Sei sulla pagina 1di 8

Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No.

1, April 2017 63

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE TERHADAP SIKAP


REMAJA PUTRI DALAM MENANGANI DISMENORE

Arlin Dewi Utari1*, Yanita Trisetiyaningsih2


1,2
Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta Jl.Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping,
Sleman,D.I.Yogyakarta 55294, email: ners_yanita@yahoo.co.id

ABSTRACT
Background: Adolescence showed maturation of the reproductive organs one of menstruation. When
menstruation dysmenorrhea usually accompanied to disrupt the activities of youth and reduce quality of life
of individuals. In Indonesia the incidence of dysmenorrhea amounted to 64.25%. Teens knowledge about
dysmenorrhea showed 78.3% of young women are included in the category level of knowledge is lacking.
Hence the need for health education about dysmenorrhea, the importance of knowledge about adolescent
dysmenorrhea can change attitudes in dealing with dysmenorrhea appropriately and well, so as to achieve
healthy behaviors (health behavior).
Objective: To determine the effect of health education on the attitudes of young women in dealing with
dysmenorrhea.
Method: The research design uses methods quasy Experiment pretest and posttest design with non-
equivalent control group. The samples used were 36 respondents. Analysis of the data used is univariable
and Paried bivariable analysis using t-test and Independent t-test with a significance level of p <0.05.
Result: There are differences in the attitude between pretest and posttest in the intervention group with a p-
value of 0.000 (<0.05). There are differences in the attitude pretest and posttest control group with a p-value
of p-value 0.028 (<0.05). There are differences in the attitude posttest between the intervention group and
the control group with a p-value 0.003 (<0.05).
Conclusion: There is effect on dysmenorrhea health education on attitudes of young women in dealing with
dysmenorrhea in SMP N 1 Pleret.

Keyword : Dysmenorhea, Attitude.

PENDAHULUAN reproduksi. Pubertas merupakan awal dari


Masa remaja adalah masa di mana anak pematangan seksual, yaitu suatu periode di
sudah mulai meninggalkan masa kanak- mana seorang anak mengalami perubahan
kanak dan mulai menuju dunia orang fisik, hormonal dan seksual. Pada masa ini
dewasa. Masa remaja biasanya digambarkan organ reproduksi mulai berfungsi dan terjadi
pada usia 10-19 tahun, atau 15-24 tahun. perubahan hormonal, salah satu cirinya
Menurut WHO sendiri batasan usia remaja adalah terjadi mentruasi.1
adalah 10-24 tahun, sedangkan menurut Menstruasi merupakan suatu peristiwa
Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang pengeluaran darah, mukus, dan sel-sel epitel
Kesejahteraan Anak menetapkan definisi dari uterus secara periodik. Menstruasi
anak sebagai seorang yang belum mencapai merupakan bagian dari komponen penting
usia 21 tahun dan belum menikah. Masa dalam siklus reproduksi wanita (female
remaja menunjukkan awalnya pubertas reproductive cycle, FRC)(1). Usia normal bagi
sampai terjadinya kematangan pada organ perempuan pertama kali mengalami
64 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

menstruasi pada usia 12 atau 13 tahun. atau adanya tabu atau takhayul mengenai
Tetapi sebagian perempuan ada yang haid perlu dibicarakan. Jika rasa nyerinya
mengalami menstruasi awal yaitu pada usia 8 berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan
tahun atau ada juga yang mengalami kompres panas pada perut bawah untuk
menstruasi lambat yaitu pada usia 18 tahun. mengurangi penderitaannya.
Menstruasi sendiri akan berhenti dengan Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya
sendiri pada saat wanita sudah memasuki atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
usia 40-50 tahun atau yang sering disebut masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
menopause. Pada sebagian perempuan yang Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar
sedang menstruasi biasanya mengalami rasa mayarakat menyadari atau mengetahui
nyeri tiba-tiba yang biasa disebut dengan bagaimana cara memelihara kesehatan
istilah Dismenore.2 mereka, bagaimana menghindari atau
Dismenore adalah nyeri yang terjadi pada mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan
saat menstruasi dan ini dapat mengganggu mereka dan kesehatan orang lain, sehingga
produktivitas sehari-hari.3 Dismenore atau pada akhirnya tercapailah perilaku kesehatan
nyeri haid merupakan keluhan ginekologi (health behavior). Kesehatan bukan hanya
yang umum dialami perempuan. Nyeri haid diketahui atau disadari (knowladge) dan
ini merupakan suatu gejala dan bukan suatu disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan
penyakit. Biasanya nyeri yang dialami yaitu atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
nyeri kram pada perut bagian bawah dan hari (practice). Hal ini berarti bahwa tujuan
bisa menjalar ke punggung.3 Nyeri haid atau akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar
dismenore sendiri dibagi menjadi dua yang masyarakat dapat mempraktikan hidup sehat
pertama yaitu dismenore primer yang belum bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat atau
ditemukan penyebab pastinya dan terjadi masyarakat dapat berperilaku hidup sehat
sebelum usia 20 tahun, sedangkan yang (healthy life style).5
kedua adalah dismenore sekunder yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jelas sudah ada penyebab pasti seperti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kelainan patologis atau kandungan dan sikap remaja putri dalam menangani
4
biasanya terjadi di atas usia 20 tahun. dismenore pada siswi SMP N 1 Pleret Bantul
Cara penanganan dismenore perlu Yogyakarta.
dijelaskan kepada remaja putri yang
mengalami dismenore dan hendaknya BAHAN DAN CARA PENELITIAN
diadakan penjelasan mengenai cara hidup Penelitian ini menggunakan metode
sehat, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan. penelitan Quasy Eksperimen dengan desain
Kemungkinan salah informasi mengenai haid pretest and posttest non-equivalent control
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 65

group. Dalam penelitian ini ada dua kelompok kemaknaan p<0,05 rentang confidence
perlakuan, satu kelompok diberikan interval (CI) 95%.
pendidikan kesehatan dengan metode
ceramah, dan kelompok yang lainnya hanya
diberikan leaflet saja. Penelitian ini dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
di SMP Negeri 1 Pleret Bantul pada tanggal Tabel 1. Homogenitas Karakteristik
13 Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini Responden Berdasarkan Pretest, Umur di
SMP N 1 Pleret Bantul
yaitu seluruh siswi kelas VIII di SMP N 1
Pleret sebanyak 137 siswi dan jumlah sampel Kel. Kel. Leaflet
Karakteristik Ceramah (n=18 Org) p-
36 responden dengan teknik pengambilan (n=18 Org) value
Min-Max Min-Max
sampel simple random sampling.6 Masing-
Mean(SD) Mean(SD)
masing kelompok dilakukan penilaian sikap
Pretest 37-57 33-65 0,104
dalam menangani dismenore sebelum dan Sikap 44,67(5,3) 44,39(7,9)
Umur 13-14 13-15 0,630
setelah diberikan perlakuan.
Responden 13,78(0,4) 13,89(0,5)
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu (tahun)
Sumber : Data Primer 2015
pendidikan kesehatan, variabel terikat dalam
penelitian ini pengetahuan dan sikap dan
Berdasarkan uji homogenitas responden
variabel pengganggu yaitu tingkat
menunjukkan data pretest sikap antara
pendidikan, umur, media massa atau
kelompok ceramah dengan kelompok leaflet
informasi, sosial budaya, seseorang yang
memiliki p-value 0,104 (p>0,05), pada umur
dianggap penting, faktor emosional,
responden nilai p-value 0,630 (p>0,05).
pengalaman, dan lembaga pendidikan. Sikap
Berdasarkan uji homogenitas antara
remaja dinilai dari tanggapan remaja dalam
kelompok ceramah dengan kelompok leaflet
menjawab pernyataan dalam menanggapi
didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
kejadian dismenore dan diukur menggunakan
karakteristik responden antara kedua
kuesioner.
kelompok dalam hal pretest sikap, usia
Analisis yang digunakan yaitu analisis
responden.
univariabel dan bivariabel untuk melihat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest
umur responden didapatkan pada kelompok
pemberian pendidikan kesehatan
ceramah minimal berusia 13 tahun dan
menggunakan uji statistik Paried t-test,
maksimal berusia 14 tahun dengan nilai rata-
sedangkan untuk melihat perbedaan kedua
rata 13,78. Pada kelompok leaflet usia
kelompok menggunakan uji statistik
minimal responden 13 tahun dan usia
Independent t-test dengan tingkat
maksimal 15 tahun dengan nilai rata-rata
13,89. Menurut teori Pieter, et al., (2011)
66 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

yang mengungkapkan bahwa pada umur ini


Kel.ceramah 18 42 70 57,89 8,9
dapat juga disebut dengan remaja
pertengahan (13-15 tahun), yaitu pada masa Kel. Leaflet 18 37 60 49,33 6,8

ini terjadinya perubahan bentuk dan terja di Sumber Data : Primer 2015
perkembangan dalam organ reproduksi salah Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil
satunya pada remaja putri terjadilah posttest sikap responden setelah diberikan
menarche. Dari hasil penelitian didapatkan pendidikan kesehatan pada kelompok
rata-rata responden mengalami menarche ceramah memiliki perubahan yang signifikan
pada usia 13 tahun. Hasil ini diperkuat nilai rata-rata sebesar 57,89. Untuk hasil
dengan teori Pearce dalam Proverawati posttest pada kelompok leaflet setelah
(2012) yang mengemukakan bahwa diberikan leaflet tidak ada perubahan yang
permulaan menstruasi pada seorang gadis signifikan yaitu nilai rata-rata sebesar 49,33.
pubertas yang biasa muncul pada usia 11-14
tahun. Tabel 4 Hasil Uji Paired t-test Sikap Dalam
Menangani Dismenore Remaja Putri di
SMP N 1 Pleret Bantul pada Kelompok
Tabel 2 Sikap Pretest pada Remaja Putri
ceramah dan Kelompok leaflet
Dalam Menangani Dismenore di SMP N 1
Pleret Bantul Sikap 95% CI
Pretest- Mean t df Sig
Sikap n Min Max Mean SD Posttest Lower Upper
Kel. - - -8,198 -5,553 17 0,000
Kel.ceramah 18 37 57 44,67 5,3 Ceramah 13,222 18,246

Kel. -4,944 -9,275 -0,614 -2,409 17 0,028


Kel. Leaflet 18 33 65 44,39 7,9 Leaflet

Sumber Data : Data Primer 2015


Sumber Data : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil Berdasarkan hasil uji paried t-test pada
pretest sikap responden sebelum diberikan kelompok ceramah menunjukkan nilai t-test =
pendidikan kesehatan pada kelompok -5,553 dengan p-value = 0,000. Nilai p-value
ceramah nilai rata-rata sikap dalam <0,05 maka keputusan yang diambil adalah
menangani dismenore sebesar 44,67. Ho ditolak, artinya ada perbedaan sikap
Sedangkan pada kelompok leaflet hasil sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
pretest sikap responden sebelum diberikan kesehatan pada kelompok ceramah.
leaflet nilai rata-rata sikap dalam menangani Berdasarkan tabel 4 hasil uji paried t-test
dismenore 44,39. pada kelompok leaflet menunjukkan nilai t-
Tabel 3 Sikap Posttest pada Remaja Putri test = -2,409 dengan p-value = 0,028. Nilai p-
Dalam Menangani Dismenore di SMP N 1
Pleret Bantul value < 0,05 maka keputusan yang diambil
adalah Ho ditolak, artinya ada perbedaan
Sikap n Min Max Mean SD
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 67

sikap sebelum dan sesudah diberikan leaflet yang disampaikan melalui pendidikan
pada kelompok kontrol. kesehatan yaitu berupa perubahan sikap
Pendidikan kesehatan adalah suatu yang dimulai dari perubahan pengetahuan
pengalaman yang dapat berpengaruh individu.13 Penelitian ini sesuai dengan
terhadap sikap, kebiasaan dan pengetahuan penelitian Dhuangga (2012) yang
yang positif dan menguntungkan yang menyatakan bahwa adanya perbedaan
berhubungan dengan kesehatan individu tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri
14
maupun kelompok. Hal ini didukung oleh setelah diberikan pendidikan kesehatan di
pernyataan Chandra (2009) bahwa mana tingkat pengetahuan dan sikap
pendidikan kesehatan adalah suatu meningkat lebih baik. Dalam penelitian
rangkaian proses pendidikan yang Sapitrya (2014) juga menyatakan bahwa
diharapkan akan membawa efek perubahan sikap responden setelah diberikan pendidikan
pada pola kehidupan sehat seseorang dalam kesehatan dan leaflet mengalami perubahan
bidang pengetahuan dan perilaku yang yang signifikan yaitu 87% responden
berhubungan dengan kesehatan. termasuk dalam kategori sikap baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Novitasari (2012), Tabel 5 Hasil Uji Independent t-test Sikap
Remaja Putri dalam Menangani Dismenore
dengan adanya pendidikan kesehatan di SMP N 1 Pleret Bantul antara Kelompok
terhadap remaja putri tentang dismenore Ceramah dengan Kelompok Leaflet

dapat meningkatkan pengetahuan remaja Posttest Mea t Sig 95% CI


Sikap n Lower Upper
putri terhadap dismenore yaitu sebanyak Kel.Interve
71,6% remaja putri memiliki pengetahuan nsi 57,89 - 0,003 -13,942 -3,169

baik setelah diberikan pendidikan kesehatan Kel. 3,235


Kontrol 49,33
melalui metode ceramah. Sesuai dengan
Sumber Data : Data Primer 2015
penelitian Jati (2010) yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan tabel 5 menunjukan nilai t-
yaitu 15 siswi (100%) termasuk dalam
test = -3,235 dengan p-value = 0,003
kategori baik setelah diberikan pendidikan
sehingga p-value < 0,05 berarti Ho ditolak,
kesehatan tentang dismenore.
artinya ada perbedaan skor sikap dalam
Dengan bertambahnya pengetahuan
menangani dismenore pada saat posttest
seseorang maka akan dapat mengubah sikap
antara kelompok ceramah dan kelompok
seseorang ke arah postif. Sesuai dengan
leaflet. Perbedaan ditunjukkan dari selisih
teori Wiryanto (2006) bahwa perubahan yang
nilai mean pada kelompok intervensi dan
terjadi dalam diri responden sebagai akibat
kelompok kontrol yaitu 8,56.
dari paparan pesan-pesan dan informasi
68 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

Perbedaan kedua kelompok tersebut serta hanya dapat digunakan oleh orang-
dipengaruhi karena proses pada pemberian orang yang mempunyai indera penglihatan
informasi yang berbeda yaitu pada kelompok yang normal dan sehat. Informasi yang
intervensi diberikan penyuluhan melalui diberikan dalam leaflet hanya menyampaikan
metode diskusi dan ceramah yang responden secara garis besar tentang suatu masalah
mendapat kesempatan untuk berdiskusi dan sehingga diberi leaflet tanpa ada penjelasan
bertanya tentang materi yang belum lebih lanjut membuat pembaca salah
dipahami, sedangkan pada kelompok kontrol mempersepsikan apa yang telah dibaca.
responden hanya diberikan leaflet dan Selain itu banyak faktor yang memengaruhi
memahami leaflet. Sejalan dengan penelitian keberhasilan pemberian leaflet antara lain
Munawaroh dan Sulistyorini (2010) yang faktor leaflet yaitu warna yang kurang
menyimpulkan metode ceramah lebih efektif mencolok, tulisan yang terlalu kecil dan
dalam menyampaikan informasi banyak serta penyampaian informasi yang
dibandingkan dengan hanya memberikan monoton dan proses pemberian leaflet
leaflet. Sesuai dengan teori Notoatmodjo seperti waktu dan tempat yang tidak sesuai.13
(2010) bahwa metode ceramah merupakan
cara penyampaian informasi secara lisan dan KESIMPULAN

dapat diikuti peserta lebih dari dua puluh Berdasarkan hasil penelitian dan

orang, selain itu metode ceramah menuntut pembahasan sikap remaja putri dalam

responden untuk menggunakan indera menangani dismenore di SMP Negeri 1

penglihat (mata), indera pendengar (telinga) Pleret, maka ada perbedaan sikap pretest-

dan juga konsentrasi yang cukup untuk posttest siswi dalam menangani dismenore

menyerap informasi yang diberikan. pada kelompok ceramah yaitu dengan nilai p-

Penelitian yang sama juga diungkapkan value 0,000 (p<0,05) dan kelompok leaflet

oleh Sapitrya (2014) yang menyatakan 0,028 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh

bahwa pendidikan kesehatan melalui metode pendidikan kesehatan terhadap sikap siswi

ceramah berpengaruh terhadap sikap SMP N 1 Pleret.

responden dibanding dengan yang hanya Ada perbedaan antara kelompok ceramah

diberikan pendidikan kesehatan melalui dengan kelompok leaflet, pada kelompok

media leaflet. Dalam teori Syarifudin (2009) ceramah terdapat perubahan yang signifikan

dijelaksan bahwa leaflet termasuk media dua setelah diberikan pendidikan kesehatan

dimensi yang merupakan media visual yang melalui metode ceramah dan diskusi,

hanya mengandalkan indera mata, oleh sedangkan pada kelompok leaflet ada

sebab itu media ini tidak dapat memberikan perubahan yang tidak signifikan setelah

informasi yang mendalam tentang suatu hal,


Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 69

diberikan pendidikan kesehatan melalui 8. Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran


media leaflet. Pencegahan dan Komunitas. Jakarta :
Diharapkan menambah informasi bagi EGC
petugas UKS dan siswi agar dapat 9. Novitasari. 2012. Efektifitas Pendidikan
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswi Kesehatan Tentang Dismenore terhadap
dalam menangangi dismenore. Bagi peneliti Tingkat Pengetahuan Remaja di
selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini Madrasah Tsanawiyah Islamiah Ciputat.
dapat menjadi referensi untuk melakukan Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan
penelitian lebih lanjut mengenai penanganan 10. Jati, S. 2010. Pengaruh Pemberian
dismenore dengan mengendalikan variabel Penyuluhan Dismenorea terhadap
pengganggu. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Dismenorea pada Siswi Kelas
VII dan VIII di SMP Muhammadiyah 10
KEPUSTAKAAN
Yogyakarta. Hasil penelitian yang tidak
1. Reeder, S.J, Martin L.L and Koniak-
dipublikasikan
Griffin, D. 2011. Keperwatan Maternitas.
11. Dhuangga, W. 2012. Efektifitas
Volum 1 (edisi 18). Jakarta: EGC.
Pendidikan Kesehatan tentang
2. Purba, E.P, Kompas, S and Karundeng,
M. Hubungan Pengetahuan dengan
Hygiene Kewanitaan terhadap

Perilaku Penanganan Dismenore di SMA Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri


7 Manado. Volum 1: XVII. dalam menangani keputihan. Jurnal
3. Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Wanita Ners Indonesia. Vol. 2, No. 2. Maret
Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. 2012:116-123.
4. Bobby & Hotma. 2004. Dismenore. 12. Sapitrya, M.E. 2014. Pengaruh
http://medicastore.com/penyakit/101/dis Penyuluhan Pernikahan Dini
menore. Diunduh 3 Oktober 2014 pukul
terhadap Sikap tentang Pernikahan
20:30.
Dini Remaja Kelas VIII SMP Negeri 1
5. Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan
Dlingo Bantul Yogyakarta Tahun
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
2014. Hasil penelitian yang tidak
Cipta.
6. Dharma, K.K. 2011. Metodologi
dipublikasikan

Penelitian Keperawatan. Jakarta: TIM. 13. Munawaroh, S & Sulistyorini, A. 2010.


7. Proverawati, A. 2012. Menarche Efektifitas Metode Ceramah dan
Menstruasi Pertama Penuh Makna. Leaflet dalam Peningkatan
Yogyakarta: Mutia Medika. Pengetahuan Remaja Tentang Seks
70 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

Bebas di SMA Negeri Grayun. Hasil


penelitian yang tidak dipublikasikan
14. Machfoedz, I & Suryani, E. 2006.
Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta:
Fitramaya.
15. Pieter, H.Z, Janiwarti, B and Saragih,
Ns.M. 2011. Pengantar Psikologi
untuk Keperawatan. Jakarta:
Kencana.

Potrebbero piacerti anche