Sei sulla pagina 1di 12

ANALISIS PENCAPAIAN TARGET PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

MENURUT JENIS PUSKESMAS DI KABUPATEN TULUNGAGUNG


{UJI KOMPERASI MANN WHITNEY TEST - DATA RIFASKES, 2011}
(Analysis of Health Promotion Program Target Achievement based
on Public Health Care Types in Tulungagung {Comparasion by Mann
Whitney Test - Data Rifaskes 2011})

Mugeni Sugiharto1, dan Widjiartini 1

ABSTRACT
Background: Health promotion program as Constitution mandate (UU No 17, 2007 and UU No. 36, 2009, pasal 1),
compulsory for implementation by Health Care (PHC), to improve public health status in it working area. The importance
of performing health promotion program is due to relatively cheap in curative and rehabilitative, also due to 90–85% of
Indonesian population need to be healthy and to keep them healthy so will avoid disease,. The aim of this research was
to analyze difference of health promotion program target achievement based on location and type of PHC. Methods:
Quantitative with Mann Whitney test to Rifaskes data, 2011. Independent variables were location and type of HC, and the
dependent variable was active prepared village achievement ratio. Descriptive analysis was made two kategori ie < 50%
unfavorable achievement category and > 50.1% as good categories. Analysis unit was PHC with 31 PHCs in Tulungagung
Regency. Results: Mann Whitney analysis result based on PHC with in patient and not with in patient is not different
because signifi cance value = 0.308 > α (0,05). Descriptively care to PHC with in patient in rural that perform more of the
four dimensions of health center program compared to PHC non with in patient. Mann Whitney analysis was not done on
site health center, because only 2, it was analyzed based on good category achievement percentage, where of the two
urban PHCs 50% (1 PHC) achieved good category for active prepared village target, while in rural area 41% achieved good
category the Dea Siaga Aktif target. Conclusion: There is no signifi cant between difference between PHC with in patient
and PHC non with in patient in achieving the Desa Siaga Aktif target, but descriptively, PHC with in patient programs four
dimensions implementing health promotion more appeal in PHC not with in patient.

Key words: Health Promotion, Public Health Care (PHC)

ABSTRAK
Pendahuluan: Program promosi kesehatan sebagai amanat undang-undang (UU No 17, 2007 dan UU No. 36, 2009
pasal 1), wajib dilaksanakan oleh Puskesmas, untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Program promosi kesehatan dilaksanakan dengan biayanya lebih murah dari kuratif dan rehabilitatif, juga karena 90–85%
penduduk Indonesia yang sehat, perlu tetap di jaga kesehatannya agar tidak jatuh sakit. Tujuan: Penulisan adalah
menganalisis perbedaan pencapaian target program promosi kesehatan menurut lokasi dan jenis puskesmas. Metode:
Inferensial dengan uji Mann Whitney, dari data Rifaskes 2011. Independent variable adalah Lokasi dan Jenis puskesmas,
dependent variable adalah rasio pencapaian desa siaga aktif. Analisis diskriptif di buat dua kategori yaitu < 50% kategori
pencapaian kurang baik dan > 50,1% kategori baik. Unit analisis yaitu puskesmas, sebanyak 31 puskesmas yang ada di
Kabupaten Tulungagung. Hasil: Mann Whitney adalah tidak berbeda antara puskesmas perawatan dan nonperawatan
dalam mencapai target desa siaga aktif, karena sig = 0,308 > α (0,05). Secara diskriptif puskesmas perawatan di desa
lebih banyak yang melaksanakan empat dimensi program promkes dibandingkan puskesmas nonperawatan. Analisis
Mann Whitney, tidak dilakukan pada lokasi puskesmas, karena puskesmas perkotaan hanya 2, sehingga di analisis

1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Jl. Indrapura 17 Surabaya
Alamat korespondensi: Mugeni Sugiharto, E-mail: mugeni_p3skk@yahoo.co.id

369
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

berdasarkan persentasi pencapaian kategori baik, puskesmas perkotaan yang hanya berjumlah 2 puskesmas, 50%
(1 puskesmas) kategori baik, sedangkan di perdesaan 41% puskesmas mencapai kategori baik terhadap target desa siaga
aktif. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan signifi kan antara puskesmas perawatan dan nonperawatan dalam pencapaian
target desa siaga aktif, namun secara diskriptif puskesmas perawatan melaksanakan empat dimensi program promkes
lebih banyak dibanding puskesmas nonperawatan.

Kata kunci: promosi kesehatan, Mann Whitney Test

Naskah Masuk: 27 September 2012, Review 1: 28 September 2012, Review 2: 28 September 2012, Naskah layak terbit: 22 Oktober 2012

PENDAHULUAN kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat


dalam berperilaku sehat dapat dilakukan secara
Program promosi kesehatan sebagai program langsung maupun tidak langsung melalui berbagai
yang sangat strategis untuk meningkatkan derajat saluran media dan teknik promosi kesehatan. Salah
kesehatan masyarakat, melalui pemberian informasi satu pendekatan pelayanan kesehatan dalam SKN
kesehatan kepada masyarakat untuk melaksanakan 2009 adalah pendekatan pelayanan kesehatan primer
perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan (Primary Health Care) yang secara global telah diakui
sehari-hari. Menyadari pentingnya setiap wilayah sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai
memprioritaskan program promosi kesehatan, maka kesehatan bagi semua.
pada acara Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
2011, yang bertema Indonesia Cinta Sehat, Ibu Menkes Kesehatan pada pasal 1, mendefinisikan bahwa yang
RI mengingatkan, pentingnya memprioritaskan dimaksud dengan pelayanan kesehatan promotif
tindakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Peran serta
derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan promotif masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
dan preventif bisa melalui program imunisasi, skrining program promosi kesehatan, seperti mendirikan
antenatal, peningkatan gizi masyarakat, posyandu, sarana pelayanan kesehatan posyandu) maupun
pemeriksaan antenatal, dan termasuk melakukan memberikan informasi kesehatan (promosi kesehatan),
medical checkup secara rutin. Menurut Menkes termasuk pengembangan Desa Siaga atau bentuk-
jika dibandingkan dengan kuratif (pengobatan) dan bentuk lain pada masyarakat desa/kelurahan.
rehabilitative (meminimalisasi dampak akibat suatu Program promosi kesehatan tetap menjadi
penyakit), maka kegiatan promotif dan preventif program utama Kemenkes RI pada tahun 2012 dalam
biayanya menjadi lebih murah, sementara biaya untuk rangka untuk mencapai target program MDGs 2015
pengobatan memerlukan biaya yang sangat besar. untuk menurunkan angka kematian bayi, menurunkan
Himbauan Menkes ini sejalan dengan Kepmenkes RI angka kematian ibu, menurunkan prevalensi gizi
No: 128/Menkes/SK /II/2004, tentang Kebijakan Dasar kurang dan meningkatkan umur harapan hidup.
Pusat kesehatan masyarakat, bahwa pembangunan Program utama Kemenkes 2012 ini sejalan dengan
kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat Nasional (RPJMN) 2010–2014 bidang kesehatan
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yaitu pembangunan kesehatan diarahkan pada
masyarakat yang optimal. memprioritaskan kesehatan di setiap wilayah melalui
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, tentang program kesehatan untuk masyarakat, program KB,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
(RPJPN) memberikan arah kebijakan pelaksanaan obat-obatan dengan mengutamakan upaya promotif
pembangunan di Indonesia sampai dengan tahun dan preventif.
2025 termasuk bidang kesehatan. Kebijakan tersebut Penyelenggaraan upaya promotif dan
dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) preventif sangat penting untuk diutamakan dalam
2009, bahwa upaya untuk meningkatkan pengetahuan, penyelenggaraan kesehatan di Indonesia, karena

370
Analisis Pencapaian Target Program Promosi Kesehatan (Mugeni Sugiharto dan Widjiartini)

secara statistik menurut Does Sampoerno (2010) 100.000 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan, 2011;
jumlah penduduk Indonesia yang sehat jauh lebih Sudayasa, P, 2010)
banyak dari yang sakit, perbandingan hanya sekitar Upaya promosi kesehatan di puskesmas sebagai
10 –15% saja orang Indonesia yang sakit, sedangkan program pokok telah mampu meningkatkan perilaku
selebihnya antara 90–85% adalah orang Indonesia hidup bersih dan sehat dari 36,3% tahun 2007, menjadi
yang sehat. Akan tetapi sebaliknya anggaran 60% pada tahun 2009. Akses terhadap air bersih
kesehatan lebih dimaksimalkan untuk pelayanan telah mencapai 57,7% dari seluruh rumah tangga
kuratif dengan perbandingan 85% penganggaran di Indonesia dan 63,5% rumah tangga mempunyai
(budget) kesehatan dialokasikan untuk kegiatan akses sanitasi yang baik, dan hanya 24,8% rumah
kuratif, dan sisanya hanya 15% dialokasikan untuk tangga tidak menggunakan fasilitas buang air besar,
kegiatan promotif dan preventif. Alokasi anggaran serta hanya 32,5% rumah tangga tidak memiliki
kesehatan yang demikian berdampak pada kurang saluran pembuangan air limbah. Jumlah UKBM,
seriusnya penyelenggaraan kesehatan promotif seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat,
dan preventif yang akibatnya derajat kesehatan tetapi pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah
Indonesia masih belum membaik, ditandai dengan (SKN 2009).
IPM Indonesia saat ini semakin menurun dalam Puskesmas sebagai public goods menurut
dua tahun terakhir berada pada peringkat 107 dari Pudjirahardjo (1995), ada perbedaan dalam antara
117 negara dan pada tahun 2009 baru menjadi puskesmas yang berada di perkotaan dengan
peringkat 111. Buramnya kondisi kesehatan bangsa puskesmas yang berada di perdesaan. Puskesmas
Indonesia saat ini juga masih ditandai dengan AKI perkotaan lebih dituntut untuk meningkatkan mutu
228 per 100.000 penduduk, padahal target MDGs pelayanan kesehatan bersifat kuratif (pengobatan),
102 per 100.000 penduduk (Sampoerna, 2010) www. agar tidak ditinggalkan masyarakat, karena diperkotaan
xamthone.com). tersedia banyak pilihan untuk memperoleh pelayanan
Pelaksanaan program promosi kesehatan di kesehatan. Sebaliknya puskesmas di perdesaan,
Indonesia merupakan salah satu dari enam program menurut Winardi, 2003, lebih diarahkan untuk melayani
pokok (Basic six) kesehatan di Puskesmas. Hal ini masyarakat perdesaan dengan fokus kegiatan
sesuai dengan Kepmenkes RI No: 128/Menkes/ pelayanan kesehatan dasar. Masyarakat perdesaan
SK/II/2004, bahwa fungsi pelayanan kesehatan masih menjadikan puskesmas sebagai satu satunya
masyarakat (puskesmas) adalah pelayanan yang tempat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
bersifat publik (public goods) dengan tujuan yang lebih lengkap. Program puskesmas khususnya
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan program promosi kesehatan berupa penyampaian
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan informasi/pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. meningkatkan kemauan, kemampuan dan kesadaran
Puskesmas sebagai lini terdepan dalam Sistem hidup sehat, masih lebih mudah di terima masyarakat
Kesehatan Nasional, merupakan institusi terpenting perdesaan.
yang di sediakan oleh pemerintah yang kerjanya Perubahan fungsi puskesmas dari public goods
sudah sangat baku sesuai petunjuk WHO (World (pelayanan kesehatan masyarakat) ke arah private
Health Organization) dengan tugas utama adalah goods (pelayanan kesehatan perorangan/UKP) juga
pengembangan kesehatan masyarakat dengan fokus terjadi ketika puskesmas mengalami perubahan
program pendidikan kesehatan dan pencegahan manajemen, dari puskesmas non perawatan menjadi
penyakit. Pentingnya puskesmas dalam system puskesmas perawatan.
kesehatan nasional, sehingga pemerintah berupaya Perbedaan prinsip utama dalam memberikan
mendirikan puskesmas di semua kecamatan di pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara
Indonesia, bahkan saat ini setiap kecamatan sudah puskesmas perkotaan dengan perdesaan, antara
ada puskesmas bahkan ditunjang paling sedikit puskesmas perawatan dengan puskesmas

oleh tiga Puskesmas Pembantu. Akibatnya terjadi non perawatan akan turut memengaruhi target
peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 pencapaian program promosi kesehatan. Padahal
penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000 secara nasional program promosi kesehatan
pada tahun 2007 dan kemudian menjadi 3,86 per per merupakan program prioritas kementerian kesehatan,

371
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

seperti yang terdapat dalam Kepmenkes RI No: 128/ 29 puskesmas berlokasi di perdesaan. Menurut jenis
Menkes/SK/II/2004, yang semestinya menjadi wajib puskesmas, Kabupaten Tulungagung mempunyai 14
bagi semua puskesmas untuk melaksanakan. Sistem puskesmas perawatan yang berlokasi di perdesaan
Kesehatan Nasional 2009, secara jelas mengarahkan dan 17 puskesmas non perawatan. Puskesmas
pencapaian target utama program promosi non perawatan yang ada sebanyak 2 puskesmas
kesehatan perlu dilakukan berbagai terobosan/ berlokasi di perkotaan dan 15 puskesmas berlokasi
pendekatan terutama pemberdayaan masyarakat di perdesaan
dalam pembangunan kesehatan yang memberikan Berdasarkan lokasi dan jenis puskesmas
penguatan kapasitas dan surveilans berbasis tersebut, maka yang menjadi pertanyaan penelitian
masyarakat, diantaranya melalui pengembangan (research question) pada artikel ini adalah apakah
Desa Siaga. Untuk mengetahui fenomena tersebut, ada perbedaan pencapaian target program promosi
penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan kesehatan di puskesmas antara puskesmas yang
pelayanan promosi kesehatan Puskesmas khususnya berada di perdesaan dengan puskesmas yang berada
di Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur, di perkotaan dan apakah ada perbedaan pencapaian
sesuai hasil dari Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) target promosi kesehatan antara puskesmas
2011 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian Dan perawatan dengan puskesmas non perawatan?
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
di mana penulis terlibat langsung dalam proses menganalisis perbedaan pencapaian target program
pengumpulan data di lapangan. promosi kesehatan menurut lokasi puskesmas
Secara topografis Jawa Timur Kabupaten (perkotaan dan perdesaan) dan jenis puskesmas
Tulungagung berada di daerah dataran sedang (45– (puskesmas perawatan dan puskesmas non
100 meter). Iklim tropis basah curah hujan rata-rata perawatan).
1.900 mm per tahun, suhu rata-rata berkisar antara
21–34° C.
Fasilitas kesehatan khususnya puskesmas,
Kabupaten Tulungagung mempunyai 31 puskesmas,
sebanyak 2 puskesmas berlokasi di perkotaan dan

METODE
Artikel ini di tulis berdasarkan data sekunder hasil
Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011 yang

Gambar 1. Kerangka Konsep

Ket:
- - - - - - - - = Tidak di analisis dengan Mann whitney test
————— = Dilakukan analisis Mann whitney test

372
Analisis Pencapaian Target Program Promosi Kesehatan (Mugeni Sugiharto dan Widjiartini)

dilakukan oleh Badan Penelitian Pengembangan HASIL


Kesehatan Kementerian Republik Indonesia pada
tahun 2011. Rancangan penelitian (research design) Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
adalah secara potong lintang (cross sectioanal). masyarakat, Puskesmas di Kabupaten Tulungagung
Analisis Mann Whitney Test hanya dilakukan mengedepankan perilaku hidup bersih dan sehat.
terhadap independent variable (variabel bebas) yaitu Prinsip perilaku yang dimaksud yaitu perilaku
lokasi puskesmas dan jenis puskesmas. Kategori proaktif yaitu perilaku yang mampu memelihara dan
masing-masing variabel adalah kode 1 untuk meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
puskesmas perkotaan dan kode 2 untuk puskesmas penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
perdesaan, puskesmas perawatan kode 1 dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
puskesmas non perawatan kode 2. Dependent dengan MOTTO pembangunan kesehatan “SEHAT
variable adalah output promkes yaitu desa siaga ITU MAHAL” “PENCEGAHAN LEBIH BAIK DARIPADA
PENGOBATAN”.
aktif, bersekala rasio, seperti pada kerangka konsep Dilihat dari aspek lokasi puskesmas di Kabupaten
pada Gambar 1. Tulungagung, secara kuantitas ada sebanyak 6%
Untuk kepentingan analisis statistik di gunakan puskesmas berlokasi di perkotaan dan sebanyak
pertimbangan kaedah normalitas distribusi data, 94% puskesmas berlokasi di perdesaan. Sedangkan
melalui uji normalitas dengan One –Sample puskesmas perawatan secara kuantitas tidak terdapat
Kolmogorof-Smirnov Test dengan signifikan (α) = di perkotaan dan 100% berada di puskesmas yang
5% dangan level kepercayaan (Confident Interval) berlokasi perdesaan. Perbandingan puskesmas
sebesar 95%, jika hasilnya p>α (5%), dinyatakan perawatan dan nonperawatan adalah sebanyak 48%
sebagai data yang berdistribusi tidak normal dan di puskesmas perawatan dan 52% nonperawatan.
lakukan uji bivariat Mann Whitney Test. Kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan
Untuk kepentingan analisis diskriptif terhadap di puskesmas, menurut Rifaskes 2011 ada empat
output desa siaga aktif dipergunakan pengklasifikasian dimensi kegiatan yaitu (1) dimensi penyuluhan
dengan dua kategori yaitu (1) pencapaian target desa perilaku hidup bersih dan sehat, (2) pembinaan
siaga aktif bernilai baik, jika rasio pencapaian desa kesehatan, (3) pembinaan forum desa siaga, dan
siaga aktif >50% dan kurang baik jika pencapaian (4) pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
desa siaga aktif ≤ 50%. Lokasi Penelitian di Masyarakat (UKBM). Semua variabel ini dalam
laksanakan di Kabupaten Tulungagung yang terdiri Rifaskes 2011 di kategorikan ada dan tidak ada
atas 31 puskesmas dan semua puskesmas menjadi kegiatan. Kategori dengan kode 1 untuk puskesmas
target Rifaskes 2011, sehingga semua puskesmas yang ada kegiatan dan kode 2 untuk puskesmas yang
tersebut menjadi target analisis. Unit analisis yaitu tidak ada kegiatan. Analisis melalui tabel kontingensi
Puskesmas.

Sumber: Rifaskes 2011


Gambar 2. Jenis puskesmas menurut lokasi.

373
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

Tabel 1. Kegiatan program promkes menurut lokasi puskesmas di Kabupaten Tulungagung


Kegiatan Puskesmas Kegiatan Puskesmas
di perkotaan di perdesaan
No Uraian Jumlah
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 PHBS 2 0 27 2 31
2 Poskesdes 2 0 23 6 31
3 Forum pembinaan desa siaga 1 1 24 5 31
4 UKBM 1 1 21 8 31
Sumber: data primer Risfaskes 2011

(analisis discriptif crosstable), antara puskesmas namun belum masih belum dapat dilaksanakan
perkotaan dan perdesaan terhadap adanya kegiatan puskesmas secara maksimal, sehingga masih cukup
promosi kesehatan di puskesmas di peroleh hasil banyak puskesmas yang belum melaksanakan
seperti pada Tabel 1. kegiatan itu. Gambaran perbandingan persentase
Penyuluhan hidup besar bersih dan sehat dari puskesmas yang melaksanakan dan yang tidak
29 puskesmas di pedesaan yang melaksanakan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dapat
kegiatan PHBS 27 puskesmas (93,1%). Pembinaan di dilihat pada gambar 2.
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) telah dilaksanakan Selain dilakukan analisis empat dimensi kegiatan
23 puskesmas (79,3%), pelaksanaan pembentukan promosi kesehatan melalui lokasi puskesmas yaitu
forum desa siaga telah dilaksanakan 24 puskesmas antara puskesmas perkotaan dan perdesaan,
(82,8), sedangkan upaya kesehatan berbasis maka yang lebih penting adalah pengkajian melalui
masyarakat (UKBM) telah dilaksanakan sebanyak jenis puskesmas yaitu puskesmas perawatan dan
21 puskesmas (72,4%), sehingga rata-rata 81,9% nonperawatan, mengingat masing-masing
puskesmas perdesaan telah melaksanakan empat puskesmas tersebut memiliki orientasi pelayanan
dimensi kegiatan promosi kesehatan. Dari ke empat yang berbeda. Puskesmas perawatan lebih bertumpu
dimensi kegiatan promosi kesehatan, yang paling pada pelayanan kuratif yang bermutu, sementara
banyak dilakukan oleh puskesmas adalah kegiatan puskesmas non perawatan tetap menjalankan sesuai
PHBS. fungsi puskesmas sebagai pelayanan kesehatan
Hasil di atas mengindikasikan bahwa, meski dasar yang menitik beratkan pada upaya kesehatan
program promosi kesehatan sebagai program prioritas, masyarakat melalui kegiatan promotif dan prefeventif.

Sumber: Rifaskes 2011


Gambar 2. Kegiatan Penyuluah perilaku hidup bersih dan sehat

374
Analisis Pencapaian Target Program Promosi Kesehatan (Mugeni Sugiharto dan Widjiartini)

Tabel 2. Kegiatan program promkes menurut jenis puskesmas di kabupaten Tuban


Kegiatan di Puskesmas Kegiatan di Puskesmas
No Uraian Perawatan Non Perawatan Jumlah
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 PHBS 14 0 15 2 31
2 Poskesdes 13 1 12 5 31
3 Forum pembinaan desa siaga 12 2 13 4 31
4 UKBM 13 1 8 9 31
Sumber: data primer hasil Rishfaskes 2011

Hasil analisis bivariat antara puskesmas perawatan hanya dilaksanakan oleh 13 (76,5%) puskesmas
dan non perawatan dapat dilihat pada Tabel 2: nonperawatan yang ada dan kegiatan terburuk dari
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa antara empat dimensi kegiatan promkes adalah kegiatan
puskesmas perawatan dan nonperawatan sama- UKBM yang hanya dilaksanakan oleh 8 (47,1%)
sama memaksimalkan pelaksanaan empat dimensi puskesmas non perawatan saja, seperti yang di
kegiatan promosi kesehatan. Hal in terbukti meski tunjukkan pada gambar 3 berikut.
puskesmas perawatan lebih diarahkan ke kuratif, Selanjutnya analisis di lakukan terhadap target
ternyata hasilnya lebih baik dari pada puskesmas output program promosi kesehatan yaitu desa siaga
non perawatan dalam melaksanakan empat dimensi aktif. Setelah di lakukan analisis diskriptif statistik,
kegiatan promosi kesehatan. Ada sebanyak 14 (100%) diperoleh nilai rasio desa siaga aktif dengan rata-rata
puskesmas perawatan yang ada telah melaksanakan (mean) sebesar 49,97% atau 50% dengan standar
kegiatan PHBS, kegiatan poskesdes dan UKBM telah deviasi 44,6 atau ± 45. Sesuai kategori klas, maka
dilaksanakan sebanyak 13 (92,86%) puskesmas pencapaian desa siaga aktif di puskesmas rata-rata
perawatan dan kegiatan forum pembinaan desa tergolong pencapaian kurang baik.
siaga juga telah di laksanakan sebanyak 12 (85,7%) Untuk melakukan uji statistik yang tepat, langkah
puskesmas perawatan yang ada. Sementara awal di lakukan analisis terhadap distribusi data rasio
puskesmas non perawatan dalam kegiatan PHBS pencapaian desa siaga aktif melalui uji normalitas
telah dilaksanakan hanya 15 (88,2%) dari jumlah dengan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov
puskesmas non perawatan yang ada, begitu pula Test dan hasilnya adalah nilai p (signifikan) adalah
dengan kegiatan poskesdes hanya dilaksanakan 0,034 lebih kecil dari level signifikan (α) = 5% dengan
oleh 12 (70,6%) puskesmas non perawatan yang level kepercayaan (Confident Interval) sebesar
ada, kegiatan forum pembinaan desa siaga 95%, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai

120% 100%
88,20% 92,86% 92,86%
100% 85,70%
70,60% 76,50%
80%
60% 47,10%
40%
20%
0%

PHBS Poskesdes Forum Pembinaan UKBM


Desa Siaga
Puskesmas perawatan
Puskesmas non perawatan

Sumber: Rifaskes 2011


Gambar 3. Perbandingan empat dimensi kegiatan promkes di puskesmas perawatan dan non perawatan

375
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

data berdistribusi tidak normal, seperti tampak pada Untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan
tabel 3. pengujian secara uji komperasi 2 sampel bebas pada
Untuk melakukan uji komperasi menurut lokasi data tidak berdistribusi normal dengan menggunakan
puskesmas sangat sulit di jadikan dasar untuk Mann-Whitney Test. Hasil akhir analisis Mann Whitney
membuat interpretasi statistik, karena puskesmas Te s t (tabel 5) menunjukkan angka signifikan (p)
perkotaan hanya 2 merupakan (n) yang sangat = 0,308. Jika hasil akhir Mann Whitney Test ini di
kecil, sehingga analisis cukup dilakukan secara bandingkan dengan level signifikan (α) 5% pada
bivariat frekuensi Puskesmas perkotaan yang hanya kondisi CI 95%, maka p = 0,308 lebih besar dari
berjumlah 2 puskesmas, 50% (1 puskesmas) telah (α) 5%, artinya zona 0,308 di luar dari zona level
mampu melaksanakan kegiatan desa siaga aktif signifikan (α) 5%, sehingga interpretasi p > α adalah
dengan kategori baik, sedangkan di perdesaan hanya tidak ada pengaruh yang berbeda antara puskesmas
41% (12 puskesmas dari 29 puskesmas yang berlokasi perawatan dan nonperawatan yang sama-sama
di perdesaan) yang mampu melaksanakan kegiatan berlokasi di perdesaan dalam mencapai target output
desa siaga aktif dengan kategori baik. desa siaga aktif.
Alternatif berikutnya adalah melakukan analisis Selain signifikansi, hasil output Mann Whitney
statistik terhadap jenis puskesmas yaitu puskesmas Te s t, juga mendiskripsikan nilai mean rank yang
perawatan dan puskesmas nonperawatan. Jumlah bertujuan untuk melihat rata-rata rentang yang bisa
puskesmas perawatan ada 14 dan puskesmas dijadikan sandaran analisis diskriptif untuk melihat
nonperawatan ada 17. Sesuai teoretis ada perbedaan perbedaan, seperti tampak pada tabel 5 berikut ini:
prinsip pola pelayanan kesehatan antara dua jenis Tabel 5 menunjukkan puskesmas perawatan
puskesmas tersebut, yaitu puskesmas perawatan lebih berjumlah 14 dengan peringkat rata-rata (mean rank)
berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan kuratif 17,75 dan puskesmas nonperawatan sebanyak 17
dan umumnya berlokasi di perkotaan, sementara dengan peringkat rata-rata (mean rank) sebanyak
puskesmas non perawatan masih berorientasi pada 14,56. Hasil mean rank menunjukkan ada selisih 3,19,
fungsi puskesmas sebagai pelayanan primary health antara pencapaian output puskesmas perawatan
careI dan umumnya berlokasi di perdesaan. Namun dengan nonperawatan, sehingga diasumsikan bahwa
di Kabupaten Tulungagung puksemas perawatan dan puskesmas perawatan yang berlokasi di perdesaan
non perawatan sama-sama berlokasi di perdesaan, lebih baik dalam kegiatan desa siaga aktif daripada
sehingga sangat menarik untuk di uji, apakah puskesmas nonperawatan.
perbedaan prinsip pelayanan juga akan menghasilkan
perbedaan yang signifikan dalam pencapaian target
program promkes, meskipun kedua jenis puskesmas
sama-sama berlokasi di perdesaan?

Tabel 4. Hasil Analisis Mann Whitney Test


Rasion desa siaga
Mann-Whitney U 94.500
Wilcoxon W 247.500
Tabel 3. Analisis normalitas metode One-Sample Z -1.020
Kolmogorov-Smirnov Test Asymp. Sig. (2-tailed) .308
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .336(a)
Rasion desa
siaga
N 31
Normal Mean 49.9663
Tabel 5. Hasil Analisis Rank
Parameters (a,b) Jenis Mean Sum of
Puskesmas N Rank Ranks
Std. Deviation 44.59581
Most Extreme Absolute .256 Rasion Puskesmas 14 17.75 248.50
Differences desa siaga perawatan
Positive .193 Puskesmas Non
17 14.56 247.50
Perawatan
Negative -.256
Kolmogorov-Smirnov Z 1.426 Total 31
Asymp. Sig. (2-tailed) .034

376
Analisis Pencapaian Target Program Promosi Kesehatan (Mugeni Sugiharto dan Widjiartini)

PEMBAHASAN menuntut kualitas pelayanan dan adanya persaingan


antarunit pelayanan kesehatan baik rumah sakit
Pentingnya kegiatan program promotif dan maupun klinik kesehatan swasta. Namun kenyataannya
preventif dalam meningkatkan derajat kesehatan tidak demikian di Kabupaten Tulungagung, justru 2
masyarakat daerah merupakan amanat undang- puskesmas di perkotaan masih tetap mempertahankan
undang yang sudah semestinya dilaksanakan sebaik sebagai puskesmas nonperawatan dengan basis
mungkin, seperti; (1) Kepmenkes RI No: 128/Menkes/ pelayanan kesehatan yang tetap mengutamakan
SK/II/2004, bahwa peningkatan derajat kesehatan, kegiatan promotif dan preventif sebagai fungsi primary
dilakukan melalui peningkatan kesadaran, kemauan health care, sedangkan sebaliknya puskesmas
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang; (2) perdesaan hampir mencapai 50% sudah berubah
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, tentang menjadi puskesmas non perawatan yang tentunya
RPJPN memberikan arah pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kuratif. Secara geografis
dalam 20 tahun yang tertuang di dalam SKN 2009, kebijakan Pemda Kabupaten Tulungagung patut
salah satunya adalah puskesmas sebagai Primary dimaklumi, karena kondisi perdesaan yang jauh
Health Care yang menyelenggarakan kegiatan dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulungagung,
promosi kesehatan baik melalui kegiatan upaya sehingga menyulitkan penduduk perdesaan untuk
kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan datang berobat ke rumah sakit sebagai pusat rujukan.
perorangan; (3) Undang-Undang nomor 36 tahun Puskesmas dipandang sebagai satu-satunya harapan
2009 tentang Kesehatan pada pasal 1, menegaskan bagi masyarakat perdesaan untuk memperoleh
pentingnya pelayanan kesehatan promotif dan perlu pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau,
menggali dukungan masyarakat melalui pentingnya sehingga masyarakat tidak perlu berobat jauh-jauh ke
peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang rumah sakit. Sementara di sisi lain puskesmas juga
promosi kesehatan melalui kegiatan pemberian menampung aspirasi masyarakat, agar masyarakat
informasi kesehatan (promosi kesehatan), termasuk yang perlu penanganan rawat inap dapat terlayani
pengembangan Desa Siaga pada masyarakat desa/ oleh puskesmas dengan baik dan tidak perlu ke rumah
kelurahan; (4) Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 sakit di kabupaten yang begitu jauh dari perdesaan.
tentang RPJMN 2010 –2014, khusus bidang kesehatan Selain itu untuk membiasakan perilaku masyarakat
juga memprioritaskan program kesehatan di setiap berobat mengutamakan pergi ke puskesmas dari
wilayah melalui upaya promotif dan preventif. pada berobat di praktik bidan dan dokter yang pada
Hasil analisis univariat, menunjukkan bahwa umumnya nakes tersebut juga berasal dari puskesmas
jumlah puskesmas di perkotaan hanya 6% jauh itu juga, sehingga bisa menghemat biaya berobat
lebih sedikit dari puskesmas yang berada di masyarakat.
perdesaan mencapai 94%. Perbedaan ini tentu Dari aspek penyelenggaraan program promosi
dibangun berdasarkan pertimbangan geografis kesehatan, puskesmas perkotaan dan perdesaan
bahwa Kabupaten Tulungagung hanya ada 2 kota tidak ada perbedaan, sama-sama tetap melaksanakan
dan selebihnya berjumlah 29 termasuk kategori kegiatan program PHBS, Poskesdes, Forum Pembinaan
perdesaan. Puskesmas di perkotaan masih puskesmas Desa Siaga dan UKBM. Namun secara kuantitas ada
nonperawatan, sedangkan puskesmas perdesaan perbedaan di mana hanya 50% puskesmas perkotaan
sudah mengalami perubahan menjadi puskesmas menyelenggarakan kegiatan Forum pembinaan desa
perawatan sebesar 48%, sedangkan 52% tetap siaga dan UKBM, sementara rata-rata sebanyak 82%
puskesmas nonperawatan. puskesmas perdesaan telah melaksanakan program
Secara teoritis, menurut Pudjirahardjo, W.J. promosi kesehatan baik PHBS, Poskesdes, Forum
(1995) dan Winardi, J. (2003), pada dasarnya pembinaan desa siaga dan UKBM secara baik.
puskesmas perdesaan lebih diarahkan untuk melayani Perbedaan ini linier dengan maksud Winardi, J. (2003),
masyarakat perdesaan dengan fokus kegiatan public
bahwa memang ada perbedaan prinsip pelayanan
goods (pelayanan kesehatan masyarakat). Sementara
kesehatan masyarakat perkotaan dan perdesaan,
puskesmas perkotaan lebih mengutamakan kesehatan
di mana puskesmas perkotaan lebih berorientasi
medis (kuratif) private goods (pelayanan kesehatan
kuratif, sedangkan puskesmas di perdesaan masih
perorangan), karena masyarakat perkotaan lebih berorientasi manajemen pelayanan promotif dan

377
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

preventif, meski puskesmas perdesaan sudah banyak Analisis lanjut terhadap pencapai program promosi
yang mengalami perubahan dari puskesmas non kesehatan di puskesmas, menurut hasil Rifaskes 2011
perawatan menjadi perawatan. adalah desa siaga. Rasio pencapaian desa siaga
Penyebab yang mendasari puskesmas perdesaan aktif di peroleh dari perbandingan antara jumlah desa
lebih promotive oriented, adalah seperti yang di siaga aktif dengan jumlah desa siaga yang di bentuk
terangkan Winardi. J. (2003) yaitu puskesmas hingga pada tahun 2010 dikalikan konstanta (100%).
perdesaan lebih didasarkan pada pengaruh agregasi Dari aspek lokasi puskesmas, karena puskesmas
dari aspek lingkungan, prasarana, sosial ekonomi perkotaan hanya 2 saja, sementara puskesmas
masyarakat perdesaan yang berbeda dengan perdesaan mencapai 29 buah, sehingga sulit di
masyarakat perkotaan. Akibatnya manajemen temukan signifikansi untuk uji 2 sampel bebas, oleh
puskesmas perdesaan lebih diarahkan untuk melayani karena itu dilihat analisis mean rank (peringkat)
masyarakat perdesaan dengan fokus kegiatan saja. Rata-rata peringkat (mean rank) puskesmas
pelayanan kesehatan dasar, yang dituntut untuk perkotaan mencapai 15,5%, sedangkan perdesaan
melakukan pengembangan yang lebih baik dalam 16%, ini artinya tidak ada perbedaan pencapaian
memberikan pelayanan kesehatan. Sementara target program promkes antara perdesaan dengan
puskesmas perkotaan meski puskesmas non perkotaan.
perawatan dalam system manajemen pelayanan Jika rasio pencapaian target desa siaga aktif di
kesehatan masyarakat lebih mengutamakan kategorikan antara baik dan kurang baik, di mana
kesehatan medis (kuratif) sesuai dengan tuntutan untuk nilai > 50% kategori baik dan ≤ 50% kategori
masyarakat perkotaan terhadap pelayanan kesehatan kurang baik, maka puskesmas perkotaan yang
yang bermutu. memperoleh nilai baik 1 puskesmas (50%) dan yang
Pelaksanaan program promosi kesehatan mempunyai nilai kurang baik 1 puskesmas juga (50%).
didasarkan pada type/jenis puskesmas, hasilnya Sebaliknya puskesmas perdesaan cukup berbeda,
puskesmas perawatan yang berlokasi di perdesaan yaitu puskesmas perdesaan yang memperoleh nilai
telah mampu melaksanakan kegiatan program baik terhadap pencapaian target program promkes
promkes lebih baik dari pada puskesmas non sebanyak 12 puskesmas (41%) dan kurang baik 17
perawatan. Program PHBS telah mampu dilaksanakan puskesmas (59%). Atas dasar analisis diskriptif ini,
oleh semua puskesmas perawatan, sementara hanya menunjukkan masih cukup besar 59% puskesmas
88,2% PHBS di laksanakan oleh puskesmas non perdesaan belum mampu melaksanakan kegiatan
perawatan. Secara umum puskesmas perawatan telah pencapaian desa siaga aktif, padahal kegiatan
melaksanakan program poskesdes sebanyak 92,9%, desa siaga aktif merupakan kegiatan prioritas yang
UKBM sebanyak 85,7% dan Forum pembinaan desa semestinya harus dimaksimalkan hingga mencapai
siaga aktif sebanyak 92,9%, sementara puskesmas non 100%. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
perawatan masih sangat sedikit yang melaksanakan kebijakan, baik dari segi implementasi kebijakan
kegiatan tersebut, bahkan hanya 47,10% puskesmas maupun evaluasi kebijakan program prioritas, yang
non perawatan yang ada yang melaksanakan UKBM. bertujuan untuk mencari tahu penyebab puskesmas
Puskesmas perawatan yang berlokasi di perdesaan perdesaan dengan design oriented care public adalah
masih tetap konsisten dalam melaksanakan kegiatan promotif dan preventif, tetapi tidak mampu mencapai
public goods (kesehatan masyarakat) di samping target 100% desa siaga aktif. Hasil studi kualitatif
perannya sebagai pelaksana pelayanan kuratif. melalui indeepth interview di Dinkes Kabupaten
Sementara puskesmas non perawatan pada umumnya Tulungagung, bahwa tenaga promkes yang sudah
masih belum maksimal dalam melaksanakan program ada tidak di manfaatkan semaksimal mungkin sesuai
promkes, padahal puskesmas non perawatan adalah dengan kompetensinya untuk melaksanakan kegiatan
puskesmas yang didirikan sesuai dengan konsep awal promkes di puskesmas, karena tenaga tersebut
berdirinya puskesmas yaitu sebagai public goods, di peruntukkan menangani masalah manajemen
sesuai dengan Kepmenkes RI No: 128/Menkes/SK/ atau administrasi puskesmas. Belum adanya SOP
II/2004, tentang Kebijakan Dasar Pusat kesehatan (standard operasional prosedur) terhadap kegiatan
masyarakat promkes di puskesmas, menyebabkan tenaga

378
Analisis Pencapaian Target Program Promosi Kesehatan (Mugeni Sugiharto dan Widjiartini)

promkes puskesmas sulit untuk melakukan inovasi Menkes/SK/II/2004, tentang Kebijakan Dasar Pusat
program, karena belum ada keseragaman panduan kesehatan masyarakat, Undang-Undang Nomor
yang bisa dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan 17 tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan
promkes di puskesmas. Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025 dan program
Dari aspek jenis puskesmas yang ada di Kabupaten prioritas Kementerian Kesehatan tahun 2012.
Tu l u n g a g u n g , s e c a r a analysis statistic Mann Whitn Sebaliknya jika dilihat hasil analisis secara
ey keseluruhan, maka masih rendahnya pencapaian
Te s t, menunjukkan nilai signifikan (p) 0,308. Nilai pelaksanaan program promkes maupun target
0,308 terlalu lebar dari zona level signifikan (α) 5% output berupa kegiatan desa siaga aktif, maka
pada tingkat kepercayaan (CI) 95%, oleh karena puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
itu jika p < (α) 5%, maka interpretasinya adalah terdepan, perlu meningkatkan pelayanan kesehatan
tidak ada perbedaan (pengaruh) secara signifikan berbasis masyarakat melalui program promosi
antara puskesmas perawatan dengan puskesmas non kesehatan, karena hal ini sesuai dengan Kebijakan
perawatan dalam mencapai target desa siaga aktif. dasar Puskesmas sesuai dengan Kepmenkes RI
Hasil analisis ini sejalan dengan pendapat Winardi. No: 128/Menkes/SK/II/2004, yang menitikberatkan
J (2003), bahwa jika puskesmas berkedudukan di pada tiga hal yaitu puskesmas berfungsi sebagai
perdesaan, maka kegiatan puskesmas tersebut pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
lebih berorientasi pada menyesuaikan kebutuhan pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta
masyarakat perdesaan dengan pertimbangan pusat pelayanan kesehatan sebagai public goods
karakteristik penduduk desa termasuk tingkatan (pelayanan kesehatan masyarakat) dan private goods
pendidikan, pekerjaan, pendapatan maupun budaya (pelayanan kesehatan perorangan). Tiga pilar tersebut
setempat. jika dijalankan puskesmas secara professional, akan
Selain menentukan signifikansi, uji Mann Whitney sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan
Te s t juga memunculkan analisis deskriptif melalui nasional yang bertujuan untuk meningkatkan
tabel Mean Rank. Untuk kepentingan perencanaan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
program dan pengembangan program (program bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
development) kesehatan di puskesmas perdesaan, kerja puskesmas.
maka hasil Mean Rank yang menunjukkan rata-rata
rentang perbedaan masing-masing variabel yang
dianalisis, dapat dijadikan sebagai sumber data dasar.
Hasil mean rank (peringkat rata-rata) menunjukkan
puskesmas perawatan mempunyai peringkat rata-rata
(mean rank) sebesar 17,75% dan puskesmas non
perawatan peringkat rata-rata (mean rank) sebesar
14,56%. Hal ini dapat diasumsikan bahwa puskesmas KESIMPULAN DAN SARAN
perawatan lebih baik dari pada puskesmas non
perawatan dalam mencapai keberhasilan kegiatan Kesimpulan
desa siaga aktif dengan rentang 3,19. Kebijakan bidang kesehatan pemda Kabupaten
Untuk kepentingan kebijakan program promkes Tulungagung dengan moto "SEHAT ITU MAHAL"
di puskesmas, hasil mean rank tersebut dapat "PENCEGAHAN LEBIH BAIK DARIPADA
diasumsikan bahwa puskesmas perawatan yang PENGOBATAN", merupakan bentuk kepedulian
berlokasi di perdesaan meski secara prinsip Pemda Tulungagung dalam mendukung kebijakan
berorientasi pada kuratif, namun pada kenyataannya nasional bidang kesehatan yang memprioritaskan
masih tetap memprioritaskan kegiatan desa siaga penyelenggaraan promosi kesehatan di seluruh
aktif sebagai upaya untuk menumbuhkan kemauan, wilayah khususnya di puskesmas.
Hasil empat dimensi program promkes PHBS,
kemampuan dan kesadaran masyarakat perdesaan di
poskesdes, forum pembinaan desa siaga dan UKBM
bidang kesehatan dalam rangka untuk meningkatkan
masih konsisten di laksanakan puskesmas perawatan
derajat kesehatan masyarakat perdesaan itu sendiri.
di pedesaan dibandingkan dengan puskesmas non
Hal ini sangat sejalan dengan Kepmenkes RI No: 128/
perawatan.
Analyisis Mann Whitney Test, menunjukkan tidak
ada perbedaan signifikan dalam mencapai target
desa siaga aktif antara puskesmas perawatan dan
non perawatan.

379
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

Hasil mean rank menunjukkan puskesmas Departemen Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan Nasional
perawatan memiliki mean rank yang lebih baik dari 2009.
pada puskesmas non perawatan terhadap pencapaian Departemen Kesehatan. 2009. Lembar Fakta dan Tanya
promkes (desa siaga aktif). Hasil ini penting untuk Jawab Pembangunan Kesehatan. Pusat Komunikasi
Publik. Jakarta.
pengembangan dan perbaikan program.
Departemen Kesehatan. 2003. Kepmenkes RI. Nomor 1202/
Kebijakan pengembangan puskesmas dari Menkes/SK/VIII/2003, Tentang Indikator Indonesia
non perawatan menjadi perawatan di perdesaan sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
adalah lebih ditujukan untuk membantu kemudahan Provinsi dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
masyarakat desa dalam memperoleh pelayanan Departemen Kesehatan. 2004. Kepmenkes RI. Nomor
pengobatan yang bermutu dan mudah di jangkau. 128/Menkes/SK/II/2004. Tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2007. Profil Kesehatan 2011.
Jakarta.
Saran Kementerian Kesehatan, 2012. Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Kesehatan. Jakarta.
Meningkatnya pengembangan puskesmas dari
Kuntoro, 2007. Metode Statistik, Pustaka Melati,
non perawatan ke perawatan yang tidak hanya Surabaya.
terjadi di perkotaan, tetapi juga di perdesaan, maka Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010, tentang Rencana
sesuai fungsi puskesmas menurut Kepmenkes RI Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
No: 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas disarankan tahun 2010–2014.
mengutamakan public goods (pelayanan kesehatan Pudjirahardjo, W.J. 1995. Pengembangan model puskesmas
masyarakat), karena program promosi kesehatan perkotaan. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Tahun XXIII, Nomor 11, 1995.
melalui pendidikan/informasi kesehatan, dengan Sampoerno D. (Ketua Kolegium Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat/IAKMI) Seimbangkan Upaya Preventif
target yang sangat luas dan hemat biaya.
dan Kuratif. www.xamthone.com. Diposkan hari Senin
Perlu dilakukan analisis evaluasi kebijakan, untuk tanggal 18 Oktober 2010).
mengetahui penyebab tidak tercapainya target 100% Santoso.S. 2010. Statistik Multivariat. PT. Elex Media
desa siaga aktif di puskesmas perdesaan, padahal Komputindo. Jakarta.
puskesmas perdesaan design oriented care public Sarwono, J. 2009. Statistik itu Mudah. CV. ANdi Offset.
adalah promotif dan preventif. Yogyakarta.
Sudayasa, P, Fungsi Utama Puskesmas. 2010. www.puskel.
com. Diunduh tanggal 4 Maret 2012
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Winardi, J. 2003. Teori organisasi dan Pengorganisasian.
DAFTAR PUSTAKA PT Rajagrafi ndo Persada. Jakarta

Anonim. Media group Haluan Mencerdaskan Bangsa.


HKN, sehat itu bukan biaya tapi investasi. www.
harianhaluan.com. Diposkan tanggal 15 November
2011.

380

Potrebbero piacerti anche