Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016
Abstract
Diagnostic coding should be appropriate, because if it is improper will affect to the clinical
data management, cost recovery, as well as the matters relating to health care. Based on
this case, the researcher conducted research on the accuracy of diagnosis code at Pertamina
Jaya Hospital by taking NIDDM case of inpatient in 2016. The purpose of this study is to get
an idea of the accuracy of coding diagnosis case of NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) in 2016. The research started from June to August 2017. The research method used
is descriptive. Researcher took 59 samples obtained from the formula of proportion
estimation. Based on the total of 59 samples studied, there were 58 less precise NIDDM
codes (98.31%) and 1 exact NIDDM code (1.69%). For the smallest digit accuracy is on the
4th digit (complication) with the exact number of 4 codes (6.78%) and the largest digit
accuracy is on the dagger and asterisk (etiology and manifestation) with the exact number of
49 codes (83,06%). It can be concluded that the coding of NIDDM case diagnosis in
Pertamina Jaya Hospital is still relatively low. The main factor that becomes obstacle in
coding of diagnosis is knowledge factor of coder with nursing background. The coder should
be a graduation of Diploma degree of Medical Record that has the competence of coding
diagnosis.
Abstrak
Pengkodean diagnosis harus tepat, karena jika tidak tepat akan mempengaruhi manajemen
data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal yang berkaitan dengan asuhan
pelayanan kesehatan. Berdasar hal tersebut, peneliti melakukan penelitian mengenai
ketepatan kode diagnosis di RS Pertamina Jaya dengan mengambil kasus NIDDM pasien
rawat inap tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai ketepatan pengkodean diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) tahun 2016. Penelitian dimulai dari bulan Juni - Agustus 2017. Metode penelitian
adalah metode deskriptif. Peneliti mengambil 59 sampel yang didapatkan menggunakan
rumus estimasi proporsi. Dari total 59 sampel yang diteliti, terdapat 58 kode NIDDM kurang
tepat (98,31%) dan 1 kode NIDDM tepat (1,69%). Untuk jumlah ketepatan digit terkecil
yaitu ketepatan pada digit ke-4 (komplikasi) sebanyak 4 kode tepat (6,78%), dan jumlah
ketepatan terbesar yaitu pada dagger dan asterisk (etiologi dan manifestasi) sebanyak 49
kode tepat (83,06%). Dapat disimpulkan bahwa pengkodean diagnosis kasus NIDDM di RS
Pertamina Jaya masih masih tergolong rendah. Faktor utama yang menjadi kendala
ketepatan kode adalah faktor pengetahuan petugas rekam medis bagian koding dengan latar
belakang perawat. Sebaiknya petugas koding lulusan D-III Rekam Medis yang memiliki
kompetensi pengkodean diagnosis.
pelayanan lainnya yang telah diberikan kode diagnosis yang tidak tepat adalah
kepada pasien. (Kemenkes RI, 2008). Sistem 89,5%. (Rusliyanti, Hidayat dan Seha, 2016).
penyelenggaraan rekam medis dilakukan Selanjutnya adalah penelitian ketepatan kode
oleh unit rekam medis. Satu diantara bentuk kasus urologi di RS Siloam Asri tahun 2016
penyelenggaraan rekam medis adalah proses menunjukkan dari 74 sampel rekam medis
pengkodean diagnosis. pasien rawat inap kasus urologi didapatkan
Koding adalah pemberian penetapan kode diagnosis tepat sesuai ICD-10 sejumlah
kode dengan menggunakan huruf atau angka 52 (70,27%) kode dan kode diagnosis yang
atau kombinasi huruf dalam angka yang kurang tepat sejumlah 22 (29,72%) kode.
mewakili komponen data. Kegiatan dan (Rita, 2016). Berdasarkan penelitian
tindakan serta diagnosis yang ada di dalam sebelumnya tersebut, ketepatan kode
rekam medis harus diberi kode dan diagnosis ternyata masih belum mencapai
selanjutnya diindeks agar memudahkan 100 % tepat.
pelayanan pada penyajian informasi untuk Rumah Sakit Pertamina Jaya
menunjang fungsi perencanaan, manajemen merupakan rumah sakit tipe C yang telah
dan riset bidang kesehatan. (Hatta, 2013). menyelenggarakan rekam medis. Diabetes
Tujuan pengkodean diagnosis adalah untuk Mellitus tipe 2 (NIDDM) adalah penyakit
memudahkan pengaturan dan pencatatan, terbanyak di Rumah Sakit Pertamina Jaya
pengumpulan, penyimpanan, pengambilan, dengan jumlah sebanyak 230 kasus dari
dan analisis kesehatan. (Hatta, 2013). 2.909 pasien keluar hidup dan mati. (Data RS
Ketepatan pengkodean diagnosis yaitu Pertamina Jaya, 2016). Proses pengkodean
proses pengolahan rekam medis yang benar, diagnosis di Rumah Sakit Pertamina Jaya
lengkap, dan sesuai dengan ketentuan yang menggunakan ICD-10 elektronik yang telah
berlaku. Ketepatan kode sangat diperlukan di install ke dalam Sistem Informasi Rumah
agar informasi morbiditas / mortalitas Sakit Rumah Sakit Pertamina Jaya (SIM
relevans, dan dapat dipertanggungjawabkan RSPJ). Pengkodean diagnosis dilakukan oleh
memaparkan kualitas yang telah terjadi. Hal dokter sedangkan petugas rekam medis
ini akan memungkinkan retrieval bagian klasifikasi dan kodefikasi bertugas
informasinya dapat memenuhi kebutuhan untuk memverifikasi pengkodean diagnosis
manajemen pasien, institusi, edukasi, riset, dari dokter dengan melihat riwayat pelayanan
ataupun kebutuhan pihak ketiga yang lebih medis pasien.
luas, dan mampu melindungi kepentingan Pada observasi awal, peneliti
provider pelayanan (dokter), pemilik institusi, mengambil 10 sampel rekam medis yang
ataupun pasien sendiri sebagai konsumen dipilih secara acak untuk dilihat ketepatan
pelayanan. (Naga, 2013). dalam pengkodean kasus NIDDM (Non Insulin
Kode harus tepat karena ketepatan Dependent Diabetes Mellitus) pasien rawat
data diagnosis sangat krusial di bidang inap. Dari hasil observasi awal sebanyak 10
manajemen data klinis, penagihan kembali rekam medis, ditemukan 10 kode tidak tepat.
biaya, beserta hal-hal yang berkaitan dengan Dari 10 rekam medis yang diteliti, semua
asuhan dan pelayanan kesehatan. (Hatta, jenis NIDDM diberi kode E11.8.
2013). Dampak kesalahan kode yaitu suatu Berdasarkan latar belakang di atas,
pelayanan kesehatan dapat merugi secara peneliti tertarik untuk mengetahui tentang,
finansial yang cukup parah akibat keluaran “Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus
hasil komitmen yang palsu. Pembayaran NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
kembali kelebihan biaya tagihan, hukuman Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
terhadap pelanggaran perundang-undangan Pertamina Jaya Tahun 2016”.
pelayanan kesehatan, denda yang besar, Pada penelitian ini dirumuskan tujuan
yang semuanya bergantung kepada penelitian yaitu “Bagaimanakah ketepatan
peringkat kesalahan kode yang telah kode diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin
dihasilkan. (Hatta, 2013). Dependent Diabetes Mellitus) pasien rawat
Penelitian sebelumnya terhadap inap di Rumah Sakit Pertamina Jaya tahun
ketepatan pengkodean diagnosis pasien 2016?”.
fraktur rawat jalan semester II di RSU Mitra
Paramedika Yogyakarta tahun 2015 Metode Penelitian
menunjukkan bahwa dari 86 rekam medis Metode penelitian yang digunakan
yang diteliti, persentase kode diagnosis yang adalah metode deskriptif, yaitu dengan cara
tepat adalah 10,5% sedangkan persentase memberikan gambaran dan menjelaskan
hasil yang didapatkan secara lengkap Teknik analisis data pada penelitian ini
mengenai ketepatan kode diagnosis kasus menggunakan metode deskriptif, yaitu
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes dengan cara :
Mellitus) pasien rawat inap di Rumah Sakit 1. Menganalisis lembaran-lembaran
Pertamina Jaya tahun 2016 dengan medis pasien, seperti catatan dokter,
melakukan penilaian terhadap ketepatan anamnesis, catatan keperawatan,
pemberian kode. resume medis.
Populasi pada penelitian ini adalah 2. Menganalisis ketepatan penulisan
rekam medis pasien rawat inap dengan kasus diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Dependent Diabetes Mellitus) pada
Mellitus) yang kembali dari ruang perawatan lembaran resume medis pasien.
setelah pasien pulang / selesai menjalani 3. Mencocokan kode diagnosis kasus
perawatan tahun 2016. Populasi kasus NIDDM (Non Insulin Dependent
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Diabetes Mellitus) yang telah
Mellitus) tahun 2016 sebesar 230 rekam ditetapkan coder dengan yang dipilih
medis. peneliti berdasarkan ICD-10.
Penentuan sampel menggunakan 4. Mengkalkulasi hasil kodefikasi yang
rumus estimasi proporsi. Sampel pada tepat dan tidak tepat berdasarkan
penelitian ini berjumlah 59 rekam medis ketentuan ICD-10. (Qurbany, 2015).
rawat inap. Cara pengambilan sampel
dilakukan secara random / acak. Teknik Hasil dan Pembahasan
pengumpulan data yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menggunakan 3 cara, yaitu : pada bulan Juni- Agustus 2017 di Unit Rekam
1. Observasi Medis dan Informasi Kesehatan RS Pertamina
Melakukan pengamatan terhadap Jaya, peneliti mengidentifikasi ketepatan
kegiatan pelaksanaan rekam medis di pengkodean diagnosis kasus NIDDM (Non
bagian klasifikasi dan kodefikasi penyakit Insulin Dependent Diabetes Mellitus) pasien
serta melakukan verifikasi terhadap rawat inap tahun 2016 dengan mengambil 59
pemberian kode diagnosis kasus NIDDM sampel, kemudian melakukan perbandingan
tahun 2016. kode rumah sakit dengan kode berdasarkan
2. Wawancara ICD-10. ketepatan kode dan ketepatan digit
Wawancara dilakukan secara lisan yang kasus NIDDM (Non Insulin Dependent
diajukan kepada kepala rekam medis dan Diabetes Mellitus) pasien rawat inap dapat
staff bagian klasifikasi dan kodefikasi dilihat pada tabel berikut :
penyakit di unit kerja rekam medis.
3. Studi Kepustakaan Tabel 1
Dilakukan untuk memperoleh teori Jumlah dan Persentase Ketepatan Kode
penelitian melalui buku-buku, jurnal Kasus NIDDM di RS Pertamina Jaya Tahun
ilmiah, tulisan ilmiah dan lainnya. 2016
Standar dan etik pengkodean (coding) yang pengkodean diagnosis yaitu disebabkan
dikembangkan AHIMA, meliputi beberapa karena :
standar yang harus dipenuhi oleh seorang 1. Faktor pengetahuan petugas rekam medis
pengode (coder) profesional, antara lain bagian koding yang memverifikasi kode
akurat, komplet, dan konsisten untuk diagnosis berlatar belakang pendidikan
menghasilkan data yang berkualitas serta perawat
sebagai pengode harus mengikuti sistem Petugas rekam medis bagian verifikasi
klasifikasi yang sedang berlaku dengan kode diagnosis masih bingung dalam
memilih pengkodean diagnosis dan tindakan memverifikasi kode diagnosis yang sesuai
yang tepat. (Hatta, 2013). dengan ICD-10. Petugas verifikasi kode
Hasil pengkodean diagnosis di RS diagnosis bukan lulusan D-III Rekam
Pertamina Jaya masih tergolong rendah. Medis dan Informasi Kesehatan melainkan
Pengkodean diagnosis di RS Pertamina Jaya lulusan keperawatan.
masih belum bisa dikatakan akurat, komplet, Menurut hasil penelitian Hasanah
dan konsisten serta pengode belum memilih (2016) menerangkan bahwa satu diantara
pengkodean diagnosis yang tepat untuk faktor kendala yang mempengaruhi
menghasilkan data yang berkualitas ketepatan kode diagnosis pasien IGD di
sebagaimana dijelaskan dalam standar dan RSUD Tarakan adalah petugas koding
etik pengkodean AHIMA. Padahal ketepatan bukan berlatar belakang pendidikan DIII
kode sangat diperlukan agar informasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
morbiditas / mortalitas relevans, dan dapat Berdasar hal tersebut ditemukan
dipertanggungjawabkan memaparkan kesamaan, artinya kendala dalam
kualitas yang telah terjadi. (Naga, 2013). ketepatan kode diagnosis adalah karena
Permenkes No. 55 Tahun 2013 petugas rekam medis bagian koding
menjelaskan bahwa orang yang berwenang bukanlah lulusan dari D-III Rekam Medis
melaksanakan klasifikasi klinis dan kodefikasi dan Informasi Kesehatan. Jadi sebaiknya
penyakit adalah seorang Perekam Medis dan petugas rekam medis bagian koding
Informasi Kesehatan. Sedangkan di Rumah adalah lulusan D-III Rekam Medis dan
Sakit Pertamina Jaya proses pengkodean Informasi Kesehatan karena sudah dibekali
diagnosis dilakukan oleh dokter. Hal tersebut dengan kompetensi pengkodean diagnosis.
tidak sesuai dengan Permenkes No. 55 Tahun Satu diantara kompetensi seorang
2013 yang menyebutkan bahwa orang yang Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
berwenang melakukan pengkodean diagnosis (PMIK) adalah manajemen data klinis yaitu
adalah Ahli Madya Rekam Medis dan Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi
Informasi Kesehatan. Sebaiknya orang yang Kesehatan mempunyai kompetensi untuk
melakukan pengkodean diagnosis di Rumah melakukan sistem klasifikasi klinis.
Sakit Pertamina Jaya adalah Perekam Medis 2. Faktor Beban Kerja
dan Informasi Kesehatan sesuai dengan Petugas rekam medis bagian verifikasi
Permenkes No. 55 Tahun 2013. kode diagnosis hanya berjumlah 1 orang
dan pertugas tersebut mempunyai 2 job
Faktor-Faktor yang Menyebabkan desc yaitu assembling dan verifikator
Kurang Tepatnya Pengkodean kode diagnosis. Hal ini senada dengan
Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin penelitian Rohmawati (2016) yang
Dependent Diabetes Mellitus) Pasien menerangkan bahwa satu diantara faktor
yang menjadi kendala ketidaktepatan
Rawat Inap Di RS Pertamina Jaya
dalam penelitian Rohmawati adalah karena
Faktor – Faktor yang menyebabkan
kekurangtelitian petugas koding yang
kurang tepatnya pengkodean diagnosis kasus
melaksanakan pekerjaan lain selain
NIDDM di RS Pertamina Jaya yaitu masih
koding. Untuk mengatasi hal tersebut,
terdapat ketidaklengkapan dalam
sebaiknya dilakukan penambahan jumlah
pengkodefikasian dan masih terdapat
petugas rekam medis bagian koding untuk
ketidaktepatan pemberian kode sesuai
mengatasi permasalahan beban kerja.
dengan ICD-10. Berdasarkan hasil
3. Tulisan dokter kurang jelas atau tidak
wawancara dengan Kepala Rekam Medis dan
terbaca pada resume
petugas rekam medis bagian koding di
Tulisan dokter yang kurang jelas atau
Rumah Sakit Pertamina Jaya, faktor-faktor
tidak terbaca mempengaruhi petugas
yang menyebabkan kurang tepatnya
rekam medis bagian verifikasi kode
lengkap, dan sesuai dengan ketentuan 3. Sebaiknya petugas koding adalah orang
yang berlaku (ICD-10) dan menyesuaikan yang berlatar belakang pendidikan D-III
digit ke-4 pada kasus NIDDM sesuai Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
dengan komplikasi pasien. yang memiliki kompetensi pengkodean
diagnosis.
Kesimpulan 4. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah
Proses pengkodean diagnosis di RS petugas rekam medis bagian koding untuk
Pertamina Jaya dilakukan oleh dokter lalu mengatasi permasalahan beban kerja
petugas rekam medis bagian koding dengan 5. Sebaiknya untuk mengantisipasi kendala
latar belakang perawat bertugas untuk tulisan dokter yang kurang jelas atau tidak
melakukan verifikasi kode. Hal ini tidak terbaca dibuat resume elektronik sehingga
sesuai dengan Permenkes No.55 Tahun 2013 hal ini akan memudahkan petugas rekam
yang menyebutkan bahwa orang yang medis bagian koding untuk memverifikasi
berwenang melaksanakan klasifikasi klinis kode.
dan kodefikasi penyakit adalah seorang 6. Untuk meningkatkan ketepatan
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. pengkodean diagnosis di RS Pertamina
Dari total 59 sampel yang diteliti, Jaya, sebaiknya diadakan evaluasi / audit
terdapat 58 kode NIDDM kurang tepat pengkodean diagnosis.
(98,31%) dan 1 kode NIDDM tepat (1,69%). 7. Petugas rekam medis bagian koding
Untuk jumlah ketepatan digit dari mulai yang dengan latar belakang perawat seharusnya
terkecil sampai yang terbesar, yaitu melakukan pengkodean diagnosis sesuai
ketepatan pada digit ke-4 ada 4 kode dengan ketentuan yang berlaku pada ICD-
(6,78%) tepat, 2 digit (digit ke-2 dan ke-3) 10 seperti menyesuaikan digit ke-4 pada
ada 44 kode (74,58%) tepat, digit ke-1 ada kasus NIDDM sesuai dengan komplikasi
45 kode (76,28%) tepat, serta serta dagger pasien. Selain itu sebaiknya dilakukan
dan asterisk yang seharusnya ada berjumlah pembaruan buku ICD-10 dengan revisi
10 kode (16,94%) terbaru mengingat di RS Pertamina Jaya
Faktor-Faktor yang menyebabkan kurang buku ICD-10 nya masih revisi tahun 1992.
tepatnya pengkodean diagnosis kasus NIDDM
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Daftar Pustaka
pasien rawat inap di RS Pertamina Jaya Ana Melia Rohmawati. (2016). “Analisis
diantaranya karena faktor pengetahuan Keakuratan Kode Diagnosis Pasien
petugas rekam medis bagian koding yang Rawat Inap Kasus Penyakit Syaraf
berlatar belakang perawat, faktor beban Peserta BPJS Di Rumah Sakit Islam
kerja, tulisan dokter kurang jelas atau tidak Jakarta Cempaka Putih”. Jakarta:
terbaca pada resume, belum adanya evaluasi Universitas Esa Unggul.
/ audit pengkodean diagnosis, petugas rekam
medis bagian koding dengan latar belakang Firza Fareeza Qurbany. (2015). “Tinjauan
perawat terkadang memverifikasi kode dari Ketepatan Pengkodean Klinis Kasus
buku ICD-10 volume 3 saja dan petugas Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan
tersebut paling sering memverifikasi kode Gangguan Tahun 2015 Di Rumah
NIDDM dengan kode E11.8 sedangkan E11.8 Sakit Atma Jaya”. Jakarta:
adalah kode NIDDM untuk unspecified Universitas Esa Unggul.
complication, padahal komplikasi pada pasien
diketahui. Gemala R. Hatta. (2013). “Pedoman
Saran yang dapat penulis sampaikan Manajemen Informasi Kesehatan di
adalah sebagai berikut: Sarana Pelayanan Kesehatan”.
1. Petugas rekam medis bagian koding yang Jakarta: UI PRESS.
memverifikasi kode diagnosis seharusnya
melakukan prosedur kerja sesuai dengan Kementrian Kesehatan RI. (2008).
SPO pengkodean diagnosis RS Pertamina “Permenkes No
Jaya. 269/Menkes/Per/XII/2008 tentang
2. Sebaiknya orang yang melakukan Rekam Medis”. Jakarta: Kemenkes
pengkodean diagnosis di Rumah Sakit RI.
Pertamina Jaya adalah seorang Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan sesuai Kementrian Kesehatan RI. (2008).
dengan Permenkes No. 55 Tahun 2013. “Permenkes No.129/Menkes/SK/II/