Sei sulla pagina 1di 15

Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa

The Influence of Peers Toward Student’s Learning Motivation

Restu Dwi Fitria 1*, Muswardi Rosra 2, Shinta Mayasari 2


1
Mahasiswa FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung
* e-mail: rez2dfitria23@gmail.com, Telp: +6289648880869
2
Dosen FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar
Lampung

Received: 2017 Accepted: 2017 Online: Published: 2017

Abstract: The Influence of Peers Toward Student’s Learning Motivation. The purpose
of this study was to identify the influence of peers toward student’s learning motivation.
The problem in this study was student’s low learning motivation. The research method
was a description correlation. The samples were as many as 44 student’s who were
determined by simple random sampling technique. The data collecting technique used
the peers scale and learning motivation scale. Based on data analysis using simple
linear regression analysis, it showed that there a was significant influence of peers
toward learning motivation with p = 0,000 ; < 0,05 ; it mean Ho was rejected and Ha
was accepted. The coefficient correlation score was = 0,701 and the coefficient of
determination score was = 0,492 or 49,2% which could be interpreted that peers
contributed as much as 49,2% toward the learning motivation.

Keywords: guidance and counseling, peers association, learning motivation.

Abstrak: Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa.


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pergaulan teman sebaya terhadap
motivasi belajar siswa. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar
siswa. Metode penelitian adalah korelasi dengan sudut pandang deskriptif. Sampel
penelitian sebanyak 44 orang siswa yang ditentukan dengan teknik simple random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan skala pergaulan teman sebaya dan
motivasi belajar. Berdasarkan analisis data menggunakan analisis regresi linear
sederhana menunjukkan ada pengaruh pergaulan teman sebaya terhadap motivasi
belajar yang signifikan dengan indeks α = 0,000 < α = 0,05; maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Nilai koefisien korelasi = 0,701 dan nilai koefisien determinasi = 0.492 atau
49,2% dapat ditarfsirkan pergaulan teman sebaya memiliki kontribusi sebesar 49,2%
tehadap motivasi belajar.

Kata kunci: bimbingan konseling, pergaulan teman sebaya, motivasi belajar.


PENDAHULUAN / INTRODUCTION terkait akan nilai-nilai sosial, pola
Kebutuhan remaja akan sosial sangat perilaku sosial, interaksi sosial dan
menonjol. Remaja pada umumnya sebagainya. Pengaruhnya dapat
menghabiskan waktu dan aktivitas memberikan perubahan kepada setiap
sebagian besar di luar rumah baik itu individu yang berada di dalam
untuk belajar, bermain, berkumpul lingkungan sosial tersebut.
dengan teman-teman sekolah maupun
teman sepermainan yang dikenal dari Pada usia 13 sampai 17 tahun individu
lingkungan luar sekolah. Mereka menginjak usia sekolah menengah
menghadapi persoalan identitas, mereka pertama dan sekolah menengah atas yang
kurang tahu siapa sebenarnya diri artinya di dalam lingkungan sekolah
mereka, apa yang mampu dikerjakan, di mereka akan mengadakan kontak secara
mana keterbatasan dalam dirinya, kearah tidak langsung ataupun langsung bersama
mana ia berjalan, di mana tempatnya individu yang lain atau sebayanya di
dalam masyarakat sehingga remaja dalam kelas maupun di luar kelas selama
memikul tugas dan tanggung jawab yang mereka berada di lingkungan sekolah.
disebut sebagai tugas-tugas Melalui pertemuan kontak di dalam
perkembangan, antara lain mencapai sekolah yang rutin tersebut, baik secara
hubungan yang lebih matang dengan sadar atau tidak sadar mereka mulai
teman sebaya baik dengan pria maupun belajar dan mengembangkan minat serta
wanita (Hurlock, 2005: 209). Pada tahap motivasi dalam dirinya yang didapatkan
ini mereka akan mencari jati diri melalui dari kelompok sosial sebaya di sekolah.
teman sebaya. Motivasi yang tepat pada usianya sebagai
pelajar dapat sangat membantu aktifitas
Pergaulan teman sebaya menurut belajar dan pembelajaran maupun
Santrock (2007: 55) adalah anak-anak menjalankan kehidupan yang akan
atau remaja yang memiliki usia atau dilaluinya nanti.
tingkat kematangan yang kurang lebih
sama. Salah satu fungsi utama dari Motivasi merupakan tahap awal
pergaulan teman sebaya itu sendiri ialah dalam belajar yang memberikan
untuk mengembangkan perkembangan dorongan kepada siswa untuk
sosial yang sebagaimana dijelaskan oleh menggerakkan dan melakukan kegiatan
Santrock (2007: 56) yang menyebutkan belajar yang secara umum dapat
relasi yang baik diantara kawan-kawan mempengaruhi keberhasilan siswa.
sebaya dibutuhhkan bagi perkembangan Dengan adanya proses pembelajaran di
sosial yang normal dimasa remaja. sekolah, motivasi belajar berfungsi
Mereka mendapatkan informasi- sebagai pendorong usaha dalam
infromasi yang tidak mereka dapatkan di pencapaian prestasi pada pelajaran.
keluarga, para remaja dapat menjadikan Seseorang melakukan sesuatu usaha
teman sebaya mereka sebagai tolak ukur karena adanya motivasi. Adanya motivasi
untuk bertindak apakah hal ini benar atau yang baik dalam belajar akan
hal tersebut salah. menunjukan hasil yang baik.

Dalam perkembangan sosial remaja, Dalam perkembangannya motivasi


pergaulan teman sebaya sangat berperan belajar seseorang dipengaruhi banyak
penting. Dampak yang diberikan oleh faktor. Motivasi belajar tidak dapat
pengaruh lingkungan sosial memiliki terbentuk tanpa melalui proses belajar.
cakupan yang luas. Cakupan tersebut Proses belajar ini dapat diperoleh dari

54
interaksi dengan orang lain. Menurut membentuk kebiasaan belajar yang baik,
Dimyati dan Mudjiono (2006) salah satu mengembangkan rasa ingin tahu dan
faktor yang mempengaruhi motivasi menumbuhkan motivasi untuk
belajar siswa adalah kondisi lingkungan mengembangkan ilmu pengetahuan.
siswa. Kondisi lingkungan siswa dapat
berupa keadaan alam, lingkungan tempat Peranan bimbingan belajar yang
tinggal, pergaulan teman sebaya dan dilakukan oleh guru di sekolah agar
kehidupan kemasyarakatan. Sebagai siswa mampu membentuk kebiasaan
anggota masyarakat, maka siswa dapat belajar yang baik, mengembangkan rasa
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. ingin tahu dan menumbuhkan motivasi
Pendapat tersebut didukung pula oleh untuk mengembangkan ilmu
Hurlock (2005: 230) bahwa salah satu pengetahuan. Dengan demikian jelaslah
faktor yang dapat mempengaruhi bahwa melalui berbagai program
motivasi belajar adalah interaksi atau pelayanan yang dilaksanakan dalam
hubungan dalam teman sebaya. kegiatan bimbingan dan konseling dapat
memberikan bantuan dalam
Sejalan dengan hasil penelitian Huda meningkatkan hasil belajar siswa, maka
(2013) yang menyatakan bahwa siswa diperlukan keterlaksanaan program-
yang memiliki intensitas interaksi dalam program layanan bimbingan dan
pergaulan teman sebaya yang luas dan konseling yang teratur, terkodinir, dan
bersifat positif mampu mengembangkan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
motivasi belajar dalam diri siswa yang dan permasalahan siswa.
akan berpengaruh pula pada hasil
belajarnya, dan begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi awal
Dapat disimpulkan motivasi merupakan dengan penyebaran daftar cek masalah
tahap awal dalam belajar yang pada siswa dan wawancara dengan guru
memberikan dorongan kepada siswa pembimbing dan wali kelas, khususnya
untuk menggerakkan dan melakukan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 28
kegiatan belajar yang secara umum dapat Bandar Lampung Tahun Ajaran
mempengaruhi keberhasilan siswa. 2016/2017 didapatkan informasi
mengenai rendahnya motivasi belajar
Proses pembelajaran di sekolah pada siswa. Dan didukung pula berbagai
tentunya tidak dapat lepas dari layanan fenomena yang terjadi selama observasi
bimbingan dan konseling. Program awal dilakukan seperti adanya siswa yang
bimbingan konseling di sekolah tidak mengobrol saat guru menjelaskan di
dapat dipisahkan dengan mata pelajaran depan kelas, ada siswa yang tidak
yang lainnya. Bimbingan dan konseling memperhatikan saat proses belajar
menangani masalah-masalah atau hal-hal berlangsung, ada siswa yang mencontek
di luar bidang garapan pengajaran, tetapi pekerjaan temannya di kelas, ada siswa
secara tidak langsung menunjang yang sering keluar masuk kelas saat
tercapainya tujuan pendidikan dan proses belajar berlangsung, serta ada
pengajaran di sekolah itu sendiri. siswa yang tidak bersemangat dalam
Bimbingan dan konseling di sekolah belajar. Berdasarkan fenomena-fenomena
terdapat beberapa bidang pelayanan yang terjadi tersebut, terlihat gejala-
bimbingan dan konseling salah satunya gejala rendahnya motivasi dalam belajar
adalah bimbingan belajar. Bimbingan pada siswa yang cukup jelas menghambat
belajar merupakan layanan bimbingan proses pembelajaran di dalam kelas
yang diberikan kepada siswa untuk dapat khususnya kelas VIII.

55
Semua permasalahan tersebut tidak sampling yang digunakan dalam
lepas dari pengaruh lingkungan sosial, penelitian ini adalah probability sampling
terutama lingkungan tempat siswa dengan cara simple random sampling.
berinteraksi. Hubungan yang dibentuk Cara yang akan digunakan untuk
oleh siswa bersama teman-teman menentukan sampel adalah dengan cara
sebayanya berdampak akan sikap dan mengundi nomor absen siswa setiap
pandang siswa akan suatu hal. Myers kelasnya.
(2012: 166) mengungkapkan pengaruh
sosial yang kuat dapat mengubah sikap Penelitian ini merupakan penelitian
seseorang akan suatu kepercayaan atau korelasional dengan sudut pandang
kejadian dan merujuk pada suatu deskriptif, di mana penelitian korelasional
perilaku. adalah penelitian yang bermaksud
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dalam suatu faktor berhubungan dengan
penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi-variasi pada satu atau lebih faktor
apakah ada pengaruh pergaulan teman lain berdasarkan koefisien korelasinya
sebaya terhadap motivasi belajar siswa (Sugiyono, 2009). Sedangkan dengan
kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar sudut pandang deskriptif dimaksdukan
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. bahwa masalah yang diteliti adalah
masalah-masalah yang sering dihadapi
dalam kasus pendidikan seperti penelitian
kasus tunggal, atau mengadakan
METODE PENELITIAN/
perbandingan antara suatu hal lain,
RESEARCH METHOD
ataupun melihat hubungan antara suatu
Jenis penelitian ini menggunakan gejala dengan hal lain, serta proses-
pendekatan kuantitatif dengan sudut proses yang sedang berlangsung dan
pandang deskriptif berdasarkan tingkat pengaruh dari suatu fenomena. Sudut
eksplanasi dari jenis penelitian, pandang deskriptif berusaha
sedangkan metode yang digunakan dalam menggambarkan objek atau subjek yang
penelitian ini adalah korelasional. diteliti sesuai dengan apa adanya (Best,
Penelitian korelasional adalah penelitian 1982: 119) dalam Darmadi.
yang bermaksud mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi dalam suatu faktor Variabel penelitian yang digunakan
berhubungan dengan variasi-variasi pada dalam penelitian ini adalah variabel
satu atau lebih faktor lain berdasarkan bebas (independen) dan variabel terikat
koefisien korelasinya (Sugiyono, 2009). (dependen). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pergaulan teman
Waktu penelitian ini adalah Tahun sebaya, sedangkan variabel terikat dalam
Ajaran 2016/2017. Pada tanggal 20 penelitian ini adalah motivasi belajar.
Maret 2017 dan 23 Maret 2017. Tempat
penelitian adalah di SMP Negeri 28 Berdasarkan definisi operasional
Bandar Lampung pergaulan teman sebaya merupakan
hubungan sosial antar individu yang
Populasi penelitian ini adalah terdiri dari sekelompok anak-anak atau
seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri remaja yang memiliki beberapa
28 Bandar Lampung yang berjumlah 220 kesamaan, baik dari segi usia, pola
siswa. Sampel yang digunakan adalah berfikir, aktivitas, minat atau hal yang
sebesar 20% yaitu 44 siswa. Teknik lain. Di mana indikator pada variabel

56
pergaulan teman sebaya ialah interaksi item unfavorable, respon positif akan
antar sebaya yang diadakan dengan diberikan skor yang bobotnya lebih
sahabat karib yang tetap, minat serta rendah dibanding respon negatif.
intensitas dalam berkelompok, peran
sosial individu ketika berada dalam Penelitian ini menggunakan teknik
kelompok, dan perbandingan sosial analisis data dengan analisis regresi
sebagai proses saling mempengaruhi dan linear sederhana untuk melihat pengaruh
perilaku saling bersaing. pergaulan teman sebaya terhadap
motivasi belajar. Dengan terlebih dahulu
Sedangkan berdasarkan definisi menguji normalitas dan linearitas data
operasional motivasi belajar merupakan penelitian. Analisis data dilakukan
dorongan kekuatan atau energi penggerak dengan menggunakan komputerissasi
di dalam diri seseorang yang program SPSS 16. Dalam hal ini, uji
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin normalitas menggunakan teknik One-
kelangsungan kegiatan belajar, dan sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
memberikan arah pada kegiatan belajar normalitas diperoleh pergaulan teman
demi mencapai tujuan. di mana indikator sebaya sebesar 0,816 dan motivasi
pada variabel motivasi belajar ialah belajar sebesar 0,932. Hasil ini
tekun menghadapi tugas, ulet menunjukan p > 0,05 maka data dalam
menghadapi kesulitan atau tidak lekas penelitian ini berdistribusi normal.
putus asa, menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah belajar, Pengujian linearitas ini dilakukan
mampu bekerja mandiri atau yakin akan dengan bantuan SPSS 16 dengan
kemampuan dirinya sendiri, tidak cepat menggunakan test for linearity. Dari
bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat analisis variabel pergaulan teman sebaya
mempertahankan pendapat-nya, senang dengan motivasi belajar diperoleh nilai
mencari dan memecahkan masalah soal- sig. linearity = 0,000 ; F < 0,05 dan nilai
soal. sig. deviation from linearity data tersebut
adalah sebesar 0,534 F > 0,05. Hasil ini
Instrumen yang digunakan dalam menunjukkan bahwa sebaran data antara
penelitian ini berupa skala yang terdiri variabel pergaulan teman sebaya dengan
dari dua jenis skala yaitu skala pergaulan variabel motivasi belajar berpola linier.
teman sebaya dan skala motivasi belajar.
Kedua skala tersebut diberikan dalam Setelah dilakukan pengujian
bentuk pernyataan ataupun pertanyaan. normalitas dan linearitas data peneltian,
Skala yang digunakan dalam penelitian selanjutnya peneliti melakukan pengujian
ini adalah skala model Likert. hipotesis. Di mana dalam pengujian
hipotesis ini peneliti menggunakan rumus
Dalam penelitian ini subjek diberikan regresi linear sederhana menggunakan
empat pilihan jawaban skala yaitu: analisis data statistik SPSS 16.0 for
Sangat sesuai (SS) dengan bobot nilai 4, Windows. Hasil perhitungan korelasi
Sesuai (S) dengan bobot nilai 3, Tidak pergaulan teman sebaya dengan motivasi
Sesuai (TS) dengan bobot nilai 2, dan belajar menggunakan regresi linear
Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan bobot sederhana yaitu nilai Ỳ nya ialah sebesar
nilai 1. Dalam pemberian bobot nilai 0,938 sedangkan nilai R yang merupakan
respon positif terhadap item favorable simbol dari nilai koefisien korelasi
akan diberi bobot yang lebih tinggi menjelaskan angka sebesar 0,701 dan
daripada respon negatif, sedangkan untuk nilai R Square atau koefisien determinasi

57
(KD) diperoleh angka sebesar 0,492 yang SJ PTS MB SJ PTS MB
menunjukan bahwa 49,2% dari variabel NR 98 109 LL 87 90
motivasi belajar dapat ditentukan dari 85 103 95 103
ZA UL
variabel pergaulan teman sebaya.
Sedangkan 50,8% sisanya ditentukan AG 94 117 AW 79 83
oleh variabel lain di luar dari variabel FD 89 103 JS 89 91
pergaulan teman sebaya. DI 78 80 OM 101 102
MR 77 69 MD 79 79
HASIL DAN PEMBAHASAN / ZL 101 107 DY 73 88
RESULT AND DISCUSSION FI 88 92 IB 93 108
Penelitian ini dilaksanakan pada NV 89 96 FT 81 82
semester genap Tahun Ajaran 2016/2017 MY 74 80 MG 77 92
di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. RZ 73 76 MY 92 104
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga TOTAL PTS : 3777
kelas VIII yaitu kelas VIII A, B, dan D.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 TOTAL MB : 4158
hari, terhitung pada tanggal 20 dan 23
Maret 2017 di mana siswa diminta untuk Keterangan :
mengisi skala yang telah disiapkan
peneliti. Skala yang telah diisi oleh para - SJ : Subjek
siswa kelas VIII tersebut langsung - PTS : Pergaulan Teman Sebaya
dikembalikan kepada penulis. - MB : Motivasi Belajar

Setelah dilakukan pengambilan data Hasil skoring di atas tersebut dapat


skala pergaulan teman sebaya dan skala gunakan dalam menentukan indikator
motivasi belajar dari sampel penelitian manakah yang paling banyak dipilih oleh
yang berjumlah 44 siswa, data yang siswa. Berdasarkan hasil skoring dari
diperoleh adalah sebagai berikut : skala pergaulan teman sebaya terhadap
44 siswa kelas VIII SMP Negeri 28
Tabel 1. Hasil Skoring Skala Pergaulan Bandar Lampung Tahun Ajaran
Teman Sebaya dan Skala Motivasi 2016/2017 dengan empat indikator
Belajar didapatkan pada indikator satu yaitu
interaksi antar sebaya yang diadakan
SJ PTS MB SJ PTS MB dengan sahabat karib yang tetap
memperoleh hasil tertinggi sebesar 1238,
ML 85 94 JH 93 115
selanjutnya pada indikator empat yaitu
IK 85 95 AD 84 81 perbandingan sosial sebagai proses saling
FA 79 101 AZ 96 92 mempengaruhi dan saling bersaing
LA 90 98 NF 91 104 memperoleh hasil sebesar 1227, pada
MU 105 116 MA 77 77 indikator tiga yaitu peran sosial individu
AI 70 87 PR 71 91 ketika berada dalam kelompok
memperoleh hasil sebesar 929, terakhir
AN 80 99 JR 93 100 pada indikator dua yaitu minat serta
DS 91 112 AC 89 80 intensitas dalam berkelompok
AR 86 101 AL 87 94 memperoleh hasil sebesar 383.
JL 72 90 RF 100 107
AM 77 94 SL 84 76 Dapat disimpulkan dari 28 item
pernyataan variabel pergaulan teman

58
sebaya bahwa pada indikator satu yaitu Pada hasil skoring dari kedua skala
interaksi antar sebaya yang diadakan tersebut yaitu pada skala pergaulan teman
dengan sahabat karib yang tetap sebaya dan skala motivasi belajar
memperoleh hasil tertinggi dengan total didapatkan pula 3 kriteria, yaitu kriteria
skoring sebesar 1238 dari 44 siswa. Hasil tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kriteria
tersebut dapat dikatakan bahwa pada tersebut ditampilakan pada tabel di
indikator satu yaitu interaksi antar sebaya bawah ini :
yang diadakan dengan sahabat karib yang
tetap yang paling banyak dipilih oleh Tabel 2. Kriteria Pergaulan Teman
siswa. Sebaya dan Motivasi Belajar
Interval Interval
Sedangakan berdasarkan hasil skoring Kategori
PTS MB
dari skala motivasi belajar terhadap 44
siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar 112 – 140 96 – 128 Tinggi
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
dengan tujuh indikator didapatkan pada 83 – 111 63 – 95 Sedang
indikator tiga yaitu menunjukkan minat 54 – 82 30 – 62 Rendah
terhadap bermacam-macam masalah
belajar memperoleh hasil tertinggi
sebesar 798, selanjutnya pada indikator Keterangan :
lima yaitu tidak cepat bosan pada tugas-
tugas yang rutin memperoleh hasil - Interval PTS : Interval Pergaulan
sebesar 796, pada indikator empat yaitu Teman Sebaya
mampu bekerja mandiri atau yakin akan - Interval MB : Interval Motivasi
kemampuan dirinya sendiri memperoleh Belajar
hasil sebesar 766, pada indikator dua
yaitu ulet menghadapi kesulitan atau Kedua kriteria tersebut, yaitu kriteria
tidak lekas putus asa memperoleh hasil pergaulan teman sebaya dan motivasi
sebesar 639, pada indikator satu yaitu belajar digunakan untuk menentukan
tekun menghadapi tugas memperoleh subjek mana yang termasuk dalam
hasil sebesar 490, pada indikator tujuh kriteria tinggi, sedang, ataupun rendah.
yaitu senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal memperoleh hasil Berdasarkan hasil analisis data
sebesar 399, terakhir pada indikator enam diketahui Ho ditolak dan Ha diterima,
yaitu apat mempertahankan pendapat yang berarti pergaulan teman sebaya
memperoleh hasil sebesar 270. berpengaruh dan signifikan terhadap
motivasi belajar siswa.
Dapat disimpulkan dari 32 item
pernyataan variabel motivasi belajar pada Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear
indikator tiga yaitu menunjukkan minat Sederhana
terhadap bermacam-macam masalah Uji Analilis Hasil
belajar memperoleh hasil tertinggi Nilai (a) 14.015
dengan total skoring sebesar 798 dari 44
Pergaulan teman sebaya (b) .938
siswa. Hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pada indikator tiga yaitu
menunjukkan minat terhadap bermacam- Berdasarkan tabel di atas
macam masalah belajar yang paling perhitungan regresi linear sederhana
banyak dipilih oleh siswa. didapatkan hasil pada nilai (a) sebesar

59
14,015 sedangkan pada nilai koefisien Berdasarkan hasil analisis data yang
regresi pergaulan teman sebaya (b) telah dilakukan, terdapat pengaruh
sebesar 0,938. Sehingga persamaan pergaulan teman sebaya terhadap
regresinya dapat ditulis Ỳ = 14,015 + motivasi belajar. Dasar pengambilan
0,938X. Dapat dijelaskan bahwa keputusan tersebut bahwa jika
koefisien b merupukan koefisien arah probabilitasnya p = < 0,05 di mana nilai p
regresi dan menyatakan perubahan rata- pada variabel pergaulan teman sebaya
rata variabel Y untuk setiap perubahan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat
variabel X sebesar satu satuan. Sehingga disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima,
dapat diterjemahkan bahwa jika tidak ada yang berarti pergaulan teman sebaya
kenaikan pergaulan teman sebaya maka berpengaruh dan signifikan terhadap
motivasi belajar (Ỳ) sebesar 14,015. Nilai motivasi belajar siswa kelas VIII SMP
koefisien regresi X sebesar 0,938 Negeri 28 Bandar Lampung Tahun
menyatakan bahwa setiap kenaikan Ajaran 2016/2017. Hal tersebut didukung
pergaulan teman sebaya sebesar satu pula dengan berbagai fenomena yang
satuan, maka motivasi belajar (Ỳ) terjadi selama observasi awal dan
bertambah sebesar 0,938. penelitian berlangsung seperti adanya
siswa yang mengobrol saat guru
Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai R menjelaskan di depan kelas, ada siswa
(Koefisien Korelasi) dan R Square yang tidak memperhatikan saat proses
(Koefisien Determinasi) belajar berlangsung, ada siswa yang
mencontek pekerjaan temannya di kelas,
Koefisien Korelasi 0.701 serta ada siswa yang sering keluar masuk
kelas saat proses belajar berlangsung.
Koefisien Determinasi 0.492 atau 49,2% Tentunya dari fenomena-fenomena yang
terjadi tersebut terlihat gejala-gejala
rendahnya motivasi belajar pada siswa
Berdasarkan tabel di atas perhitungan
yang dipengaruhi oleh pergaulan teman
nilai R yang merupakan simbol dari nilai
sebaya yang cukup jelas menghambat
koefisien korelasi menjelaskan angka
proses pembelajaran di dalam kelas.
sebesar 0,701 dan nilai R Square atau
Koefisien Determinasi (KD) diperoleh
Hasil penelitian ini juga sejalan
angka sebesar 0,492. Hasil tersebut
dengan hasil penelitian Evi (2014) yang
menunjukan bahwa 49,2% dari variabel
mengungkapkan bahwa semakin baik
motivasi belajar dapat ditentukan dari
pergaulan teman sebaya pada remaja,
variabel pergaulan teman sebaya.
maka semakin tinggi motivasi serta hasil
Sedangkan 50,8% sisanya ditentukan
belajar siswa. Sebaliknya, semakin
oleh variabel lain di luar dari variabel
rendah atau kurang pergaulan teman
pergaulan teman sebaya seperti kondisi
sebaya maka semakin rendah pula
lingkungan siswa yang berupa
motivasi serta hasil belajarnya. Hasil
lingkungan tempat tinggal, serta
penelitian Evi tersebut di dukung pula
kehidupan kemasyarakatan siswa. Cita-
dengan hasil penelitian Huda (2013) yang
cita atau aspirasi siswa, seperti cita-cita
mengungkapkan bahwa siswa yang
seseorang akan memperkuat semangat
memiliki intensitas interaksi dalam
belajar dan mengarahkan perilaku
pergaulan teman sebaya yang luas dan
belajar. Serta kondisi siswa yang meliputi
bersifat positif mampu mengembangkan
keadaan jasmani dan rohani.
motivasi belajar dalam diri siswa.
Sebaliknya apabila semakin sempitnya

60
ruang lingkup interaksi dalam pergaulan M. Randy menyatakan bahwa dirinya
teman sebaya yang dimiliki siswa dan setiap hari diperintahkan oleh kedua
bersifat negatif, maka siswa akan orang tuanya untuk belajar di rumah,
memperoleh motivasi belajar yang padahal hal tersebut sangat tidak ia sukai.
kurang baik pula. Hal tersebut serupa Lain lagi dengan subjek Meysi yang
dengan hasil pengolahan data yang menyatakan bahwa dirinya suka
memperlihatkan bahwa subjek Dio menyendiri di lingkungan kelasnya,
Ilhman, M. Randy, Meysi, Rizky, M. sehingga hubungan dirinya dengan
Alwi, Achmad, Sultan, dan M. Dio yang teman-teman di dalam kelasnya kurang
memiliki motivasi belajar rendah. baik dan tidak begitu dekat. Berbeda pula
dengan subjek Rizky, ia kurang
Berdasarkan dari hasil skoring pada mendapatkan perhatian dari kedua orang
skala motivasi belajar, didapatkan tuanya dikarenakan ia bertemu dengan
kedelapan subjek di atas sebenarnya orang tuanya saat malam hari saja. Lalu
masuk ke dalam kriteria motivasi belajar pada subjek M. Alwi menyatakan
sedang, namun dengan melihat kriteria hubungan dengan teman-teman
idealnya motivasi belajar pada siswa dikelasnya tidak terlalu baik dikarenakan
yang berkisar antara 80 – 112 maka sering terjadi keributan dengan teman-
kedelapan subjek tersebut dapat temannya sehingga hal tersebut membuat
dikatakan masuk ke dalam kriteria motivasi belajarnya saat berada di
motivasi belajar rendah. sekolah cenderung rendah. Selanjutnya
subjek Achmad menyatakan bahwa
Diketahui pula bahwa pada subjek Dio dirinya tidak pernah belajar saat berada di
Ilhman, M. Randy, Rizky, M. Alwi, rumah, terkecuali ketika sedang ada ujian
Achmad, Sultan, dan M. Dio sama-sama semester. Lalu pada subjek Sultan
menempati kelas yang sama yaitu di menyatakan bahwa kedua orang tuanya
kelas VIII B, sedangkan pada subjek selalu memberikan dukungan kepadanya
Meysi menempati kelas VIII A. Dari saat kegiatan pembelajaran di rumah,
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa namun dirinya tidak begitu suka dengan
semakin sempitnya ruang lingkup kegiatan belajar. Terakhir pada subjek
interaksi dalam pergaulan teman sebaya M. Dio menyatakan bahwa dirinya jarang
yang dimiliki siswa dan bersifat negatif, sekali belajar ketika berada di rumah,
maka siswa akan memperoleh motivasi walaupun kedua orang tuanya sangat
belajar yang kurang baik pula atau dalam mendukung hal tersebut.
kata lain motivasi belajar rendah.
Tentunya dari fenomena serta latar
Temuan lain berdasarkan biodata belakang yang terjadi di atas menjelaskan
siswa menyatakan bahwa kedelapan bahwa dalam belajar sangat diperlukan
subjek tersebut memiliki latar belakang adanya motivasi, di mana motivasi
yang berbeda-beda, yang menjadi salah merupakan tahap awal dalam belajar
satu faktor pendukung rendahnya yang memberikan dorongan kepada
motivasi belajar yang dialami oleh para siswa untuk menggerakkan dan
subjek tersebut. Seperti pada subjek Dio melakukan kegiatan belajar yang secara
Ilhman, di mana subjek tersebut jarang umum dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar saat berada di rumah, hal tersebut siswa.
tidak diketahui oleh ayah dan ibunya
dikarenakan ia tidak tinggal bersama Motivasi belajar sendiri terdiri dari
dengan kedua orang tuanya. Pada subjek intern dan ekstern, motivasi intern adalah

61
motivasi yang muncul dari dalam diri belajar ditambah ia juga mendapat
anak itu sendiri. Sedangkan motivasi dukungan penuh dari kedua orang
ekstern ini dapat dipengaruhi oleh tuanya. Pada subjek Desti, Nur, Agnatha,
berbagai pihak, diantaranya lingkungan dan Zalza menyatakan bahwa
sosial. Pihak-pihak yang terkait dengan keempatnya mendapat pengaruh positif
lingkungan sosial ini diantaranya adalah oleh lingkungan sekitarnya termasuk
teman sebaya atau teman sepermainan dengan teman-teman di kelasnya
baik di sekolah maupun di lingkungan sehingga mereka termotivasi dengan baik
sekitarnya. Dalam hal ini motivasi dapat dalam kegiatan pembelajaran dan terpacu
dipengaruhi oleh peranan teman sebaya untuk mendapatkan prestasi yang
anak, Evi (2014) yang mengungkapkan memuaskan. Lain lagi dengan subjek
bahwa semakin baik pergaulan teman Jihan yang menyatakan bahwa dirinya
sebaya pada remaja, maka semakin tinggi lebih suka bergaul secara berkelompok,
motvasi serta hasil belajar siswa. Hasil karena menurutnya ia mendapatkan
penelitian Evi tersebut di dukung pula pengaruh yang positif antara sesama
dengan hasil penelitian Huda (2013) kelompoknya di dalam kelas misalnya
mengungkapkan jika anak berteman seperti saat kegiatan pembelajaran ia
dengan anak yang mempunyai motivasi dengan teman sekelompoknya lebih
belajar yang tinggi maka akan tinggi pula banyak memper-hatikan daripada
motivasi belajar anak tersebut. Hal mengobrol seperti teman-teman yang
tersebut dapat dilihat berdasarkan kriteria lainnya yang di luar anggota kelompok.
motivasi belajar, di mana kriteria
motivasi belajar tinggi berkisar antara 96 Berbeda pula dengan subjek Rifa, ia
– 128. menyatakan bahwa ketika berada di
rumah ia selalu belajar bersama dengan
Diketahui pula bahwa kedelapan kakaknya tentunya kegiatan tersebut
subjek tersebut yaitu pada subjek Desti, sangat didukung pula oleh orang tuanya.
Nur, Agnatha, dan Zalza sama-sama Sehingga ia mendapatkan motivasi yang
menempati kelas yang sama yaitu di snagat baik dari keluarganya dalam
kelas VIII A, sementara pada subjek kegiatan pembelajaran. Terakhir pada
Muetiah dan Jihan sama-sama subjek Iqbal menyatakan bahwa dirinya
menempati kelas VIII B, sedangkan pada suka bergaul dengan semua teman-teman
subjek Rifa dan Iqbal sama-sama di dalam kelasnya. Meskipun teman-
menempati kelas VIII D. Dari hasil teman di dalam kelasnya tidak semuanya
tersebut dapat dikatakan bahwa jika anak memiliki pengaruh yang postif terutama
berteman dengan anak yang mempunyai dalam pembelajaran di sekolah ia tetap
motivasi belajar yang tinggi maka akan mampu untuk fokus pada hal tersebut.
tinggi pula motivasi belajar anak tersebut Sehingga motivasi belajarnya tetap baik
dan begitupun sebaliknya. atau dapat dikatakan subjek Iqbal
memiliki motivasi belajar tinggi.
Temuan lain menyatakan bahwa
kedelapan subjek tersebut memiliki latar Tentunya hal-hal di atas tersebut
belakang yang berbeda-beda, yang terjadi karena banyak didukung oleh
menjadi salah satu faktor pendukung faktor-faktor yang mempengaruhi
tingginya motivasi belajar yang dialami motivasi belajar pada anak itu sendiri di
oleh para subjek tersebut. Seperti pada mana anak lebih banyak menghabiskan
subjek Muetiah, di mana subjek tersebut waktunya dengan teman sebayanya, dan
memiliki semangat yang baik dalam pada usia remaja anak akan cenderung

62
lebih meyakini informasi yang ia peroleh tahun atau awal dua puluhan tahun. Di
dari teman-teman sebayanya. Jadi secara mana yang dimaksud dengan remaja
tidak langsung peranan teman sebaya ialah individu menurut jenjang umurnya
akan mempengaruhi motivasi belajar berkisar dari umur 13 sampai 17 tahun.
anak. Di dalam tahap perkembangan remaja,
pada usia tersebut mereka sedang
Dalam aktifitas belajar, seorang menghadapi persoalan identitas, mereka
individu membutuhkan suatu motivasi kurang tahu siapa sebenarnya diri
sehingga sesuatu yang diinginkan dapat mereka, apa yang mampu dikerjakan, di
tercapai. Menurut Dimyati dan Mudjiono mana keterbatasan dalam dirinya, kearah
(2006) salah satu faktor yang mana ia berjalan, di mana tempatnya
mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam masyarakat, apa tuntutan
adalah kondisi lingkungan siswa. Kondisi masyarakat jika ia berdiri pada suatu
lingkungan siswa dapat berupa keadaan tempat tertentu sehingga remaja memikul
alam, lingkungan tempat tinggal, tugas dan tanggung jawab yang disebut
pergaulan teman sebaya dan kehidupan sebagai tugas-tugas perkembangan,
kemasyarakatan. Sebagai anggota antara lain mencapai hubungan yang
masyarakat, maka siswa dapat lebih matang dengan teman sebaya baik
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. dengan pria maupun wanita (Hurlock,
Pendapat tersebut didukung pula oleh 2005: 209).
Hurlock (2005: 230) bahwa salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi Pada usia tersebut pula individu
motivasi belajar adalah interaksi atau menginjak usia sekolah menengah
hubungan dalam teman sebaya. pertama dan sekolah menengah atas yang
artinya di dalam lingkungan sekolah
Akan tetapi pendapat berbeda mereka akan mengadakan kontak secara
dikemukakan oleh Dalyono (dalam tidak langsung ataupun langsung bersama
Giyono, 2015: 251) yang menyatakan individu yang lain atau sebayanya di
bahwa rendahnya motivasi belajar dapat dalam kelas maupun di luar kelas selama
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor mereka berada di lingkungan sekolah.
intern dan faktor ekstern. Faktor intern Melalui pertemuan kontak di dalam
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai sekolah yang rutin tersebut, baik secara
berikut; yang bersifat kognitif (ranah sadar atau tidak sadar mereka mulai
daya cipta), yang bersifat afektif (ranah belajar dan mengembangkan minat serta
rasa), dan yang bersifat psikomotor motivasi dalam dirinya yang didapatkan
(ranah karsa). Sedangkan faktor ekstern dari kelompok sosial sebaya di sekolah.
meliputi semua situasi dan kondisi Motivasi yang tepat pada usianya sebagai
lingkungan sekitar yang tidak pelajar dapat sangat membantu aktifitas
mendukung aktivitas belajar peserta belajar dan pembelajaran maupun
didik, yaitu lingkungan masyarakat menjalankan kehidupan yang akan
seperti: wilayah perkampungan kumuh. dilaluinya nanti.

Menurut Papalia dan Olds (dalam Menurut Conger (Jahja, 2011) “Pada
Jahja, 2011) masa remaja adalah masa diri remaja, pengaruh lingkungan serta
transisi perkembangan antara masa intensitas pergaulan teman sebaya dalam
kanak-kanak dan dewasa yang pada menentukan perilaku diakui cukup kuat.”
umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun Kuatnya pengaruh pergaulan teman
dan berakhir pada usia akhir belasan sebaya tersebut berkaitan dari berbagai

63
segi perilaku, persepsi, dan sikap. Ketika Temuan lain menyatakan bahwa
mereka menjalin hubungan antar sebaya keenam subjek tersebut memiliki latar
yang mereka pilih, mereka mendapatkan belakang yang berbeda-beda, yang
informasi yang mengarahkan dirinya ke menjadi salah satu faktor pendukung
dalam berbagai hal yang memiliki rendahnya pergaulan teman sebaya yang
dampak-dampak pada perkembangan dialami oleh para subjek tersebut. Seperti
dirinya. Walaupun remaja telah mencapai pada subjek Aidil, di mana subjek
tahap perkembangan kognitif yang tersebut memiliki sifat yang pemalu
memadai untuk menentukan tindakannya sehingga saat berada disuatu lingkungan
sendiri, namun penentuan diri remaja dari tertentu ia lebih suka berdiam diri dan
dalam berperilaku banyak dipengaruhi melamun daripada berbaur dengan
oleh tekanan dari kelompok sebaya. teman-teman sebayanya. Pada subjek
Julies, Meysi, dan Prana menyatakan
Dibandingkan dengan anak-anak, bahwa ketiganya memiliki hubungan
remaja lebih memiliki kebutuhan yang yang baik dengan teman-teman di kelas
kuat untuk disukai dan diterima teman ataupun di lingkungan sekitar tempat
sebaya atau kelompoknya. Sebagai masing-masing ketiganya tinggal. Tetapi
akibatnya, mereka akan merasa senang mereka lebih menyukai menghabiskan
apabila diterima dan sebaliknya akan waktu untuk menyendiri daripada
merasa sangat tertekan dan cemas apabila bermain bersama dengan teman-teman
dikeluarkan dan diremehkan oleh teman mereka. Berbeda pula dengan subjek
sebayanya (Santrock, 2007: 55). ). Hal Rizky dan Dya yang menyatakan bahwa
tersebut serupa dengan hasil pengolahan keduanya lebih suka bergaul secara
data yang memperlihatkan bahwa subjek berkelompok, tetapi walaupun bergaul
Aidil, Julies, Meysi, Rizky, Prana dan secara berkelompok mereka merupakan
Dya yang memiliki pergaulan teman anak yang sangat pendiam diantara
sebaya yang rendah. Hal tersebut dapat teman-teman lainnya.
dilihat berdasarkan kriteria pergaulan
teman sebaya, di mana kriteria pergaulan Dari paparan di atas sudah jelas bahwa
teman sebaya rendah berkisar antara 54 – sarana awal pada remaja untuk mengenal
82. dunia luarnya adalah lingkungan luar
yang dimulai dengan teman sepermainan
Diketahui pula bahwa keenam subjek di dalam lingkungan rumah, teman-teman
tersebut yaitu subjek Aidil dan Rizky di sekolah, hingga teman sepermainan
sama-sama menempati kelas yang sama yang didapatkan dari luar keduanya.
yaitu di kelas VIII B, sementara pada Menurut Santrock (2007: 55) “Fungsi
subjek Julies, Prana, dan Dya sama-sama dari pergaulan teman sebaya ialah
menempati kelas VIII D, sedangkan pada sebagai sumber informasi mengenai
subjek Meysi menempati kelas VIII A. dunia di luar keluarga, remaja akan
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa memperoleh umpan balik mengenai
remaja lebih memiliki kebutuhan yang kemampuan mereka dari kelompok
kuat untuk disukai dan diterima teman teman sebaya”. Motivasi belajar
sebaya atau kelompoknya. Sebagai terbentuk karena adanya interaksi
akibatnya, mereka akan merasa senang individu dengan orang-orang
apabila diterima dan sebaliknya akan disekitarnya. Adanya struktur, peran, dan
merasa sangat tertekan dan cemas apabila status sosial yang menyertai persepsi
dikeluarkan dan diremehkan oleh teman individu lain terhadap indvidu
sebayanya (Santrock, 2007: 56). merupakan bukti bahwa seluruh perilaku

64
dan sikap individu dipengaruhi oleh ingin tahu dan menumbuhkan motivasi
faktor sosial. untuk mengembangkan ilmu penge-
tahuan. Dengan demikian jelaslah bahwa
Di dalam perkembangan remaja saat melalui berbagai program pelayanan
ini, banyak remaja yang terjebak dalam yang dilaksanakan dalam kegiatan
suatu hal yang bersifat negatif, seperti bimbingan dan konseling dapat
jaman sekarang banyak remaja yang memberikan bantuan dalam me-
lebih menyukai hal-hal yang bersifat ningkatkan hasil belajar siswa, maka
kesenangan dan mengabaikan pentingnya diperlukan keterlaksanaan program-
pendidikan, sehingga banyak remaja program layanan bimbingan dan kon-
yang memiliki motivasi belajar rendah seling yang teratur, terkodinir, dan
seperti yang di alami oleh subjek Dio berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
Ilhman, M. Randy, Meysi, Rizky, M. dan permasalahan siswa. Oleh sebab itu
Alwi, Achmad, Sultan, dan M. Dio. guru sebagai pendidik siswa di sekolah
Kurangnya motivasi belajar pada siswa diharapkan dapat berkontribusi dalam
tersebut sering menimbulkan keresahan pengembangan potesi diri siswa
di lingkungan sekolah, maupun keluarga khususnya dalam meningkatkan motivasi
karena dapat berdampak pada tidak belajar siswa. Salah satunya dengan cara
maksimalnya hasil belajar siswa dimasa pembentukan kelompok belajar di dalam
yang akan datang. kelas untuk menciptakan lingkungan
serta intensitas interaksi pergaulan teman
Proses pembelajaran di sekolah tentu- sebaya yang positif guna pembentukan
nya tidak dapat lepas dari layanan motivasi belajar dalam diri siswa.
bimbingan dan konseling. Program Pembentukan motivasi belajar pada
bimbingan konseling di sekolah tidak remaja sangat penting karena akan
dapat dipisahkan dengan mata pelajaran mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
yang lainnya. Bimbingan dan konseling pencapaian prestasi pada pelajaran.
menangani masalah-masalah atau hal-hal
di luar bidang garapan pengajaran, tetapi Berdasarkan hasil penelitian yang
secara tidak langsung menunjang dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar
tercapainya tujuan pendidikan dan lampung Tahun Ajaran 2016/2017 dapat
pengajaran di sekolah itu sendiri. disimpulkan bahwa pada individu ke-
Bimbingan dan konseling di sekolah butuhan akan hal tersebut menjadi titik
terdapat beberapa bidang pelayanan penting bagi pembentukan motivasi di
dalam bimbingan konseling yang salah dalam diri seseorang agar teraktualisasi
satunya adalah bimbingan belajar. dan menjadi lebih baik. Pada tahap
Bimbingan belajar merupakan layanan perkembangan remaja, hubungan ber-
bimbingan yang diberikan kepada siswa sama keluarga atau orang tua mulai
untuk dapat membentuk kebiasaan merenggang dan mereka lebih cenderung
belajar yang baik, mengembangkan rasa mencari penerimaan-penerimaan di luar
ingin tahu dan menumbuhkan motivasi lingkungan keluarga seperti pada
dalam upaya mengembangkan ilmu lingkungan sosialnya terutama di dalam
pengetahuan (Prayitno 2009: 201). kelompok sebayanya. Hal tersebut dapat
menunjukan, bahwa pergaulan teman
Peranan bimbingan belajar yang sebaya merupakan salah satu indikasi
dilakukan oleh guru di sekolah agar pada tahap pembentukan perilaku
siswa mampu membentuk kebiasaan termasuk motivasi belajar pada diri
belajar yang baik, mengembangkan rasa remaja. Ketika individu mendapatkan

65
informasi dari sebuah peristiwa yang maka dengan ini penulis mengajukan
akan diserap ke dalam dirinya, maka saran kepada guru bimbingan dan
selanjutnya mereka akan memberikan konseling hendaknya memperhatikan
evaluasi dan umpan balik terhadap lingkungan pergaulan teman sebaya
informasi-informasi dari yang mereka siswa agar siswa dapat membentuk dan
dapatkan untuk perkembangan motivasi mengembangkan motivasi dalam belajar
belajar. yang bersifat positif. Oleh sebab itu guru
sebagai pendidik siswa di sekolah
SIMPULAN / CONCLUSION diharapkan dapat berkontribusi dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang pengembangan potesi diri siswa khusus-
telah dilaksanakan di SMP Negeri 28 nya dalam meningkatkan motivasi belajar
Bandar Lampung diperoleh kesimpulan siswa. Salah satunya dengan cara
dapat diketahui bahwa hasil penelitian pembentukan kelompok belajar di dalam
menunjukkan terdapat pengaruh per- kelas untuk menciptakan lingkungan
gaulan teman sebaya terhadap motivasi serta intensitas interaksi pergaulan teman
belajar pada siswa kelas VIII SMP sebaya yang positif guna pembentukan
Negeri 28 Bandar Lampung Tahun motivasi belajar dalam diri siswa.
Ajaran 2016/2017. Hal ini terbukti dari
hasil analisis dengan menggunakan uji Kepada siswa diharapkan dapat
regresi linier sederhana diperoleh nilai belajar memilih dan memanfaatkan
motivasi belajar (Y ) nya ialah sebesar pergaulan dalam lingkungan teman
0,938 dan nilai R Square atau Koefisien sebaya di lingkungan sekolah ataupun
Determinasi (KD) sebesar 0,492 yang lingkungan luar sekolah guna
artinya hasil tersebut menunjukan bahwa mengembangkan motivasi belajar dalam
49,2% dari variabel motivasi belajar diri kalian. Sehingga dapat mencegah
dapat ditentukan dari variabel pergaulan masalah-masalah yang berkaitan dengan
teman sebaya. rendahnya motivasi belajar. Semakin
baik intensitas interaksi di dalam
Berdasarkan hasil analisis data yang pergaulan teman sebaya maka semakin
telah dilakukan, terdapat pengaruh meningkat pula motivasi belajar dalam
pergaulan teman sebaya terhadap diri kalian, dan begitupun sebaliknya.
motivasi belajar. Dasar pengambilan
keputusan tersebut bahwa jika Penelitian ini hanya mencari seberapa
probabilitasnya p < 0,05 di mana nilai p besar pengaruh pergaulan teman sebaya
pada variabel pergaulan teman sebaya terhadap motivasi belajar siswa. Namun,
sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat dalam penelitian ini tidak melihat
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, pengaruh lain yang juga mempengaruhi
yang berarti pergaulan teman sebaya motivasi belajar pada siswa. Maka dari
berpengaruh dan signifikan terhadap itu, disarankan kepada peneliti selanjut-
motivasi belajar siswa kelas VIII SMP nya hendaknya dapat melakukan
Negeri 28 Bandar Lampung Tahun penelitian mengenai faktor lain yang
Ajaran 2016/2017. memiliki kekuatan pengaruh yang tinggi
selain pergaulan teman sebaya seperti
Berdasarkan dengan hasil penelitian kondisi lingkungan siswa yang berupa
yang telah diperoleh berkenaan dengan lingkungan tempat tinggal, serta
pengaruh pergaulan teman sebaya kehidupan kemasyarakatan siswa. Cita-
terhadap motivasi belajar siswa kelas cita atau aspirasi siswa, seperti cita-cita
VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung, seseorang akan memperkuat semangat

66
belajar dan mengarahkan perilaku Santrock. J. W. 2007. Perkembangan
belajar. Serta kondisi siswa yang meliputi anak Edisi Kesebelas Jilid 1.
keadaan jasmani dan rohani. Jakarta: Erlangga.

Santrock. J. W. 2007. Remaja Edisi


DAFTAR RUJUKAN /
Kesebelas Jilid 2. Jakarta:
REFERENCES
Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Raja Grafindo Persada.
Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Evi, A. 2014. Pengaruh Pergaulan
Teman Sebaya Dan Motivasi
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk
Belajar Terhadap Hasil Belajar
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Ekonomi Siswa Kelas XII Ilmu
Pengetahuan Sosial SMA Negeri 1
Sukodono Tahun Ajaran
2013/2014. Jurnal Program Studi
Pendidikan Akutansi Universitas
Muhammdiyah Surakarta. Halaman
9.

Giyono. 2015. Bimbingan Konseling.


Yogyakarta: Media Akademi.

Huda, A. 2013. Pengaruh Peranan


Teman Sebaya, Disiplin Belajar
dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas
X di SMA Negeri 1 Lembah
Melintang Kabupaten Pasaman
Barat. Jurnal Program Studi
Pendidikan Ekonomi Universitas
Negeri Padang. Halaman 7-12.

Hurlock, B. 2005. Psikologi Perkem-


bangan. Jakarta: Erlangga.

Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan.


Jakarta: Kencana.

Myers, D. G. 2012. Psikologi Sosial


Terjemahan. Jakarta: Salemba
Humanika.

Prayitno. 2009. Dasar-dasar Bimbingan


dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.

67

Potrebbero piacerti anche