Sei sulla pagina 1di 9

KONSENTRASI PARTICULATE MATTER DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEADAAN UDARA DI KOTA MADYA PEKANBARU


MENGGUNAKAN AMBIENT DUST ANALYZER

Assabraini1, Sugianto 2, Riad Syech2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Fisika
2
Dosen Jurusan Fisika
E-mail: braini_assa@yahoo.co.id

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

ABSTRACT
Research on the effects of solar intensity, temperature and air humidity to the particulate
matter concentration (PM10) has been done by using data interpretation method.
Measurements of PM10 concentration were performed by using an ambient dust
analyzer FH62-1 series at three monitoring stations in Pekanbaru, namely Kulim
Station, Sukajadi Station and Tampan Station. The observed data is daily data from
2011 to 2012, which were processed and analyzed to be monthly average data. Results
of data analysis showed that the average PM10 concentration in 2011 was 44.10±17.56
µg/m3, the maximum PM10 concentration were 71.33 µg/m3 in November 2011, while
the minimum PM10 concentration occurred in August 2011 at 16.68 µg/m3. The average
PM10 concentration in 2012 was 32.54±16.55 µg/m3, with the maximum value reached
in November 2012 at 60.50 µg/m3, and the minimum value was 14.32 µg/m3 which
occurred in June 2012. PM10 concentration is low when the sunlight intensity and air
temperature reach the maximum value, while the value of air humidity is the lowest.
PM10 concentration is high when the sunlight intensity and air temperature are low,
while air humidity has high value. The trend of PM10 concentrations in atmosphere
Pekanbaru 2011 and 2012 is decreased, both for maximum and minimum values. PM10
concentrations were categorized as medium, according to the standard index of air
pollution, which is issued by Indonesian Ministry of Environment.
Keywords : particulate matter (PM10), solar intensity, air temperature, air humidity.

ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh intensitas matahari, suhu, dan kelembaban udara terhadap
konsentrasi particulate matter (PM10) telah dilakukan menggunakan metodologi
interpretasi data. Pengukuran konsentrasi PM10 dilakukan dengan menggunakan alat
ambient dust analyzer seri FH 62-1, di tiga stasiun pemantau di Pekanbaru, yaitu stasiun
Kulim, stasiun Sukajadi dan stasiun Tampan. Data yang diamati merupakan data harian
sepanjang tahun 2011 dan 2012 yang selanjutnya diolah dan dianalisa menjadi data rata-
rata per bulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai konsentrasi PM10 rata-rata
tahun 2011 adalah 44,10±17,56 µg/m3, dengan konsentrasi PM 10 maksimum adalah

1
71,33 µg/m3 pada bulan November, sedangkan konsentrasi PM10 minimum terjadi pada
bulan Agustus pada 16,68 µg/m3. Konsentrasi PM10 rata-rata tahun 2012 yaitu
32,54±16,55 µg/m3 dengan nilai maksimum dicapai pada bulan November yaitu 60,50
µg/m3, sedangkan nilai minimum adalah 14,32 µg/m3 yang terjadi pada bulan Juni.
Konsentrasi PM10 menjadi rendah ketika intensitas cahaya matahari dan suhu udara
mencapai nilai maksimum, sementara nilai kelembaban udara minimum. Konsentrasi
PM10 menjadi tinggi pada saat intensitas matahari dan suhu udara rendah, sedangkan
kelembaban udara bernilai tinggi. Kecenderungan konsentrasi PM 10 di udara Pekanbaru
pada tahun 2011 dan 2012 adalah menurun, baik nilai maksimum maupun minimum.
Konsentrasi PM10 termasuk ke dalam kategori sedang, menurut Indeks Standar
Pencemaran Udara yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia.
Kata kunci: particulate matter (PM10), intensitas matahari, suhu, kelembaban udara.

PENDAHULUAN
Udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan
dan perlu untuk dipelihara kualitasnya agar dapat memenuhi daya dukung kehidupan
sebelum kualitas udara tersebut menurun (tercemar), karena hampir seluruh kegiatan
manusia akan menghasilkan polutan, selain itu kegiatan alam juga menghasilkan zat
pencemar kedalam udara.
Kegiatan alam ini meliputi gunung meletus, pembakaran hutan, pembusukan
sampah, debu tanah dan lainnya akan menghasilkan polusi udara. Kegiatan manusia
seperti lajunya pembangunan dan pertumbuhan perekonomian dapat juga
mengakibatkan meningkatnya industri dan transportasi sehingga menyebabkan turunnya
kualitas udara. Berubahnya kualitas udara dari nilai baku mutu udara ambien akan
menyebabkan efek lanjutan pada makhluk hidup, aspek estetika udara yaitu timbul bau,
adanya lapisan debu pada bahan, dan lainnya.
Bentuk polutan yang mungkin dapat mengotori udara ambien sebenarnya
terdapat banyak sekali di udara. Ada yang berbentuk gas, padatan, maupun cairan. Zat
pencemar tersebut sebagian merupakan polutan primer, sebagian lagi merupakan
polutan sekunder. Udara ambien memiliki kualitas yang mudah berubah, intensitas
perubahannya dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara
ambien.
Polutan di udara sangat banyak jenisnya, namun penulis menitik beratkan
penelitian ini pada salah satu unsur pencemar yaitu particulate matter (PM10), dimana
Partikulat pencemar udara yang akan dianalisa yaitu Partikulat yang memiliki ukuran
diameter lebih kecil sama dengan 10 µm.
Partikulat di udara tidak hanya dihasilkan langsung dari sumber emisinya berupa
partikulat, tetapi juga diemisikan dari gas-gas tertentu yang mengalami kondensasi dan
membentuk partikulat, sehingga ada partikulat primer dan ada partikulat sekunder.
(KLH, 2007). Partikulat berada di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas
partikel padat, dan cair yang berukuran dari 500 µm hingga kurang dari 0,01 µm.
Partikulat yang berukuran kurang dari 10 µm dan tergantung di udara ambien dapat
memudarkan cahaya. Hampir semua aktivitas manusia mempengaruhi kadar partikulat
termasuk kegiatan proyek akan mengeluarkan emisi partikulat ke udara ambien.
(Soedomo, 2001).

2
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena alam yang sering terjadi di daerah
Riau yaitu kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh intensitas matahari, suhu, dan kelembaban udara, terhadap
konsentrasi particulate matter (PM10) di kota Pekanbaru sepanjang tahun 2011 dan
2012 supaya strategi pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan tepat.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interpretasi data
dengan data serta prosedur penelitian bisa dilihat pada bagan alir berikut ini:

Mulai

Tahap Pengumpulan Data


Sekunder

Data Konsentrasi PM10 Data intensitas matahari,


suhu dan kelembaban udara

Pengolahan data

Grafik hubungan antara intensitas matahari,


suhu, kelembaban udara serta PM10 terhadap
waktu sepanjang tahun 2011 dan 2012

Analisa data kesimpulan

Gambar 1. Bagan alir penelitian.


Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang diperoleh dari
Laboratorium Udara Badan Lingkungan Hidup Kota Madya Pekanbaru. Pengukuran
konsentrasi PM10 dilakukan dengan menggunakan alat ambient dust analyzer. Cara
kerja alat ini yaitu kontainer peralatan ditempatkan pada posisi yang tepat, lalu analizer
dihidupkan satu persatu sampai sistem bekerja dengan baik yang ditandai dengan tidak
adanya signal alarm pada display masing-masing analizer. Analizer-analizer tersambung
langsung dengan sistem komputer stasiun (UWEDAT) yang menjalankan fungsi kontrol
terhadap instrumen, akuisisi data, evaluasi data, perhitungan nilai rata-rata setiap 30

3
menit dalam µg/m3 untuk parameter PM10. Data yang tersimpan dalam sistem
UWEDAT dapat diambil sesuai kebutuhan menggunakan laptop. (Syahrial, 2010)
Ambient dust analyzer bekerja secara terus menerus. Pengukuran konsentrasi
particulate matter menggunakan metode absorsbi sinar beta yaitu suatu metode
penyerapan debu oleh sinar beta yang konsentrasinya langsung diolah oleh komputer
secara otomatis. Data sekunder yang diperoleh akan diolah menggunakan Microsoft
office excel untuk menentukan nilai rata-rata per bulan dan per tahun, kemudian data
tersebut akan dianalisis untuk menentukan pengaruh intensitas matahari, suhu dan
kelembaban udara terhadap konsentrasi PM10, sehingga akan diperoleh grafik hubungan
antara intensitas matahari, suhu dan kelembaban udara, serta konsentrasi particulate
matter (PM10) terhadap waktu sepanjang tahun 2011 dan 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Hasil penelitian dari konsentrasi particulate matter (PM10) yaitu berupa grafik
hubungan antara intensitas matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan konsentrasi
particulate matter (PM10) terhadap waktu sepanjang tahun 2011 dan 2012 yang terlihat
pada Gambar (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) sebagai berikut:

I ( W/m2 ) PM 10 ( µg/m3 )

200.00 80.00
intensitas matahari

70.00

PM10 (µg/m3)
150.00 60.00
( W/m2 )

50.00
100.00 40.00
30.00
50.00 20.00
10.00
0.00 0.00

bulan

Gambar 1. Grafik hubungan antara intensitas matahari dan konsentrasi particulate


matter ( PM10 ) terhadap waktu tahun 2011.

4
T(C) PM 10 ( µg/m3 )

35.00 80.00
30.00 70.00

25.00 60.00

PM10 (µg/m3)
suhu udara

50.00
20.00
( oC )

40.00
15.00
30.00
10.00 20.00
5.00 10.00
0.00 0.00

bulan

Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu udara dan konsentrasi particulate matter
(PM10) terhadap waktu tahun 2011.
RH( % ) PM 10 ( µg/m3 )

86.00 80.00
84.00 70.00
82.00
60.00
kelembaban udara

80.00

PM10 ( µg/m3 )
78.00 50.00
(%)

76.00 40.00
74.00 30.00
72.00
20.00
70.00
68.00 10.00
66.00 0.00

bulan

Gambar 3. Grafik hubungan antara kelembaban udara dan konsentrasi particulate


matter ( PM10 ) terhadap waktu tahun 2011.

5
I ( W/m2 ) PM10 ( µg/m3)

180.00 70.00
160.00 60.00
140.00
intensitas matahari

50.00

PM10 ( µg/m3)
120.00
( W/m2 )

100.00 40.00
80.00 30.00
60.00
20.00
40.00
20.00 10.00
0.00 0.00

bulan

Gambar 4. Grafik hubungan antara intensitas matahari dan konsentrasi particulate


matter ( PM10 ) terhadap waktu tahun 2012.

T(C) PM10 ( µg/m3)

31.00 70.00

30.00 60.00
50.00

PM10 ( µg/m3)
29.00
suhu udara

40.00
( oC )

28.00
30.00
27.00
20.00
26.00 10.00
25.00 0.00

bulan

Gambar 5. Grafik hubungan antara suhu udara dan konsentrasi particulate matter
(PM10) terhadap waktu tahun 2012.

6
RH ( % ) PM10 ( µg/m3)

90.00 70.00
80.00 60.00
70.00
kelembaban udara

50.00

PM10 ( µg/m3)
60.00
50.00 40.00
(%)

40.00 30.00
30.00
20.00
20.00
10.00 10.00
0.00 0.00

bulan

Gambar 6. Grafik hubungan antara kelembaban udara dan konsentrasi particulate


matter ( PM10 ) terhadap waktu tahun 2012.

b. Pembahasan
Grafik pada Gambar (1), (2), dan (3) menunjukkan hubungan antara intensitas
matahari, suhu, kelembaban udara dan konsentrasi particulate matter (PM10) terhadap
waktu sepanjang tahun 2011. Konsentrasi particulate matter (PM10) dari gambar
tersebut bernilai maksimum terjadi ketika intensitas matahari mencapai nilai minimum,
dan suhu udara juga bernilai minimum pada saat kelembaban udara bernilai maksimum.
Rendahnya intensitas matahari yang diterima oleh permukaan bumi terjadi karena
radiasi yang melewati atmosfer akan mengalami proses absorbsi dan refleksi yang
disebabkan oleh gas-gas, partikulat dan uap air maupun awan sehingga intensitas
matahari yang sampai kebumi menjadi rendah, hal ini menyebabkan suhu di permukaan
bumi menjadi rendah sehingga keadaan molekul udara menjadi padat, akibatnya
kelembaban udara meningkat. Keadaan ini menyebabkan terakumulasinya partikulat di
udara dan tidak menyebar. Penyebaran udara akan menjadi lebih lambat ketika uap air
di udara tinggi karena udara tidak dapat bergerak dengan bebas dan mendapatkan
hambatan dari uap air sehingga konsentrasi PM10 menjadi tinggi.
Konsentrasi PM10 bernilai minimum terjadi pada bulan Agustus dan September
pada saat intensitas matahari bernilai maksimum, dan suhu udara bernilai maksimum
pula, ketika kelembaban udara mencapai nilai minimum. Rendahnya nilai konsentrasi
PM10 ini terjadi akibat tingginya intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
permukaan bumi menyebabkan naiknya suhu permukaan maka keadaan molekul udara
menjadi lebih renggang sehingga partikulat akan terdistribusi secara merata, selain itu
suhu yang tinggi menyebabkan kelembaban udara menjadi rendah. Kelembaban udara
rendah berarti jumlah uap air yang berada di udara sedikit, ketika jumlah uap air di
udara rendah, maka udara dapat terdispersi lebih cepat karena hambatannya telah
berkurang akibatnya konsentrasi PM10 menjadi rendah.

7
Grafik pada Gambar (4), (5), dan (6) menunjukkan hubungan antara intensitas
matahari, suhu, kelembaban udara dan PM10 terhadap waktu sepanjang tahun 2012.
Konsentrasi PM10 dari gambar tersebut bernilai maksimum terjadi pada bulan
November dan Oktober pada saat intensitas matahari bernilai minimum, dan suhu udara
bernilai minimum, serta kelembaban udara bernilai maksimum. Intensitas cahaya
matahari bernilai rendah maka suhu udara juga akan rendah meyebabkan kerapatan
udara di dekat permukaan bumi tidak jauh berbeda dengan kerapatan udara jauh di atas
pemukaan bumi yang menyebabkan tidak terjadinya aliran udara verikal, sehingga
keadaan udara menjadi lebih dingin dan partikel yang terdapat di udara densitasnya
akan menjadi lebih besar sehingga partikel tersebut akan terakumulasi di suatu tempat.
Suhu udara yang rendah berarti kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara yang
tinggi menyebabkan hambatan udara untuk terdispersi menjadi lebih tinggi karena
jumlah uap air di udara tinggi. Bahan pencemar di udara seperti partikulat akan melarut
dalam butiran–butiran uap air yang terdapat di udara, sampai pada keadaan dimana
partikel tersebut menjadi lebih berat dan terkonsentari pada satu tempat sehingga
partikulat itu akan terbawa pada lapisan atmosfer bagian bawah akibatnya konsentrasi
PM10 menjadi tinggi.
Konsentrasi PM10 bernilai minimum terjadi pada bulan Juni dan Agustus ketika
intensitas matahari maksimum, suhu udara mencapai nilai maksimum, dan kelembaban
udara bernilai minimum. Tingginya intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
permukaan bumi menyebabkan udara menjadi lebih panas. Suhu udara yang tinggi
membuat densitas udara di dekat permukaan bumi menjadi rendah sehingga naik ke
atas. Udara dingin di atas permukaan bumi yang densitasnya lebih tinggi akan turun
menggantikan udara yang pindah dekat permukaan bumi tersebut. Intensitas matahari
dan suhu udara yang tinggi menyebabkan kelembaban udara yang rendah artinya jumlah
uap air yang di kandung udara rendah, pada saat itu penyebaran udara terjadi lebih cepat
karena udara dapat bergerak tanpa terhambat oleh uap air, akibatnya bahan pencemar di
udara seperti Partikulat akan menjadi lebih ringan dan dapat terbawa angin dan tidak
memiliki waktu untuk terkumpul dan zat pencemar itu akan terdistribusi merata
sehingga konsentrasi PM10 menjadi rendah.

KESIMPULAN
Tinggi rendahnya konsentrasi PM10 sangat dipengaruhi oleh faktor intensitas
matahari, suhu udara dan kelembaban udara. Konsentrasi PM10 bernilai maksimum
pada saat intensitas matahari dan suhu udara menurun dan kelembaban udara
meningkat, sebaliknya konsentrasi PM10 bernilai minimum pada saat intensitas matahari
dan suhu udara naik serta kelembaban udara menurun.
Kecenderungan konsentrasi PM10 di atmosfer bila dilihat dari tahun 2011 dan
2012 ternyata cenderung menurun baik konsentrasi maksimum maupun konsentrasi
minimumnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Sugianto, M.Si dan Bapak
Drs. Riad Syech, M.T yang telah memberikan bimbingan penulisan serta masukan
dalam penulisan karya ilmiah ini. Bapak Syahrial, Bapak Asep dan seluruh staf di BLH
kota Pekanbaru yang telah bersedia memberikan fasilitas serta bimbingannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. kimia lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
BLH Kota Pekanbaru, 2011. Laporan tahunan kualitas udara ambien kota Pekanbaru.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
KLH. 2007. Memprakirakan dampak lingkungan, kualitas udara. Penerbit Debuti
KLH. Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagratindo Persada. Jakarta.
Mukono, H. J. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan saluran
pernapasan. Airlangga University Press. Surabaya.
Neiburger, Ediger, Bonner. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita Edisi kedua.
terjemahan Dra Ardina Puro. Penerbit ITB. Bandung.
Rafi’i, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Penerbit Angkasa. Bandung.
Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineke Cipta. Jakarta.
Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah tentang Pencemaran Udara. Penerbit ITB.
Bandung.
Soegeng, R. 1994. Ionosfir. Penerbit Andi offset. Yogyakarta.
Supardi, I. 2003. Lingkungan hidup dan kelestariannya. PT ALUMNI. Bandung.
Syahrial. 2010.pencemaran udara jalan Soekarno Hatta dan perbandingannya dengan
kualitas udara ambient kota pekanbaru, tesis ilmu lingkungan, Universitas Riau,
Pekanbaru.
Wardhana, W,A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Young, H. D dan R. A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi Kesepuluh
(terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Potrebbero piacerti anche