Sei sulla pagina 1di 9

HUBUNGKOTIK DA PASIEN SKINIA DI RUMAH SAKIT X

WILAYAH

THE CORRELATIONS OF ANTIPSYCHOTIC THERAPY AGAINS


EXAMIDAL SYNDROME SIDE EFFECT REGION

Corresponding author’s e-mail:

ABSTRAK

Skizofrenia adalah gangguan mental parah yang dapat ditangani menggunakan obat
antipsikotik.Terapi antipsikotik dapat menginduksi efek samping EPS, sehingga pasien dapat
menghentikan pengobatan dan frekuensi kekambuhan meningkat. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pemberian terapi antipsikotik
baik itu tunggal maupun kombinasi terhadap kejadian efek samping EPS pada pasien
skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit X Wilayah Bantul Yogyakarta.
tipikal mengalami efek samping EPS dan 13 pasien (7,9%) dari 165 pasien yang
menggunakan terapi antipsikotik kombinasi baik itu Tipikal-Tipikal, Atipikal-Tipikal dan
Atipikal-Atipikal mengalami efek samping EPS.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan terapi antipsikotik baik itu tunggal
maupun kombinasi tidak memiliki hubungan terhadap timbulnya efek samping EPS (p-
value=0,554).

Kata Kunci : pemberian antipsikotik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia, Rumah Sakit X


Wilayah Bantul Yogyakarta.

ABSTRACT

Schizophrenia is a severe mental disorder which can’t be overcome by using


antipsychotics. Antipsychotics Therapy can induce EPS side effect. Thus, patient can stop
treatment and frequency of recurrence increases. The aim of this research was to find out the
presence or absence of a relationship between antipsyhotic therapy either single or
combination therapy toward EPS side effect in schizophrenia outpatient at X hospital in
Bantul Yogyakarta.
This research was non-experimental research with Cross Sectional design. Obtained
data were analyzed by using univariate test to observe patients’ characteristic and Chi
Square test and Oods Ratio. This analysis was conducted using SPSS 16.0 version. Research
population was all schizophrenia patient who underwent outpatient at X hospital in Bantul
Yogyakarta period January-December 2017. They met research criteria. Number of subjects
in this research were 278 patients.
Most therapy used was combination/mixed therapy of 165 patients and single therapy of
113 patients. Analysis result showed that 19 patients (6.8%) of 278 patients either using
single antipsychotics or of this research is, the use of antipsychotics therapy either single of
combination does not have relation toward EPS side effect (p value = 0.554).
Key Word: giving antipsychotic, extrapyramidal syndrome, schizophrenia, X hospital in
Bantul Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini sudah melalui
persetujuan Komite Etik (Ethical
Approval) Universitas Ahmad Dahlan
dengan nomer 011804070.
a. Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
non eksperimental dengan observasional
PENDAHULUAN analitik dan pendekatan cross sectional
Data Riskesdas pada tahun 2013, pengambilan data dilakukan secara
menyatakan bahwa satu hingga dua orang retrospektif dengan menggunakan data
dari 1000 orang mengalami gangguan jiwa rekam medis pasien skizofrenia
berat. Prevalensi psikosis tertinggi di b. Tempat dan Waktu Penelitian
Indonesia berdasarkan survey kesehatan Penelitian ini dilakukan di Rumah
terdapat di DI Yogyakarta dan Aceh Sakit X Wilayah Bantul pada bulan
dengan nilai 2.7% per mil. Prevalensi September-November 2018 dengan data
gangguan jiwa berat tertinggi di DI rekam medis pasien yang digunakan yaitu
Yogyakarta terdapat dng paling banyak pada periode Januari-Desember 2017.
dialami oleh pasien skizofrenia kemudian c. Sampel
diikuti efek samping hipotensi, serta Sampel pada penelitian ini yaitu pasien
peningkatan kadar enzim SGPT/SGOT. skizofrenia dengan tipe ICD-10 yang
Rumah Sakit X Wilayah Bantul dipilih menjalani rawat jalan di Rumah Sakit X
sebagai tempat penelitian kerena Bantul Wilayah Bantul pada periode Januari-
sendiri merupakan daerah dengan Desember 2017 yang memenuhi kriteria
prevalensi skizofrenia tertinggi kedua di inklusi yaitu pasien skizofrenia yang
Yogyakarta setelah Kulonprogo sehingga mendapat terapi antipsikotik minimal
diharapkan akan mempermudah peneliti penggunaan 4 minggu, dan pasien umur >
dalam memperoleh jumlah pasien 15 tahun, sedangkan kriteria eksklusinya
skizofrenia. Faktor tersebut menjadi alasan yaitu pasien dengan data rekam medis
bagi peneliti memilih Rumah Sakit X yang tidak lengkap, mendapatkan terapi
Wilayah Bantul untuk dijadikan tempat obat metoklopramid, dan mempunyai
penelitian hubungan terapi antipsikotik riwayat ekstrapiramidal sebelum
terhadap kejadian efek samping sindrom penggunaan antipsikotik.
ekstrapiramidal.
Sampel yang digunakan dalam Data yang telah didapatkan kemudian
penelitian kali ini yaitu seluruh populasi di analisis mengunakan uji univariat untuk
pasien skizofrenia yang menjalani rawat melihat karakteristik pasien dan uji Chi
jalan di Rumah Sakit X Wilayah Square untuk mengetahui adanya
Bantulperiode Januari-Desember 2017. hubungan antara kedua variabel tersebut.
d. Prosedur Penelitian Analisis uji ini dilakukan menggunakan
Teknik pengambilan sampel yang program SPSS versi 16.0, dari analisis ini
digunakan dalam penelitian ini tidak akan diperoleh nilai significancy (p). Jika
menggunakan cara apapun karena dalam nilai p < 0,05 artinya terdapat hubungan
penelitian ini peniliti mengambil seluruh yang bermakna. Untuk mengetahui
populasi pasien skizofrenia yang menjalani besarnya resiko dengan metode chi square
rawat jalan di Rumah Sakit X Wilayah diperoleh nilai odds ratio (OR) (Dahlan,
Bantul periode Januari-desember 2017. 2014).
Jumlah populasi pasien skziofrenia di HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit X Wilayah Bantul pada Penelitian ini dilakukan pada 278
periode Januari-Desember 2017 yaitu pasien skizofrenia yang menjalani rawat
sebanyak 286 pasien, setelah dilakukan jalan di Rumah Sakit X Wilayah Bantul
penelitian, terdapat 8 pasien yang tidak pada Periode Januari-Desember 2017 yang
memenuhi kriteria inklusi karena catatan memenuhi kriteria penelitian.
rekam medis yang tidak lengkap, dan tipe a. Karakteristik Pasien
skizofrenia yang tidak masuk dalam Karakteristik pada penelitian ini dilihat
kriteria inklusi, sehingga subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status
yang dijadikan sampel hanya sebesar 278 pendidikan, pekerjaan, marital,
pasien. pembayaran, serta tipe skizofrenia. Data
Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik pasien dapat dilihat pada
karakteristik pasien, penggunaan Tabel I.
antipsikotik, keadaan pasien yakni
memiliki gejala ekstrapiramidal atau tidak Tabel I. Karakteristik Sampel/Subjek
Penelitian
dilihat dari diagnosa dokter di rekam N=278
Karakteristik
medis pasien. Pengumpulan data dilakukan Jumlah Persentase
Demografi
Pasien (100%)
dengan menggunakan lembar pengumpul Jenis Kelamin
Perempuan 124 44.6
data (LPD). Laki-laki 154 55.4
Usia
e. Analisis Data Remaja akhir (17-25 35 12.6
tahun)
Dewasa awal (26-35 80 28.8 al., pada tahun 2016 dengan subyek
tahun)
Dewasa akhir (36-45 96 34.5 penelitian sebanyak 59 pasien terdapat 44
tahun)
Lansia awal (46-55 41 14.7 pasien (74,6%)
tahun)
Lansia akhir (56-65 22 8.0
Berjenis kelamin laki-laki (Yulianti et al.,
tahun) 2016). Hasil penelitian ini juga sesuai
Manula (>65 tahun) 4 1.4
Tipe Skizofrenia dengan penelitian yang dilakuakn oleh
F 20.0 206 74.1
F 20.1 3 1.1 Aleman et al., pada tahun 2013 bahwa
F 20.3 58 20.9
F 20.4 1 0.3 laki-laki memiliki resiko munculnya
F 20.5 10 3.6
Pendidikan skizofrenia sebesar 1,42 jika dibandingkan
Tidak sekolah 44 15.9 dengan perempuan (Aleeman et al., 2013).
SD 57 20.5
SMP 57 20.5 b. Distribusi Penggunaan Antipsikotik
SMA 99 35.6
D1/D2/D3 2 0.7 Tabel II. Inj. Sikzonoat- 1 0,4
Sarjana 19 6.8 Pola Risperidon-
Status Clozapin
Penggunaan Risperidon- 1 0,4
Tidak/Belum 204 73.4
Antipsikotik Chlorpromazin-
menikah
Menikah 71 25.5 Aripriprazol
Duda/Janda 3 1.1 Risperidon- 2 0,7
Pekerjaan Trifluoperazin-
Karyawan Swasta 46 16.5 Clozapin
PNS 4 1.4 Risperidon- 3 1,1
Wiraswasta 2 0.7 Haloperidol-
Petani/Buruh 45 16.2 Clozapin
Lain-lain 39 14.0 Trifluoperazin- 1 0,4
Tidak Bekerja 142 51.2 Haloperidol-
Pembayaran Clozapin
Umum 37 13.4 Trifluoperazin- 1 0,4
BPJS 173 62.2 Risperidon-
KIS 51 18.3 Clozapin
Lain-lain 17 6.1 Atipikal- Aripriprazol- 1 0,4
Atipikal Clozapin
Clozapin- 59 21,2
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa Risperidon
pasien skizofrenia yang menjalani rawat Olanzapin- 1 0,4
Clozapin
jalan di RS X Wilayah Bantul Yogyakarta Olanzapin- 1 0,4
Risperidon
dengan jumlah pasien atau subyek Quetiapin- 1 0,4
Clozapin
penelitian sebanyak 278 menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih Pemberian terapi antipsikotik yang
dominan yakni sebesar 55,4% paling banyak digunakan pada pasien
dibandingkan dengan perempuan yang skizofrenia yang menjalani rawat jalan di
hanya 44,6%. RS X Wilayah Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan berdasarkan tabel II adalah antipsikotik
penelitian yang dilakukan oleh Yulianti et kombinasi dengan nilai persentase sebesar
59,4% atau sebanyak 165 pasien, terhadap timbulnya efek samping sindrom
sedangkan pemberian terapi antipiskotik ekstrapiramidal.
tunggal nilai persentasenya hanya sebesar Penggunaan terapi antipsikotik
40,6% atau sebanyak 113 pasien. kombinasi lebih banyak digunakan
Penggunaan terapi kombinasi yang daripada penggunaan terapi tunggal di RS
paling banyak digunakan dalam penelitian X Wilayah Bantul Yogyakarta
kali ini adalah terapi obat clozapin- dikarenakan terapi kombinasi antipsikotik
risperidon (atipikal-atipikal) dengan dapat menghasilkan target reseptor yang
jumlah pasien sebanyak 59 yang lebih bervariasi dan lebih besar dari
menggunakan terapi tersebut, hal ini tidak penggunaan terapi antipsikotik tunggal,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan sehingga diharapkan dapat lebih
oleh Yulianti et al., tahun 2016 dimana meningkatkan khasiat antipsikotik dengan
penggunaan terapi kombinasi yang paling meningkatkan reseptor D2 antagonis
banyak digunakan dalam penelitian (dopaminergik) secara aditif dan juga
tersebut adalah haloperidol-clozapin diharapkan dapat mengurangi efek
(tipikal-atipikal). samping yang terkait dengan dosis masing-
c. Hubungan Antara Pemberian masing obat (Roh et al., 2014). Umumnya
Terapi Antipsikotik terhadap penggunaan terapi antipsikotik tunggal
Timbulnya Sindrom seperti antipsikotik tipikal hanya mampu
Ekstrapiramidal mengatasi gejala positif pada pasien
Penggunaan antipsikotik dapat skziofrenia dan kurang efektif dalam
menyebabkan terjadinya sindrom mengatasi gejala negatif, sedangkan terapi
ekstrapiramidal jika penggunaan dosisnya antipsikotik atipikal efektif untuk
tidak tepat mengobati kedua gejala tersebut (Syarif et
pengaruh pemberian terapi antipsikotik al., 2012).
baik itu tunggal maupun kombinasi Tabel III. Analisis Uji Chi Square 2x2
untuk Antipsikotik Tunggal
terhadap kejadian sindrom ekstrapiramidal
Tipikal dan Atipikal terhadap
tidak bermakna karena nilai IK yang Kejadian EPS di RS X
Wilayah Bantul Yogyakarta
dihasilkan pada penelitian ini melewati
periode Januari-Desember
angka 1 (0.562-4.140). Interpretasi dari 2017
Kejadian EPS OR
hasil analisis tersebut adalah pemberian Jenis Nilai
N(%); N=113 (IK
Antispikotik p
terapi antipsikotik baik itu tunggal maupun Ya % Tidak % 95%)
Tipikal 1 0,9 34 30,1 0,429
kombinasi tidak memiliki pengaruh 0,394 (0,048-
Atipikal 5 4,4 73 64,6
3,819)
Total (%) 6 5,3 107 94,7 Akatisia. Antipsikotik golongan atipikal

Pada penelitian ini analisis uji Chi pada umumnya sehingga dapat

Square untuk antipsikotik tunggal antara mengurangi kepatuhan pasien dalam

tipikal dan atipikal mendapatkan nilai p berobat yang pada akhirnya dapat

sebesar 0,394 dimana nilai p yang menyebabkan penurunan fungsi pasien.

dihasilkan > 0,05, yang artinya kedua Roh et al., (2014) menyatakan bahwa

golongan antipsikotik tunggal baik itu penggunaan terapi antipsikotik kombinasi

tipikal maupun atipikal secara statistik lebih banyak digunakan daripada

tidak memiliki hubungan terhadap penggunaan terapi tunggal dikarenakan

kejadian efek samping sindrom terapi kombinasi antipsikotik dapat

ekstrapiramidal pada pasien skizofrenia. menghasilkan target reseptor yang lebih

Pengaruh pemberian terapi antipsikotik bervariasi dan lebih besar jadi penggunaan

tunggal baik itu golongan tipikal maupun terapi kombinasi antipsikotik diharapkan

atipikal terhadap kejadian sindrom dapat lebih meningkatkan khasiat

ekstrapiramidal tidak bermakna karena antipsikotik dengan meningkatkan reseptor

nilai IK yang dihasilkan dalam penelitian D2 antagonis (dopaminergik) secara aditif

ini melewati angka 1 (0,048-3,819). dan juga diharapkan dapat mengurangi

Interpretasi dari hasil analisis tersebut efek samping yang terkait dengan dosis

adalah pemberian terapi antipsikotik masing-masing obat. Umumnya

tunggal baik itu antipsikotik golongan penggunaan terapi antipsikotik tunggal

tipikal maupun atipikal tidak memiliki seperti antipsikotik tipikal hanya mampu

pengaruh terhadap timbulnya efek mengatasi gejala positif pada pasien

samping sindrom ekstrapiramidal. skziofrenia dan kurang efektif dalam

Kejadian efek samping sindrom mengatasi gejala negatif, sedangkan terapi

ekstrapiramidal akan lebih banyak timbul antipsikotik atipikal efektif untuk

pada terapi antipsikotik jenis tipikal mengobati kedua gejala tersebut (Syarif et

daripada antipsikotik atipikal. Karena al., 2012).

antipsikotik golongan tipikal memiliki Tabel IV. Analisis Uji Chi Square 2x2
untuk Antipsikotik Kombinasi
afinitas tinggi dalam menghambat reseptor Atipikal-Atipikal dan Tipikal-
dopamin 2 (D2), hal inilah yang Tipikal terhadap Kejadian EPS
di RS X Wilayah Bantul
diperkirakan menyebabkan reaksi Yogyakarta periode Januari-
ekstrapiramidal yang kuat seperti Desember 2017
Kejadian EPS OR
Jenis Nilai
Parkinsonisme, Distonia akut, dan N(%); N=165 (IK
Antipiskotik p
Ya % Tidak % 95%)
Tipikal- Schizoprenia Program Rujuk Balik Di
Tipikal + Puskesmas Mungkid Periode Januari-
9 5,5 99 60 1,205
Tipikal- Juni 2014. Pharmaciana. 6: 63-70.
0,513 (0,354-
Atipikal
4,097)
Atipikal- Hussar, D.A., 2007, Drug interaction:
4 2,4 53 32,1
Atipikal factor affecting respon, BMJ,
Total (%) 13 7,9 152 92,7 2001(323): 427-428.
Dalam penelitian ini pasien yang
menggunakan terapi antipsikotik Irma. F., 2012, Penentuan Validitas dan
kombinasi golongan atipikal-atipikal Reliabilitas Instrumen Prince Henry
memiliki sebanyak 4 pasien (2,4%) Hospital Akatisia Rating Scale Versi
dari 57 pasien mengalami sindrom Bahasa Indonesia, Tesis,Fakultas
ekstrapiramidal, sedangkan untuk Kedokteran Universitas Indonesia,
pasien yang menggunakan terapi Jakarta.
antipsikotik golongan tipikal-tipikal Jefrey, S.N., Rathus, S.A., Greene, B.,
dan tipikal-atipikal memiliki 9 pasien 2005, Psikologi Abnormal, Edisi
(5,5%) dari 108 pasien yang Kelima, Jilid Kedua, Erlangga, Jakarta,
mengalimi sindrom ekstrapiramidal. 105.
Hal ini sesuai dengan teori yang
disebutkan dalam beberapa literatur Jesic, M.P., Jesic, A., Filipovic, J.B., and
yang saya kutip sebelumnya seperti Zivanovic, O., 2012 Extrapyramidal
dalam buku Pharmacotherapy Syndromes Caused by Antipsychotics,
Handbook 9th Edition dan modul Med Pregl, (11-12): 521-526
PDSKJI bahwa antipsikotik golongan
tipikal memang lebih banyak Jo YY, Kim YB, Yang MR, Chang YJ.
menyebabkan efek samping sindrom Extrapyramidal side effects after
ekstrapiramidal pada pasien metoclopramide administration in a
skizofrenia. Nilai p yang didapatkan post-anesthesia care unit –A case re-
dalam uji Chi Square 3x2 ini adalah port. Korean J Anesthesiol. 2012 Sep;
0,513 dimana nilai tersebut >0,05 yang 63(3):274-6.
artinya secara statistik tidak terdapat
Julaeha., N. Ananda, V.D., Pradana, D.N.,
hubungan antara pemberian terapi
2016, Gambaran Efek Samping
antipsikotik kombinasi baik itu
Antipsikotik pada Pasien Skizofrenia
atipikal-atipikal, tipikal-tipikal, dan
pada Bangsal Rawat Inap di RS.
tipikal-atipikal terhadap timbulnya
Grhasia Yogyakarta, Jurnal
efek samping sindrom ekstrapiramidal
Farmasains, Vol. 3. No. 1: 35-41.
pada pasien skizofrenia, selain itu
pengaruh pemberian terapi antipsikotik Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A.,
kombinasi baik itu 2001, Sinopsis Psikiatri, Edisi
Ketujuh, Jilid Satu, Binarupa Aksara,
Anurogo, Ditto & Fritz Sumantri Usman,
Jakarta.
2014, 45 Penyakit dan Gangguan
Saraf, Yogyakarta, Raphe publishing. Khaira, N.R., A. Nugroho., A. Saputra.
2015. Drug Related Problems Anti
Angkat, keke riskynta. (2016). evaluasi
Psikotik pada Pasien Skizofrenia
penggunaan triheksifenidil pada pasien
Paranoid Akut di Rs Jiwa X
skizofrenia di instalasi rawat inap
Jakarta.Farmasains. 2: 275-280.
rumah
Kemenkes, RI. 2014. Undang-undang No.
Hariyani., F. Yuliastuti., T. M. Kusuma,
36 tahun 2014. UU RI No. 36 Tahun
2016. Pola Pengobatan Pasien
2009, (1), 2. Retrieved from
http://gajiroum.kemkes.go.id/gajiroum/ Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
data/UU_NO_36_2014.pdf Jiwa Indonesia (PDSKJI), 2011,
Konsensus Penatalaksanaan Gangguan
Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010, Skizofrenia, Indonesia
Profil Kesehatan Indonesia Tahun
20019, Jakarta : Kementerian Putri, Rizka Annur, 2015, Pengaruh
Kesehatan RI. Perbedaan Jenis Terapi Antipsikotik
Terhadap Laman Rawat Inap Pasien
Lehman, A.F., J.A. Lieberman, L.B. Skizofrenia Fase Akut di Rumah Sakit
Dixon, T. H. Mc Glashan., A. L. Jiwa Daerah Sungai Bangkong
Miller., D.O. Perkins., & J. Periode Januari-k, Departemen
Kreyenbuhl. 2004. Practice Guideline Psikiatri, Fakultas Kedokteran
for the Treatmentof Patients with Universitas Indonesia/Rumah Sakit
SchizophreniaSecond Edition. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Vol.
American Psychiatric Association, 63, No. 1, Januari 2013.
America.
Yulianty, M.D., Cahaya, N., Srikartika,
Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. V.M., 2016, Studi Penggunaan
Jakarta: FKUI. Antipsikotik dan Efek Samping pada
Pasien di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Medscape, 2016, Drug Interaction Checker
Lihum Kalimantan Selatan, Jurnal
[www Document], online. URL
Sains Farmasi & Klinis, 3(2): 153-164
http//www.reference.
medscape.com/drug-interactionchecke
Moos, D. D., & Hansen, D. J. (2008).
Metoclopramide and Extrapyramidal
Symptoms: A Case Report. Journal of
PeriAnesthesia Nursing, 23(5), 292–
299.

Muhidin S.A, Abdurrahman M, 2009,


Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian, 128-129, Pustaka
Setia, Bandung

Neal, M.J., 2006, At a Glance


Farmakologi Medis Edisi Kelima, 60-
61, Erlangga, jakarta

Norsyehan., D. R. Lestari., & Y. Mulyani.,


2015.Terapi Melukis Terhadap
Kognitif Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum.Dk. 3:71-
78.
Nur, A. F.,T. Septa., & R. Lisiswanti.,
2016. Skizofrenia Paranoid Remisi
Parsial pada Wanita Usia 24 Tahun di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
J Medula Unila. 6:1-7

Potrebbero piacerti anche