Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
[The Study of Quality Sensory and Shelf Life of Steamed Tuna Fish with Treatment of Water and
Steaming Time]
ABSTRACT
The objective of this study was to determine the influence of water type and the length of steam on sensory quality
and shelf life of steamed tuna, so it is expected that the resulting output can be useful for the processing of coastal fish with
limited fresh water. This research uses Randomized Block Design with 2 (two) factors ie water type (freshwater and
seawater of Tanjung Luar) and steam duration (15, 30, 45, 60 and 75 minutes). Each treatment was replicated 3 times to
obtain 30 experimental units. The parameters observed were sensory quality which included hedonic and scoring test with
consisted of color, flavor, texture and aroma as well as shelf life of steamed tuna. The results of sensory observation were
analyzed by diversity analysis at 5% real level by using Friedman Two Anova and the real difference was tested further with
Wilcoxon Match Pairs Test. The steamed tuna sustainability was observed visually by looking at the growth of the fungus. The
results showed that the use of water type (seawater and fresh water) and the duration of steaming influence the sensory quality
and shelf life of steamed tuna. The use of seawater with steaming for 45 minutes produces steamed tuna with the best sensory
reception with favored color characteristics (brownish white), favored scent (a rather strong pindang aroma) with a preferred
flavor (a slightly stronger and slightly salty flavored pindang) It has a preferred texture (padded) with 72 hours of storage at
room temperature.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis air dan lama pengukusan terhadap mut u organoleptik dan
daya simpan pindang ikan tongkol, sehingga diharapkan keluaran yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi pengolahan ikan
daerah pesisir dengan keterbatasan air tawar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 (dua)
faktor yaitu jenis air (air tawar dan air laut Tanjung Luar) dan lama pengukusan (15, 30, 45, 60 dan 75 menit). Masing -
masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah mutu organoleptik
yang meliputi uji hedonik dan uji skoring warna, rasa, tekstur dan aroma serta daya simpan pindang tongkol. Data hasil
pengamatan organoleptik dianalisa dengan analisis keragaman pada taraf nyata 5% dengan menggunakan Friedman Two
Anova dan perbedaan nyata diuji lanjut dengan Wilcoxon Match Pairs Test. Daya simpan tongkol diamati secara visual dengan
melihat pertumbuhan jamur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan jenis air (air laut dan air tawar) dan lama
pengukusan berpengaruh terhadap mutu organoleptik dan daya simpan pindang ikan tongkol. Penggunaan air laut dari
Tanjung Luar dengan pengukusan selama 45 menit menghasilkan tongkol dengan penerimaan organoleptik terbaik dengan
karakteristik warna disukai (putih kecoklatan), aroma disukai (aroma pindang agak kuat) dengan rasa disukai (rasa khas
pindang agak kuat dan terasa agak asin), selain itu memiliki tektur yang disukai (empuk) dengan lama penyimpanan
72 jam pada suhu ruang.
194
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
tinggi dalam produksi ikan tongkol. dengan masa simpan yang sangat singkat.
Berdasarkan data statistik NTB tahun 2012, Pembandingan penggunaan air laut dengan
hasil produksi ikan tangkap di laut yaitu air tawar serta lama pengukusan/
20.256 ton dan memiliki indeks kenaikan rata- pemindangan untuk menghasilkan pindang
rata per tahun sebesar 3,27% (Ruchimat, tongkol dengan mutu baik sangat terbatas
2012). dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
Ikan tongkol memiliki kandungan untuk mengetahui pengaruh jenis air yang
protein yang tinggi yaitu 26,2 mg/100g dan digunakan dan lama pengukusan untuk
sangat kaya akan kandungan asam lemak menghasilkan pindang tongkol dengan mutu
omega-3 (Sanger, 2010) selain itu Ikan baik ditinjau dari aspek penerimaan
tongkol termasuk salah satu jenis komoditi organoleptik dan memiliki daya simpan yang
bahan pangan yang mengandung kadar air lebih lama.
yang tinggi, sehingga kemungkinan untuk
mengalami kerusakan atau penurunan mutu BAHAN DAN METODE
juga tinggi. Kandungan protein dan air yang Bahan
tinggi pada ikan segar menyebabkan ikan Bahan-bahan yang digunakan adalah
mudah mengalami kerusakan. Selain memiliki ikan tongkol segar yang diperoleh dari nelayan
gizi yang tinggi, ikan tongkol memiliki Tanjung Luar Lombok Timur dan air laut
kelemahan karena dapat menyebabkan Tanjung Luar.
keracunan. Keracunan yang sering terjadi
pada ikan tongkol yaitu keracunan histamin. Metode
Histamin pada ikan tongkol dapat dihilangkan Pemindangan
dengan berbagai teknik pengolahan (Sompie, Proses pemindangan ikan tongkol
2011). Teknik pengolahan yang dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
diterapkan pada ikan tongkol yaitu ikan tongkol segar dengan berat ± 250-300
pembekuan, pengasapan, penggaraman, gram/ekor, dibawa dari Tanjung Luar dengan
pengeringan, pemindangan dan fermentasi. menggunakan cool box, selanjutnya dilakukan
Teknik pemindangan merupakan teknik yang sortasi dan penyiangan, kemudian pencucian
paling banyak dilakukan oleh nelayan. Semua sesuai perlakuan menggunakan air laut/air
teknik pengolahan tersebut memiliki prinsip tawar. Setelah itu dilakukan penirisan untuk
yang hampir sama yaitu untuk pengolahan mengurangi kandungan air. Ikan tongkol yang
dan pengawetan pada ikan. telah bersih dan cukup tiris dikukus pada suhu
Pemindangan adalah suatu teknik air mendidih (100oC) selama 15, 30, 45, 60
pengolahan dan pengawetan dengan cara dan 75 menit. Air pengukus yang digunakan
merebus atau mengukus ikan dalam suasana air laut/air tawar sesuai dengan perlakuan.
bergaram selama jangka waktu tertentu
didalam suatu wadah dan selanjutnya terjadi Rancangan Percobaan dan Analisis
proses pengurangan kadar air sampai batas Rancangan percobaan yang digunakan
tertentu (Pandit dkk, 2007). Proses dalam penelitian ini adalah Racangan Acak
pengukusan berlangsung selama 60 menit. Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu jenis
Nelayan di pesisir pantai Ampenan melakukan
air dan lama pengukusan. Masing-masing
proses pemindangan tongkol ±10 kg selama
perlakuan terdiri dari 2 aras jenis air (air tawar
1-2,5 jam. Sedangkan nelayan di Batu Putih,
dan air laut) dan 5 aras lama pengukusan
Sekotong, Lombok Barat melakukan
yaitu 15, 30, 45, 60 dan 75 menit, dengan
pemindangan tongkol dalam waktu 1,5 jam
perlakuan dilakukan tiga kali ulangan sehingga
untuk 5 kg ikan tongkol segar. Nelayan di
diperoleh 30 unit percobaan. Data hasil
pesisir pantai biasanya menggunakan air laut
pengamatan organoleptik dianalisa dengan
sebagai air pengukus, hal ini disebabkan
analisis keragaman pada taraf nyata 5% dengan
karena sulitnya memperoleh air tawar.
Friedman Two Anova dan perbedaan nyata diuji
Susmala (2016) menemukan bahwa
lanjut dengan Wilcoxon Match Pairs
pengukusan menggunakan air laut dari pantai
Test menggunakan software SPSS (Sugiyono,
Ampenan minimal selama 30 menit 2015).
menghasilkan pindang tongkol dengan mutu Data organoleptik (warna, aroma,
baik. Selain penggunaan air laut, umumnya tekstur dan rasa) yang dinyatakan dalam
ibu rumah tangga bukan nelayan skala numerik (hedonik: 1= sangat tidak suka,
menggunakan air tawar dalam pemindangan 2= tidak suka, 3= agak suka, 4= suka dan 5=
ikan tongkol namun menghasilkan tongkol sangat suka), sedangkan penilaian skoring
195
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
dilakukan dengan kriteria warna (1= sangat laut mampu menghasilkan warna yang lebih
coklat kehitaman, 2= coklat kehitaman, 3= dibandingkan dengan pengukusan pindang
agak coklat, 4= putih kecoklatan, 5= putih), tongkol dengan air tawar.
aroma (1= aroma pindang sangat kuat, 2=
aroma pindang kuat, 3= aroma pindang agak 5
3,58ab 3,58ab
kuat, 4= aroma pindang tidak kuat, 5= aroma 4 3,42ab 3,47ab 3,37ab
3,68a 3,74ab
3,37ab
3,32ab 3b
Nilai Warna
pindang sangat tidak kuat), tekstur (1= sangat 3
keras, 2= keras, 3= agak keras, 4=empuk dan 2 laut
5= sangat empuk), rasa (1= rasa khas 1
pindang sangat kuat, 2= rasa khas pindang tawar
0
kuat, 3= rasa khas pindang agak kuat, 4= 15 30 45 60 75
rasa khas pindang lemah dan 5= rasa khas
Lama Pengukusan (menit)
pindang sangat lemah). Selain itu, dilihat
tingkat rasa asin pindang tongkol dengan
Gambar 1. Pengaruh Jenis Air dan Lama
kriteria (1= rasa asin sangat kuat, 2= rasa
Pengukusan terhadap Warna
asin kuat, 3= rasa agak asin, 4= rasa asin lemah
(Hedonik) Pindang Tongkol
dan 5= rasa asin sangat lemah). Pengujianmasa
simpan dengan melihat pertumbuhan jamur
5
secara visual dianalisis
4
3,84a 3,58a 3,58a 3,32a
3 2,53b laut
HASIL DAN PEMBAHASAN 2
tawar
1
Interaksi perlakuan jenis air dan lama
0
pengukusan berpengaruh terhadap warna,
15 30 45 60 75
akan tetapi tidak berpengaruh terhadap
Lama Pengukusan (menit)
penilaian aroma, rasa dan tekstur dan rasa
asin pindang tongkol secara hedonik. Selain Gambar 2. Pengaruh Jenis Air dan Lama
itu interaksi perlakuan jenis air dan lama Pengukusan terhadap Warna
pengukusan berpengaruh terhadap penilaian (Skoring) Pindang Tongkol
warna, rasa dan tekstur tetapi tidak
berpengaruh terhadap penilaian aroma dan rasa Aroma Pindang Tongkol
asin secara skoring. Aroma pindang tongkol yang dihasilkan
(penilaian secara hedonik maupun skoring)
Warna Pindang Tongkol tidak dipengaruhi baik oleh jenis air untuk
Perlakuan pemindangan dengan jenis mengukus maupun lama pengukusan (Gambar
air dan lama pengukusan memberikan 3 dan Gambar 4). Secara umum, pengukusan
pengaruh terhadap warna (hedonik) pindang dengan air laut maupun air tawar
tongkol yang dihasilkan (Gambar 1). menghasilkan aroma pindang tongkol yang
Penggunaan air laut disertai dengan semakin disukai dengan kriteria aroma pindang tongkol
lamanya proses pengukusan menghasilkan agak kuat.
pindang tongkol yang lebih baik dibandingkan
dengan pengukusan menggunakan air tawar. 5 3,63a
3,58a 3,74a 3,37a
Penggunaan air laut dengan lama pengukusan 3,63a
3,74a
3
disukai oleh panelis yang ditunjukkan dengan laut
penilaian warna putih kecoklatan (secara 2 tawar
skoring) (Gambar 2). Hal ini diduga 1
disebabkan karena penggunaan panas (100 0
o
C) dengan waktu tersebut dapat asam amino dengan hasil dekomposisi lemak
menyebabkan reaksi pencoklatan pada ikan (Sipayung dkk, 2014). Selain itu, ketebalan
karena reaksi antara protein, peptida, dan daging ikan juga mempengaruhi produk yang
196
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
dihasilkan (Tapotubun dkk, 2008). Hal ini 15 30 45 60 75
menunjukkan bahwa pengukusan dengan air Lama Pengukusan (menit)
197
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
Panelis memberikan penilaian yang garam yang terkandung dalam air laut dapat
sama, sama-sama menyukai pindang tongkol membuat rasa menjadi lebih baik karena
baik yang dikukus dengan air laut maupun kandungan mineral yang terkandung di
dengan air tawar. Hal ini diduga karena dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian, kadar
selama terjadinya penguapan kandungan air garam air laut yang digunakan berasal dari
pada bahan, aroma asli dari bahan tidak Pantai di Tanjung Luar adalah 3,18%.
berubah.
5 5
3 2,74ab
Perlakuan jenis air dan lama pengukusan tidak 2,47a 2,42ac
berpengaruh terhadap tingkat kesukaan rasa 2
panelis terhadap pindang tongkol yang
1 laut
dihasilkan (Gambar 5). Namun secara umum tawar
perlakuan air laut dengan lama pengukusan 0
198
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
pindang dengan jari, sehingga menimbulkan
penilaian dengan level yang sama. Meskipun
demikian, terlihat bahwa penilaian tekstur
meningkat dengan meningkatnya lama
pengukusan sampai dengan 45 menit,
kemudian menurun menjadi pindang tongkol
bertekstur agak keras dengan semakin
naiknya lama pengukusan (Gambar 9). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lukmanul (2014),
bahwa pengukusan menyebabkan
pengeluaran air atau penurunan kadar air
dalam bahan pangan lebih banyak. Selain itu,
199
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
penggunaan suhu panas diketahui dapat Keterangan : - : tidak ada pertumbuhan jamur, *
intensitas pertumbuhan (semakin banyak * semakin tinggi
menyebabkan denaturasi protein, sehingga
intensitas pertumbuhan jamur)
dapat mengakibatkan lisis dan keluarnya Dari Tabel 1 terlihatbahwa
cairan dari protein jaringan sehingga tekstur pengukusan pindang baik dengan air laut
produk yang dipanaskan menjadi lebih keras. maupun dengan air tawar pada suhu 100 oC
dengan lama pengukusan yang semakin
5 meningkat tidak mampu menghilangkan
3,53a 3,58a 3,68a 3,47a 3,42a
4 3,47a 3,58a 3,21a 3,32a 3,26a mikroba secara keseluruhan. Akan tetapi rata-
Nilai Tekstur
Gambar 9. Pengaruh Jenis Air dan Lama memperlihatkan intensitas pertumbuhan jamur
Pengukusan terhadap Tekstur yang paling rendah. Sehingga diduga bahwa
(Skoring) Pindang Tongkol pindang tongkol yang diperoleh dengan
pengukusan 45 menit hanya mampu
Pengujian masa simpan pindang tongkol disimpan/dijual secara tradisional pada suhu
dilakukan dengan mengamati pertumbuhan kamar paling lambat selama 72 jam dan aman
jamur secara visual pada ikan tongkol selama tidak berjamur selama penyimpanan 2 hari/48
penyimpanan 130 jam pada suhu ruang. Hasil jam untuk semua perlakuan. Hal ini tidak
pengamatan pertumbuhan jamur secara visual berbeda dengan masa simpan tongkol asap
pada pindang tongkol selama penyimpanan yang dihasilkan oleh Harley dan Lekahena
suhu ruang tertera pada Tabel 1. (2015) dan Hardiprasetiya, Purwantiningsih
dan Pranata (2015) dengan masa simpan 2 hari.
Tabel 1. Data Pengamatan Pertumbuhan Diduga penyimpanan yang singkat dari tongkol
Jamur pada Pindang Tongkol asap karena kadar air tongkol yang relatif tinggi
Selama Penyimpanan Suhu Ruang yaitu sebesar 59,46% dengan kadar air tongkol
Perlakuan
Penyimpanan jam segar 66,33 %. Sementara menurut
ke) Jeyakumari (2014) pertumbuhan
Lama jamur sangat mungkin terdapat pada ikan baik
Jenis
Pengukusan 24 48 72 96
Air yang diberi garam maupun tidak, karena
(menit)
Air laut 15 - - ** ** tingginya kadar air ikan, suhu penyimpanan
30 - - ** ** 30-35 oC dan RH yang tinggi sekitar 75 %
45 - - * * yang sangat sesuai untuk pertumbuhan jamur.
60 - - ** **
75 - - ** ** Beberapa jamur yang ditemukan pada produk
Air 15 - - *** **** perikanan antara lain yaitu: Aspergillus spp,
Tawar 30 - - **** **** A.niger, A. flavus, A.candidus, A.amstelodami,
45 - - ** *** 200 A.chevalieri, Rhizopus, Mucor, Penicillium spp.,
60 - - *** ***
75 - - *** ***
Polypaecilum pisce, yang dapat menyebabkan
perubahan warna, bau yang tidak sedap
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 3 No. 1 Mei 2017
ISSN online: 2443-3446
201