Sei sulla pagina 1di 12

Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.

…(Sri Suharti)

ANALISIS BERBAGAI PERAN PARA PIHAK


DALAM KEMITRAAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA MANGROVE
(Analysis on The Different Roles of Stakeholder in Mangrove Resource Utilization
Partnership)*
Sri Suharti
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Jl. Gunung Batu No. 5 PO BOX 165 Tlp. (0251) 8633234, 7520067 Fax. (0251) 8638111
Bogor 16610, Jawa Barat, Indonesia
E-mail : suharti@yahoo.co.id
* Tanggal diterima : 18 Desember 2014; Tanggal Direvisi : 4 Agustus 2015; Tanggal disetujui : 5 Desember 2016

ABSTRACT

Sectoral and administrative conflict in mangrove management along with the basic demand of human needs
has lead to mangrove degradation and deforestation widely occurred in Indonesia. In order to increase its
benefits while preserving the remaining mangrove forest, it is urged to execute painstaking effort and
harmonious coordination among relevant stakeholders. This study aims to identify the role of stakeholders
involved in mangrove partnership, describe interest and power of each stakeholder and formulate an
alternative model of mangrove utilization partnership. The study was conducted in the northern coastal
region of Central Java. Data were collected through observation, multi-stakeholder discussions and
interviews with key informants and analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. The results
showed that stakeholders involved in the mangrove utilization partnership have diverse interests and
influences. Primary stakeholders are Provincial and District Forestry Office, Department of the
Environment, Department of Marine and Fisheries and mangrove forest communities. While secondary
stakeholders consist of Universities/research institution, NGOs (local and Int'l), Private sector and village
government. Establishment of partnership model should be able to manage various interests and power of
stakeholders and utilize their existing potential power. Collaborative management model could be an
alternative to be implemented to gain equitable distribution of benefits and responsibilities.

Key words : Interest, power, social, economy, collaborative

ABSTRAK

Konflik antar instansi (sektoral) maupun antar wilayah (administratif) dalam pemanfaatan sumberdaya (SD)
mengrove mengakibatkan penyusutan areal dan kerusakan mangrove secara luas dan masif di Indonesia.
Untuk meningkatkan manfaat sekaligus melestarikan ekosistem mangrove yang masih tersisa perlu upaya
nyata serta koordinasi yang harmonis antar pihak yang terkait (pemerintah, perguruan tinggi/lembaga riset,
swasta, NGO dan masyarakat). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran para pihak dalam
kemitraan pemanfaatan mangrove, mendapatkan deskripsi tentang kepentingan dan pengaruh dari setiap
stakeholder serta merumuskan alternatif pola kemitraan pemanfaatan mangrove. Penelitian dilakukan di
wilayah pesisir utara Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, diskusi multi pihak dan
wawancara kepada sejumlah informan kunci. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa stakeholder yang terkait dalam kemitraan pemanfaatan mangrove memiliki kepentingan
dan pengaruh yang beragam. Stakeholder primer adalah Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan dan Perikanan dan masyarakat sekitar
hutan mangrove. Stakeholder sekunder terdiri dari perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat
(internasional dan lokal), swasta dan pemerintah desa. Inisiator kegiatan harus mampu mengelola
kepentingan dan pengaruh stakeholder yang beragam serta memanfaatkan potensinya. Pengelolaan
kolaborasi dapat menjadi model alternatif untuk diterapkan, sehingga terjadi distribusi manfaat dan tanggung
jawab secara adil kepada semua stakeholder.

Kata kunci : Ekonomi, kepentingan, kolaborasi, pengaruh, sosial

73
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

I. PENDAHULUAN menahan abrasi air laut dan menghadang


intrusi air laut ke daratan. Fungsi bio-
Indonesia sebagai negara kepulauan
logisnya ialah sebagai tempat berlindung,
yang memiliki lebih dari 13.466 pulau
bertelur dan berkembang biak berbagai
besar dan kecil, memiliki panjang garis
jenis ikan (nursery ground).
pantai sekitar 99.093 km dan merupakan
Secara ekonomi hutan mangrove
negara dengan garis pantai terpanjang
menghasilkan kayu yang nilai kalornya
keempat di dunia setelah Amerika
tinggi, sehingga sangat sesuai untuk ba-
Serikat, Kanada dan Rusia (Agung,
han baku arang. Fungsi lain adalah fungsi
2013). Sebagian daerah pantai tersebut
ekologis (lingkungan) yaitu sebagai pene-
ditumbuhi vegetasi mangrove dengan
tralisir limbah kimia beracun dan berba-
lebar beberapa meter sampai beberapa
haya serta menyerap gas rumah kaca CO2
kilometer, sehingga menempatkan Indo-
dan penghasil O2 (Giesen et al., 2007;
nesia sebagai pemilik hutan mangrove
Walters et al., 2008; Kusmana 2010).
terluas di dunia (Giesen et al., 2007).
Sebagian besar kerusakan hutan
Namun, saat ini kondisinya sangat mem-
mangrove terutama disebabkan oleh
prihatinkan karena sebagian besar meng-
konversi hutan mangrove menjadi tambak
alami kerusakan yang sangat parah dan
dan peruntukan lain secara besar-besaran
kurang mendapat perhatian dari para
seperti yang terjadi di provinsi Sumatera
pengambil kebijakan (Giesen et al.,
Utara, Lampung, Kalimantan Timur,
2007).
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
Persoalan deforestasi dan degradasi
dan Sulawesi Selatan. Upaya mereha-
sumberdaya mangrove yang terus terjadi
bilitasi daerah pesisir pantai dengan
di berbagai wilayah di Indonesia muncul
penanaman jenis mangrove sebenarnya
karena minimnya pemahaman akan arti
sudah dimulai sejak tahun 1990 an, tetapi
penting keberadaannya sebagai penun-
hasilnya kurang memuaskan. Penanaman
jang kehidupan. Desakan dari berbagai
mangrove oleh Departemen Kehutanan
bidang pembangunan (sandang, pangan,
sejak tahun 1995 hingga 2003 hanya
papan) mendorong eksploitasi sumber-
terealisasi seluas 7.890 ha. Sementara
daya mangrove secara luas, masif dan
pada tahun 2003 hingga 2007 keber-
terus menerus, sehingga dari total areal
hasilan penanaman mangove hanya
7,8 juta ha hutan mangrove Indonesia,
mencapai luasan 70.185 ha (Departemen
hanya sekitar 30,7% dalam kondisi baik,
Kehutanan, 2008).
27,4% rusak dan 41,9% rusak parah
Kurang berhasilnya upaya rehabi-
(Departemen Kehutanan, 2008). Berbagai
litasi areal mangrove ini antara lain
upaya perbaikan yang telah dilakukan
disebabkan minimnya koordinasi antar
oleh pemerintah, baik yang bersifat
institusi yang terlibat dalam kegiatan
preventif (konservasi) maupun kuratif
rehabilitasi (Nakagaki, 2011), kurangnya
(rehabilitasi) belum mampu mengem-
kesadaran akan arti penting hutan mang-
balikan atau paling tidak mempertahan-
rove (Baderan, 2013) serta kurangnya
kan luas areal hutan mangrove yang
pelibatan masyarakat dalam upaya
masih tersisa.
rehabilitasi mangrove (Brown, 2007).
Sebagai sebuah komunitas yang
Pada beberapa kasus bahkan dilaporkan
membentuk ekosistem perairan, hutan
adanya kecenderungan gangguan terha-
mangrove mempunyai multi fungsi yang
dap tanaman karena perbedaan kepen-
tidak bisa tergantikan oleh ekosistem lain.
tingan. Oleh karena itu sudah saatnya
Secara fisik berfungsi sebagai penstabil
semua stakeholder yang terkait upaya
lahan (land stabilizer) yang berperan
pengelolaan hutan mangrove secara
dalam mengakumulasi substrat lumpur
lestari (pemerintah baik pusat maupun
oleh perakaran bakau, sehingga seringkali
daerah, pengusaha, swasta, masyarakat,
memunculkan tanah timbul, mampu

74
Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.…(Sri Suharti)

dll) bersama-sama terlibat secara aktif sing-masing stakeholder dan selanjutnya


dalam pelaksanaannya. dikembangkan pola-pola usaha tani mau-
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan pun non usaha tani berbasis mangrove
lautan, termasuk sumberdaya (SD) mang- yang berpotensi untuk dikembangkan
rove adalah suatu pendekatan pengelola- yang dapat mengakomodasikan kepen-
an wilayah pesisir yang melibatkan dua tingan baik ekologi maupun sosial eko-
atau lebih ekosistem, sehingga pelaksana- nomi.
annya lebih kompleks karena melibatkan Penelitian ini bertujuan untuk : 1)
banyak institusi. Selain itu, pengelolaan mengidentifikasi para pihak terkait
adalah suatu proses dinamis dan kontinyu (stakeholder) dalam pemanfaatan SD
dalam membuat keputusan untuk peman- mangrove; 2) mendapatkan deskripsi
faatan, pembangunan dan perlindungan tentang kepentingan (interest) dan
kawasan pesisir dan lautan beserta sum- pengaruh (power) setiap stakeholder
berdaya alamnya secara berkelan-jutan. dalam kemitraan pemanfaatan SD mang-
Pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa- rove; 3) merumuskan alternatif pola
jasa lingkungan yang terdapat di dalam pemanfaatan SD mangrove dengan model
kawasan pesisir dan lautan untuk kemitraan melalui pemetaan pengaruh
kesejahteraan manusia diupayakan sede- dan kepentingan stakeholder yang terlibat
mikian rupa, sehingga laju (tingkat) serta menjelaskan peran stakeholder
pemanfaatannya tidak melebihi daya dalam kemitraan dimaksud. Hasil pene-
dukungnya (carrying capacity). Selain litian diharapkan bermanfaatan sebagai
tidak melebihi daya dukungnya, peman- bahan pertimbangan dalam merumuskan
faatan sumberdaya alam dan jasa-jasa model kemitraan pemanfaatan SD mang-
lingkungan harus dilaksanakan secara rove.
terpadu. Konteks keterpaduan (integra-
tion) mengandung tiga dimensi yakni II. BAHAN DAN METODE PENE-
dimensi sektoral, dimensi bidang ilmu LITIAN
dan dimensi keterkaitan ekologis (Dahuri,
2004). Hal ini selaras dengan pendapat A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Darusman (2012) yang menyatakan bah- Penelitian ini dilaksanakan pada
wa pembangunan kehutanan yang sesuai kawasan pesisir pantai utara di Jawa
bagi kepentingan ekonomi, lingkungan Tengah selama tujuh bulan, mulai bulan
serta kedaulatan bangsa hendaknya ber- Juni sampai Desember 2013.
sifat majemuk serta berbasiskan partisi-
pasi masyarakat, baik secara perorangan B. Bahan dan Alat Penelitian
maupun kelompok.
Mengingat kompleksitas tipologi Bahan dan alat penelitian utama yang
sumberdaya pesisir (mangrove), maka digunakan dalam penelitian ini adalah
koordinasi yang sinergis antar stake- daftar pertanyaan, bahan diskusi dalam
holder terkait menjadi sangat penting. Focused Group Discussion (FGD) untuk
Salah satu upaya yang dapat dilakukan berbagai kelompok dan elemen masya-
adalah melalui pengembangan model- rakat yang terlibat dalam upaya peman-
model kemitraan pemanfaatan ekosistem faatan ekosistem dan jenis-jenis tumbuh-
dan jenis-jenis tumbuhan mangrove an mangrove. Peralatan yang digunakan
antara para pihak yang terkait dengan di lapangan antara lain : kamera, GPS,
pengelolaan dan pemanfaatan mangrove alat perekam dan alat tulis.
baik secara langsung maupun tidak
langsung. Melalui model-model kemitra- C. Pengumpulan Data
an ini diharapkan dapat diidentifikasi Pengumpulan data dilakukan melalui
peran, fungsi dan tanggung jawab ma- kegiatan observasi dan wawancara

75
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

(interview) terhadap sejumlah informan traan dan 5. manfaat kemitraan peman-


kunci. Kegiatan observasi dimaksudkan faatan SD mangrove bagi para pihak
untuk mendapatkan gambaran mengenai terkait (material, non material). Pengaruh
para pihak terkait (stakeholder) dalam dan kepentingan para pihak yang terlibat
pemanfaatan SD mangrove. Kegiatan dalam pengembangan kemitraan peman-
wawancara dimaksudkan untuk menda- faatan sumberdaya mangrove dianalisis
patkan penjelasan mengenai kepentingan menggunakan analisis stakeholder (Reed
(interest) dan pengaruh (power) setiap et al., 2009).
stakeholder serta peran stakeholder
dalam mengakomodir kepentingan ma-
syarakat dalam pemanfaatan SD mang- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
rove. Pemilihan informan kunci dilaku- A. Stakeholder dalam Pengembangan
kan secara purposive berdasarkan kepa- Kemitraan Pemanfaatan Sumber-
karan dan pengetahuan yang dimiliki. daya Mangrove
Informan kunci dalam penelitian ini
Stakeholder adalah orang-orang atau
berasal dari tokoh-tokoh masyarakat,
kelompok-kelompok atau lembaga-lem-
aparat pemerintahan tingkat desa dan
baga yang kemungkinan besar terkena
kecamatan, dinas kehutanan provinsi,
pengaruh dari pelaksanaan suatu kegiat-
dinas perkebunan dan kehutanan kabupa-
an/program/proyek baik positif maupun
ten, dinas kelautan dan perikanan kabupa-
negatif atau sebaliknya yang mungkin
ten, dinas lingkungan hidup kabupaten,
memberikan pengaruh terhadap hasil atau
Universitas Negeri Semarang (UNNES),
keluaran program/proyek (Reed et al.,
Universitas Diponegoro (UNDIP), Wet-
2009).
land Internasional, KeSEMaT dan pihak
Stakeholder yang terkait dengan
swasta yang saat ini terlibat dalam
pengembangan kemitraan pemanfaaatan
kemitraan pemanfaatan SD mangrove.
SD mangrove ini perlu diidentifikasi agar
dapat diketahui a) minat, kepentingan dan
D. Analisis Data
pengaruh para stakeholder terhadap
Data yang dikumpulkan dianalisis kegiatan/program/proyek yang sedang
secara deskriptif kualitatif. Analisis berjalan; b) kelembagaan-kelembagaan
deskriptif kualitatif digunakan untuk lokal berikut proses-proses untuk pe-
menjelaskan stakeholder yang terlibat ngembangan kapasitasnya dan c) fondasi
dalam kemitraan pemanfaatan SD mang- dan strategi partisipasi masyarakat yang
rove, kepentingan (interest) dan pengaruh perlu disiapkan.
(power) masing-masing stakeholder dan Hasil observasi dan wawancara
menjelaskan peran stakeholder dalam dengan sejumlah informan kunci diketa-
pengembangan kemitraan pemanfaatan hui bahwa stakeholder dalam pengem-
SD mangrove. Pemetaan stakeholder bangan kemitraan pemanfaatan ekosistem
yang didasarkan pada kepentingan dan dan jenis-jenis tumbuhan mangrove di
pengaruh dilakukan melalui teknik wilayah pesisir utara Provinsi Jawa
skoring dengan menggunakan skala Tengah terdiri dari 1) dinas kehutanan
Likert. Skoring dilakukan dengan meng- provinsi; 2) dinas perkebunan dan
gunakan lima parameter, yaitu 1. Kewe- kehutanan kabupaten; 3) dinas kelautan
nangan parapihak (hubungan dengan dan perikanan kabupaten; 4) dinas
stakeholder lain); 2. kapasitas sumber- lingkungan hidup kabupaten; 5) UNNES
daya yang dimiliki (SDM, anggaran, dan UNDIP; 6) Wetland Internasional; 7)
manajemen); 3. tingkat partisipasi para Yayasan KeseMaT; 8) Pertamina dan
pihak Planning Organizing Actuiting PLN; 9) kelompok tani yang memanfaat-
Controlling (POAC); 4. kesesuaian kan ekosistem dan jenis-jenis tumbuhan
tupoksi para pihak dengan tujuan kemi- mangrove; 10) pemerintah desa dan 11)

76
Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.…(Sri Suharti)

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Keta- 1. Kewenangan dan statusnya (politik,


hanan Pangan (BP2KP). sosial dan ekonomi);
Stakeholder yang terkait dengan 2. Derajat/tingkat lembaga/organisasi-
pemanfaatan SD mangrove cukup ba- nya;
nyak, namun minat, fokus serta tujuan 3. Penguasaan terhadap sumber-sumber
keterlibatan masing-masing stakeholder daya yang strategis;
dalam pemanfaatan SD mangrove sangat 4. Pengaruh-pengaruh informal (seperti
beragam. Stakeholder tersebut di atas hubungan-hubungan personal);
dikelompokkan menjadi stakeholder pri- 5. Relasi kewenangan dengan stake-
mer dan stakeholder sekunder. Menu-rut holder lainnya;
Townsley (1998), stakeholder primer 6. Arti penting terhadap keberhasilan
adalah pihak yang memiliki kepentingan program/proyek.
langsung dengan pengembangan kemitra- Dua hal penting yang dicermati dari
an pemanfaatan SD mangrove baik masing-masing stakeholder adalah me-
sebagai mata pencaharian atau pihak nyangkut aspek pengaruh (power/influ-
yang terlibat langsung dalam pelestarian ence) dan aspek arti penting (interest/
SD mangrove. Stakeholder sekunder importance) suatu program/kegiatan ter-
adalah pihak yang memiliki minat/ hadap stakeholder.
kepentingan secara tidak langsung atau - Pengaruh (influence/power) lebih me-
pihak yang tergantung pada sebagian nunjukkan tingkat kewenangan yang
manfaat atau produk yang dihasilkan dari dimiliki stakeholder terhadap jalannya
kemitraan pemanfaatan SD mangrove. program/proyek. Hal ini dapat diuji
Berdasarkan definisi yang dikemukakan melalui cara-cara pengendalian dan
Townsley (1998) tersebut, maka yang penguasaan mereka terhadap proses-
termasuk stakeholder primer dalam
proses pengambilan keputusan baik
pengembangan kemitraan pemanfaatan
secara langsung maupun melalui pe-
SD mangrove adalah dinas kehutanan
provinsi; dinas perkebunan dan kehu- nguasaan terhadap jalannya program/
tanan kabupaten; dinas lingkungan hidup proyek atau sebaliknya melalui perin-
kabupaten; dinas kelautan dan perikanan tangan terhadap jalannya program/
kabupaten dan kelompok tani yang proyek. Penguasaan ini bisa berasal
memanfaatkan ekosistem dan jenis-jenis dari status atau kewenangan yang
tumbuhan mangrove. Stakeholder sekun- memang dimiliki atau pun melalui
der adalah UNNES dan UNDIP; Wetland hubungan informal dengan pemimpin-
Internasional dan Yayasan KeseMaT; pemimpin formal yang dia miliki
Pertamina dan PLN, BP2KP dan selama ini.
pemerintah desa/kecamatan. - Kepentingan (interest/importance) ber-
kaitan dengan tingkatan dimana pen-
B. Pemetaan Peran dan Kepentingan
capaian tujuan program/proyek sangat
Stakeholder dalam Pengembangan
Kemitraan Pemanfaatan SD Mang- tergantung pada keterlibatan aktif yang
rove diberikan oleh stakeholder bersang-
kutan. Stakeholder yang berkepenting-
Terhadap masing-masing stakeholder an terhadap program/proyek pada
primer dan sekunder yang terkait dalam
umumnya adalah yang kebutuhan-
pengembangan kemitraan pemanfaatan
kebutuhannya bersesuaian dengan tuju-
SD mangrove sebagaimana diuraikan
pada Bab III A di atas, selanjutnya an program/proyek. Beberapa kelom-
dilakukan assessment yang meliputi pok stakeholder mungkin sangat ber-
beberapa aspek, yaitu : kepentingan (importance) terhadap
satu program/proyek (seperti : kelom-

77
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

pok perempuan pedesaan pada pro- bangan kemitraan pemanfaatan SD


gram pengembangan makanan ber- mangrove. Pengaruh ini antara lain
bahan mangrove), namun boleh jadi disebabkan kewenangan dan kemampuan
pengaruhnya (influence) sangat ter- (SDM, dana, kapasitas managerial) yang
batas terhadap program/proyek terse- ada pada institusi tersebut (dinas
but. Kelompok stakeholder ini mem- kehutanan provinsi dan dinas kehutanan
butuhkan upaya-upaya khusus untuk kabupaten). Kewenangan ini memungkin-
lebih meningkatkan partisipasi mereka kan kedua institusi tersebut unuk
serta lebih meyakinkan mereka bahwa menginisiasi dan sekaligus memegang
kebutuhan-kebutuhan mereka sungguh- kendali pengembangan kemitraan. Hal ini
sungguh sejalan dengan program/ sesuai dengan yang disampaikan Marfo
proyek. Baik pengaruh (influence) (2006), bahwa kewenangan dan kapasitas
maupun kepentingan (importance) dari suatu institusi akan memberi peluang
berbagai stakeholder ini bisa diranking lebih untuk menginisiasi suatu kegiatan
dengan skala sederhana dan dipetakan atau mengontrol berjalannya suatu
satu sama lainnya, sebagai langkah kegiatan. Sebaliknya ada pula institusi
awal untuk menentukan strategi yang yang mempunyai power dan kepentingan
cocok bagi pelibatan mereka. Assess- yang rendah, yaitu BP2KP. Lembaga ini
ment terhadap kedua variabel utama ini kepentingannya adalah memberikan pen-
bisa dilakukan di tahap-tahap awal dampingan/penyuluhan kepada petani,
berdasarkan pengetahuan/informasi namun aspek/materi penyuluhan yang
yang dimiliki oleh pihak-pihak yang diberikan selalu disesuaikan dengan visi
sangat mengenal “kepedulian” para dan misi pemilik program/kegiatan. Jika
stakeholder tersebut terhadap program/ program berubah arah, maka otomatis
proyek. Namun demikian, Assessment pendampingan dan penyuluhan juga
yang lebih mendalam dilakukan menyesuaikan dengan perubahan ter-
melalui wawancara secara langsung sebut, sehingga sebetulnya perannya
dengan para stakeholder. cukup pasif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
stakeholder dalam kemitraan pemanfaat- C. Analisis Stakeholder Kemitraan
an SD mangrove memiliki kepentingan Pemanfaatan SD Mangrove
(interest) dan pengaruh (power) yang Analisis stakeholder dilakukan
beragam, ada yang bersifat positif dan dengan penafsiran matriks kepentingan
ada pula yang bersifat negatif sebagai- dan pengaruh stakeholder terhadap upaya
mana disajikan dalam Tabel 1. kemitraan dengan menggunakan stake-
Kepentingan (interest) dan pengaruh holder grid dengan bantuan Microsoft
(power) dari setiap stakeholder perlu excel. Hasil analisis stakeholder dikate-
dipetakan dengan jelas untuk membantu gorikan menurut tingkat kepentingan dan
menentukan strategi pelibatan stake- pengaruh yang diilustrasikan pada
holder tersebut dalam pencapaian tujuan Gambar 1. Hasil skoring terhadap tingkat
yang dalam hal ini adalah kemitraan kepentingan dan pengaruh masing-
pemanfaatan SD mangrove (Reed et al., masing stakeholder dikelompokkan me-
2009). nurut jenis indikatornya dan kemudian
Pada Tabel 1 terlihat bahwa beberapa disandingkan, sehingga membentuk koor-
stakeholder memiliki pengaruh yang dinat.
lebih dibanding yang lain dalam pengem-

78
Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.…(Sri Suharti)

Tabel (Table) 1. Deskripsi kepentingan dan pengaruh dari masing-masing stakeholder terhadap kemitraan
pemanfaatan SD mangrove (Description of interest and power of each stakeholder on
mangrove resource utilization partnership)

No Stakeholder Kepentingan (Interest) Pengaruh (Power)


1 Dinas kehutanan provinsi (Pro- Kelestarian pemanfaatan SD +++
vincial forestry office) mangrove (Sustainable use of
mangrove resources)
2 Dinas perkebunan dan kehu- Kelestarian pemanfaatan SD +++
tanan kabupaten (Regional mangrove (Sustainable use of
estate and forestry office) mangrove resources)
3 Dinas lingkungan hidup (Pro- Kelestarian pemanfaatan SD ++/-
incial environmental office) mangrove (Sustainable use of
mangrove resources)
4 Dinas kelautan dan perikanan Peningkatan produksi perikanan ++/-
kabupaten (Regional marine (Increase in fishery production)
and fisheries office)
5 Masyarakat/petani mangrove Pemanfaatan SD mangrove untuk ++/---
(Community/mangrove farmers) meningkatkan pendapatan
keluarga (Mangrove utilization to
increase household’s income)
6 Perguruan tinggi (University) Kelestarian SD mangrove, pe- ++
(UNNES dan UNDIP) ngembangan ilmu, dan kesejah-
teraan masyarakat (Sustainability
of mangrove resources, science
development and community
welfare)
7 LSM (NGO) (KeSEMaT); Wet- Peningkatan kapasitas masya- ++
land Int’l rakat dalam pemanfaatan SD
mangrove (advokasi) (Com-
munity’s capacity building in
mangrove resource utilization)
(advocacy)
8 Swasta (Private enterprise) Partisipasi dalam peningkatan ++
(Pertamina & PLN) kesejahteraan masyarakat melalui
penyaluran dana CSR (Participa-
tion in community welfare
improvement through provision
of CSR Funding)
9 Pemerintahan desa (Local Peningkatan kesejahteraan ma- ++
government) syarakat di wilayah setempat
(Improvement of community
welfare on the site)
10 Badan Pelaksana Penyuluhan Peningkatan kapasitas petani +
dan Ketahanan Pangan (Imple- dalam pemanfaatan SD mangrove
menting Agency for Extension (Farmer’s Capacity building in
and Food Security) (BP2KP) mangrove resource utilization)
Keterangan (Remark) : +++ / --- = Tinggi (High), ++ / -- = Sedang (Medium), + / - = Rendah (Low)

Posisi kuadaran dapat menggambar- (kepentingan dan pengaruh tinggi; (3)


kan kepentingan dan pengaruh yang context setters (kepentingan rendah tetapi
dimainkan oleh masing-masing stake- pengaruh tinggi) dan (4) crowd (kepen-
holder terkait dengan pengembangan tingan dan pengaruh rendah).
kemitraan pemanfaatan SD mangrove Berdasarkan hasil penempatan stake-
yaitu : (1) subjects (kepentingan tinggi holder pada tabel di atas dapat dijelaskan
tetapi pengaruh rendah); (2) key players sebagai berikut :

79
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

Gambar (Figure) 1. Matriks pengaruh dan kepentingan dalam analisis stakeholders


(Matrix of power and interest in stakeholder analysis) (Reed et al., 2009)

Stakeholder dengan tingkat kepen- diklasifikasikan sebagai key players


tingan (interest) yang tinggi tetapi dalam penelitian ini adalah dinas
memiliki pengaruh (power) yang rendah kehutanan provinsi dan dinas perkebunan
diklasifikasikan sebagai subjects (kua- dan kehutanan kabupaten. Stakeholder ini
dran I). Subjects bisa diartikan sebagai memiliki kepentingan dan kewenangan
organisasi yang peduli terhadap kegiatan yang besar, disebabkan faktor-faktor : (1)
pengembangan kemitraan yang mem- memiliki sumberdaya manusia yang
punyai kesungguhan lebih baik walaupun berkepentingan dengan SD mangrove, (2)
tidak mempunyai kewenangan untuk mempunyai mobilitas yang tinggi dan (3)
mempengaruhi atau membuat peraturan- dapat menginisiasi kemitraan. Dinas
peraturan. Stakeholder pada kuadran ini kehutanan propinsi dan kabupaten mem-
memiliki kapasitas yang rendah dalam punyai kemampuan untuk memobilisasi
pencapaian tujuan, akan tetapi dapat sumberdaya dan dapat menjadi leader
menjadi berpengaruh dengan membentuk dalam pengembangan kemitraan. Stake-
aliansi dengan stakeholder lainnya (Reed holder ini harus lebih aktif dilibatkan
et al., 2009). Oleh karena itu hubungan secara penuh termasuk dalam meng-
dengan stakeholder subjects harus tetap evaluasi strategi baru (Reed et al., 2009;
dijaga dengan baik (Thompson, 2011) Thompson, 2011).
dan diharapkan dapat berkontribusi sesuai Stakeholder dengan tingkat kepen-
kepentingan/manfaat yang diperoleh. tingan (interest) yang rendah tetapi
Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai memiliki pengaruh (power) yang tinggi
subjects dalam penelitian ini adalah diklasisfikasikan sebagai context setters
perguruan tinggi; lembaga riset; dinas (kuadran III). Stakeholder ini dapat
kelautan dan perikanan; dinas lingkungan mendatangkan risiko, sehingga keberada-
hidup; masyarakat lokal dan pemerin- anya perlu dipantau dan dikelola dengan
tahan desa. baik (Reed et al., 2009). Stakeholder ini
Stakeholder dengan tingkat kepen- relatif pasif, akan tetapi dapat berubah
tingan (interest) dan pengaruh (power) menjadi key players karena suatu
yang tinggi diklasifikasikan sebagai key peristiwa. Hubungan baik dengan stake-
players (kuadran II). Key players bisa holder ini harus dibina. Untuk itu segala
diartikan sebagai pemain utama dalam informasi yang dibutuhkan harus tetap
pengembangan kemitraan. Instansi/lem- diberikan, sehingga mereka dapat terus
baga ini mempunyai kewenangan yang berperan aktif dalam pencapaian tujuan
besar untuk melakukan sesuatu atau (Thompson, 2011). Stakeholder yang
membuat aturan. Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai context setter

80
Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.…(Sri Suharti)

dalam penelitian ini adalah NGO Int’l D. Pengembangan Kemitraan Peman-


dan lokal serta perusahaan swasta (di faatan Ekosistem dan Jenis-Jenis
lokasi penelitian yaitu Pertamina dan Tumbuhan Mangrove Dengan Me-
PLN). tode Kolaboratif
Stakeholder dengan tingkat kepen- Setiap stakeholder memiliki kepen-
tingan (interest) rendah dan pengaruh tingan, kebutuhan dan sudut pandang
(power) yang juga rendah diklasisfikasi- yang berbeda dan harus dapat dikelola
kan sebagai crowd (kuadran IV). Dengan dengan baik, sehingga tujuan yang ingin
kata lain Crowd adalah mereka (Instansi/ dicapai dapat terwujud (Friedman and
lembaga/masyarakat) yang mempunyai Miles, 2006). Untuk itu diperlukan suatu
minat kecil dan kewenangan yang kecil. model pengelolaan yang dapat meng-
Pelibatan stakeholder ini lebih jauh akomodir semua kepentingan stake-
umumnya kurang dipertimbangkan holder dengan memperhatikan potensi
karena kepentingan dan pengaruh yang dan peran yang dapat dilakukan dalam
dimiliki biasanya berubah seiring ber- pengembangan kemitraan pemanfaatan
jalannya waktu (Reed et al., 2009). SD mangrove. Pengelolaan kolaborasi
Namun stakeholder ini harus tetap atau yang lazim dikenal dengan istilah
dimonitor dan dijalin komunikasi dengan co-management atau collaborative mana-
baik (Thompson, 2011). Stakeholder gement menjadi salah satu alternatif
yang diklasifikasikan sebagai crowd dalam mengakomodasi kepentingan,
dalam penelitian ini adalah BP2KP potensi dan peran stakeholder (Borrini-
kabupaten. Feyerabend et al., 2000; Awang et al.,
2005) dalam kemitraan pemanfaatan SD
Hasil pemetaan stakeholder yang
mangrove.
didasarkan skoring kepentingan (interest)
Beberapa prinsip dan nilai-nilai
dan pengaruh (power) dari setiap stake- utama dalam pengelolaan kolaborasi
holder dalam kemitraan pemanfaatan SD antara lain (Awang et al., 2005) :
mangrove disajikan dalam Gambar 2. a. Mengakui adanya perbedaan nilai-
nilai, kepentingan dan kepedulian
dalam kemitraan pemanfaatan SD
mangrove;

Gambar (Figure) 2. Hasil analisis stakeholder dalam kemitraan pemanfaatan SD mangrove


(Result of stakeholder analysis in mangrove resource utilization partnership)

81
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

b. Terbuka terhadap kemungkinan kesadaran terhadap karakteristik perserta


hadirnya berbagai model kemitraan (stakeholder) yang memiliki beragam
pemanfaatan SD mangrove selain kepentingan dan terdapat hubungan
yang sudah dikenal dan ditetapkan saling ketergantungan diantara kepen-
dalam peraturan formal; tingan yang beragam tersebut (Innes and
c. Keterbukaan dan pemerataan dalam Booher, 2003). Dalam dialog autentik
kemitraan pemanfaatan SD mangrove; akan terjadi beberapa proses berikut
d. Peluang masyarakat sipil memainkan (Innes and Booher, 2003) :
peranan yang lebih besar dan ber- 1) Pertukaran timbal balik (reciprocity)
tanggung jawab; yaitu terjadinya kesepakatan yang adil
e. Menghormati suatu proses sebagai hal antar peserta, sehingga apa yang
yang penting dibandingkan orientasi diperoleh seimbang dengan apa yang
hasil-hasil dalam waktu singkat; dikontribusikan;
f. Belajar dan bekerja melalui revisi 2) Hubungan yang baik (relationship)
kegiatan yang sedang berjalan dan yaitu bentuk hubungan baru antar
meningkatkannya. stakeholder yang menjadi modal
Marshall (1995) menyebutkan tujuh sosial bagi keberlanjutan kerjasama
nilai dalam berkolaborasi, yaitu (1) dalam mencapai tujuan bersama;
menghormati orang lain, (2) memiliki 3) Pembelajaran (learning) yaitu suatu
integritas, (3) kejelasan hak dan aturan proses dimana semua stakeholder
main, (4) adanya kesepakatan/konsensus, berpartisipasi aktif dalam pengam-
(5) hubungan yang saling mempercayai, bilan keputusan bersama untuk
(6) tanggung jawab dan keterbukaan dan memecahkan suatu masalah;
(7) pengakuan dan pertumbuhan. 4) Kreativitas (creativity) yang muncul
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari hasil diskusi antar stakeholder
sehingga kolaborasi dapat berjalan untuk memecahkan suatu masalah.
dengan baik (Jusuf et al., 2010) : Dalam dialog autentik ini diharap-
1) Kerjasama yang saling menguntung- kan akan dihasilkan empat perubahan
kan, saling memperkuat dan saling mendasar yaitu: 1) penggabungan
memerlukan; identitas individu menjadi identitas
2) Menciptakan ruang kolaborasi bagi bersama sebagai pemangku kepentingan
masyarakat; (shared identities); 2) perubahan makna
3) Bersifat adaptif terhadap perubahan, bersama (share meanings), yaitu sebuah
sehingga perlu ada ruang untuk makna baru terhadap sesuatu masalah
negosiasi ulang dalam mengatasi yang lebih mudah untuk dipahami oleh
perubahan yang terjadi. pemangku kepentingan secara bersama;
Dalam pengelolaan kolaboratif, kebi- 3) kesadaran untuk bersedia lebih
jakan atau pun keputusan yang diambil mendengarkan orang lain, memperlaku-
didasarkan pada hasil kesepakatan antar kan orang lain secara hormat dan lebih
stakeholder yang terlibat. Salah satu mencari kesamaan daripada perbedaan
strategi yang dilakukan adalah mengem- kepentingan (new heuristics) dan 4)
bangkan model kebijakan deliberatif. munculnya inovasi-inovasi baru
Pendekatan yang dilakukan dalam model (genuine innovation), yaitu kreativitas
ini merumuskan suatu aksi/kebijakan yang dapat diwujudkan dalam praktek
yang disepakati bersama (Hardiman, dan institusi baru (Innes and Booher,
2009). Kesepakatan untuk mencapai 2003). Dengan model kolaboratif ini,
kebijakan deliberatif ini dilakukan kemitraan yang terjalin antar stake-
melalui serangkaian dialog yang disebut holder dalam pemanfaatan SD mang-
dialog autentik (authentic dialogue), rove diharapkan dapat mewujudkan
yaitu dialog yang didasarkan pada pemerataan distribusi manfaat dan

82
Analisis Berbagai Peran Para Pihak dalam Kemitraan.…(Sri Suharti)

tanggung jawab secara adil kepada pemerataan distribusi manfaat dan


semua stakeholder. tanggung jawab secara adil kepada semua
stakeholder.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN B. Saran


Proses pengambilan keputusan yang
A. Kesimpulan akan berdampak kepada kepentingan
Pengembangan kemitraan peman- stakeholder sedapat mungkin mengikuti
faatan ekosistem dan jenis-jenis tumbuh- model kebijakan deliberative, sehingga
an mangrove bertujuan untuk menjaga keputusan yang diambil memiliki
kelestarian sumberdaya mangrove dan legitimasi dan dapat diterima oleh setiap
sekaligus meningkatkan kesejahteraan stakeholder dalam kemitraan pemanfaat-
masyarakat. an SD mangrove.
Stakeholder primer dalam pengem- Pihak yang akan menginisiasi kemi-
bangan kemitraan pemanfaatan ekosis- traan pemanfaatan SD mangrove harus
tem dan jenis-jenis tumbuhan mangrove dapat mengelola berbagai kepentingan
adalah dinas kehutanan provinsi, dinas (interest) dan pengaruh (power) stake-
kehutanan kabupaten, dinas kelautan dan holder yang beragam dan memanfaatkan
perikanan, dinas lingkungan hidup dan potensi yang terdapat pada setiap
masyarakat sekitar hutan mangrove. stakeholder dalam mencapai tujuan
Stakeholder sekunder terdiri dari per- kemitraan.
guruan tinggi; lembaga swadaya masya-
rakat Internasional dan lokal; Pertamina, Ucapan Terima Kasih
PLN dan pemerintah desa/kecamatan. Penulis menyampaikan terima kasih
Keberadaan stakeholder tersebut dapat yang sebesar-besarnya kepada Kemen-
memberikan pengaruh, baik positif mau- terian Kehutanan atas dukungan dana
pun negatif terhadap upaya pengembang- yang diberikan untuk pelaksanaan
an kemitraan. kegiatan penelitian ini.
Stakeholder yang memiliki pengaruh
dan kepentingan tinggi (key players)
adalah dinas kehutanan provinsi dan
DAFTAR PUSTAKA
dinas perkebunan dan kehutanan kabu-
paten. Stakeholder yang memiliki kepen- Agung, T. M., (2013). Informasi Geospasial (IG)
yang terintegrasi untuk Indonesia yang
tingan tinggi namun tidak memiliki lebih
power untuk mempengaruhi jalannya baik.http://www.bakosurtanal.go.id/berita-
suatu program/proyek (subjects) adalah surta/show/ig-yang-terintegrasi-untuk-
perguruan tinggi atau lembaga riset, indonesia-yang-lebih-baik. Diakses 7
dinas kelautan dan perikanan, dinas Februari 2014.
Awang, S.A, Kasim, A, Tular B dan Salam, N
lingkungan hidup, masyarakat lokal dan (2005). Menuju pengelolaan kolaborasi
pemerintahan desa. Stakeholder yang taman nasional. Kasus Taman Nasional
memiliki power untuk mengintervensi Rawa Aopa Watumohai. CARE
namun kurang berkepentingan dengan International Indonesia Southeast
jalannya suatu proyek/program (context Sulawesi. Kendari.
Baderan DWK. (2013). Model valuasi ekonomi
setter) adalah NGO Internasional dan sebagai dasar untuk rehabilitasi kerusakan
lokal serta Pertamina dan PLN). hutan mangrove di wilayah pesisir
Model pengelolaan kolaborasi Kecamatan Kwandang, Kabupaten
dapat menjadi alternatif untuk diterap- Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
kan dalam mengembangkan kemitraan [ringkasan disertasi]. Yogyakarta (ID) :
Program Studi Geografi, Universitas
pemanfaatan ekosistem dan jenis-jenis Gadjah Mada. 73 pp.
tumbuhan mangrove, sehingga terjadi

83
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 73-84

Borrini, F,G, Farvar M.T, Nguinguiri, J.C and the workshop of FHRD Committee and
Adangang, V.A., (2000). Co-management Mangrove Rehabilitation/Restoration, 5
of natural resources : organising, August 2008, Rimbawan II Room,
negotiating and learning-by-doing. GTZ Manggala Wanabakti, Ministry of
and IUCN. 92 pp. Forestry, Jakarta.
Brown D. (2007). Prospects for community http://cecep_kusmana.staff.ipb.ac.id/2010/
forestry in Liberia : implementing the 06/15/general-information-for-indonesian-
national forest policy. ODI-London. 33 pp. mangrove/. Diakses 28 April 2014.
Dahuri, R. (2004). Keanekaragaman hayati laut. Marfo E. (2006). Powerful relations : the role of
Aset pembangunan berkelanjutan actor-empowerment in the management of
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama natural resources conflicts, a case of forest
Jakarta. 412 pp. conflicts in Ghana. Wageningen :
Darusman D. (2012). Kehutanan demi Wageningen University.
keberlanjutan Indonesia. IPB Press Marshall, E.M. (1995). Transforming the way we
Bogor.120 pp. work. the power of collaborative
Departemen Kehutanan. (2008). Statistik workplace. American Management
kehutanan Indonesia, Frorestry statistics of Association. New York. 196 pp.
Indonesia 2007. Badan Planologi Nakagaki Y. (2011). Efforts of community based
Kehutanan, Departemen Kehutanan, tropical rainforest rehabilitation in Java,
Jakarta. Indonesia. Poceeding Seminar
Friedman, A.L. and Miles, S. (2006). “Rehabilitation of Tropical Rainforest
Stakeholders. Theory and Practice. Ecosystems” 24-25 October 2011, Kuala
OXFORD University Press. 323 pp. Lumpur. Pp 11-15.
Giesen W, Wulffraat S, Zieren M and Scholten, Reed, M.S., Graves A., Dandy N., Posthumus H.,
L., (2007). Mangrove guidebook for Hubacek K., Morris J., Prell C., Quinn
Southeast Asia. FAO and Wetland C.H., Stringer L.C. (2009). Who’s in and
International. Dharmasarn Co. Ltd. 511 pp. why ? a typology of stakeholder analysis
Hardiman, B.F., (2009). Demokrasi deliberatif, methods for natural resource management.
menimbang “negara hukum” dan “ruang Journal of Environmental Management 90
publik” dalam teori Diskursus Jurgen (2009) 1933-1949. Elsevier.
Habermas. Kanisius. Yogyakarta. 246 Thompson, R. (2011). Stakeholder analysis.
pp. Winning support for your projects.
Innes, J.E. and Booher, D.E. (2003). http://www.mindtools.com/pages/article/n
Collaborative policy making : governance ewPPM_07.htm. Diakses Tanggal 20
through dialogue. in deliberative policy Pebruari 2011.
analisys. Understanding Governance in the Townsley, P. (1998). Social issues in fisheries.
Network Society. Edited by Hajer, M.A. FAO Fisheries Technical Paper. No. 375.
and Wagenaar, H. Cambrige University Rome, FAO. 1998. 39p. FAO
Press. Pp 33-59. CORPORATE
Jusuf, Y., Supratman, dan Sahide, M.A.K. (2010). DOCUMENTREPOSITORY.
Pendekatan kolaborasi dalam http://www.fao.org/DOCREP/003/W8623
pengelolaan Taman Nasional Bantimurung E/w8623e05.htm. Diakses 23 Juli 2011.
Bulusaraung : strategi menyatukan Walters BB, Ro¨nnba¨ck P, Kovacs JM, Crona B,
kepentingan ekologi dan sosial ekonomi Hussain SA, Badola R, Primavera, JH,
masyarakat. Opinion Brief No. ECICBFM Barbier E, Guebas FD. (2008).
II-2010.02. The Center for People and Ethnobiology, socio-economics and
Forest. RECOFTC. management of mangrove forests : a
Kusmana C. (2010). General information for review. Aquatic Botany 89 (2008) 220-
Indonesian mangrove. Paper presented of 236. Elsevier.

84

Potrebbero piacerti anche