Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1
topography mission (SRTM) yaitu 7.5 m dan DEM Data hasil pengukuran GPS sebanyak 46 titik yang 5
advanced space thermal emisiion radiometer (ASTER) titik diantaranya dijadikan sebagai Ground Control Point
yaitu 6.6 m, bahkan pada penelitian Mukherjee et al. (2013) (GCP) dan 3 titik sebagai Independent Check Point (ICP).
hanya menghasilkan ketelitian 12.62 untuk DEM ASTER Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Kota Bandung
dan 17. 76 untuk DEM SRTM. Sebagai alternatif maka yang tercakup dalam satu scene citra. Kota Bandung
diperlukan evaluasi secara komprehensif baik dari sisi merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan
geometrik ground maupun geometrik surface apakah lebih variasi relief medan yang berbeda.
baik dari data ASTER GDEM yang cukup detil saat ini.
Penelitian ini mempelajari mengenai efek penggunaan ASTER GDEM
DEM dalam proses orthorektifikasi. Ketelitian geometrik Data Aster GDEM yang digunakan memiliki resolusi 30
hasil ortho dengan membandingkan DEM hasil stereo- pair meter dan akurasi vertikal 14 meter dengan ground
citra satelit worldview dengan ASTER GDEM menjadi terendah adalah 0 meter dan ketinggian maksimal adalah
fokus utama dari penelitian ini. 1000 meter. Dengan resolusi 30 meter yang dimiliki,
menyebabkan sulitnya pengguna untuk menginterprestasi
visual dari bentukan DEM tersebut karena masih terlihat
2. Data dan Metodologi sangat kasar.
2.1. Data dan Lokasi
Data utama yang digunakan adalah data ASTER GDEM
Resolusi 30 meter sebagai data pembanding
orthorektifikasi dan 1 pasang citra satelit resolusi tinggi
World-view daerah Kota Bandung akuisisi tahun 2012
dengan sudut pengambilan yang berbeda. Secara sekilas
tidak ada perbedaan yang mencolok diantara kedua citra,
hanya saja terdapat perbedaan bayangan pada obyek
seperti bangunan. Sudut pengambilan citra pada citra
kanan diambil dengan kemiringan 25.3 derajat dan citra
kiri sebesar 31 derajat. Adapun tutupan awan hampir
tidak terdistribusi sama sekali. Overview citra dapat
dilihat pada Gambar 1.
KIRI
Gambar 2. Tampilan Crop ASTER GDEM
2.2. Metodologi
Metode penelitian ini mendasarkan pada perbandingan
ketelitian geometrik dengan masukan ASTER GDEM dan
DEM masukan dari hasil proses stereo pair dua pasang
citra satelit resolusi tinggi Worldview. Peralatan yang
digunakan berupa perangkat lunak ERDAS IMAGINE 2015
KANAN untuk proses Orthorektifikasi, perangkat lunak Global
Mapper untuk memvisualkan DEM dari proses Ekstraksi.
2
yaitu sebesar 28.7252, sedangkan akurasi vertikal yang
diapatkan pada citra ortho (LE90) menggunakan ASTER
GDEM adalah 14.12728. Pada DEM Stereo-pair, akurasi
yang didapatkan adalah 13.56718 dengan residu terbesar
terdapat pada titik 24. secara keseluruhan hasil akhir
yang didapat dari kedua Citra ortho dengan masukan data
DEM tersebut masih masuk dalam ketelitian peta RBI
skala manapun.
Keterangan :
N = jumlah titik uji
X = nilai koordinat pada sumbu x
Y = nilai koordinat pada sumbu y
3
4. Kesimpulan ofvertical accuracy of open source Digital
Berdasarkan hasil penelitian yang diakukan, Elevation Model (DEM). International Journal of
dapat diambil kesimpulan bahwa pembentukan DEM dari Applied Earth Observation and Geoinformation,
ASTER GDEM memiliki kedetilan informasi yang lebih baik 21, 205-217.
dibandingkan DEM hasil stereo-pair Citra Satelit doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jag.2012.09.00
Worldview. Meskipun terdapat awan tetapi dapat 4
dinormalisasi secara otomatis pada proses pembentukan Nasir, S., Akhtar, I., Iqbal, Ali, Z., & Shahzad, A. (2015).
DEM. Sedangkan hasil orthorektifikasi menggunakan DEM Accuracy Assessment of Digital Elevation
stereo-pair lebih akurat dibandingkan menggunakan ModelGenerated from Pleiades Tri stereo-pair.
ASTER GDEM. Namun karena terdapat kesalahan pada 7th International Conference on Recent Advances
GCP hasil pengukuran di lapangan untuk Citra Worldview in Space Technologies (RAST).
Bandung menyebabkan kedua DEM tersebut tidak masuk doi:https://doi.org/10.1109/RAST.2015.72083
dalam ketelitian peta skala 1;5000 kelas 2. Hasil residu 40
yang cukup besar juga dipengaruhi oleh resolusi ASTER Toutin, T. (2004). Review article: Geometric processing of
GDEM yang kurang baik, sehingga ketelitian akurasi yang remote sensing images: models, algorithms and
dihasilkan buruk. methods. International Journal of Remote
Sensing, 25, 1893-1924.
doi:https://doi.org/10.1080/01431160310001
5. Ucapan Terima Kasih 01611
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bp. Dany
Laksono, ST., M.Eng selaku dosen pengampu matakuliah
Praktikum Fotogrametri 2; Muhammad Ulin Nuha, S.T dan
Nu’man Aldiansyah selaku asisten dosen matakuliah
Praktikum Fotogrametri 2; Muhammad Ulin Nuha, S.T
selaku penyedia data citra WorldView-1 Kota Bandung.
6. Referensi
Aguilar, M. A., Saldana, M. d. M., & Aguilar, F. J. (2013).
Assesing geometric accuracy of orthorectification
process from GeoEye-1 and WorldView-2
pancrhomatic images. International Journal of
Applied Earth Observation and Geoinformation,
21, 427-435.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jag.2012.06.004
Belfiore, O. R., & parente, C. (2016). Comparison of
Different Algorihms to orthorectify WorldView-2
Satellite Imagery. Algorithms, 9(4).
doi:https://doi.org/10.3390/a9040067
Elaksher, A. F. (2009). Using LIDAR-based DEM to
orthorectify Ikonos panchromatic images. Optics
and Laser in Engineering, 47(6), 629-635.
doi:https://doi.org/10.1016/j.optlaseng.2009.01
.005
Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15
Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian
Peta Dasar, 15 C.F.R. (2014).
Kotov, A. P., Goshin, Y. V., Gavrilov, A. V., & V.A. Fursov.
(2017). DEM generation based on RPC model
using relative conforming estimate criterion.
Procedia Engineering: 3rd International
Conference "Information Technology and
Nanotechnology", 201 (2017), 708-717.
doi:https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.09.5
89
Mukherjee, S., P.K. Joshi, Mukherjee, S., Ghosh, A., Garg, R.
D., & Mukhopadhyay, A. (2013). Evaluation