Sei sulla pagina 1di 8

JURNAL ILMIAH MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


HEALTH SCIENCE JOURNAL
Url :http://studentjournal.umpo.ac.id/

TINGKAT PENERIMAAN DIRI WANITA USIA SUBUR YANG MENGALAMI


INFERTIL DI SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI PONOROGO

Yuliana Windarti*, Nurul Sri Wahyuni, Cholik Harun Rosjidi

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Email: yulianaw961@gmail.com

Sejarah Artikel

Diterima:Februari 2019disetujui: Maret 2019 Dipublikasikan: April 2019

Abstrack

Self acceptance is a person’s attitude to accept him. In women of childbearing age who experience
infertility will experience changes in factors that influence a person in accepting him, age, education,
intelligence, physical condition, parenting and social support. The purpose of this study was to determine
the self-acceptance of women of childbearing age who experienced infertility.

The design of this study was descriptive with a population of officers in one private hospitas in
Ponorogo with a sample size of 18 people. Research sampling uses total sampling. Data collection using a
quesyionnaire. Data analysis using a T score.

The results of the research on the level of self-acceptance of women of childbearing age who
experienced infertility were interpreted almost entirely 13 (72%) respondents had negative acceptance and
small percentage of 5 (28%) respondents had positive acceptance respondents (43%) had positive
acceptance.

Conclusions of the study found that most respondents had negative acceptance of infertility. In
dealing with the problem of self-acceptance in infertility, support and support form husbands and families is
needed to look at themselves realistically without having to be ashamed and accept their circumstances
without blaming themselves for conditions that are beyond their control.

Keywords: Self-acceptance, women of childbearing age, infertility

Abstrak

Penerimaan diri adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Pada wanita usia subur yang
mengalami infertil akan mengalami perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi sesorang dalam
menerima dirinya, usia, pendidikan, intelegensi, keadaan fisik, pola asuh, dan dukungan sosial. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerimaan diri wanita usia subur yang mengalami tentang
infertilitas.
1

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi petugas di salah satu rumah sakit swasta
di ponorogo dengan besar sampel 18 orang. Sampling penelitian menggunakan Total
Sampling.Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.Analaisa data menggunakan skor T.

Hasil penelitian Tingkat penerimaan diri wanita usia subur yang mengalami infertil
diinterpretasikan hampir seluruhnya 13 responden (72%) memiliki penerimaan negatif dan sebagian kecil 5
responden (28%) memiliki penerimaan positif.

Kesimpulan penelitian di dapatkan sebagian besar responden memiliki penerimaan negatif


terhadap infertilitas. Dalam menghadapi masalah penerimaan diri pada infertil dibutuhkan support dan
dukungan dari suami maupun keluarga untuk memandang dirinya secara realistis tanpa harus menjadi
malu dan menerima keadaannya tanpa menyalahkan diri atas kondisi yang berada diluar kontrol mereka.

Kata kunci : Penerimaan Diri, wanita usia subur, infertile

© 2019 Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All rights reserved

ISSN2598-1188 (Print)
ISSN2598-1196(Online)
Health Sciences Journal(vol 3)(No 1)(April 2019)
2

Pendahuluan kelompok usia < 25 tahun. Sebagian besar


wanita infertile, merupakan wanita yang
Infertile adalah ketidakmampuan bekerja.Menurut hasil pengambilan data
untuk hamil, ketidakmampuan awal diperoleh bahwa di salah satu rumah
mempertahankan kehamilan, sakit swasta di ponorogo, tahun 2018
ketidakmampuan untuk membawa terdapat 18 responden yang mengalami
kehamilan kepada kelahiran hidup. infertile.
Infertilitas dapat bersikap primer dimana
pasangan yang gagal untuk mendapatkan Pada wanita usia subur yang
kehamilan sekurang-kurangnya dalam satu mengalami infertile akan mengalami
tahun berhubungan seksual secara teratur dampak yang cukup menghawatirkan yaitu
tanpa kontrasepsi, dan infertilitas sekunder dapat menyebabkan gangguan psikologis
adalah ketidakmampuan seseorang seperti perasaan sedih, kecewa, cemas,
memiliki anak atau mempertahankan rendah diri, kesal, kesepian, dan rasa
kehamilannya (Word Healt Organization, bersalah karena tidak mampu memberikan
2012). anak. Kondisi ini mengakibatkan aktivitas
seksual menjadi terganggu, infertilitas juga
Penerimaan adalah diri sebuah sikap menyebabkan terjadinya perceraian, selain
seseorang menerima dirinya (Arthur, 2010) itu biaya pengobatan infertilitas yang
penerimaan diri didasarkan pada ujian yang tergolong sangat mahal dapat mengganggu
relative objektif terhadap talenta, perekonomian keluarga.
kemampuan dan nilai umum yang unik dari
seseorang. Sebuah pengakuan realistic Menurut Kanandi Sumapraja dan Budi
tehadap keterbtasan dan sebuah rasa puas Wiweko, 2011) penyebab infertilitas
yang penuh akan talenta maupun terbagi menjadi 4 kategori yaitu infertilitas
keterbatasan dirinya. Pada wanita usia diakibatkan oleh faktor perempuan,
subur yang mengalami infertil akan infertilitas yang diakibatkan oleh faktor
mengalami perubahan faktor-faktor yang pria, infertilitas yang diakibatkan oleh
mempengaruhi seseorang dalam menerima kombinasi antara faktor pria dan
dirinya, usia, pendidikan, intelegiensi, perempuan, infertilitas yang diakibatkan
keadaan fisik, pola asuh, dukungan social. oleh faktor yang tidak diketahui. Menurut
Infertilitas pada wanita usia subur di Ryder (dalam Hidayah dan Hajman, 2006)
Indonesia diperkirakan 6,08% paling menjelaskan bahwa keberadaan anak
banyak terjadi pada umur 20-24 tahun. memang mempengaruhi kepuasan
Penelitian yang dilakukan oleh anastasiana pernikahan. Ketidakhadiran anak dalam
oktarina dkk (2014) dengan faktor yang rumah tangga sering menimbulkan konflik-
mempengaruhi infertilitas penelitian ini konflik rumah tangga yang
menggunakan rekamedic semua wanita berkepanjangan. Konflik-konflik itu dapat
infertile yang berobat ke klinik infertilitas berujung pada perceraian. Hasil penelitian
endrokinologi reproduksi RSMH Hull dan Tukiran (dalam Hidayah dan
Palembang. Frekuensi kasus tertinggi Hadjam, 2006) mengenai infertilitas di
berada pada kelompok usia 25-35 tahun, Indonesia menguatkan permasalahan di
yaitu sebanyak 71 kasus dan terendah pada atas. Ditemukan bahwa wanita infertilitas
3

lebih berkemungkinan untuk dicerai atau Pada hasil penelitian dan pembahasan
dimadu, distigmatisi, menjadikan dari pengumpulan data berupa kuesioner
infertilitas sebagai sumber “rasa malu”, yang disebarkan kepada seluruh responden
menghabiskan banyak waktu dan biaya yang mengalami infertile di salah satu
untuk mengatasi infertilitas yang dialami, rumah sakit swasta di ponorogo dengan
serta sulit untuk menemukan peran yang judul “Tingkat Penerimaan Diri Wanita
penuh di dalam komunitasnya. Usia Subur yang Mengalami Infertil”
penelitian dilakukan pada tanggal 27 juli –
Untuk meningkatkan motivasi dari 01 agustus 2018 dengan menggunakan
setiap individu yang mengalami infertile instrument kuesioner. Data umum berupa
dapat memberikan dukungan atau support data demografi yaitu karakteristik dari
dari suami maupun keluarga, memiliki responden yang meliputi umur,
keyakinan atay standar-standar dan prinsip- karakteristik riwayat keturunan infertile,
prinsip dirinya tanpa harus diperbudak oleh karakteristik mengalami lama infertile.
tiap individu-individu lain tidak merasa iri, Sedangkan data khususnya menyajikan
memiliki kemampuan untuk memandanf tabulasi tabulasi tingkat penerimaan diri
dirinya secara realistis tanpa harus menjadi positif dan penerimaan negative.
malu akan keadaannya, menerima potensi
dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas A Data Umum
kondisi-kondisi yang berada di luar control
mereka, tidak melihat diri mereka sebagai Tabel 1 Distribusi frekuensi
individu yang harus dikuasai rasa marah wanita usia subur di Klinik Obgyn
atau takut. salah satu rumah sakit swasta di
ponorogo
Berdasarkan fenomena dan pernyataan
diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti No Karakteri Katego Frekuen (%
tentang tingkat penerimaan diri wanita usia stik ri si )
subur yang mengalami infertile primer. Responde
n
Metode Penelitian 1. Usia 25-34 12 66
35-44 4 23
Desain penelitian ini adalah deskriptif
45-54 2 11
dengan sampel sebagian besar pegawai di
2. Riwayat Ada 2 11
salah satu rumah sakit swasta di ponorogo
Keturuna Tidak 16 89
dengan infertilitas sejumlah 18 responde.
n Ada
Teknik sampling menggunakan Total
3. Lama ≥ 3 16 89
Sampling yang artinya peneliti mengambil
Infertil tahun
sampel dimana jumlah sampel sama
< 3 2 11
dengan populasi. Pengumpulan data
tahun
menggunakan kuesioner skala Likert
.analisa data menggunakan prosentase.
B Data Khusus
Pembahasan Data tingkat penerimaan diri wanita
usia subur yang mengalami infertile di
4

salah satu rumah sakit swasta di Hurlock (2008) masa dewasa dibagi
ponorogo menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal
(18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat tahun) dan masa dewasa akhir (> 61 tahun).
Penerimaan Diri Wanita Usia Subur yang Intelegensi seseorang berfungsi baik pada
Mengalai Infertil di salah satu rumah sakit usia dewasa awal Menurut Meadow
swasta di Ponorogo pada tanggal 27 Juli – (2012), hal ini sesuai dengan penyataan
01 Agustus 2018 Notoatmodjo (2003) semakin cukup umur
No Tingkat Frekuensi (%) tingkat kematangan dari kekuatan
Penerimaan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
1. Positif 5 28 dan bekerja sebagai akibat dari pengalaman
Negative 13 72 dan kematangan jiwanya, makin tua
Berdasarkan hasil pengumpulan data seseorang makin kondusif dalam
melalui kuesioner yang telah ditabulasi menggunakan koping terhadap masalah
kemudian diinterpretasikan dan dianalisa yang dihadapi. Maka dari itu wanita yang
sesuai variable yang diteliti. Berikut akan usianya sudah cukup matang akan sudah
disajikan pembahasan dari hasil penelitian dewasa sudah dapat menerima karakteristik
tingkat penerimaan diri wanita usia subur kepribadian yang dimilikinya. Menurut
yang mengalami infertile di salah satu peneliti semakin banyak wanita yang
rumah sakit swasta di Ponorogo. menikah di usia muda semakin tinggi
penerimaan diri negative pada wanita yang
4.1.1 Tingkat Penerimaan Diri Wanita belum memeiliki keturunan yang akan
Usia Subur yang Mengalami Infertil di mempengaruhi dirinya yang menimbulkan
salah satu rumah sakit swasta di rasa kecemasan.
Ponorogo
Faktor yang mempengaruhi
Penerimaan diri adalah tingkat penerimaan diri pada wanita usia subur
kemampuan dan keinginan individu untuk yang ,mengalami infertile adalah
hidup dengan segala hal karakteristik berdasarkan tahapan fase dari
dirinya, individu yang dapat menerima penjelasan Lost dan Grief menjelaskan
dirinya diartikan sebagai individu yang tentang teori kehilangan dan berduka
tidak bersalah dengan diri sendiri sehingga yang menyangkut tentang penerimaan
individu lebih banyak memiliki diri, dimana pada setiap teori
kesempatan untuk beradaptasi dengan menjelaskan berbagai aspek masing-
lingkungan (Hurlock, 2006). masing. Pada teori kehilangan (Lost)
menjelaskan definisi dari kehilangan
Hasil penelitian pada tingkat
adalah situasi actual atau potensial
penerimaan diri wanita usia subur yang
ketika sesuatu (orang atau objek) yang
mengalami infertile, Berdasarkan tabulasi
telah berubah, tidak ada lagi, atau
silang didapatkan bahwa sebagian besar 13
menghilang. Seseorang dapat
responden (72%) berumur 25-34 tahun.
kehilangan citra tubuh, orang terdekat,
Dari 18 responden 5 responden (28%)
perasaan sejahtera, pekerjaan, barang
memiliki penerimaan negatif. Menurut
5

milik pribadi, keyakinan, atau sense of ini dikarenakan hampir seluruh


self baik sebagian atau keseluruhan. responden mencari cara atau informasi
Peristiwa kehilangan sendiri dianggap mengenai infertilitas. Fase depression
sebagai kondisi krisis, baik krisis dari 3 pernyataan penerimaan diri
situasional ataupun krisis negative dari 18 responden 7 responden
perkembangan (Mubarak & Chayatin, yang memiliki penerimaan depression,
2007). hal ini dikarenakan sebagian besar
responden banyak yang menikah di
Berduka (Grief) adalah umur muda (25-34) atau termasuk
merupakan reaksi psikologis sebagai tahap dewasa awal (Hurlock, 2008).
respon kehilangan sesuatu yangdimiliki Fase Acception penerimaan diri positif
yang berpengaruh terhadap perilaku dari 18 responden 13 responden yang
emosi, fisik, spiritual, social maupun sudah menerima keadaan dirinya.
intelekstual seseorang. Terdapat teori
mengenai respon berduka terhadap Hasil dari tabulasi silang
kehilangan. Teori yang dikemukakan berdasarkan pernyataan di atas dapat
Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, disimpulkan hasil penelitian dari
2009) mengenai tahapan berduka akibat tingkat penerimaan diri wanita usia
kehilangan berorientasi pada perilaku subur yang mengalami infertile
dan menyangkut lima tahap yaitu Fase menunjukkan bahwa sebagian besar
Denial, Fase Anger, Fase Bergaining, responden (100%) dari 10 pernyataan
Fase Depression, Fase Acceptance. didapatkan skor terbanyak pada
pernyataan nomer 10. Hal ini
Berdasarkan penelitian yang menandakan sebagian besar dari
mempengaruhi penerimaan diri pada responden tidak pernah memiliki
wanita usia subur yang mengalami pikiran untuk melakukan percobaan
infertile adalah berdasarkan tahapan bunuh diri ketika belum dikaruniai
fase kehilangan dan berduka yang keturunan. Menurut peneliti
dijelaskan oleh Kubler-Ross. Pada Fase penerimaan diri adalah suatu keadan
Denial dari 18 responden 12 responden dimana responden menerima keadaan
yang memiliki penerimaan diri baik, dirinya ketika belum dikarunia seorang
Fase Anger dari 18 responden 1 anak dimana setiap responden
responden yang mengalami fase mengalami setiap tahapan fase yang
tersebut hal ini dikarenakan umur dijelaskan. pada teori Kubler-Ross
responden yang sudah 30 termasuk mulai dari fase denial, fase anger, fase
dewasa awal (Hurlock, 2008) yang bargaining, fase depression, dan fase
belum dikarunia seorang anak, Fase acception.
Bergaining penerimaan diri negative
dari 18 responden 8 responden yang Hasil dari tabulasi silang
mengalami masa bargaining negative, berdasarkan pernyataan diatas dapat
sedangkan pada fase bargaining positif disimpulkan hasil penelitian dari
dari 18 responden 56 pernyataan positif tingkat penerimaan diri wanita usia
yang menunjukkan hasil terbanyak, hal subur yang mengalami infertile
6

menunjukkan hampir setengahnya atau mengikuti kelompok atau


responden dari 10 pernyataan membentuk kelompok agar mudah
didapatkan hasil terendah yahitu pada bertuhar pikiran atau sharing.
nomer 4 dimana sebagian responden 2 Tempat Penelitian
mempunyai anggapan bahwa mereka Bagi tempat penelitian diharapkan
merasa tidak berharga di hadapan untuk petugas kesehatan memberikan
suami karena belum dikaruniai seorang edukasi, konsultan terhadap pasangan
anak. Pada teori yang dijelaskan oleh yang mengalami infertile orimer
Bilih Abduh (2001: 33-51) ibu adalah maupun infertile sekunder agar bisa
seorang perempuan yang melahirkan memberikan pertimbangan atay
anak, pendidik utama, membesarkan motivasi.
anak dengam cinta dan kasih saying 3 Peneliti Selanjutnya
seutuhnya agar menjadi seorang yang Diperlukan penelitian lebih lanjut
berguna diberbagai bidang, sebagai dengan melkaukan observasi yang lebih
motivator sejati dan sumber inspirasi. akurat serta disarankan nelakukan
Menurut peneliti pengertian seorang penelitian pengetahuan pengobatan
ibu adalah orang tua dan tempat pada wanita usia subur yang
pertama dimana anak mendapatkan mengalami inferti.
pendidikan. Apabila ibu memahami
dan ingin melaksanakan tuga serta
tanggung jawab dalam mendidik dan
menjaga anak dengan baik, maka lahir
generasi yang baik, generasi yang
unggul, ibu orang tua yang paling
memiliki ikatan batin erat dengan
anak.oleh karena itu memiliki seorang
anak dalam suatu hubungan atau
pernikahan sangat dipentingkan guna
untuk mendapatkan peran penting serta
kasih saying dari seorang suami.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas,


maka oeneliti akan memberikan saran
kepada berbagai pihak untuk dapat
disajikan sebagai bahan evaluasi antara lain
:

1 Responden
Bagi responden khususnya para
wanita usia subur yang mengalami
infertile lebih aktif untuk bergabung
7

Daftar Pustaka Kubler-Ross E. (1969). On Death and


Dying.New York: Mac Millan.
Axelrod, J. 2014. the 5 Stage of Loss and
Grief. Dikutip pada tanggal 03 Meadow, 2012.Mengamati –
januari 2016 dari: perkembanagn-otak.www.
http://psychentral.com/lib/the-5- Adellesya.Blogspot.com diakses
stagea-of-loss-and-grief/ tanggal 20mjanuari 2012.
Bilih Abduh. (2001). Ibu Itu sungguh Mubarak, W. I. & Chayatin Nurul.(2007).
Ajaib. Yogyakarta: Transmedia Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Hidayah, N. Hadjam, N. 2006. Perbedaan Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Kepuasan Perkawinan antara Praktik.Jakarta: penerbit Buku
Wanita yang Mengalami Infertilitas Kedokteran EGC.
primer dan infertilitas Sekunder. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003,
Humanitas: Indonesian pengembangan Sumber Daya
Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Manusia, Jakarta: PT. Rineka
Januari 2006: 7-17 Cipta.
Hurlock, 2008.Psikologi Oktarina Anastasia., Abadai Adnan,.
perkembangan.Jakarta : Erlangga Bachsin Ramli., 2014. Faktor-
Hurlock, E. B. 2006. Psikologi faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Suatu Pendekatan Infertilitas Pada Wanita di Klinik
Sepanjang Rentang Kehidupan. Fertilitas Endokrinologi
Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Reproduksi., MKS, Th. 46.
Erlangga. Palembang: Klinik Fertilitas
Endokronologi Reproduksi.
Kanadi Sumapraja., Budi Wiweko. 2011. Diakses pada 4 Oktober.
Dasar – dasar Konsepsi Buatan:
Sarwono Prawirohardjo World Health Organisation Infertility.
2012. A tabulation of available data
Nurul Hidayah., Noor Rochman Hadjam , on prevalence of primary and
2006. Perbedaan Kepuasan secondary infertility. 1991; Geneva,
Perkawinan Antara Wanita yang WHO Programme on Maternal and
Mengalami Infertilitas Primer dan Child Health.
Infertilitas Sekunder., Humanitas :
Indonesia Psychological Journal
vol. 3 No. 1., Diakses Pada Januari:
7-17.

Potrebbero piacerti anche