Sei sulla pagina 1di 112

ABSTRACT

Name : Lucia Maria.F.C.Tilman


Nim : 21207113
Title : The Effect Of Return On Equity (ROE) And Debt To Equity Ratio (DER)
On Price Earning Ratio(PER)Study Case At PT Unilever Indonesia Tbk

The objective of this research is to figure out how far the return on equity (ROE)
and debt to equity ratio (DER) influencing price earning ratio (PER), and the company
growth which will creates investment choices that can be achieved by the company in the
future.
The methods we are using in this research is qualitative and quantitative and our
research object is a multi national company that work on food production, cleaner, private
consumers, registered in stock exchange company Jakarta “PT.Unilever Indonesia Tbk”.
The data’s collected was secondary data from a period of 2005-2009 which is has been
published. Based on that report we are studying returned on equity (ROE) , Debt to Equity
Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) by using Double regression method to test
effect those variables over Price Earning Ratio (PER).

The results revealed PT.Unilever Indonesia Tbk overall budget ratio in relation to
Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) is unsatisfactory, While
variable return on equity (ROE) is categorized as satisfactory.
The effect of return on equity and debt to equity on price earning ratio resulted positively
and significant to PT.Unilever Indonesia Tbk Simultaneously and partially.

Key words: Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), PT. Unilever Indonesia Tbk.
ABSTRAK

Nama : Lucia Maria.F.C.Tilman


Nim : 21207113
Judul : Pengaruh Pengembalian Modal dan Rasio Hutang Terhadap Pendapatan
Harga Saham Pada PT. Unilever Indonesia Tbk

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On
Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, dan Pertumbuhan
perusahaan akan menciptakan banyak pilihan investasi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan di masa yang akan datang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif
dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan multinasional yang
bergerak dibidang memproduksi makanan, pembersih, konsumen pribadi yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk. Data yang diambil merupakan data
sekunder berupa laporan keuangan dari tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut yang dihitung Return On Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2005-2009. Teknik regresi
berganda digunakan untuk menguji pngaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Price Earning Ratio (PER).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk
secara keseluruhan Debt to Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) termasuk
dalam kategori kurang baik. Sedangkan variabel (Return On Equity (ROE), termasuk dalam
kategori baik. Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price
Earning Ratio berdampak positif dan signifikan pada PT. Unilever Indonesia Tbk secara
simultan dan secara parsial.

Kata kunci : Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), PT. Unilever Indonesia Tbk.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha berkembang dengan pesat, terlebih dalam

menghadapi situasi perekonomian yang semakin terbuka. Sejalan dengan itu, maka

perusahaan juga semakin terdorong untuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya.

Hal ini berakibat semakin ketat persaingan antara perusahaan sehingga kelangsungan

hidup maupun kesempatan berkembang suatu perusahaan sangat di pengaruhi oleh

ketersediaan dan akses perusahaan tersebut terhadap sumber dana atau modal yang

tersedia. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan

kemampuannya di segala bidang, dengan melaksanakan efesiensi di semua fungi

manajemen baik keuangan, sumber daya manusia, produksi maupun pemsaran serta

ditunjang dana yang memadai.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat

investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Bagi perusahaan yang

menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjual belikan dibursa

merupakan indikator nilai perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga

apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Apabila

nilai perusahaan meningkat maka kemakmuran pemegang saham juga akan

meningkat.

1
2

Return On Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa dengan

mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. (Brigham dan

Houston, 2010 :146-149).

Return of equity (ROE) mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan

merupakan ukuran kinerja tunggal yang terbaik dilihat dari kacamata akuntansi.

Investor sudah pasti menyukai nilai ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi

umumnya memiliki kolerasi yang positif dengan harga saham yang tinggi. Namun

ada beberapa faktor lain lagi yang terlibat. (Brigham dan Houston, 2010 :150).

Pada sebuah perusahaan harus mempunyai rasio debt to equity ratio yang positif.

Debt to equity ratio adalah rasio yang melihat seberapa besar kemampuan perusahaan

melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Tak jadi soal jika laba sedikit

asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajibannya dengan modal yang

dimiliki. (Ali Arifin, 2004 : 86)

Price earning ratio (PER) merupakan rasio harga per saham terhadap laba per

saham yang menunjukkan jumlah yang dibayarkan investor untuk setiap laba yang

dilaporkan. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana

pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan dimasa depan. Jika rasio

likuiditas, manajemen asset, manajemen utang, dan profitabilitas semuanya terlihat

baik dan jika kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil maka rasio nilai pasar

juga akan tinggi, harga saham kemungkinan akan tinggi sesuai dengan yang
3

diperkirakan, dan manajemen telah melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga

sebaiknya mendapatkan imbalan. (Brigham dan Houston, 2010 :150).

Price earning ratio PER mengambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba. Price earning ratio PER dihitung dalam satuan

kali, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berartin pasar akan menghargai

10 kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil

PER suatu saham, semakin baik karena selain dapat membeli saham dengan harga

yang relatif murah, kemungkinan akan mendapatkan capital gain yang semakin besar

sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go

public. Sebaliknya perusahaan mengiginkan Price earning ratio PER yang tinggi

pada waktu perusahaan tersebut go public untuk menunjukan bahwa kinerja

perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula.

PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar di

Indonesia yang bergerak dalam bidang bisnis produksi dan distribusi barang

konsumsi yang beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933, telah tumbuh dan

berkembang bersama masyarakat Indonesia selama 78 tahun. Barang-barang tersebut

antara lain adalah yaitu meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan, susu, es cream,

minuman dan produk-produk kosmetik dan masih banyak lagi. Produk-produk dari

PT. Unilever Indonesia Tbk telah dipakai oleha sebagian besar masyarakat Indonesia

dan terbukti kualitas dari produk-produk tersebut.


4

Sebagai perusahaan yang telah go public pada tahun 1981 dan sahamnya

tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, Unilever memiliki komitmen

kuat untuk terus maju bersama Indonesia.

Perkembangan Return On Equity (ROE), Debt To Equity (DER) dan Price

Earning Ratio (PER) pada PT. Unilever dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini :

Table 1.1
Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Price earning
ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk
Periode 2005-2009
Tahun Return On Debt to Equity Price
Equity (ROE) Ratio (DER) Earning
% % Ratio
(x)
2005 66.27 76.3 22.64
2006 72.69 94.9 29.25
2007 72.88 98.0 26.25
2008 77.64 109.6 24.72
2009 82.21 102.0 27.70
Sumber : www.unilever.com/ data diolah

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa rata-rata Return On Equity,

Debt To Equity Ratio dan Price Earning Ratio mengalami perubahan yang tidak

konsisten, ada penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2008 ROE dan DER mengalami

kenaikan tetapi pada PER mengalami penurunan yang cukup tinggi.


5

Kondisi ini tentu tidak sesuai dengan teori menurut Sofyan syafri harahap

(2004 : 311) yang menyatakan bahwa price earning ratio (PER) yang tinggi

menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan

datang cukup tinggi. Tetapi pada kenyataan yang terjadi ditahun 2008 Price earning

ratio mengalami penurunan. Dengan demikian keadaaan ini merupakan fenomena

yang perlu dilakukan penelitian. Kemudian diperjelas dengan grafik dibawah ini :

Berdasarkan pada table 1.1 diatas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :

120 ROE,DER,PE
R
109,6
100 102
94,9 98

80 82,21
76,3 77,64
72,69 72,88
66,27 ROE
60
DER
40
PER
29,25 26,25 27,7
22,64 24,72
20

0
2005 2006 2007 2008 2009 Tahun

Sumber : PT. unileve.com

Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Harga
Saham pada PT. Unilever Indonesia Tbk
Periode 2005-2009
6

Berdasarkan table 1.1 dan gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa PT Unilever

Indonesia Tbk, kondisi Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun

2005 sampai dengan tahun 2009 yang dapat dari perhitungan laporan keuangan PT

Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami kenaikan

pada ROE, DER dan PER sedangkan pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan

pada ROE dan DER tetapi pada PER mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh

keadaan karena krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia akhir-akhir ini

sehingga banyak pengaruh terhadap kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk.

Penurunan kinerja keuangan ini disebabkan oleh banyaknya hutang-hutang

perusahaan, sedangkan laba yang diperoleh cenderung lebih menurun jika

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum terjadi krisis ekonomi. Hal lain juga dapat

disebabkan karena adanya krisis ekonomi dunia yang memuncak, jumlah

pengangguran semakin meningkat, harga barang-barang kebutuhan pokok meningkat,

dan terutama karena penurunan inflasi yang sangat signifikan. Tingkat inflasi yang

tinggi sebagai akibat kenaikan harga minyak mentah dan komoditas, mendorong

semua divisi menaikan harga jualnya guna menutupi kenaikan biaya, sementara daya

beli masyarakat menurun. Dengan adanya krisis keuangan global yang terjadi

mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah, yang berdampak pada kenaikan biaya

bunga dan rugi kurs. Demikian juga pada tahun 2009 penurunan terjadi pada debt to

equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price earning ratio (PER).
7

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada latar belakang diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PENGARUH

PENGEMBALIAN MODAL DAN RASIO HUTANG TERHADAP

KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PT UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

2005-2009”

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian yang telah disebutkan diatas dapat

diidentifikasikan nilai return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER)

meningkat setiap tahunnya tetapi pada price earning ratio (PER) mengalami

penurunan pada tahun 2007-2008. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang

menurun sehingga dapat menganggu nilai harga saham perusahaan tersebut yang

dicerminkan oleh earning per share. Angka PER sering digunakan oleh investor

sebagai bahan untuk memprediksikan kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Demikian pada tahun 2009 penurunan

terjadi pada debt to equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price

earning ratio (PER).


8

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever

Indonesia tbk Periode 2005-2009

2. Bagaimana perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever

Indonesia tbk Periode 2005-2009

3. Bagaimana perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT. Unilever

Indonesia tbk Periode 2005-2009

4. Seberapa besar pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio

(DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk

Periode 2005-2009 baik secara parsial maupun secara simultan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang

merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh Return on equity (ROE) dan debt to

equity ratio (DER) terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia

tbk Periode 2005-2009

Data dan informasi digunakan untuk bahas analisis bagi penyusunan karya

ilmiah dalam bentuk makalah. Yang merupakan syarat bagi penulis untuk menempuh

jenjang S1.
9

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis :

1. Untuk mengetahui perkembangan Return on equity (ROE), pada PT.

Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

2. Untuk mengetahui perkembangan debt to equity ratio (DER), pada PT.

Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

3. Untuk mengetahui perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT.

Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Return on equity (ROE), dan debt

to equity ratio (DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT.

Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009 baik secara parsial maupun

secara simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan akademis

1. Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Return on

equity, debt to equity ratio dan price earning ratio melalui penerapan ilmu

dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya

kedalam teori penelitian ini.


10

2. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

peneliti selanjutnya khususnya mengenai Return on equity, debt to equity

ratio dan price earning ratio agar dapat dijadikan sebagai pembanding dalam

penelitian dengan tema yang sama.

3. Perkembangan ilmu manajemen

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding antara ilmu-ilmu menajemen

dengan keadaan yang terjadi dilapangan sehingga dengan adanya pembanding

tersebut akan dapat memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk

diterapkan pada dunia secara nyata.

1.4.2 Kegunaan praktis

1. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan khususnya dalam penetapan struktur keuangan, dengan memahami

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam keputusan struktur keuangan.

2. Pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang

dapat bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh

tentang pengaruh Return on equity, dan debt to equity ratio terhadap price

earning ratio bagi perusahaan terkait, khususnya perusahaan yang bergerak

dalam bidang industri.


11

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis meneliti kasus ini dari media di

internet dan mengambil data-datanya dari web PT.Unilever Indonesia tbk, dan data

tersebut telah diolah oleh perusahaan tersebut dan dipublikasikan.

Lokasinya perpusatakaan dan waktunya pada saat penulis mengerjakan

penulisan makalah ini.


12

1.5.1.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Februari

2011 sampai dengan April 2011.

Tabel 1.2
Waktu Penelitian

Februar Maret April


No Kegiatan i 2011 2011 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra Survei :

Persiapan Judul
1 Persiapan Teori
Pengajuan Judul
Skripsi
Mencari Perusahaan
Proses Usulan

Penelitian :

2 Penulisan UP
Bimbingan UP
Seminar UP
Revisi UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
Proses Penyusunan
Skripsi :

Bimbingan Skripsi
5 Pendaftaran Skripsi
Sidang Skripsi
Revisi Skripsi
Pengumpulan Draf
Skripsi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Rasio Profitabilitas

2.1.1.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

“Hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio profitabilitas


untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik
manajemen dalam mengelola perusahaan”.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mendefinisikan rasio

profitabilitas sebagai :

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba


melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini juga
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga
Operating Ratio.

Sedangkan Ali Arifin (2004:82) mengatakan :


“Jenis rasio ini menakar seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan
mencetak laba. Ini penting sekali karena, dengan membeli saham berarti anda
sedang menyuntikan dana segar ke perusahaan tersebut. Akibatnya modal
perusahaan tersebut bertambah”.

13
14

2.1.1.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk pengukuran

tingkat profitabilitas menurut (Lukman Syamsuddin, 2007:72)yaitu sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan.

2. Operating Profit Margin

Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volumen penjualan.

3. Net Profit Margin

Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan penjualan.

4. Total Assets Turnover

Mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume

penjualan.

5. Return on Assets

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva

perusahaan.

6. Return on Equity

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan

atas modal yang.

7. Return on Common Stock

Mengukur tingkat penghasilan bagi pemegang saham.

8. Earning Per Share

Mengukur jumlah pendapatan per lembar.


15

9. Dividen Per Share

Menghitung jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk

setiap lembar saham biasa.

10. Book Value Per Share

Menghitung nilai atau harga buku saham biasa yang beredar.

2.1.2 Return On Equity (ROE)

2.1.2.1 Pengertian Return On Equity

Menurut Sutrisno (2004: 267) mengatakan bahwa :

“Return on equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai
rentabilitas modal sendiri. Laba yang di perlukan adalah laba bersih setelah
dipotong pajak atau EAT”.

Menuurut Munawir (2007:240) mengartikan ROE sebagai :


“Return on equity yaitu : rasio diantara laba bersih setelah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik
perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini menunjukkan
rentabilitas dan effisiensi modal sendiri.

Pengertian Return On Equity menurut Brigham & Houston (2010:149) adalah

Rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas

investasi pemegang saham biasa.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dilihat dari produktivitas dan modal sendiri yang dimiliki
16

oleh perusahaan tersebut. Angka dari rasio ini bila semakin tinggi maka menunjukkan

semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat.

2.1.2.2 Rumus Return On Equity (ROE)

Laba bersih
Return On Equity = x 100%
Modal sendiri

Laba bersih tetap dilihat di laporan ragi-laba sedangkan modal (ekuitas) di

neraca. Seperti ROA, hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin

mendekati 100% berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam

mendapatkan laba dengan modal yang ada. Disinilah investor dapat memprediksikan

kemampuan pengambilan hasil investor dalam saham. (Ali arifin, 2004: 83).

2.1.3 Ratio Leverage

2.1.3.1 Pengertian Ratio Leverage

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:303) menyatakan bahwa :

“Rasio leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio ini juga dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka
panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang”.

Adapun definisi ratio leverage (rasio utang) menurut (Brigham dan Houston :

2010,140) adalah ratio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh apa

perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang.


17

Sedangkan menurut Sutrisno (2003:261) yang mengatakan bahwa :

“Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan


dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau
leverage factornya = 0 itu artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya
menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin
rendah leverage factor, perusahaan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi
ekonomi merosot”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa leverage menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Apabila suatu perusahaan tidak

mempunyai leverage factor artinya perusahaan tersebut beroperasi dengan maksimal

dengan menggunakan modal sendiri dalam melakukan operasi. Semakin rendah rasio

ini semakin baik, karena untuk keamanan pihak luar yang terbaik jika jumlah modal

sendiri lebih besar dari hutang, atau minimal sama.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Ratio Leverage

Adapun jenis-jenis ratio leverage yang biasa digunakan untuk pengukuran

ratio leverage menurut Menurut Sutrisno (2003: 261) sebagai berikut :

1. Debt To Total Asset (DAR)

Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasanya disebut ratio hutang

(debt ratio), mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang.

2. Debt To Equity Ratio(DER)

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan

imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.


18

3. Time Interest Earned Ratio

Ratio yang sering disebut sebagai coverage ratio merupakan ratio antara laba

sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.

4. Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya

termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman,

dan sewa.

2.1.4 Debt To Equity Ratio

2.1.4.1 Pengertian Debt To Equity Ratio

Debt to equity ratio menurut Munawir (2007:239) adalah :

“Ratio antara total hutang dengan total modal sendiri. Ia mendefinisikan


bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan
semakin menguntungkan”.

Menurut Sutrisno (2003: 262) debt to equity ratio merupakan : “Rasio hutang

dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang

dimiliki perusahaan dengan modal sendiri”.

Menurut (Ali arifin, 2004: 86) yang berpendapat bahwa

“debt to equity ratio adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan
perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka dimiliki. Tak jadi soal
jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan
modal yang dimiliki”.
19

Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa DebtTto Equity Ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar semua kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimiliki

oleh perusahaan tersebut.

2.1.4.2 Rumus Debt To Equity Ratio

Total debt
Debt to equity ratio = x 100%
Total equty

Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka

dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal

sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif

besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio

maksimal 100%.

2.1.5 Price Earning Ratio (PER)

2.1.5.1 Pengertian Price Earning Ratio

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 311) :

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau


harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.
Price earning ratio yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi
perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.
20

Adapun menurut Prastowo (2002:96) yang mengatakan bahwa: “Kegunaan

price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja

perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio

menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin

besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin

mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan

investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi

biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan

bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang.

Menurut Menurut Sutrisno (2003: 268) yang berpendapat bahwa “Price

earning ratio (PER) ini mengukur penbandingan antara harga sahan perusahaan

dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Price earning ratio digunakan

untuk mengukur berbandingan antara harga saham perusahaan dengan dilihat dari

kinerja perusahaan dan keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham.

Angka tersebut akan menunjukkan semakin mahal harga saham, dan inilah yang akan

menjadi daya tarik bagi investor untuk memprediksikan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.


21

2.1.5.2 Rumus Price Earning Ratio

Menurut Menurut Sutrisno (2003: 268) Price Earning Ratio (PER) dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Harga Pasar Saham


Price Earning Ratio =
Laba Bersih

2.1.6 Keterkaitan Antara Variabel Penelitian

2.1.6.1 Hubungan Return On Equity dengan Price Earning Ratio

Menurut Sutrisno (2003: 266-267) mendefinisikan bahwa :

”Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban tentang efektifitas manajemen

perusahaan. Semakin besar tingkat keuntugan maka menunjukkan semakin baik

manajemen dalam mengelola perusahaan, berarti semakin besar laba bersih yang

diperoleh, sehingga akan menaikan PER”.

Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang tinggi akan menunjukkan

tingkat keuntungan atas modal yang dimiliki tinggi pula. Para investor cenderung

menyukai ROE yang tinggi, karena semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula

return yang akan mereka peroleh. Hal ini akan membuat penawaran terhadap saham

perusahaan tersebut meningkat. Penawaran yang tinggi terhadap saham suatu

perusahaan, akan membuat harga saham tersebut akan meningkat sesuai dengan

hukum penawaran pasar.


22

Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Agus Sartono (1997: 87)

yang mengatakan bahwa Return On Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Price

Earning Ratio.

2.1.6.2 Hubungan Debt To Equity Ratio dengan Price Earning Ratio

Munawir (2007:239) mengatakan bahwa

“Debt to equity ratio yaitu ratio antara total hutang dengan total modal
sendiri. Ia mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan
makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan”.

Hal ini menandakan ini menandakan pertumbuhan suatu perusahaan dianggap

cukup tinggi sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang para struktur dana

akan memberikan gains from leverage dan meningkatkan pertumbuhan dan

kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang

relatife besar, umumnya ada pada perusahaan yang besar dan bonafid sehingga akan

membuat naiknya PER perusahaan tersebut.

Menurut Weston dan Copeland (1995:244) mengatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin tinggi rasio harga/laba atau

PER.
23

2.1.6.3 Hubungan antara Return on equity dan Debt to equity ratio dengan Price

earning ratio

Menurut Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi

dalam jurnal tahun 2005 yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

PER antara saham Syatiah dan Saham Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan

yang terdapar di BEI, yang menunjukkan bahwa :

1. Rasio keuangan berpengaruh posifit Price earning ratio adalah Return on

equity yang mempunyai pengaruh positif terhadap Price earning ratio.

2. Rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio adalah

Debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh positif terhadap Price earning

ratio.

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on equity dan Debt

to equity ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap Price earning ratio.

Dilihat dari 2 variabel tersebut, semua variabel berpengaruh terhadap Price earning

ratio, dimana yang digunakan disini adalah closing price dan laba bersih yang

dibagikan untuk mendapatkan nilai PER.


24

Adapun penelitian terdahulu tentang Return On Equity Ratio dan Debt To

Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Tahun Variabel Sampel Hasil


Penelitian / Model
Peneliti
an
Agus 1997 - Total Assets (TA) Regresi Dari ke lima variabel
Sartono - Sales tersebut yaitu (TA,
- Devidend Payout Sales, DPR, ROE, dan
Ratio (DPR) DER) yang diduga
- Return On Equity berpengaruh terhadap
(ROE) Price Earning Ratio
- Debt To Equity Ratio adalah semua variabel
(DER) yang terbukti bersama-
- Price Earning Ratio sama mempunyai
(PER) pengaruh yang nyata
terhadap nilai Price
Earning Ratio.

Sardjananto 2002 - Devidend Payout Regresi Dari kesimpulan


Ratio (DPR) analisis laporan ini
- Return On Equity terdapat adanya dua
(ROE) variabel yang
- Net Assets per share berpengaruh positif
(NAPS) terhadap PER yaitu
- Price Earning Ratio DPR dan ROE
(PER) sedangkan NAPS
berpengaruh negatif
terhadap PER.

Abdul 2006 - Pertumbuhan Regresi Dari kesimpulan


Kholid Penjualan analisis laporan ini
- Return On Equity menjelaskan bahwa dari
(ROE) enam variabel ini yang
- Devidend Payout terdapat hubungan yang
25

Ratio (DPR) positif terhadap PER


- Tingkat Suku Bunga yaitu (Pertumbuhan
SBI Penjualan, ROE, DPR
- Debt To Equity Ratio dan ROI) sedangkan
(DER) pada Tingkat Suku
- Return On Invesment Bunga SBI dan DER
(ROI) mengalami hubungan
- Price Earning Ratio yang negatif terhadap
(PER) PER.

2.2 Kerangka Pemikiran

Investor pada umumnya selalu bersifat menghindari dari resiko dan seorang

yang rasional. Dengan demikian investor dalam mengambil keputusan investasi

(menjual atau membeli saham) akan mendasarkan pada informasi baik yang bersifat

fundamental maupun teknikal. Namun penelitian ini hanya membatasi pada

penggunaan informasi fundamental yang bersifat internal yaitu informasi yang

berhubungan dengan kondisi perusahaan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari

laporan keuangan.

Untuk dapat menilai kinerja perusahaan dengan baik, investor perlu

melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Salah satu alat yang paling sering

digunakan adalah rasio keuangan.

Profitabilitas merupakan salah satu cara dalam analisis rasio keuangan

dimana profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Salah satu cara pengukuran profitabilitas adalah dengan

menggunakan rasio Return On Equity.


26

Menurut Sutrisno (2003:267) Return On Equity merupakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki,

sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang

diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.

Laba bersih
Return on equity = x 100%
Modal sendiri

Laba bersih tetap dilihat di laporan ragi-laba sedangkan modal (ekuitas) di

neraca. Hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin mendekati 100%

berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam mendapatkan laba

dengan modal yang ada. Disinilah investor dapat memprediksikan kemampuan

pengambilan hasil investor dalam saham. (Ali arifin, 2004: 83).

Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat

seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang

mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu

membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki.

Rasio ini dapat rumuskan menurut Ali Arifin (2004:86) sebagai berikut :

Total Hutang
Debt to equity ratio = x 100%
Total Modal Sendiri

Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka

dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal

sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif
27

besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio

maksimal 100%, berdasarkan pada teori Sutrisno (2003: 262) .

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 311), Price earning ratio ini

menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang

ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio yang

tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang

akan datang cukup tinggi.

Menurut Sutrisno (2003: 268), “ Price Earning Ratio mengukur seberapa

besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan

diperoleh oleh para pemegang saham.

Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap

akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata

harga tahunan (Jogiyanto, 2003:201). Harga saham per tahun dapat diperoleh dengan

merata-ratakan harga saham penutupan per hari menjadi rata-rata harga per bulan.

Nilai tersebut kemudian dirata-ratakan menjadi rata-rata harga per tahun.

Menurut Arifin (2002: 87) yang menyatakan bahwa “Semakin baik kinerja per

lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.

Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio”.

Harga Pasar Saham


Price Earning Ratio =
Laba Bersih
28

Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income)

yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun

pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam

perusahaan.

Menurut sartono (2001:87) mengatakan price earning ratio akan meningkat

dengan meningkatnya return on equity. Hal ini disebabkan karena ROE yang

tinggi memungkinkan perusahaan untuk berkembang dengan baik. Selain itu PER

meningkat untuk proporsi yang semakin besar sepanjang ROE lebih besar dari

required rate of return.

Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat

seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang

mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu

membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki.

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 306) mengatakan bahwa rasio ini

mengambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset.

Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar

dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik

mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Adanya resiko

yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan turun sehingga Price

Earning Ratio akan ikut turun pula.


29

Dari uraian diatas, tampak jelas pengaruh kinerja keuangan terhadap price

earning ratio, maka peneliti juga mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Return

On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio pada

PT Unilever Indonesia Tbk. Berikut ini gambaran dari kerangka pemikiran yang telah

penulis jelaskan diatas adalah sebagai berikut:

Menurut Sutrisno (2003: 266-267)


Return On Equity:

X1

���= (
� �ℎ)/(� � � )
Price Earning
Menurut sartono
(2001:87)
Ratio :

Y
Menurut
Menurut Putri Yumettasari, PER = (Harga pasar
Endang Tri Widiastuti dan saham)/ (Laba
bersih)
Wisnu Mawardi
Menurut Arifin
(2002: 87)

Debt To Equity ratio:

X2

DER = Total hutang


/Total modal sendiri

Menurut (Sofyan syafri


harahap, 2004: 306)
Munawir (2007:239)

Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran
Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning
Ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk
30

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang masih bersifat sementara dan harus diuji
kebenarannya melalui penelitian.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dikemukakan oleh Sugiyono (2009 : 93) yaitu:

“ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data ”.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan diatas, maka

hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : “Pengaruh Return On Equity

dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio pada PT. Unilever Indonesia

tbk baik secara parsial maupun secara simultan”.


BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka harus ditentukan

terlebih dahulu objek penelitiannya. Dengan demikian maka

pembahasannya nanti dapat difokuskan pada apa yang menjadi objek

penelitiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat objek penelitian menurut

Sugiyono (2010:41) menyatakan bahwa:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu


melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan
yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian
dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada di objek penelitian.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian

adalah hal atau perkara yang menjadi pokok sasaran atau tujuan, yang akan

diteliti oleh peneliti. Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek

penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah Return on equity, debt to

equity dan price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk yang

berlokasi di Graha Unilever Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan

31
32

kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui

hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai

objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2010:2) mengemukakan metode penelitian

bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan

kegunaan. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, data yang

diperoleh adalah data empiris, tujuannya untuk membuktikan data yang

diperoleh terhadap informasi tertentu, dan kegunaannya untuk memahami,

memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono

(2010:29) bahwa “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

adalah metode penelitian yang menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan

tidak terikat oleh jumlah angka atau bilangan.

Sedangkan menurut Masyhuri dan M. Zainudin (2009:45)

pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila


dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan
33

yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah


yang serupa dengan kehidupan.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode verifikatif

adalah metode yang menguji kembali penelitian yang sudah dilakukan

untuk mengatasi masalah serupa di tempat yang berbeda.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji

pengaruh variabel Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap

Price Earning Ratio yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan

pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Metode penelitian yang akan digunakan penulis untuk

mengumpulkan data adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan

pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah

sebagai berikut:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode


penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu,
pengumpulan data menggunkan istrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan data yang berbentuk

bilangan atau angka yang dilakukan untuk ruang lingkup tertentu.


34

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk

menggambarkan perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio,

dan Price Earning Ratio sedangkan untuk metode verifikatif digunakan

untuk mengetahui pengaruh ROE dan DER terhadap PER baik secara

parsial maupun secara simultan.

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini

ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh Return

On Equity, Debt To Equity Ratio, dan Price Earning Ratio. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data

Return On Equity dan Debt To Equity Ratio juga Price Earning Ratio yang

diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.

Dilihat dari jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat-alat yang

digunakan dalam penelitian, serta tempat dan waktu penelitian, maka

penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Jenis

penelitian studi kasus merupakan penelitian yang memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara lengkap, dengan mempelajari secara intensif

mengenai latar belakang dan interaksi objek penelitian.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian

akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
35

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) bahwa “Desain penelitian

bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan

instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan

analisisnya.”

Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79) mengibaratkan

desain penelitian ”Bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun

serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan

tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Sedangkan menurut Nazir (2005:84) desain penelitian adalah

”Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaian penelitian hanya

mengenai penggumpulan dan analisis data saja.”

Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini

peneliti membuat suatu desain penelitian. Adapun tahap-tahap yang akan

dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk

khususnya mengenai perkembangan Return on equity, Debt to equity

dan Price earning ratio.

2. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan Return on equity,

Debt to equity dan Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk.

3. Melakukan studi literatur untuk memperoleh referensi teori-teori

mengenai Return on equity, Debt to equity dan Price earning ratio.

4. Membuat hipotesis yang didasarkan pada teori yang dikembangkan.


36

5. Mengidentifikasi, memberi nama variabel dan membuat definisi

operasional dari masing-masing variabel.

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis statistik untuk

menganalisis data-data yang telah diperoleh serta menguji kebenaran

hipotesis, baik secara manual maupun menggunakan komputer.

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.

8. Menyusun laporan hasil penelitian.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(X1)
Return On Equity

(Y)
Price Earning Ratio

(X2)
Debt To Equity Ratio

Gambar 3.1
Desain Penelitian

Keterangan:

X1 = Return On Equity

X2 = Debt To Equity Ratio

Y = Price Earning Ratio


37

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Untuk mempermudah mendapatkan data yang diperoleh bagi

penilaian. Masalah yang diteliti perlu adanya operasional variable.

Overasionalisasi variable yaitu memecah variabel-variabel yang terkandung

dalam masalah tersebut diatas menjadi bagian-bagian yang paling kecil,

sehingga dapat diketahui klasifikasi ukuranya.

Penjelasan variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:38) yaitu

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga

pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar,

maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:

1. Variable Independent (X)

Pengertian variable independent menurut Sugiyono (2010:39) yaitu

“Variable independent (bebas) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variable dependent (terikat).”


38

Karena itu yang menjadi variable independent atau variabel bebas (X)

pada penelitian ini adalah Return on equity (ROE) dan Debt to equiy ratio

(DER). Indikator yang digunakan adalah Return on equity (ROE) dan Debt

to equiy ratio (DER).

a. Rumus Return on equity (ROE) (X1)

Laba Bersih
ROE = x 100%
Modal Sendiri

b. Rumus Debt to equity ratio (DER) (X2)

Total Hutang
DER = x 100%
Total Modal Sendiri

2. Variable Dependent (Y)

Pengertian variable dependent menurut Sugiyono (2010:39) yaitu:

“Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau


yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Karena itu yang menjadi variable dependent atau variabel terikat (Y)

pada penelitian ini adalah Price earning ratio (PER). Indikator yang

digunakan adalah

Price earning ratio (PER) dengan rumus sebagai berikut :

Harga Pasar saham


PER =
Laba Bersih
39

Adapun tabel operasionalisasi sesuai dengan kedua variabel tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Return On ROE merupakan kemampuan Rasio


Equity perusahaan dalam
(ROE ) menghasilkan keuntungan
dengan modal sendiri yang
(X1) dimiliki, sehingga ROE ini ada
yang menyebut sebagai
rentabilitas modal sendiri.
Laba yang diperhitungkan Laba Bersih
adalah laba bersih setelah ROE = x 100%
dipotong pajak atau EAT. Modal Sendiri

(Sutrisno, 2003:267)

Debt To DER adalah rasio untuk Rasio


Equity melihat seberapa besar
Ratio kemampuan suatu perusahaan
untuk melunasi hutangnya
(DER) Total Hutang
dengan modal yang mereka
DER = x 100%
miliki.
(X2) Total Modal Sendiri
(Ali Arifin, 2004:86)

Price PER merupakan rasio yang Rasio


Earning mengukur seberapa besar
Ratio perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan
(PER) Harga Pasar saham
keuntungan yang akan
PER =
diperoleh oleh para pemegang
(Y) Laba Bersih
saham.
(Sutrisno, 2003:268)
40

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu harus

mengidentifikasi dan mempelajari mengenai populasi yang akan diteliti.

Apakah populasi tersebut memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana

cara pengambilan sampel tersebut.

3.2.3.1 Populasi

Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek

yang ditentukan melalui kriteria tertentu, biasanya mengidentifikasikan

suatu fenomena.

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010:80) yaitu:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek


yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau

subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang

berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan

adalah laporan keuangan tahunan mulai saat PT Unilever Indonesia Tbk.

masuk ke bursa saham sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 yakni

selama 76 tahun.
41

3.2.3.2 Sampel

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara

(hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu.

Karena objek dalam populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:81) yaitu: “Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel

adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

3.2.3.3 Teknik Sampling

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi

yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang

tepat.

Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2010:81) yaitu

“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.”

Untuk menentukan sampel yang akan diteliti terdapat berbagai

teknik sampling yang dapat digunakan. Teknik yang akan digunakan oleh

penulis sesuai dengan judul adalah nonprobability sampling.

Adapun pengertian nonprobability sampling menurut Sugiyono

(2010:84) yaitu “Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan


42

sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.”

Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis

adalah sampling purposive. Pengertian sampling purposive menurut

Sugiyono (2010:85) yaitu “Sampling purposive adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Untuk itu penulis mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan

diteliti yaitu berdasarkan :

1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan PT Unilever Indonesia

Tbk yang terbaru (audit).

2. Data yang diambil adalah 5 tahun dari tahun 2005-2009 dikarenakan

terjadinya suatu fenomena pada lima tahun terakhir, yaitu dari tahun

2005-2009.

3. Sampel yang diambil sebanyak tujuh periode karena sudah dianggap

representatif (mewakili) untuk dilakukan penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi sampel yang diambil

penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari tahun 2005-2009

atau selama 5 tahun di PT Unilever Indonesia Tbk.


43

3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


3.2.4.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini,penulis menggunakan dua data yaitu data

primer dan data sekunder agar memudahkan dalam penelitian. Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan

responden antara lain pengurus,karyawan dan anggota.

Umi Narimawati (2008:11) menyatakan bahwa “Data primer adalah

data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari sumber yang

biasanya melalui pertanyaan tulisan atau lisan”

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

literatur-literatur dan laporan-laporan yang berhubungan dengan obyek

penelitian.

Menurut J.Supranto (1993:8) “Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari suatu orang atau perusahaan yang sudah jadi berupa

publikasi”.

3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah buku-buku

ilmiah untuk memeperoleh gambaran serta informasi teoritis yang


44

berkaitan dengan masalah penelitian, seperti petunjuk menganalisa

laporan keuangan dalam akuntansi maupun penerapan perbankkan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Merupakan metode penelitian mengenai permasalahan yang ada

secara langsung ke objek penelitian untuk mendapatkan laporan

tahunan perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan

keuangan dan data lainnya.

Penelitian lapangan meliputi :

a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab atau

berkomunikasi secara langsung dengan pihak-pihak yang

bertanggung jawab mengenai masalah-masalah keuangan

perusahaan.

b. Observasi yaitu, mengadakan peninjauan atau pengamatan

langsung terhadap objek penelitian guna mendapat gambaran

keuangan dan kegiatan usaha perusahaan.

c. Dokumentasi, yaitu bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan penulis

untuk dijadikan bahan dalam penyusunan skripsi.


45

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis


3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan

dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Menurut Sugiyono (2010:14) analisis kualitatif adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti


ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa
yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai
dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan
penelitian secara mendetail.”

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap

dari variabel X1 (Return on equity (ROE)) dan X2 (Debt to equity ratio

(DER)), peneliti menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai

narasumber dari divisi yang terkait.

Rumus-rumus yang digunakan adalah

a. Return On Equity Ratio

Laba bersih
ROE = x 100%
Modal sendiri
46

b. Deb To Equity Ratio

Total Hutang
DER = x 100%
Total Modal

c. Price Earning Ratio

Harga Pasar Saham


PER =
Laba Bersih

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka

(numeric). Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan

neraca dan laba rugi yang terdapat pada PT Unilever Indonesia Tbk. Dari

hasil analisis tersebut akan didapat analisis pengaruh return on equity dan

debt to equity ratio terhadap price earning ratio.

3. Analisis Statistik

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk

mengetahui besarnya pengaruh return on equity dan debt to equity ratio

terhadap price earning ratio. Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan

antara variable independent (X) dan variable dependent (Y) disebut dengan

persamaan regresi.
47

Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) pengertian regresi linear


berganda adalah :
“Regresi linier berganda mengestimasi besarnya koefisien-koefisien
yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan
dua variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya
nilai variabel tergantung”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak

dari penggunaan analisis regresi, adalah untuk memutuskan apakah naik dan

menurunnya variabel independen (return on equity) dan (debt to equity

ratio) dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan variabel

dependen (price earning ratio).

Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

Y = Price earning ratio

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalahY

pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2 = 0)

X1 = Return on equity

X2 = Debt to equity ratio

b1 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap

variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan.

b2 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap

variabel terikat Y, apabila variabel bebas X1 diangap konstan.


48

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode

kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 +b2ΣX1X2


(Sumber Sugiyono, 2010:279)
ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22

Jika b1 dan b2 positif, maka hal ini menunjukkan hubungan yang

searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain

peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh

peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai

b1 dan b2 negatif berarti menunjukkan hubungan yang berlawanan antara

variabel bebas dengan variable terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan

besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai

variabel terikat, dan sebaliknya.

b. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik

yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini

dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian

asumsi klasik meliputi :


49

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan

persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan

(signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga

layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Singgih Santoso (2005:393), dasar pengambilan keputusan

bias dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

• Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah

normal.

• Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara

normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar

normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan

keputusan :

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model


50

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso,

2005:322).

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data

yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan

untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan

sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari

populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi

berdistribusi tidak normal.

2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua

variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara

sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama

variable independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin

besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan

menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

1
VIF =
1-Ri2
51

Menurut Gujarati, (2005:351) dimana Ri2 adalah koefisien

determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas

X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka

dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2005: 362).

3) Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-

koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi

kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar

koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi

heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank

Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas

terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-

masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang

signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari

residual tidak homogen) (Gujarati, 2005: 406).

4) Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur

berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error

dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang

sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien


52

regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya

menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih

dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

∑ ( et – et-1 )
D–W=
∑ et2

Menurut Gujarati, (2005:467) Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W

dengan nilai d dari tabel Durbin Watson:

 Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat

autokorelasi

 Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat

autokorelasi

 Tidak ada kesimpulan jika : dL ≤ D-W ≤ dU atau 4 – dU ≤ D-W ≤ 4

–dL

(Gujarati, 2005: 470)

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah

terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi

(hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan

hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis


53

regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur

kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y,

variabel X2 dan Y, X1 dan X2 sebagai berikut:

n(∑X1Y) – (∑X1∑Y)
rx1y =

n(∑X2Y) – (∑X2∑Y)
rx1y =
n(∑X1X2) – (∑X1∑X2)
rx1x2 =

(Sumber Sugiyono 2005:268)

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan

analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap

konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r x1 y – x2 y . r x1 x2
r x1 y =
54

b. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1

dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

r x2 y – x1 y . r x1 x2
r x2 y =

c. Koefisien korelasi secara simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1dan X2 terhadap Y dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r12y =

Besarnya koefisien korelasi adalah

a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.

b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua

Variable kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan

(jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat

antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.


55

Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi

nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Keeratan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:250)

d. Koefisiensi Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat

seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel

dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase.

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

d = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien

korelasi berganda. Pada metode koefisien determinasi, kita dapat

mengetahui seberapa besar pengaruh nilai return on equity dan debt to


56

equity terhadap price earning ratio tapi bukan taraf hubungan seperti pada

koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau keadaan

sebenarnya dari kaitan return on equity dan debt to equity terhadap price

earning ratio).

3.2.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan

hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan

nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan

penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan

dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis

alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada

tidaknya pengaruh antara variabel independen (X) yaitu Return on equity

(ROE) (X1) dan Debt to equity (DER) (X2) terhadap Price earning ratio

(PER) sebagai variabel dependen (Y), hipotesis yang diuji dapat

dirumuskan sebagai berikut:


57

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F).

Untuk menguji adanya hubungan antara variabel bebas (X)

secarasimultan terhadap variabel terikat (Y) maka pengujian dilakukan

denganmenggunakan uji statistik F.

a. Hipotesis

Ho : β1 = β2 = 0, Return On Equity dan Debt To Equity Ratio

tidak berpengaruh secara simultan terhadap Price

earning ratio.

Ha : β1 = β2 ≠ 0, Return On Equity dan Debt To Equity Ratio

berpengaruh secara simultan terhadap Price

earning ratio.

b. Rumus uji F yang digunakan adalah :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua

variabel bebas secara bersama-sama dapat berperan atas variabel

terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menentukan nilai

signifikansi ɑyaitu 5% atau 0,05 dan derajatbebas (dk = k ; n – k – l),

untuk mengetahui daerah Ftabel sebagai batas daerah penerimaan dan

penolakkan. Selanjutnya menghitung nilai Fhitung dengan rumus

diatas dan membandingkan hasil perhitungan dengan Ftabel.


58

Menurut Sugiyono (2009:183) menghitung keeratan

hubungan atau koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel

Y yang dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis

koefisien korelasi Product Moment Method atau dikenal dengan

rumus Pearson.

c. Kriteria Pengujian

Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya

hubungan yang diperoleh dari koefisien korelasi. Hasil Fhitung

dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

1. Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk

koefisien positif.

2. Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5% untuk

koefisien negative.

3. Tolak Ho jika nilai Fhitung < 0,05

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis

dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:

Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0

Gambar 3.2
Skema Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Secara Simultan
59

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t).

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

a. Hipotesis

Ho: β1 = 0, Return On Equity tidak berpengaruh positif


terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever
Indonesia Tbk.

Ha: β1≠ 0, Return On Equity berpengaruh positif terhadap


Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

Ho: β2= 0, Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh positif


terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever
Indonesia Tbk.

Ha: β2≠ 0, Debt To Equity Ratio berpengaruh positif terhadap


Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

b. Rumus uji t yang digunakan adalah :

Dimana :
r = korelasi parsial yang ditentukan

n = jumlah sampel

t = thitung

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = (n – k – l),

untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan


60

penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05

karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel -

variabelyang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum

digunakan dalam suatu penelitian. Hasilnya dari perhitungan

kemudian dibandingkan dengan tabel t dengan taraf signifikansi

5%.

c. Kriteria pengujian

Jika menggunakan tingkat kesalahan (α=0,05) untuk diuji

dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu

sebagai berikut:

a. Jika thitung ttabel α=0,05 maka H0 ada di daerah pe olaka , berarti

Ha diterima artinya antara variabel X dan variabel Y terdapat

hubungan.

b. Jika thitung ttabel α=0,05 aka Ho ada di daerah pe eri aa ,

berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak

ada hubungannya.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan

daerah penerimaan Ha :
61

Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Sumber: Sugiyono (2009:185)

3. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku

sebaliknya. Jika t hitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho

ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi

signifikan (tidak signifikan).

Kesimpulannya, return on equity dan debt to equity berpengaruh (tidak

berpengaruh) terhadap price earning ratio. Tingkat signifikannya yaitu 5 %

(α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf

kepercayaan 95 %, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan

kesimpulan mempunyai kebenaran 95 % dan hal ini menunjukan adanya

(tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel

tersebut.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Tahun 1885 di London, dua bersaudara berkebangsaan inggris, William Hesketh

Lever dan Darcy mendirikan perusahaan produsen sabun dengan nama Lever Brothers Ltd.

Tahun 1869, Robert Chesebrough, seorang ahli kimia di perusahaan tersebut menciptakan

produk yang menakjubkan, berasal dari ramuan mineral bumi dan bahan – bahan alami

lainnya. Produk ini berkhasiat untuk melembutkan kulit yang kasar dan terbakar matahari.

Produk tersebut kemudian dinamakan Vaseline Petroleum Jelly, yang saat ini dikenal

dengan Vaseline Hand & Body Lotion. Pada tahun 1872, Vaseline Petroleum Jelly di

jadikan sebagai hak paten oleh Robert Chesebrough, dan mulai dijual di lima Negara Eropa

pada tahun 1890.

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Rotterdam (Belanda) muncul pada sebuah

perusahaan yang menghasilkan margarine dengan nama Van Den Berghs. Perusahaan

margarine tersebut kemudian berubah nama menjadi Margarine Union Of Nederlandsh

N.V. awalnya kedua perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali. Namun

karena tantangan yang mereka hadapi bersama pada awal abad XX yang sulitnya untuk

mendapatkan pasokan bahan baku kopra yang terjamin, telah memaksa keduanya untuk

merger menjadi satu perusahaan pada tanggal 2 september 1929. Gabungan dari dua

62
63

perusahaan tersebut kemudian di beri nama Unilever Ltd dengan kantor pusat yang berada

di London (Inggris) dan unilever N.V dengan kantor pusat di Rotterdam (Belanda).

Unilever masuk ke Indonesia pada tahun 1917, ditandai dengan didirikannya pabrik

minyak kelapa di makasar dan Batavia. Berdirinya kedua pabrik tersebut dianggap sebagai

kejadian yang mempelopori kehadiran Unilever di Indonesia yang saat itu bernama Hindia

Belanda. Tanggal 27 september 1933, Unilever meresmikan kantor sekaligus pusat

pengelolaan di Indonesia tepatnya di daerah Angke, Jakarta dengan nama Lever’s Zeep

Fabriken N.V. yang kemudian menjadi Unilever Indonesia. Adapun yang menjadi

pimpinan pertama Unilever Indonesia adalah Anton Jurgens, seorang pengusaha kopra

untuk pembuatan minyak goring di Jawa, Bali, Lombok, Maluku dan Timor Timur.

Kemudian, tahun 1936 berdiri pabrik pengolahan minyak margarine dengan nama Van Den

Berghs Fabriken N.V.

Pada tahun 1941, Unilever membeli sebuah pabrik milik seorang pengusaha sekaligus

ahli kimia kebangsaan Jerman, yaitu Dr. Dralle di Ngagel, Surabaya yang kemudian diganti

namanya menjadi Maatschappij ter Exsplotatie Der Colibri Fabriken N.V. yang

menghasilkan kosmetika dengan merek colibri. Inilah perusahaan yang menjadi cikal bakal

dari Devisi Elida Geibbs dari PT. Unilever Indonesia yang memproduksi produk perawatan

tubuh.

Seiring dengan gejolak politik di Indonesia, maka pada masa pendudukan jepang

(1942-1945) praktis semua kegiatan Unilever terhenti sama sekali. Barulah setelah
64

kemerdekaan Indonesia, maka Unilever memuali kembali kegiatannya secara besar –

besaran. Tahun 1947 pabrik yang ada di Jakarta sudah mulai beroperasi kembali. Untuk

memperlancar pasokan bahan baku kopra yang terjamin, maka pada tahun 1948, Unileve

membeli sebuah pabrik pengolahan minyak local yaitu Oliefabrieken Acha N. V. di Jakarta.

Pada tahun 1949, pabrik di Suabaya dapat beroperasi kembali.

Sebagai akibat politik Dwikora dan Trikora, dimana Indonesia terlibat konfrotasi

politik dan militer dengan Belanda dan Inggris, maka pada tahun 1964 Unilever

dinasionalisasi secara sepihak oleh pemerintah orde lama. Kemudian tahun 1966

pemerintah orde baru memberikan kesempatan kepada pemodal asing untuk membicarakan

kembali modalnya yang sempet dinasionalisasikan oleh pemerintah orde lama. Kesempatan

ini tentu tidak disia – siakan oleh Unilever internasional Inc selaku pemodal asing.

Akhirnya dengan undang – undang penanaman Modal Asing No. 1/1967, pada tahun

1967 Unilever mulai beroperasi kembali di Indonesia. Pemohonan untuk melakukan

penanaman modal asing yang kedua oleh Unilever Internasional Inc dilakukan kembali

pada tahun 1969 dan total penanaman modal Unilever di Indonesia telah mencapai US$

160 juta. Salah satu akibat dari perluasaan modal ini adalah berdirinya pabrik – pabrik

kosmetik Unilever di kawasan industry Rungkut, Surabaya yang mulai dioperasikan pada

tahun 1972.

Kegiatan PT. Unilever Indonesia telah berkembang dengan pesat. Pada tahun 1976

PT. Unilever merasa perlu untuk mengadakan pemisahan produk menjadi tiga divisi
65

Detergent, Divisi Foods dan Divisi Elida Gibbs. Karena perusahaan minyak local telah

dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan minyak murni, maka pada tahun 1978 pabrik

minyak Archa ditutup.

Pada tanggal 1 september 1980, Unilever berubah menjadi suatu badan hokum yang

dikenal dengan nama PT. Unilever Indonesia Tbk. Kemudian pada tahun 1981 Unilever

menjual sahamnya sebanyak 15% melalui badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM)

kepada masyarakat. Tahun 1982, PT. Unilever Indonesia Tbk telah go public dan sahamnya

di catat dan diperdagangkan di bursa efek Jakarta. Adapun kantor pusat PT. Unilever

Indonesia Tbk. Bertempat di Jakarta tepatnya di Graha Unilever JL. Jendral Gatot Subroto

Kavling 15 Jakarta 12930.

Saat ini Indonesia telah menjadi regional sourcing center atau pusat produksi

beberapa jenis produk untuk di ekspor ke Negara – Negara lain di Asia pasifik. Selain

meningkatkan devisa Negara, hal ini juga telah membuka lebih banyak lapangan pekerjaan

bagi masyarakat Indonesia. Lebih dari 3000 karyawan saat ini telah bergabung bersama PT.

Unilever Indonesia dan 20.000 pekerja memperoleh penghasilan dan usaha – usaha kecil

dan menengah yang berkaitan dengan PT. Unilever Indonesia Tbk.

PT. Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan Unilever Group, ini adalah

perusahaan gabungan dari Negara-negara Inggris dan Belanda, berkantor pusat di London

dan Rotterdam. Perusahaan ini memperkerjakan 300.000 pegawai dan beroperasi di 75

negara di dunia.
66

Dalam melakukan usahanya PT. Unilever berjalan melalui berbagai peristiwa yang

mempengaruhi perusahaan dalam pengoperasiannya. Peristiwa seperti perang di Asia

tenggara, penduduk tentara Jepang (1942-1945), situasi yang tidak menentu setelah perang

dunia ke II selama tahun 1945-1947, kudeta G30S/PKI dan serangkaian peristiwa lainnya

turut mewarnai perjalanan perusahaan.

Adapun filosofi yang selalu dikedepankan Unilever dalam berbisnis yaitu dimana

bumi dipijak di situ langit dijunjung. Unilever pada dasarnya selalu mengikuti aturan yang

berlaku dimana ia beroperasi. Itulah alesannya mengapa PT. Unilever Indonesia

memmutuskan menjadi perusahaan terbuka. Menjadi perusahaan terbuka berarti

pembayaran pajak lebih jelas dan transparan karena diaudit oleh lembaga yang

berkompeten.

Visi PT. Unilever Indonesia Tbk, adalah menjadi perusahaan global yang mampu

membangun merek yang kuat dan perkasa melalui infra struktur pemasaran yang kuat.

Adapun misi PT. Unilever Indonesia Tbk, adalah menambah vitalitas hidup manusia dan

menciptakan produk dan merek yang dapat membuat orang merasa lebih percaya diri (feel

goog, look good and get more out of life).

Satu tekad yang sama dalam perjuangan PT. Unilever dari masa ke masa, yaitu

komitmen mengembangkan the leading power brand sebagai kekuatan sekaligus daya saing

PT. Unilever. Hal ini di tegaskan melalui selogan pemasaran PT. Unilever, “Kami percaya

kepada brand, bukan produk”. Sejak awal PT. Unilever percaya, merek adalah ibarat
67

manusia yang memiliki jiwa. Salah satu kebutuhan jiwa adalah memiliki arti/nilai dan dapat

memberikan kontribusi social. Inilah yang akan membuat sebuah merek hidup selamanya,

karena jiwanya dapat menyentuh emosi manusia.

4.1.1.1. Tujuan Perusahaan

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan ini mempunyai misi dalam

memproduksi dan memasarkan produk-produk baru untuk memahami selera konsumen.

Perusahaan ini berusaha untuk memperluas usahanya baik dalam pengembangan produk

maupun pemasaran.

Adapun misi perusahaan, selain memperluas kesempatan kerja dan berpartisipasi

dalam pembangunan nasional, juga mempunyai tujuan yang telah dan akan

dilaksanakannya. Tujuan tersebut dapat digolongkan kedalam tujuan jangka pendek dan

tujuan jangka panjang.

a. Tujuan Jangka Pendek

• Meningkatkan kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan

• Meningkatkan volume penjualan

• Mencapai target penjualan

b. Tujuan Jangka Panjang

• Meningkatkan laba guna membiayai kelangsungan hidup perusahaan

• Mengadakan perluasan perusahaan

• Menguasai pasar
68

4.1.1.2. Kegiatan Produksi PT. Unilever Indonesia Tbk

PT. Unilever Indonesia Tbk di dalam memproduksi produknya dibagi kedalam 3

devisi yaitu:

1. Divisi Detergen

Divisi ini menghasilkan produk-produk seperti: Rinso, Superbusa, Sunlight, Omo

Cream Detergen, Lux, Lifebuoy, Vim dan Le Sancy.

2. Divisi Elida Gibbs/Kosmetik

Divisi ini menghasilkan produk seperti : Pepoden, Close UP, Sunsilk, Dimension,

Clear, Brisk, Timotie, Organics, Impluse, Vinolia, Rexsona, Denim, Axe, Vaseline,

Pond's, Citra, dan Cuddle.

3. Divisi Foods

Divisi ini menghasilkan produk-produk seperti: Blue Band, Royco, Teh Sariwangi,

Ice Cream Walls.

Sedangkan tempat menghasilkan produk tersebut untuk tiap divisi berlainan

tempatnya, kecuali divisi detergen diproduksi di Surabaya dan Jakarta. Untuk divisi foods

dipoduksi di Jakarta. PT. Unilever pusat mengawasi jalannya kegiatan dari devisi ini dan

memonitor segala aktivitas atau area penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia.
69

Detergen & Foods Detergen Kosmetik Surabaya

Jakarta Surabaya

Area

Penjualan

DKI Jakarta, Bandung, Cirebon, Banjarmasin, Pontianak, Medan, Padang, Palembang,

Lampung, Surabaya, Semarang, Indonesia Timur, Samarinda, Manado, Ujung Pandang.

Gambar 4.1

Lokasi Kegiatan PT. Unilever Indonesia Tbk.

4.1.2. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan manajemen yang baik

dan terarah. Salah satu fungsi manajemen itu adalah pengorganisasian, yaitu suatu proses

penentuan dan pengelompokan peraturan dan macam-macam aktivitas yang diperlukan

untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada tanggung jawab masing-masing

bagian sehingga mempermudah pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan meminta

tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada masing-masing bagian, menetapkan

wewenang secara langsung didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan

aktivitas.
70

Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut PT. Unilever Indonesia Tbk dalam

kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan oleh sebuah

organisasi. Adapun struktur organisasi PT. Unilever Indonesia dapat dilihat pada gambar

4.1 dibawah ini :

Struktur Organisasi
PT. Unilever Indonesia Tbk

Presiden Dilektur

Audit Internal Sekertaris Perusahaan

Direktur Direktur Direktur Ice Direktur Direktur Direktur Human

home&Perso Foods Cream Supply Customer Resource&Corporate

nal Care & Marketing Chain Development Relation

Sumber: PT. Unilever Indonesia Tbk


Gambar 4.2
Struktur Organisasi
PT. Unilever Indonesia Tbk
71

4.1.3 Job Description

1. Presiden Direktur

Tugas direktur pada PT. Unilever Indonesia adalah :

a. Presiden direktur bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan Direksi

dalam menjalankan Perseroan, untuk melakukan tugas – tugas lain sebagaimana

di tentukan oleh rapat umum pemegang saham Tahunan dari waktu ke waktu

dan memberi nasihat kepada direksi serta malakukan hal – hal lain seperti

ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan, panggilan rapat dapat dikirimkan

kepada setiap anggota dengan mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat

rapat Dewan Komisaris.

b. Rapat Dewan Komisars dilakukan di tempat kedudukan perseroan atau

ditempat kegiatan usaha di wilayah republik Indonesia. Risalah rapat dibuat dan

ditanda tangani sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan

berfungsi sebagai bukti sah mengenai pembahasan dan keputusan yang di ambil

dalam rapat tersebut. Dewan Komisaris mengadakan empat kali rapat pada

tahun 2008 dengan persentase kehadiran 95%.


72

2. Dewan Komisaris

Tugas utama Dewan Komisaris pada PT. Unilever Indonesia adalah :

a. Tugas utama Dewan Komisaris adalah mengawasi direksi dalam menjalankan

kegiatan dan mengelola perusahaan. Sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Dewan Komisaris memiliki 10 anggota dewan komisaris yang terdiri dari satu

orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris dan tiga anggota

komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan direksi dan dewan komisaris

atau pemegang saham pengendali.

3. Dewan Direksi

Tugas utama Dewan Direksi pada PT. Unilever Indonesia adalah :

a. Dewan direksi terdiri dari satu orang presiden direktur, enam orang direktur.

b. Tugas utama dari direksi adalah menentukan usaha sebagai pimpinan umum

dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan

bertanggung jawab terhadap pemgembangan peruasahaan secara

keseluruhan, menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan,

melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.


73

4. Sekretaris

Tanggung jawab Sekretaris perusahaan antara lain adalah

a. Memantau kepatuhan perseroan terhadap Undang – Undang Perseroan Terbatas,

Anggaran Dasar ketentuan Pasar Modal dan peraturan lain yang terkait, dan

berhubungan erat dengan Corporate Legal Service.

b. Memelihara komunikasi secara berkala dengan instansi pemerintahaan dan para

pelaku pasar modal yang berhubungan dengan permasalahan tata kelola

perusahaan, tindakan koperasi, dan transaksi material.

c. Memberikan informasi terkini mengenai Perseroan kepada para pemegang

saham, media, investor, analis dan masyarakat umum secara rutin.

d. Menghadiri semua rapat Direksi dan Dewan Komisaris tentang perubahan

peraturan dan implikasinya.

5. Audit Internal

Tugas utama Audit Internal pada PT. Unilever adalaha :

a. Unit Audit Internal di pimpin oleh Grup Audit Manager di bantu oleh

beberapa auditor internal dan diatur dengan Piagam Audit Internal. Piagam

tersebut menjelaskan struktur Unit Audit Internal, kewajiban, dan tanggung

jawab auditor internal dan semua anggota Unit audit Internal setuju untuk

mematuhi sesuai dengan Prinsip Bisnis Unilever.


74

b. Ketua Unit Audit Internal di tunjuk oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan

Komisaris, bertanggung jawab langsung kepada Presiden Direktur. Unit

Audit Internal dalam melaksanakan kewajibannya berhubungan erat dengan

Komite Audit.

4.1.4 Aktivitas Perusahaan

PT. Unilever adalah prusahaan yang bergerak di bidang usaha memproduksi barang –

barang kebutuhan pokok yang sangat di butuhkan konsumen sehari – hari.

Sebagai perusahaan penyedia consumer products yang mempunyai peran penting di

Indonesia, Unilever adalah produsen merek – merek terkenal di seluruh dunia dan juga

terkenal di tingkat regional dan local, antara lain Pepsodent, Lifebouy, Lux, Dove, Sunsilk,

Clear, Rexona, Rinso Molto, Ponds’s, Citra, Blue Band, Royco,Kecap Bango,Pembersih

Toilet wall’s dan lain – lain. Sebagai perusahaan yang yang telah “go public” pada tahun

1981 dan sahamnya tercatat dan diperdagangkan di bursa efek Indonesia (Jakarta dan

surabaya).

Selain Pepsodent, Lifebouy, Lux, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Rinso Molto,

Ponds’s, Citra, Blue Band, Royco, Bango, wall’s dan lain – lain. Produck utama lainnya

adalah Pond’s. pond’s merupakan merek dari produk kecantikan yang dikeluarkan oleh PT.

Unilever Indonesia Tbk. Produk kecantikan yang memahami kebutuhan bahwa dengan

memiliki kulit indah menjadi factor penting bagi setiap orang.


75

Sebagai perusahaan terkemuka dan terbesar dalam bidang produk perawatan wajah,

pond’s selalu berkomitmen untuk menghadirkan solusi kecantikan secara menyeluruh yang

dapat membuat kulit setiap orang lebih indah dari yang pernah ia harapkan.

4.2 Analisis Deskriptif Variabel yang Diteliti

4.2.1 Perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia Tbk

Periode 2005-2009

Berikut disajikan tabel dan grafik perkembangan Return on equity (ROE), pada

PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009.

Tabel 4.1
Return on equity (ROE) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009
Tahun Return On Equity (ROE) (%) Perkembangan
2005 66,27
2006 72,69 9,69%
2007 72,88 0,26%
2008 77,64 6,53%
2009 82,21 5,89%
76

Gambar 4.3 Perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia

Tbk Periode 2005-2009

Dari table 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa PT. Unilever Indonesia mengalami

kenaikan secara terus menerus pada return on equity dari tahun 2005-2009, diakibatkan

karena Investasi pada pemasaran perdagangan PT. Unilever Indonesia ditingkatkan terus

menerus untuk mendukung distributor dan pelanggan PT. Unilever Indonesia Tbk karena

semakin tinggi ROE pada PT. Unilever menunjukkan semakin efisien dan efektif PT.

Unilever menggunakan ekuitasnya maka kepercayaan investor pada PT. Unilever semakin

bertambah.
77

4.2.2 Perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

Periode 2005-2009

Berikut disajikan tabel dan gambar perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada

PT.Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009.

Tabel 4.2
Debt to equity ratio (DER) pada PT.Unilever Indonesia, Tbk Periode 2005-2009
Tahun Debt to Equity Ratio (DER) Perkembangan
2005 76,3 -
2006 94,9 24,38%
2007 98 3,27%
2008 109,6 11,84%
2009 102 -6,93%

Gambar 4.4 Perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia

Tbk Periode 2005-2009


78

Dari table 4.2 diatas, diketahui bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk dapat dijelaskan

bahwa pada tahun 2008-2009 Debt to equity ratio kemampuan perusahaan PT. Unilever

Indonesi Tbk dalam membayar hutang dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki

PT. Unilever Indonesia Tbk kepada kreditor, dengan bisa melunasinya hutang maka PT.

Unilever Indonesia Tbk akan semakin dipercaya oleh investor asing dan para investor tidak

akan ragu menanamkan modal pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

4.2.3 Perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT. Unilever Indonesia tbk

Periode 2005-2009

Berikut disajikan tabel dan grafik perkembangan Price earning ratio (PER), pada

PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009.

Tabel 4.3
Price earning ratio (PER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009
Tahun Price Earning Ratio (PER) Perkembangan
2005 22,64 -
2006 29,25 29,20%
2007 26,25 -10,26%
2008 24,72 -5,83%
2009 27,7 12,06%
79

Gambar 4.5 Perkembangan Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia

Tbk Periode 2005-2009

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa Price earning ratio (PER)

pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun 2005 sebesar 22,64%. %. Pada tahun 2006

mengalami peningkatan sebesar 29,20% dari tahun sebelumnya menjadi 29,25%. Tahun

2007 mengalami penurunan sebesar 10,26%, dari tahun sebelumnya menjadi 26,25%.

Kemudian menurun kembali pada tahun 2008 sebesar 5,83% dari tahun sebelumnya

menjadi 24,72%. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,06% dari tahun

sebelumnya menjadi 27,7%. Dengan demikian, secara keseluruhan terjadi peningkatan

Price earning ratio (PER) dari tahun 2005 sebesar 22,64% menjadi 27,7% pada tahun 2009.

PT. Unilever Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, hal ini diakibatkan

karena pada tahun 2006-2008 harga saham pada PT. Unilever mengalami penurunan

sehingga investor tidak menanamkan modal karena prospek pertumbuhan pasar dimasa
80

yang akan datang tidak begitu besar. Pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan dan pada

saat itulah yang akan menarik investor untuk menanamkan modal karena kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang cukup besar, dilihat pada

perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

4.3 Analisis Verifikatif Pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio

(DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

Periode 2005-2009

Untuk melihat apakah return on equity (ROE), dan debt to equity ratio (DER)

berpengaruh terhadap price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk periode

2005-2009, akan dilakukan analisis regresi linier berganda.

4.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda

a) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis koefisien linier regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk

mengetahui besarnya Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning

Ratio. Maka perhitungan sebagai berikut :


81

Tabel 4.4
Perhitungan Analisis Statistik
(dalam jutaan rupiah)

Perhitungan Manual Regresi Linier Berganda (X1 dan X2 terhadap Y)

No X1 X2 Y X1' X2' Y' (X1')2 (X2')2 X1'X2' X1'Y' X2'Y' Y'2


- - -
1 66,27 76,30 22,64 8,07 19,86 3,47 65,09 394,42 160,23 28,01 68,95 12,05
-
2 72,69 94,90 29,25 1,65 -1,26 3,14 2,72 1,59 2,08 -5,17 -3,95 9,85
-
3 72,88 98,00 26,25 1,46 1,84 0,14 2,13 3,39 -2,68 -0,20 0,25 0,02
109,6 -
4 77,64 0 24,72 3,30 13,44 1,39 10,90 180,63 44,38 -4,60 -18,71 1,94
102,0
5 82,21 0 27,70 7,87 5,84 1,59 61,97 34,11 45,97 12,50 9,27 2,52
Σ(X'1) Σ(X'2) Σ(X'1)(X'2 Σ(X'1)(Y' Σ(X'2)(Y' Σ(Y')
ΣX1 ΣX2 ΣY 2 2
) ) ) 2
Jumlah
371,6 480,8 130,5
9 0 6 142,81 614,13 249,98 30,54 55,82 26,38
Rata-
Rata 74,34 96,16 26,11

Persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah:

Yˆ = a + b1X1 + b2X2

Yˆ = nilai taksiran untuk variabel Price Earning Ratio (PER)

a = konstanta

bi = koefisien regresi

X1 = Return On Equity (ROE )

X2 = Debt To Equity Ratio (DER)

Maka diperoleh:
82

• Koefisien regresi b1 :

b1 =
( ∑ X ' Y ') ( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' Y ')( ∑ X '
1
2
2 2 1 X '2 )
( ∑ X ' )( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' X ' )
2 2 2
1 2 1 2

b1 =
( 30,54 )( 614,13) − ( 55,82 )( 249,98)
(142,81)( 614,13) − ( 249,98)
2

18757,94 − 13953, 49
b1 =
87701, 66 − 62487,8

b1 =
( 4804, 45)
( 25213,86 )
b1 = 0,191

• Koefisien regresi b2 :

b2 =
( ∑ X ' Y ') ( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' Y ')( ∑ X '
2
2
1 1 1 X '2 )
( ∑ X ' )( ∑ X ' ) − ( ∑ X ' X ' )
2 2 2
1 2 1 2

b2 =
( 55,82 )(142,81) − ( 30,54 )( 249,98)
(142,81)( 614,13) − ( 249,98)
2

7971,34 − 7635, 21
b2 =
87701, 66 − 62487,80

336,13
b2 =
25213,86

b2 = 0, 013
83

• Konstanta a :

a =−
Y b1 X 1 − b2 X 2

26,112 − ( 0,191)( 74,338 ) − ( 0, 013)( 96,16 )


a=

a = 26,112 − 14,165 − 1, 282


a = 10, 665
Dengan demikian diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 10,665 + 0,194X1 +0,013 X2

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis regresi linier

berganda sebagai berikut:

Coeffi cientsa

Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R

Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai a sebesar 10,665, nilai b1 sebesar 0,191

dan b2 sebesar 0,013. Dengan demikian maka dapat dibentuk persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

Yˆ = 10,665 + 0,191X1 + 0,013X2

Nilai a b1 dan b2 dalam persamaan di atas dapat di interpretasikan sebagai berikut:


84

a = 10,665 artinya: jika Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER)

bernilai 0 persen maka Price Earning Ratio (PER) akan bernilai

10,665 persen.

b1 = 0,191 artinya: jika Return On Equity (ROE ) meningkat sebesar satu persen sementara

Debt To Equity Ratio (DER) konstan maka Price Earning Ratio

(PER) akan meningkat sebesar 0,191 persen.

b2 = 0,013 artinya: jika Debt To Equity Ratio (DER) meningkat sebesar satu persen

sementara Return On Equity (ROE ) konstan maka Price Earning

Ratio (PER) akan meningkat 0,013 persen.


85

b) Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data digunakan pendekatan P-P plot antara expected

cumulatif probability dengan observed cumulatif probability, yang disajikan pada gambar

berikut:

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PER


1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik-titik koordinat antara nilai observasi

dengan nilai ekspektasi mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data

memiliki data yang berdistribusi normal.


86

2. Uji Multikolinieritas

Berikut adalah hasil uji multikolinieritas dengan melihat nilai tollerance dan VIF.

Coeffi cientsa

Collinearity Statistic s
Model Tolerance VIF
1 ROE ,287 3,478
DE R ,287 3,478
a. Dependent Variable: PE R

Berdasarkan output di atas, diketahui nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10,

demikian pula nilai tolerance semua variabel bebas > 0,10. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan tidak terdapat pelanggaran asumsi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah varian dari residual tidak sama untuk

semua pengamatan, yang menyebabkan estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien

determinasi akan menjadi sangat tinggi. Jika dari suatu pengamatan tersebut terdapat varian

yang berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Dengan kata lain pengujian ini

dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis regresi. Dalam

model regresi diharapkan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Menguji

heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat pola titik-titik pada scatter plot regresi.

Dasar pengambilan keputusan adalah:


87

• Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur seperti

bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Scatterplot

Dependent Variable: PER

1.5
Regression Studentized Residual

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Regression Standardized Predicted Value

Dari hasil uji Heteroskedastisitas menggunakan scatter plot pada regresi, dapat

diketahui bahwa pola titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi heterokedastisitas.


88

4. Uji Autokorelasi

Berikut adalah hasil uji autokorelasi dengan menggunakan analisis durbin watson (dw).

Model Summary b

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 a
,499 ,249 -,502 3,14770 2,396
a. Predictors: (Constant), DER, ROE
b. Dependent Variable: PER

Berdasarkan output di atas, diketahui nilai dw sebesar 2,396. Nilai ini akan

dibandingkan dengan nilai dL dan dU yang terdapat pada tabel durbin watson. Dengan

α=0,05, banyak variabel bebas (k) = 2 dan sampel (n) sebanyak 5, diperoleh nilai dL

sebesar 0,291 dan dU sebesar 1,601, sehingga diperoleh nilai 4-dU sebesar 2,399. Dari

nilai-nilai di atas, diketahui bahwa nilai dw (2,396) berada di antara dU (1,601) dan 4-dU

(2,399). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi baik autokorelasi positif

maupun autokorelasi negatif dalam model.

4.3.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier di

antara variabel bebas dan variabel terikat. Berikut akan diuraikan analisis korelasi baik

korelasi parsial maupun korelasi berganda.


89

4.3.2.1 Analisis Korelasi Parsial antara Return On Equity (ROE) (X1) dengan Price

Earning Ratio (PER) (Y)

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara

Return On Equity (ROE ) (X1) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y) maka

perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 4.5
Koefisien Korelasi Pearson ROE dengan PER
No Resp X1 Y X12 Y2 X1Y
1 66,27 22,64 4391,71 512,57 1500,35
2 72,69 29,25 5283,84 855,56 2126,18
3 72,88 26,25 5311,49 689,06 1913,10
4 77,64 24,72 6027,97 611,08 1919,26
5 82,21 27,7 6758,48 767,29 2277,22
Jumlah 371,69 130,56 27773,50 3435,56 9736,11

n∑ X 2Y − (∑ X 2 )(∑ Y )
rb =
{n∑ X 2 2 − (∑ X 2 ) 2 }{n∑ Y2 − (∑ Y ) 2 }
2

5(9736,11) − (371,69x130,56)

{5( 27773,5) − (371,69) }{5(3435,56) − (130,56) }


2 2

= 0,498

Sedangkan perhitungan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :


90

Correl ations

ROE (X1) PE R (Y )
ROE (X1) Pearson Correlation 1 .498
Sig. (2-tailed) .394
N 5 5
PE R (Y ) Pearson Correlation .498 1
Sig. (2-tailed) .394
N 5 5

Berdasarkan output di atas, diketahui koefisien korelasi parsial antara Return On

Equity (ROE ) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,498. Koefisien korelasi

bertanda positif menunjukkan hubungan parsial yang terjadi antara Return On Equity

(ROE ) dengan Price Earning Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Return On

Equity (ROE ) akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning Ratio (PER). Nilai 0,498

menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara Return On Equity (ROE ) dengan Price

Earning Ratio (PER) berada dalam kategori hubungan yang sedang (interval 0,40- 0,599).

4.3.2.2 Analisis Korelasi Parsial Antara Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan

Price Earning Ratio (PER) (Y)

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara

Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y) maka

perhitungannya sebagai berikut:


91

Tabel 4.6
Koefisien Korelasi Pearson DER dengan PER
No Resp X2 Y X12 Y2 X1Y
1 76.3 22.64 5821.69 512.57 1727.43
2 94.9 29.25 9006.01 855.56 2775.83
3 98 26.25 9604.00 689.06 2572.50
4 109.6 24.72 12012.16 611.08 2709.31
5 102 27.7 10404.00 767.29 2825.40
Jumlah 480.8 130.56 46847.86 3435.563 12610.47

n∑ X 2Y − (∑ X 2 )(∑ Y )
rb =
{n∑ X 2 2 − (∑ X 2 ) 2 }{n∑ Y2 − (∑ Y ) 2 }
2

5(12610,05) − (480,8x130,56)

{5( 46847,9) − ( 480,8) }{5(3435,56) − (130,56) }


2 2

= 0,439

Sedangkan perhitungan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :

Correl ations

DE R (X2) PE R (Y )
DE R (X2) Pearson Correlation 1 .439
Sig. (2-tailed) .460
N 5 5
PE R (Y ) Pearson Correlation .439 1
Sig. (2-tailed) .460
N 5 5
92

Berdasarkan output di atas, diketahui koefisien korelasi parsial antara Debt To

Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,439. Koefisien korelasi

bertanda positif menunjukkan hubungan parsial yang terjadi antara Debt To Equity Ratio

(DER) dengan Price Earning Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Debt To

Equity Ratio (DER) akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning Ratio (PER). Nilai

0,439 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara Debt To Equity Ratio (DER)

dengan Price Earning Ratio (PER) berada dalam kategori hubungan yang sedang (interval

0,40– 0,599).

4.3.2.3 Analisis Korelasi Simultan Antara Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To

Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price Earning Ratio (PER) (Y)

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi simultan

antara Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan Price

Earning Ratio (PER) (Y) sebagai berikut:

Model Summary b

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,499a ,249 -,502 3,14770
a. Predictors: (Constant), DER, ROE
b. Dependent Variable: PER

Berdasarkan output di atas, diketahui koefisien korelasi simultan antara Return On

Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar
93

0,499. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan hubungan simultan yang terjadi

antara Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning

Ratio (PER) adalah searah, dimana semakin besar Return On Equity (ROE ) dan Debt To

Equity Ratio (DER) secara simultan akan diikuti oleh semakin besarnya Price Earning

Ratio (PER). Nilai 0,499 menunjukkan hubungan simultan yang terjadi antara Return On

Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) dengan Price Earning Ratio (PER) berada

dalam kategori hubungan yang sedang (interval 0,400 – 0,599).

4.3.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (R) atau

disebut juga sebagai R-Square. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan

terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat dihitung sebagai berikut :

=R 2 JK Re gresi / ( JK Re gresi + JK Re sidu )

=R 2 6,564 / ( 6,564 + 19,816 )

R 2 = 6,564 / 26,380

R 2 = 0, 249

Kd = R2x100%
94

Kd = (0,499)2x100%

Kd = 24,9%

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh koefisien determinasi yang dapat dilihat

pada tabel output berikut:

Model Summary b

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,499a ,249 -,502 3,14770
a. Predictors: (Constant), DER, ROE
b. Dependent Variable: PER

Dari tabel hasil output SPSS di atas, diketahui nilai koefisien determinasi atau R

square sebesar 0,249 atau 24,9%. Hal ini menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE )

dan Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan memberikan pengaruh terhadap variabel

Price Earning Ratio (PER) sebesar 24,9%. sedangkan sisanya sebesar 100%- 24,9% =

75,1% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti Debt To Total

Asset, Time Interenst Earned Ratio, dan fixed Charge Covarage Ratio . Untuk mengetahui

pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maka dilakukan

dengan cara nilai beta X zero order pada output SPSS sebagai berikut :
95

Coeffi cientsa

St andardiz ed
Coeffic ients Correlations
Model Beta Zero-order
1 ROE ,443 ,498
DE R ,064 ,439
a. Dependent Variable: PE R

Berikut disajikan hasil pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel

terikat dengan rumus beta X zero order :

1. Variabel Return On Equity (ROE ) =0,443 x 0,498= 0,221 atau 22,1%

2. Variabel Debt To Equity Ratio (DER) = 0,064 x 0,439= 0,028 atau 2,8%

Dari hasil perhitungan secara parsial di atas, dapat diketahui bahwa variabel yang

paling berpengaruh terhadap variabel Price Earning Ratio (PER) adalah variabel Return On

Equity (ROE ) (X1) sebesar 22,1% dan diikuti dengan variabel Debt To Equity Ratio

(DER) (X2) sebesar 2,8% maka total pengaruh secara keseluruhan sebesar 24,9% dan

sisanya 75,1% merupakan variabel lain yang tidak diteliti.

4.3.4 Pengujian Hipotesis

4.3.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F)

Untuk menguji apakah variabel Return On Equity (ROE ) dan Debt To Equity Ratio

(DER) secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio

(PER), maka dilakukan pengujian hipotesis simultan sebagai berikut:


96

H0 : β1= β2 = 0, Artinya, tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari Return On

Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2) terhadap Price

Earning Ratio (PER) (variabel Y).

Ha : paling sedikit ada satu βi≠0 Artinya, terdapat pengaruh simultan yang signifikan dari

Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2)

terhadap Price Earning Ratio (PER) (variabel Y).

Taraf signifikansi (α) : 0,05

Kriteria uji : tolak H0 jika nilai F-hitung > F-tabel, terima Ha jika nilai F-hitung < F-tabel

JK Re gresi / k
Fhitung =
JK (Re sidu ) / {n − ( k + 1)}

k=2

n=5

JKRegresi

JK Re gresi b1 ( ∑ X '1 Y ) + b2 ( ∑ X '2 Y )


=

=
JK Re gresi ( 0,191)( 30,54 ) + ( 0, 013)( 55,82 )
JK Re=
gresi 5,820 + 0, 744

JK Re gresi = 6,564

JKResidu

( ∑ Y ')
2
=
JK Re sidu − JK Re gresi
97

=
JK Re sidu 26,380 − 19,816

JK Re sidu = 19,816

Maka:

6,564 / 2
Fhitung =
19,816 / {5 − ( 2 + 1)}

3, 282
Fhitung =
9,908

Fhitung = 0,331

Nilai statistik uji F dapat diketahui dari tabel output berikut:

ANOV Ab

Sum of
Model Squares df Mean S quare F Sig.
1 Regres sion 6,564 2 3,282 ,331 ,751a
Residual 19,816 2 9,908
Total 26,380 4
a. Predic tors: (Constant), DER, ROE
b. Dependent Variable: PE R

Berdasarkan tabel output di atas, dapat diketahui nilai F hitung sebesar 0,331. Nilai

ini akan dibandingkan dengan nilai F tabel. Dengan α=0,05, db1=2 dan db2=3, diketahui

nilai F tabel sebesar 9,552. Dari nilai-nilai di atas, diketahui nilai F hitung (0,331) < F tabel

(9,552), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang

signifikan dari Return On Equity (ROE ) (X1) dan Debt To Equity Ratio (DER) (X2)
98

terhadap Price Earning Ratio (PER) (variabel Y). Jika disajikan dalam gambar, maka nilai

F hitung dan F tabel tampak sebagai berikut:

Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0

F hitung = 0,331 F tabel = 9,552

Gambar 4.6 Kurva Uji Hipotesis Simultan X1 dan X2 terhadap Y

Untuk melihat lebih rinci pengaruh secara parsial dari variabel bebas terhadap

variabel terikat, berikut disajikan uji hipotesis secara parsial menggunakan uji t.

4.3.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)

• Pengujian X1:

Ho : β1= 0 Return On Equity (ROE ) secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap Price Earning Ratio (PER)

Ha : β1= 0 Return On Equity (ROE ) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Price Earning Ratio (PER)

Dengan taraf signifikansi 0,05


99

Kriteria : Tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t tabel, terima dalam hal lainnya

thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.

b1 0,191
thitung untuk ROE == = 0,388
se1 0, 491

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X1 sebagai berikut:

Coeffi cientsa

Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk Return On Equity

(ROE ) sebesar 0,388. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi

t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=5-2-1=2, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel

sebesar ± 4,303. Diketahui bahwa t hitung untuk X1 sebesar 0,388 berada di kedua nilai t

tabel (-4,303 dan 4,303), maka Ho diterima artinya Return On Equity (ROE ) secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Jika digambarkan, nilai t

hitung dan t tabel untuk pengujian parsial X1 tampak sebagai berikut:


100

Daerah Daerah

penolakan Ho penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

t tabel= -4,303 0 t tabel = 4,303


t hitung = 0,388

Gambar 4.7 Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 terhadap Y

• Pengujian X2:

Ho : β2 = 0 Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap Price Earning Ratio (PER)

Ha : β2 = 0 Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Price Earning Ratio (PER)

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t tabel, terima dalam hal lainnya

thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.

b1 0,013
thitung untuk ROE =
= = 0,056
se1 0, 237
101

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai berikut:

Coeffi cientsa

Unstandardized St andardiz ed
Coeffic ients Coeffic ients
Model B St d. E rror Beta t Sig.
1 (Const ant) 10,665 21,216 ,503 ,665
ROE ,191 ,491 ,443 ,388 ,735
DE R ,013 ,237 ,064 ,056 ,960
a. Dependent Variable: PE R

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk Debt To Equity Ratio

(DER) sebesar 0,056. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi

t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=5-2-1=2, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel

sebesar ± 4,303. Diketahui bahwa t hitung untuk X2 sebesar 0,056 berada diantara nilai t

tabel (-4,303 dan 4,303), maka Ho diterima artinya Debt To Equity Ratio (DER) secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Jika

digambarkan, nilai t hitung dan t tabel untuk pengujian parsial X2 tampak sebagai berikut:
102

Daerah Daerah

penolakan Ho penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

t tabel= -4,303 0 t tabel = 4,303


t hitung = 0,056

Gambar 4.8 Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 terhadap Y


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disajikan pada Bab IV, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Return On Equity (ROE) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun 2005-

2009 mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan yang terjadi dikarenakan

Investasi pada pemasaran perdagangan PT. Unilever Indonesia ditingkatkan terus

menerus untuk mendukung distributor dan pelanggan PT. Unilever Indonesia Tbk

karena semakin tinggi ROE pada PT. Unilever menunjukkan semakin efisien dan

efektif PT. Unilever Indonesia Tbk menggunakan ekuitasnya maka kepercayaan

investor pada PT. Unilever semakin bertambah.

2. Perkembangan Debt to equity ratio (DER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun

2005-2009 mengalami penurunan pada tahun 2009, kondisi ini disebabkan oleh

kemampuan perusahaan PT. Unilever Indonesi Tbk dalam membayar hutang kepada

kreditor dengan jumlah yang besar dan dengan menggunakan modal sendiri yang

dimiliki PT. Unilever Indonesia Tbk, sehingga modal perusahaan semakin

berkurang dan tingkat kepercayaan investor asing kepada PT. Unilever menurun

dan ragu untuk menanamkan saham di PT. Unilever Indonesia Tbk.

103
104

3. Perkembangan Price earning ratio (PER) pada PT.Unilever Indonesia Tbk Tahun

2006-2008 mengalami penurunan sehingga investor ragu untuk menanamkan modal

karena prospek pertumbuhan pasar dimasa yang akan datang tidak begitu besar.

Investor asing mencari perusahaan yang mampu mendapatkan laba dimasa yang

akan datang cukup besar, dilihat pada perkembangan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

4. Persamaan regresi yang terbentuk adalah: Yˆ = 10,665+0,191X1 +0,013 X2.

Berdasarkan analisis koefisien determinasi (KD), Return On Equity (ROE ) dan

Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan memberikan pengaruh terhadap Price

Earning Ratio (PER) sebesar 24,9% sedangkan sisanya sebesar 75,1% merupakan

pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti ( ROI,ROA,EPS,DAR, dan

Time Interest Earned Ratio). Berdasarkan uji hipotesis secara simultan, pengaruh

sebesar 24,9% dinyatakan tidak signifikan ( F hitung 0,331 < F tabel 9,552).

Berdasarkan uji hipotesis secara parsial, Return On Equity (ROE ) tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER) (t

hitung berada di wilayah penerimaan H0), demikian pula Debt To Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER) pada PT.

Unilever Indonesia, Tbk (t hitung berada di wilayah penerimaan H0).


105

5.2 Saran

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kinerja perusahaan, maka akan

dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. PT. Unilever Indonesia Tbk harus lebih mampu mempertahankan kinerja rasio

keuangan ROE yang terbukti signifikat mempengaruhi PER. Hal ini dapat

dilakukan dengan membuka anak cabang perusahan baru untuk memperluas pangsa

pasar sehingga kepercayaan investor semakin meningkat dan akan berdampak

positif bagi PER.

2. Sebagai perusahan besar PT. Unilever Indonesia Tbk harus menambahkan modal

sendiri dengan cara meningkatkan penyediaan dana oleh pemegang saham dan

menggunakan modal sendiri dengan membuat inovasi baru agar investor tertarik

untuk menanamkan modal di PT. Unilever Indonesia Tbk.

3. Selain faktor yang diatas perlu diperhatikan melihat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi PER dan resiko saham sehingga tujuan investasi untuk memperoleh

keuntungan tercapai. Bagi perusahaan yang ingin menaikkan nilai Price Earning

Ratio atas sahamnya hendaknya lebih memperhatikan adanya pertumbuhan

penjualan, pertumbuhan Return On Equity, Debt To Equity.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah sampel, dan

menambahkan faktor-faktor fundamental yang belum diteliti.


PENGARUH PENGEMBALIAN MODAL DAN RASIO HUTANG
TERHADAP PENDAPATAN HARGA SAHAM
PADA PT UNILEVER INDONESIA Tbk

The Effect Of Return On Equity (ROE) And Debt To Equity Ratio (DER)
On Price Earning Ratio(PER)
Study Case At PT Unilever Indonesia Tbk
SIDANG AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Mengikuti Seminar Sidang Akhir
Program Studi Manajemen Jenjang S-1

Disusun Oleh:

Nama : Lucia Maria.F.C.Tilman

NIM : 21207113

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono,Misbahul Munir,(1997) Pengaruh Kategori Industri terhadap


Price Earning Ratio dan faktor-faktor penentunya.
Agus Sartono,. (2001). Manajemen Keuangan : Teori & Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.

Ali Arifin,. (2004). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi.

Brigham, Eugene F. &Houston, Joel F.. (2010). Manajemen Keuangan, Edisi


Keduabelas. Buku Satu. Jakarta: Erlangga.

Drs. S. Munawir (2007). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan


keempat belas. Liberty : Yogyakarta

Fahmi, Irham. (2006). Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Irham Fahmi, dan Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Alfabeta.

Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPPE.

Lukman Syamsuddin,. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru.


PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi. (2005). Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi PER antara saham Syatiah dan Saham
Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdapar di BEI

Sardjananto, (2002). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning


Ratio Saham Perusahaan Industri Barang-Barang Konsumsi Pada Bursa
Efek Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap. (2004). Analisis Kritis atas Lapoan Keuangan. Jakarta:PT
Raja Grasindo Persada.

Suad Husnan,. (2005). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2003). Manajemen Keuangan, Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi


Pertama, Cetakan Kedua. E. Kanisia : Yogyakarta.

106
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lucia Maria de Fatima da Costa Tilman


Tempat, tanggal lahir Dili, 3 Januari 1991
Jenis kelamin Perempuan
Status Single
Agama Katholik
Kewarganegaraan Timor- Leste
Alamat Jl.Kubang Sari I No.37B
Telepon +6287824772003
Email rc02_luciea010@yahoo.com/
u03_reeves17@gmail.com

PENDIDIKAN

Tahun Tingkat Pendidikan


1995-2001 SDK Cristal
2001-2004 SMPK Cristal
2005-2007 SMAK St. Yoseph

Saya menyatakan bahwa semua informasi yang diatas adalah benar dan sesuai dengan
pengetahuan saya.

Bandung, Agustus 2011

Lucia Maria de Fatima da Costa Tilman

21207113
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmatnya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan seminar usulan penelitian yang disusun dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang strata 1 program studi

manajemen di Universitas Komputer Indonesia. Adapun seminar usulan penelitian

yang penulis susun berjudul “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To

Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada PT Unilever

Indonesia Tbk

Begitu banyak pelajaran berharga yang didapat, begitu pula ujian,

tantangan dan cobaan yang dihadapi penulis dalam menyusun seminar usulan

penelitian ini, namun berkat bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak,

akhirnya seminar usulan penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu, rasa terima

kasih yang mendalam, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia Bandung.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi UNIKOM.

3. Ibu Linna Ismawati, SE, M.Si., selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi UNIKOM dan selaku Dosen Wali Kelas Manajemen-2.

4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si., selaku pembimbing , terima kasih atas ilmu,

arahan, bimbingan, koreksi dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak Rizky Zulfikar, SE., M.Si., selaku koordinator Seminar Sidang Akhir.

ii
6. Kedua Orang tua yaitu Ayahanda Eduardo A. Tilman dan Ibunda Luciana da

Costa.S.A. Tilman atas semua dukungan, nasehat, kasih sayang, do’a yang tak

pernah henti, dan kesabaran serta perjuangan yang tak pernah lelah demi

keberhasilan anak-anaknya dalam menjalani kehidupan ini.

7. Almarhum Kakak tercinta Remigio Levi C. Tilman, Arcanjo da Costa Tilman

dan Pedro Nunes yang selalu menjaga dan mendo’akan saya.

8. Teman-temanku MN-3 dan teman-teman yang lain yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu dan mendukung penulis dalam

penyusunan seminar usulan penelitian ini.

Penulis juga menyadari bahwa seminar usulan penelitian ini masih jauh

dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya.

Akhir kata, penulis berharap agar seminar usulan penelitian ini bermanfaat bagi

pembaca.

Bandung, April 2011

Penulis

Lucia Maria. F. C. Tilman

iii

Potrebbero piacerti anche