Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
The objective of this research is to figure out how far the return on equity (ROE)
and debt to equity ratio (DER) influencing price earning ratio (PER), and the company
growth which will creates investment choices that can be achieved by the company in the
future.
The methods we are using in this research is qualitative and quantitative and our
research object is a multi national company that work on food production, cleaner, private
consumers, registered in stock exchange company Jakarta “PT.Unilever Indonesia Tbk”.
The data’s collected was secondary data from a period of 2005-2009 which is has been
published. Based on that report we are studying returned on equity (ROE) , Debt to Equity
Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) by using Double regression method to test
effect those variables over Price Earning Ratio (PER).
The results revealed PT.Unilever Indonesia Tbk overall budget ratio in relation to
Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) is unsatisfactory, While
variable return on equity (ROE) is categorized as satisfactory.
The effect of return on equity and debt to equity on price earning ratio resulted positively
and significant to PT.Unilever Indonesia Tbk Simultaneously and partially.
Key words: Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), PT. Unilever Indonesia Tbk.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On
Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, dan Pertumbuhan
perusahaan akan menciptakan banyak pilihan investasi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan di masa yang akan datang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif
dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan multinasional yang
bergerak dibidang memproduksi makanan, pembersih, konsumen pribadi yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk. Data yang diambil merupakan data
sekunder berupa laporan keuangan dari tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut yang dihitung Return On Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2005-2009. Teknik regresi
berganda digunakan untuk menguji pngaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Price Earning Ratio (PER).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk
secara keseluruhan Debt to Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) termasuk
dalam kategori kurang baik. Sedangkan variabel (Return On Equity (ROE), termasuk dalam
kategori baik. Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price
Earning Ratio berdampak positif dan signifikan pada PT. Unilever Indonesia Tbk secara
simultan dan secara parsial.
Kata kunci : Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), PT. Unilever Indonesia Tbk.
BAB I
PENDAHULUAN
menghadapi situasi perekonomian yang semakin terbuka. Sejalan dengan itu, maka
perusahaan juga semakin terdorong untuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya.
Hal ini berakibat semakin ketat persaingan antara perusahaan sehingga kelangsungan
ketersediaan dan akses perusahaan tersebut terhadap sumber dana atau modal yang
manajemen baik keuangan, sumber daya manusia, produksi maupun pemsaran serta
investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjual belikan dibursa
apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Apabila
meningkat.
1
2
Return On Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa dengan
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. (Brigham dan
Return of equity (ROE) mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan
merupakan ukuran kinerja tunggal yang terbaik dilihat dari kacamata akuntansi.
Investor sudah pasti menyukai nilai ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi
umumnya memiliki kolerasi yang positif dengan harga saham yang tinggi. Namun
ada beberapa faktor lain lagi yang terlibat. (Brigham dan Houston, 2010 :150).
Pada sebuah perusahaan harus mempunyai rasio debt to equity ratio yang positif.
Debt to equity ratio adalah rasio yang melihat seberapa besar kemampuan perusahaan
melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Tak jadi soal jika laba sedikit
asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajibannya dengan modal yang
Price earning ratio (PER) merupakan rasio harga per saham terhadap laba per
saham yang menunjukkan jumlah yang dibayarkan investor untuk setiap laba yang
pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan dimasa depan. Jika rasio
baik dan jika kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil maka rasio nilai pasar
juga akan tinggi, harga saham kemungkinan akan tinggi sesuai dengan yang
3
perusahaan dalam menghasilkan laba. Price earning ratio PER dihitung dalam satuan
kali, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berartin pasar akan menghargai
10 kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil
PER suatu saham, semakin baik karena selain dapat membeli saham dengan harga
yang relatif murah, kemungkinan akan mendapatkan capital gain yang semakin besar
sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go
public. Sebaliknya perusahaan mengiginkan Price earning ratio PER yang tinggi
perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula.
Indonesia yang bergerak dalam bidang bisnis produksi dan distribusi barang
konsumsi yang beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933, telah tumbuh dan
antara lain adalah yaitu meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan, susu, es cream,
minuman dan produk-produk kosmetik dan masih banyak lagi. Produk-produk dari
PT. Unilever Indonesia Tbk telah dipakai oleha sebagian besar masyarakat Indonesia
Sebagai perusahaan yang telah go public pada tahun 1981 dan sahamnya
Earning Ratio (PER) pada PT. Unilever dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini :
Table 1.1
Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Price earning
ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk
Periode 2005-2009
Tahun Return On Debt to Equity Price
Equity (ROE) Ratio (DER) Earning
% % Ratio
(x)
2005 66.27 76.3 22.64
2006 72.69 94.9 29.25
2007 72.88 98.0 26.25
2008 77.64 109.6 24.72
2009 82.21 102.0 27.70
Sumber : www.unilever.com/ data diolah
Debt To Equity Ratio dan Price Earning Ratio mengalami perubahan yang tidak
konsisten, ada penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2008 ROE dan DER mengalami
Kondisi ini tentu tidak sesuai dengan teori menurut Sofyan syafri harahap
(2004 : 311) yang menyatakan bahwa price earning ratio (PER) yang tinggi
datang cukup tinggi. Tetapi pada kenyataan yang terjadi ditahun 2008 Price earning
yang perlu dilakukan penelitian. Kemudian diperjelas dengan grafik dibawah ini :
Berdasarkan pada table 1.1 diatas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :
120 ROE,DER,PE
R
109,6
100 102
94,9 98
80 82,21
76,3 77,64
72,69 72,88
66,27 ROE
60
DER
40
PER
29,25 26,25 27,7
22,64 24,72
20
0
2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Harga
Saham pada PT. Unilever Indonesia Tbk
Periode 2005-2009
6
Berdasarkan table 1.1 dan gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa PT Unilever
Indonesia Tbk, kondisi Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun
2005 sampai dengan tahun 2009 yang dapat dari perhitungan laporan keuangan PT
Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami kenaikan
pada ROE, DER dan PER sedangkan pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan
pada ROE dan DER tetapi pada PER mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh
keadaan karena krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia akhir-akhir ini
sehingga banyak pengaruh terhadap kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk.
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum terjadi krisis ekonomi. Hal lain juga dapat
dan terutama karena penurunan inflasi yang sangat signifikan. Tingkat inflasi yang
tinggi sebagai akibat kenaikan harga minyak mentah dan komoditas, mendorong
semua divisi menaikan harga jualnya guna menutupi kenaikan biaya, sementara daya
beli masyarakat menurun. Dengan adanya krisis keuangan global yang terjadi
mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah, yang berdampak pada kenaikan biaya
bunga dan rugi kurs. Demikian juga pada tahun 2009 penurunan terjadi pada debt to
equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price earning ratio (PER).
7
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada latar belakang diatas, maka penulis
2005-2009”
diidentifikasikan nilai return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER)
meningkat setiap tahunnya tetapi pada price earning ratio (PER) mengalami
penurunan pada tahun 2007-2008. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang
menurun sehingga dapat menganggu nilai harga saham perusahaan tersebut yang
dicerminkan oleh earning per share. Angka PER sering digunakan oleh investor
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Demikian pada tahun 2009 penurunan
terjadi pada debt to equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price
4. Seberapa besar pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio
(DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk
merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh Return on equity (ROE) dan debt to
equity ratio (DER) terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia
Data dan informasi digunakan untuk bahas analisis bagi penyusunan karya
ilmiah dalam bentuk makalah. Yang merupakan syarat bagi penulis untuk menempuh
jenjang S1.
9
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis :
to equity ratio (DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT.
secara simultan.
1. Penulis
equity, debt to equity ratio dan price earning ratio melalui penerapan ilmu
2. Peneliti lain
ratio dan price earning ratio agar dapat dijadikan sebagai pembanding dalam
tersebut akan dapat memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk
1. Perusahaan
2. Pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang
dapat bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh
tentang pengaruh Return on equity, dan debt to equity ratio terhadap price
Dalam penulisan penelitian ini penulis meneliti kasus ini dari media di
internet dan mengambil data-datanya dari web PT.Unilever Indonesia tbk, dan data
Tabel 1.2
Waktu Penelitian
Persiapan Judul
1 Persiapan Teori
Pengajuan Judul
Skripsi
Mencari Perusahaan
Proses Usulan
Penelitian :
2 Penulisan UP
Bimbingan UP
Seminar UP
Revisi UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
Proses Penyusunan
Skripsi :
Bimbingan Skripsi
5 Pendaftaran Skripsi
Sidang Skripsi
Revisi Skripsi
Pengumpulan Draf
Skripsi
BAB II
profitabilitas sebagai :
13
14
penjualan.
5. Return on Assets
perusahaan.
6. Return on Equity
“Return on equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai
rentabilitas modal sendiri. Laba yang di perlukan adalah laba bersih setelah
dipotong pajak atau EAT”.
Rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas
menghasilkan keuntungan dilihat dari produktivitas dan modal sendiri yang dimiliki
16
oleh perusahaan tersebut. Angka dari rasio ini bila semakin tinggi maka menunjukkan
semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat.
Laba bersih
Return On Equity = x 100%
Modal sendiri
neraca. Seperti ROA, hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin
mendekati 100% berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam
mendapatkan laba dengan modal yang ada. Disinilah investor dapat memprediksikan
kemampuan pengambilan hasil investor dalam saham. (Ali arifin, 2004: 83).
Adapun definisi ratio leverage (rasio utang) menurut (Brigham dan Houston :
2010,140) adalah ratio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh apa
dengan menggunakan modal sendiri dalam melakukan operasi. Semakin rendah rasio
ini semakin baik, karena untuk keamanan pihak luar yang terbaik jika jumlah modal
Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasanya disebut ratio hutang
(debt ratio), mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang.
Ratio yang sering disebut sebagai coverage ratio merupakan ratio antara laba
dan sewa.
Menurut Sutrisno (2003: 262) debt to equity ratio merupakan : “Rasio hutang
dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang
“debt to equity ratio adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan
perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka dimiliki. Tak jadi soal
jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan
modal yang dimiliki”.
19
Total debt
Debt to equity ratio = x 100%
Total equty
Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka
dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal
sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif
besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio
maksimal 100%.
price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio
menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin
besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin
mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan
dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi
biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan
earning ratio (PER) ini mengukur penbandingan antara harga sahan perusahaan
untuk mengukur berbandingan antara harga saham perusahaan dengan dilihat dari
kinerja perusahaan dan keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham.
Angka tersebut akan menunjukkan semakin mahal harga saham, dan inilah yang akan
Menurut Menurut Sutrisno (2003: 268) Price Earning Ratio (PER) dapat
manajemen dalam mengelola perusahaan, berarti semakin besar laba bersih yang
tingkat keuntungan atas modal yang dimiliki tinggi pula. Para investor cenderung
menyukai ROE yang tinggi, karena semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula
return yang akan mereka peroleh. Hal ini akan membuat penawaran terhadap saham
perusahaan, akan membuat harga saham tersebut akan meningkat sesuai dengan
Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Agus Sartono (1997: 87)
yang mengatakan bahwa Return On Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Price
Earning Ratio.
“Debt to equity ratio yaitu ratio antara total hutang dengan total modal
sendiri. Ia mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan
makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan”.
cukup tinggi sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang para struktur dana
kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang
relatife besar, umumnya ada pada perusahaan yang besar dan bonafid sehingga akan
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin tinggi rasio harga/laba atau
PER.
23
2.1.6.3 Hubungan antara Return on equity dan Debt to equity ratio dengan Price
earning ratio
dalam jurnal tahun 2005 yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
PER antara saham Syatiah dan Saham Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan
Debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh positif terhadap Price earning
ratio.
Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on equity dan Debt
to equity ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap Price earning ratio.
Dilihat dari 2 variabel tersebut, semua variabel berpengaruh terhadap Price earning
ratio, dimana yang digunakan disini adalah closing price dan laba bersih yang
Tabel 2.1
Investor pada umumnya selalu bersifat menghindari dari resiko dan seorang
(menjual atau membeli saham) akan mendasarkan pada informasi baik yang bersifat
laporan keuangan.
melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Salah satu alat yang paling sering
laba selama periode tertentu. Salah satu cara pengukuran profitabilitas adalah dengan
sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang
Laba bersih
Return on equity = x 100%
Modal sendiri
neraca. Hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin mendekati 100%
berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam mendapatkan laba
Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat
mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu
Rasio ini dapat rumuskan menurut Ali Arifin (2004:86) sebagai berikut :
Total Hutang
Debt to equity ratio = x 100%
Total Modal Sendiri
Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka
dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal
sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif
27
besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio
Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 311), Price earning ratio ini
menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio yang
besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan
Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap
akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata
harga tahunan (Jogiyanto, 2003:201). Harga saham per tahun dapat diperoleh dengan
merata-ratakan harga saham penutupan per hari menjadi rata-rata harga per bulan.
Menurut Arifin (2002: 87) yang menyatakan bahwa “Semakin baik kinerja per
lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.
yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
perusahaan.
dengan meningkatnya return on equity. Hal ini disebabkan karena ROE yang
tinggi memungkinkan perusahaan untuk berkembang dengan baik. Selain itu PER
meningkat untuk proporsi yang semakin besar sepanjang ROE lebih besar dari
Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat
mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu
Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 306) mengatakan bahwa rasio ini
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Adanya resiko
yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan turun sehingga Price
Dari uraian diatas, tampak jelas pengaruh kinerja keuangan terhadap price
earning ratio, maka peneliti juga mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Return
On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio pada
PT Unilever Indonesia Tbk. Berikut ini gambaran dari kerangka pemikiran yang telah
X1
���= (
� �ℎ)/(� � � )
Price Earning
Menurut sartono
(2001:87)
Ratio :
Y
Menurut
Menurut Putri Yumettasari, PER = (Harga pasar
Endang Tri Widiastuti dan saham)/ (Laba
bersih)
Wisnu Mawardi
Menurut Arifin
(2002: 87)
X2
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran
Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning
Ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk
30
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan yang masih bersifat sementara dan harus diuji
kebenarannya melalui penelitian.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dikemukakan oleh Sugiyono (2009 : 93) yaitu:
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : “Pengaruh Return On Equity
dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio pada PT. Unilever Indonesia
adalah hal atau perkara yang menjadi pokok sasaran atau tujuan, yang akan
diteliti oleh peneliti. Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek
penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah Return on equity, debt to
equity dan price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk yang
berlokasi di Graha Unilever Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930.
31
32
empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan
adalah metode penelitian yang menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan
Price Earning Ratio yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan
pendekatan kuantitatif.
sebagai berikut:
untuk mengetahui pengaruh ROE dan DER terhadap PER baik secara
Return On Equity dan Debt To Equity Ratio juga Price Earning Ratio yang
Dilihat dari jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat-alat yang
penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Jenis
akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
35
analisisnya.”
desain penelitian ”Bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
Debt to equity dan Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk.
(X1)
Return On Equity
(Y)
Price Earning Ratio
(X2)
Debt To Equity Ratio
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
X1 = Return On Equity
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar,
maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
Karena itu yang menjadi variable independent atau variabel bebas (X)
pada penelitian ini adalah Return on equity (ROE) dan Debt to equiy ratio
(DER). Indikator yang digunakan adalah Return on equity (ROE) dan Debt
Laba Bersih
ROE = x 100%
Modal Sendiri
Total Hutang
DER = x 100%
Total Modal Sendiri
Karena itu yang menjadi variable dependent atau variabel terikat (Y)
pada penelitian ini adalah Price earning ratio (PER). Indikator yang
digunakan adalah
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
(Sutrisno, 2003:267)
3.2.3.1 Populasi
suatu fenomena.
subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang
masuk ke bursa saham sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 yakni
selama 76 tahun.
41
3.2.3.2 Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.”
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
tepat.
teknik sampling yang dapat digunakan. Teknik yang akan digunakan oleh
terjadinya suatu fenomena pada lima tahun terakhir, yaitu dari tahun
2005-2009.
penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari tahun 2005-2009
primer dan data sekunder agar memudahkan dalam penelitian. Data primer
data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari sumber yang
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
penelitian.
diperoleh dari suatu orang atau perusahaan yang sudah jadi berupa
publikasi”.
adalah :
perusahaan.
sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan
pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan
orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan
1. Analisis Kualitatif
Laba bersih
ROE = x 100%
Modal sendiri
46
Total Hutang
DER = x 100%
Total Modal
2. Analisis Kuantitatif
(numeric). Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan
neraca dan laba rugi yang terdapat pada PT Unilever Indonesia Tbk. Dari
hasil analisis tersebut akan didapat analisis pengaruh return on equity dan
3. Analisis Statistik
antara variable independent (X) dan variable dependent (Y) disebut dengan
persamaan regresi.
47
dari penggunaan analisis regresi, adalah untuk memutuskan apakah naik dan
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Keterangan :
X1 = Return on equity
Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2
searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain
variabel bebas dengan variable terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan
besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai
yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini
1) Uji Normalitas
normal.
normal
keputusan :
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti
2005:322).
yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan
sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari
2) Uji Multikolinieritas
variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara
besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang
1
VIF =
1-Ri2
51
X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka
3) Uji Heteroskedastisitas
koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi
terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-
masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang
4) Uji Autokorelasi
berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error
dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang
∑ ( et – et-1 )
D–W=
∑ et2
Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat
autokorelasi
Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat
autokorelasi
–dL
a. Analisis Korelasi
n(∑X1Y) – (∑X1∑Y)
rx1y =
n(∑X2Y) – (∑X2∑Y)
rx1y =
n(∑X1X2) – (∑X1∑X2)
rx1x2 =
r x1 y – x2 y . r x1 x2
r x1 y =
54
sebagai berikut:
r x2 y – x1 y . r x1 x2
r x2 y =
r12y =
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
d. Koefisiensi Determinasi
Kd = r2 x 100%
Keterangan :
d = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
equity terhadap price earning ratio tapi bukan taraf hubungan seperti pada
sebenarnya dari kaitan return on equity dan debt to equity terhadap price
earning ratio).
hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan
penarikan kesimpulan.
Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis
variabel terikat.
(ROE) (X1) dan Debt to equity (DER) (X2) terhadap Price earning ratio
a. Hipotesis
earning ratio.
earning ratio.
rumus Pearson.
c. Kriteria Pengujian
koefisien positif.
koefisien negative.
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
Gambar 3.2
Skema Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Secara Simultan
59
a. Hipotesis
Dimana :
r = korelasi parsial yang ditentukan
n = jumlah sampel
t = thitung
5%.
c. Kriteria pengujian
sebagai berikut:
hubungan.
ada hubungannya.
daerah penerimaan Ha :
61
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Sumber: Sugiyono (2009:185)
3. Penarikan Kesimpulan
tersebut.
BAB IV
Lever dan Darcy mendirikan perusahaan produsen sabun dengan nama Lever Brothers Ltd.
Tahun 1869, Robert Chesebrough, seorang ahli kimia di perusahaan tersebut menciptakan
produk yang menakjubkan, berasal dari ramuan mineral bumi dan bahan – bahan alami
lainnya. Produk ini berkhasiat untuk melembutkan kulit yang kasar dan terbakar matahari.
Produk tersebut kemudian dinamakan Vaseline Petroleum Jelly, yang saat ini dikenal
dengan Vaseline Hand & Body Lotion. Pada tahun 1872, Vaseline Petroleum Jelly di
jadikan sebagai hak paten oleh Robert Chesebrough, dan mulai dijual di lima Negara Eropa
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Rotterdam (Belanda) muncul pada sebuah
perusahaan yang menghasilkan margarine dengan nama Van Den Berghs. Perusahaan
N.V. awalnya kedua perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali. Namun
karena tantangan yang mereka hadapi bersama pada awal abad XX yang sulitnya untuk
mendapatkan pasokan bahan baku kopra yang terjamin, telah memaksa keduanya untuk
merger menjadi satu perusahaan pada tanggal 2 september 1929. Gabungan dari dua
62
63
perusahaan tersebut kemudian di beri nama Unilever Ltd dengan kantor pusat yang berada
di London (Inggris) dan unilever N.V dengan kantor pusat di Rotterdam (Belanda).
Unilever masuk ke Indonesia pada tahun 1917, ditandai dengan didirikannya pabrik
minyak kelapa di makasar dan Batavia. Berdirinya kedua pabrik tersebut dianggap sebagai
kejadian yang mempelopori kehadiran Unilever di Indonesia yang saat itu bernama Hindia
pengelolaan di Indonesia tepatnya di daerah Angke, Jakarta dengan nama Lever’s Zeep
Fabriken N.V. yang kemudian menjadi Unilever Indonesia. Adapun yang menjadi
pimpinan pertama Unilever Indonesia adalah Anton Jurgens, seorang pengusaha kopra
untuk pembuatan minyak goring di Jawa, Bali, Lombok, Maluku dan Timor Timur.
Kemudian, tahun 1936 berdiri pabrik pengolahan minyak margarine dengan nama Van Den
Pada tahun 1941, Unilever membeli sebuah pabrik milik seorang pengusaha sekaligus
ahli kimia kebangsaan Jerman, yaitu Dr. Dralle di Ngagel, Surabaya yang kemudian diganti
namanya menjadi Maatschappij ter Exsplotatie Der Colibri Fabriken N.V. yang
menghasilkan kosmetika dengan merek colibri. Inilah perusahaan yang menjadi cikal bakal
dari Devisi Elida Geibbs dari PT. Unilever Indonesia yang memproduksi produk perawatan
tubuh.
Seiring dengan gejolak politik di Indonesia, maka pada masa pendudukan jepang
(1942-1945) praktis semua kegiatan Unilever terhenti sama sekali. Barulah setelah
64
besaran. Tahun 1947 pabrik yang ada di Jakarta sudah mulai beroperasi kembali. Untuk
memperlancar pasokan bahan baku kopra yang terjamin, maka pada tahun 1948, Unileve
membeli sebuah pabrik pengolahan minyak local yaitu Oliefabrieken Acha N. V. di Jakarta.
Sebagai akibat politik Dwikora dan Trikora, dimana Indonesia terlibat konfrotasi
politik dan militer dengan Belanda dan Inggris, maka pada tahun 1964 Unilever
dinasionalisasi secara sepihak oleh pemerintah orde lama. Kemudian tahun 1966
pemerintah orde baru memberikan kesempatan kepada pemodal asing untuk membicarakan
kembali modalnya yang sempet dinasionalisasikan oleh pemerintah orde lama. Kesempatan
ini tentu tidak disia – siakan oleh Unilever internasional Inc selaku pemodal asing.
Akhirnya dengan undang – undang penanaman Modal Asing No. 1/1967, pada tahun
penanaman modal asing yang kedua oleh Unilever Internasional Inc dilakukan kembali
pada tahun 1969 dan total penanaman modal Unilever di Indonesia telah mencapai US$
160 juta. Salah satu akibat dari perluasaan modal ini adalah berdirinya pabrik – pabrik
kosmetik Unilever di kawasan industry Rungkut, Surabaya yang mulai dioperasikan pada
tahun 1972.
Kegiatan PT. Unilever Indonesia telah berkembang dengan pesat. Pada tahun 1976
PT. Unilever merasa perlu untuk mengadakan pemisahan produk menjadi tiga divisi
65
Detergent, Divisi Foods dan Divisi Elida Gibbs. Karena perusahaan minyak local telah
dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan minyak murni, maka pada tahun 1978 pabrik
Pada tanggal 1 september 1980, Unilever berubah menjadi suatu badan hokum yang
dikenal dengan nama PT. Unilever Indonesia Tbk. Kemudian pada tahun 1981 Unilever
menjual sahamnya sebanyak 15% melalui badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM)
kepada masyarakat. Tahun 1982, PT. Unilever Indonesia Tbk telah go public dan sahamnya
di catat dan diperdagangkan di bursa efek Jakarta. Adapun kantor pusat PT. Unilever
Indonesia Tbk. Bertempat di Jakarta tepatnya di Graha Unilever JL. Jendral Gatot Subroto
Saat ini Indonesia telah menjadi regional sourcing center atau pusat produksi
beberapa jenis produk untuk di ekspor ke Negara – Negara lain di Asia pasifik. Selain
meningkatkan devisa Negara, hal ini juga telah membuka lebih banyak lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Indonesia. Lebih dari 3000 karyawan saat ini telah bergabung bersama PT.
Unilever Indonesia dan 20.000 pekerja memperoleh penghasilan dan usaha – usaha kecil
PT. Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan Unilever Group, ini adalah
perusahaan gabungan dari Negara-negara Inggris dan Belanda, berkantor pusat di London
negara di dunia.
66
Dalam melakukan usahanya PT. Unilever berjalan melalui berbagai peristiwa yang
tenggara, penduduk tentara Jepang (1942-1945), situasi yang tidak menentu setelah perang
dunia ke II selama tahun 1945-1947, kudeta G30S/PKI dan serangkaian peristiwa lainnya
Adapun filosofi yang selalu dikedepankan Unilever dalam berbisnis yaitu dimana
bumi dipijak di situ langit dijunjung. Unilever pada dasarnya selalu mengikuti aturan yang
pembayaran pajak lebih jelas dan transparan karena diaudit oleh lembaga yang
berkompeten.
Visi PT. Unilever Indonesia Tbk, adalah menjadi perusahaan global yang mampu
membangun merek yang kuat dan perkasa melalui infra struktur pemasaran yang kuat.
Adapun misi PT. Unilever Indonesia Tbk, adalah menambah vitalitas hidup manusia dan
menciptakan produk dan merek yang dapat membuat orang merasa lebih percaya diri (feel
Satu tekad yang sama dalam perjuangan PT. Unilever dari masa ke masa, yaitu
komitmen mengembangkan the leading power brand sebagai kekuatan sekaligus daya saing
PT. Unilever. Hal ini di tegaskan melalui selogan pemasaran PT. Unilever, “Kami percaya
kepada brand, bukan produk”. Sejak awal PT. Unilever percaya, merek adalah ibarat
67
manusia yang memiliki jiwa. Salah satu kebutuhan jiwa adalah memiliki arti/nilai dan dapat
memberikan kontribusi social. Inilah yang akan membuat sebuah merek hidup selamanya,
Perusahaan ini berusaha untuk memperluas usahanya baik dalam pengembangan produk
maupun pemasaran.
dalam pembangunan nasional, juga mempunyai tujuan yang telah dan akan
dilaksanakannya. Tujuan tersebut dapat digolongkan kedalam tujuan jangka pendek dan
• Menguasai pasar
68
devisi yaitu:
1. Divisi Detergen
Divisi ini menghasilkan produk seperti : Pepoden, Close UP, Sunsilk, Dimension,
Clear, Brisk, Timotie, Organics, Impluse, Vinolia, Rexsona, Denim, Axe, Vaseline,
3. Divisi Foods
Divisi ini menghasilkan produk-produk seperti: Blue Band, Royco, Teh Sariwangi,
tempatnya, kecuali divisi detergen diproduksi di Surabaya dan Jakarta. Untuk divisi foods
dipoduksi di Jakarta. PT. Unilever pusat mengawasi jalannya kegiatan dari devisi ini dan
memonitor segala aktivitas atau area penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia.
69
Jakarta Surabaya
Area
Penjualan
Gambar 4.1
dan terarah. Salah satu fungsi manajemen itu adalah pengorganisasian, yaitu suatu proses
tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada masing-masing bagian, menetapkan
wewenang secara langsung didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas.
70
Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut PT. Unilever Indonesia Tbk dalam
kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan oleh sebuah
organisasi. Adapun struktur organisasi PT. Unilever Indonesia dapat dilihat pada gambar
Struktur Organisasi
PT. Unilever Indonesia Tbk
Presiden Dilektur
1. Presiden Direktur
di tentukan oleh rapat umum pemegang saham Tahunan dari waktu ke waktu
dan memberi nasihat kepada direksi serta malakukan hal – hal lain seperti
kepada setiap anggota dengan mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat
ditempat kegiatan usaha di wilayah republik Indonesia. Risalah rapat dibuat dan
berfungsi sebagai bukti sah mengenai pembahasan dan keputusan yang di ambil
dalam rapat tersebut. Dewan Komisaris mengadakan empat kali rapat pada
2. Dewan Komisaris
b. Dewan Komisaris memiliki 10 anggota dewan komisaris yang terdiri dari satu
orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris dan tiga anggota
komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan direksi dan dewan komisaris
3. Dewan Direksi
a. Dewan direksi terdiri dari satu orang presiden direktur, enam orang direktur.
b. Tugas utama dari direksi adalah menentukan usaha sebagai pimpinan umum
4. Sekretaris
Anggaran Dasar ketentuan Pasar Modal dan peraturan lain yang terkait, dan
5. Audit Internal
a. Unit Audit Internal di pimpin oleh Grup Audit Manager di bantu oleh
beberapa auditor internal dan diatur dengan Piagam Audit Internal. Piagam
jawab auditor internal dan semua anggota Unit audit Internal setuju untuk
b. Ketua Unit Audit Internal di tunjuk oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan
Komite Audit.
PT. Unilever adalah prusahaan yang bergerak di bidang usaha memproduksi barang –
Indonesia, Unilever adalah produsen merek – merek terkenal di seluruh dunia dan juga
terkenal di tingkat regional dan local, antara lain Pepsodent, Lifebouy, Lux, Dove, Sunsilk,
Clear, Rexona, Rinso Molto, Ponds’s, Citra, Blue Band, Royco,Kecap Bango,Pembersih
Toilet wall’s dan lain – lain. Sebagai perusahaan yang yang telah “go public” pada tahun
1981 dan sahamnya tercatat dan diperdagangkan di bursa efek Indonesia (Jakarta dan
surabaya).
Selain Pepsodent, Lifebouy, Lux, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Rinso Molto,
Ponds’s, Citra, Blue Band, Royco, Bango, wall’s dan lain – lain. Produck utama lainnya
adalah Pond’s. pond’s merupakan merek dari produk kecantikan yang dikeluarkan oleh PT.
Unilever Indonesia Tbk. Produk kecantikan yang memahami kebutuhan bahwa dengan
Sebagai perusahaan terkemuka dan terbesar dalam bidang produk perawatan wajah,
pond’s selalu berkomitmen untuk menghadirkan solusi kecantikan secara menyeluruh yang
dapat membuat kulit setiap orang lebih indah dari yang pernah ia harapkan.
4.2.1 Perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia Tbk
Periode 2005-2009
Berikut disajikan tabel dan grafik perkembangan Return on equity (ROE), pada
Tabel 4.1
Return on equity (ROE) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009
Tahun Return On Equity (ROE) (%) Perkembangan
2005 66,27
2006 72,69 9,69%
2007 72,88 0,26%
2008 77,64 6,53%
2009 82,21 5,89%
76
Gambar 4.3 Perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia
Dari table 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa PT. Unilever Indonesia mengalami
kenaikan secara terus menerus pada return on equity dari tahun 2005-2009, diakibatkan
karena Investasi pada pemasaran perdagangan PT. Unilever Indonesia ditingkatkan terus
menerus untuk mendukung distributor dan pelanggan PT. Unilever Indonesia Tbk karena
semakin tinggi ROE pada PT. Unilever menunjukkan semakin efisien dan efektif PT.
Unilever menggunakan ekuitasnya maka kepercayaan investor pada PT. Unilever semakin
bertambah.
77
4.2.2 Perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2005-2009
Berikut disajikan tabel dan gambar perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada
Tabel 4.2
Debt to equity ratio (DER) pada PT.Unilever Indonesia, Tbk Periode 2005-2009
Tahun Debt to Equity Ratio (DER) Perkembangan
2005 76,3 -
2006 94,9 24,38%
2007 98 3,27%
2008 109,6 11,84%
2009 102 -6,93%
Gambar 4.4 Perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia
Dari table 4.2 diatas, diketahui bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk dapat dijelaskan
bahwa pada tahun 2008-2009 Debt to equity ratio kemampuan perusahaan PT. Unilever
Indonesi Tbk dalam membayar hutang dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki
PT. Unilever Indonesia Tbk kepada kreditor, dengan bisa melunasinya hutang maka PT.
Unilever Indonesia Tbk akan semakin dipercaya oleh investor asing dan para investor tidak
4.2.3 Perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT. Unilever Indonesia tbk
Periode 2005-2009
Berikut disajikan tabel dan grafik perkembangan Price earning ratio (PER), pada
Tabel 4.3
Price earning ratio (PER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009
Tahun Price Earning Ratio (PER) Perkembangan
2005 22,64 -
2006 29,25 29,20%
2007 26,25 -10,26%
2008 24,72 -5,83%
2009 27,7 12,06%
79
Gambar 4.5 Perkembangan Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa Price earning ratio (PER)
pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun 2005 sebesar 22,64%. %. Pada tahun 2006
mengalami peningkatan sebesar 29,20% dari tahun sebelumnya menjadi 29,25%. Tahun
2007 mengalami penurunan sebesar 10,26%, dari tahun sebelumnya menjadi 26,25%.
Kemudian menurun kembali pada tahun 2008 sebesar 5,83% dari tahun sebelumnya
menjadi 24,72%. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,06% dari tahun
Price earning ratio (PER) dari tahun 2005 sebesar 22,64% menjadi 27,7% pada tahun 2009.
PT. Unilever Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, hal ini diakibatkan
karena pada tahun 2006-2008 harga saham pada PT. Unilever mengalami penurunan
sehingga investor tidak menanamkan modal karena prospek pertumbuhan pasar dimasa
80
yang akan datang tidak begitu besar. Pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan dan pada
saat itulah yang akan menarik investor untuk menanamkan modal karena kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang cukup besar, dilihat pada
4.3 Analisis Verifikatif Pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio
(DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2005-2009
Untuk melihat apakah return on equity (ROE), dan debt to equity ratio (DER)
berpengaruh terhadap price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk periode
Analisis koefisien linier regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk
mengetahui besarnya Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning
Tabel 4.4
Perhitungan Analisis Statistik
(dalam jutaan rupiah)
Yˆ = a + b1X1 + b2X2
a = konstanta
bi = koefisien regresi
Maka diperoleh:
82
• Koefisien regresi b1 :
b1 =
( ∑ X ' Y ') ( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' Y ')( ∑ X '
1
2
2 2 1 X '2 )
( ∑ X ' )( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' X ' )
2 2 2
1 2 1 2
b1 =
( 30,54 )( 614,13) − ( 55,82 )( 249,98)
(142,81)( 614,13) − ( 249,98)
2
18757,94 − 13953, 49
b1 =
87701, 66 − 62487,8
b1 =
( 4804, 45)
( 25213,86 )
b1 = 0,191
• Koefisien regresi b2 :
b2 =
( ∑ X ' Y ') ( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' Y ')( ∑ X '
2
2
1 1 1 X '2 )
( ∑ X ' )( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' X ' )
2 2 2
1 2 1 2
b2 =
( 55,82 )(142,81) − ( 30,54 )( 249,98)
(142,81)( 614,13) − ( 249,98)
2
7971,34 − 7635, 21
b2 =
87701, 66 − 62487,80
336,13
b2 =
25213,86
b2 = 0, 013
83
• Konstanta a :
a =−
Y b1 X 1 − b2 X 2
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai a sebesar 10,665, nilai b1 sebesar 0,191
dan b2 sebesar 0,013. Dengan demikian maka dapat dibentuk persamaan regresi linier
a = 10,665 artinya: jika Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER)
10,665 persen.
b1 = 0,191 artinya: jika Return On Equity (ROE ) meningkat sebesar satu persen sementara
b2 = 0,013 artinya: jika Debt To Equity Ratio (DER) meningkat sebesar satu persen
1. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data digunakan pendekatan P-P plot antara expected
cumulatif probability dengan observed cumulatif probability, yang disajikan pada gambar
berikut:
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
dengan nilai ekspektasi mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
2. Uji Multikolinieritas
Berikut adalah hasil uji multikolinieritas dengan melihat nilai tollerance dan VIF.
Coeffi cientsa
Collinearity Statistic s
Model Tolerance VIF
1 ROE ,287 3,478
DE R ,287 3,478
a. Dependent Variable: PE R
Berdasarkan output di atas, diketahui nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10,
demikian pula nilai tolerance semua variabel bebas > 0,10. Dengan demikian maka dapat
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah varian dari residual tidak sama untuk
semua pengamatan, yang menyebabkan estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien
determinasi akan menjadi sangat tinggi. Jika dari suatu pengamatan tersebut terdapat varian
yang berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Dengan kata lain pengujian ini
dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis regresi. Dalam
heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat pola titik-titik pada scatter plot regresi.
• Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur seperti
• Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
Scatterplot
1.5
Regression Studentized Residual
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
Dari hasil uji Heteroskedastisitas menggunakan scatter plot pada regresi, dapat
diketahui bahwa pola titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
4. Uji Autokorelasi
Berikut adalah hasil uji autokorelasi dengan menggunakan analisis durbin watson (dw).
Model Summary b
Berdasarkan output di atas, diketahui nilai dw sebesar 2,396. Nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai dL dan dU yang terdapat pada tabel durbin watson. Dengan
α=0,05, banyak variabel bebas (k) = 2 dan sampel (n) sebanyak 5, diperoleh nilai dL
sebesar 0,291 dan dU sebesar 1,601, sehingga diperoleh nilai 4-dU sebesar 2,399. Dari
nilai-nilai di atas, diketahui bahwa nilai dw (2,396) berada di antara dU (1,601) dan 4-dU
(2,399). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi baik autokorelasi positif
antara variabel bebas dan variabel terikat. Berikut akan diuraikan analisis korelasi baik
4.3.2.1 Analisis Korelasi Parsial antara Return On Equity (ROE) (X1) dengan Price
Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara
Return On Equity (ROE ) (X1) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y) maka
Tabel 4.5
Koefisien Korelasi Pearson ROE dengan PER
No Resp X1 Y X12 Y2 X1Y
1 66,27 22,64 4391,71 512,57 1500,35
2 72,69 29,25 5283,84 855,56 2126,18
3 72,88 26,25 5311,49 689,06 1913,10
4 77,64 24,72 6027,97 611,08 1919,26
5 82,21 27,7 6758,48 767,29 2277,22
Jumlah 371,69 130,56 27773,50 3435,56 9736,11
n∑ X 2Y − (∑ X 2 )(∑ Y )
rb =
{n∑ X 2 2 − (∑ X 2 ) 2 }{n∑ Y2 − (∑ Y ) 2 }
2
5(9736,11) − (371,69x130,56)
= 0,498
Correl ations
ROE (X1) PE R (Y )
ROE (X1) Pearson Correlation 1 .498
Sig. (2-tailed) .394
N 5 5
PE R (Y ) Pearson Correlation .498 1
Sig. (2-tailed) .394
N 5 5
Equity (ROE ) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,498. Koefisien korelasi
bertanda positif menunjukkan hubungan parsial yang terjadi antara Return On Equity
(ROE ) dengan Price Earning Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Return On
Equity (ROE ) akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning Ratio (PER). Nilai 0,498
menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara Return On Equity (ROE ) dengan Price
Earning Ratio (PER) berada dalam kategori hubungan yang sedang (interval 0,40- 0,599).
4.3.2.2 Analisis Korelasi Parsial Antara Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan
Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara
Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y) maka
Tabel 4.6
Koefisien Korelasi Pearson DER dengan PER
No Resp X2 Y X12 Y2 X1Y
1 76.3 22.64 5821.69 512.57 1727.43
2 94.9 29.25 9006.01 855.56 2775.83
3 98 26.25 9604.00 689.06 2572.50
4 109.6 24.72 12012.16 611.08 2709.31
5 102 27.7 10404.00 767.29 2825.40
Jumlah 480.8 130.56 46847.86 3435.563 12610.47
n∑ X 2Y − (∑ X 2 )(∑ Y )
rb =
{n∑ X 2 2 − (∑ X 2 ) 2 }{n∑ Y2 − (∑ Y ) 2 }
2
5(12610,05) − (480,8x130,56)
= 0,439
Correl ations
DE R (X2) PE R (Y )
DE R (X2) Pearson Correlation 1 .439
Sig. (2-tailed) .460
N 5 5
PE R (Y ) Pearson Correlation .439 1
Sig. (2-tailed) .460
N 5 5
92
Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,439. Koefisien korelasi
bertanda positif menunjukkan hubungan parsial yang terjadi antara Debt To Equity Ratio
(DER) dengan Price Earning Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Debt To
Equity Ratio (DER) akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning Ratio (PER). Nilai
0,439 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara Debt To Equity Ratio (DER)
dengan Price Earning Ratio (PER) berada dalam kategori hubungan yang sedang (interval
0,40– 0,599).
4.3.2.3 Analisis Korelasi Simultan Antara Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To
Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y)
antara Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price
Model Summary b
Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar
93
0,499. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan hubungan simultan yang terjadi
antara Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning
Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Return On Equity (ROE ) dan Debt To
Equity Ratio (DER) secara simultan akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning
Ratio (PER). Nilai 0,499 menunjukkan hubungan simultan yang terjadi antara Return On
Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) berada
Koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (R) atau
disebut juga sebagai R-Square. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan
terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat dihitung sebagai berikut :
R 2 = 6,564 / 26,380
R 2 = 0, 249
Kd = R2x100%
94
Kd = (0,499)2x100%
Kd = 24,9%
Model Summary b
Dari tabel hasil output SPSS di atas, diketahui nilai koefisien determinasi atau R
square sebesar 0,249 atau 24,9%. Hal ini menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE )
dan Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan memberikan pengaruh terhadap variabel
Price Earning Ratio (PER) sebesar 24,9%. sedangkan sisanya sebesar 100%- 24,9% =
75,1% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti Debt To Total
Asset, Time Interenst Earned Ratio, dan fixed Charge Covarage Ratio . Untuk mengetahui
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maka dilakukan
dengan cara nilai beta X zero order pada output SPSS sebagai berikut :
95
Coeffi cientsa
St andardiz ed
Coeffic ients Correlations
Model Beta Zero-order
1 ROE ,443 ,498
DE R ,064 ,439
a. Dependent Variable: PE R
Berikut disajikan hasil pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel
2. Variabel Debt To Equity Ratio (DER) = 0,064 x 0,439= 0,028 atau 2,8%
Dari hasil perhitungan secara parsial di atas, dapat diketahui bahwa variabel yang
paling berpengaruh terhadap variabel Price Earning Ratio (PER) adalah variabel Return On
Equity (ROE ) (X1) sebesar 22,1% dan diikuti dengan variabel Debt To Equity Ratio
(DER) (X2) sebesar 2,8% maka total pengaruh secara keseluruhan sebesar 24,9% dan
Untuk menguji apakah variabel Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio
(DER) secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio
H0 : β1= β2 = 0, Artinya, tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari Return On
Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2) terhadap Price
Ha : paling sedikit ada satu βi≠0 Artinya, terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari
Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2)
Kriteria uji : tolak H0 jika nilai F-hitung > F-tabel, terima Ha jika nilai F-hitung < F-tabel
JK Re gresi / k
Fhitung =
JK (Re sidu ) / {n − ( k + 1)}
k=2
n=5
JKRegresi
=
JK Re gresi ( 0,191)( 30,54 ) + ( 0, 013)( 55,82 )
JK Re=
gresi 5,820 + 0, 744
JK Re gresi = 6,564
JKResidu
( ∑ Y ')
2
=
JK Re sidu − JK Re gresi
97
=
JK Re sidu 26,380 − 19,816
JK Re sidu = 19,816
Maka:
6,564 / 2
Fhitung =
19,816 / {5 − ( 2 + 1)}
3, 282
Fhitung =
9,908
Fhitung = 0,331
ANOV Ab
Sum of
Model Squares df Mean S quare F Sig.
1 Regres sion 6,564 2 3,282 ,331 ,751a
Residual 19,816 2 9,908
Total 26,380 4
a. Predic tors: (Constant), DER, ROE
b. Dependent Variable: PE R
Berdasarkan tabel output di atas, dapat diketahui nilai F hitung sebesar 0,331. Nilai
ini akan dibandingkan dengan nilai F tabel. Dengan α=0,05, db1=2 dan db2=3, diketahui
nilai F tabel sebesar 9,552. Dari nilai-nilai di atas, diketahui nilai F hitung (0,331) < F tabel
(9,552), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang
signifikan dari Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2)
98
terhadap Price Earning Ratio (PER) (variabel Y). Jika disajikan dalam gambar, maka nilai
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
Untuk melihat lebih rinci pengaruh secara parsial dari variabel bebas terhadap
variabel terikat, berikut disajikan uji hipotesis secara parsial menggunakan uji t.
• Pengujian X1:
Kriteria : Tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t tabel, terima dalam hal lainnya
thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.
b1 0,191
thitung untuk ROE == = 0,388
se1 0, 491
Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X1 sebagai berikut:
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk Return On Equity
(ROE ) sebesar 0,388. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi
t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=5-2-1=2, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel
sebesar ± 4,303. Diketahui bahwa t hitung untuk X1 sebesar 0,388 berada di kedua nilai t
tabel (-4,303 dan 4,303), maka Ho diterima artinya Return On Equity (ROE ) secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Jika digambarkan, nilai t
Daerah Daerah
penolakan Ho penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
• Pengujian X2:
Kriteria : Tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t tabel, terima dalam hal lainnya
thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.
b1 0,013
thitung untuk ROE =
= = 0,056
se1 0, 237
101
Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai berikut:
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk Debt To Equity Ratio
(DER) sebesar 0,056. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi
t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=5-2-1=2, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel
sebesar ± 4,303. Diketahui bahwa t hitung untuk X2 sebesar 0,056 berada diantara nilai t
tabel (-4,303 dan 4,303), maka Ho diterima artinya Debt To Equity Ratio (DER) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Jika
digambarkan, nilai t hitung dan t tabel untuk pengujian parsial X2 tampak sebagai berikut:
102
Daerah Daerah
penolakan Ho penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disajikan pada Bab IV, maka
1. Perkembangan Return On Equity (ROE) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun 2005-
2009 mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan yang terjadi dikarenakan
menerus untuk mendukung distributor dan pelanggan PT. Unilever Indonesia Tbk
karena semakin tinggi ROE pada PT. Unilever menunjukkan semakin efisien dan
2. Perkembangan Debt to equity ratio (DER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun
2005-2009 mengalami penurunan pada tahun 2009, kondisi ini disebabkan oleh
kemampuan perusahaan PT. Unilever Indonesi Tbk dalam membayar hutang kepada
kreditor dengan jumlah yang besar dan dengan menggunakan modal sendiri yang
berkurang dan tingkat kepercayaan investor asing kepada PT. Unilever menurun
103
104
3. Perkembangan Price earning ratio (PER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun
karena prospek pertumbuhan pasar dimasa yang akan datang tidak begitu besar.
Investor asing mencari perusahaan yang mampu mendapatkan laba dimasa yang
Indonesia.
Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan memberikan pengaruh terhadap Price
Earning Ratio (PER) sebesar 24,9% sedangkan sisanya sebesar 75,1% merupakan
pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti ( ROI,ROA,EPS,DAR, dan
Time Interest Earned Ratio). Berdasarkan uji hipotesis secara simultan, pengaruh
sebesar 24,9% dinyatakan tidak signifikan ( F hitung 0,331 < F tabel 9,552).
hitung berada di wilayah penerimaan H0), demikian pula Debt To Equity Ratio
(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER) pada PT.
5.2 Saran
1. PT. Unilever Indonesia Tbk harus lebih mampu mempertahankan kinerja rasio
keuangan ROE yang terbukti signifikat mempengaruhi PER. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuka anak cabang perusahan baru untuk memperluas pangsa
2. Sebagai perusahan besar PT. Unilever Indonesia Tbk harus menambahkan modal
sendiri dengan cara meningkatkan penyediaan dana oleh pemegang saham dan
menggunakan modal sendiri dengan membuat inovasi baru agar investor tertarik
3. Selain faktor yang diatas perlu diperhatikan melihat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi PER dan resiko saham sehingga tujuan investasi untuk memperoleh
keuntungan tercapai. Bagi perusahaan yang ingin menaikkan nilai Price Earning
The Effect Of Return On Equity (ROE) And Debt To Equity Ratio (DER)
On Price Earning Ratio(PER)
Study Case At PT Unilever Indonesia Tbk
SIDANG AKHIR
Disusun Oleh:
NIM : 21207113
Irham Fahmi, dan Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Alfabeta.
Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi. (2005). Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi PER antara saham Syatiah dan Saham
Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdapar di BEI
Sofyan Syafri Harahap. (2004). Analisis Kritis atas Lapoan Keuangan. Jakarta:PT
Raja Grasindo Persada.
106
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
PENDIDIKAN
Saya menyatakan bahwa semua informasi yang diatas adalah benar dan sesuai dengan
pengetahuan saya.
21207113
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang strata 1 program studi
yang penulis susun berjudul “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To
Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada PT Unilever
Indonesia Tbk
tantangan dan cobaan yang dihadapi penulis dalam menyusun seminar usulan
penelitian ini, namun berkat bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak,
akhirnya seminar usulan penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu, rasa terima
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UNIKOM.
3. Ibu Linna Ismawati, SE, M.Si., selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas
4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si., selaku pembimbing , terima kasih atas ilmu,
5. Bapak Rizky Zulfikar, SE., M.Si., selaku koordinator Seminar Sidang Akhir.
ii
6. Kedua Orang tua yaitu Ayahanda Eduardo A. Tilman dan Ibunda Luciana da
Costa.S.A. Tilman atas semua dukungan, nasehat, kasih sayang, do’a yang tak
pernah henti, dan kesabaran serta perjuangan yang tak pernah lelah demi
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung
Penulis juga menyadari bahwa seminar usulan penelitian ini masih jauh
Akhir kata, penulis berharap agar seminar usulan penelitian ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
iii