Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
org
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendi dikan Agama dan Keagamaan, 15(1), 2017, 109-125
Naskah diterima 7 Januari 2017, direvisi 23 Februari 2017, disetujui 20 Maret 2017
Abstrak
Abstract
Penelitian dilaksanakan di Lapas Bulukumba
The study was conducted in the Correctional dan Rutan Bantaeng dengan menggunakan
Facility of Bulukumba and the Detention House metode kualitatif. Masalah penelitian memuat
of Bantaeng using qualitative method. The study tentang bagaimana pembinaan keagamaan
issue includes how to foster children’s religious in anak di lembaga pemasyarakatan dengan tujuan
correctional institutions with the aim at revealing mengungkap dan menggambarkan proses,
and describing the process, behavioral impacts, dampak perilaku, pendukung dan penghambat
support and barrier to religious coaching for terhadap pembinaan keagamaan bagi warga
prisoners of the Correctional Facility (WBP). The binaan pemasyarakatan (WBP). Hasil penelitian
result of the study shows that religious coaching is menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan
carried out in an integrated manner implemented dilaksanakan secara integrasi yang dilaksanakan
in a mosque and skill room by using an assistance di masjid dan ruang keterampilan dengan
method (cadreisation) focusing on fiqh (salat) and menggunakan metode asistensi (kaderisasi) yang
reading the Qur’an (BTQ) separately between male fokus pada fiqh (salat) dan baca tulis Qur’an
and female WBP. The role of religious organization (BTQ) secara terpisah antara WBP pria dan wanita.
(Wahdah) and prisoners of the Correctional Peran organisasi keagamaan (Wahdah) dan warga
Facility (WBP) helps the Correctional Facility/ binaan pemasyarakatan (WBP) sangat membantu
Detention House authorities contribute to the pihak lapas/rutan dalam memberikan kontribusi
religious coaching. Although on the other hand, pembinaan keagamaan. Meskipun di sisi lain,
the optimization of the religious coaching has not optimalisasi pembinaan keagamaan belum
worked maximally because the synergy between berjalan secara maksimal, karena sinergisitas
antara Menkumham dan Kementerian Agama
the Minister of Justice and Human Rights and the
(penyuluh Agama) terjadi kevakuman sejak
Ministry of Religious Affairs (counselor of religion)
tahun 2008 s/d 2009. Pihak pengelola (pembina)
was vacant since 2008 to 2009. The Correctional lapas dan rutan memiliki keterbatasan dalam
Facility/Detention managers have limitation in mengimplementasikan pembinaan keagamaan,
implementing the religious coaching: a) Ratio diantaranya: a) Rasio antara pembina dan WBP
between the coach and WBP is not balanced; b) tidak seimbang; b) Pembinaan diaplikasikan
Coaching is naturally applied; c) Knowledge of secara alami; c) Pengetahuan pengelola (pembina)
the Correctional Facility/Detention managers on lapas/rutan tentang pengetahuan agama
religious and religious knowledge is actualized dan keagamaan diaktualisasikan berdasarkan
by experience; d) lack of media support and pengalaman; d) Minimnya dukungan media
coaching facilities (religious and spatial books) dan fasilitas (buku-buku agama dan ruang)
and e) Schedule of coaching activities has not been pembinaan; dan e) Jadwal kegiatan pembinaan
consistent. belum konsisten.
Keywords: Religious Coaching, Children, Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan, Anak, LAPAS,
Correctional Facility and Detention House dan RUTAN
1
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Pengaruh
Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. h. 251
telah diwahyukan oleh Allah SWT dan peraturan hukum yang berlaku baik hukum
disunnahkan Rasulullah SAW.5 perundang-undangan atau hukum yang lain
Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan dan sekarang berada dalam rumah tahanan
kegiatan yang dilakukan secara efektif dan atau lembaga pemasyarakatan.
efisien untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.6 Sedangkan keagamaan berarti segala Pola Pembinaan Narapidana dalam
sesuatu yang berhubungan dengan agama.7 Sistem Pemasyarakatan
Jadi pembinaan keagamaan dalam penelitian Sistem Pemasyarakatan di negara kita
ini adalah segala aktifitas keagamaan, dalam kenyataannya belum dapat dikatakan
yang meliputi pemahaman penghayatan sebagai suatu sistem pemasyarakatan
pengamalan ajaran agama Islam bagi yang sesungguhnya. Gunakaya
narapidana anak khususnya agama Islam berpendapat apabila kita membahas tentang
yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan sistem pemasyarakatan yang sesungguhnya
yang bertujuan untuk membina para harus memiliki beberapa unsur, yaitu: 1)
narapidana melalui pendekatan religius. harus adanya sarana peraturan perundang-
undangan dan praturan pelaksanaannya,
Narapidana Anak yang merupakan landasan struktural yang
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 menunjang atau melaksanakan dasar
angka 7 Undang Undang Nomor 12 Tahun bagi ketentuan-ketentuan operasional
1995 dinyatakan bahwa yang dimaksud suatu konsepsi, dalam hal ini konsepsi
dengan narapidana adalah “Terpidana yang pemasyarakatan; 2) harus tersedia sarana
menjalani pidana hilang kemerdekaannya personil yang mencukupi dan memadai bagi
di lembaga pemasyarakatan”. Pembinaan kebutuhan pelaksanaan tugas pembinaan
merupakan upaya untuk menyadarkan narapidana; 3) sarana administrasi
narapidana atau anak pidana agar menyesali keuangan, sebagai sarana materiil untuk
perbuatannya, dan mengembalikannya keperluan operasional; dan 4) sarana
menjadi warga masyarakat yang baik, taat fisik yang sesuai dengan kebutuhan bagi
kepada hukum, menjunjung tinggi nilai- pelaksanaan pembinaan narapidana dalam
nilai norma, sosial dan keagamaan, sehingga proses pemasyarakatan.8
tercapai kehidupan masyarakat yang Dalam rangka usaha ke arah diperoleh-
aman tertib dan damai. Narapidana anak nya keseragaman dalam tindakan pembinaan
menurut KUHP pasal 45 adalah: anak yang bagi narapidana maka berdasarkan hasil-
belum dewasa dan mencapai genap umur hasil rapat kerja Direktorat Jenderal Bina
21 tahun, belum menikah dan anak tersebut Tuna Warga pada tahun 1976, di beberapa
melakukan sesuatu yang dianggap melanggar wilayah Pemasyarakatan telah disusun
pola-pola pembinaan narapidana dalam
LP sebagai berikut: a) Pola Penerimaan/
5
Sahilun A. Nasir. 1999. Ilmu Dakwah. Jember: Pendaftaran Warga Baru (Perihal Admis
STAIN Press. h. 4
6
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. h. 152 A. Widiada Gunakaya. 1988. Sejarah dan Konsepsi
8
7
Ibid. h. 12 Pemasyarakatan. Bandung: Armico. h. 130-131
dan Orientasi, dan Perihal Klasifikasi/ yang telah memperoleh kekuatan hukum
Diversifikasi), b) Pola Perawatan Narapidana tetap.10 Narapidana adalah terpidana yang
(Perihal Pakaian, Makanan, Kesehatan dan menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Dinas Medis, dan Pemberitahuan Sakit lapas.11 Narapidana merupakan terpidana
dan Kematian Narapidana), c) Pola Tata yang sedang menjalani pidana hilang
Tertib Disiplin Narapidana (Perihal Tata kemerdekaan. a. Anak Didik Pemasyarakatan
Tertib, dan Prosedur Mengajukan Keluhan/ adalah: (1) Anak Pidana yaitu anak yang
Pengadaan Narapidana), d) Pola Bimbingan/ berdasarkan putusan pengadilan menjalani
pendidikan Agama Bagi Narapidana (Perihal pidana di lapas anak paling lama sampai
Umum, dan Program Keagamaan), e) Pola berumur 18 (delapan belas) tahun; (2)
Pendidikan dan Rekreasi Bagi Narapidana Anak negara yaitu anak yang berdasarkan
(Perihal Pendidikan, Rekreasi, Pendidikan putusan pengadilan diserahkan pada
Kepramukaan, Perpustakaan), f) Pola negara untuk dididik dan ditempatkan di
Pekerjaan Narapidana (Perihal Pekerjaan lapas anak paling lama sampai berumur
Narapidana, Jenis Pekerjaan Narapidana, 18 (delapan belas) tahun; (3) Anak sipil
Syarat Pemberian Pekerjaan, Hasil-hasil yaitu anak yang atas permintaan orang
Pekerjaan, dan Pemberian Imbalan Jasa), g) tua atau walinya memperoleh penetapan
Pola Pelaksanaan Mekanisme Kerja Dewan pengadilan untuk dididik di lapas anak
Pembina Pemasyarakatan Dalam Instalansi paling lama sampai berumur 18 (delapan
Pelaksanaan (Status dan Susunan Dewan belas) tahun; b. Lembaga pemasyarakatan;
Pembina Pemasyarakatan, Sidang-sidang sebagai instansi terakhir di dalam sistem
Dewan Pembina Pemasyarakatan), h) Pola peradilan pidana dan pelaksanaan putusan
Tentang Hak-hak Narapidana dan lain- pengadilan (hukum) di dalam kenyataannya
lain (Perihal Hubungan Dengan Pihak Lain, tidak mempersoalkan, apakah seseorang
Pelaksanaan Pemberian Remisi, Perihal terbukti bersalah atau tidak.12 Lembaga
Pelaksanaan Pemberian Cuti dan sebagainya, pemasyarakatan (lapas) adalah merupakan
Penyelenggaraan Integrasi, dan Pelaksanaan tempat dilakukan kegiatan pembinaan
Lepas Bersyarat), i) Pola Pengangkutan, mental, dan di ruang mana saja dijadikan
Pemindahan dan Peminjaman Narapidana sebagai tempat kegiatan, waktu-waktu apa
(Perihal Pengangkutan Narapidana, saja, serta siapa yang terlibat dalam kegiatan
Pemindahan Narapidana, Peminjaman tersebut.
Narapidana), j) Pola Tentang Keamanan, k) Pendidikan atau bimbingan merupakan
Pola Pemeliharaan Sarana Fisik LP. 9 sarana yang mendukung keberhasilan negara
menjadikan narapidana menjadi anggota
Pemasyarakatan
Narapidana adalah seorang yang 10
Bambang Waluyo. 2000. Pidana dan Pemidanaan.
dipidana berdasarkan putusan pengadilan Jakarta: Sinar Grafika. h. 36
11
Ibid. h. 78
12
Panjaitan, Petrus Irwan dan Simonangkis
Dipraja, R. Achmad S. Soema dan Romli
9
Pandapotan. 1995. Lembaga Pemasyarakatan dalam
Atmasasmita, 1979. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia. Perspektif Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pustaka
Bandung: Percetakan Ekonomi. h. 64-65 Sinar Harapan. h. 37
Indonesia, Jakarta: Refika Aditama. h. 126 Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. h. 58
pasal yang mengatur tentang pendidikan dasar pemikiran dari pembinaan anak tidak
dan pengajaran yaitu Pasal 9 sampai Pasal 13 dapat dilepaskan dari tujuan utama untuk
Selanjutnya setiap napi berhak mewujudkan kesejahteraan anak yang
mengikuti pembinaan melalui program pada dasarnya merupakan bagian integral
Asimilasi, yang meliputi: 1) Asimilasi dari kesejahteraan sosial, dalam arti bahwa
ke dalam yaitu: a) Pendidikan agama, kesejahteraan atau kepentingan anak berada
b) Olah raga, dan c) Keterampilan; 2) dibawah kepentingan masyarakat. Akan
Asimilasi keluar, yaitu: pembinaan ini tetapi harus dilihat bahwa mendahulukan
dititikberatkan pada atau di luar lembaga kesejahteraan dan kepentingan anak itu
pemasyarakatan dengan pengawalan dari pada hakikatnya merupakan bagian dari
petugas pemasyarakatan. Wujud pembinaan usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.15
ini adalah: a) Perkebunan di sekitar lembaga Perbedaan perlakukan dan ancaman
pemasyarakatan, b) Bekerja membersihkan yang diatur dalam Undang-undang Sistem
halaman kantor lembaga pemasyarakatan, Peradilan Pidana Anak dimaksudkan
dan c) Pemberian izin untuk alasan penting. untuk lebih memberikan perlindungan
dan pengayoman terhadap anak dalam
Pendidikan Keagamaan Anak menyongsong masa depannya yang
masih penjang. Selain itu, pembedaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 6
tersebut dimaksudkan untuk memberikan
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995,
kesempatan kepada anak agar setelah
dinyatakan bahwa: Pembinaan Warga
melalui pembinaan akan diperoleh jati
Binaan Pemasyarakatan dilakukan di
dirinya untuk menjadi manusia yang lebih
lapas dan pembimbingan warga binaan
baik, yang berguna bagi diri, keluarga,
pemasyarakatan dilakukan oleh Lapas.
masyarakat, bangsa dan negara.16
Sedangkan pembinaan di lapas dilakukan
terhadap narapidana dan anak didik Lalu mengenai perlindungan
pemasyarakatan. hukumnya, hal ini dapat diwujudkan antara
lain dengan dilakukannya beberapa usaha
Sistem pembinaan pemasyarakatan
sebagai berikut: pembinaan, pendampingan,
dilaksanakan berdasarkan asas: a)
pengawasan, penjaminan pendidikan
Pengayoman, b) Persamaan perlakuan dan
kontruktif, integratif, kreatif, positif, dan
pelayanan, c) Pendidikan, d) Pembimbingan,
usaha ini tidak boleh mengabaikan aspek-
e) Penghormatan harkat dan martabat
aspek mental, sosial, dan fisik dari seorang
manusia, f) Kehilangan kemerdekaan
narapidana anak.17
merupakan satu-satunya penderitaan, g)
Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan
dengan keluarga dan orang-orang tertentu.
Dalam hal pemidanaan anak tidak 15
Sutatiek Sri. 2013. Rekontruksi Sistem Sanksi
dapat diperlakukan sama dengan orang dalam Hukum Pidana Anak Indonesia. Yoyakarta:
dewasa karena anak yang mendapatkan Aswojo Pressindo. h. 25
sanksi pidana sebenarnya adalah korban 16
Wagiati Soetedjo dan Melani. 2013. Hukum
Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama. h. 27
dari lingkungan sekitarnya. Jadi, tujuan dan 17
Ibid. h. 94
Arah dari pembinaan salat terhadap pemasyarakat dapat mengenal lebih jauh
warga binaan pemasyarakatan bukan dan bisa diaplikasikan sehari-hari.
mengajarkan salat secara ritual akan tetapi Pada prinsipnya, bagaimana warga
lebih kepada mengajarkan salat secara binaan pemasyarakatan sudah terbiasa
aktual, yaitu: bagaimana sebenarnya melaksanakan ibadah (fardhu dan sunnah)
hakikat dan fungsi salat dalam kehidupan baik secara individu maupun berjamaah.
sehari-hari. Karena tujuan pembinaan Sedangkan yang menjadi pengelola masjid
salat yang sesungguhnya adalah warga dan imam rawatib dipercayakan kepada
binaan pemasyarakatan lebih mendekatkan WBP. Sehingga untuk dapat mengetahui
diri kepada Allah SWT sehingga akan tingkat kemampuan dalam penguasaan
mengendalikan sikap dan perbuatan mereka bacaan salat dan do’a, hanya dapat dilihat
selama menjalani hidup. pada imam. Karena, yang dipercayakan
Kegiatan ini, tidak hanya sebatas teori menjadi imam rawatib, hanya 2 orang saja
atau pemahaman yang diberikan oleh (Anto dan Haris).
pembina, tetapi bagaimana warga binaan Menurut Asri (pembina), Kaderisasi
pemasyarakat dapat mengaplikasikan imam sangat penting dikembangkan, karena
sehari-hari. Adapun yang diperkuat pada ini merupakan program jangka panjang.
pembinaan ini adalah: Memperkenalkan Sehingga pihak pembina, memprogramkan
jenis-jenis salat (wajib dan sunnah), tata kaderisasi tertsebut. Ada beberapa kriteria
cara berudhu dan salat, bacaan salat dan dalam pengkaderisasian imam, diantaranya:
do’a, serta pengkaderan Imam. melihat kepribadian (sifat dan perilaku
Pengenalan salat tidak hanya sebatas keseharian WBP di lingkungan lapas/rutan,
untuk diketahui, tetapi yang terpenting penguasaan bacaan/do’a salat (fardhu
bagaimana bisa mengaplikasikan. dan sunnah), dan kepedulian terhadap
Pelaksanaan salat sunnah Duha, sebagian kemasjidan. Hal tersebut, yang dijadikan
besar warga binaan pemasyarakatan sudah sebagai acuan pedoman yang diterapkan
melaksanakan secara rutin sebelum memulai pihak lapas/rutan dalam kaderisasi imam.
pembelajaran BTQ, begitupun sebelum dan Pihak lapas/rutan sampai sekarang
sesudah melaksanakan salat fardhu. Materi- berupaya mewujudkan kaderisasi
materi salat yang telah didapatkan, sudah imam, agar kegiatan kemasjidan (salat
dapat diaplikasikan (praktek) sesuai waktu. berjamaah) dapat terimplemtasikan setiap
Etika dalam pelaksanaan berwudhu hari. Pihak lapas/rutan mengeluarkan
sudah nampak terlihat, misalnya: terstruktur aturan/kebijakan dalam pelaksanaan
dalam membasuh, budaya antri dan tidak salat berjamaah, yaitu: warga binaan
tergesa-gesa dalam berwudhu, bahkan para pemasyarakatan tidak semua bisa salat
WBP membersihkan diri (mandi) sebelum berjamaah di masjid, ini dikarenakan faktor
melaksanakan salat Jum’at. Tujuan pihak keamanan. Sehingga hanya salat (duhur dan
lapas/rutan memberikan pembinaan ashar) yang diperbolehkan seluruh WBP
keagamaan (fiqh), agar warga binaan melaksanakan secara berjamaah di masjid.
Untuk sahalat subuh, magrib dan isya yang
bisa melaksanakan salat berjamaah bagi WBP perilaku warga binaan pemasyarakatan
yang memiliki kondite baik, diantaranya: serta merupakan momentum yang tepat
Blok koki dan punya kontribusi di lapas/ bagi pihak pemerintah (Kementerian Agama
rutan (membantu tugas-tugas pembina) dan Kemhumkam) dalam mengembangkan
dengan jumlah yang tidak banyak, yaitu: kegiatan tersebut.
kurang lebih 21 orang saja. Pengembangan pembinaan keagamaan
c) Pengkajian/Siraman Rohani, yang diimplementasikan pihak Menhunkam
Pengertian bimbingan secara luas adalah (lapas/rutan) selama ini, masih dalam
suatu proses pemberian bantuan secara taraf dasar, yaitu: pengenalan huruf
terus menerus dan sistimatis kepada hijaiyah dan hafalan do’a salat, sehingga
individu dalam memecahkan masalah yang masih memerlukan referensi-referensi
dihadapinya, agar tercapai kemampuan yang terkait dengan keagamaan dalam
untuk memahami dirinya, mampu mengoptimalisasikan pembinaan
untuk mengarahkan dirinya dan mampu keagamaan khususnya. Karena, warga
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, binaan pemasyarakatan bervariatif dalam
baik dalam keluarga maupun masyarakat.20 hal keilmuan agama yang dimiliki, baik
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam hal usia, kasus, maupun karakter.
pihak lapas/rutan hanya pada tataran Adapun narasumber/uztadz yang
permukaan (dasar) saja. Misalnya: biasa memberikan pencerahan/pengkajian
pengenalan huruf hijaiyah (mengaji) keagamaan terkadang kurang maksimal
dan hafalan do’a salat, pada prinsipnya dalam menyampaikan/memberikan materi.
bagaimana materi keagamaan bisa Terlepas masalah waktu, pengalaman (jam
memberikan pencerahan bagi WBP yang terbang) dan materi yang disampaikan.
sifatnya masalah kebaikan. Ada perbedaan Seyogyanya, para narasumber/uztadz
pembinaan keagamaan antara pembelajaran memiliki latar belakang yang spesifik
BTQ dengan pengkajian, dimana waktu pada bidang ilmunya serta materi-materi
pengkajian terkadang hanya dikondisikan kegamaan yang disampaikan mudah dicerna,
disela-sela pembelajaran BTQ. Sehingga, dipahami, serta bisa langsung diaplikasikan
warga binaan pemasyarakatan minim oleh warga binaan pemasyarakatan.
dalam menyerap pengetahuan dan wawasan Peran penyuluh agama (Kementerian
keagamaan (pemahaman). Agama) sangat-sangat dibutuhkan dalam
Pencerahan wawasan keagamaan memberikan pencerahaan di lapas/rutan. Ini
terkadang didapatkan lewat khutbah Jum’at merupakan momentum bagi Kementerian
dan peringatan Hari Besar Islam saja, itupun Agama dalam memberikan kontribusi
dengan durasi sangat singkat. Pencerahan keagamaan terhadapa masyarakat,
hal semacam ini merupakan salah satu pilar khususnya warga binaan pemamasyarakatan
atau kekuatan guna merubah pola pikir dan di lapas/rutan. Terlepas dari tupoksi
Kementerian Agama dalam pelayanan
keagamaan terhadap masyarakat, juga bisa
20
Khoirul Umam dan A. Achyar Aminudin. 1998.
Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung. CV. Pustaka memenuhi kebutuhan para penyuluh agama
Setia. h. 12 (angka kredit).
manual (alami) dan terbatasnya media ini, terutama pada kalangan responden/
pembelajaran yang dijadikan sebagai informan (Kementrian Agama Kabupaten
rujukan/pedoman, dalam melangsungkan Bulukumba dan Bantaeng, serta LAPAS
kegiatan pembinaan, diantaranya: buku dan RUTAN). Semoga laporan penelitian
bacaan agama, Iqra, dan Qur’an. Secara ini, bisa dijadikan sebagai sumber data
signifikan dampak pembinaan kegamaan dan informasi, terkhusus pada pemangku
terhadap warga binaan pemasyarakatan kebijakan Kementerian Agama RI.
dapat dilihat pada tataran implementasi
baca tulis qur’an (BTQ) dan melaksanakan DAFTAR PUSTAKA
salat secara berjamaah (fiqh). Karena,
ini merupakan ketetapan pihak lapas/
A. Nasir, Sahilun (1999): Ilmu Dakwah.
rutan dalam mengaktualisasikan kegiatan
Jember, STAIN Press.
pembinaan keagamaan (Bimas dan
Pelayanan). Alwi, Hasan (2002): Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta, Balai Pustaka.
Beberapa rekomendasi yaitu: diharapkan
pemerintah terkait (Kementerian Agama, (2007): Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta, Balai Pustaka
Kemenhumkam, Pemda) agar bisa
lebih meningkatkan sinergisitas dalam Anwar (2007): Bimbingan dan Konseling Islam
membangun komunikasi serta selektif (Teori dan Praktek), Semarang, Cipta
dalam merekrut dan menempatkan tenaga Prima Nusantara.
penyuluh berdasar pada latar belakang Dipraja, R. Achmad S. Soema dan
pendidikan. Pemenuhan fasilitas pembinaan Romli Atmasasmita (1979): Sistem
keagamaan (media) pembelajaran sangat Pemasyarakatan Di Indonesia. Bandung,
Percetakan Ekonomi.
penting, dalam mewujudkan eksistensinya
kegiatan pembinaan. Sehingga, diperlukan Faqih, Ainurrahim (2000): Dasar-Dasar
adanya kerjasama antara pihak Menhumkan Bimbingan Dan Konseling Islami.
dengan lembaga/instansi terkait dalam Yogyakarta, UII Press
pengadaan yang berdasar pada kebutuhan Gunakaya, A.Widiada (1988): Sejarah Dan
warga binaan pemasyarakatan. Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung,
Armico.
Pengembangan pembinaan keagamaan
diperlukan adanya inovasi dan kreatifitas Hellen (2002): Bimbingan dan Konseling,
pihak pembina. Sehingga pemahaman, Jakarta, Ciputat Press.
pengetahuan, dan wawasan keagamaan Jalaluddin (1996): Psikologi Agama. Pengaruh
warga binaan pemasyarakatan tidak hanya Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan.
terfokus pada dua aspek saja. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Kafie, Jamaluddin (1993): Psikologi Dakwah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Surabaya, Indah Press
Khoirul Umam dan A. Achyar Aminudin
Penulis menghaturkan banyak terima (1998): Bimbingan Dan Penyuluhan.
kasih kepada Balai Litbang Agama Makassar Bandung, CV. Pustaka Setia.
yang ikut berkontribusi pada penelitian
Moleong, Lexy J (2011): Metodologi Penelitian Print, Darwan (2003): Hukum Anak Indonesia.
Kualitatif. Bandung, PT. Rosdakarya Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.
Muidin, Gultom (2008): Perbandingan Hukum Priyatno, Dwidja (2006): Pidana Penjara di
Terhadap Anak Dalam Sistim Peradilan Indonesia. Bandung, Refika Aditama.
Pidana Anak di Indonesia, Jakarta, Refika Sri, Sutatiek (2013): Rekontruksi Sistem Sanksi
Aditama. Dalam Hukum Pidana Anak Indonesia.
Panjaitan, Petrus Irwan dan Simonangkis, Yoyakarta, Aswojo Pressindo.
Pandapotan (1995): Lembaga Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012,
Pemasyarakatan Dalam Perspektif Sistem tentang Sistem Peradilan Anak
Peradilan Pidana. Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2012,
tentang Perlindungan Anak Dalam Rangka
---------, Pasal 1 Undang-Undang Republik Meningkatkan Efektifitas Penyelenggaraan
Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Perlindungan Anak
Tentang Pemasyarakatan, Redaksi
Sinar Grafika Wagiati Soetedjo dan Melani (2013): Hukum
Pidana Anak. Bandung, Refika Aditama).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat Waluyo, Bambang (2000): Pidana dan
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Pemidanaan. Jakarta, Sinar Grafika.
Binaan Pemasyarakatan
Poernomo, Bambang (1986): Pelaksanaan
Pidana Penjara dengan Sistem
Pemasyarakatan.Yogyakarta, Liberty.