebut. Desiring the good berarti saat para siswa
mulai menjiwai seluruh pesan moral dan setidaknya mereka akan
merasakan keinginan atau tekat untuk berbuat baik dalam kehidupan
sehari-hari. Tahapan desiring lebih mengarah pada bagaimana
para siswa mulai menginternalisasikan nilai-nilai kebaikan dalam
jiwa mereka. Internalisasi nilai-nilai kebaikan merujuk pada upaya
penghayatan ataupun keyakinan kebaikan-kebaikan yang telah
disajikan para tokoh dalam film tersebut. Sedangkan aspek yang
ketiga yaitu doing the good. Setelah para siswa menginternalisasikan
atau meyakini nilai-nilai kebaikan, maka mereka akan berusaha
mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Aktualisasi
dari nilai-nilai kebaikan muncul dalam bentuk tindakan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Simpulan
Film “Children of Heaven” sarat akan nilai-nilai keislaman
sepert kesabaran, keikhlasan dan ketabahan, kejujuran, dan
birul walidaini (berbakti kepada kedua orang tua), kasih sayang,
nilai kesederhanaan (qonaah), dan motifasi untuk mengubah
keadaan ke arah yang lebih baik. Selain itu, film ini juga memiliki
relevansi dengan pendidikan karakter khususnya pendidikan yang
diselenggarakan baik di formal, nonformal, dan informal.
Penanam nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kedisiplinan,
semangat bekerja keras, saling sayang-menyayangi, menjaga wibawa,
berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri dan beberapa nilai-
nilai moralitas lainnya dapat ditemukan dalam film “Children of
Heaven”. Hasil penelitian ini setidaknya dapat memberi kontribusi
dalam khasah pembelajaran dengan film karena dengan film ternyata
guru dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter positif
pada diri siswa. Siswa tentunya juga dapat belajar banyak tentang
hal-hal nyata dalam lingkungan mereka yang disampaikan melalui
DAFTAR PUSTAKA