Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1, Januari 2019: 9 - 18
1
Alamat penulis untuk korespondensi : Batseba M.W. Tiro. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Papua. Jln. Yahim No. 49 Sentani-Jayapura. E-mail : batsebatiro68@gmail.com
e-ISSN 2528-1488, p-ISSN 1411-0172
10 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No1, Januari 2019: 9-18
Kandang umumnya menyatu dengan rumah populasi ternak babi terbanyak ada di distrik
atau tempat tinggal. ini.
Motivasi pemeliharaan ternak babi di Metode yang digunakan adalah survei
Kabupaten Jayawijaya lebih ditujukan pada lapangan menggunakan kuesioner
masalah sosial budaya sehingga upaya terstruktur pada responden peternak babi
peningkatan produktivitas dan aspek sebanyak 30 responden. Peternak yang
ekonomisnya kurang diperhatikan. Namun dipilih sebagai responden adalah mengikuti
mengingat peranan ternak babi bagi kriteria sebagai berikut. Pertama, peternak
masyarakat sangat besar, maka ternak babi babi yang sudah memiliki pengalaman
perlu mendapat perhatian untuk beternak minimal dua tahun; Kedua,
dikembangkan. Ternak babi lokal peternak yang memiliki atau memelihara
mempunyai potensi untuk dikembangkan induk yang sudah dan akan beranak, dan
karena memiliki beberapa keunggulan ketiga, sampai saat penelitian dilaksanakan
dibanding babi ras, yakni pengelolaannya masih memelihara babi.
sederhana, toleran terhadap sembarang Pengambilan sampel secara purposive
makanan, perkandangan tidak mengikat, random sampling sesuai dengan kriteria
lebih tahan terhadap penyakit, dan sangat yang telah ditetapkan dan kemudian diacak
cocok diusahakan di pedesaan (Aritonang sehingga setiap sampel mempunyai peluang
1997). Ternak babi lokal juga mempunyai yang sama untuk dipilih. Pengumpulan data
kelemahan, yakni pertumbuhannya sangat meliputi data primer dan sekunder, data
lambat, di samping temperamennya liar primer diperoleh melalui observasi dan
sehingga relatif sulit dalam penanganan. wawancara langsung dengan peternak
Dalam upaya untuk pengembangan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah
ternak babi, maka penelitian eksploratif disiapkan, sedangkan data sekunder
perlu dilakukan untuk mendapat gambaran diperoleh dari dinas atau instansi terkait.
atau data base mengenai profil peternakan Selain itu juga dilakukan penimbangan
babi, yang selanjutnya dapat menjadi acuan terhadap anak babi yang baru lahir dan yang
dalam upaya pengembangan ternak babi di baru disapih.
Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini Khusus untuk data pertambahan bobot
bertujuan untuk mendapatkan gambaran badan dan konsumsi pakan, ternak babi
nyata mengenai produktivitas ternak babi dikandangkan selama lima minggu. Selama
lokal yang dipelihara dengan kondisi ternak dikandang, pakan yang diberikan
manajemen masyarakat setempat. hanya ubi dan daun ubi jalar sesuai dengan
yang biasa diberikan oleh petani, dengan
METODOLOGI komposisi 60 persen ubi jalar ditambah 40
persen daun ubi jalar. Penimbangan ternak
Penelitian ini bersifat eksploratif, dilakukan setiap minggu dan data konsumsi
dilaksanakan di Kabupaten Jayawijaya yang pakan diambil setiap hari dengan
merupakan kawasan pengembangan ternak mengurangi jumlah pemberian dengan sisa.
babi (Kepmentan No. 43, Tahun 2015; Data ditabulasi dan dihitung rata-rata
Kepmentan No. 472, Tahun 2018). Lokasi dan simpangan bakunya, selanjutnya untuk
yang diambil adalah di Distrik Wamena mengevaluasi tingkat efisiensi produksi dan
yang berada pada ketinggian ± 1.550 m dpl. reproduksi ternak dilakukan kajian secara
Dipilihnya Distrik Wamena mengingat deskriptif.
12 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No1, Januari 2019: 9-18
Tabel 2. Jumlah pemilikan ternak, alasan memelihara ternak babi, dan sistem pemeliharaan
yang dilakukan di lokasi penelitian
Uraian Distrik Wamena
Pemilikan ternak, rata-rata/KK (ekor)
a. Dewasa
- Induk 2,3 ± 1,0
- Pejantan 1,9 ± 1,1
b. Muda
- Jantan 1,6 ± 1,5
- Betina 2,5 ± 1,4
c. Anak
- Jantan 2,4 ± 1,4
- Betina 3,1 ± 1,8
Total 13,8 ± 3,7
Alasan utama memelihara babi (%)
a. Kepentingan adat 53,3
b. Status sosial 30,0
c. Harga jual 16,7
Sistem pemeliharaan (%)
- Siang dilepas, malam dikandang + pakan tambahan (ubi dan 83,3
daun ubi jalar)
- Siang dilepas, malam dikandang tanpa pakan tambahan 16,7
14 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No1, Januari 2019: 9-18
Sistem pemeliharaan yang dilepas dengan berkaitan dengan tujuan pemeliharaan yang
pakan seadaya namun ternak babi masih sebagian besar ditujukan untuk kepentingan
mampu bertahan hidup dan berkembang. adat dan penentu status sosial.
Sistem pemeliharaan ternak babi di
Produktivitas Ternak Babi. Performan
Kabupaten Jayawijaya secara umum masih
reproduksi ternak babi yang meliputi jumlah
dilakukan secara semi intensif (83,3 persen),
anak per kelahiran, umur sapih, jumlah anak
di sini pada pagi hari sebelum ternak
disapih, interval beranak dan sow index
dilepas, ternak diberi pakan seadanya, yaitu
terlihat pada Tabel 3.
ubi dan daun ubi jalar, kemudian dilepas dan
pada sore hari ternak akan masuk dengan Jumlah anak perkelahiran. Data pada
sendirinya ke kandang dan masih diberi Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan jumlah
pakan yang sama dengan yang diberikan anak perkelahiran (litter size) adalah 7,4 ±
pada pagi hari. Namun ada sebagian kecil 2,3 ekor. Beberapa hasil penelitian yang
petani (16,7 persen) yang tidak lagi memberi pernah dilakukan menunjukkan hasil rataan
pakan pada sore hari saat ternak kembali ke jumlah anak perkelahiran pada peternakan
kandang. babi di Tapanuli Utara 8,2 ekor dan di Deli
Pemberian pakan yang hanya terdiri Serdang 8,7 ekor (Aritonang dkk. 1994).
dari ubi dan daun ubi jalar menyebabkan Rataan jumlah anak perkelahiran untuk babi
terjadinya kompetisi dengan pangan ras murni 10,05 ekor (Silalahi & Aritonang
manusia yang juga mengonsumsi ubi dan 1994). Jika dibandingkan dengan hasil
daun ubi jalar, sehingga jumlah yang penelitian ini, jumlah anak perkelahiran
diberikan ke ternak tergantung pada yang diperoleh masih di bawah hasil
ketersediaan. Padahal di lapangan banyak penelitian Aritonang dkk. (1994) dan
terdapat pakan/hijauan yang dapat Silalahi & Aritonang (1994). Hal ini
digunakan sebagai pakan babi, diantaranya memberikan gambaran bahwa rataan jumlah
limbah sayuran, jagung yang ditanam petani anak perkelahiran di Distrik Wamena masih
di antara tanaman ubi jalar, daun gamal, dan berada di bawah liter size yang ideal.
daun singkong. Hal ini disebabkan Baliarti dkk. (2006), mengemukakan induk
kurangnya pengetahuan peternak mengenai babi umumnya melahirkan anak enam
jenis pakan yang dapat digunakan sebagai hingga 12 ekor tetapi liter size yang ideal
pakan babi. Kurang intensifnya cara adalah ± 10 ekor karena berat lahir
pemeliharaan babi di lokasi penelitian
umumnya lebih tinggi dan mortalitasnya ini berakibat pada panjangnya interval
rendah, sedangkan apabila lebih dari 10 ekor beranak dan kesempatan beranak pertahun
biasanya berat lahirnya rendah dan juga relatif kecil.
mortalitas tinggi.
Jumlah anak yang disapih. Rataan jumlah
Litter size yang rendah ini diduga
anak disapih dalam penelitian ini adalah 6,8
karena pakan yang dikonsumsi induk belum
± 2,3 ekor. Hasil penelitian Aritonang dkk.
mencukupi, baik dari segi kualitas maupun
(1994) menunjukkan rataan jumlah anak
kuantitasnya dan juga kondisi induk sendiri.
disapih adalah 6,6 ekor. Bila dibandingkan
Faktor-faktor yang memengaruhi litter size
dengan hasil penelitian yang diperoleh maka
antara lain: umur induk, bangsa dari induk,
tidak ada perbedaan berarti dengan hasil
produksi susu induk, kondisi induk, pakan,
penelitian tersebut. Hal ini berhubungan
dan pejantan yang dipakai (Sihombing
dengan kondisi lingkungan yang kurang
2004), dan dengan pemberian pakan yang
mendukung, terutama pakan dan sistem
baik ada kecenderungan dapat memperbesar
pemeliharaan. Pakan yang dikonsumsi induk
liter size.
selama bunting dan menyusui hanya ubi dan
Waktu sapih. Dalam penelitian ini daun ubi jalar yang pemberiannya juga
diperoleh peternak yang menyapih anak babi seadanya dan tanpa ada tambahan konsentrat
pada umur tiga bulan (26,7 persen), empat sehingga tidak cukup untuk memproduksi
bulan (50,0 persen), dan lima bulan (23,3 air susu. Selain itu, sejak lahir sampai
persen) dengan rataan umur sapih 4,0 ± 0,7 disapih anak ditempatkan dalam satu
bulan. Peternak di Distrik Wamena belum kandang bersama induk dengan ukuran
mengetahui kapan waktu yang tepat untuk kurang lebih 1 x 0,75 m, sehingga banyak
menyapih anak babi dan pakan yang kejadian anak babi yang mati disebabkan
diberikan ke induk terbatas dan tidak sesuai tertindih atau terjepit oleh induknya sendiri.
untuk menyusui sehingga waktu sapihnya
Interval beranak. Interval beranak yang
menjadi lama, sehingga induk babi dapat
diperoleh dalam penelitian ini adalah 8,1 ±
beranak dua kali dalam setahun. Baliarti
0,7 bulan. Interval beranak ini nilainya lebih
dkk. (2006), menyatakan bahwa dalam
besar, karena pada kondisi yang baik
keadaan normal dan dengan pemberian
interval beranak hanya enam bulan. Hal ini
pakan yang yang rasional maka penyapihan
disebabkan lamanya waktu untuk menyapih
dapat dilakukan lebih awal selama satu
anak sehingga kesempatan beranak pertahun
hingga dua bulan (56 hari) bahkan dengan
juga relatif kecil, di sini sow index yang
perbaikan sistem perkandangan dan
diperoleh adalah 1,8. Performan produksi
manajemen, anak babi dapat disapih pada
ternak babi yang meliputi bobot lahir, bobot
umur enam minggu sehingga dapat
sapi dan pertambahan bobot badan terlihat
melahirkan lima kali dalam dua tahun.
pada Tabel 4.
Umumnya setelah beranak, anak babi
dibiarkan menyususi pada induk sampai
induk sendiri yang menyapih anaknya, jadi
belum ada campur tangan dari peternak
untuk memisahkan anak babi dari induknya
dan semuanya berjalan secara alamiah. Hal
16 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No1, Januari 2019: 9-18
Pertambahan bobot badan ternak babi. nutriennya, maka tidak dapat mencapai
Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pertumbuhan yang optimal. Hal ini juga
pengukuran kenaikan bobot badan ternak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
dengan cara menimbang ternak berulang- Pond & Maner (1974), yaitu bahwa pakan
ulang dan dinyatakan dengan pertambahan yang kurang kandungan proteinnya akan
bobot badan tiap hari, tiap minggu atau menyebabkan kelambatan pertumbuhan.
periode waktu lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KESIMPULAN
pertambahan bobot badan (PBB) ternak babi
adalah 0,08 ± 0,02 kg per ekor per hari. PBB Jumlah anak per kelahiran dan jumlah
pada penelitian ini relatif rendah, di sini anak yang disapih masih rendah, umur sapih
PBB yang rasional pada ternak babi adalah dan interval beranak terlalu lama, akibatnya
0,2 hingga 0,7 kg. Manurung (1994) kesempatan beranak per tahun juga rendah.
melaporkan bahwa PBB babi lokal dengan PBB ternak babi juga relatif rendah (0,08 ±
substitusi putak (isi batang pohon gewang) 0,02 kg per ekor per hari) dibandingkan
dan jagung dalam ransum mencapai 0,16 kg dengan PBB yang rasional pada ternak babi
per ekor per hari. Hasil penelitian Tiro & yakni 0,2 hingga 0,7 kg.
Fernandes (2007) menyatakan bahwa PBB Sistem pemeliharaan yang dilakukan
babi lokal dengan perbaikan sistem peternak dengan memberikan pakan hanya
pemeliharaan (kandang dan pakan) berupa ubi dan daun ubi jalar tidak
mencapai 0,1 kg per ekor per hari. PBB memberikan performan produksi dan
yang diperoleh dalam penelitian ini lebih reproduksi yang baik, sehingga perlu adanya
rendah dibandingkan hasil penelitian perbaikan sistem pemeliharaan dan pakan.
tersebut. Hal ini diduga karena pakan yang
dikonsumsi belum memenuhi kebutuhan DAFTAR PUSTAKA
ternak, walaupun konsumsi energi telah
mencukupi kebutuhan namun konsumsi AAK. Beternak Babi. Edisi ke-19. Penerbit
protein kasar masih belum memenuhi Kanisius, Yogyakarta.
kebutuhan ternak. Supnet (1980) Aritonang, D., M. Silalahi & A. Nainggolan.
menyatakan bahwa kebutuhan protein kasar 1994. Studi aspek dan tatalaksana
dan energi untuk ternak babi dengan bobot pemeliharaan babi Toba di dataran tinggi
badan lima hingga 10 kg adalah 132 g per dan rendah. Prosiding Pertemuan Nasional
ekor per hari dan 3.500 kcal per g per ekor Pengolahan dan Komunikasi Hasil
per hari. Hal ini menggambarkan bahwa Penelitian. Semarang, 8-9 Februari, 1994.
produktivitas babi lokal dapat ditingkatkan
dengan pemberian pakan yang baik dan Aritonang, D., M. Rangkuti, T.D. Soejana &
sesuai kebutuhan ternak, baik kualitas A. Djajanegara. 1996. Indegenous Pig
maupun kuantitasnya. Production in Indonesia. Kerjasama FAO
Basuki (2002) menyatakan bahwa dan Pusat Penelitian Ternak dan Pusat
PBB ternak sangat dipengaruhi oleh Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
manajemen dan lingkungan fisiologis Aritonang, D. 1997. Teknologi budidaya
terutama pakan, sehingga apabila pakan ternak babi lokal dan pengembangannya.
yang dikonsumsi ternak belum mencukupi Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi
kebutuhan ternak, dalam hal ini kandungan
18 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No1, Januari 2019: 9-18
Paket Teknologi Peternakan Babi Lokal. Supnet, M.G. 1980. Pork Production
Jayawijaya, 8-9 Desember 1997. Manual. Published by The University of
The Philippines at Los Banos College of
Basuki, 2002. Dasar Ilmu Ternak Potong
Agriculture. College, Laguna Philippines.
dan Kerja. Lectures Notes. Laboratorium
Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Tiro, B.M.W. & P. Th. Fernandes. 2007.
Peternakan, Universitas Gadjah Mada Kajian teknologi budidaya dan pengaruhnya
Yogyakarta. terhadap penampilan ternak babi. Prosiding
Seminar Nasional. Balai Besar Pengkajian
Baliarti, E., N. Ngadiono, P. Basuki &
dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Panjono. 2006. Hand Out “Managemen
Badan Penelitian dan Pengembangan
Ternak Potong”. Fakultas Peternakan,
Pertanian. p: 574-579.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tiro, B.M.W. & A. Malik. Kajian sistem
Badan Pusat Statistik. 2017. Papua Dalam
usahatani ternak babi lokal di dataran tinggi
Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Kabupaten Jayawijaya. Prosiding Seminar
Papua.
Nasional. Balai Besar Pengkajian dan
Dinas Peternakan Provinsi Papua. 2017. Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Laporan Tahunan Dinas Peternakan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p:
Provinsi Papua. 786-795.
Manurung, A. 1994. Sistem pemeliharaan Wahyu & Supandi, 1999. Pedoman
ternak babi dalam upaya peningkatan Beternak Babi. Direktur Peternakan Rakyat.
pendapatan petani di Nusa Tenggara Timur. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan Pertanian.
dan Komunikasi Hasil Penelitian.
Semarang, 8-9 Februari 1994.
Pasaribu, T., M. Silalahi, D. Aritonang & K.
Manihuruk. 1996. Pengaruh pemberian
konsentrat selama prapartum dan menyusui
terhadap kinerja anak babi di peternakan
rakyat. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.
Vol. 1. Nomor 3.
Pond, W.G. & J.H. Manner. 1974. Swine
Production in Temperate and Tropical.
W.H. Freman and Company Sa Fransisco.
Sihombing, D.T.H. 2004. Ilmu Ternak Babi.
Penerbit Gadjah Mada University Press.
Silalahi, M. & D. Aritonang. 1994.
Perbedaan produktivitas berbagai galur babi
bibit ras impor. Prosiding Pertemuan
Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil
Penelitian. Semarang, 8-9 Februari 1994.