Sei sulla pagina 1di 12

P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

Pendidikan Inklusif Perspektif QS. Al-Hujurat Ayat 10-13


Sebagai Solusi Eksklusifisme Ajaran di Sekolah

DAIMAH

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta


Jl. Marsada Adisucipto Yogyakarta Kode Pos 55281
Email: sholihahdaimah@gmail.com

Abstract: The rise of acts of anarchism and terrorism has become the central problem in
the life of the nation in Indonesia. This is due to the increasingly blurred public
awareness of multi-ethnic and multi-religious plurality that grows in diverse societies.
One solution is to introduce inclusive education starting in school. The concept of
inclusive education in the teachings of Islam is embodied in the holy book of the Qur'an.
In it, it is explained that people in this world are created with multi-ethnicity to know
each other and mutual respect. With the method of library research the authors do an
analysis of the concept of inclusive education in Qs Al-Hujurat verses 10 -13 which in
this case will the author make the foundation as a solution indoctrination of Islamic
education in the School. Inclusive education is a conscious effort to mature man through
a structured and continuous effort with an open, dynamic and rational learning system.
To achieve a peace and prosperity in the community needs to be mutually open attitude
begins with the willingness to know each other and appreciate the difference by not
discriminating against certain groups. This will be accomplished by introducing,
inclusive education starting from school.

Keywords: Inclusive Education, Exclusive Doctrine, Islamic Education

Abstrak: Maraknya aksi anarkis dan terorisme belakangan menjadi problematika


sentral dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini terjadi karena semakin
kaburnya kesadaran masyarakat tentang pluralitas multi-etnik dan multi-agama yang
tumbuh dalam masyarakat yang berbhineka. Salah satu solusinya adalah dengan
mengenalkan pendidikan inklusif (terbuka) dimulai sejak dibangku sekolah.Konsep
pendidikan inklusif dalam ajaran agama Islam termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an.
Didalamnya, dijelaskan bahwa manusia didunia ini diciptakan dengan multi-etnis untuk
saling mengenal dan saling menghormati.Dengan metode library research penulis
melakukan analisis terhadap konsep pendidikan inklusif dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 -
13 yang dalam hal ini akan penulis jadikan landasan sebagai solusi indoktrinasi
pendidikan Islam di Sekolah. Pendidikan inklusif merupakan usaha sadar
mendewasakan manusia melalui upaya yang terstruktur dan berkesinambungan dengan
sistem pembelajaran yang terbuka, dinamis dan rasional. Untuk mencapai suatu
kedamaian dan kesejahteraan dalam bermasyarakat perlu adanya sikap saling terbuka
dimulai dengan adanya kesediaan untuk saling mengenal antara satu sama lain dan
menghargai perbedaan dengan tidak melakukan diskriminasi terhadap golongan
tertentu. Hal tersebut akan terlaksana dengan mengenalkan pendidikan Inklusif yang
terbuka dimulai dari bangku sekolah.

Kata Kunci: Pendidikan Inklusif, Eksklusif Ajaran, Pendidikan Islam

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 54


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

PENDAHULUAN dipahatkan kepada lukisan-lukisan anak-


Inklusifitas agama belakangan ini anak kita di dalam pengetahuannya,
menjadi isu sentral dalam sebagai tunas bangsa yang diharapkan
mengembangkan teologi. Munculnya isu memimpin negeri ini dengan basis
ini disebabkan karena semakin kaburnya pendidikan agama islam di sekolah negeri
kesadaran masyarakat tentang pluralitas (Nur Khalik, 2017: 7).
yang meniscayakan multi-etnik dan multi- Berangkat dari realitas diatas,
agama yang tumbuh dalam masyarakat banyak gagasan untuk menafsirkan agama
yang berbineka. Pada saat ini khususnya (Islam) dikaitkan dengan corak kehidupan
di Indonesia, toleransi etnik dan agama di di Indonesia yang beragam. Beberapa
Indonesia menjadi agenda penting sejak diantaranya menawarkan konsep “Islam
maraknya kekerasan etnik agama serta Inklusif” yang secara umum dapat
gencarnya kasus-kasus teror yang ditebar diartikan dengan Islam yang terbuka,
atas nama agama (Hujair, 2017: 3). artinya mengakui adanya nilai-nilai
Sudah ada beberapa penelitian yang kebenaran pada agama lain demi
meneliti sikap dan pengetahuan di kerukunan dan kedamaian umat. Namun
sekolah negeri khususnya berkaitan demikian pengakuan atas agama lain tidak
dengan pandangan dan sikap keagamaan. berarti mencampuradukkan paham-
Penelitian ini diantaranya dilakukan oleh paham agama lain bercampur dengan
Wahid fondation dengan laporannya yang Islam. Islam Inklusif berupaya
berjudul “Laporan Riset dan Potensi menawarkan Islam sebagai agama yang
Radikalisme dikalangan Aktivis Rohani Rahmatal lil’alamin yang
Islam di Sekolah Negeri” pada tanggal 3 terimplementasikan dalam kehidupan
mei 2016. Hasil riset diantaranya sehari-hari. Sifat ajarannya yang inklusif
menunjukkan bahwa materi pengajian diharapkan mampu menjawab isu-isu
rohis rata-rata 20% adalah konten global seperti humanisme, pluralisme,
pengajian rohis yang memuat : kebencian gender dan lain sebagainya.
terhadap agama lain, perlawanan bahkan Dalam hal ini penulis mencoba
perang, terhadap umat lain atau menawarkan pilihan pelayanan
pemerintah yang memusuhi atau pendidikan yang inklusif bagi para peserta
mengancam umat Islam; perang didik di sekolah dan juga menawarkan
pemikiran (Gazbul Fikri) untuk meracuni metode pembelajaran bagi guru
dengan berbagai pemikiran menyimpang, Pendidikan Islam khususnya.
agama atau keyakinan menjadi faktor
utama untuk memilih teman. KONSEP PENDIDIKAN INKLUSIF
Selain itu diantara anggota rohis itu, Misi utama manusia diciptakan ke
ditemukan 82% adalah orang yang aktif dunia adalah humanisasi, suatu proses
mengikuti pengajian rohis dan yang untuk menjadikan manusia yang lebih
berperan menmicu kecenderungan yang manusiawi. Sebagai suatu proses,
mempengaruhi di rohis itu adalah humanisasi melibatkan kesadaran kritis
pembimbing, pemateri dan ustad dalam yang merupakan potensi kodrati
pengajian rohis yang tercatat 50% guru manusia. Hal ini untuk membekali
agama, dan selain itu adalah alumni, manusia dalam upaya memahami realitas
kakak kelas, pihak lain, dan mahasiswa dunia dan menciptakan struktur budaya
non alumni. Hasil menggambarkan suatu baru. Dengan kesadaran kritis, manusia
kegelisahan yang perlu menjadi renungan hadir di dunia tidak hanya berada
bersama untuk mempertimbangkan dan didalamnya, melainkan ada bersamanya,
melakukan perubahan karakter dan nilai- keberadaannya mengisi ruang kosong
nilai sejenis apa yang hendak ditanamkan, dalam realitas kehidupan (Umiarso, 2011:
169).

55 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

Penafsiran tentang pendidikan penekanan unsur-unsur “kelemahan dan


Inklusif sesungguhnya cukup beragam kekurangan” selalu ditonjolkan (Hujair,
sesuai dengan sudut pandang pengkaji 2017: 14).
dalam menguraikan makna substansial Senada dengan pendapat Alwi
dari pendidikan inklusif itu sendiri. Shihab, penulis juga mendifinisikan
Karagaman penafsiaran secara tidak Pendidikan inklusif sebagai usaha sadar
langsung telah menjadi cermin dari mendewasakan manusia melalui upaya
keterbukaan pendidikan bagi semua yang terstruktur dan berkesinambungan
kalangan, baik karena perbedaan latar dengan sistem pembelajaran yang
belakang kehidupan maupun perbedaan terbuka, dinamis dan rasional untuk
fisik yang tidak normal (M. Takdir, 2013: mencapai kedamaian dan kesejahteraan
23). Banyak orang menganggap bermasyarakat. Terbuka dengan
pendidikan inklusif sebagai versi lain dari perbedaan pandangan dalam memahami
pendidikan khusus (special education). agama, dinamis dengan tidak stagnan
Akan tetapi bila dicermati konsep yang dalam memahami agama dan rasional
mendasari pendidikan inklusif sangat dengan mengedepankan akal sebagai
berbeda dengan konsep yang mendasari pondasi dalam mempertahankan
pendidikan khusus. Konsep pendidikan keyakinan. Sebagaimana pepetah Jawa
inklusif mempunyai banyak kesamaan mengatakan, “Anglaras ilingin banyu,
dengan konsep yang mendasari angeli ananging ora keli” .
pendidikan untuk semua dan konsep Filosofi pendidikan inklusif
tentang perbaikan sekolah (M Takdir, sebenarnya hampir sama dengan falsafah
2013: 24). bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal
Kata Inklusif mengindentifikasikan Ika, yaitu ketika founding father kita
sebagai sikap terbuka, toleran dan mau menanamkan falsafah keberagaman
menerima orang lain. Menurut Dr. Alwi dalam kehidupan bernegara tetapi
Shihab sebagaimana dikutip oleh Wahid memiliki satu tekat yang sama. Hal ini
Irfan Maghfuri dalam skripsinya menunjukkan bahwa bangsa kita telah
menjelaskan bahwa konsep pendidikan memahami benar arti perbedaan dan
Islam inklusif harus dibangun dengan keberagaman yang terdapat di
landasan pemahaman mengenai masyarakat (Dadang Garnida, 2015: 41).
perbedaan yang merupakan sunatullah, Dalam konteks masyarakat saat ini,
memiliki pluralisme agama dan semangat pluralitas sosial termasuk di dalamnya
toleransi (Wahid Irfan, 2013: 23). Beliau pluralitas keagamaan, adalah realitas yang
menambahkan bahwa agama lebih banyak tidak mungkin untuk dihindari. Pola
berhubungan dengan hati (iman) hubungan antar komunitas beragama
ketimbang resiko. Maka agama (religious community) semakin meningkat
mengandung dimensi subjektivitas, dalam dan menunjukkan kompleksitasnya.
arti pengalaman keagamaan per-individu Sangat jarang ditemukan adanya
yang sulit ditelusuri. Sedangkan pada komunitas beragama yang terisolasi dari
pendekatan normatif adalah upaya untuk dunia luar. Dinding pemisah yang dahulu
menjelaskan sebuah agama dengan menghambat jalur komunikasi antar
menitikberatkan kebenaran doktrinal dan komunitas, kini seolah telah tertembus
keunggulan sistem nilai. Pendekatan ini oleh kemajuan jaringan komunikasi,
akan menggunakan cara-cara yang sebagai konsekuensi dari majunya ilmu
bersifat persuasif apologetik dalam pengetahuan dan teknologi. Jika demikian,
mempertahankan keunggulannya. maka tidak berlebihan apabila ada yang
Disinilah terjadi dalam membandingkan mengatakan bahwa gejala meningkatnya
suatu agama dengan agama lain, dengan pluralitas keagamaan sebagaimana

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 56


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

pluralitas-pluralitas yang lain seperti disampaikan oleh guru yang beragama


pluralitas etnik, pluralitas budaya dan sama dengan siswa-siswanya.
pluralitas bahasa telah menjadi semacam e. Kisah-kisah tentang Figur-figur
hukum alam (sunnatullah). Mengingkari Teladan
keberadaannya maka sama dengan Memperbanyak kisah-kisah
mengingkari hukum alam. salafushalih (kisah-kisah lama yang penuh
Menurut Zuly Qodir praktek dengan keteladanan) sangat membantu
pelayanan pendidikan agama yang inklusif dalam pembentukan akhlak.
perlu dilakukan sebagai berikut (Zuly f. Melihat Kondidi Riil Kehidupan
Qodir, 2008: 7): Masyarakat
a. Visi Pendidikan Pendidikan agama harus mampu
Visi pendidikan harus dibawa untuk menyapa masyarakat sehingga
menumbuhkan lingkungan yang kondusif menumbuhkan sikap dan cara pandang
sehingga mampu menghasilkan praktek yang manusiawi atas umat manusia,
pendidikan yang menyenangkan pada membeda-bedakan agama akibat kuatnya
peserta didik yang nantinya akan mampu formalisasi agama dalam pendidikan
membangun masa depan bangsa dengan agama selama ini.
akal sehat, tidak korup, manipulatif, dsb. g. Kunjungan Persaudaraan
b. Misi Pendidikan Pendidikan agama Islam dikemas
Misi pendidikan harus mampu dalam bentuk kunjungan ke tempat-
mendidik peserta didik yang bisa hidup tempat ibadah agama lain.
mandiri dan bersama-sama secara sosial, h. Menumbuhkan Kecerdasan Emosional
sebab mereka akan hidup ditengah Sikap dan cara yang inklusif dalam
masyarakat yang beragam. pendidikan agama Islam sebagaimana
c. Suasana telah disebutkan diatas akan
Pendidikan dilaksanakan dengan menumbuhkan sikap dan kecerdasan
penuh perasaan kasih sayang, cinta dan emosional pada peserta didik.
tidak normatif. Pendidikan yang Karakteristik kecerdasan emosional
menekannkan dimensi formalitas menurut Zuly Qodir meliputi, (1) tidak
doktriner sudah seharusnya dikurangi memandang agama yang berbeda secara
porsinya, karena dikhawatirkan jika negatif, (2) Bersedia melalukan perbuatan
doktrin-doktrin agama pada peserta didik baik kepada orang lain tanpa melihat
tidak disertai dengan penjelasan yang agamanya, (3) tidak memandang
memadai justru akan mengembangkan agamanya sebagai superior dihadapan
cara pandang dan sikap sebagaimana agama lain. Dan (4) berani mengoreksi
tergambar dalam penjabaran doktrin dan kritis atas keimanannya setiap saat.
tersebut.
d. Kehadiran Beragam Pendidik PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM QS. AL-
Pelayanan pendidikan agama yang HUJURAT AYAT 10-13
Inklusif dapat dilaksanakan dengan Sikap toleran dalam kehidupan
menghadirkan pendidik yang beragam beragama akan terwujud dengan adanya
pada sekolah-sekolah yang memiliki ciri kebebasan dalam masyarakat untuk
khusus keagamaan, seperti sekolah memeluk agama sesuai dengan
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama atau keyakinannya masing-masing (Lajnah,
bahkan sekolah non-Islam. tenti ini sulit, 2014 : 17). Inklusifitas dalam beragama
akan tetapi jika ada niat baik dari semua juga turut andil dalam persatuan manusia
pihak untuk menciptakan pemahaman yang majemuk. Menurut Sayyid Quttub
yang setara antar umat beragama, bahwa sudah seharusnya Islam
pendidikan agama akan lebih baik kalau memberikan suasana partisipasi sosial,
perlakuan yang baik dan pergaulan

57 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

kepada mereka yang berbeda pandangan setiap mukmin adalah bersaudara. Berikut
terhadap kita (Lajnah, 2014: 23). pemaparannya.
Khususnya di Indonesia, sebagaimana kita
ketahui bahwa kebhinekaan dalam       
memandang agama Islam itu sendiri
masih beragam. Terbukti dengan adanya     
sejumlah organisasi-organisasi
masyarakat yang mengatasnamakan Artinya: Sesungguhnya orang-orang
Islam. Dari beragam pandangan tersebut mukmin adalah bersaudara, maka itu
terkadang dari sebagian golongan masih damaikanlah kedua saudaramu itu dan
ada yang saling menjatuhkan bahkan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
saling mengkafirkan. Hal tersebut mendapat rahmat.
membuktikan adanya krisis toleransi Dalam kitab Tafsir Jalalain, terdapat
diantara penganut organisasi masyarakat perbedaan qiraat dalam penggunaan kata
tersebut. Padahal sebagaimana kita ikhwah. Dalam qiraat lain disebutkan
ketahui dalam pasal 21 UU RI Tahun 2013 dengan menggunakan kata ikhwatikum
tentang Organisasi Masyarakat yang artinya saudara-saudara kalian
menyatakan bahwa setiap organisasi (Jalaludin Mahali, 2013: 893). Menurut
masyarakat mempunyai kewajiban untuk Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir
menjaga perdamaian dan menjaga Misbah menambahkan bahwa orang-
keutuhan NKRI (UU RI, 2013: 2). orang mukmin yang mantap imannya
Menurut hemat penulis, bahwa serta dihimpun oleh keimanan, kendati
adanya krisis toleransi tersebut terjadi tidak seketurunan, adalah bagaikan
karena kurangnya pemahaman bersaudara seketurunan, dengan
masyarakat akan nilai-nilai toleransi demikian mereka memiliki keterkaitan
dalam beragama. Hal tersebut bersama dalam iman dan juga keterkaitan
dikarenakan sejak dibangku sekolah, bagaikan seketurunan (Shihab, 2009:
masyarakat Indonesia telah didoktrin 598). Hal tersebut menunjukkan adanya
dengan Pendidikan Islam yang normatif. hubungan kedekatan antara sesama
Dimana secara umum, pendidikan Islam di muslim sebagaimana kedekatan dengan
Indonesia dipengaruhi oleh pendidikan di saudara kerabat kita. Walaupun orang-
masyarakat yang eksklusif. Eksklusif orang mukmin tersebut berbeda-beda
menurut Hujair adalah sikap tertutup, bangsa, etnis, bahasa, warna kulit dan
jumud, dan rigit. Eksklusifisme berusaha adat kebiasaannya serta stratifikasi
untuk menjadikan agama yang banyak soalnya, akan tetapi mereka adalah satu
sebagai salah satu yang facet (segi) dari dalam persaudaraan Islam (Amiri, 2015:
agama yang satu (Hujair, 2017: 8). 151). Sehingga jika terjadi perselisihan
Dalam Al-Qur’an sebenarnya (bersengketa) antara segolongan muslim
gagasan tentang pendidikan Inklusif hendaknya diupayakan ishlah antar
termaktub dalam beberapa ayat. Diantara mereka dalam satu ikatan ukhwah
salah satunya adalah Qs. Al-Hujurat/49 : Islamiyah.
10 – 13. Dimana dalam surah tersebut Persaudaraan memang kunci sukses
memaparkan tentang etika atau akhlak dalam dalam menciptakan dan
dalam berhubungan antar sesama melestarikan tata kehidupan masyarakat
manusia. Berikut akan disampaiakan yang baik, terhormat dan bermartabat.
tentang surah al-Hujurat/49 ayat 10 – 13 Sejarah telah mencatat nilai positif dari
beserta tafsirnya. persaudaraan tersebut, sebagaimana
Sebagaimana dijelaskan dalam Al- dicontohkan oleh Rasulullah saw yang
Qur’an Surah al-Hujurat ayat 10 bahwa telah mempersatukan kaum muhajirin

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 58


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

(dari Mekkah) dengan kaun Ansar perpecahan dalam sebuah komunitas. Hal
(Penduduk asli Madinah). Abu Bakar ash- tersebut juga akan menimbulkan cara
Shidiq beliau mempersaudarakan dengan berfikir radikal yang nantinya akan
‘Utbah bin Malik, demikian juga dengan berakhir dengan konsep Islam-Kafir.
sahabat lain (Amiri, 2015: 151). Untuk Padahal dalam ayat diatas disebutkan
mendukung persaudaraan yang kukuh untuk tidak saling mengolok-olok ataupun
diantara kaum muslimin akan dibutuhkan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk
akhlak atau moral yang melandasi sikap karena hal tersebut akan memicu kepada
dan perilaku yang baik diantara sesama pertikaian. Dalam Tafsir Misbah juga
manusia. Dalam hal ini sikap toleransi dijelaskan makna kata (memperolok-
yang inklusif sangat berperan dalam olok) yaitu menyebut kekurangan pihak
pemersatuan tersebut. lain dengan tujuan menertawakan yang
Setelah ayat yang lalu bersangkutan, baik dengan ucapan,
memerintahkan untuk melakukan ishlah perbuatan atau tingkah laku (Quraish
akibat pertikaian yang muncul, dalam ayat Shihab, 2009: 606). Pertikaian dapat
selanjutnya akan dipaparkan beberapa hal dicegah dengan adanya sikap toleransi,
yang harus dihindari untuk mencegah menyadari bahwa perbedaan adalah
timbulnya pertikaian yakni surah al- rahmatal lil ‘alamin. Memberikan
Hujurat ayat 11 sebagai berikut. pengakuan dan penghormatan terhadap
eksistensi agama lain bukan berarti
         mengakui kebenaran ajaran tersebut,
melainkan lebih kepada menciptakan
         suasana yang damai dan sejahtera.
Lebih dari itu, Allah swt dalam ayat
         berikutnya juga menegaskan bahwa
manusia dilarang untuk berperasangka
buruk terhadap manusia yang tidak
       memiliki indikator memadai, karena
sebagian dari dugaan yang tidak memiliki
        indikator tersebut adalah dosa. Begitu
juga dengan mencari-cari kesalahan orang
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, lain, dan menggunjing. Sebagaimana
janganlah suatu kaum mengolok-olokkan tertuang dalam ayat 12.
kaum yang lain, (karena) mungkin mereka
(yang diolok-olok) itu lebih baik daripada        
yang memperolok-olokkan dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan)        
wanita-wanita lain, (karena) mungkin
wanita-wanita (yang diprolok-olok) itu
lebih baik daripada wanita (yang       
mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah          
kamu panggil-memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk. Seburuk-buruknya   
panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman, dan barang siapa yang tidak Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
bertobat, maka mereka itulah orang-orang jauhilah kebanyakan prasangka,
yang dzalim. sesungguhnya sebagian prasangka itu
Sikap ekslusif dengan menganggap adalah dosa dan janganlah kamu mencari-
dirinya paling benar akan memicu suatu cari kesalahan orang lain dan sebagian

59 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

darimu janganlah menggunjing sebagian semua manusia bahwa mereka diciptakan


yang lain. Sukakah salah seorang diantara Allah swt secara pluralistik, berbangsa,
kamu memakan daging saudaranya yang bersuku yang bermacam-macam dengan
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik keberagaman dan kemajemukan bukan
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. untuk saling berpecah belah atau saling
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat merasa benar, melainkan untuk saling
lagi Maha Penyayang. mengenal, bersilaturohim, berkomunikasi,
Pada ayat di atas, kata (maka serta saling memberi dan menerima.
kamu telah jijik kepadanya) mengandung
sekian banyak penekanan untuk       
menggambarkan betapa buruknya
menggunjing (Quraish Shihab, 2009: 612).      
Menurut Thabathaba’i ghibah merupakan
perusakan bagian dari masyarakat satu         
demi satu sehingga dampak positif yang
diharapkan dari wujudnya satu Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya
masyarakat menjadi gagal dan Kami menciptakan kamu dari seseorang
berantakan. Yang diharapkan dari laki-laki dan seorang perempuan dan
wujudnya satu masyarakat adalah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
hubungan yang harmonis antar anggota- bersuku-suku supaya kamu saling
anggotanya, dimana setiap orang dapat mengenal. Sesunguuhnya orang yang
bergaul dengan penuh rasa aman dan paling mulia disisi Allah ialah orang yang
damai. Tujuan manusia dalam upayanya paling bertakwa diantara kamu.
membentuk masyarakat adalah agar Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
masing-masing dapat hidup didalamnya Maha Mengenal.
dengan satu identitas yang baik sehingga Pada ayat diatas memaparkan
dia dapat (dalam interaksi sosialnya) bahwa al-Qur’an sangat menghormati
menarik dan memberi manfaat. prinsip-prinsip kemajemukan yang
Dari ayat diatas terlihat bahwa al- merupakan realitas yang dikehendaki oleh
Qur’an ketika menguraikan tentang Allah swt. Perbedaan tersebut tidak harus
persaudaraan antara manusia sesama dipertentangkan sehingga harus ditakuti,
muslim, yang ditekankan adalah tentang melainkan harus menjadi titik tolak untuk
ishlah, sambil memerintahkan agar berkompetisi dalam kebaikan. Allah swt
menghindari hal-hal yang dapat menciptakan manusia secara pluralistik,
menimbulkan kesalahpahaman. Rasul saw berbangsa dan bersuku yang bermacam-
pun melukiskan petunjuk serupa. Beliau macam dengan keaneragaman dan
melukiskan dampak persaudaraan dalam kemajemukan manusia bukan untuk
bentuk menafikan hal-hal buruk, bukan berpecah belah atau saling merasa benar,
hanya menetapkan hal-hal baik. Beliau melainkan untuk saling mengenal,
bersabda :”Muslim adalah saudara muslim bersilaturohim, berkomunikasi, serta
yang lain. Ia tidak menganiaya, tidak saling memberi dan menerima.
menyerahkan kepada musuhnya, tidak Kata terambil dari kata
membenci, tidak saling membelakangi, yang artinya mengenal. Patron kata yang
tidak bersaing secara tidak sehat dalam digunakan ayat ini mengandung makna
jual-beli, tidak mengkhianatinya, tidak timbal balik, dengan demikian ia berarti
membohonginya, dan tidak saling mengenal. Semakin kuat
meninggalkannya tanpa pertolongan”. pengenalan satu pihak kepada selainnya,
Selain itu dalam Al-Qur’an Surah al- makan semakin terbuka peluang untuk
Hujurat ayat 13 juga mengaskan kepada saling memberi manfaat. Karena itu, ayat

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 60


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

diatas menekankan perlunya saling agama kepada para peserta didik. Peran
mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan guru sebagai pendidik menduduki posisi
untuk saling menarik pelajaran dan sentral. Sebab ditangan merekalah,
pengalaman pihak lain guna peserta didik dapat dibentuk cara
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah pandangnya terhadap agama dengan
swt yang dampaknya tercermin pada kacamata rahmatal lil ‘alamin. Maka
kedamaian dan kesejahteraan hidup pendidik seperti disebut oleh Musaddad
duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. (2016: 102) hendaklah menempatkan diri
Berdasarkan tafsir diatas, dapat sebagai guru semata tanpa menampilkan
diambil kesimpulan bahwa untuk dirinya sebagai pendidik berkedok
mencapai suatu kedamaian dan penguasa. Oleh karena itu, dengan
kesejahteraan dalam bermasyarakat perlu berdasarkan QS. al-Hujurat ayat 10 – 13
adanya sikap saling terbuka dimulai tersebut, penulis mengajak kepada para
dengan adanya kesediaan untuk saling guru dan atau calon pendidik muda untuk
menganal antara satu sama lain dan saling melakukan redisgn kurikulum dan
menghargai perbedaan dengan tidak metodologi pembelajaran dari ajaran
melakukan diskriminasi terhadap berbasis ekslusif kepada pembelajan
golongan tertentu. Hal tersebut akan inklusif sebagaimana penulis tawarkan
terlaksana dengan mengenalkan sebelumnya. Pembelajaran dengan nilai-
pendidikan Inklusif yang terbuka di mulai nilai agama yang Inklusif di kelas, proses
dari bangku sekolah. pendidikan agama yang moderat, serta
Dalam konteks ini, pembelajaran agama yang cinta kasih.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu
upaya untuk membuat peserta didik dapat PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI
belajar, butuh belajar, terdorong belajar, SOLUSI EKSKLUSIFISME PENDIDIKAN
mau belajar dan tertarik untuk terus ISLAM DI SEKOLAH
menerus mempelajari agama Islam, baik Secara umum, pendidikan agama di
untuk mengetahui bagaimana cara Indonesia dipengaruhi oleh pendidikan di
beragama yang benar maupun masyarakat, khususnya pendidikan yang
mempelajari Islam sebagai pengetahuan. diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi
Akan tetapi persoalan yang terjadi adalah yang cenderung eksklusif yaitu
jika proses pembelajaran pendidikan pendidikan yang intoleran, bervisi
agama Islam tersebut yang ‘salah’, bahkan eksklusif, menafikan realitas kebangsaan
dapat menjadikan seseorang ‘menjadi Pancasila yang akan menjadi pemanik
radikal’. Ada dibeberapa sekolah, siswa bagi kecenderungan kekerasan yang
bukan diperkenalkan dengan ajaran berbasiskan keyakinan yang eksklusif.
agama yang penuh cinta damai, namun Dengan demikian, akan muncul suatu
justru dikenalkan dengan ajaran doktrin pembelajaran yang mengutamakan
yang keras, agresor, dan pembalas kebenaran bersama dan tidak
dendam. Selain itu juga didukung dengan menggunggulkan satu golongan tertentu.
kurikulum pendidikan agama yang Berangkat dari epistemologi Paulo
berorinentasi pada hukum/fikih yang Freiere tentang kaum tertindas
kaku dan eksklusif. Padahal Islam adalah (oppressed) dalam pendidikan
ajaran yang sangat berorientasi pada pembebasan bahwa pendidikan harus
ajaran cinta yang rahmatal lil ‘alamin. mampu memberikan ruang kosong bagi
Untuk mencegah lahirnya paham peserta didik untuk melakukan
radikalisme di sekolah, perlu adanya improvisasi diri dalam menemukan
rombakan mindset terhadap agama Islam eksistensi dirinya. Peserta didik yang
itu sendiri. Cara mengajarkan pelajaran menginternalisasi citra diri kaum
penindas dan menyesuaikan diri dengan

61 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

jalan pikiran mereka akan membawa ekstrem kiri sebagai kaum liberal-
keterbelengguan diri dan rasa takut yang marxian.
berat pada diri peserta didik. Menurut Sapon-Selvin sebagaimana
Ketika membahas tentang dikutip oleh Hujair dalam makalahnya
pendidikan Inklusif ditingkat sekolah atau menyatakan bahwa ada lima profil
madrasah ada sesuatu yang sangat pembelajan inklusif, meliputi (1)
mengerikan. Sejauh yang kita ketahui Pembelajaran Inklusif berarti
bahwa pendidikan agama di tingkat menciptakan dan menjaga komunitas
sekolah atau madrasah cenderung kelas yang hangat, menerima
mengarah pada adanya penguatan- keaneragaman, dan menghargai
penguatan ideologis dan keagamaan yang perbedaan; (2) Pembelajaran Inklusif
hanya mau menerima kebenaran moral berarti penerapan kurikulum yang
dari agamanya saja sehingga tidak jarang multilevel dan multi modalitas; (3)
menghasilkan lulusan-lulusan yang Pembelajaran Inklusif berarti menyiapkan
sektarian. Dalam pandangan penulis, hal dan mendorong guru untuk mengajar
tersebut disebabbkanan oleh materi interaktif; (4) Pembelajaran Inklusif
pembelajaran yang truth of claim iman- berarti penyediaan dorongan bagi guru
kafir, ajaran normatif, dan doktrin nilai- dan kelasnya secara terus-menerus dan
nilai agama. penghapusan hambatan yang berkaitan
Solusi yang kerap ditawarkan sering dengan isolasi profesi, dan (5)
dimulai dari aspek kurikulum, yaitu Pembelajaran Inklusi berarti melibatkan
dengan redesign kurikulum pendidikan orang tua secara bermakna dalam proses
Islam yang berspektif inklusif. percakapan.
Menitikberatkan lewat pemahaman Ada beberapa metode pembelajaran
kurukulum memang tidak tidak salah yang penulis tawarkan dalam menyikapi
karena kurikulum merupakan aspek pendidikan indoktrinitas di sekolah
sentral dalam seluruh proses pendidikan khususnya di sekolah tingkat Menengah.
di sekolah. Akan tetapi, bagaimana Sebagai berikut.
mungkin konsep kurikulum yang inklusif a. Metode Pembelajaran CTL
akan dapat terealisasi dengan sempurna (Contextual Teaching and Learning)
jika guru dalam sekolah tersebut Berdasarkan pendapat para ahli, CTL
cenderung memiliki perspektif adalah konsep belajar yang membantu
konservatif-eklsklusif. guru mengkaitkan antara materi yang
Pemilihan paradigma ideologi diajarkanya dengan situasi dunia nyata
penting supaya tujuan dan misi siswa dan mendorong siswa membuat
pendidikan dapat terlaksana dengan hubungan antara pengetahuan yang
mendekati sempurna atau sekurang- dimilikinya dengan penerapan dalam
kurangnya sesuai dengan kehendak para kehidupan sehari-hari.
penyelanggara pendidikan berbasis Sistem pembelajaran CTL ini bertujuan
inklusif. Berkaitan dengan Pendidikan untuk memotivasi siswa untuk memahami
Islam, menentukan paradigma ideologi makna materi akademik yang
harus diimbangi dengan pendampingan dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
yang serius. Karena kesalahan dalam tersebut dengan konteks kehidupan
menentukan paradigma ideologi mereka sehari-hari sehingga siswa
dikhawatirkan akan menghasilkan peserta memiliki pengetahuan atu ketrampilan
didik atau siswa yang justru tidak yang secara refleksi dapat diterapkan dari
bersikap inklusif melainkan berada pada permasalahan kepermasalahan
ujung ekstrem lainnya, entah ekstrem lainya. Selain itu, pembembelajaran ini
kanan (kaum fundamentalis-radikal) atau juga diharapkan dapat memberikan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 62


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

paradigma baru untuk belajar siswa agar Pemahaman membuat kita mengerti
tidak hanya sekedar menghafal tetapi maksud dibalik ide yang mengarahkan
perlu dengan adanya pemahaman materi. hidup setiap hari. Pemahaman
Sistem CTL mencakup delapan mengungkapkan makna dibalik suatu
komponen berikut: (1) Membuat kejadian. Berfikir kritis memungkinkan
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, peserta didik untuk menemukan
(2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) kebenaran ditengah banjur kejadian dan
melakukan pembelajaran yang diatur informasi yang mengelilingi mereka setiap
sendiri, (4) Bekerja sama, (5) Berfikir hari.
kritis dan kreatif, (6) membantu individu Dalam ranah pendidikan media kritis,
untuk tumbuh dan berkembang, (7) Ellsworth dan Whatley sebagaimana
mencapai standar yang tinggi, dan (8) dikutip oleh Prof H.A.R Tilaar
menggunakan penilaian autentik. menerangkan bahwa ia mencoba
b. Metode Pembelajaran Kritis membuat analisis ideologis mengenai
Desain pembelajaran salah satunya media-media yang digunakan dalam
yaitu ketrampilan berpikir kritis dan pendidikan termasuk diantaranya film
ketrampilan berpikir kreatif. Desain ini dan televisi. Ranah lain yang lebih abstrak
sebenarnya sama dengan desain dari teknologi pendidikan yang
pembelajaran inkuiri yaitu membantu mendapatkan perhatian dari pendekatan
anak berlatih dan memecahkan berbagai kritis adalah etika, bahwa teknologi
masalah kehidupan pribadi maupun pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
kemasyarakatan oleh karena itu desain tanggung jawab etisnya
pembelajaran inkuiri akan sangat Model analisi teknik “brainstorming”,
membantu proses pembelajaran berpikir salah satu teknik / ketrampilan berpikir
kritis. kreatif sebagai model ketrampilan
Ketrampilan berpikir kritis adalah berpikir kritis yang dikembangkan oleh
kemampuan untuk mengatakan sesuatu Dunn and Dunn (1972), langkah-
dengan penuh percaya diri. Berfikir kritis langkahnya adalah guru mendorong siswa
merupakan perbuatan seorang yang untuk memikirkan cara terbaik untuk
mempertimbangkan , menghargai , memecahkan masalah, ketika guru sudah
menaksir nilai suatu hal. Tugas orang mendorong siswa untuk memecahkan
yang berfikir kritis adalah menerapkan kemudian guru memberi pertanyaan
norma dan standar yang tepat terhadap kenapa pemikiran tersebut belum
suatu hasil dan mempertimbangkan terlaksana juga misalnya apakah
nilanya dan mengartikulasikan pemikiran pemecahan tersebut terdapat
pertimbangan tersebut. Jadi menurut kendala? Dan sebagainya. Dan pada saat
Johnson berpikir kritis adalah ketika siswa menjawab pertanyaan ini, guru
orang bertemu dengan sesuatu hal, lalu membantu siswa lainnya yang sedang
orang tersebut tidak langsung menerima berpikir, kemudian guru meminta siswa
secara mentah-mentah melainkan memikirkan masalah yang mungkin
menelaah lebih dalam hal yang datang dihadapi dalam menjawab pertanyaan
tersebut sehingga orang tersebut bisa terdahulu, dan tahap yang terakhir siswa
memahami dan menyaring hal yang diminta untuk menentukan langkah
datang tersebut. Kemudian jika lebih pertama untuk memecahkan masalah.
lanjut hal tersebut bisa dimaknai oleh c. Pembelajaran Inkuiri
penilaian atau pertimbangan orang Inquiry berasal dari kata to inquire
tersebut. yang berati ikut serta atau terlibat dalam
Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengajukan pertanyaan, mencari
mencapai pemahaman yang mendalam. informasi, dan melakukan penyelidikan.

63 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

Adapun tujuan dalam model pembelajar


inkuiri menurut Bruner adalah bahwa
guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang saintis, ahli sejarah,
penemu atau ahli matematika.
Inkuiri melibatkan komunikasi yang
berarti tersedia suatu ruang, pandang, dan
tenaga bagi siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan pandangan yang logis,
objektif, dan bermakna. Inquiri
memungkinkan guru belajar tentang
siapakah siswa mereka, apa yang siswa
ketahui, dan bagaimana pikiran siswa
mereka bekerja sehingga guru dapat
menjadi fasilisator yang lebih efektif
berkat adanya pemahaman guru terhadap
peserta didiknya. Inkuiri menghendaki
peserta didik untuk mengambil tanggung
jawab atas pendidikan mereka sendiri.

PENUTUP
Dari kajian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan, pendidikan inklusif
adalah suatu keharusan. Tawaran
pelayanan pendidikan inklusif ini idealnya
menjadi pertimbangan bagi para
penyelenggara pendidikan, sebab dengan
layanan pendidikan yang inklusif ini para
peserta didik dapat ditumbuh-
kembangkan kearah yang lebih baik,
sehingga peserta didik memiliki sikap
toleran dalam kehidupan, terutama dalam
kehidupan beragama.
Ketidak pedulian terhadap model
pendidikan inklusif akan membawa
dampak negative yaitu terbentuknya
peserta didik yang eksklusif, yaitu susah
menerima sesuatu yang datang dari luar
dirinya. Padahal eksistensi manusia
tidaklah dapat dilepas dari kehidupan
social.
Untuk menopang efektivitas dan
efesiensi pendidikan inklusif ini ada
beberapa metode yang dapat
dipergunakan, seperti metode
pembelajaran CTL, Inkuiri, dan Metode
Pembelajaran Kritis.[]

Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018 64


P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770

DAFTAR RUJUKAN PAI UII, bertempat diruang


Auditorium gedung Perpustakaan
AH, Hujair. Menyemai Nilai-nilai Inklusif- Pusat UII tanggal 9 Oktober 2017.
Toleran dalam Pendidikan Agama. Shihab, Alwi, Islam Inklusif : Menuju Sikap
Disampaikan pada Seminar Nasional Terbuka dalam Beragama. Bandung:
“Pendidikan agama yang Inklusif Al-Mizan, 1999.
dalam Menangkal Radikalisme Agama Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah:
di Perguruan Tinggi”. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Diselenggarakan oleh Prodi PAI FIAI Jakarta: Lentera Hati, 2002.
UII bekerjasama dengan HMJ PAI UII, Umiarso, dkk. Pendidikan Pembebasan
bertempat diruang Auditorium Dalam Perspektif Barat dan Timur.
gedung Perpustakaan Pusat UII Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
tanggal 9 Oktober 2017.
Faturrohman, Muhammad. Model-model
Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2015.
Garnida, Dadang. Pengantar Pendidikan
Inklusif, Bandung: Refika Aditama,
2015.
Harahap, Musaddad. Refleksi Dinamika
Kebebasan Akademis dalam
Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Agama Islam Al-Thariqah 1.1 (2017):
87-103.
Hitami, Munzir. Pengantar Studi Al-Qur’an:
Teori dan Pendekatan, Yogyakarta:
Ilahi, Mohammad Takdir. Pendidikan
Inklusif: Konsep dan Aplikasi,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Johnson, Elaine B, Contextual Teaching &
Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikan dan
Bermakna, Bandung: Mizan Media
Utama, 2007.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Tafsir Al-Qur’an Tematik, Jakarta:
Kamil Pustaka, 2014.
Qadir, Zuly. Membangun Pendidikan
Inklusif-Pluralis: Pengalaman Islam.
(Online). Vol. 17, 2008.
Ridwan, Nur Khalik, Makalah: Gerakan
Islamis di Sekolah-sekolah Negeri,
Kritik Tentang Pendidikan Karakter
Berbasis PAI. Disampaikan pada
Seminar Nasional “Pendidikan agama
yang Inklusif dalam Menangkal
Radikalisme Agama di Perguruan
Tinggi”. Diselenggarakan oleh Prodi
PAI FIAI UII bekerjasama dengan HMJ

65 Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018

Potrebbero piacerti anche