Sei sulla pagina 1di 11

Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian

Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi

Yuwono
Departemen Mikrobiologi (Klinik) FK Unsri/RSUP MH Palembang
email: yuwonodr@gmail.com

ABSTRAK
Surgical Site Infection (SSI) is a major complication of surgery which can increase morbidity, mortality and
cost of hospitality. Incidence of SSI at a healthcare provider/facility reflected a service quality of that
institution. WHO reported prevalence of SSI was around 5% to 34%. Elective or emergency laparotomy is
one of major surgery in a hospital. Some factors could be influence incidence of SSI were degree of
contamination (kind of surgery), ASA (American Society of Anesthesiologists) score, DM (Diabetes
Mellitus) co morbidity, temperature of patients, number of leukosit and duration of surgery. We aimed to
explore incidence of SSI and contributing factors of emergency laparotomy patients from RSUP MH
Palembang. This research was observational analytic with cross-sectional design. We found incidence of
SSI 56,67% consist of incisional superficial SSI 70,6%, incisional SSI 23,5% and organ SSI 5,9%. SSI
occurred at third day until seventh day after surgery and mostly at fifth day (52,9%). Pathogen dominant in
these cases were Escherichia coli 31,25%. Statistical analytic with confidence interval 95% revealed risks
of ASA score (p 0.004, OR 2,4), patient’s temperature (p 0.008, OR 10,2), diabetes mellitus co morbidity (p
0.492, OR 1,87), kind of surgery (p 1.0 OR 1,36), number of leukosit (p 0.29, OR 4,80) and duration of
surgery (p 0.123, OR 0,25). Conclusion: Incidence of SSI at RSUP MH Palembang about two times
compare to world average incidence of SSI. ASA score, temperature and diabetes mellitus co morbidity
influenced SSI incidence.
Key Words: Emergency laparotomy, risk factors, SSI

ABSTRAK
Surgical Site Infection (SSI) atau infeksi pada tempat operasi merupakan salah satu komplikasi utama
operasi yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan penderita di rumah sakit.
Angka kejadian SSI pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan mencerminkan kualitas pelayanan
pada institusi tersebut. Survei WHO menunjukkan bahwa angka kejadian SSI di dunia berkisar antara 5%
sampai 34%. Salah satu tindakan bedah di rumah sakit dengan frekuensi yang cukup tinggi adalah
operasi laparotomi baik elektif maupun emergensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi (faktor risiko)
terjadinya SSI antara lain sifat operasi (derajat kontaminasi operasi), nilai ASA (American Society of
Anesthesiologists), komorbiditas DM (Diabetes Melitus), suhu praoperasi, jumlah lekosit dan lama operasi.
Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi angka kejadian SSI pada pasien-pasien yang dilakukan
laparotomi emergensi di RSMH Palembang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian SSI tersebut.
Penelitian ini adalah suatu penelitian observasional analitik dengan disain cross-sectional. Hasil penelitian
menemukan angka kejadian SSI 56,67% yang terdiri dari SSI insisional superfisial 70,6%, SSI insisional

15
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

23,5% dan SSI organ 5,9%. SSI ditemukan paling cepat hari ketiga dan yang terbanyak ditemukan pada
hari ke lima (52,9%), dan yang paling lama adalah hari ketujuh. Jenis patogen yang terbanyak yang
ditemukan dari spesimen yang diambil dari luka operasi adalah Escherichia coli 31,25%. Berdasarkan
analisis statistik dengan confidence interval 95%didapatkan faktor ASA (p 0.004, OR 2,4), suhu (p 0.008,
OR 10,2) dan komorbiditas diabetes mellitus (p 0.492, OR 1,87), sifat operasi (p 1.0 OR 1,36), jumlah
lekosit (p 0.29, OR 4,80) dan lama operasi (p 0.123, OR 0,25).
Kesimpulan: Kejadian SSI di RSMH Palembang hampir 2 kali lipat dibandingkan kejadian SSI di dunia.
faktor ASA, suhu dan komorbiditas diabetes mellitus mempengaruhi kejadian SSI.
Kata Kunci: Laparotomi emergensi, faktor risiko, SSI

PENDAHULUAN Chen Kung University Taiwan mencatat


Surgical Site Infection (SSI) atau infeksi sebanyak 340 operasi laparotomi elektif
pada tempat operasi merupakan salah satu selama periode Oktober 1993 sampai
komplikasi utama operasi yang dapat Agustus 1996 dengan mortality rate
4
meningkatkan morbiditas, mortalitas dan mencapai 6,8%. Rumah Sakit Dr. Sarjito
biaya perawatan penderita di rumah sakit. Yogyakarta melaporkan sebanyak 82
Angka kejadian SSI pada suatu institusi operasi laparotomi emergensi oleh karena
penyedia pelayanan kesehatan trauma abdomen dengan tingkat mortalitas
mencerminkan kualitas pelayanan pada 18,3% dan rata-rata Length Of Stay (LOS)
5
institusi tersebut. Di Amerika Serikat, 38% 15,96 hari. Data dari Rumah Sakit Dr.
dari seluruh infeksi nosokomial adalah SSI. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
Survei WHO menunjukkan bahwa angka Juli–Desember 2004 menyebutkan adanya
kejadian SSI di dunia berkisar antara 5% operasi laparotomi emergensi terhadap 83
sampai 34%. SSI di United Kingdom orang penderita, dengan kematian
sekitar 10% dengan biaya untuk mencapai 9 orang (10,84%) dan SSI
6
menanganinya mencapai 1 juta pound per mencapai 19 orang (44,19%). Data rekam
tahun dan lama rawat inap meningkat 7–10 medis di RS Dr. Mohammad Hoesin
hari. Sekitar 77% dari kematian pasien (RSMH) Palembang menyebutkan bahwa
pascaoperasi di rumah sakit di seluruh selama bulan Februari 2008 telah dilakukan
dunia diperkirakan berhubungan dengan tindakan operasi emergensi bedah
1, 2.
SSI. terhadap 52 penderita dan 20 (38,5%)
Salah satu tindakan bedah di rumah sakit diantaranya adalah operasi laparotomi.
dengan frekuensi yang cukup tinggi adalah Pada penelitian penilaian kualitas
operasi laparotomi baik elektif maupun pelayanan bedah pada penderita yang
emergensi. Rumah Sakit St Anna (Republik menjalani laparotomi emergensi di RSMH
Ceko) melaporkan dalam kurun waktu Palembang berdasarkan metode prediksi
tahun 1998-1999 dilakukan 910 operasi angka kematian P-POSSUM (Porstmouth-
3 Physiological and Operatif Severity Score
laparotomi elektif. Rumah Sakit Nasional

16
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

for the enUmeration of Mortality and dan mengurangi aliran darah ke tempat
Morbidity) bulan Mei sampai dengan Juni operasi, dan selanjutnya akan
2008 didapatkan 30 kasus laparotomi, meningkatkan risiko SSI. Lama operasi
dengan mortality rate 3,3%, dan lama rata- berbanding lurus dengan risiko infeksi luka
rata rawatan pasca laparotomi adalah 12 dan memperberat risiko akibat jenis
7
hari. kontaminasi. Culver dkk menyatakan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bahwa operasi yang berlangsung lebih dari
(faktor risiko) terjadinya SSI antara lain sifat persentil ke-75 dari suatu prosedur,
12
operasi (derajat kontaminasi operasi), nilai dianggap sebagai operasi lama. Pada
ASA (American Society of penelitian di Instalasi Gawat Darurat RSCM
Anesthesiologists), komorbiditas DM dilaporkan angka SSI pada operasi
(diabetes melitus), suhu praoperasi, jumlah laparotomi emergensi mencapai 48,5%,
lekosit dan lama operasi. Tahun 1964 dengan faktor-faktor risiko yang
National Research Council berhubungan adalah waktu penundaan
memperkenalkan empat kategori derajat operasi, nilai ASA, komorbid DM, sifat
kontaminasi tempat operasi yang kemudian operasi, durasi operasi dan cedera
13
dipopulerkan oleh American College of vaskuler.
Surgeon, salah satunya menyebutkan Berdasarkan latar belakang tersebut, kami
bahwa makin tinggi derajat kontaminasi tertarik untuk melakukan kajian tentang
maka angka kejadian Surgical Site Infection SSI. Penelitian ini ditujukan untuk
8
makin tinggi. Mekanisme utama yang mengeksplorasi angka kejadian SSI pada
mendasari terjadinya SSI adalah pasien-pasien yang dilakukan laparotomi
kandungan oksigen yang rendah pada emergensi di RSMH Palembang dan faktor-
9
jaringan yang mati pada luka pascabedah. faktor yang mempengaruhi kejadian SSI
Pada suatu studi kohort terhadap 149 tersebut.
pasien dengan gula darah yang tidak
terkontrol yang menjalani reseksi kolorektal METODE
ditemukan SSI lebih tinggi secara Penelitian ini adalah suatu penelitian
bermakna dibandingkan dengan pasien observasional analitik dengan disain cross-
dengan gula darah yang terkontrol (29,7% sectional, untuk mengetahui angka kejadian
10
vs 14,3%, OR 25, p 0,03). Penelitian lain dan faktor-faktor yang mempengaruhi SSI
memperlihatkan bahwa diabetes melitus pada penderita yang menjalani operasi
merupakan faktor risiko yang kuat terhadap laparotomi emergensi di RSMH
terjadinya SSI pada operasi spinal Palembang.
11
orthopedi. Waktu penelitian bulan Februari sampai
Suhu sangat berpengaruh terhadap dengan Maret 2009. Populasi pada
terjadinya SSI. Hipotermia dapat merusak penelitian ini adalah semua pasien yang
fungsi immun (oxidative killing by menjalani operasi emergensi di RSMH
neutrophils) dan terjadi vasokonstriksi kulit Palembang. Populasi target adalah semua

17
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

pasien yang menjalani operasi laparotomi SSI, dan dilakukan analisis untuk
emergensi di RSMH Palembang. Subyek menentukan faktor-faktor apa yang
adalah semua pasien yang menjalani mempengaruhi SSI. Hubungan kemaknaan
laparotomi emergensi di RSMH Palembang antara faktor-faktor risiko (variabel bebas)
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: Usia dianalisis dengan Fisher’s exact test.
lebih dari atau sama dengan 12 tahun,
dirawat dan menjalani follow-up, masih HASIL
hidup dalam periode 30 hari setelah Pada penelitian ini didapatkan 30 orang
operasi, atau apabila meninggal SSI telah pasien yang memenuhi kriteria inklusi terdiri
teridentifikasi sebelum meninggal. dari 17 pasien laki-laki (56,7%) dan 13
Variabel yang diteliti adalah variabel bebas pasien perempuan (43,3%). Pasien paling
(independent variable) berupa: Sifat muda berusia 12 tahun sedangkan pasien
operasi, nilai ASA, komorbiditas diabetes yang tertua 60 tahun. Kelompok umur
mellitus, suhu praoperasi, jumlah lekosit terbanyak adalah umur 12-21 tahun yaitu
praoperasi dan lama operasi. Variabel 11 pasien (36,7%). Indikasi laparotomi
terikat (dependent variable) adalah kejadian emergensi adalah kasus nontrauma 24
Surgical Site Infection (SSI). pasien (80%) dan kasus trauma 6 pasien
Surgical Site Infection (SSI) adalah (20%). Penyebab laparotomi yang
keadaan terinfeksinya tempat operasi, yang terbanyak adalah peritonitis yang
ditentukan berdasarkan kriteria The Center disebabkan oleh perforasi appendiks
for Desease Control (CDC) yang direvisi sebanyak 16 pasien (53,3%).
tahun 1992 atau disimpulkan dari Berdasarkan definisi SSI menurut CDC
pengamatan pascaoperasi di bangsal atau tahun 1992 didapatkan SSI sebanyak 17
di poliklinik. pasien (56,7%). Jenis SSI berupa insisional
Penderita yang memenuhi kriteria superfisialis 12 pasien (70,6%), SSI
penelitian seperti tersebut di atas, sebelum insisional 4 pasien (23,5%) dan SSI organ 1
operasi dilakukan pencatatan data klinis, pasien (5,9%). Tanda-tanda klinis SSI yang
data laboratorium, data pemeriksaan didapatkan pada luka operasi yaitu edema
penunjang, dilanjutkan pencatatan data lokal pada 17 pasien (100%), eritema pada
intra operatif dan follow-up luka operasi 15 pasien (88,2%), nyeri pada 17 pasien
sampai ditemukan SSI (dalam 30 hari), (100%), pus pada 15 pasien (88,2%) dan
0
dengan menggunakan kriteria SSI menurut suhu >38 C pada 3 pasien (17,6%).
CDC yang direvisi tahun 1992. Bila dalam Tanda-tanda klinis SSI ditemukan paling
masa 30 hari penderita telah pulang maka banyak pada hari ke 5 setelah operasi yaitu
pengamatan di rumah dilakukan oleh 9 pasien (52,9%), sementara yang tercepat
penderita/keluarga yang mendapat ditemukan pada hari ke 3 setelah operasi
penjelasan dari peneliti. Data yang didapat yaitu 2 pasien (11,8%), dan yang terlama
dilakukan penghitungan untuk ditemukan pada hari ke 7 setelah operasi
mendapatkan angka kejadian SSI, derajat yaitu 2 pasien (11,8%).

18
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

Tabel 1. Distribusi subyek berdasarkan indikasi laparotomi


INDIKASI LAPAROTOMI N %

Trauma Luka tusuk 4 13,3

Trauma Tumpul 2 6,7

Total 6 20,0

Nontrauma Perforasi appendiks 16 53,3

Perforasi gaster 3 10,0

Perforasi usus halus 2 6,7

Perforasi divertikel 1 3,3

Obstruksi usus 2 6,7

Total 24 80,0

Semua pasien yang diidentifikasi sebagai Streptococcus bovis dan Candida


SSI dilakukan pemeriksaan kultur dengan nonalbicans masing-masing 1%. Sebelum
hasil 16 sediaan tumbuh dan 1 tidak operasi semua pasien diberikan antibiotik
tumbuh. Bakteri yang paling sering golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu
ditemukan adalah Escherichia coli yaitu cefotaxim. Akan tetapi pada hasil uji
pada 5 pasien (31,25%), diikuti oleh kepekaan terhadap antimikroba didapatkan
staphylococcus aureus 18,75%, 84,6% bakteri tersebut masuk kategori
Pseudomonas aeruginosa 12,5%, resisten, 7,7% masuk kategori intermediate
Streptococcus faecalis 12,5% dan dan 7,7% masuk kategori sensitif terhadap
Citrobacter freundii, Klebsiella pneumoniae, cefotaxim.

Tabel 2. Jenis patogen pada pasien dengan SSI


Bakteri N %

Escherichia coli 5 31,25

Staphylococcus aureus 3 18,75

Pseudomonas aeruginosa 2 12,50

Streptococus faecalis 2 12,50

Citrobacter freundii 1 6,25

Klebsiella pneumoniae 1 6,25

Streptococus bovis 1 6,25

Candida nonalbicans 1 6,25

Total 16 100

19
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

Tabel 3. Hubungan berbagai faktor risiko dengan kejadian SSI


SSI
P OR
Variabel Ya Tidak Total %
Value (95% CI)
N % N %
ASA
- III 8 100,0 0 0 8 26,7 0,004 2,4
- II 9 40,9 13 59,1 22 73,3 [1,48-4,03]

Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100


Sifat Operasi
- Infeksi 15 57.7 11 42.3 26 86,7 1,0 1,36
- Kontaminasi 2 50.0 2 50.0 4 13,3 [0,17-11,23]

Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100


Komorbiditas DM
- DM (+) 2 100,0 0 0 2 6,7 0,492 1,87
- DM (-) 15 53,6 13 46.4 28 93,3 [1,32-2,64]

Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100


Suhu
- Tidak normal 14 77,8 4 22,2 18 60 0,008 10,5
- Normal 3 25,0 9 75,0 12 40 [1,89-58,36]
Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100
Jumlah Lekosit
- Tidak Normal 16 61,5 10 38,5 26 86,7 0,29 4,80
- Normal 1 25,0 3 75,0 4 13,3 [0,44-52,76]

Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100


Lama operasi
- >135 mnt(lama) 3 33,3 6 66,7 9 30 0,123 0,25
- <135mnt(tdklm) 14 66,7 7 30,3 21 70 [0,05-1,31]

Jumlah 17 56,7 13 43,3 30 100

Lama operasi* 17 56,7 13 43,3 30 100 0,99

Mean 119,12 Mean118,85 [-35,86-36,40]


SD 59,46 SD 25,18

20
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

Analisis hubungan berbagai faktor risiko dibandingkan dengan jumlah rata-rata


dengan kejadian SSI secara lengkap terlihat operasi laparotomi emergensi di RS
pada tabel 3. Pada penelitian ini, nilai ASA Pokhara Nepal dan RSCM Jakarta tahun
1
didapatkkan 73,3% pasien adalah masuk 2004.
kelompok ASA II atau ASA II tiga kali lipat Pada penelitian ini didapatkan angka
dibandingkan dengan ASA III. Kategori sifat kejadian SSI 56,7% lebih tinggi bila
operasi yang termasuk infeksi (dirty wound) dibandingkan dengan penelitian dari
didapatkan 86,7% atau sekitar enam kali National Nosocomial Infection Surveilance
lipat dibandingkan kategori kontaminasi. (NNIS) pada tahun 1986–1996 didapati
Komorbiditas diabetes mellitus 2 pasien atau data SSI sebesar 2,6% dari seluruh proses
6,7% atau hanya 0,07 kali dibandingkan operasi yang dilaporkan oleh berbagai
dengan pasien yang tidak mempunyai rumah sakit. Survei oleh WHO menunjukkan
5
komorbiditas diabetes mellitus. Suhu pasien bahwa kejadian SSI di dunia berkisar
yang tidak normal (hipertermia) didapatkan sampai 34%. SSI di United Kingdom sekitar
1,2
pada 60% atau sekitar 1,5 kali dibandingkan 10%. Kartadinata (2007) melaporkan
dengan pasien dengan suhu yang normal. bahwa angka kejadian infeksi luka operasi
Jumlah lekosit didapatkan data pasien pada kasus bedah digestif selama bulan
dengan lekosit yang tidak normal januari dan Februari 2007 adalah sebesar
3
(lekositosis) 86,7% atau sekitar 6,5 kali lipat 15% (125 pasien). Simanjuntak (2007)
dibandingkan dengan pasien dengan jumlah melaporkan bahwa angka SSI pada operasi
lekosit yang normal. Sedangkan bila ditinjau herniorafi elektif dengan pemasangan mass
4
dari sudut lama operasi, pasien dengan sekitar 4,2%. Pusponegoro-Mozart (1996)
operasi lama adalah 30% atau sekitar 0,4 melaporkan angka kejadian infeksi luka
kali bila dibandingkan pasien dengan operasi sebesar 12% untuk operasi akut
5
operasi yang tidak lama. Untuk menentukan abdomen bersih dan bersih tercemar.
waktu operasi lama atau tidak lama adalah Thene (2008) menemukan SSI pada kasus
operasi yang berlangsung mulai dari bedah laparotomi di Instalasi Gawat Darurat
17
persentil ke 75 dari suatu prosedur. RSCM 48,5%.
Penelitian ini menunjukkan SSI insisional
PEMBAHASAN superfisialis mencapai 70,6%, sedangkan
Jumlah pasien operasi laparotomi SSI insisional 23,5% dan SSI organ 5,9%.
emergensi yang didapat pada penelitian ini Hasil ini berbeda bila dibandingkan dengan
rata-rata 15 pasien per bulan, jauh lebih penelitian oleh Thene di RSCM Jakarta yang
tinggi bila dibandingkan dengan penelitian di mendapatkan SSI insisional superfisialis
tempat lain seperti di Rumah Sakit Nasional 47,0%, SSI insisional dalam 42,0% dan SSI
1
Chen Kung University Taiwan sebanyak 340 organ 11%.
8
operasi selama periode 35 bulan. Akan Semua pasien yang didiagnosa sebagai
tetapi jumlah rata-rata pasien pada SSI pada minggu pertama pascaoperasi.
penelitian ini tidak berbeda bila Tanda-tanda klinis SSI berupa edema lokal

21
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

dan nyeri didapatkan pada seluruh pasien untuk terjadinya SSI dibanding pasien yang
dengan SSI, eritema dan pus didapatkan tanpa komorbiditas DM. Studi kohort Connel
o
pada 88,2% dan suhu >38 C pada 17,6% dkk, terhadap 149 pasien kasus reseksi
pasien. Sementara penelitian Thene di kolorektal menyatakan bahwa dengan gula
RSCM Jakarta menyebutkan bahwa darah yang tidak terkontrol, kejadian SSI
diagnosa SSI pada saat dirawat hanya akan lebih tinggi secara bermakna
mencapai 61%, selebihnya teridentifikasi di dibandingkan dengan pasien dengan gula
1
poliklinik pada saat kontrol. darah yang terkontrol baik (29,7% vs 14,3%,
SSI terdapat pada seluruh pasien dengan OR 25, p 0,03).14 Penelitian oleh Margaret
ASA III sedangkan SSI pada pasien dengan dkk menunjukkan bahwa diabetes melitus
ASA II adalah 40,9% (OR 2,44, p= 0,004 merupakan faktor risiko yang kuat terhadap
dan 95% CI 1,48-4,03) menunjukkan bahwa terjadinya SSI pada operasi spinal
15
ASA merupakan faktor risiko terhadap orthopedi.
kejadian SSI. Hasil ini sserupa dengan hasil Suhu tubuh sebelum operasi yang termasuk
yang didapatkan oleh Thene di RSCM kedalam kategori tidak normal (demam)
Jakarta yaitu hubungan antara nilai ASA terjadi pada 26 pasien dan 77,8% nya
dengan kejadian SSI sangat bermakna mengalami SSI. Kemungkinan pasien
(p=0,000). dengan suhu yang tidak normal untuk
Dari 26 pasien yang termasuk ke dalam mengalami SSI 3,1 kali dibanding dengan
kategori sifat operasi kontamiasi infeksi, pasien dengan suhu normal (nilai p 0,008).
didapatkan 57,7% mengalami SSI, Hasil ini sama dengan penelitian Thene di
sedangkan 4 pasien yang termasuk kategori RSCM Jakarta. Kutz dkk dalam studi
sifat operasi kontaminasi, didapatkan 50% prospektif menunjukkan bahwa keadaan
mengalami SSI. Hal ini berarti hubungan normotermia dapat menurunkan tingkat SSI,
antara sifat operasi dengan SSI tidak dan dikatakan bahwa kolagen merupakan
bermakna. The National Academy of suatu indeks penyembuhan luka yang
Sciences/National Research Council wound mengalami penurunan pada kelompok
classification membuat standar untuk hipotermia. Efek pemanasan lokal dan
kategori derajat sifat operasi kontaminasi sistemik pada operasi bersih menurunkan
adalah 10-17%, dan untuk kategori derajat tingkat SSI dari 14% menjadi 5%.
sifat operasi kontaminasi infeksi (dirty) Penghangatan tubuh akan meningkatkan
1
adalah > 27%. sirkulasi yang akhirnya akan meningkatkan
1
Pada kelompok pasien dengan komorbiditas suplai oksigen ke jaringan.
DM didapatkan seluruhnya mengalami SSI Kejadian SSI dengan jumlah lekosit yang
dan pada kelompok pasien yang tidak ada tidak normal didapatkan pada 61,5% pasien
komorbiditas DM didapatkan 53,6% (nilai p 0,29) yang berarti jumlah lekosit tidak
mengalami infeksi. Hal ini menunjukkan memiliki hubungan bermakna dengan
bahwa kemungkinan pasien dengan kejadian SSI. Hasil yang sama juga didapat
komorbiditas DM 1,87 kali lebih berisiko pada penelitian Thene. Jumlah leukosit

22
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

darah mencerminkan perubahan fisiologis infeksi luka dan memperberat risiko akibat
tubuh serta kondisi sistemik yang dialami jenis kontaminasi.
subyek dalam periode penyakit tertentu, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
termasuk pertanda terjadinya SSI dan bukan disimpulkan bahwa angka kejadian Surgical
merupakan faktor risiko SSI. Site Infection 56,67% yang terdiri dari SSI
Operasi lama pada penelitian ini adalah insisional superfisiali 70,6%, SSI insisional
operasi yang berlangsung lebih atau sama dalam 23,5% dan SSI organ 5,9%. SSI
dengan 135 menit. Culver dkk menyatakan ditemukan paling cepat hari ketiga dan
bahwa operasi yang berlangsung mulai dari yang terbanyak ditemukan pada hari ke lima
persentil ke-75 dari suatu prosedur, (52,9%), dan yang paling lama adalah hari
16
dianggap sebagai operasi lama. Pada ketujuh. Jenis patogen yang terbanyak yang
penelitian ini terdapat 9 pasien yang ditemukan dari spesiman yang diambil dari
menjalani operasi lama dan 33,3% luka operasi adalah Escherichia coli
mengalami SSI sedangkan 21 pasien 31,25%. Faktor ASA dan suhu berpengaruh
menjalani operasi tidak lama dan 66,7% terhadap terjadinya SSI, dimana ASA III
mengalami SSI. Rata-rata lama oprasi pada berisiko 2,4 kali mengalami SSI, sedangkan
penelitian ini adalah 119 menit. Hubungan suhu tidak normal berisiko 3,1 kali
lama operasi terhadap kejadian SSI tidak mengalami SSI. Faktor komorbiditas
bermakna secara statistik (nilai p 0,123). diabetes mellitus mempunyai risiko 1,87 kali
Berbeda dengan penelitian oleh Thene yang mengalami SSI. Faktor sifat operasi dan
menyatakan bahwa lama operasi jumlah lekosit belum tentu sebagai faktor
berhubungan dengan kejadian SSI. Studi risiko. Sedangkan hubungan faktor lama
kepustakaan menyebutkan bahwa lama operasi dengan kejadian SSI tidak
operasi berbanding lurus dengan risiko bermakna secara statistik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bruce J, Russel EM, Mollinson J, Krukowski ZH. The Meassurement and monitoring of surgical
adverse events. Health Tech Assesss 2001;5:1-194.
2. Singhal H, Kaur K, Zammit C. Wound Infection. eMedicine Specialties, General Surgery,Wounds.
Article Last Updated: Aug 21, 2008
3. Kartadinata R. Intraabdominal Surgical Site Infection in RSCM. Dept. Ilmu Bedah FK UI/RSCM.
4. Simanjuntak S. Prevalensi Infeksi pada tempat operasi herniorafi dengan Mesh di RSCM tahun
2006-2007.
5. Mozart, Pusponegoro AD. Evaluasi kejadian infeksi luka operasi pada operasi akut abdomen bersih
dan bersih tercemar di IGD RSCM 1996. Dept. Ilmu Bedah FKUI/RSCM 1996.
6. Iswarsigit W. Evaluasi kejadian infeksi lukan opeasi (ILO) pada pemakaian benang kaset. Dept. Ilmu
Bedah FKUI/RSCM.1998.

23
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

7. Dolozel J, et al, Significance of prolonged post operatif bowel paralysis in compate dehisence of
laparotomy wound, Department of Surgery, St Anna University Hospital, Brno, Czech Republik, 1999.
8. Hsiao WC, et al, Incisional hernia after laparotomy: Prospectif randomized betweenearly absorbable
and late absorbable suture material, department of Surgery, National Chen Kung University Hospital,
Taiwan, Republic of China, 1996.
9. Mohann, et al, laparotomy emergency in WRH Hospital, Pokara, Nepal, 1999 in www.healthnet.org.
10. Pramugyono, Penerapan POSSUM/P-POSSUM pada pasien trauma abdomen yang dilakukan
laparotomy eksplorasi di IRD RSUP Dr Sarjito Jogjakarta, Bagian Ilmu Bedah FK UGM/RS Sarjito
Jogjakarta, 2004.
11. Hatibi JM, Penerapan sistem scoring POSSUM dan P-POSSUM pada pasien laparotomy emergensi,
Departemen Bedah FKUI/RSCM Jakarta, 2005.
12. Erdani F, Penilaian kualitas pelayanan bedah pada penderita yang menjalani laparotomi emergensi
di Rumah Sakit Dr. Mohhamad Hoesin berdasarkan metode prediksi angka kematian P-POSSUM,
Departemen Ilmu Bedah, FK UNSRI/ RS Dr. Mohhamad Hoesin Palembang. 2008.
13. Prior KO, Fahey TJ III, Lien CA, et al. Surgical Site Infection and the routine use of perioperative
hyperoxia in a general surgical population: a randomized controlled trial. JAMA 2004; 291: 79-87.
14. McConnell YJ, Johnson PM, Porter GA, Surgical Site Infections Following Colorectal Surgery in
Patients with Diabetes: Association with Postoperative Hyperglycemia, Division of General Surgery,
QEII Health Sciences Centre, Dalhousie University, Victoria Building, 8th Floor, Halifax, Nova Scotia,
Canada, B3H 2Y9, ymcconne@dal.ca, J Gastrointest Surg. 2008 Nov 11.
15. Margaret A et all, Risk Factors for Surgical Site Infection Following Orthopaedic Spinal Operations,
The Journal of Bone and Joint Surgery (American). 2008;90:62-69.
16. Andrew D. Auerbach, MD, Prevention of Surgical Site Infections, Subchapter 20.2. Perioperative
Normothermia, University of California, San Francisco School of Medicine
17. Thene B, Faktor Risiko Surgical Site Infection Pada Kasus Bedah Di Instalasi Gawat Darurat RSCM,
Departemen Ilmu Bedah FK UI/ RSCM Jakarta, 2008.
18. Haley RW, Morgan WM, Culver DH, White JW, Emori TG, Mosser J, et al. Update from the SENIC
project. Hospital infection control : recent progress and opportunities under prospective payment. Am
J Infect Control 1985; 13: 97-108.
19. Laparotomy exploratory. Encyclopedia og surgery: Guade for patient and caregivers.
http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/index.html.
20. Inigo JJ, Bermejo B, Herrera J, Tarifa A, Perez F, et al. Surgical Site Infection in general surgery: 5
year analysis and assesment of the national nosocomial infection surveillance (NNIS) index. Cir Esp;
Apr 2006; 79 (4): 199-206.
21. Harrison WJ, Lewis CP, Lavy CBD,. Wound healing after implant surgery in HIV-positive patients.
The Journal of Bone And Joint Surgery August. 2002; 84-B: 2-9.
22. Swaroop M, William M, Grenee WR, Sava J, Park K, Wang D. Multiple laparotomies are a predictor
of fascial dehiscence in the setting of severe trauma. The American Sugeon; May 2005; 71, 5;
Health & Medical Complete: 402 – 5.
23. Cabrera RH, Gimenez RL, Sebastian JD, Acinero MJL, Banegas JRB. Surgical Site Infection of 7301
traumatologic inpatients (divided in two sub-cohorts, study and validation): Modifiable determinants
and potential benefit. European journal of epidemiology; Feb 2004; 19, 2; Health & Medical
Complete: 163-9.

24
JMJ, Voume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 15 - 25 Yuwono, Pengaruh Beberapa...

24. National Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) System. NNIS report, data summary from
October 1986-April 1996, issued May 1996. A report from the NNIS System. Am J Infect Control. Oct
1996;24(5):380-8.
25. Oluwatosin O. M, Surgical Wound Infection: A General Overview, Division of Plastic and
Reconstructive Surgery, Department of Surgery, University of Ibadan, Oyo State, Nigeria, Annals of
Ibadan Postgraduate Medicine. Vol.3 No 2 December, 2005.

25

Potrebbero piacerti anche