Sei sulla pagina 1di 15

ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING

AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KOTA SALATIGA

Rida Krita Imaroh, Ayun Sriatmi, Antono Suryoputro


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: ridakrita95@gmail.com

Abstract: Voluntary Counseling and Testing (VCT) is one of the early way to
detect HIV for people. The services include pre-test counseling, HIV testing, and
post-test counseling. The implementation of VCT service in Salatiga is’t optimal
yet, it’s provide by the decrease of VCT service visit in the whole public helath
center in Salatiga. This research intends to analyze the implementation of VCT
service by community health clinic. It’s a qualitative research which got by doing
deep interview to six main informants and fourteen triangulation informants. The
research variable includes analysis of the implementation of VCT service by the
health staff, based on aspects of communication, resources, disposition,
characteristic of the executive body and the aspects of economy, social, and
politic environment support. The outcome of the research shows that the service
implementation of VCT by public health center’s staff is still unsatisfactory. The
Matter is caused by the VCT teams of the whole public health center have no
case management, so tasks haven’t been shared by the case management.
Counselor in public health center hasn’t implemented the procedures completely
and even hasn’t SOP yet. The atitude of the health staff is felts less friendly and
make the patients reluctant to return again, even sometimes they’re expelled
from the public health center. The VCT team hasn’t been consistent in service
scheduling. Examination room is narrow and mixed with another infectious
disease that make the patients feel uncomfortable. Related to stigma of the
society that still considers percussion with the VCT service.

Key words: Voluntary Counseling and Testing, Public Health Center, Policy
Implementation
Literature: 7, 2008 – 2017

PENDAHULUAN (morbiditas) dan status gizi


Latar Belakang 1
masyarakat. Salah satu angka
Derajat kesehatan masyarakat kesakitan (morbiditas) yang selalu
dapat dinilai melalui beberapa meningkat adalah HIV/AIDS.
indikator antara lain angka Human Immunodeficiency Virus
kematian, angka kesakitan dan (HIV) adalah segala jenis virus yang
status gizi. Derajat kesehatan dapat menyerang dan menginfeksi sel
digambarkan dengan Angka darah putih yang menyebabkan
Kematian Ibu (AKI), angka turunnya kekebalan tubuh manusia.
Kematian Bayi (AKB), Angka Sedangkan Acquired Immune
Kematian Balita (AKABA), situasi Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
dan kondisi angka kesakitan sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan Kesehatan Kota Salatiga tahun
tubuh yang disebabkan infeksi oleh 2016, jumlah total penderita HIV
HIV. Akibat menurunnya kekebalan dan AIDS hingga tahun 2016
tubuh, maka orang tersebut sangat terhitung sebanyak 231 kasus,
mudah terkena berbagai penyakit penderita HIV sebanyak 106 dan
infeksi oportunistik yang dapat penderita AIDS sebanyak 125.
berakibat fatal. Pengidap HIV Namun jumlah ini masih di bawah
memerlukan pengobatan dengan nilai estimasi penderita HIV dan
Antiretroviral (ARV) untuk AIDS yang ditetapkan oleh Dinas
menurunkan jumlah virus HIV di Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dalam tubuh agar tidak masuk ke pada tahun 2016 yaitu sebanyak
dalam stadium AIDS, sedangkan 952 orang, dan hanya 24,26%
pengidap AIDS memerlukan ARV saja dari jumlah estimasi yang
untuk mencegah terjadinya infeksi 1
dapat ditemukan. Ini sangatlah
oportunistik dengan
sedikit jika dibandingkan dengan
berbagaikomplikasinya.Meskipun
Kabupaten Grobogan dan
penanganan yang ada dapat
Kabupaten Jepara yang
memperlambat laju perkembangan
persentase kasus barunya
virus, namun penyakit ini belum
2 mencapai lebih dari 100% dari
benar-benar bisa disembuhkan. estimasi. Dapat dikatakan bahwa
Perkembangan epidemi penemuan kasus baru di
HIV/AIDS di dunia telah menjadi Kabupaten Grobogan dan
masalah global termasuk di Kabupaten Jepara sangatlah baik,
Indonesia. HIV/AIDS pertama kali terbukti bisa melebihi dari estimasi
ditemukan di Indonesia pada tahun yang ditetapkan. Kinerja
1987 di Provinsi Bali. Hingga saat pemerintah di Kabupaten
ini sudah menyebar di 386 kota dan Grobogan dan Kabupaten Jepara
kabupaten di seluruh Indonesia. sangatlah optimal.
Secara kumulatif kasus HIV/AIDS di Walaupun estimasi HIV/AIDS
Indonesia dari tahun 1987 sampai di Kota Salatiga hanya sedikit
2016 sebanyak 291.465 kasus, yaitu 952 orang jika dibandingkan
dimana kasus HIV sebanyak dengan Kota dan Kabupaten
208.909 kasus dan total kasus lainnya yang berada di Jawa
AIDS di Indonesia sebanyak 82.556 tengah, tetapi penemuan kasus
3
kasus. baru penderita HIV/AIDS di Kota
Provinsi Jawa Tengah masuk Salatiga dari tahun 2013-2016
dalam peringkat ke-5 (lima) untuk mengalami peningkatan jika dilihat
kasus HIV/AIDS di Indonesia. kecenderungan tren beberapa
Sejak pertama kali ditemukan tahun tersebut. Berdasarkan tren
HIV/AIDS di Jawa Tengah pada kasus baru HIV di Kota Salatiga
tahun 1987 sampai dengan tahun tahun 2013-2016 mengalami
2016 dilaporkan sebanyak 20.132 kenaikan. Tahun 2013 terdapat
kasus, dengan HIV sebanyak kasus baru HIV sebanyak 10
14.690 kasus dan AIDS sebanyak kasus, tahun 2014 meningkat
4
5.442 kasus. Ancaman HIV/AIDS penemuan kasus barunya
semakin serius, dapat dilihat sebanyak 24 kasus, tahun 2015
dengan meningkatnya jumlah sebanyak 13 kasus dan di 2016
penderita kasus baru HIV/AIDS sebanyak 12 kasus. Walaupun
setiap tahunnya. Di Kota Salatiga, tidak terlalu signifikan
menurut data dari Dinas kenaikannya, dapat dikatakan HIV
di Kota Salatiga menjadi masalah penyakit HIV dan AIDS pada
yang perlu ditindak lanjuti. individu, keluarga dan masyarakat
Berdasarkan tren kasus baru AIDS kelompok risti di Salatiga. Upaya
di Kota Salatiga tahun 2013-2016 penanggulangan HIV dan AIDS
mengalami kenaikan. Tahun 2013 dengan melakukan pemeriksaan
terdapat kasus baru AIDS diagnosis HIV melalui Konseling
sebanyak 5 kasus, tahun 2014 TestingSukarela (KTS) atau
meningkat penemuan kasus Voluntary Counseling and Testing
barunya sebanyak 8 kasus, tahun (VCT).
6

2015 meningkat lagi sebanyak 9 Salah satu cara yang


kasus dan di 2016 meningkat dilakukan untuk penanggulangan
sebanyak 10 kasus. Kenaikannya HIV dan AIDS adalah dengan
sangat signifikan dan dapat deteksi dini untuk mengetahui
dikatakan AIDS di Kota Salatiga status seseorang yang sudah
menjadi masalah yang perlu terinfeksi virus HIV atau belum
ditindak lanjuti. melalui konseling dan testing
Dilihat dari banyaknya kasus HIV/AIDS sukarela, bukan
HIV dan AIDS di Kota Salatiga, diwajibkan maupun dipaksa. Untuk
diperlukan penanggulangan menekan jumlah kematian dan
secepatnya agar tidak semakin menjaga kesehatan penderita
bertambah lagi kasus baru terkait maka didirikan pelayanan
HIV/AIDS. Berdasarkan Peraturan Voluntary Counseling and Testing
Menteri Kesehatan Republik (VCT). Voluntary Counseling and
Indonesia No. 74 Tahun 2014 Testing (VCT) adalah suatu tes
tentang Pedoman Pelaksanaan darah secara sukarela dan akan
Konseling dan Tes HIV, dilakukan dijamin kerahasiaannya dengan
dalam rangka penegakan informed consent melalui
diagnosis HIV dan AIDS untuk gabungan konseling (pra-test
mencegah sedini mungkin counseling, testing HIV dan post-
terjadinya penularan atau test counseling). VCT merupakan
peningkatan kejadian infeksi HIV pintu masuk penting untuk
5
dan pengobatan lebih dini. pencegahan dan perawatan HIV.
Peraturan Daerah (Perda) Proses konseling pra-testing,
Kota Salatiga Nomor 3 Tahun testing HIV dan post-testing
2014 tentang Penanggulangan secara sukarela dan bersifat
HIV dan AIDS menjadi landasan confidensial dan lebih dini
yuridis bagi semua pihak yang membantu orang mengetahui
7
berkepentingan mengoptimalkan status HIV.
penanggulangan HIV dan AIDS Sasaran di Kota Salatiga
secara komprehensif, partisipatif terkait penanggulangan HIV/AIDS
dan juga berkesinambungan. adalah populasi kunci. Populasi
Tujuan Perda Kota Salatiga yaitu kunci yang dimaksud yaitu:
menurunkan hingga meniadakan pengguna NAPZA suntik, wanita
infeksi HIV baru, menurunkan pekerja Seks (WPS) baik langsung
hingga meniadakan kematian maupun tidak langsung,
yang disebabkan oleh AIDS, pelanggan atau pasangan seks
meniadakan diskriminasi terhadap WPS, laki-laki seks dengan laki-
ODHA, meningkatkan kualitas laki dan waria.
hidup ODHA dan mengurangi Kunjungan Voluntary
dampak sosial ekonomi dari Counseling and Testing (VCT)
yang dimaksud adalah orang yang kunjungan VCT masih belum
melakukan tahapan VCT dari meningkat signifikan.
tahapan konseling pra-testing,
testing HIV dan konseling post-
testing secara runtut tidak berhenti METODE PENELITIAN
di tengah jalan. Pelayanan VCT di Merupakan jenis penelitian
Puskesmas Kota Salatiga tidak kualitatif dengan pendekatan
mengeluarkan biaya sama sekali, deskriptif. Sementara pengolahan
tetapi jika di rumah sakit data dilakukan dengan
membayar. menggunakan metode analisis
Berdasarkan observasi, deskripsi isi (content analysis).
peneliti dalam pelaksanaan
pelayanan VCT di sebuah acara di HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Salatiga, peneliti melihat Inisi Usi Pendi Jeni Masa Jabata
bahwa dalam tahapan al a dikan s Kerja n
pelaksanaan VCT yang terdiri dari Terak Kela
tahap konseling pra-testing, hir min
testing HIV dan konseling post- testing IU 1 30 D3 P 4 Perawa
pada kenyataannya tahap Keper tahun t
yang dilakukan dalam pelayanan awata Puskes
tersebut hanya testing HIV saja. n mas
Seharusnya sebelum testing HIV IU 2 48 D3 P 24 Perawa
ada konseling pra-testing dahulu Keper tahun t
untuk mengetahui perilaku individu awata Puskes
manusia sehari-hari seperti apa n mas
tetapi tidak dilaksanakan. Dan IU 3 42 S1 L 15 Dokter
setelah testing HIV seharusnya Kedok tahun Puskes
ada konseling post testing yaitu teran mas
memberitahu hasil tesnya, apakah IU 4 32 S1 P 6 Dokter
positif atau negatif, jika positf akan Kedok tahun Puskes
ditindaklanjuti tetapi pada teran mas
kenyataannya setelah tes HIV IU 5 38 D3 P 12 Perawa
pihak petugas hanya memberitahu Keper tahun t
jika hasil tes nanti akan awata Puskes
diberitahukan 2 hari lagi melalui n mas
sms. IU 6 39 S1 P 11 Dokter
Menurut informasi dari Dinas Kedok
teran tahun Puskes
mas
Kesehatan Kota Salatiga seluruh Sumber: Data Primer
puskesmas sudah memberikan Berdasarkan tabel diatas,
pelayanan VCT. Meski diakui oleh diperoleh informasi bahwa
Dinas Kesehatan Kota Salatiga informan utama dari penelitian ini
masih belum optimal. Dinas berjumlah 6 orang yang terdiri dari
Kesehatan Kota Salatiga juga 3 perawat dan 3 dokter. Keenam
sudah melakukan sosialisasi informan utama tersebut adalah
selama ini dalam rangka penanggung jawab VCT yang
meningkatkan kunjungan berada di masing-masing
pelayanan VCT kepada puskesmas di Kota Salatiga.
masyarakat. Namun fakta Informan utama yang berjenis
menunjukkan bahwa jumlah kelamin perempuan berjumlah 5
orang dan laki-laki hanya 1 orang. Pendid Jeni Ma
Usia informan utama antara 30 Insi Usi ikan s sa Jabata
sampai 48 tahun dan masa kerja sal a Terakh Kela Ke n
paling muda yaitu 4 tahun dan ir min rja
masa kerja paling lama yaitu 24 Lpaska
tahun. IT10 25 SMA P - Pasien
Usi Pendid Jeni Ma Jabata Risti
Insi ikan s sa WPS

sal a Terakh Kela Ke n IT11 21 SMA L - Pasien


ir min rja Risti
IT1 36 S1 L 8 Konsel LSL
Kedokt or IT12 29 SMA L - Pasien
eran Puskes Risti
mas Waria
IT2 34 S1 P 7 KonseI l T13 30 SMA L - Pasien
Kedokt or Risti
eran Puskes Penasu
mas n
IT3 49 S1 P 24 Konse I lT14 27 S1 P - Pasien
Kepera or Ekono Risti
watan Puskes mi Ibu
mas Hamil
IT4 32 S1 P 6 KonsS eul mber: Data Primer
Kedokt or Berdasarkan tabel diatas,
eran Puskiensforman triangulasi sebagai
cross mas check dan validasi data
IT5 35 S1 P 7 terdiri dari Kons1e4l (empat belas)
Kedokt orang.
or Informan dapat dilihat dari
triangulasi
eran Puskpeesmegang program HIV/AIDS
mas DKK berusia 38 tahun dan
IT6 39 S1 P 11 Konspeel megang program
Kedokt HIV/AIDS
or Komisi Penanggulangan AIDS
eran Pusk(eKsPA) berusia 30 tahun.
Konselor mas VCT di seluruh
IT7 38 D3 P 15 puskesmas Kota PemeSgalatiga
Farmas berusia
ang 32 sampai 49
tahun. Koordinator lapangan LSM
i ProgLraPASKA berusia 27 tahun
dan m PMpasien risti HIV/AIDS
berusia 21- DKK30 tahun.
IT8 30 S1 P 6 Pemeg Berdasarkan hasil penelitian
Keseha ang melalui wawancara dan data
tan Progsraekunder dokumen
Masyar puskesmas, m didapatkan informasi
akat mengenai HIV/AmIasing-masing
variabel
DS yang
menggambarkan pelayanan
KPAVoluntary Conseling and
IT9 27 S1 P 1 KoorTdiensting(VC oleh tenaga
Ekono T) kesehatan
ator puskesmas.
mi LapaBnegrdasar variabel
an LSimMplementasi pelayanan VCT
terbagi menjadi dua yaitu penyakit. Dari aspek kejelasan,
sosialisasi dan pelaksanaan alur masyarakat maupun pasein yang
VCT. Sosialisasi pelayanan VCT datang ke pelayanan VCT sudah
belum berjalan optimal karena menerima informasi yang jelas
pelaksanaan sosialisasi dengan terkait penyampaian informasi
kader kesehatan setiap bulannya pelayanan VCT dari tim VCT
tidak selalu mebahas tentang VCT puskesmas, seperti pengertian
bahkan program lain juga HIV dan AIDS, maksud dan tujuan
sehingga berpengaruh terhadap VCT, manfaat pelayanan VCT,
berkurangnya peluang informasi pencegahan, alur pelayanan VCT,
VCT yang tersampaikan pada waktu kunjungan, seberapa
kader kesehatan. Dan hambatan penting pelayanan VCT, sasaran
pada saat sosialisasi masyarakat VCT dan hasil pemeriksaan. Hal
berbicara dengan temannya tersebut sudah sesuai dengan
bahkan sampai tidur. Hambatan Permenkes RI No 74 Tahun 2014
nakes adalah mendapat telfon tentang Pedoman Pelaksanaan
untuk kembali ke puskesmas, Konseling dan Tes HIV. Dan
membuat nakes menyampaikan aspek konsistensi, penyampaian
sosialisasi tidak fokus. Dari aspek informasi dari tim VCT puskesmas
alur pelaksanaan seluruh kepada masyarakat diketahui
puskesmas sudah melaksanakan sudah berjalan dengan baik dan
VCT tetapi alur ada yang tidak konsisten, tidak berubah-ubah
lengkap bahkan tahapannya penyampaiannya masih dalam
masih kurang. Hambatan yang ranah pelayanan VCT. Jika
terjadi pasien malu untuk penyampaian kepada pasien saat
menceritakan kehidupan pasien datang ke pelayanan VCT
pribadinya padahal petugas di puskesmas. Itupun kalau ada
puskesmas memiliki prinsip timnya, kalau tidak ada bahkan
konfidensial. bisa ditolak juga. Prinsip
Berdasarkan Variabel profesionalnya tim VCT masih
komunikasi dari aspek transmisi, dipertanyakan dan belum sesuai
kejelasan dan konsistensi. Aspek dengan Permenkes RI No 74
transmisi dalam pelayanan Tahun 2014 tentang Pedoman
Voluntary Counseling and Testing Pelaksanaan Konseling dan Tes
(VCT) dari tim VCT puskesmas HIV menuliskan bahwa pelayana
kepada lintas sektor kurang baik. VCT harus dikerjakan secara
Hal ini dikarenakan penyampaian profesional dan konsisten untuk
dilakukan jika pihak lintas sektor memperoleh intervensi yang
yang menghubungi, kalau tidak di efektif.
hubungi tidak dilakukan sosialisasi Dilihat dari variabel
di masyarakat.Itu juga kalau pihak sumberdaya, terbagi menjadi
nakes tidak dibuk pada jam menjadi dua yaitu sumberdaya
tersebut. Kalau sibuk ya terpaksa manusia dan sumberdaya
tidak bisa datang. Dan untuk peralatan. SDM dalam tim VCT di
kalangan populasi kunci hanya 3 5 puskesmas sudah memenuhi
bulan sekali untuk diadakan standar dari Permenke RI No 72
sosialisasi. Seandainya dapat tahun 2014, sedangkan 1
diperketat lagi menjadi 1 bulan puskesmas belum memenuhinya
sekali dapat meminimalisir karena konselor di puskesmas
terjadinya persebaran penularan tersebut belum memiliki pelatihan
konselor jadi konselor di setidaknya sudah berusaha
puskesmas tersebut belum bisa sungguh-sungguh untuk
melakukan tugasnya untuk melaksanakan tugas sesuai
melakukan konseling di pelayanan bidangnya. Hal tersebut belum
VCT. Dari sumberdaya peralatan sesuai dengan sikap disposisi
belum baik, berdasarkan hasil yang sebenarnya, dimana tim VCT
observasi, peneliti tidak yang memiliki komitmen tinggi dan
menemukan banner dan leaflet di jujur senantiasa akan bertahan
puskesmas terkait pelayanan diantara hambatan yang ditemui
VCT. Dilihat juga dari ruangan dalam pelaksanaan pelayanan.
untuk pelayanan VCT (konseling Hal yang menjadi pendorong atau
pra-test dan konseling post test) semangat kerja bagi tenaga
sebenarnya ruangannya tersedia kesehatan dalam program VCT
tapi dari segi kelayakan kurang adalah sudah menjadi tanggung
layak karena ruangan VCT jawabnya. Dan semua tenaga
kebanyakan digabung dengan kesehatan VCT merasa senang
ruang IMS dan penyakit menular dengan pekerjaannya ini. Tetapi
lainnya jadi jika ada yang tidak ada upaya untuk menjaga
mengakses ruangan tersebut motivasi. Selain itu, beberapa
harus menunggu dulu sesuai tenaga kesehatan tim VCT juga
antrian.Ada juga di satu mengelukan tidak ada reward
puskesmas yang baru pindah selama ini. Tetapi ada juga yang
ruangan dan sangat berantaan mendapatkan reward dengan
sehingga harus menutup melakukan pelayanan VCT pada
pelayanan VCT di minggu itu. populasi kunci tertentu.
Peralatan yang menunjang VCT Sedangkan kendala nakes yang
juga sudah ada tetapi di satu dapat berpengaruh pada motivasi
puskesmas kekurangan reagen 2 kerja tim VCT selama ini adalah
dan satu puskesmas lagi stok beban kerja nakes di puskesmas
jarum suntuknya sedikit. Uraian yang terlalu banyak, VCT mobile
diatas menunjukkan bahwa sarana waktunya diluar jam kerja dan
prasarana pelayanan VCT antusiasnya sedikit padahal pihak
menurut Kemenkes RI 2011 terkait nakes sudah pergi ke tempat
pedoman konseling dan tes HIV sasaran sehingga tidak ada
belum layak di seluruh puskesmas motivasi untuk bekerja.
Kota Salatiga. Variabel karakteristik badan
Dilihat dari variabel disposisi, pelaksana dibagi beberapa aspek
terbagi menjadi dua aspek yaitu yaitu SOP, struktur organisasi,
sikap pelaksana dan motivasi. supervisi dan mekanisme
Kemauan tim VCT untuk pertanggungjawaban. Dalam
melakukan pelayanan VCT aspek SOP, yang dimaksud
menyatakan mau tetapi adalah SOP alur pelayanan VCT
jawabannya seperti terpaksa yaitu pertama pasien kebagian
menjawab mau karena itu sudah administrasi dahulu untuk
kewajibannya. Sikap yang beliau pengisian data, selanjutnya
munculkan seolah-olah kurang menunggu dipanggil untuk
mau untuk melaksanakan melakukan tahapan VCT. Setelah
pelayanan VCT. Sikap tim VCT masuk ke dalam ruangan VCT,
harus profesional walaupun pertama mengisi informed consent
hasilnya tidak sesuai harapan, dahulu lalu melakukan konseling
pre test, setelah itu testing HIV elama 7 tahun di puskemas belum
dengan diambil darahnya. Lalu pernah merasakan supervisi dari
pasien menunggu 20-30 menit pihak DKK dan KPA. Masih perlu
untuk menunggu hasil labnya diperhatikan lagi terkait supervisi
setelah itu melakukan konseling agar dalam implementasi
post test untuk mengetahui pelayana VCT dapat diketahui
hasilnya. Hal tersebut sudah evaluasi yang harus dilakukan
sesuai dengan Permenkes RI no sehingga dapat diupayakan
74 tahun 2014 tentang pedoman perbaikan dalam pelaksanaannya.
pelaksanaan konseling dan testing Dan dalam aspek mekanisme
HIV. Dalam aspek struktur pertanggungjawaban, dengan cara
organisasi, dibentuk oleh kepala pelaporan manual kepada pihak
puskesmas. Dan hal yang DKK dan KPA serta pelaporan
terpenting dalam struktur menggunakan SIHA yang
organisasi adalah pkoordinasi dan dilaksanakan sebulan sekali.
mone yang dilakukan. untuk Hambatan yang sering terjadi
koordinasi antar tim VCT sudah adalah terkadang penanggung
berjalan dengan baik, dan monev jawab VCT lupa melaporkan ke
internal dilaksanakan sebulan DKK dan KPA karena sangat
seali dengan tim VCT. Hal yang sibuk serta web untuk
dilakukan terkait monev internal pelaporannya juga trouble, jadi
tim VCT adalah melihat setelah itu terkadang lupa input
bagaimana pencatatan dan melalui SIHA. Hal membuktikan
pelaporan yang terjadi, adakah bahwa tanggung jawab seorang
kendala atau tidak. Hal tersebut penanggung jawab VCT kurang
sudah sesuai dengan Permenkes optimal dan sangat disayangkan
RI no 74 tahun 2014 tentang karena tanpa sadar nakes VCT
pedoman pelaksanaan konseling lupa dengan tanggung jawabnya.
dan tes HIV Bab VI menyatakan Tetapi terkait pelaporan dan
komponen terpenting dari pencatatan sebaiknya
monitoring dan evaluasi adalah dilaksanakan dengan baik dan
pencatatan dan pelaoporan dilaporkan sesuai dengan
dengan maksud mendapatkan waktunya
data untuk diolah, dianalisis, Variabel lingkunagn ekonomi,
diinterpretasikan, disajikan dan sosial dan politik dalam
disebarluaskan untuk implementasi pelayanan VCT
dimanfaatkan. Dapat disimpulkan oleh tenaga kesehatan di seluruh
struktur organisasi pelayanan VCT puskesmas Kota Salatiga masih
sudah berjalan dengan baik. belum optimal, dapat dilihat dari
Dalam aspek supervisi masih anggapan masyarakat yang
perlu ditingkatkan karena ada menilai pelayanan VCT masih
yang mengatakan supervisi 2 dan dianggap tabuh oleh masyarakat
4 bulan sekali, padahal SOPnya karena pemberian pengetahuan
supervisi dilakukan 3 bulan sekali yang masih dirasa kurang. Seluruh
di puskesmas masing-masing. upaya sudah dilakukan oleh
Tetapi kenyataannya ada tenaga kesehatan terkait stigma
beberapa informan menyatakan pelayanan VCT tersebut dengan
supervisi dilakukan di DKK dalam cara menggencarkan sosialisasi
bentuk rapat. Bahkan ada dimana-mana dan diseluruh
informan yang sudah bekerja lapisan masyarakat mulai dari
tingkat kecamatan, kelurahan, yang pernah diusir oleh nakes, hal
karang taruna sudah dilakukan tersebut membuat pasien enggan
tetapi antusias masyarakatnya untuk datang ke puskesmas
juga terkadang sangat sedikit tersebut. Tim VCT juga belum
sehingga penyampaian konsisten dalam penjadwalan
sosialisasinya tidak menjalar ke pelayanan, terkadang sampai tidak
setiap masyarakat.Dukungan dan ada orang di pelayanan padahal itu
kerjasama dari lintas sektor juga jam pelayanan VCT. Sarana
berjalan dengan baik. Hal tersebut prasarana penunjang VCT seperti
sudah sesuai dengan Perda Kota ruangan untuk konseling di seluruh
Salatiga no 3 tahun 2014 tentang puskesmas di Kota Salatiga sangat
Penanggulangan HIV dan AIDS sempit, bahkan 5 dari 6 puskesmas
pada pasal 32 yang berbunyi ruangan VCT menjadi satu dengan
Pemeritah Daerah dapat bermitra ruangan penyakit menular lainnya
aktif dengan instansi atau lembaga dan membuat pasien tidak
pemerintahan, LSM, organisasi nyaman. Terkait stigma
profesi, komunitas populasi kunci masyarakat sendiri masih
dan dunia usaha dalam menaggap pelayanan VCT menjadi
penanggulangan HIV dan AIDS. hal yang tidak enak untuk
KESIMPULAN DAN SARAN dibicarakan dan dilakukan, karena
KESIMPULAN masyarakat beranggapan hanya
Berdasarkan hasil analisis dan melakukan hubungan seks dengan
pembahasan yang telah diuraikan, suaminya dan aman jadi
maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat enggan untuk datang
secara umum implementasi dan melaksanakan pelayanan VCT
pelayanan Voluntary Counseling di puskesmas.
and Testing (VCT) di puskesmas SARAN
Kota Salatiga masih belum optimal. 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota
Dilihat dari beberapa variabel Semarang
impelementasi Van Metter Van a. Pihak DKK sebaiknya
Horn yang masih belum terlaksana mengecek SOP di
pelayanan VCT dengan baik. seluruh puskesmas dan
Terlebih lagi konselor di 5 bagaimana
puskesmas masing-masing hanya keberjalanannya selama
satu dan di satu puskesmas ini di masing-masing
lainnya belum memiliki konselor puskesmas agar
karena belum terlatih atau belum kedepannya seluruh
mengikuti pelatihan konselor, puskesmas dapat
sehingga di puskesmas tersebut melaksanakan alur sesuai
belum melaksanakan alur SOP yang ada.
pelayanan VCT dengan lengkap. b. Selalu mengecek sarana
Dan sangat di sayangkan lagi prasarana penunjang
bahwa di puskesmas tersebut VCT yang ada di seluruh
ternyata tidak memiliki SOP terkait puskesmas agar tidak
pelayanan VCT. Mereka hanya kehabisan stok reagen
memiliki SOP IMS dan lagi dan jarum suntik.
beranggapan bahwa SOP IMS c. Membangun komunikasi
sama dengan SOP VCT. Sikap dan hubungan yang baik
tenaga kesehatan kepada pasien dengan pihak puskesmas
juga kurang ramah bahkan ada dengan cara melakukan
pertemuan di luar jam
kantor untuk berbicara untuk
terkait pelayanan VCT melakukan penelitian
dan juga membuat grup dalam jangka waktu
di sosial media agar yang lebih panjang agar
menjadi lebih dekat. dapat melihat lebih detail
2. Bagi Puskesmas dan bagaimana variable -
Tim VCT Puskesmas variable yang
Kota Salatiga mempengaruhi
a. Melaksanakan impelementasi
sosialisasi pelayanan pelayanan VCT.
kepada b. Bagi peneliti
masyarakat selanjutnya diharapkan
terutama populasi dapat menggali
kunci secara informasi yang lebih
langsung dan dalam kepada
mendalam, serta informan dan bisa
lintas sektor untuk ditambah juga
meningkatkan informan darilintas
dukungan sektor yang
masyarakat mendukung
keberjalanannya
dalam pelaksanaan pelayanan VCT.
pelayanan VCT. DAFTAR PUSTAKA
b. Menganggarkan 1. Dinas Kesehatan Kota
dana untuk Salatiga. Profil Kesehatan
memperbanyak Kota Salatiga Tahun 2016.
media promosi dan Salatiga: Dinas Kesehatan
edukasi seperti Kota Salatiga; 2017.
seperti banner dan 2. Kementerian
leaflet. Leafletnya Kesehatan Republik
juga yang menarik Indonesia. Pusat Data dan
agar masyarakat Informasi 2014. Jakarta:
antusias Kementerian Kesehatan;
untuk membacanya 2014
dan juga power 3. Direktorat Jendral PP dan PL
pointsaat sosialisasi Kementerian. Statistik Kasus
di masyarakat HIV/AIDS di Indonesia 2016.
c. Membangun Jakarta: Direktorat Jendral
suasana PP dan PL Kementerian
kekeluargaan Kesehatan; 2016.
dan hubungan yang 4. Dinas Kesehatan Provinsi
baik dengan pihak Jawa Tengah. Profil
DKKdan lintas Kesehatan Provinsi Jawa
sektoragar Tengah Tahun 2016.
pelayanan VCT Semarang: Dinas Kesehatan
dapat berjalan Provinsi Jawa tengah; 2017.
dengan lancar dan 5. Menteri Kesehatan Republik
aman. Indonesia. Peraturan Menteri
3. Bagi Peneliti Lain Kesehatan Republik
a. Bagi peneliti Indonesia Nomor 74 Tahun
selanjutnya 2014 tentang Pedoman
disarankan Pelaksanaan Konseling dan
Tes HIV. 2014. AIDS. Salatiga; 2014 p. 1–45.
6. Peraturan Daerah Kota 7. Murtiastutik D. Buku Ajar
Salatiga. Undang- Infeksi Menular Seksual.
Undang Nomor 3 Tahun Surabaya: Airlangga
2014 tentang University Press; 2008.
Penanggulangan HIV dan
TELAAH KRITIS JURNAL

Judul : Analisis Implementasi Pelayanan Voluntary Counceling and


Testing (VCT) di Puskesmas Kota Salatiga
Penulis : Rida Krita Imaroh, Ayun Sriatmi, Antono Suryoputro
Publikasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 6 Nomor 1, Januari
2018
Penelaah : Joshua Roberto Pratama
Tanggal Telaah : 07 Oktober 2019

 Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis imolementasi pelayanan VCT di
puskesmas di kota Salatiga.
2. Hasil Penulisan
 Implementasi pelayanan VCT oleh pegawai puskesmas tidak memuaskan
 Tim VCT s e l u r u h p u s k e s m a s t i d a k m e m i l i k i c a s e m a n a g e m e n t ,
sehingga tidak ada pembagian tugas yang baik
 Konselor di puskesmas belum mengimplementasikan prosedur sepenuhnya dan
tidak memiliki SOP
 Perilaku staf puskesmas kurang bersahabat dan membuat pasien tidak mau
kembali lagi, bahkan kadang mereka diusir dari puskesmas
 Tim VCT belum memiliki jadwal pelayanan yang konstan
 Ruang pemeriksaan sempit dan digabung dengan penyakit infeksius lainnya
sehingga pasien merasa kurang nyaman
 Stigma masyarakat sehingga mereka takut dipersekusi karena pergi ke pelayanan
VCT
3. Kesimpulan
Implementasi pelayanan VCT di Puskesmas belum optimal
sehingga diperlukan pembentukan SOP dan pelatihan konselor
sehingga dapat meningkatkan pelayanan VCT.

 Telaah Jurnal
1. Gaya dan Sistematika Penulisan
 Sistematika tersusun dengan baik dan jelas, mulai dari judul artikel,
nama penulis, abstrak, pendahuluan, hasil dan pembahasan dan
kesimpulan.
 Tata bahasa yang digunakan dalam jurnal ini cukup mudah dipahami
2. Judul
 Judul artikel cukup jelas, d a n tidak ambigu.
 Judul cukup menarik
 Judul tidak melebih jumlah kata maksimal (hanya 12 kata)
 Bahasa yang digunakan baku dan mudah dipahami
3. Penulis
 Penulis dari artikel ini ada 3 orang, diantaranya berasal dari:
- Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Penulisan nama sudah benar
karena gelar akademik tidak dicantumkan

 Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang pendidikan dan


departemen asal penulis, penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang
baik di bidang yang mereka tulis.
 Penulis mencantumkan alamat email koresponden
4. Abstrak
 Abstrak hanya menggambarkan latar belakang, tujuan, kesimpulan.
 Mencantumkan kata 4 kata kunci, sesuai dengan ketentuan
penulisan (minimal 2 kata dan maksimal 8 kata)

5. Jumlah kata pada abstrak yaitu 250 kata sesuai dengan batas yang ditentukan.
6. Pendahuluan
 Pendahuluan terdiri dari 11 paragraf dan telah menjelaskan permasalahan
dengan baik
 Permasalahan meliputi:
- Provinsi Jawa Tengah masuk dalam peringkat ke-5 (lima) untuk kasus
HIV/AIDS di Indonesia
- Jawa Tengah pada tahun 1987 sampai dengan tahun 2016 dilaporkan sebanyak
20.132 kasus, dengan HIV sebanyak 14.690 kasus dan AIDS sebanyak 5.442
kasus
- Dilihat dari banyaknya kasus HIV dan AIDS di Kota Salatiga, diperluka
penanggulangan secepatnya agar tidak semakin bertambah lagi kasus baru
terkait HIV/AIDS
- Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV, dilakukan dalam
rangka penegakan diagnosis HIV dan AIDSuntuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan pengobatan
lebih dini
7. Metode
 Pada tulisan ini jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Sementara pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode
analisis deskripsi isi (content analysis)..
8. Hasil Penulisan
 Hasil penulisan disampaikan secara terstruktur
 Artikel ini mencantumkan data yang didapat secara lengkap dan terperinci
sehingga menunjukan gambaran yang ada di puskesmas
9. Literatur Review
 Penyusunan literatur berdasarkan sistem Vancouver
 Bahan yang digunakan benar, ringkas dan efektif
 Pada jurnal ini tidak ada rujukan yang lebih lima tahun sebelum penulisan
artikel
10. Pertimbangan Etis
 Tidak dicantumkan
11. Kekurangan Jurnal
 Penulis tidak mencantumkan kekurangan dari penelitian ini
12. Kesimpulan dan Saran
 Kesimpulan jelas dan dapat dipahami
 Peneliti memberikan rekomendasi pada instansi lain yang terkait yang
berhubungan dengan penulisan artikel
 Jurnal mencantumkan saran yang merupakan harapan peneliti
13. Daftar Pustaka
 Referensi menggunakan literatur dari jurnal dan buku ajar.
 Tidak terdapat daftar kepustakaan lebih dari lima tahun sebelum penulisan
 Jumlah daftar pustaka berjumlah 7 buah
 Aturan penulisan daftar pustaka sudah sesuai dengan sistem vancouver

Potrebbero piacerti anche