Sei sulla pagina 1di 8

Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah

Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

TINJAUAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS KASUS NIDDM


(NON INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS) PASIEN
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PERTAMINA JAYA TAHUN
2016
Ernawati1, Yati Maryati2
1,2
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 9 Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
ernawatiupi@gmail.com

Abstract
Diagnostic coding should be appropriate, because if it is improper will affect to the clinical
data management, cost recovery, as well as the matters relating to health care. Based on
this case, the researcher conducted research on the accuracy of diagnosis code at Pertamina
Jaya Hospital by taking NIDDM case of inpatient in 2016. The purpose of this study is to get
an idea of the accuracy of coding diagnosis case of NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) in 2016. The research started from June to August 2017. The research method used
is descriptive. Researcher took 59 samples obtained from the formula of proportion
estimation. Based on the total of 59 samples studied, there were 58 less precise NIDDM
codes (98.31%) and 1 exact NIDDM code (1.69%). For the smallest digit accuracy is on the
4th digit (complication) with the exact number of 4 codes (6.78%) and the largest digit
accuracy is on the dagger and asterisk (etiology and manifestation) with the exact number of
49 codes (83,06%). It can be concluded that the coding of NIDDM case diagnosis in
Pertamina Jaya Hospital is still relatively low. The main factor that becomes obstacle in
coding of diagnosis is knowledge factor of coder with nursing background. The coder should
be a graduation of Diploma degree of Medical Record that has the competence of coding
diagnosis.

Keywords : medical record, diagnostic code, NIDDM

Abstrak
Pengkodean diagnosis harus tepat, karena jika tidak tepat akan mempengaruhi manajemen
data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal yang berkaitan dengan asuhan
pelayanan kesehatan. Berdasar hal tersebut, peneliti melakukan penelitian mengenai
ketepatan kode diagnosis di RS Pertamina Jaya dengan mengambil kasus NIDDM pasien
rawat inap tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai ketepatan pengkodean diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) tahun 2016. Penelitian dimulai dari bulan Juni - Agustus 2017. Metode penelitian
adalah metode deskriptif. Peneliti mengambil 59 sampel yang didapatkan menggunakan
rumus estimasi proporsi. Dari total 59 sampel yang diteliti, terdapat 58 kode NIDDM kurang
tepat (98,31%) dan 1 kode NIDDM tepat (1,69%). Untuk jumlah ketepatan digit terkecil
yaitu ketepatan pada digit ke-4 (komplikasi) sebanyak 4 kode tepat (6,78%), dan jumlah
ketepatan terbesar yaitu pada dagger dan asterisk (etiologi dan manifestasi) sebanyak 49
kode tepat (83,06%). Dapat disimpulkan bahwa pengkodean diagnosis kasus NIDDM di RS
Pertamina Jaya masih masih tergolong rendah. Faktor utama yang menjadi kendala
ketepatan kode adalah faktor pengetahuan petugas rekam medis bagian koding dengan latar
belakang perawat. Sebaiknya petugas koding lulusan D-III Rekam Medis yang memiliki
kompetensi pengkodean diagnosis.

Kata kunci: rekam medis, kode diagnosis, NIDDM

Pendahuluan diantara jenis-jenis pelayanan rumah sakit


Rumah sakit adalah institusi yang minimal wajib disediakan oleh rumah
pelayanan kesehatan yang menyeleng- sakit adalah pelayanan rekam medis.
garakan pelayanan kesehatan perorangan (Kemenkes RI, 2008). Rekam medis adalah
secara paripurna yang menyediakan berkas yang berisi catatan dan dokumen
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan mengenai identitas pasien, hasil
gawat darurat. (Perpres, 2009). Satu pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 6


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

pelayanan lainnya yang telah diberikan kode diagnosis yang tidak tepat adalah
kepada pasien. (Kemenkes RI, 2008). Sistem 89,5%. (Rusliyanti, Hidayat dan Seha, 2016).
penyelenggaraan rekam medis dilakukan Selanjutnya adalah penelitian ketepatan kode
oleh unit rekam medis. Satu diantara bentuk kasus urologi di RS Siloam Asri tahun 2016
penyelenggaraan rekam medis adalah proses menunjukkan dari 74 sampel rekam medis
pengkodean diagnosis. pasien rawat inap kasus urologi didapatkan
Koding adalah pemberian penetapan kode diagnosis tepat sesuai ICD-10 sejumlah
kode dengan menggunakan huruf atau angka 52 (70,27%) kode dan kode diagnosis yang
atau kombinasi huruf dalam angka yang kurang tepat sejumlah 22 (29,72%) kode.
mewakili komponen data. Kegiatan dan (Rita, 2016). Berdasarkan penelitian
tindakan serta diagnosis yang ada di dalam sebelumnya tersebut, ketepatan kode
rekam medis harus diberi kode dan diagnosis ternyata masih belum mencapai
selanjutnya diindeks agar memudahkan 100 % tepat.
pelayanan pada penyajian informasi untuk Rumah Sakit Pertamina Jaya
menunjang fungsi perencanaan, manajemen merupakan rumah sakit tipe C yang telah
dan riset bidang kesehatan. (Hatta, 2013). menyelenggarakan rekam medis. Diabetes
Tujuan pengkodean diagnosis adalah untuk Mellitus tipe 2 (NIDDM) adalah penyakit
memudahkan pengaturan dan pencatatan, terbanyak di Rumah Sakit Pertamina Jaya
pengumpulan, penyimpanan, pengambilan, dengan jumlah sebanyak 230 kasus dari
dan analisis kesehatan. (Hatta, 2013). 2.909 pasien keluar hidup dan mati. (Data RS
Ketepatan pengkodean diagnosis yaitu Pertamina Jaya, 2016). Proses pengkodean
proses pengolahan rekam medis yang benar, diagnosis di Rumah Sakit Pertamina Jaya
lengkap, dan sesuai dengan ketentuan yang menggunakan ICD-10 elektronik yang telah
berlaku. Ketepatan kode sangat diperlukan di install ke dalam Sistem Informasi Rumah
agar informasi morbiditas / mortalitas Sakit Rumah Sakit Pertamina Jaya (SIM
relevans, dan dapat dipertanggungjawabkan RSPJ). Pengkodean diagnosis dilakukan oleh
memaparkan kualitas yang telah terjadi. Hal dokter sedangkan petugas rekam medis
ini akan memungkinkan retrieval bagian klasifikasi dan kodefikasi bertugas
informasinya dapat memenuhi kebutuhan untuk memverifikasi pengkodean diagnosis
manajemen pasien, institusi, edukasi, riset, dari dokter dengan melihat riwayat pelayanan
ataupun kebutuhan pihak ketiga yang lebih medis pasien.
luas, dan mampu melindungi kepentingan Pada observasi awal, peneliti
provider pelayanan (dokter), pemilik institusi, mengambil 10 sampel rekam medis yang
ataupun pasien sendiri sebagai konsumen dipilih secara acak untuk dilihat ketepatan
pelayanan. (Naga, 2013). dalam pengkodean kasus NIDDM (Non Insulin
Kode harus tepat karena ketepatan Dependent Diabetes Mellitus) pasien rawat
data diagnosis sangat krusial di bidang inap. Dari hasil observasi awal sebanyak 10
manajemen data klinis, penagihan kembali rekam medis, ditemukan 10 kode tidak tepat.
biaya, beserta hal-hal yang berkaitan dengan Dari 10 rekam medis yang diteliti, semua
asuhan dan pelayanan kesehatan. (Hatta, jenis NIDDM diberi kode E11.8.
2013). Dampak kesalahan kode yaitu suatu Berdasarkan latar belakang di atas,
pelayanan kesehatan dapat merugi secara peneliti tertarik untuk mengetahui tentang,
finansial yang cukup parah akibat keluaran “Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus
hasil komitmen yang palsu. Pembayaran NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
kembali kelebihan biaya tagihan, hukuman Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
terhadap pelanggaran perundang-undangan Pertamina Jaya Tahun 2016”.
pelayanan kesehatan, denda yang besar, Pada penelitian ini dirumuskan tujuan
yang semuanya bergantung kepada penelitian yaitu “Bagaimanakah ketepatan
peringkat kesalahan kode yang telah kode diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin
dihasilkan. (Hatta, 2013). Dependent Diabetes Mellitus) pasien rawat
Penelitian sebelumnya terhadap inap di Rumah Sakit Pertamina Jaya tahun
ketepatan pengkodean diagnosis pasien 2016?”.
fraktur rawat jalan semester II di RSU Mitra
Paramedika Yogyakarta tahun 2015 Metode Penelitian
menunjukkan bahwa dari 86 rekam medis Metode penelitian yang digunakan
yang diteliti, persentase kode diagnosis yang adalah metode deskriptif, yaitu dengan cara
tepat adalah 10,5% sedangkan persentase memberikan gambaran dan menjelaskan

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 7


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

hasil yang didapatkan secara lengkap Teknik analisis data pada penelitian ini
mengenai ketepatan kode diagnosis kasus menggunakan metode deskriptif, yaitu
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes dengan cara :
Mellitus) pasien rawat inap di Rumah Sakit 1. Menganalisis lembaran-lembaran
Pertamina Jaya tahun 2016 dengan medis pasien, seperti catatan dokter,
melakukan penilaian terhadap ketepatan anamnesis, catatan keperawatan,
pemberian kode. resume medis.
Populasi pada penelitian ini adalah 2. Menganalisis ketepatan penulisan
rekam medis pasien rawat inap dengan kasus diagnosis kasus NIDDM (Non Insulin
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Dependent Diabetes Mellitus) pada
Mellitus) yang kembali dari ruang perawatan lembaran resume medis pasien.
setelah pasien pulang / selesai menjalani 3. Mencocokan kode diagnosis kasus
perawatan tahun 2016. Populasi kasus NIDDM (Non Insulin Dependent
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Diabetes Mellitus) yang telah
Mellitus) tahun 2016 sebesar 230 rekam ditetapkan coder dengan yang dipilih
medis. peneliti berdasarkan ICD-10.
Penentuan sampel menggunakan 4. Mengkalkulasi hasil kodefikasi yang
rumus estimasi proporsi. Sampel pada tepat dan tidak tepat berdasarkan
penelitian ini berjumlah 59 rekam medis ketentuan ICD-10. (Qurbany, 2015).
rawat inap. Cara pengambilan sampel
dilakukan secara random / acak. Teknik Hasil dan Pembahasan
pengumpulan data yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menggunakan 3 cara, yaitu : pada bulan Juni- Agustus 2017 di Unit Rekam
1. Observasi Medis dan Informasi Kesehatan RS Pertamina
Melakukan pengamatan terhadap Jaya, peneliti mengidentifikasi ketepatan
kegiatan pelaksanaan rekam medis di pengkodean diagnosis kasus NIDDM (Non
bagian klasifikasi dan kodefikasi penyakit Insulin Dependent Diabetes Mellitus) pasien
serta melakukan verifikasi terhadap rawat inap tahun 2016 dengan mengambil 59
pemberian kode diagnosis kasus NIDDM sampel, kemudian melakukan perbandingan
tahun 2016. kode rumah sakit dengan kode berdasarkan
2. Wawancara ICD-10. ketepatan kode dan ketepatan digit
Wawancara dilakukan secara lisan yang kasus NIDDM (Non Insulin Dependent
diajukan kepada kepala rekam medis dan Diabetes Mellitus) pasien rawat inap dapat
staff bagian klasifikasi dan kodefikasi dilihat pada tabel berikut :
penyakit di unit kerja rekam medis.
3. Studi Kepustakaan Tabel 1
Dilakukan untuk memperoleh teori Jumlah dan Persentase Ketepatan Kode
penelitian melalui buku-buku, jurnal Kasus NIDDM di RS Pertamina Jaya Tahun
ilmiah, tulisan ilmiah dan lainnya. 2016

Instrumen penelitian yang digunakan Variabel


untuk membantu dalam proses pengumpulan No. Ketepatan Jumlah Persentase
data adalah : Kode
1. Lembar observasi, digunakan untuk Diagnosis
mencatat data hasil penelitian. Kasus NIDDM
2. Kalkulator, digunakan untuk menghitung Tahun 2016
persentase dari analisis data yang diteliti. 1. Tepat 1 1,69%
3. Pedoman wawancara, digunakan sebagai
2. Tidak Tepat 58 98,31%
acuan dalam melakukan wawancara.
Jumlah 59 100%
4. Tabel Ketepatan Kode Diagnosis Kasus
NIDDM, yaitu tabel untuk
mengidentifikasi ketepatan kode Dari 59 rekam medis kasus NIDDM tahun
diagnosis kasus NIDDM. 2016 yang diteliti, terdapat 58 kode NIDDM
5. Tabel Ketepatan Digit Kasus NIDDM, yaitu kurang tepat (98,31%) dan 1 kode NIDDM
tabel untuk mengidentifikasi ketepatan tepat (1,69%).
digit kode diagnosis kasus NIDDM.

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 8


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

Tabel 2 (.8) padahal (.8) adalah digit ke-4 untuk


Jumlah dan Persentase Ketepatan Digit Kasus komplikasi NIDDM yang unspecified.
NIDDM di RS Pertamina Jaya Tahun 2016 Ketidaktepatan kedua terbanyak yaitu
pada 2 digit (digit ke-2 dan ke-3) untuk digit
Variabel Tepat Tidak Tepat
grup penyakit yaitu ada 15 kode tidak tepat
No. Ketepatan (25,42%). Hal ini disebabkan karena petugas
Digit rekam medis bagian koding memverifikasi
Kasus kode NIDDM dengan E10 padahal NIDDM
NIDDM Jumlah % Jumlah %
Tahun
seharusnya dikode dengan E11. E10 adalah
2016 kode untuk IDDM bukan NIDDM. Selain itu
1. Digit ke-1 45 76,28% 14 23,72% penyebab lainnya adalah karena petugas
rekam medis bagian koding tidak
memverifikasi kode diagnosis pada resume
2. 2 digit 44 74,58% 15 25,42%
(digit ke- pasien sehingga kode pada resume masih
2 dan ke- kosong.
3) Di Rumah Sakit Pertamina Jaya proses
pengkodean dilakukan oleh dokter pada SIM
RSPJ, selanjutnya dilakukan proses verifikasi
3. Digit ke-4 4 6,78% 55 93,22%
kode oleh petugas rekam medis bagian
koding. Setelah kode diinput oleh dokter
4. Dagger 49 83,06% 10 16,94% pada SIM RSPJ, maka petugas rekam medis
dan bagian koding melakukan verifikasi kode
Asterisk
yang telah diinput oleh dokter tersebut, hasil
verifikasi kodenya ditulis pada resume medis.
Namun saat peneliti melakukan penelitian,
Berdasarkan tabel di atas untuk jumlah masih ada beberapa resume yang belum
ketepatan digit dari mulai yang terkecil diverifikasi kodenya. Jadi kode pada resume
sampai yang terbesar, yaitu ketepatan pada masih kosong. Berdasarkan wawancara
digit ke-4, 2 digit (digit ke-2 dan ke-3), digit peneliti dengan petugas rekam medis bagian
ke-1, serta ketepatan pada dagger dan koding menyebutkan bahwa penyebab kode
asterisk. Adapun rincian mengenai ketepatan pada resume medis masih kosong yaitu
digit yaitu sebagai berikut : karena rekam medis langsung dipinjam ke
a. Digit ke-4 yaitu digit komplikasi bagian asuransi tanpa diverifikasi kodenya.
NIDDM dengan jumlah yang tepat Ketidaktepatan ketiga terbanyak yaitu
ada 4 kode (6,78%) dan yang tidak pada digit ke-1 untuk digit bab ada 14 kode
tepat 55 kode (93,22%) tidak tepat (23,72%). Penyebabnya karena
b. 2 digit (digit ke-2 dan ke-3) yaitu digit petugas rekam medis bagian koding tidak
grup penyakit dengan jumlah yang menuliskan kode diagnosis pada resume
tepat ada 44 kode (74,58%) dan pasien. Berdasarkan wawancara peneliti
yang tidak tepat 15 kode (25,42%) dengan petugas rekam medis bagian koding
c. Digit ke-1 yaitu bab dengan jumlah menyebutkan bahwa penyebab kode pada
yang tepat ada 45 kode (76,28%) resume medis masih kosong yaitu karena
dan yang tidak tepat 14 kode rekam medis langsung dipinjam ke bagian
(23,72%) asuransi tanpa diverifikasi kodenya.
d. Jumlah dagger dan asterisk dengan Ketidaktepatan ke-empat yaitu berkaitan
jumlah yang tepat ada 49 kode dengan dagger dan asterisk yang seharusnya
(83,06%) serta dagger dan asterisk ada sebanyak 10 kode (16,94%). Petugas
yang seharusnya ada berjumlah 10 rekam medis bagian koding tidak
kode (16,94%) menambahkan kode dagger dan asterisk
pada NIDDM with renal complications
Dari tabel 2 jumlah ketidaktepatan digit (E11.2). Padahal di ICD-10 volume 1
yang paling banyak pertama adalah pada dijelaskan bahwa kode E11.2 harus
digit ke-4 yaitu ada 55 kode tidak tepat berdagger dan berasterisk (.2 † with renal
(93,22%). Digit ke-4 adalah komplikasi pada complications; diabetic nephropathy N08.3*,
NIDDM. Hal ini disebabkan karena petugas intracapilary glomerulonephrosis N08.3*,
rekam medis bagian koding paling sering atau Kimmelstielwilson syndrome (N08.3*).
memberikan kode digit ke-4 NIDDM dengan

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 9


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

Standar dan etik pengkodean (coding) yang pengkodean diagnosis yaitu disebabkan
dikembangkan AHIMA, meliputi beberapa karena :
standar yang harus dipenuhi oleh seorang 1. Faktor pengetahuan petugas rekam medis
pengode (coder) profesional, antara lain bagian koding yang memverifikasi kode
akurat, komplet, dan konsisten untuk diagnosis berlatar belakang pendidikan
menghasilkan data yang berkualitas serta perawat
sebagai pengode harus mengikuti sistem Petugas rekam medis bagian verifikasi
klasifikasi yang sedang berlaku dengan kode diagnosis masih bingung dalam
memilih pengkodean diagnosis dan tindakan memverifikasi kode diagnosis yang sesuai
yang tepat. (Hatta, 2013). dengan ICD-10. Petugas verifikasi kode
Hasil pengkodean diagnosis di RS diagnosis bukan lulusan D-III Rekam
Pertamina Jaya masih tergolong rendah. Medis dan Informasi Kesehatan melainkan
Pengkodean diagnosis di RS Pertamina Jaya lulusan keperawatan.
masih belum bisa dikatakan akurat, komplet, Menurut hasil penelitian Hasanah
dan konsisten serta pengode belum memilih (2016) menerangkan bahwa satu diantara
pengkodean diagnosis yang tepat untuk faktor kendala yang mempengaruhi
menghasilkan data yang berkualitas ketepatan kode diagnosis pasien IGD di
sebagaimana dijelaskan dalam standar dan RSUD Tarakan adalah petugas koding
etik pengkodean AHIMA. Padahal ketepatan bukan berlatar belakang pendidikan DIII
kode sangat diperlukan agar informasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
morbiditas / mortalitas relevans, dan dapat Berdasar hal tersebut ditemukan
dipertanggungjawabkan memaparkan kesamaan, artinya kendala dalam
kualitas yang telah terjadi. (Naga, 2013). ketepatan kode diagnosis adalah karena
Permenkes No. 55 Tahun 2013 petugas rekam medis bagian koding
menjelaskan bahwa orang yang berwenang bukanlah lulusan dari D-III Rekam Medis
melaksanakan klasifikasi klinis dan kodefikasi dan Informasi Kesehatan. Jadi sebaiknya
penyakit adalah seorang Perekam Medis dan petugas rekam medis bagian koding
Informasi Kesehatan. Sedangkan di Rumah adalah lulusan D-III Rekam Medis dan
Sakit Pertamina Jaya proses pengkodean Informasi Kesehatan karena sudah dibekali
diagnosis dilakukan oleh dokter. Hal tersebut dengan kompetensi pengkodean diagnosis.
tidak sesuai dengan Permenkes No. 55 Tahun Satu diantara kompetensi seorang
2013 yang menyebutkan bahwa orang yang Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
berwenang melakukan pengkodean diagnosis (PMIK) adalah manajemen data klinis yaitu
adalah Ahli Madya Rekam Medis dan Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi
Informasi Kesehatan. Sebaiknya orang yang Kesehatan mempunyai kompetensi untuk
melakukan pengkodean diagnosis di Rumah melakukan sistem klasifikasi klinis.
Sakit Pertamina Jaya adalah Perekam Medis 2. Faktor Beban Kerja
dan Informasi Kesehatan sesuai dengan Petugas rekam medis bagian verifikasi
Permenkes No. 55 Tahun 2013. kode diagnosis hanya berjumlah 1 orang
dan pertugas tersebut mempunyai 2 job
Faktor-Faktor yang Menyebabkan desc yaitu assembling dan verifikator
Kurang Tepatnya Pengkodean kode diagnosis. Hal ini senada dengan
Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin penelitian Rohmawati (2016) yang
Dependent Diabetes Mellitus) Pasien menerangkan bahwa satu diantara faktor
yang menjadi kendala ketidaktepatan
Rawat Inap Di RS Pertamina Jaya
dalam penelitian Rohmawati adalah karena
Faktor – Faktor yang menyebabkan
kekurangtelitian petugas koding yang
kurang tepatnya pengkodean diagnosis kasus
melaksanakan pekerjaan lain selain
NIDDM di RS Pertamina Jaya yaitu masih
koding. Untuk mengatasi hal tersebut,
terdapat ketidaklengkapan dalam
sebaiknya dilakukan penambahan jumlah
pengkodefikasian dan masih terdapat
petugas rekam medis bagian koding untuk
ketidaktepatan pemberian kode sesuai
mengatasi permasalahan beban kerja.
dengan ICD-10. Berdasarkan hasil
3. Tulisan dokter kurang jelas atau tidak
wawancara dengan Kepala Rekam Medis dan
terbaca pada resume
petugas rekam medis bagian koding di
Tulisan dokter yang kurang jelas atau
Rumah Sakit Pertamina Jaya, faktor-faktor
tidak terbaca mempengaruhi petugas
yang menyebabkan kurang tepatnya
rekam medis bagian verifikasi kode

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 10


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

diagnosis dalam membaca diagnosis volume 3, lalu mengecek ketepatan


sehingga hal tersebut akan mempe- kodenya pada buku ICD-10 volume 1. Jadi
ngaruhi ketepatan kode yang diberikan. pengkodean diagnosis tidak hanya
Dari penelitian yang dilakukan Qurbany dilakukan dengan melihat pada buku ICD-
(2015) di RS Atmajaya menyebutkan 10 volume 3 saja. Oleh karena itu,
bahwa tulisan dokter yang kurang jelas petugas rekam medis bagian koding
atau tidak terbaca pada resume seharusnya melakukan pengkodean
mengakibatkan kode yang diberikan diagnosis sesuai dengan ketentuan yang
kurang tepat. Sebagaimana penelitian berlaku pada ICD-10 yaitu setelah
tersebut, tulisan dokter memang ada menentukan lead term pada buku 3,
kaitannya dengan ketepatan pengkodean selanjutnya mengecek ketepatan kodenya
diagnosis. Sebaiknya untuk pada buku ICD-10 volume 1. Selain itu
mengantisipasi kendala tulisan dokter sebaiknya dilakukan pembaruan buku ICD-
yang kurang jelas atau tidak terbaca 10 dengan revisi terbaru mengingat di RS
dibuat resume elektronik sehingga hal ini Pertamina Jaya buku ICD-10 nya masih
akan memudahkan petugas rekam medis revisi tahun 1992.
bagian koding untuk memverifikasi kode. 6. Petugas rekam medis bagian koding paling
4. Belum adanya evaluasi / audit sering memverifikasi kode NIDDM dengan
pengkodean diagnosis kode E11.8 sedangkan E11.8 adalah kode
Evaluasi / audit pengkodean diagnosis NIDDM untuk unspecified complication,
sudah direncanakan namun belum padahal komplikasi pada pasien diketahui.
terlaksana. Belum adanya petugas rekam Pada kode ICD-10 terdapat
medis lulusan D-III Rekam Medis dan subkategori digit ke-4 untuk kasus NIDDM
Informasi Kesehatan adalah alasan berdasarkan komplikasi yang terjadi pada
mengapa proses evaluasi / audit pasien. Misalnya (.0) untuk NIDDM
pengkodean diagnosis belum dengan koma, (.1) untuk NIDDM dengan
dilaksanakan. Menurut penelitian Qurbany ketoasidosis, (.2) untuk NIDDM dengan
(2015) di RS Atmajaya menyebutkan komplikasi ginjal, (.3) untuk NIDDM
bahwa untuk menghasilkan kode yang dengan komplikasi pada mata, (.4) untuk
tepat, perlu diadakan evaluasi / audit NIDDM dengan komplikasi saraf, (.5)
pengkodean diagnosis. Menurut Naga untuk NIDDM dengan komplikasi sirkulasi
(2013) audit koding diperlukan agar kode tepi, (.6) untuk NIDDM lain-lain yang
yang dihasilkan dapat tepat, akurat, specified namun tidak dapat
relevans, dengan presisi tinggi. Jadi diklasifikasikan (.0) sampai (.5), (.7), (.8)
sebaiknya di RS Pertamina Jaya dilakukan dan (.9). Untuk (.7) adalah NIDDM dengan
evaluasi / audit pengkodean diagnosis komplikasi multiple, (.8) adalah NIDDM
untuk meningkatkan ketepatan dengan unspecified complications, dan (.9)
pengkodean diagnosis. adalah NIDDM tanpa komplikasi (WHO,
5. Petugas rekam medis bagian verifikasi 2010 – 252).
kode diagnosis dalam memverifikasi kode Menurut penelitian Hasanah (2016) di
terkadang hanya melihat dari buku ICD- RSUD Tarakan menerangkan bahwa faktor
10 volume 3 kendala dari ketepatan kode adalah
Proses pengkodean diagnosis di RS penentuan karakter ke-4 pada kode
Pertamina Jaya sudah menggunakan ICD- diagnosis. Begitupun dengan petugas
10 elektronik, namun pada pelaksanaanya rekam medis bagian koding di RS
petugas rekam medis bagian verifikasi Pertamina Jaya yang memiliki banyak
kode penyakit menggunakan ICD-10 kesalahan pada penentuan digit ke-4.
elektronik dan ICD-10 manual. Di Rumah Petugas rekam medis bagian koding di
Sakit Pertamina Jaya petugas rekam RS Pertamina Jaya paling sering
medis bagian verifikasi kode diagnosis memverifikasi kode NIDDM dengan kode
dalam memverifikasi kode terkadang E11.8 padahal komplikasi pada pasien
hanya melihat dari buku ICD-10 volume 3 diketahui. Berdasarkan hal tersebut,
dan buku ICD-10 di sana masih revisi petugas rekam medis bagian koding belum
tahun 1992. mengkode sesuai dengan ketentuan pada
Secara teori menurut WHO, ICD-10. Seharusnya petugas rekam medis
pengkodean diaganosis dilakukan dengan bagian koding melakukan proses
menentukan lead term pada buku ICD-10 pengkodean diagnosis dengan benar,

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 11


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

lengkap, dan sesuai dengan ketentuan 3. Sebaiknya petugas koding adalah orang
yang berlaku (ICD-10) dan menyesuaikan yang berlatar belakang pendidikan D-III
digit ke-4 pada kasus NIDDM sesuai Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
dengan komplikasi pasien. yang memiliki kompetensi pengkodean
diagnosis.
Kesimpulan 4. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah
Proses pengkodean diagnosis di RS petugas rekam medis bagian koding untuk
Pertamina Jaya dilakukan oleh dokter lalu mengatasi permasalahan beban kerja
petugas rekam medis bagian koding dengan 5. Sebaiknya untuk mengantisipasi kendala
latar belakang perawat bertugas untuk tulisan dokter yang kurang jelas atau tidak
melakukan verifikasi kode. Hal ini tidak terbaca dibuat resume elektronik sehingga
sesuai dengan Permenkes No.55 Tahun 2013 hal ini akan memudahkan petugas rekam
yang menyebutkan bahwa orang yang medis bagian koding untuk memverifikasi
berwenang melaksanakan klasifikasi klinis kode.
dan kodefikasi penyakit adalah seorang 6. Untuk meningkatkan ketepatan
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. pengkodean diagnosis di RS Pertamina
Dari total 59 sampel yang diteliti, Jaya, sebaiknya diadakan evaluasi / audit
terdapat 58 kode NIDDM kurang tepat pengkodean diagnosis.
(98,31%) dan 1 kode NIDDM tepat (1,69%). 7. Petugas rekam medis bagian koding
Untuk jumlah ketepatan digit dari mulai yang dengan latar belakang perawat seharusnya
terkecil sampai yang terbesar, yaitu melakukan pengkodean diagnosis sesuai
ketepatan pada digit ke-4 ada 4 kode dengan ketentuan yang berlaku pada ICD-
(6,78%) tepat, 2 digit (digit ke-2 dan ke-3) 10 seperti menyesuaikan digit ke-4 pada
ada 44 kode (74,58%) tepat, digit ke-1 ada kasus NIDDM sesuai dengan komplikasi
45 kode (76,28%) tepat, serta serta dagger pasien. Selain itu sebaiknya dilakukan
dan asterisk yang seharusnya ada berjumlah pembaruan buku ICD-10 dengan revisi
10 kode (16,94%) terbaru mengingat di RS Pertamina Jaya
Faktor-Faktor yang menyebabkan kurang buku ICD-10 nya masih revisi tahun 1992.
tepatnya pengkodean diagnosis kasus NIDDM
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Daftar Pustaka
pasien rawat inap di RS Pertamina Jaya Ana Melia Rohmawati. (2016). “Analisis
diantaranya karena faktor pengetahuan Keakuratan Kode Diagnosis Pasien
petugas rekam medis bagian koding yang Rawat Inap Kasus Penyakit Syaraf
berlatar belakang perawat, faktor beban Peserta BPJS Di Rumah Sakit Islam
kerja, tulisan dokter kurang jelas atau tidak Jakarta Cempaka Putih”. Jakarta:
terbaca pada resume, belum adanya evaluasi Universitas Esa Unggul.
/ audit pengkodean diagnosis, petugas rekam
medis bagian koding dengan latar belakang Firza Fareeza Qurbany. (2015). “Tinjauan
perawat terkadang memverifikasi kode dari Ketepatan Pengkodean Klinis Kasus
buku ICD-10 volume 3 saja dan petugas Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan
tersebut paling sering memverifikasi kode Gangguan Tahun 2015 Di Rumah
NIDDM dengan kode E11.8 sedangkan E11.8 Sakit Atma Jaya”. Jakarta:
adalah kode NIDDM untuk unspecified Universitas Esa Unggul.
complication, padahal komplikasi pada pasien
diketahui. Gemala R. Hatta. (2013). “Pedoman
Saran yang dapat penulis sampaikan Manajemen Informasi Kesehatan di
adalah sebagai berikut: Sarana Pelayanan Kesehatan”.
1. Petugas rekam medis bagian koding yang Jakarta: UI PRESS.
memverifikasi kode diagnosis seharusnya
melakukan prosedur kerja sesuai dengan Kementrian Kesehatan RI. (2008).
SPO pengkodean diagnosis RS Pertamina “Permenkes No
Jaya. 269/Menkes/Per/XII/2008 tentang
2. Sebaiknya orang yang melakukan Rekam Medis”. Jakarta: Kemenkes
pengkodean diagnosis di Rumah Sakit RI.
Pertamina Jaya adalah seorang Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan sesuai Kementrian Kesehatan RI. (2008).
dengan Permenkes No. 55 Tahun 2013. “Permenkes No.129/Menkes/SK/II/

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 12


Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Jaya Tahun 2016

2008 tentang Standar Pelayanan


Minimal Rumah Sakit”. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2013).


“Permenkes No 55 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Rekam Medis”. Jakarta: Kemenkes
RI.

Mayang Anggraini Naga. (2013). “Audit


Coding, Morbiditas & Mortalitas,
Pengontrol Manajemen Resiko”.
Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Ni Kadek Lusi Rusliyanti, Anas Rahmad


Hidayat, Harinto Nur Seha. “Analisis
Ketepatan Pengkodean Diagnosis
Berdasarkan ICD-10 dengan
Penerapan Karakter Ke-5 Pada
Pasien Fraktur Rawat Jalan
Semester II di RSU Mitra
Paramedika Yogyakarta”. Jurnal
Permata Indonesia, Halaman : 26 -
34 Volume 7, Nomor I.

Nurul Hasanah. (2016). “Tinjauan


Keakuratan Pengodean Diagnosis
Pasien IGD Di Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Jakarta Periode Juni
2016”. Jakarta: Universitas Esa
Unggul

Rita. (2016). “Tinjauan Ketepatan Kode


Diagnosa Pasien Rawat Inap Kasus
Urologi Berdasarkan ICD-10 di
Rumah Sakit Siloam Asri Tahun
2016”. Jakarta: Universitas Esa
Unggul.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


44 tahun 2009, tentang Rumah
Sakit

World Health Organization (WHO),


International Statistical
Classification of Diseases And
Related Health Problem Volume 1.
Geneva, WHO, 2010.

Jurnal INOHIM, Volume 5 Nomor 1, Juni 2017 13

Potrebbero piacerti anche