Sei sulla pagina 1di 10

STRATEGI BISNIS PRODUK TEMPE KEDELAI LOKAL

MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS


(Studi Kasus Produk Attempe, Tempe Sehat Kedela Lokal, Yogyakarta)

BUSINESS STRATEGY OF LOCAL SOYBEAN TEMPE PRODUCTS USING CANVAS BUSINESS MODELS
(Case Study of Attempe Products, Local Soybean Healthy Tempe, Yogyakarta)

Mohammad Rizki Ridhanto


Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

*Kontak Penulis : rizkiridhanto85@gmail.com

Abstract

Business Model Canvas is a strategic management model and defines templates for developing
new business models or documenting existing businesses. This model illustrates a visual chart
with constituent elements in the form of a proportion of company or product value, infrastructure,
consumers and finance. The purpose of this study is to verify the Business Model Canvas planning
conducted by SME Attempe Yogyakarta in running its business. The method in this research was
conducted by descriptive method through a qualitative approach. Primary data obtained by
conducting interviews with owners or producers. While the analysis method is done by verifying
Business Model Canvas. The results of this study indicate that Attempe is aiming for special
markets in marketing its products, namely middle to upper market segmentation and healthy food
consumers. The value is built by Attempe by making healthy tempe products with variants of fresh
tempe products, tempe chips and instant tempeh, and managing customer relationships by
providing a guaranteed return. Attempe carries out all major activities by maximizing its
resources and optimizing partnerships to sell healthy tempe products produced with the aim of
obtaining business income.

Keywords: Business Model Canvas, tempe, strategy, business

PENDAHULUAN membiayai bisnisnya sendiri sehingga tidak


bergantung pada donatur (Kasmir dan Jakfar,
Setiap bisnis baru atau 2006).
pengembangan bisnis membutuhkan Bagi bisnis yang didirikan untuk
perencanaan strategis yang disesuaikan tujuan maksimalisasi laba yang paling
dengan tujuan bisnis dan bentuk badan penting dipikirkan berapa lama
bisnisnya. Salah satu tujuan didirikannya pengembalian dana yang ditanam di bisnis
bisnis adalah mencari laba/keuntungan, tersebut agar segera kembali. Sehingga
dalam arti seluruh aktivitas ditujukan untuk sebelum bisnis dijalankan terlebih dahulu
mencari keuntungan. Tujuan lain bersifat perlu dihitung apakah bisnis yang akan
sosial untuk membantu masyarakat dalam dijalankan benar-benar dapat mengembalikan
menyediakan sarana dan prasarana yang uang yang diinvestasikan dalam bisnis
dibutuhkan. Ada juga yang didirikan dengan tersebut dalam jangka waktu tertentu dan
tujuan untuk kedua-duanya artinya dapat memberikan laba finansial lainnya
disamping memperoleh keuntungan juga seperti yang diharapkan. Selain itu juga bisa
memberikan layanan sosial. Dalam memberi manfaat bagi karyawan/anggota
prakteknya bisnis sosial juga perlu mencari organisasi yang bekerja pada bisnis tersebut,
keuntungan sehingga mampu untuk dan masyarakat sekitar.
Salah satu bisnis yang berkembang di METODOLOGI
Indonesia adalah bisnis dengan skala kecil
yaitu usaha mikro menengah kecil (UMKM). Penelitian ini dibangun dengan
Bisnis UMKM merupakan salah satu poros desain pendekatan kualitatif dengan teknik
penting bagi perkembangan ekonomi studi kasus (Sugiyono, 2014). Data kualitatif
Indonesia. Model bisnis UMKM pada masa diperoleh dengan metode wawancara
sekarang sudah mulai berkembang lebih mendalam dengan objek atau produsen dan
detail terhadap perencanaan bisnis. observasi lapangan (Sunyoto, 2013). Metode
Perencanaan bisnis merupakan hal penting analisis untuk memetakan model bisnis yang
dalam memulai dan memilih model bisnis diterapkan menggunakan metode Bussines
yang akan dijalankan. Model Canvas yang dikembangkan oleh
Di Indonesia salah satu UMKM yang Ostelwalder dan Pigneur (2012).
cukup banyak berkembang adalah UMKM Pendeskripsian model bisnis digambarkan
dalam bidang pangan salah satunya yang dengan teknik bercerita, berfikir visual dan
memproduksi tempe. Tempe merupakan prototyping.
makanan khas Indonesia yang sudah sangat
familiar dan digemari oleh seluruh elemen
masyarakat. Pasar yang begitu luas membuat Bussines Model Canvas (BMC)
bisnis tempe ini semakin menarik. Namun Business Model Canvas adalah
dengan karakter pasar yang sejenis membuat sebuah model bisnis gambaran logis
persaingan antar produsen tempe juga sangat mengena bagaimana sebuah organisasi
ketat dan kurang variatif. menciptakan menghantarkan dan menangkap
Attempe merupakan salah satu sebuah nila (Osterwalder, 2010). Canvas ini
UMKM produsen tempe yang ada di membagi business model menjadi 9 buah
Yogyakarta. Melihat persaingan bisnis dalam komponen utama, kemudian dipisahkan lagi
produksi tempe yang sangat ketat, Attempe menjad komponen kanan (sisi kreatif) dan
mencoba membidik pasar khusus untuk kiri (sislogik). Persis seperti otak manusia.
konsumen tempenya. Rata-rata tempe di Kesembilan komponen yang ada tersebut
Indonesia menggunakan bahan baku kedelai adalahsebagai berikut, (diurut dari kanan
yang berasal dari impor. Berdasarkan hasil kekiri). Customer Segment, Customer
uji yang dilakukan oleh Badan Litbang Relationship, Customer Channel, Revenue
Kementerian Pertanian (2017) menerangkan Stream, Value Proposition, Key Activities,
bahwa sebagian besar kedelai impor Key Resource, Cost Structure, dan Key
merupakan hasil dari rekayasa genetika Partners.
(GMO). Hal ini berbeda dengan kedelai lokal 1. Customer Segment
yang merupakan hasil dari galur murni. Customer Segment yaitu langkah
Melihat konsumen pangan yang menentukan segmentasi target
semakin berkembang di Indonesia terutama konsumen dari bisnis yang akan
dalam hal pemilihan pangan sehat, Attempe dikembangkan. Memposisikan diri pada
mencoba membuat model bisnis untuk sisi menjadi konsumen untuk
menangkap pasar khusus tersebut. Isu memperhatikan apa yang dilihat,
makanan sehat dan pemanfaatan produk didengar, dipikirkan dan dilakukan,
dalam negeri membuat Attempe mencoba menjadi keinginan dan tujuan, rasa takut,
memetakan model bisnisnya untuk dan harapan. Sehingga dapat terpetakan
menangkap dan membangun pasar khusus konsumen yang akan menjadi target
untuk produk tempe. Pada penelitian ini untuk memasarkan produk dari bisnis
dibahas bentuk model bisnis kanvas yang tersebut.
telah dipetakan oleh Attempe. 2. Value Proposition
Value Proposition yaitu memperkirakan
kebutuhan customer yang sudah
diidentifikasi pada customer segment.
Berdasarkan kebutuhan itu, selanjutnya 7. Key Activities
dapat didefinisikan value (nilai) apa yang Key Activities menjelaskan kegiatan
akan diberikan agar mampu memenuhi utama yang harus dilakukan oleh
kebutuhan konsumen. Nilai yang perusahan untuk menjalnkan model
diberikan itu akan menjadi nilai inti dari bisnisnya. Setiap model bisnis memiliki
kegiatan bisnis. Pengembangaan nilai ini aktivitas utama. Aktivitas utama dalam
berorietasi pada kepuasan konsumen setiap model bisnis biasanya berkaitan
untuk menjaga loyalitas konsumen dengan penggunaan dan menjalankan
terhadap produk yang dihasilkan dalam key resource yang dimiliki oleh
bisnis tersebut. perusahaan tersebut. Semua aktivitas
3. Customer Relationship utama memiliki fokus penting yaitu
Customer Relationship yaitu langkah berhasilnya operasi bisnis dan
mendefinisikan hubungan antara memaksimalkan pendapatan.
perusahaan dan konsumen. Macam- 8. Key Partnership
macam jenis hubungan mulai dari Key Partnership adalah kunci kemitraan
memberikan bantuan personal yang menjelaskan jaringan pemasok dan
perorangan kepada setiap konsumen, pemasar yang mendukung berjalannya
dengan memanfaatkan komunitas, atau model bisnis. Perusahaan membentuk
bahkan berupa ‘self- service’, yaitu jaringan kemitraan untuk
tidak berhubungan langsung dengan mengoptimalkan model bisnisnya,
konsumen. mengurangi resiko, atau
4. Channel memperoleh sumber daya. Ada empat
Channel yaitu cara perusahaan untuk jenis kemitraan: Strategi aliansi antara
menggapai konsumen . Channel ini non-pesaing, strategi kemitraan antara
menggambarkan jalur untuk pesaing (Coopetition), usaha bersama
menyampaikan nilai dari produk bisnis yaitu usaha untuk mengembangkan
kepada konsumen sehingga mampu bisnis baru, hubungan pembeli
memenuhi permintaan konsumen. pemasok untuk menjamin pasokan yang
5. Revenue Stream dapat diandalkan.
Revenue Stream mendiskripsikan alur 9. Cost Structure
penerimaan uang yang akan diterima Cost Structure adalah struktur biaya
perusahaan dari konsumen. yang menggambarkan semua biaya yang
Mendefinisikan cara-cara yang ditempuh dikeluarkan dalam mengoperasikan
perusahaan untuk mendapatkan model bisnis ini. Blok bangunan ini
pendapatan dari nilai yang disampaikan menjelaskan biaya yang paling besar
kepada konsumen. terjadi antara biaya-biaya yang harus
6. Key Resource dikeluarkan untuk dapat menghasilkan
Key Resource adalah sumberdaya utama Value Proposition yang ditujukan pada
yang harus dimiliki perusahaan untuk Customer Segments sehingga didapat
menjalankan model bisnis yang telah Revenue Stream. Biaya tersebut dapat
ditentukan. Sumberdaya utama ini dihitung relatif mudah setelah
ditujukan untuk membentuk nilai (value mendefinisikan sumberdaya utama,
propositions), menggapai pasar dan kegiatan utama, dan kunci kemitraan.
memperoleh pendapatan serta Gambar 1 merupakan contoh 9 building
memelihara hubungan dengan bloks dari Bussiness Model Canvas.
konsumen.
Gambar 1. Contoh Business Model Canvas

HASIL DAN PEMBAHASAN jalur pemasarannya selain memanfaatkan


sosial media. Penentuan segmentasi pasar
Business Model Canvas memetakan yang spesifik, Attempe memetakan pasar
model bisnis dalam Sembilan elemen- ceruk (niche market) dengan melayani
elemen penyusun dan aktivitas. Penjelasan konsumen yang belum banyak jumlahnya
model bisnis kanvas yang dilakukan UMKM dan belum terlayani dengan baik (Kotler,
Attempe dalam menjalankan bisnisnya 2008).
sebagai berikut:
Value Propositions (Proporsi Nilai)
Customer Segments (Segmen Konsumen) Value propositions merupakan suatu
Pasar produk tempe di Indonesia nilai yang membuat konsumen dapat beralih
sudah sangat luas. Luasnya pasar membuat dari satu perusahaan ke perusahaan lain,
persaingan dalam bisnis tempe menjadi dimana berisi gabungan dari manfaat-
sangat ketat. Attempe sebagai salah satu manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada
perusahaan yang memproduksi tempe segar konsumen. Produk tempe sudah menjadi
membidik pasar khusus dalam memasarkan produk masal yang sangat mudah ditemui di
tempenya. Dengan membuat tempe yang pasaran. Rata-rata produk tempe yang ada di
spesifik dengan bahan baku kedelai lokal non pasar merupakan produk tempe berbahan
Rekayasa Genetika (GMO), Attempe baku kedelai yang berasal dari impor.
menargetkan pasar menengah ke atas. Selain Dimana menurut Litbang Pertanian
itu pasar yang memiliki kesadaran akan Kementerian Pertanian (2017), rata-rata
kesehatan juga menjadi bidikan utama kedelai impor merupakan kedelai produk
produk tempe dari Attempe. Supermarket rekayasa genetika (GMO).
dan rumah sakit menjadi beberapa bagian
Berkembangnya pasar yang peduli memasarkan produknya. Attempe memiliki
dan sadar tentang kesehatan, Attempe agen-agen dan reseler yang berada di
membuat spesifik produk dengan tempe beberapa kota besar untuk memasarkan
berbahan baku kedelai lokal non GMO dan secara offline.
mengedepankan edukasi makanan sehat
dengan rasa tempe yang lebih gurih dan Customers Relationship (Hubungan
tahan lama. Penetapan harga yang bersaing Konsumen)
juga menjadi keunggulan nilai produk Hubungan dengan pelanggan
Attempe sebagai produk tempe premium. menggambarkan bagaimana perusahaan
Selain itu dari segi pemasaran, Attempe menjaga komunikasi dengan pelanggan
menetapkan proses return untuk produk yang supaya pelanggan tetap menjadi konsumen
tidak sesuai dengan permintaan atau ada loyal terhadap produk yang dipasarkan.
kecacataan terutama konsumen yang Terdapat tiga fungsi yang dijalankan dalam
membeli dengan cara online. Marketing hal customer relationships yaitu customer
secara online dilakukan dengan acquisition (akusisi konsumen), customer
memanfaatkan jejaring media sosial pemilik. retention (mempertahankan konsumen), dan
Sehingga respon terhadap permintaan dan upselling (peningkatan penjualan).
kompalin dari konsumen dapat tertangani Dalam menjaring konsumen,
secara langsung dan cepat. Attempe berhubungan langsung dengan
Attempe juga membuat varian konsumen melalui media sosial dengan
produk tempe untuk memudahkan konsumen respon personal, mengikuti beberapa
memilih produk tempe sesuai selera. Selain pameran dan event UMKM atau
tempe segar, Attempe juga membuat produk memanfaatkan pertemuan-pertemuan
Chips Tempe dan tempe instan. Chips tempe informal untuk mensosialisasi dan
menyediakan kepada konsumen yang mempromosikan produk. Salah satu prinsip
menyukai tempe siap saji dengan aneka rasa. pemasaran adalah konsumen harus
Tempe instan merupakan produk tempe yang mendapatkan kepuasan. Attempe menjaga
siap racik untuk menjadi tempe segar untuk kepuasan konsumen dengan memberikan
konsumen yang tidak akan mengkonsumsi garansi produk dengan sistem return apabila
tempe segar tersebut dalam waktu cepat. produk yang diterima konsumen ada
Tempe instan lebih tahan lama dan kecacatan atau tidak sesuai permintaan.
memberikan edukasi tersendiri untuk Proses komplain yang mudah melalui
konsumen yang akan meracik menjadi tempe website dan kemudahan kontak langsung ke
segar sendiri. pemilik, memebuat konsumen akan lebih
nyaman dalam mengkonsumsi produk.
Channels (Saluran) Dalam hal upselling, Attempe membuat
Dalam menyampaikan nilai produk mitra dengan agen-agen yang awalnya
kepada para konsumen, Attempe adalah konsumen langsung melalui
memanfaatkan jaringan media sosial seperti penawaraan-penawaran program diskon dan
Facebook, Instagram dan website untuk bonus-bonus. Secara tidak langsung agen-
memasarkan secara online produk- agen tersebut akan juga mencari konsumen
produknya. Attempe juga memasarkan untuk meningkatkan penjualan sehingga
produk-produknya melalui supermarket- program diskon dan bonus yang ditawarkan
supermarket yang ada di kota-kota besar dapat tercapai.
untuk menangkap segmen konsumen
menengah keatas yang notabene juga Key Resources (Sumberdaya Utama)
merupakan segmen konsumen supermarket. Osterwalder dan Pigneur (2012)
Untuk menyampaikan produk kepada membagi sumber daya utama menjadi empat
konsumen-konsumen yang peduli tentang kategori yaitu kategori fisik, intelektual,
kesehatan, Attempe memanfaatkan rumah manusia, dan finansial. Attempe sebagai
sakit dan forum-forum kesehatan dalam perusahaan yang masih tergolong UMKM
memiliki keempat aspek sumber daya bahan baku. Branding ini juga digunakan
tersebut. Attempe mengoptimalkan sumber Attempe untuk branding dalam pemasaran.
daya yang dimiliki untuk pengembangan Dalam hal riset dan pengembangan,
usaha. Attempe bermitra dengan universitas dalam
Secara fisik, sumber daya yang riset ide-ide baru dan uji coba produk baru.
dimiliki oleh Attempe antara lain bangunan Untuk mendukung pemasaran, Attempe
pabrik, bangunan outlet, kantor pemasaran, bermitra dengan supermarket di kota besar
ketel, alat pengayak, alat pengemas, vacuum seperti Carefour dan Mirota serta beberapa
sealer, computer dan mobil distribusi. Rumah Sakit di wilayah Yogyakarta untuk
Attempe melakukan pengembangan produk mensuplai tempe segar sebagai bahan
dengan melakukan riset dan ujiccoba makanan sehat bagi pasien.
diverseifikasi produk. Ide-ide
pengembangan yang dimiliki oleh pemilik Key Activities (Kegiatan Utama)
merupakan salah satu sumberdaya Key activities medeskripsikan hal-hal
intelektual. Contoh pengembangan yang yang harus dilakukan oleh perusahaan agar
sudah berjalan adalah terciptanya produk model bisnis dalam perusahaan tersebut
tempe instan. Untuk sementara ini dalam mampu berjalan dengan baik. Setiap model
melakukan riset dan pengembangan ide, bisnis memiliki aktivitas utama untuk
pemilik masih bekerja sama dengan menjalankan bisnisnya. Attempe yang
universitas terutama dalam hal uji-uji yang merupakan UMKM membagi dua aktivitas
harus diteliti dalam makanan. besar menjadi dua, yaitu aktivitas produksi
Dalam menjalankan usahanya, dan pemasaran.
Attempe memiliki enam pegawai yang Aktivitas produksi dilakukan mulai
keseluruhan masih dikonsentrasikan di dari penyediaan bahan baku, proses produksi
sektor produksi. Sedangkan untuk sektor produk utama dan produk lain, dan
pemasaran, finansial dan manajemen masih pengemasan. Attempe sangat berfokus pada
langsung dihandel oleh pemilik. Sumber- peningkatan kapasitas produksi untuk
sumber finansial untuk pengembangan menaikkan kemampuan penjualan. Karena
usaha, selain bersumber dari pribadi menurut pemilik kadang permintaan tidak
pemailik juga bersumber dari keikutsertaan dapat terpenuhi kontinyu karena produksi
pemilik dalam event perlombaan kreasi yang tidak stabil. Pemasaran juga merupakan
pangan yang sering diikuti. Hasil aktivitas penting yang dilakukan oleh
perlombaan menjadi tambahan modal dalam Attempe. Aktivitas pemasaran dimulai dari
pengembangan usaha. promosi, pengelolaan media sosial,
memperkuat hubungan jaringan pemasaran
Key Partnership (Kemitraan Utama) dengan mitra, pengelolaan pemasaran
Key partnerships menggambarkan melalui agen dan reseller, dan pengiriman
hubungan kemitraan yang dilakukan oleh produk serta proses pemeliharaan komplain
perusahaan kepada pihak lain untuk dan retur.
menunjang aktivitas bisnis yang dilakukan,
serta untuk mengoptimalisasi model Cost Structure (Stuktur Biaya)
bisnisnya, mengurangi resiko dan Cost structure adalah komponen-
memperoleh sumberdaya. Attempe menjalin komponen biaya yang digunakan supaya
mitra utama dengan para petani kedelai lokal organisasi atau perusahaan bisa berjalan
di Kabupaten Grobogan dan Jawa Tengah sesuai dengan model bisnisnya. Membuat
sekitarnya untuk suplai bahan baku. dan meningkatkan nilai tambah,
Ditengah keterpurukan para petani kedelai berhubungan dengan pelanggan, dan
lokal di Indonesia, Attempe membawa mendapatkan penghasilan semuanya
branding “Save Petani Kedelai Lokal” dan termasuk dalam komponen biaya. Beberapa
“Pemberdayaan Kedelai Lokal” sebagai komponen biaya dapat dihitung setelah
prinsip bermitra dengan petani penyedia perusahaan mengetahui key resources, key
activities, dan key partnership. Biaya yang menutamakan penciptaan nilai untuk
dikeluarkan oleh Attempe dalam mendukung memaksimalkan kepuasan konsumen atau
bisnisnya terdiri dari biaya tetap dan biaya biasa disebut value driven.
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan dengan jumlah yang tetap Revenue Streams (Aliaran Pendapatan)
meskipun volume barang atau jasa yang Dalam menjalankan bisnisnya,
dihasilkan naik atau turun. Pada struktur Attempe hanya bergerak dengan menjual
biaya tetap ini Attempe mengeluarkan biaya produk yang dihasilkan (asset sale). Produk
untuk gaji pegawai, biaya pajak tanah yang berupa tempe segar, chips tempe dan
bangunan pabrik, biaya penyusutan alat-alat tempe instan menjadi sumber dari
produksi dan pengemasan, biaya pajak pendapatan. Penjualan produk dilakukan
kendaraan. Sedangkan biaya variabel yang dengan cash and carry yaitu pada konsumen
dikeluarkan oleh Attempe untuk mendukung yang membeli langsung kepada pemilik dan
berjalannya bisnis antara lain biaya pembayaran berjangka waktu yaitu untuk
penyediaan bahan baku, biaya pengemasan, penjualan melalui agen, supermarket dan
biaya pengiriman, biaya promosi, biaya riset rumah sakit.
dan pengembangan. Biaya variabel ini
merupakan biaya memiliki jumlah Penjelasan yang diuraikan di atas merupakan
proporsional tergantung jumlah produk atau penjelasan detail dari pemetaan model bisnis
jasa yang dihasilkan. Pengeluaran dua kanvas yang tergambarkan pada gambar 2.
karakteristik biaya Attempe tersebut
merupakan struktur biaya yang

Gambar 2. Business Model Canvas Produk Attempe

KESIMPULAN
paling penting dilakukan oleh Attempe yaitu
UMKM Attempe menjalankan bisnis dengan memilih segmen konsumen khusus
tempe dengan memetakan sembilan elemen yaitu konsumen menengah ke atas karena
penysusn bisnis yang dimodelkan dengan harga tempe yang dijual lebih tinggi dari
Business Model Canvas. Hal awal yang pasaran serta konsumen makanan sehat
dengan branding “Tempe Kedelai Lokal Non Niken, H., Gema, W. M. 2018. Model Bisnis
GMO”. Agrofarm Cianjur (Studi Kasus
Langkah untuk menggapai konsumen Kelompok Tani Agro Segar, pada P4S
yang tealh disegmentasikan, Attempe Agrofarm Cianjur, Desa Ciherang,
menentukan nilai tambah produk dengan Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
mengedepankan produk sehat, membuat Barat). Jurnal Sosial Ekonomi
varian produk tempe sehat dan memeberikan Pertanian. 14(2): 93-104
garansi retur bagi produk yang tidak sesuai
dengan permintaan konsumen. Attempe Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur.
memaksimalkan seluruh kegiatan utama 2010. Business Model Generation.
dengan mengoptimalkan sumberdaya utama John Willey & Sons, Hoboken – NJ.
yang dimiliki, channel yang dibentuk, key
partnership, customer relationship yang Osterwalder, A. dan Y. Pigneur. 2012.
dijalin baik dengan mitra maupun konsumen Business Model Generation. Jakarta:
Jalur yang dilakukan Attempe untuk PT.Elex Media Komputindo.
memperoleh pendapatan hanya dengan
melakukan penjualan produk baik tempe Rahayu, A. 2019. Strategi Pengembangan
segar maupun varian tempe sehat lainnya. Usaha Buah Nusantara Di PT. Hapasi
Selain itu penekanan biaya yang dikelurakan Platinum Sinergi Dengan Pendekatan
dalam rangka lebih meningkatan Business Model Canvas [skripsi].
keuntungan. Berdasarkan penelitian ini dapat Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
dilihat bahwa Business Model Canvas dapat
menjadi tools yang sederhana guna menghasilkan Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian
alternatif strategi perusahaan. Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wisnu, S. D. 2012. Penggunaan Business


DAFTAR PUSTAKA
Model Canvas Sebagai Dasar Untuk
Menciptakan Alternatif Strategi Bisnis
[Badan Penelitian dan Pengembangan
Dan Kelayakan Usaha. Jurnal Teknik
Pertanian]. Amankah Kedelai
Industri. 216-230.
Transgenik (GMO) sebagai Bahan
Baku Tempe [diunduh pada 24
November 2019]; Tersedia pada :
http://biogen.litbang.pertanian.go.id

Sunyoto, D. 2013. Metode dan Instrumen


Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: CAPS

Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi


Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta

Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran


Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks.

Novitha, H., Triana, L., Ida, B. S.. 2019.


Penerapan Bisnis Model Kanvas
Dalam Penentuan Rencana
Manajemen Usaha Kedelai Edamame
Goreng. Jurnal Agroteknologi, 13 (1):
42-51.
STRATEGI BISNIS PRODUK TEMPE KEDELAI LOKAL
MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS
(Studi Kasus Produk Attempe, Tempe Sehat Kedela Lokal, Yogyakarta)

ARTIKEL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Leadhership dan


Entrepreneurship

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si.

oleh :
Mohammad Rizki Ridhanto
NIM 23020319410002

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

Potrebbero piacerti anche