Sei sulla pagina 1di 4

Scientific Paper Final Project – Photogammetry II Learning Subject

Yogyakarta, 31 Mei 2019

Photogrammetry II Final Project


Make our own Scientific Paper to Knew How intecrate it made
E-ISSN: -

ACCURACY ANALYSIS OF THE SATELLITE IMAGE


ORTHORECTIFICATION RESULT USING A WORLDVIEW STEREO-PAIR
DEM WITH ERDAS IMAGINE 2015

Izha Ananta Azra, Primaning Pangasa, Rohmat Fauzi


Department of Geodetic Engineering Universitas Gadjah Mada, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History: The implementation of the orthorectification process requires an
- accurate digital altitude model (DEM). Accurate DEM data availability is a
separate problem in the orthorectification process. DEM results from a stereo
Keywords: process pair worldview satellite Image into an alternative. This research focus to
Ortho-rectification, HRSI, DEM, stereo-pair, studying the geometric accuracy of orthoretification results by including DEM
ASTER GDEM results from stereo-pair worldview satellite imagery with ASTER GDEM. The data
used includes a pair of worldview satellite imagery, 5 GPS measurement results
Corresponding Author that will be used as a ground control point (GCP) and 3 points as independent
Author’s name: Izha, Primaning, Rohmat control point (ICP), and ASTER GDEM data. This research is based on a
Email: izha.ananta.azra@mail.ugm.ac.id comparison of geometric accuracy between the othorectification results using a
ASTER GDEM input with DEM input from the results of the two pair stereo install
worldview satellite imagery. DEM results from stereo-pair much more details
from the ASTER GDEM, Housing and Highway Conditions Are Better Represented
better and clearer.

incidence angle inilah yang harus dilakukan dalam sebuah


1. Pendahuluan prosedur yang dinamakan proses orthorektifikasi.
Citra satelit Resolusi Tinggi (CSRT) merupakan salah Implementasi proses orthorektifikasi membutuhkan
satu alternatif dalam percepatan kebutuhan pemetaan digital elevation model (DEM) yang akurat. Ketersediaan
skala besar pada beberapa aplikasi pemetaan seperti data DEM yang akurat menjadi permasalah tersendiri
pemetaan RDTR dan penegasan batas administrasi melalui dalam proses orthorektifikasi. Penggunaan DEM alternatif
metode kartometrik. CSRT pada perkembanganya telah menjadi skema umum yang digunakan dalam rangka
mencapai pada piksel yang semakin detil hingga 0.5 meter. mendapatkan ketelitian dengan hasil terkoreksi dari
Salah satu CSRT yang telah banyak diaplikasikan oleh distorsi relief. Evaluasi pada dua level kedetilan DEM
publik adalah citra satelit worldview dengan resolusi menjadi penting dalam hal ini. Beberapa penelitian
spasial 0.5 m. Resolusi tinggi tidak serta merta secara menunjukkan bahwa DSM yang dihasilkan dari citra stereo
langsung dapat digunakan karena masih terdapat berbagai maupun tri-stereo menghasilkan DSM dengan akurasi
distorsi geometrik baik yang diakibatkan oleh sensor yang tinggi (Berthier et al., 2014; Stumpf, Malet, Allemand,
maupun distorsi dari kondisi topografi lokal (Toutin, & Ulrich, 2014). Nasir et al. (2015) menyatakan bahwa
2004). Keperluan melakukan koreksi geometrik dengan DEM resolusi 10 m hasil stereo-pair citra satelit memiliki
pemenuhan terhadap koreksi relief dan perspektif akurasi lebih baik (5.2 m) dari DEM shuttle radar

1
topography mission (SRTM) yaitu 7.5 m dan DEM Data hasil pengukuran GPS sebanyak 46 titik yang 5
advanced space thermal emisiion radiometer (ASTER) titik diantaranya dijadikan sebagai Ground Control Point
yaitu 6.6 m, bahkan pada penelitian Mukherjee et al. (2013) (GCP) dan 3 titik sebagai Independent Check Point (ICP).
hanya menghasilkan ketelitian 12.62 untuk DEM ASTER Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Kota Bandung
dan 17. 76 untuk DEM SRTM. Sebagai alternatif maka yang tercakup dalam satu scene citra. Kota Bandung
diperlukan evaluasi secara komprehensif baik dari sisi merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan
geometrik ground maupun geometrik surface apakah lebih variasi relief medan yang berbeda.
baik dari data ASTER GDEM yang cukup detil saat ini.
Penelitian ini mempelajari mengenai efek penggunaan ASTER GDEM
DEM dalam proses orthorektifikasi. Ketelitian geometrik Data Aster GDEM yang digunakan memiliki resolusi 30
hasil ortho dengan membandingkan DEM hasil stereo- pair meter dan akurasi vertikal 14 meter dengan ground
citra satelit worldview dengan ASTER GDEM menjadi terendah adalah 0 meter dan ketinggian maksimal adalah
fokus utama dari penelitian ini. 1000 meter. Dengan resolusi 30 meter yang dimiliki,
menyebabkan sulitnya pengguna untuk menginterprestasi
visual dari bentukan DEM tersebut karena masih terlihat
2. Data dan Metodologi sangat kasar.
2.1. Data dan Lokasi
Data utama yang digunakan adalah data ASTER GDEM
Resolusi 30 meter sebagai data pembanding
orthorektifikasi dan 1 pasang citra satelit resolusi tinggi
World-view daerah Kota Bandung akuisisi tahun 2012
dengan sudut pengambilan yang berbeda. Secara sekilas
tidak ada perbedaan yang mencolok diantara kedua citra,
hanya saja terdapat perbedaan bayangan pada obyek
seperti bangunan. Sudut pengambilan citra pada citra
kanan diambil dengan kemiringan 25.3 derajat dan citra
kiri sebesar 31 derajat. Adapun tutupan awan hampir
tidak terdistribusi sama sekali. Overview citra dapat
dilihat pada Gambar 1.
KIRI
Gambar 2. Tampilan Crop ASTER GDEM

2.2. Metodologi
Metode penelitian ini mendasarkan pada perbandingan
ketelitian geometrik dengan masukan ASTER GDEM dan
DEM masukan dari hasil proses stereo pair dua pasang
citra satelit resolusi tinggi Worldview. Peralatan yang
digunakan berupa perangkat lunak ERDAS IMAGINE 2015
KANAN untuk proses Orthorektifikasi, perangkat lunak Global
Mapper untuk memvisualkan DEM dari proses Ekstraksi.

Gambar 1. Tampilan citra Worldview

Off Cloud Spatial


DATA SET nadir cover Res AcqTime
12AUG15031645-
P2AS_R2C1-
053233291010_01_P001 25.3 0 0.5 20120815
12AUG15031743-
P2AS_R2C1-
053233291010_01_P001 31 0.001 0.5 20120815

2
yaitu sebesar 28.7252, sedangkan akurasi vertikal yang
diapatkan pada citra ortho (LE90) menggunakan ASTER
GDEM adalah 14.12728. Pada DEM Stereo-pair, akurasi
yang didapatkan adalah 13.56718 dengan residu terbesar
terdapat pada titik 24. secara keseluruhan hasil akhir
yang didapat dari kedua Citra ortho dengan masukan data
DEM tersebut masih masuk dalam ketelitian peta RBI
skala manapun.

Setelah proses orthorektifikasi dilakukan, dilakukan uji


akurasi terhadap hasil citra yang terorthorektifikasi atau
disebut sebagai Citra Tegak Satelit Resolusi Tinggi
(CTSRT). Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan
koordinat ICP hasil ukuran GPS dengan koordinat ICP
pada objek yang sama dalam CTSRT. CTSRT yang telah
dilakukan uji akurasi akan diklasifikasikan berdasar
tingkat ketelitian peta yang dihasilkan.
Pengukuran akurasi dilakukan dengan menggunakan
metode Root Mean Square (RMSEr). Analisis dilakukan TABEL 2. Perbandingan Ketelitian Hasil Ortho
pada peta dua dimensi, sehingga perhitungan RMSEr
dengan menggunakan koordinat horizontal saja yakni 3.2. DEM hasil Stereo Pair
koordinat X dan Y titik pengukuran GPS dilapangan DEM stereo yang dibentuk dari hail stereo pair citra satelit
dengan koordinat citra. Nilai RMSEr untuk data dua Worldview tidak memiliki kedetilan sebaik daripada DEM
dimensi dirumuskan sebagai berikut : input yaitu ASTER GDEM.

Keterangan :
N = jumlah titik uji
X = nilai koordinat pada sumbu x
Y = nilai koordinat pada sumbu y

3. Hasil dan Pembahasan


ASTER GDEM DEM STEREO-PAIR
3.1. Uji Akurasi
Gambar 3.
Uji Akurasi dilakukan menggunakan 8 ICP yang tersebar
Tampilan DEM
merata di area studi. Uji akurasi dilakukan dua kali yaitu
Gambar 3 menunjukan tampilan DEM di atas MSL dengan
uji hasil ortho menggunkan ASTER GDEM dan hasil ortho
rentang 801 meter – 1024 meter. Pada Gambar 3 terlihat
menggunkan DEM stereo-pair. Hasil uji akurasi citra ortho
jelas bahwa hasil proses pembentukan DEM dari citra
dengan masukan ASTER GDEM resolusi 30 meter dan citra
stereo pair sangat sulit untuk diinterprestasikan sehingga
ortho dengan DEM dari stereo - pair dapat dilihat pada
tidak mendekati kondisi di lapangan. Bentuk yang tidak
Tabel 2. Akurasi pada citra ortho pada (CE90)
beraturan tersebut disebabkan oleh tidak akuratnya
menggunakan DEM stereo - pair 1 m adalah 8.07228 lebih
koordinat GCP hasil akuisisi di lapangan. Selain itu, Data
baik dari hasil ortho menggunakan ASTER GDEM 30 meter
input DEM yang digunakan adalah ASTER GDEM akurasi
yaitu 12.08296. residu terbesar terdapat pada titik 35
vertikal 14 meter.

3
4. Kesimpulan ofvertical accuracy of open source Digital
Berdasarkan hasil penelitian yang diakukan, Elevation Model (DEM). International Journal of
dapat diambil kesimpulan bahwa pembentukan DEM dari Applied Earth Observation and Geoinformation,
ASTER GDEM memiliki kedetilan informasi yang lebih baik 21, 205-217.
dibandingkan DEM hasil stereo-pair Citra Satelit doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jag.2012.09.00
Worldview. Meskipun terdapat awan tetapi dapat 4
dinormalisasi secara otomatis pada proses pembentukan Nasir, S., Akhtar, I., Iqbal, Ali, Z., & Shahzad, A. (2015).
DEM. Sedangkan hasil orthorektifikasi menggunakan DEM Accuracy Assessment of Digital Elevation
stereo-pair lebih akurat dibandingkan menggunakan ModelGenerated from Pleiades Tri stereo-pair.
ASTER GDEM. Namun karena terdapat kesalahan pada 7th International Conference on Recent Advances
GCP hasil pengukuran di lapangan untuk Citra Worldview in Space Technologies (RAST).
Bandung menyebabkan kedua DEM tersebut tidak masuk doi:https://doi.org/10.1109/RAST.2015.72083
dalam ketelitian peta skala 1;5000 kelas 2. Hasil residu 40
yang cukup besar juga dipengaruhi oleh resolusi ASTER Toutin, T. (2004). Review article: Geometric processing of
GDEM yang kurang baik, sehingga ketelitian akurasi yang remote sensing images: models, algorithms and
dihasilkan buruk. methods. International Journal of Remote
Sensing, 25, 1893-1924.
doi:https://doi.org/10.1080/01431160310001
5. Ucapan Terima Kasih 01611
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bp. Dany
Laksono, ST., M.Eng selaku dosen pengampu matakuliah
Praktikum Fotogrametri 2; Muhammad Ulin Nuha, S.T dan
Nu’man Aldiansyah selaku asisten dosen matakuliah
Praktikum Fotogrametri 2; Muhammad Ulin Nuha, S.T
selaku penyedia data citra WorldView-1 Kota Bandung.

6. Referensi
Aguilar, M. A., Saldana, M. d. M., & Aguilar, F. J. (2013).
Assesing geometric accuracy of orthorectification
process from GeoEye-1 and WorldView-2
pancrhomatic images. International Journal of
Applied Earth Observation and Geoinformation,
21, 427-435.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jag.2012.06.004
Belfiore, O. R., & parente, C. (2016). Comparison of
Different Algorihms to orthorectify WorldView-2
Satellite Imagery. Algorithms, 9(4).
doi:https://doi.org/10.3390/a9040067
Elaksher, A. F. (2009). Using LIDAR-based DEM to
orthorectify Ikonos panchromatic images. Optics
and Laser in Engineering, 47(6), 629-635.
doi:https://doi.org/10.1016/j.optlaseng.2009.01
.005
Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15
Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian
Peta Dasar, 15 C.F.R. (2014).
Kotov, A. P., Goshin, Y. V., Gavrilov, A. V., & V.A. Fursov.
(2017). DEM generation based on RPC model
using relative conforming estimate criterion.
Procedia Engineering: 3rd International
Conference "Information Technology and
Nanotechnology", 201 (2017), 708-717.
doi:https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.09.5
89
Mukherjee, S., P.K. Joshi, Mukherjee, S., Ghosh, A., Garg, R.
D., & Mukhopadhyay, A. (2013). Evaluation

Potrebbero piacerti anche