Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PREPARED BY
PT. GRAHA SURVEI INDONESIA
Reference : 013/RPT.07-04/V/2019
Revision : 00
Date : 00/05/2019
DRAFT REPORT
DOCUMENT CONTROL RECORD
Document Prepared By :
PT. Graha Survei Indonesia
Victoria Office Park Blok A2 No. 30
Bojong Jaya Karawaci Tangerang Banten 15116
Telephone 021-55728708/557218
Email info@grahasurvei.com
Website www.grahasurvei.com
a) Using the documents or data in electronic form without requesting and checking them for accuracy against the
original hard copy version.
b) Using the documents or data for any purpose not agreed to in writing by GrahasurveiIndonesia.
Document Control
Structural Assessment And Testing Jetty Pelindo Dumai
Report Title
Document Project
013/RPT.07-04/V/2019 013
Id Number
File Path
Client Client
Contact Reference
Rev Date Revision Details/ Status Author Reviewer Approver
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Metode Pengambilan Pulse Velocity (a) Direct Transmission, (b) Semi-direct
Transmission, (c) Indirect / Surface Transmission ................................................................... 10
Gambar 2. 2 Alat UPV Pundit Versi Digital ........................................................................... 11
Gambar 2. 3 Pemeriksaan UPV Test ................................................................................... 12
Gambar 2.4 Flowchart Pelaksanaan Ultrasonic Pulse Velocity Test ...................................... 13
Gambar 2. 5 Alat Covermeter untuk Pemeriksaan Tulangan .................................................. 14
Gambar 2. 6 Pemeriksaan pada main bar direction/x-direction ........................................ 15
Gambar 2.7 Flowchart Pelaksanaan Covermeter Test............................................................. 15
Gambar 2. 8 1 Set Portabel Hardness Tester ........................................................................... 16
Gambar 2. 9 Pengujian Hardness Test................................................................................. 17
Gambar 2.10 Flowchart Pelaksanaan Hardness Test .............................................................. 18
Gambar 2. 11 1 Set Portabel Thickness Gauge ........................................................................ 19
Gambar 2. 12 Pengujian Thickness Material Gauge .......................................................... 20
Gambar 2.13 Flowchart Pelaksanaan Thickness Material Gauge ........................................... 20
Gambar 2. 14 Perlengkapan Set Half Potential Tester ....................................................... 22
Gambar 2. 15 Pengujian Halfcell Potential Test ..................................................................... 23
Gambar 2.16 Flowchart Pengujian Halfcell Potential Test ..................................................... 23
Gambar 2. 17 Phenolphthalein............................................................................................. 25
Gambar 2. 18 Pengujian Karbonasi Beton ............................................................................... 25
Gambar 2. 19 Flowchart Carbonation Test ......................................................................... 26
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengidentifikasi kondisi struktural dan elemen
Dermaga. Sedangkan maksud kegiatan ini adalah mendapatkan rekomendasi penanganan yang
tepat pada struktur Dermaga/Jetty.
6
Lokasi Kegiatan
Seluruh kegiatan lapangan berlokasi di Jetty/Dermaga Pelindo Dumai, yang beralamat di
Buluh Kasap, Dumai Tim., Kota Dumai, Riau.
Lokasi Kegiatan
Pengujian
Lingkup Kegiatan
Lingkup pekerjaan assessment yaitu:
a Pemeriksaan Detail Visual Test
b Pemeriksaan Khusus, meliputi:
Pemeriksaan Non Destruktive Test
Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPV Test)
Covermeter dan Scanning Rebar Test
Hardness Test
Thickness Test
Halfcell Potential Test
7
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada,
menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Tabel berikut:
9
Nilai Kondisi
Sistem penilaian kondisi elemen atau dermaga/jetty sebagai berikut:
0 Elemen / dermaga/jetty dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
1 Elemen / dermaga/jetty mengalami kerusakan ringan, hanya
memerlukan pemeriksaan rutin
2 Elemen / dermaga/jetty mengalami kerusakan yang memerlukan
pemantauan atau pemeliharaan berkala
3 Elemen / dermaga/jetty mengalami kerusakan yang memerlukan
tindakan secepatnya
4 Elemen / dermaga/jetty dalam kondisi kritis
5 Elemen/ dermaga/jetty tidak berfungsi atau runtuh
a. Umum
Metoda pengujian dilakukan dengan alat PUNDIT, yang dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa cepat rambat gelombang yang melalui suatu media padat bergantung pada sifat-
sifat elastik media padat tersebut. Jika digunakan dengan baik dan benar, alat ini dapat
memberikan informasi yang banyak mengenai kondisi bagian permukaan ataupun bagian
dalam beton. Alat ini secara tak langsung juga dapat memberikan informasi mengenai nilai kuat
tekan beton, jika hubungan antara sifat-sifat elastik suatu benda padat dengan nilai kuat
tekannya diketahui.
10
Sebuah sinyal getaran longitudinal yang dihasilkan transduser elektro akustik, yang
dibuat dengan cara kontak dengan permukaan beton yang akan di uji. Ketika sinyal
ditransmisikan dari transducer melalui permukaan beton menggunakan cairan penghubung
seperti minyak atau pasta selulosa, beton mengalami berbagai refleksi pada material-
material yang berbeda didalamnya. Sebuah sistem yang lengkap dari perkembangan
gelombang tegangan, termasuk didalamnya gelombang longitudinal dan gelombang geser yang
merambat melalui beton. Gelombang pertama yang ditangkap oleh tranduser penerima yaitu
gelombang longitudinal dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh transduser kedua.
b. Standar
Pengujian UPV Pundit dilakukan berdasarkan BS 1881 Part 203: 1986 dan ASTM C597-
97. Di dalam standar ini dijelaskan bahwa tranduser penerima mendeteksi datangnya komponen
pulse yang tiba lebih awal. Pengukuran Pulse Velocity dapat dilakukan dengan 3 metode, antara
lain:
Direct transmission
Semi-direct transmission
Indirect/surface transmission
(a)
(b) (c)
Gambar 2. 1 Metode Pengambilan Pulse Velocity (a) Direct Transmission, (b) Semi-
direct Transmission, (c) Indirect / Surface Transmission
c. Peralatan
Peralatan UPV Pundit terdiri dari:
d. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan UPV Pundit dibagi tiga tahap pelakasanaan yaitu:
Persiapan Lokasi Uji
Tahapan ini adalah persiapan awal untuk menentukan dan mempersiapkan lokasi titik uji.
Penentuan lokasi uji didasarkan dengan kondisi beton dengan permukaaan yang relatif
bagus diantara lainnya. Setelah itu meratakan permukaan titik uji (flattening) dengan
gerinda dan memberi tanda lokasi uji dengan pilox (marking).
12
e. Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan :
13
Mulai
Persiapan
Pengujian
Persiapan Alat
Pengujian
Iya
Direct
transmission
Simpan Data
dan Catat
Selesai
Alat pendeteksi tulangan beton merupakan suatu alat elektromagnetik yang digunakan
untuk pendeteksian ketebalan selimut beton. Prinsip kerja alat ini, ialah dengan adanya tulangan
di dalam beton yang akan mempengaruhi medan elektromagnet yang dihasilkan oleh rangkaian
seperti pada Gambar 2.5.
DAFTAR PERALATAN
KETELITIAN
PRODUSEN GAMBAR KALIBRASI
14
PENGUKURAN
up to 200 mm at 36
HILTI
mm dia.
Gage Technique,
b. Peralatan up to 5000 Hz
Slope Indicator
Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
Profometer 5+
Bar Scanner
Gerinda
Ultrasonic Gel/Grease
CONTROLS TECH Tranducers 54 KHz
Meteran
Sikat Kawat
c. Metode Pelaksanaan
Resistance Range
NELLSON Steps: 1/10/100,
Resistance to 300Ohm
15
Melakukan scan pada area kolom/pelat lantai/balok yang dituju, untuk scan awal dilakukan
pada main bar direction (arah tulangan utama) dan selanjutnya scan pada stirrups direction
(arah tulangan sengkang).
Melakukan penyimpanan hasil scan kolom dan mencatat object number.
Pengujian covermeter dan scanning rebar yang dilakukan pada area pelat lantai dan
abutment, pengambilan data dilakukan pada area 1 m x 1 m, sementara covermeter pada elemen
balok, area pengambilan data mengikuti dimensi dari balok tersebut untuk arah Y dan 1 m untuk
arah X.
d. Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan :
Mulai
Persiapan
Pengujian
Teknis
Selesai
Pengujian kekerasan Brinell adalah sebuah pengujian kekerasan metal yang dapat
menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai material metal. Informasi yang disajikan
dapat dikorelasikan ke kuat tarik, ketahanan, daktalitas atau karakteristik material metal
lainnya dan pengujian ini dapat juga berguna sebagai kontrol kualitas dan sebagai seleksi
material.
b. Standar
Standar yang digunakan untuk pengujian kekerasan baja adalah ASTM A956 (Leeb) dan
ASTM E 140-97: Standart hardness conversion Tabels for metals (ASTM E10- 08/Brinell Test:
Standart hardness conversion Tabel for metals.
c. Peralatan
d. Metode Pelaksanaan
e. Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan :
18
Mulai
Persiapan
Pengujian
Persiapan Alat
Pengujian
Arah Pengujian
Sesuai dengan
Konfigurasi Alat
Simpan Data
dan Catat
Selesai
b. Standar
c. Peralatan
Form pengujian
Alat tulis
Gerinda
1 Set porTabelThickness Gauge
Piloks
Ultrasonic Gel
d. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Thickness Material Gauge (Pengukuran Ketebalan Material)
sebagai berikut;
Persiapan Pengujian
a) Persiapan pengujian dilakukan sebagai berikut:
b) Menentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa ;
c) Membersihkan dan meratakan permukaan bidang uji
Teknis
Lakukan pengujian sebagai berikut :
a) Lumuri permukaan benda uji dengan ultrasonic gel
20
d. Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan :
Mulai
Persiapan
Pengujian
Persiapan Alat
Konfigurasi dan
Kalibrasi Alat
Pengujian
Sketsa Lokasi
dan Catat
Marking
Selesai
b. Standar
c. Peralatan
d. Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Half Potential Test Sebagai Berikut ;
Tahapan Persiapan
a. Membuat larutan elektroda, yaitu mencampurkan 1 gelas besar berisi air (550
ml) dengan 1 sendok bubuk sulfat, kemudian larutkan dan diaduk.
Memindahkan larutan ke probe.
b. Merendam soak dan wooden plug selama 1 jam dan dibiarkan
c. Marking Area Pengujian. Area pengujian dibuat dalam ukuran 50cm x 50cm,
dengan jarak titik dari tepi terluar adalah 5 cm dan arak antar titik adalah 10 cm.
mengebor beton di dekat area pengujian untuk menghubungkan canin dengan
beton.
d. Melubangi beton sedalam selimut beton
Tahapan Pengujian
a) Menghubungkan probe yang berisi larutan elektroda dengan Half Potential
Tester menggunakan kabel connector dan tempelkan kabel connector beton
tulangan yang sudah dilubangi. Memastikan alat terpasang dengan benar.
Mengatur ID, dan mengkonfigurasikan alat tersebut.
23
d. Flowchart Pelaksanaan
Flowchart pelaksanaan Half Potential Test sebagai berikut :
Destructive Test
b. Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
ASTM C 856 - 14 Standard Practice for Petrographic Examination of Hardened
Concrete.
BS 1881 - 201 : 1986 Testing Concrete, guide to the use of non-destructive methods
of test for hardened concrete
c. Peralatan
Gambar 2. 17 Phenolphthalein
d. Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Carbonation Test Sebagai Berikut ;
Tahapan Persiapan
o Menentukan lokasi titik uji ditinjau secara visual
o Melubangi lokasi titik uji dengan bor dengan kedalaman sedalam selimut beton
o Membersihkan area titik uji dari serbuk beton hasil pengeboran
o Mempersiapkan cairan phenolpthalein kedalam Spray Bottle
Tahapan Pengujian
o Menyemprotkan cairan Phenophthalein (5 %) kedalam lubang titik uji.
o Diamkan sejenak dan amati perubahan warna pada beton
o Ukur kedalaman karbonasi sebanyak minimal tiga kali pengukuran
o Catat dan sketsa lokasi dan hasil pengujian.
e. Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan :
26
Mulai
Persiapan
Pengujian
Pengujian
Selesai
Umum
Pengujian pada Jetty Dumai, dilakukan guna mengetahui kondisi aktual pada setiap
elemen struktur jetty/dermaga. Adapun pengujian yang dilakukan adalah 1. UPV Test untuk
menentukan Mutu dan Homogenitas beton ; 2. Scanning Rebar Test untuk Menentukan
Konfigurasi Jumlah Tulangan Terpasang dan Tebal Selimut Beton ; 3. Halfcell Potential Test
dan Carbonation Test untuk Menentukan Kondisi Beton terhadap efek korosi tulangan ; 4.
Thickness & Hardness Test pada baja untuk mengetahui ketebalan dan estimasi mutu baja.
yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan
dengan hal-hal berikut:
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan
yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Tabel berikut:
Tabel 3. 1 Kriteria penilaian terhadap struktur
Nilai Kriteria Nilai
Berbahaya 1
Struktur (S)
Tidak berbahaya 0
Dicapai sampai kerusakan parah 1
Kerusakan (R)
Dicapai sampai kerusakan ringan 0
meluas > 50 % atau lebih mempengaruhi kerusakan 1
Perkembangan (K) Tidak meluas-kurang dari 50 % atau tidak lebih
0
mempengaruhi kerusakan
Elemen tidak berfungsi 1
Fungsi (F)
Elemen berfungsi 0
Dipengaruhi elemen lain 1
Pengaruh (P)
Tidak dipengaruhi elemen lain 0
NILAI KONDISI (NK) NK = S + R + K + F + P 0-5
Nilai Kondisi
Sistem penilaian kondisi elemen atau gedung sebagai berikut :
0 Elemen / gedung dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
1 Elemen / gedung mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeriksaan rutin
2 Elemen / gedung mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan berkala
3 Elemen / gedung mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya
4 Elemen / gedung dalam kondisi kritis
5 Elemen/ gedung tidak berfungsi atau runtuh
Penilaian kondisi untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian pertanyaan yang
berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada. Ini merupakan Nilai Kondisi (NK) dari setiap
jetty/dermaga. Berikut hasil pemeriksaan visual yang dilakukan pada jetty/dermaga Dumai:
29
a. Area Jetty
Pile
Dari hasil pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian pile pada
area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen pile pada
dermaga sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada area pemeriksaan Segmen A, elemen
struktur pile sudah mengalami proses korosi dan ada beberapa pile yang sudah berlubang.
Sedangkan pada area pemeriksaan Segmen B, C, D, E, E’ kondisi elemen pile sudah mengalami
retak dan spalling sehingga tulangan ter-exposed (mengakibatkan korosi pada tulangan) pada
pile beton dan korosi pada pile bajanya. Sebagian besar elemen pile sudah mengalami
kerusakan. Kondisi ini memerlukan penanganan serta perbaikan untuk menghentikan
penyebaran kerusakan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada elemen pile semakin parah.
Penilaian pada kondisi visual elemen pile yaitu kondisi 3. Untuk persentase kerusakan pada
elemen struktur pile sekitar ±90% dari total keseluruhan struktur pile yang ada pada area jetty
(sebagian besar pile yang ada pada area jetty sudah mengalami kerusakan).
Segmen A
Permukaan pile
mengalami retak
Pile sudah
mengalami spalling
Segmen B, C, D, E, E’
Pile Cap
Berdasarkan pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian pile cap
pada area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen pile cap
pada dermaga sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada area pemeriksaan Segmen B, C, D,
E, E’ kondisi elemen pile cap sudah mengalami retak dan spalling sehingga tulangan ter-
exposed (mengakibatkan korosi pada tulangan). Kondisi ini memerlukan penanganan serta
perbaikan untuk menghentikan penyebaran kerusakan yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada elemen pile cap semakin parah. Penilaian pada kondisi visual elemen pile cap yaitu
kondisi 3. Untuk persentase kerusakan pada elemen struktur pile cap sekitar ±50% dari total
keseluruhan struktur pile cap yang ada pada area jetty (sebagian besar pile cap yang ada pada
area jetty sudah mengalami kerusakan).
31
Segmen B, C, D, E, E’
Balok
Dari hasil pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian balok pada
area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen balok pada
dermaga sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada area pemeriksaan Segmen A, elemen
struktur balok sudah mengalami proses korosi dan ada beberapa balok yang sudah keropos.
Sedangkan pada area pemeriksaan Segmen B, C, D, E, E’ kondisi elemen balok sudah
mengalami spalling sehingga tulangan ter-exposed (mengakibatkan korosi pada tulangan) pada
balok beton. Kondisi ini memerlukan penanganan serta perbaikan untuk menghentikan
penyebaran kerusakan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada elemen balok semakin parah.
Penilaian pada kondisi visual elemen balok yaitu kondisi 3. Untuk persentase kerusakan pada
elemen struktur balok sekitar ±30% dari total keseluruhan struktur balok yang ada pada area
jetty (pada beberapa balok yang ada pada area jetty sudah mengalami kerusakan).
32
Segmen B, C, D, E, E’
Pelat
Dari hasil pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian pelat pada
area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen pelat pada
dermaga sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada seluruh area pemeriksaan jetty (Segmen
A, B, C, D, E, E’) kondisi elemen pelat sudah mengalami spalling sehingga tulangan ter-
exposed (mengakibatkan korosi pada tulangan) pada pelat dan ada beberapa pelat yang sudah
berlubang. Sebagian besar elemen pelat sudah mengalami kerusakan. Kondisi ini memerlukan
penanganan serta perbaikan untuk menghentikan penyebaran kerusakan yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada elemen pelat semakin parah. Penilaian pada kondisi visual
elemen pelat yaitu kondisi 3. Untuk persentase kerusakan pada elemen struktur pelat sekitar
±50% dari total keseluruhan struktur pelat yang ada pada area jetty (sebagian besar pelat yang
ada pada area jetty sudah mengalami kerusakan).
33
Segmen A
Segmen B, C, D, E, E’
Bollard
Berdasarkan hasil pemeriksaan visual secara keseluruhan kondisi bollard masih dalam
kondisi bagus. Sudah mulai proses korosi pada permukaan bollard. Kondisi ini membutuhkan
pemeliharaan secara rutin agar proses korosi tidak semakin menyebar dan mengakibatkan
kerusakan pada elemen bollard. Jika ditinjau dari penilaian kondisi struktur, nilai kondisi
elemen bollard adalah kondisi 2.
b. Area Trestle
Pile
Berdasarkan pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian pile pada
area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen pile pada area
trestle sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada area pemeriksaan Trestle 1, 2, elemen
struktur pile sudah mengalami proses korosi. Sedangkan pada area pemeriksaan Trestle 3, 4,
kondisi elemen pile sudah mengalami retak pada permukaan pile beton. Kondisi ini
memerlukan penanganan serta perbaikan untuk menghentikan penyebaran kerusakan yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada elemen pile semakin parah. Penilaian pada kondisi visual
elemen pile yaitu kondisi 3. Untuk persentase kerusakan pada elemen struktur pile sekitar ±30%
dari total keseluruhan struktur pile yang ada pada area trestle (beberapa pile yang ada pada area
trestle sudah mengalami kerusakan).
Balok
Berdasarkan pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian balok
pada area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen balok pada
area trestle sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada area pemeriksaan Trestle 1, 2, elemen
35
struktur balok sudah mengalami proses korosi dan ada beberapa balok yang sudah keropos.
Sedangkan pada area pemeriksaan Trestle 3, 4, kondisi elemen balok sudah mengalami retak
pada permukaan balok beton. Kondisi ini memerlukan penanganan serta perbaikan untuk
menghentikan penyebaran kerusakan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada elemen balok
semakin parah. Penilaian pada kondisi visual elemen balok yaitu kondisi 3. Untuk persentase
kerusakan pada elemen struktur balok sekitar ±30% dari total keseluruhan struktur balok yang
ada pada area trestle (beberapa balok yang ada pada area trestle sudah mengalami kerusakan).
Pelat
Berdasarkan pemeriksaan visual (Indera penglihatan) khususnya pada bagian pelat pada
area akses yang terjangkau menunjukkan bahwa secara umum kondisi elemen pelat pada area
trestle sudah mengalami beberapa kerusakan. Pada seluruh area pemeriksaan trestle (Trestle 1,
2, 3, 4) kondisi elemen pelat sudah mengalami spalling sehingga tulangan ter-exposed
(mengakibatkan korosi pada tulangan) pada pelat. Sebagian besar elemen pelat sudah
mengalami kerusakan. Kondisi ini memerlukan penanganan serta perbaikan untuk
menghentikan penyebaran kerusakan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada elemen pelat
semakin parah. Penilaian pada kondisi visual elemen pelat yaitu kondisi 3. Untuk persentase
36
kerusakan pada elemen struktur pelat sekitar ±50% dari total keseluruhan struktur pelat yang
ada pada area trestle (sebagian besar pelat yang ada pada area trestle sudah mengalami
kerusakan).
Berdasarkan Hasil Pengujian diatas diketahui bahwa tiap elemen struktur mengalami
kerusakan yang variative. Namun apabila kita kerucutkan secara keseluruhan dapat
disimpulkan seperti tabel dibawah ini untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran:
Data-data terkait hasil pengujian lanjut terkait area tersebut sangat diperlukan. Untuk itu
pengujian selanjutnya dilaksanakan pada area yang terlihat rusak secara visual dan sisa sampel
lainnya dilaksanakan pada area secara random. Untuk lokasi titik pengujian selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 3. 3 Penentuan Jumlah Titik Uji
Titik Uji
No. Jenis Pengujian Jumlah titik Uji per
Total
Pengujian
1 Pengujian UPV, Scanning Rebar 20 , 20 40
2 Pengujian Hardness Test, Thickness Test 20, 20 40
3 Pengujian Halfcell Potential Test 20 20
4 Pengujian Carbonation Test 20 20
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan nilai yang dihasilkan PUNDIT. Hasil Indirect pulse
velocity perlu diolah agar menghasilkan nilai directpulse velocity. Berdasarkan Guidebook on
non-destructive testing of concrete structures, Ch.11.1.4.4 based on ASTM C215 Test Method
for Fundamental Transverse, Longitudi- nal, and Torsional Resonant Frequencies of Concrete
Specimens konversi Indirect factor ke direct factor dengan meningkatkan hasil velocity sebesar
5% -30%. Dalam kasus kali ini diambil nilai indirect faktor sebesar 10%. Perhitungan tabulasi
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Perhitungan tersebut diperlukan guna menentukan nilai estimasi direct pulse velocity
yang akan digunakan untuk mengetahui kriteria dan estimasi korelasi mutu beton ditinjau dari
kerapatan beton. Berikut adalah Hasil pulse velocity tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai
kriteria kecepatan terhadap kualitas beton berdasarkan BS 1881: Part 203: 1986.
Concrete Quality Based On Pulse Velocity:
> 4500 m/s , Excelent concrete condition
3400 - 4500 m/s , Good concrete condition
3000 - 3500 m/s , Medium Concrete condition
< 3000 m/s , Doubtfull Concrete Concdition
39
Berikut adalah contoh hasil perhitungan pulse velocity disertai kriterianya, untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran UPV test.
Metode Indirect
Dari hasil diatas kemudian dikerucutkan tiap per elemen struktur sehingga dapat
disimpulkan kriteria dan nilai pulse velocity tiap element struktur.
Penjelasan pada hasil pemeriksaan pengujian susunan baja tulangan pada sub-bab ini
hanya menjelaskan beberapa pemeriksaan saja. Selebihnya untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
Dari hasil pengambilan data dilapangan kemudian data tersebut diolah sehingga
menghasilkan data covermeter test. Berikut adalah salah satu gambar hasil covermeter test pada
salah satu titik uji.
41
Diameter Estimasi
Average
Slab Area Jumlah Tulangan ( Jarak Average
Sample Covermeter
No. Location Testing - area scan* Tulangan Berdasarka Tulangan Covermeter
Code / Direction
Position Terbaca Concrete per 1 m (mm)
(mm)
Break Out) (m)
Diameter Estimasi
Average
Slab Area Jumlah Tulangan ( Jarak Average
Sample Covermeter
No. Location Testing - area scan* Tulangan Berdasarka Tulangan Covermeter
Code / Direction
Position Terbaca Concrete per 1 m (mm)
(mm)
Break Out) (m)
Pembacaan hasil tulangan dibatasi oleh area yang dapat diakses saja sehingga beberapa
bagian tidak dapat diambil. Hasil Tersebut diestimasi dan disimpulkan menjadi beberapa
penampang yang typical dimensinya. Berikut adalah hasil kesimpulan berdasarkan bentuk
penampang struktur, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran:
Tulangan Selimut
Area Elemen Dimensi Struktur - Tulangan Utama
Type Sengkang Beton (mm)
(Location) Struktur Posisi
Estimasi Estimasi Estimasi
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.15
B Balok 550x500 50.70
Side (b) ±4Ø22 ±8Ø16 - 0.14
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 500x500 37.00
Side (b) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
Side (a) ±3Ø22 ±5Ø16 - 0.21
PC Jetty Pile Cap 2000x1000x600 52.50
Side (b) ±4Ø22 ±3Ø16 - 0.33
Side (a) ±4Ø22 ±6Ø16 - 0.17
PC Pile Cap 1000x1000x600 38.05
Side (b) ±4Ø22 ±6Ø16 - 0.17
(X) ±7Ø22 – 0.18 -
P Pelat 1000x1000 45.52
(Y) ±6Ø22 – 0.19 -
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 500x600 33.73
Side (b) ±6Ø22 ±9Ø16 - 0.12
Side (a) ±4Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 600x500 41.25
Side (b) ±5Ø22 ±8Ø16 - 0.13
Trestle
Side (a) ±3Ø22 ±8Ø16 - 0.13
PC Pile Cap 1000x1000x600 50.15
Side (b) ±3Ø22 ±8Ø16 - 0.13
(X) ±5Ø22 – 0.20 -
P Pelat 1000x1000 34.25
(Y) ±6Ø22 – 0.17 -
46
Hasil Hardness Test merupakan hasil pengujian untuk mengetahui estimasi mutu baja
dikorelasikan berdasarkan nilai kekerasan pada baja tersebut. Hasil nilai kekerasan kemudian
dikorelasikan berdasarkan tabel dan grafik TENSILE STRENGTH TO HARDNESS
CONVERSION CHART acuan dari ASTM E 140-97: Standart hardness conversion Tabels for
metals (ASTM E10- 08/Brinell Test: Standart hardness conversion Tabel for metals. Berikut
adalah tabel dan grafiknya:
47
2500
2000
1500
1000
500
0
0 200 400 600 800 1000
Balok (Web) 156 134 141 144 → 523 261 522.99 261.49
1 Segmen A (1)
Balok (Flens) 130 125 147 134 ↓ 487 244 487.22 243.61
Balok (Web) 175 280 247 234 → 903 452 903.06 451.53
2 Segmen A (2)
Balok (Flens) 165 145 157 156 ↓ 568 284 567.92 283.96
Balok (Web) 158 156 156 157 → 572 286 571.70 285.85
3 Segmen A (3)
Balok (Flens) 185 171 226 194 ↓ 720 360 720.01 360.00
Balok (Web) 147 138 158 148 → 538 269 537.88 268.94
4 Segmen A (4)
Balok (Flens) 150 163 207 173 ↓ 636 318 635.97 317.99
Balok (Web) 140 154 144 146 → 532 266 531.67 265.83
5 Segmen A (5)
Balok (Flens) 116 134 121 124 ↓ 449 225 449.14 224.57
Balok (Web) 202 111 122 145 → 528 264 527.94 263.97
6 Segmen A (6)
Balok (Flens) 162 129 122 138 ↓ 501 250 500.76 250.38
7 Segmen A (7) Balok (Web) 89 85 126 100 → 361 180 360.94 180.47
48
Number Of
Hardness Brinell Average
(HB) Yield
Sample Type Of AVERAGE Direct UTS (fs) Average Yield
No Location Strength
Code Structure (HB) ion Mpa* UTS (fs) Strenght
1x 2x 3x (Fy)** Mpa
Mpa (Fy) Mpa
(HB) (HB) (HB)
Balok (Flens) 177 185 192 185 ↓ 681 341 681.35 340.68
Balok (Web) 150 148 148 149 → 542 271 541.61 270.81
8 Segmen A (8)
Balok (Flens) 129 204 220 184 ↓ 680 340 680.00 340.00
9 Segmen A (9) Pile 140 111 298 183 → 675 337 674.58 337.29
10 Segmen A (10) Pile 169 189 218 192 → 712 356 711.62 355.81
Balok (Web) 150 222 269 214 → 806 403 806.08 403.04
11 Trestle 1 (11)
Balok (Flens) 151 187 165 168 ↓ 614 307 613.83 306.92
Balok (Web) 115 179 112 135 → 492 246 492.14 246.07
12 Trestle 1 (12)
Balok (Flens) 91 174 148 138 ↓ 501 250 500.76 250.38
13 Trestle 1 (13) Pile 126 141 157 141 → 514 257 514.33 257.16
14 Segmen A (14) Pile 147 174 163 161 → 589 295 589.45 294.73
15 Trestle 2 (15) Pile 265 265 213 248 → 974 487 973.66 486.83
Balok (Web) 158 175 200 178 → 653 327 653.14 326.57
17 Trestle 2 (17)
Balok (Flens) 171 197 114 161 ↓ 587 293 586.91 293.45
Balok (Web) 130 200 215 182 → 669 335 669.19 334.59
18 Trestle 2 (18)
Balok (Flens) 166 185 187 179 ↓ 660 330 659.80 329.90
Balok (Web) 141 147 160 149 → 544 272 544.11 272.05
19 Trestle 2 (19)
Balok (Flens) 185 194 211 197 ↓ 731 366 731.29 365.65
Balok (Web) 145 162 222 176 → 648 324 647.84 323.92
20 Trestle 2 (20)
Balok (Flens) 140 114 150 135 ↓ 490 245 489.68 244.84
49
Dari Hasil Pemeriksaan diketahui bahwa tiap lokasi titik uji nilai ketabalan baja berbeda-
beda. Data ini sebagai data pembanding untuk mengetahui nilai persentase sisa baja. Berikut
adalah hasil pemeriksaan ketebalan baja:
Thickness
Dimension Profile
Area Sample Type of Profile Measurement* (mm)
No
Location Code Structure Type width Length Diameter Flens Web Thick
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
6 Segmen A (6) Balok IWF 300 350 - 17.76 13.40 -
Tabel 3.16 Hasil Nilai Half Potential Test dan kriteria probabilitas korosi
Probability Of
Corrosion (Max Value Typical Ranges Of Potentials Of Normal Steel In Concrete***
Value Value HPT)*
Type Of Max Min
No ID Location
Structure HPT HPT Condition Condition Condition
(mV) (mV) Condition Condition Condition
10%- 1 (-900 to 3 (+100 4 (+100
<10% >90% 2 (-400 to 5 (+200 6 (+200
90% -1000 to -200 to - 400
-600 mV) to 0 mV) to 0 mV)
mV) mV) mV)
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati reaksi yang terjadi setelah beton diberi
phenophetalin. Reaksi tersebut mengakibatkan beton berwarna ungu dan beberapa bagian tidak
54
berwarna. Daerah berwarna ungu mengidentifikasikan bahwa beton tidak mengalami karbonasi
dengan kadar ph > 11. Sedangkan daerah tidak berwarna mengidentifikasikan bahwa beton
mengalami karbonasi dengan kadar ph < 7. Pengukuran kedalaman karbonasi dilakukan
sebanyak tiga kali sesuai pertimbangan engineer.
Tabel 3. 18 Hasil Pengukuran Kedalaman Karbonasi dan Tebal Selimut Beton Aktual
Carbonation Average
No. Code Place Sample Code
Depth (mm) Covermeter (mm)
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran hasil Asesmen Pengujian dan Analisa
struktur Jetty/dermaga Pelindo Dumai sebagai berikut:
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan visual diketahui bahwa tiap elemen struktur mengalami
kerusakan yang variative. Namun apabila kita kerucutkan secara keseluruhan dapat
disimpulkan seperti tabel dibawah ini:
Tulangan Selimut
Area Elemen Dimensi Struktur - Tulangan Utama
Type Sengkang Beton (mm)
(Location) Struktur Posisi
Estimasi Estimasi Estimasi
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.15
B Balok 550x500 50.70
Side (b) ±4Ø22 ±8Ø16 - 0.14
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 500x500 37.00
Side (b) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
Side (a) ±3Ø22 ±5Ø16 - 0.21
PC Jetty Pile Cap 2000x1000x600 52.50
Side (b) ±4Ø22 ±3Ø16 - 0.33
Side (a) ±4Ø22 ±6Ø16 - 0.17
PC Pile Cap 1000x1000x600 38.05
Side (b) ±4Ø22 ±6Ø16 - 0.17
(X) ±7Ø22 – 0.18 -
P Pelat 1000x1000 45.52
(Y) ±6Ø22 – 0.19 -
58
Tulangan Selimut
Area Elemen Dimensi Struktur - Tulangan Utama
Type Sengkang Beton (mm)
(Location) Struktur Posisi
Estimasi Estimasi Estimasi
Side (a) ±3Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 500x600 33.73
Side (b) ±6Ø22 ±9Ø16 - 0.12
Side (a) ±4Ø22 ±7Ø16 - 0.14
B Balok 600x500 41.25
Side (b) ±5Ø22 ±8Ø16 - 0.13
Trestle
Side (a) ±3Ø22 ±8Ø16 - 0.13
PC Pile Cap 1000x1000x600 50.15
Side (b) ±3Ø22 ±8Ø16 - 0.13
(X) ±5Ø22 – 0.20 -
P Pelat 1000x1000 34.25
(Y) ±6Ø22 – 0.17 -
Thickness
Dimension Profile
Area Type of Profile Measurement* (mm)
No
Location Structure Type width Length Diameter Flens Web Thick
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
5 Balok IWF 200 460 - 24.91 13.17 -
6 Trestle 1 Balok IWF 300 300 - 21.00 12.52 -
7 Pile - - - - 15.14
8 Balok IWF 200 460 - 23.40 13.27 -
9 Trestle 2 Balok IWF 300 300 - 19.07 13.56 -
10 Pile - - - - 16.31
Kode Elemen
No Kesimpulan Probabilitas Korosi dan Karbonasi Pada Beton
Lokasi Struktur
Berdasarkan hasil pengujian half cell potential diketahui bahwa
kondisi pelat menghasilkan nilai sebesar -118 Mv s/d -278 Mv
artinya struktur pelat mengalami kondisi potensi korosi pada
tulangan dengan probabilitas 10% s/d 90% (Uncertain) serta
beton lembap dan mengalami karbonasi.
5 Pelat
Berdasarkan Hasil Pengujian Karbonasi, pada pelat
menghasilkan kedalaman nilai karbonasi rata-rata sebesar 1.00
mm dari tebal selimut beton sebesar 34.25 mm. Artinya potensi
beton terkabonasi sebesar 3% atau proses karbonasi belum
mencapai tulangan.
Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan Pengujian Rutin dalam 1 tahun sekali pada area Jetty/Dermaga.
Pengujian rutin berupa internal audit pemeriksaan visual detail.
b. Berdasarkan Hasil pemeriksaan (sesuai dengan pemeriksaan visual) didapatkan
beberapa kesimpulan perlu dilakukannya perbaikan-perbaikan antara lain sebagai
berikut:
Beberapa titik pada elemen struktur Pelat sudah mengalami kerusakan seperti
spalling (sehingga tulangan ter-exposed dan mengakibatkan korosi). Maka
dari itu direkomendasikan untuk melakukan perbaikan pada Pelat dengan
metode Grouting.
Elemen struktur Pelat pada Segmen A sudah mengalami kerusakan dengan
persentase lebih dari 50% (sesuai dengan pemeriksaan visual) seperti spalling
(sehingga tulangan ter-exposed dan mengakibatkan korosi). Maka dari itu
direkomendasikan untuk melakukan penggantian struktur Pelat pada area ini.
Elemen struktur Balok (beton) pada beberapa titik sudah mengalami
kerusakan seperti spalling (sehingga tulangan ter-exposed dan mengakibatkan
korosi). Maka dari itu direkomendasikan untuk melakukan perbaikan pada
Balok (beton) dengan metode Grouting.
62
Pada Segmen A untuk Elemen struktur Balok (Profil baja) pada beberapa titik
sudah mengalami kerusakan dengan persentase lebih dari 50% (sesuai dengan
pemeriksaan visual) seperti korosi dan keropos pada profil baja. Maka dari itu
direkomendasikan untuk melakukan penggantian struktur Balok (Profil baja)
pada area ini.
Elemen struktur Pile Cap pada beberapa segmen (area) sudah mengalami
kerusakan seperti spalling (sehingga tulangan ter-exposed dan mengakibatkan
korosi). Maka dari itu direkomendasikan untuk melakukan perbaikan pada
Pile Cap dengan metode Grouting.
Secara general untuk Elemen struktur Pile (Profil baja) pada keseluruhan area
sudah mengalami kerusakan (sesuai dengan pemeriksaan visual) seperti korosi
dan keropos pada profil baja. Maka dari itu direkomendasikan untuk
melakukan proteksi pada Pile dengan metode Steel Jacketing dan penggantian
Concrete Jacketing.
Untuk detail rekomendasi perbaikan dapat dilihat pada Bab Rekomendasi & Bab
Metode dan Spesifikasi.
63
6. BAB 6 REKOMENDASI
Umum
Elemen struktur Pelat sudah Elemen struktur Pile (Profil Elemen struktur Pilecap
Elemen struktur Balok sudah
mengalami beberapa Baja) sudah mengalami sudah mengalami
mengalami beberapa kerusakan
3 Segmen C kerusakan sehingga kerusakan sehingga kerusakan sehingga
sehingga direkomendasikan
direkomendasikan untuk direkomendasikan untuk direkomendasikan untuk
untuk melakukan perbaikan
melakukan perbaikan pada melakukan proteksi pada Pile melakukan perbaikan pada
64
Pelat dengan metode pada Balok dengan metode dengan metode Steel Jacketing Pilecap dengan metode
Grouting. Grouting. dan penggantian Concrete Grouting.
Jacketing.
Baja tulangan yang telah terkorosi di bersihkan dan dilapisi Cat Anti karat.
Proses akhir adalah memasang bekisting dan menutup lubang dengan material
Grouting non-shrink cementious.
Pembersihan Area pile cap yang mengalami kerusakan spalling (beton di chipping
hingga 2 cm dibelakang tulangan)
Dilakukan pelapisan bonding agent sebagai pengikat grouting non-shrink
cementious agar menyatu (homogen) dengan beton yang lama.
Baja tulangan yang telah terkorosi di bersihkan dan dilapisi Cat Anti karat.
Proses akhir adalah memasang bekisting dan menutup lubang dengan material
Grouting non-shrink cementious.
69
Pembongkaran Area Struktur Balok (Profil baja) yang telah terkorosi dan tidak
dapat diperbaiki atau harus diganti.
Setelah selesai tahap pembongkaran, selanjutnya melakukan pemasangan dan
penggantian profil baja.
Sambungan profil baja menggunakan sambungan las.
Proses akhir adalah finishing (proses grinding dan pengecetan pada profil baja).
72
D Perbaikan Pelat
Grouting (Segmen B, C, D, E, E', Trestle 3, 4) 6.53 m3 Rp 20,000,000 Rp 130,675,200
E Perbaikan Balok
Grouting (Segmen B, C, D, E, E', Trestle 3, 4) 10.20 m3 Rp 20,000,000 Rp 203,942,400
TOTAL Rp 19,191,726,926
7.1 Grouting
Umum
Pekerjaan ini terdiri dari pengisian rongga di bawah perkerasan beton, pada lokasi seperti
ditunjukan pada gambar, dengan cara pengeboran pada existing perkerasan, menginjeksi dan
grouting melalui lubang bor dan mengisi lubangn bor dengan Portland cement.
Material grouting untuk mengisi rongga yang ada di bawah existing perkerasan harus dari
campuran semen, agregat halus dan/atau abu terbang (fly ash) , serta air.
Persyaratan
a) Standar Rujukan
SNI 03-2460-1991 : Spesifikan Abu Terbang Sebagai bahan Tambahan Untuk
Campuran Beton
AASHTO M85 – 75 / SNI 2049-1994 : Semen Portland
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
Pecah dalam Agregat
SNI 03-6430.1-2000 : Metode Pengujian Expansi dan Bliding Campuran Graut
Segar Untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Pracetak
SNI 03-6825-2002 : Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portlan untuk
Sipil
b) Persyaratan Bahan
Semen
Semen yang digunakan untuk grouting harus dan dari jenis/tipe I, II, atau III dalam
persyaratan SNI 2049-1994
Fly Ash
Fly Ash harus memenuhi SNI 03-2460-1991 , dan kehilangan pembakaran (loss in
75
Untuk Ketentuan terhadap kadar lempung dan butiran lain dalam agregat halus
sebagai berikut :
Air
Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung kotoran organic, garam-garam
berbahaya, debu, atau lanau. Air harus diuji sesuai dan memenuhi persyaratan SNI
03-6817-2002. Air dengan kualitas dapat diminum boleh dipakai namun harus
dengan persetujuan direksi pekerjaan. Kesesuaian air menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Bahan Tambah
Bahan tambah kimia dan calcium chloride harus mendapat persetujuan direksi
pekerjaan secara tertulis.
c) Campuran
Campuran Grouting dapat dibuat dengan 2 (dua) macam, yakni:
o Merupakan campuran semen. Fly ash, dan air , dan/atau bahan tambah dengan
perbandingan semen dan fly ash adalah satu bagian berat semen dengan 3 bagian
berat fly ash, atau :
o Merupakan campuran semen, agregat, dan air da/atau bahan tamabah dengan
perbandingan semen dan agregat adalah satu bagian semen (dengan volume)
dengan tiga bagian agregat atau campuran agregat dan fly ash (dengan volume)
76
e) Alat Pencampur
Dibutuhkan alat pencampur kecepatan tinggi dengan tipe pompa sentrifugal atau
tipe pisau-geser. Pencampur tipe sentrifugal akan mendorong campuran grouting ke
wadah campuran pada tekanan tinggi dan kecepatan tinggi. Pencampur pisau geser
beroperasi pada putaran 800 dan 2000 RPM, membuat aksi geser tinggi dan tekanan
lanjutan yang membentuk campuran homogen.
Pelaksanaan
a) Penyiapan Kerja
Lokasi Lobang bor harus sesuai dengan konfigurasi seperti ditampilkan dalam
gambar, atau sesuai petunjuk Direksi Teknik. Minimum dibuat 3 (tiga) lubang per
pelat per sambungan. Diameter lubang harus antara 20 – 50 mm, dibor vertical dan
bulat, sampai kedalaman yang cukup menembus pelat beton. Lapisan pondasi dapat
ditembus sampai 75 mm.
Lubang Bor yang terbuka tidak boleh lebih dari dua hari tanpa di grouting.
Sisi – sisi lubang bor harus dibersihkan dengan udara atau air untuk membuat
rongga yang kecil dan membuang debu selama proses pengeboran.
b) Pembuatan Campuran Grouting
Semen kering dan fly ash harus diukur secara teliti dalam berat
Air harus dimasukkan ke dalam pengaduk secara tepat.
Material grouting yang tersisa pada pekerjaan yang lebih dari satu jam harus
dibuang
c) Injeksi Grouting
Material Grout diinjeksi melalui lobang tekanan maksimum tercapai atau material
grouting terlihat mengalir dari lubang ke lubang. Tekanan maksimum adalah 0.4
mpa. Kenaikan tekanan awal sebesar 1,0 mpa masih diizinkan saat mulai
memompakan material grouting ke dalam lubang.
Tidak ada bagian pelat yang bergerak atau naik lebih dari 1,5 mm akibat daro
tekanan hasil grouting.
Grouting tidak boleh dilakukan bila air hujan masih ada pada lubang bor.
Kontraktor harus mencegah material grouting masuk kedalam drainase atau struktur
terbuka lainnya.
Retak pada perkerasan yang terjadi sewaktu injeksi grouting dianggap sebagai
78
1) Uraian
a) Pekerjaan pengecatan ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi struktur
baja terhadap karat. Pencegahan karat ini dilakukan pada struktur baja yang
berada didarat maupun yang terkena atau di dalam air tawar atau di daerah
pasang surut, dengan bahan yang sesuai karateristiknya serta memiliki
keawetan sesuai tingkat korosifitas suatu tempat.
b) Pekerjaan ini terdiri atas persiapan permukaan dan pengecetan dengan jenis
cat yang sesuai dengan kategori dan kondisi serta lingkungannya yang
mempunyai tingkat proteksi pendek dan sedang.
c) Kategori tingkat keawetan umur proteksi cat ditentukan sesuai dengan SNI
ISO 12944-5-2012, yaitu pendek (perkiraan keawetan rendah) dengan umur
proteksi 2 - 5 tahun, sedang (tingkat keawetan menengah) dengan umur 5 – 15
tahun serta panjang (tingkat keawetan tinggi) dengan umur lebih dari 15 tahun.
79
d) Pengecetan untuk elemen utama Bangunan seperti batang tepi atas, diagonal,
batang tepi bawah, gelagar melintang atau gelagar pada Bangunan baja
komposit diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan sedang dan untuk
elemen sekunder seperti sandaran dan/atau pagar pengaman (guardrail) dapat
diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan pendek, masing-masing
sesuai dengan kondisi lingkungannya.
e) Ketebalan lapisan pelindung sesuai dengan masa tingkat keawetan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana struktur bangunan baja
berada.
2) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengajukan jenis cat yang akan digunakan untuk
pengecatan ulang permukaan sesuai dengan jenis lapisan pelindung yang
disyaratkan kepada Pengawas Pekerjaan disertai dengan sertifikat yang
merupakan jaminan keaslian produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan.
b) Penyedia Jasa memberikan penjelasan cara pelaksanaan pengecatan yang
diusulkan untuk mendapatkan ketebalan sesuai dengan persyaratan dengan
mempertimbangkan masalah lingkungan dan keselamatan kerja.
c) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pengukur ketebalan cat dalam kondisi
basah (WFT – Wet Film Thickness) dan alat pengukur ketebalan cat dalam
kondisi kering (DFT – Dry Film Thickness). Khusus untuk aplikasi di daerah
pasang surut cukup menyediakan alat pengukuran ketebalan cat dalam kondisi
basah (WFT)
d) Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus melakukan uji pulloff
untuk membuktikan tingkat kelekatan cat pada substrat (lapisan dasar) dengan
nilai minimal sebesar 3 MPa sesuai dengan tingkat pembersihan permukaan
abaj sesuai dengan cara pembersihan yang diusulkan Penyedai Jasa dengan
tingkat kerusakan yang terjadi. Uji pulloff dapat dilaksanakan minimal 3 benda
uji atau lokasi dengan pelat uji atau langsung pada struktur baja yang akan
dicat.
e) Sebelum menentukan metode pengecatan yang akan digunakan, Penyedia Jasa
harus menentukan kategori korosifitas berdasarkan korosiditas akibat udara
80
atau SSPC/NACE
- Blotter paper sesuai dengan ASTM D4285-83(2012)
- Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414-
95(2013)
- Alat ukur ketebalan cat kering sesuai dengan ASTM D1186-01
Metoda B Tipe 1
- Pull-off Adehsion Tester (Self-center) sesuai dengan ISO 4624-
2). BAHAN
1) Cat yang digunakan harus sesuai dengan tingkat kebersihan permukaan substrat
(logam bahan dasar) struktur baja yang akan diberi lapisan pelindung dan umur
proteksi yang disyaratkan
2) Jenis cat yang digunakan untuk struktur baja dengan tingkat proteksi sedang dan
dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sesuai dengan SNI ISO 12944-
6-2012 dengan persyaratan untuk cat dasar (yang terdiri atas binder dan primer),
dimana binder menggunakan jenis Epoksi atau polyurethane dan primer
menggunakan zinc atau moisture cured urethane (dapat yang berupa aluminium
flakes) dan lapisan akhir adalah jenis epoksi, Polyurethane (EP, PUR) atau epoksi
dengan aluminium flakes yang tahan terhadap cuaca dan UV serta jamur. Jenis cat
untuk cat dasar, atau akhir dapat menggunakan jenis yang sama.
3) Ketebalan cat untuk elemen utama struktur baja ditentukan setebal 240 mikron
yang terdiri atas adalah:
a) Lapisan dasar dengan binder jenis epoksi atau polyurethane dengan primer
jenis moisture cured urethane (dapat berupa aluminium) atau zinc adalah 80
mikron
b) Lapisan akhir (top coat) dengan binder jenis epoksi atau polyurethane dengan
campuran zinc atau moisture cured urethane (aluminium flakes) adalah 160
mikron
4) Ketebalan cat untuk elemen sekunder dan sandaran baja dan pagar pengaman
(guard rail) adalah 160 mikron yang terdiri atas lapisan dasar 40 mikron dan
lapisan akhir 120 mikron, dengan bahan cat epoksi atau polyurethane.
5) Jenis cat yang digunakan sebagai cat dasar atau akhir pada daerah pasang surut
82
adalah jenis Epoxy polyamine dengna solid content 100% dan mempunyai
toleransi tinggi terhadap kelembaban, serta dapat diaplikasikan langsung pada
permukaan yang basah atau terendam air. Jenis cat ini harus mempunyai ketahanan
korosi yang disebabkan oleh ALWC (accelerated low water corrosion) dan MIC
(Microbiologically Influence Corrosion). Ketebalan cat untuk daerah basah atau
pasang surut adalah 500 mikron, yang terdiri atas lapisan dasar 250 mikron dan
lapisan akhir 250 mikron.
6) Jenis cat yang digunakan tersebut harus sesuai dengan spesifikasi dan disertai
sertifikat keaslian bahan cat serta garansi umur keawetan dari pabrik/distributor
dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
7) Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah dilapiskan
pada permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu pengeringan yang
tertentu, tahan terhadap pengaruh sifat kimia dan fisik cuaca. Uji kelekatan
dilakukan dengan menggunakan pengujian Pull-off Adhesion Tester (Self-center)
sesaui dengan ISO 4624-2016 dan harus memiliki nilai pada setiap pengujian
minimum 3 MPa dengan toleransi 5% terhadap substrat.
Berdasarkan fungsinya setiap lapisan cat harus mempunyai sifat sebagai berikut:
- Cat dasar, menjamin pelekatan yang baik pada substrat dan lapisan berikutnya.
- Cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat dasar
dengan lapisan cat akhir.
- Cat akhir, merupakan permukaan yang halus, licin serta mudah dibersihkan
dan tahan terhadap serangan zat-zat kimia, tahan terhadap lingkungan serta
mempunyai fungsi estetika.
8) Seluruh material cat yang akan digunakan harus mempunyai tanda atau nomor
produksi dan harus sesuai dengan lembar data teknis (Technical Data Sheet) yang
dikeluarkan oleh pabrikan serta telah melalui proses pengujian di laboratorium
sesuai SNI ISO 12944-6-2012.
9) Seluruh material cat harus dikemas dalam kemasan asli yang dikeluarkan oleh
pabrikan di mana tercantum nomor identifikasi produk dan label yang sesuai serta
tanggal kadaluwarsanya.
10) Kemasan atau wadah material harus benar-benar tertutup rapat sebelum digunakan
83
untuk memastikan tidak ada debu, kotoran mau pun udara yang mengkontaminasi
material.
11) Lembar data teknis terbaru yang memuat seluruh informasi tentang cat yang
digunakan termasuk di dalamnya lembar data keselamatan bahan harus
dilampirkan oleh pabrikan sebelum material digunakan.
12) Tidak diizinkan menggunakan bahan pelarut atau pengencer kecuali ditentukan
dalam lembar data produk yang dikeluarkan oleh pabrikan atau diizinkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
3). PELAKSANAAN
1) Jenis Peralatan
Jenis peralatan minimal yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dalam mencapai
suatu tingkat kebersihan yaitu:
ISO-St2 (SSPC-SP2) Hand Tool Cleaning adalah sikat kawat, kape, atau
amplas
3) Pengujian Kelembaban
Sebelum dilakukan pengecatan pada daerah kering, permukaan (substrat) baja
harus diperiksa dan diukur kelembabannya dengan syarat sebagai berikut:
a) Pengukuran kelembaban udara harus dilakukan pada sebelum pengecatan
dilakukan dan harus berada 3ºC di atas titik embun (Dewpoint)
b) Maksimal kelembaban yang diperkenankan dalam aplikasi pengecatan
maksimal 83% - 85%
c) Apabila kelembaban melebihi batas maksimal maka seluruh kegiatan
pengecatan harus di hentikan, kecuali jenis cat yang digunakan adalah
moisture tolerant dan atas pertimbangan dari pabrik pembuat.
d) Pengukuran harus mengacu ke ASTM E3337-15 Measuring Humidity with a
Psychrometer (the Measurement of Wet-and Dry-Bulb Temperatures)
4) Pengecetan
a) Pencampuran Cat (Mixing)
88
1). UMUM
1) Uraian
Pengelasan adalah pekerjaan untuk penyambungan dua atau lebih elemen struktur
bangunan baja untuk meneruskan beban yang harus dipikul. Secara umum,
pengelasan elemen baja yang mengalami kerusakan seperti sobek atau untuk
menyambungkan bagian dari elemen struktur baja. Pekerjaan pengelasan dalam
spesifikasi ini tidak termasuk pengelasan elemen yang berada di bawah air.
Terdapat 4 jenis pengelasan :
a) SMAW : Shielded Metal Arc Welding (pengelasan dengan mencairkan
material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara
penutup metal (elektroda)).
b) SAW : Submerged Arc Welding (pengelasan busur listrik dengan
memanaskan serta mencairkan benda kerja dan elektroda oleh
busur listrik yang terletak diantara logam induk dan elektroda.
Arus dan busur lelehan metal diselimuti (ditimbun) dengan
butiran flux di atas daerah yang dilas).
90
dan bebas dari kotoran, debu, dan bahan-bahan yang dapat mempengaruhi
kualitas hasil pengelasan.
2). BAHAN
1) Bahan dasar pelat yang digunakan dalam pengelasan memiliki pilihan kriteria
sebagai berikut :
a) Mutu baja yang sesuai dengan elemen struktur baja yang akan disambung
sesuai dengan Gambar.
b) Mutu baja yang berbeda dengan elemen struktur baja yang akan disambung
tetapi masih dalam satu Grade atau Kelas dapat dilihat padaTabel 8.6.2.1) di
bawah ini.
c) Ketebalan dari bahan baja dasar (base metal) yan digunakan setidaknya harus
lebih besar atau sama dengan 3 mm.
2) Bahan elektroda yang sudah dibuka dan terbuka pada atmosfer bisa digunakan
kembali dengan 2 kondisi seperti berikut :
a) Jika elektroda sudah terpapar udara untuk rentang waktu tertentu maka harus
dilakukan pengeringan kembali.
b) Jika elektroda sudah terpapar udara untuk rentang waktu tertentu perlu
dilakukan pengujian sebelum digunakan kembali.
c) Waktu izin yang ditentukan untuk elektroda yang terpapar udara ditentukan
pada Tabel 8.6.2.2).
3) Semua base metal yang digunakan dalam pengelasan harus memiliki suhu
“preheat and interpass” cukup untuk mencegah terjadinya retak.
4) Peralatan
a) Alat pengelasan dengan pengatur voltage.
b) Oven/tempat pengering elektroda.
c) Genset
d) Gurinda
e) Pengukur suhu
f) Klem dan alat bantu untuk menyatukan elemen
92
3). PELAKSANAAN
1) Persiapan
a) Tipe pengelasan yang digunakan dalam perbaikan adalah tipe full penetration
(las tumpul). Jika menggunakan tipe lain perlu dibuktikan terlebih dahulu
dengan analisis perhitungan sambungan las.
b) Permukaan yang akan dilas harus dikondisikan dalam dalam keadaan bersih
dan bebas terhadap benda-benda asing seperti oli, minyak, cat dan lain
sebagainya dengan menggunakan sikat kawat atau lain sebagainya.
c) Pengelasan tidak boleh dilaksanakan pada saat kondisi hujan dan kecepatan
angin tinggi.
2) Pengelasan
a) Peralatan untuk proses pengelasan dalam kondisi siap pakai termasuk bahan
las yang akan digunakan sesuai dengan spesifikasinya (diameter batang las,
dan sudut pengelasan).
b) Pastikan bahwa pelaksana pengelasan mempunyai sertifikasi pengelasan yang
97