Sei sulla pagina 1di 10

Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD

Kabupaten Kediri Tahun 2016

Yanu Yufita Lestariningsih1), Dwi Ertiana


1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri, Jl Soekarno Hatta No 7, Kediri, Kode Pos 64225
Korespondensi: yanuyufita20@gmail.com

ABSTRACT

Premature rupture of membranerevolves 5-10% from all birth. Impact a birth premature that
espoused broken fetal membrane early causess 12-15% asphyxia neonatorum. The purpose of the
study to determine the correlation between premature rupture of membrane with the incidence of
asphyxia neonatorum. The research method used is analytic with retrospective cohort approach with
independent variable of premature rupture of membrane, dependent variable asphyxia neonatorum.
The study was conducted on 7 June to 12 July 2017. The population of 1519 mothers inregional
public hospital of Kediri regency 2016. Sample 139 respondents, taken by simple random sampling,
was analyzed by Chi Square test with a significant of 0.05. Result of research most of respondent
with rupture of membrane counted 46 respondents, almost all respondents that is 82.6% gave birth
baby with asphyxia. From result of Chi Square test obtained by result of p-value equal to 0.000
(<0.05), result of coefficient of contingency (C) equal to 0.639 with closeness strong relation, so H1
received H0 rejected which means there is significant relation with closeness strong between
premature rupture of membrane with asphyxia neonatorum inregional public hospital of Kediri
regency 2016. Relative Risk (RR) 1.65 which means the possibility of a baby experiencing asphyxia
neonatorum of 1.65 times in maternal who experience premature rupture of membranes compared to
mothers who did not experience premature rupture of membranes.

Keyword: Premature rupture of membrane, neonatorum, asphyxia neonatorum

ABSTRAK

Ketuban pecah dini terjadi pada semua kelahiran sekitar 5-10%. Dampak dari ketuban pecah dini
menyebabkan 12-15% asfiksia neonatorum. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum. Metode penelitian yang digunakan yaitu
analilitik dengan pendekatan kohort retrospektif dengan variabel independent ketuban pecah dini,
variabel dependent asfiksia neonatorum. Penelitian dilakukan pada tanggal 7 Juni sampai dengan 12
Juli 2017. Populasi 1519 ibu bersalin di RSUD Kabupaten Kediri tahun 2016. Jumlah sampel 139
responden, diambil secara simple random sampling, dianalisis dengan uji Chi Kuadrat dengan taraf
signifikan 0.05. Hasil penelitian sebagian besar responden dengan ketuban pecah dini sebanyak 46
responden, hampir seluruh responden yaitu 82.6% melahirkan bayi dengan asfiksia sedang. Dari hasil
uji Chi Kuadratdiperoleh hasil p-value sebesar 0.000 (< 0.05), hasil Koefisien Kontingensi (C) sebesar
0.639 dengan keeratan hubungan kuat, sehingga H1 diterima H0 ditolak yang artinya ada hubungan
signifikan dengan keeratan kuat antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSUD Kabupaten Kediri Tahun 2016. Hasil Relative Risk (RR) 1.65 yang artinya kemungkinan ibu
bersalin yang mengalami ketuban pecah dini maka bayinya akan mengalami asfiksia neonatorum
sebesar 1.65 kali dibandingkan ibu bersalin yang tidak mengalami mengalami ketuban pecah dini.

Kata Kunci : Ketuban Pecah Dini, Neonatorum, Asfiksia Neonatorum

1
2

PENDAHULUAN Adapun penyebab kematian bayi (0-28


hari) sebagian besar disebabkan karena
Derajat kesehatan suatu bangsa
kelahiran BBLR sebesar 56,25%,
dapat dinilai dengan angka kematian
asfiksia sebesar 37,5%, infeksi sebesar
bayi. Dalam program MDG’s
6,25% (Profil Kesehatan Kota Kediri,
(Mililennium Development Goals/
2015).
MDG’s ) 2015 pemerintah menekankan
Adapun Beberapa faktor penyebab
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
terjadinya asfiksia yaitu faktor ibu,
Kemudian program selanjutnya yang
faktor janin, faktor tali pusat. Faktor
dibuat pemerintah yaitu Sustainable
janin yaitu prematur, kelainan
Development Goals / SDG’s, dimana
kongenital dan air ketuban bercampur
rogram kerja SDG’s terdapat 17 tujuan
dengan mekoneum. Faktor ibu
global (Global Goals). Tujuan nomor 3
diantaranya adalah preeklamsia,
mengenai ketercakupan kesehatan
eklamsia, perdarahan antepartum, partus
sangat sehingga dapat memastikan
lama, infeksi, kehamilan post matur,
hidup sehat dan sejahtera untuk semua
gangguan pertukaran nutrisi/O2,
orang dari berbagai usia. Dalam tujuan
gangguan his dan ketuban pecah dini.
SDG’s terdapat 13 target dimana tahun
Sedangkan faktor tali pusat yang
2030 dapat dicegah angka kematian
menyebabkan asfiksia diantaranya yaitu
perinatal, atau setidaknya dapat
lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
diturunkan menjadi 12 per 1.000 KH,
prolapsus tali pusat dan tekanan pada
angka kematian balita 25 per 1.000 KH
tali pusat yang menyebabkan pertukaran
dan angka kematian ibu dalam skala
gas ibu ke janin terganggu sehingga
global turun kurang dari 70 per 100.000
terjadi asfiksia neonatorum (Arief,
kelahiran hidup (SDG’s, 2015).
2009).
Ketuban pecah dini terjadi pada neonatorum sebanyak 698 yang
semua pada kehamilan aterm kasus termasuk BBL dan kasus rujukan.
ketuban pecah dini terjadi sekitar 70%. Ketuban pecah dini mempengaruhi
Adapun 30% kasus KPD merupakan asfiksia karena terjadinya
penyebab kelahiran prematur. Dampak oligohidramnion yang menekan tali
kelahiran prematur yang disertai pusat sehingga tali pusat mengalami
ketuban pecah dini menyebabkan 5- penyempitan dan aliran darah yang
60% sepsis neonatorum, 12-15% membawa oksigen ibu ke bayi
asfiksia neonatorum, 3-22% kematian terhambat sehingga menimbulkan
neonatal dan 10,5% kematian perinatal asfiksia neonatorum atau hipoksia pada
(WHO, 2009). kelahiran sekitar 5- janin. Bahwa ada hubungan antara
10%, sedangkan ketuban pecah gawat janin dengan derajat
prematur terjadi 1% dari semua oligohidramnion, apabila air ketuban
kehamilan dan berdasarkkan hasil semakin sedikit maka janin akan
penelitian yang dilakukan Komsiyati di semakin gawat, hal ini ditemukan baik
RSUD Ambarawa, bahwa 31,2% dilapangan maupun di rumah sakit
responden yang mengalami ketuban rujukan di Indonesia (Saifuddin dkk,
pecah dini, 69,4% responden 2014).
mengalami asfiksia. Dari 68,8% Ketuban pecah dini akan
responden yang tidak mengalami menyebabkan janin mengalami
ketuban pecah dini 15,7 % asfiksia. gangguan pada pemenuhan O2
Dengan nilai p < 0,05 yang berarti sehingga bisa terjadi hipoksia pada
terdapat hubungan ketuban pecah dini janinn. Hal tersebut akan
dengan asfiksia pada bayi baru lahir mempengaruhi nilai apgar skor dari
(Komsiyati, 2014). janin sehingga akan mempengaruhi
Dari data studi pendahuluan di kesejahteraan pada bayi yang baru
RSUD Kabupaten Kediri didapatkan dilahirkan tersebut. Nilai apgar skor
data ibu bersalin sebanyak 1519 orang pada menit pertama dapat menunjukan
pada bulan Januari sampai Desember keadaan bayi baru lahir tersebut, dan
2016 sedangang dari data tersebut ibu dapat menilai apakah bayi tersebut
yang mengalami ketuban pecah dini membutuhkan perhatian medis atau
sebanyak 85 orang. Kejadian asfiksia tidak. Meskipun bayi baru lahir

3
4

tersebut mengalami masalah pada Variabel bebas penelitian ini yaitu


menit pertama setelah melahirkan ketuban pecah dini dan variabel terikat
bukan berarti akan terjadi masalah pada asfiksia neonatorum. Populasi dalam
bayi tersebut dalam jangka waktu yang penelitian ini adalah semua ibu bersalin
panjang. Namun apabila dalam menit di RSUD Kabupaten Kediri tahun 2016
kelima dan tes pada menit berikutknya sebesar 1519. Teknik pengambilan
terdapat peningkatan jumlah apgar skor sampel menggunakan simple random
pada bayi tersebut maka akan ada sampling sebesar 46 responden ketuban
risiko pada bayi tersebut, dimana bayi pecah dini dan untuk kelompok kontrol
tersebut akan maengalami kerusakan sebesar 93 responden tidak ketuban
syaraf dalam jangka panjang serta pecah dini. Data dianalisis
terdapat risiko kecil kerusakan otak. menggunakan uji Chi Kuadrat.
(Judarwanto, 2012).
HASIL PENELITIAN
Upaya pemerintah guna untuk
membantu menurunkan AKI dan AKB 1. Data Umum
adalah melakukan penanganan Diagram 1 : Distribusi Umur
Responden di RSUD Kabupaten Kediri
kegawatdaruratan meternal dan
Tahun 2016
neonatal pada tenaga kesehatan yang
(5.0%) (5.0%)
berkompeten, pendampingan ibu hamil
oleh mahasiswa kebidanan melalui
program Gerakan Amankan Persalinan
dan Kehamilan, rujukan tepat waktu (89.9%)
(Dinkes Kab. Kediri, 2015). <20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun

METODE PENELITIAN
Berdasarkan diagram diatas didapatkan
Dalam penelitian ini menggunakan
bahwa hampir seluruh dari responden
desain observasi dengan pendekatan
berada berumur 20-35 tahun yaitu
kohort retrospektif.
dengan prosentase 89,9%.
5

Diagram 2 : Distribusi Paritas Diagram 4 : Distribusi usia gestasi


Responden di RSUD Kabupaten Kediri responden di RSUD Kabupaten Kediri
Tahun 2016 Tahun 2016

(
(33.8%) (5.0%)

61.2%) (95.5%)
Primipara Multipara
< 37 minggu > 37 minggu
Grande Multi

Berdasarkan diagram didapatkan


Berdasarkan diagram didapatkan
bahwa seluruh responden yaitu 95.0%
bahwa sebagian besar dari responden
melahirkan pada usia gestasi > 37
adalah multipara dengan prosentase
minggu.
61.2%,
2. Data Khusus
Diagram 3 : Distribusi waktu pecah
ketuban responden di RSUD Tabel 1 : Distribusi Kejadian ketuban
Kabupaten Kediri Tahun pecah dini di RSUD Kabupaten Kediri
2016 Tahun 2016
(33.1%)
No Kejadian ∑ (%)

Tidak ketuban
1. 93 66.9
pecah dini
(66.9%)
Pembukaan < 4 cm (fase laten) Ketuban pecah
2. 46 33.1
dini
Pembukaan > 4 cm (fase aktif)
Jumlah 139 100.0

Berdasarkan diagram didapatkan Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa


bahwa sebagian besar dari responden dari 139 ressponden, hampir setengah
waktu pecah ketuban dengan dari responden yaitu 33.1 % mengalami
pembukaan > 4 cm sebanyak 66.9% ketuban pecah dini.
6

Tabel 2 : Distribusi frekuensi Kejadian Berdasarkan tabel diketahui dari


asfiksia neonatorum di RSUD
93 responden tidak ketuban pecah dini
Kabupaten Kediri Tahun 2016
seluruh responden yaitu 91.4% tanpa
No Kejadian ∑ (%) ketuban pecah dini melahirkan bayi
1. Asfiksia 88 63.3 dengan asfiksia ringan, tetapi sebagian
ringan
kecil dari responden yaitu 8.6%
2. Asfiksia 46 33.1
sedang melahirkan bayi dengan asfiksia

3. Asfiksia berat 5 3.6 sedang, dan tidak satupun dari

Jumlah 139 100.0 responden mengalami ketuban pecah


dini yaitu 0% melahirkan bayi baru
lahir dengan asfiksia berat.
Berdasarkan tabel didapatkan bahwa
Data dianalisis dengan
dari 139 responden, sebagian besar dari
menggunakan uji Chi kuadrat dengan
responden yaitu sebanyak 63.3%
nilai kemaknaan HI diterima (HI
mengalami asfiksia ringan.
ditolak) apabila P Value >ɑ 0,05. H0
ditolak (H1 diterima) apabila p value <
3. Tabel Silang
ɑ 0,05 hasil uji Chi kuadrat didapatkan
Tabel 4.8 : Tabulasi silang hubungan
ketuban pecah dini dengan kejadian nilai p-value 0.000 (< 0.05) sehingga
asfiksia neonatorum di RSUD H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti
Kabupaten Kediri Tahun 2016
terdapat hubungan ketuban pecah dini
Kejadian asfiksia ∑
dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Berat Sedang Ringan

N % N % N % N %
PEMBAHASAN
Ketuban 5 10. 38 82. 3 6.5 46 33.
9 6 1
pecah Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu
dini
Hamil di RSUD Kabupaten Kediri
Tidak 0 0 8 8.6 8 91. 93 10
ketuban 5 4 0.0 Tahun 2016
pecah
dini Berdasarkan tabel 1 didapatkan

Total 5 3.6 46 33. 8 63. 13 10 bahwa dari 139 responden, hampir


1 8 3 9 0.0
setengah dari responden yaitu 33.1%
mengalami ketuban pecah dini.
7

Penyebab ketuban pecah dini Selain hal tersebut, rongga panggul


belum diketahui secara pasti, juga tidak maksimal menghadapi
pertambahan usia ibu, multipara, komplikasi, oleh sebab itu resiko
kelainan letak janin kemungkinan terjadi ketuban pecah dini dan
menyebabkan selaput ketuban menjadi komplikasi lain juga akan meningkat
kurang kuat dan menyebabkan ketuban (Nugroho, 2010).
pecah dini (Nugroho, 2010). Dari penelitian ini didapatkan, dari
Hasil penelitian menunjukan 139 responden sebagian besar dari
bahwa dari 139 responden, hampir responden adalah multipara dengan
seluruh dari responden berumur 20-35 prosentase 61.2%, dan hampir
tahun yaitu 89.9%, dan umur ibu hamil setengah dari responden berada pada
< 20 tahun dan > 35 tahun adalah kategori primipara yaitu 33.8%.
5.0%. Berdasarkan teori pada Mitayani
Terdapat beberapa faktor yang (2009), bahwa multipara juga
menyebabkan terjadinya ketuban pecah berpengaruh terhadap terjadinya
dini diantaranya yaitu pertambahan ketuban pecah dini, proses
umur ibu. Bahwa ibu termasuk dalam embriogenesis dipengaruhi oleh
umur yang terlalu muda apabila umur kehamilan yang terlalu sering yang
ibu < 20 tahun, dimana dengan usia ibu akan mempengaruhi pembentukan
yang terlalu muda akan menyebakan selaput ketuban yang akan lebih tipis
uterus belum cukup matur menerima sehingga akan menyebabkan selaput
kehamilan serta melahirkan sehingga ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda
akan mudah mengalami ketuban pecah persalinan. Pendapat lain menyatakan
dini. Ibu ddikatakan primitua apabila bahwa paritas juga mempengaruhi
umurnya > 35 tahun sehingga berisiko terjadinya ketuban pecah dini bahwa
mengalami ketuban pecah dini. hal tersebut disebabkan karena seorang
Pertambahan umur akan membuat ibu sudah pernah melahirdkan sehingga
fungsi dan kondisi rahim mengalami otot-otot rahimnya melemah.
penurunan. Sehingga menyebabkan Berdasarkan tabel 2 didapatkan
jaringan uterus yang tidak subur bahwa dari 139 responden, sebagian
sedangkan dinding rahim merupakan besar dari responden yaitu sebanyak
tempat untuk implantasi plasenta. 63.3% mengalami asfiksia ringan,
8

tetapi hampir setengah dari responden dan sisanya melahirkan bayi dengan
yaitu 33.1% mengalami asfiksia sedang asfiksia ringan yaitu 6.5%.
dan sebagian kecil dari responden yaitu Ketuban pecah dini mempengaruhi
3.6% mengalami asfiksia berat. asfiksia karena terjadinya
Beberapa faktor penyebab oligohidramnion yang menekan tali
terjadinya asfiksia yaitu faktor ibu, pusat sehingga tali pusat mengalami
faktor janin, faktor tali pusat. Faktor penyempitan dan aliran darah yang
janin yaitu prematur, kelainan membawa oksigen ibu ke bayi
kongenital dan air ketuban bercampur terhambat sehingga menimbulkan
dengan mekoneum. Faktor ibu asfiksia neonatorum atau hipoksia
diantaranya adalah preeklamsia, (Saifuddin dkk, 2014). Rendahnya nilai
eklamsia, perdarahan antepartum, apgar skor merupakan salah satu cara
partus lama, infeksi, kehamilan post untuk menilai kesejahteraan bayi yang
matur, gangguan pertukaran nutrisi/O2, baru lahir, penyebab rendahnya apgar
gangguan his dan ketuban pecah dini. skor tersebut yaitu bisa disebabkan
Sedangkan faktor tali pusat yang oleh ketuban pecah dini yang terlalu
menyebabkan asfiksia diantaranya lama sehingga dapat menyebabkan
yaitu terdapat lilitan tali pusat, simpul janin mengalami masalah dalam
tali pusat, prolapsus tali pusat dan transport O2 yang bisa terjadi hipoksia
tekanan pada tali pusat yang pada janin. Apabila nilai apgar skor
menyebabkan pertukaran gas ibu ke tersebut semakin buruk yaitu dibawah
janin terganggu sehingga terjadi 3 pada menit ke 10, 15, dan 30, akan
asfiksia neonatorum (Arief, 2009). menyebabkan anak tersebut mengalami
Berdasarkan hasil penelitian kerusakan syaraf dalam waktu yang
didapatkan bahwa sebagian besar panjang serta yang paling parah bisa
responden dengan ketuban pecah dini menyebabkan kerusakan pada otaknya.
sebanyak 46 responden, hampir seluruh Oleh karena itu diharapkan bisa
responden yaitu 82.6% melahirkan bayi mencegah terjadinya ketuban pecah
dengan asfiksia sedang, tetapi sebagian dini agar tidak terjadi masalah pada
kecil dari responden yaitu 10.9% bayi dikemuadian hari (Judarwanto,
melahirkan bayi dengan asfiksia berat, 2012).
9

Hasil penelitian ini sesuai dengan ketuban pecah dini yang terlalu lama
penelitian yang pernah dilakukan sehingga dapat menyebabkan janin
sebelumnya oleh Komsiyati (2014) di mengalami masalah dalam transport O2
RSUD Ambarawa bahwa terdapat yang bisa terjadi hipoksia pada janin.
hubungan antara ketuban pecah dini Pada ibu yang bersalin dengan ketuban
dengan asfiksia neonatorum, dimana pecah dini bayinya akan mengalami
bayi dengan ketuban pecah dini asfiksia neonatorum sebesar 1.65 kali
berisiko 2.809 kali lebih besar terkena dibandingkan pada ibu bersalin yang tidak

asfiksia neonatorum dibandingkan bayi mengalami mengalami ketuban pecah dini.

yang tidak ketuban pecah dini.


Dari hasil uji statistik didapatkan DAFTAR PUSTAKA

nilai Chi kuadrat sebesar 96.066 Arief. 2009. Neonatus dan Asuhan
dengan p-value (nilai signifikansi) Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.
sebesar 0.000 (< 0.05) sehingga H1
diterima dan H0 ditolak yang berarti Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri.
2015. Profil Kesehatan Kota
terdapat hubungan yang signifikan Kediri Tahun 2015. Kediri.
antara ketuban pecah dini dengan
Judarwanto, W. 2012. Asuhan
kejadian asfiksia neonatorum. Neonatus dan Balita. Jakarta:
SIMPULAN Salemba Medika.

Ketuban pecah dini mempengaruhi Kementrian Kesehatan Republik


asfiksia karena terjadinya Indonesia. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia 2014. Jakarta.
oligohidramnion yang menekan tali
pusat sehingga tali pusat mengalami Komsiyati. 2014. Hubungan Ketuban
Pecah Dini dengan Kejadian
penyempitan dan aliran darah yang Asfiksia Neonatorum di RSUD
membawa oksigen ibu ke bayi Ambarawa. Penelitian, STIKES
Ngudi Waluyo, Jawa Tengah.
terhambat sehingga menimbulkan
asfiksia neonatorum atau hipoksia. Lia. 2012. Hubungan Ketuban Pecah
Dini dengan Kejadian Asfiksia
Rendahnya nilai apgar skor Neonatorum di RSU PKU
merupakan salah satu cara untuk Muhammadiyah Yogyakarta.
Tesis, Universitas Gajah Mada,
menilai kesejahteraan bayi yang baru Yogyakarta.
lahir, penyebab rendahnya apgar skor
tersebut yaitu bisa disebabkan oleh
10

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan


Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.

Nugroho. 2011. Buku Ajar Obstetri


Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. 2013. Konsep dan


Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Saifuddin, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sugiyono. 2016. Metoede Penelitian.


Bandung: Alfabeta.

Potrebbero piacerti anche