Sei sulla pagina 1di 6

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018

PRAKTIK PERAWAT TENTANG MANAJEMEN NYERI POSTOPERASI


DI KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH INDONESIA
 

Fajar Agung Nugroho M.N.S1 Bumpenchit Sangchart D.N.S2 Aprilia Fitriyani, S.Kep.Ns3
Fakultas Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong1, Fakultas Keperawatan, Universitas
Khon Kaen, Thailand2 RSU PKU Muhammadiyah Gombong3
Kutipan: Nurses’ Practice Regarding to Postoperative Pain Management in Kebumen District, Central
Java, Indonesia

INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi Objective: this article was to describe nurses’ practice regarding postoperative
Fajar.18nugroho@gmail.com pain management in Kebumen, Indonesia
Method: a descriptive survey design was used in this study. The sample
consisted of 65 bachelor nurses who were working in the postoperative wards
of five hospitals and selected by convenience sampling. However, only 63
nurses returned the questionnaires. The instrument in this study developed by
the researcher and had passed reliability process by involved the five experts.
The data collected from October to November 2015. Spearman’s correlation
used to determine the correlations between demographic data with nurses’
practice.
Keywords: Result: this study found that most of the subjects (66.7%) had a moderate
postoperative pain, management level of practice (regarding postoperative pain management). There was no
practice, nurses’ practice significantly between demographic data and practice. The others findings
indicated that there was a significantly positive correlation between age and
duration of working experience. On the other hand, there was a significantly
negative correlation between duration of working experience and types of pain
experienced by the nurse.
Conclusion: the nurses showed that had a moderate level of postoperative
pain management.

Pendahuluan tidak hilang paska operasi dapat mempengaruhi


Pembedahan selalu dikaitkan dengan insisi aspek fisiologis dan psikologis pasien. Nyeri fisik
yang dapat menyebabkan efek buruk, seperti nyeri, dapat menyebabkan gangguan pernapasan,
dan keluhan ketidaknyamanan.1 Proses pembedahan gangguan dalam tidur dan nafsu makan, imobilitas7,
membutuhkan perawatan pra operasi, intra operasi dan penyembuhan luka yang tertunda8, sedangkan
dan paska operasi.2 Nyeri didefinisikan sebagai nyeri psikologis berkaitan dengan kecemasan,
"pengalaman sensoris dan emosional yang tidak depresi, dan emosional.9 Manajemen nyeri yang
menyenangkan yang berhubungan dengan efektif paska operasi sangat penting untuk
kerusakan jaringan aktual dan potensial”.3 menghindari efek samping di atas dan itu adalah
Sedangkan nyeri didefinisikan sebagai "Apa pun tugas dari penyedia layanan kesehatan. Meskipun
yang dialami oleh seseorang yang mengalaminya, teknik dan panduan manajemen nyeri selalu
dan apa pun yang dikatakannya".4 Nyeri adalah dikembangkan namun banyak pasien masih
masalah umum yang dirasakan oleh pasien rawat merasakan rasa nyeri.10, 11 Untuk meningkatkan
inap setelah dilakuakn prosedur operasi. Umumnya, kualitas perawatan dan penghilang rasa nyeri yang
rasa nyeri dialami oleh pasien setelah mereka efektif, perawat harus mempraktekkan manajemen
ditempatkan di bangsal5, terutama pasien yang nyeri paska operasi yang baik dan benar termasuk
mengalami trauma jaringan.6 Ini adalah alasan pengkajian, intervensi, dan evaluasi nyeri.12 Sebagai
mengapa pasien mencari bantuan kepada perawat salah satu tenaga kesehatan profesional dan
atau tenaga kesehatan lainnya. Rasa nyeri yang multidisiplin, perawat memainkan peranan yang

  27  
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018  

signifikan dalam mengelola nyeri dan harus pelatihan tidak diikutsertakan sebagai sampel
memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
mengkaji nyeri, melaksanakan intervensi, dan penelitian ini terdiri dari data demografi, dan
mengevaluasi hasilnya.13, 14 kuesioner tentang praktik perawat dalam
Peneliti melakukan studi pendahuluan pada manajemen nyeri. Data demografi digunakan untuk
10 Agustus hingga 11 Oktober 2014 di salah satu memperoleh informasi tentang karakteristik
rumah sakit di Kabupaten Purwokerto, Peneliti perawat, termasuk jenis kelamin, usia, suku, agama,
mendapatkan fenomena tentang keperawatan pengalaman bekerja di bangsal paska bedah,
menajemen nyeri di bangsal paska operasi. Masih pengalaman dalam nyeri diri sendiri, dan
didapatkan bahwa perawat masih percaya bahwa pengalaman pelatihan yang berkaitan dengan
tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan denyut manajemen nyeri. Kuesioner tentang praktik
nadi adalah cara yang akurat untuk menentukan perawat mengenai manajemen nyeri paska operasi
tingkat nyeri pada pasien paska operasi. Perawat terdiri dari prinsip-prinsip pengkajian nyeri,
juga percaya bahwa ekspresi wajah pasien dapat intervensi keperawatan (farmakologis dan non-
digunakan untuk menilai nyeri. Perawat tidak farmakologis) dan standar perawatan untuk nyeri
mempercayai laporan pasien tentang nyeri karena paska operasi. Instrumen ini terdiri dari 17 item
mereka berpikir bahwa pasien mungkin hanya dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
manja dan membutuhkan perhatian dari perawat Instrumen tentang praktik perawat dalam
saja. Berdasarkan beberapa fenomena di atas, manajemen nyeri dikembangkan oleh peneliti dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang digunakan untuk menilai kinerja perawat terkait
praktik perawat mengenai manajemen nyeri paska dengan penilaian nyeri, intervensi, dan evaluasi.
operasi. Peneliti percaya bahwa temuan penelitian Instrumen ini terdiri dari 17 item dengan opsi yang
ini dapat memberikan informasi untuk perbaikan ya dan tidak. Nilai tertinggi adalah 17 dan nilai
lebih lanjut pada keperawatan di area nyeri. terendah adalah 0. Skor mulai dari 0-9 (<50%)
dinilai sebagai tingkat rendah, dari 10-13 (75%)
Tujuan dinilai sebagai tingkat sedang, dan dari 14- 17 (>
1. Untuk menggambarkan praktik perawat 75%) dinilai sebagai tingkat tinggi. Koefisien alpha
mengenai manajemen nyeri paska operasi di Cronbach adalah 0,81.
Kebumen, Indonesia.
2. Untuk mengetahui hubungan antara data Uji Etik
demografi dengan praktik manajamen nyeri Sebelum pengumpulan data dilakukan,
post operasi di rumah sakit-rumah sakit penelitian ini disetujui oleh Institutional Review
Kebumen, Indonesia. Board (IRB) Universitas Khon Kaen, Thailand

Metodologi Penelitian Prosedur Pengembilan Penelitian


Deskriptif dengan pendekatan cross-sectional Setelah mendapatkan persetujuan etik dari
digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan lembaga etik penelitian (IRB) Universitas Khon
dari lima rumah sakit yang berada di Kabupaten Kaen, Thailand, peneliti mengirim surat ke
Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia, yaitu termasuk departemen penelitian Kabupaten Kebumen untuk
RSUD dr. Soedirman Kebumen, RSU Purbowangi, mendapatkan izin penelitian. Setelah itu, peneliti
RSU PKU Muhammadiyah Gombong, RSU PKU mengirimkan surat resmi kepada direktur ke-lima
Muhammadiyah Sruweng, dan RSU Permata rumah sakit, selanjutnya bertemu kepala
Medika. Penelitian dilakukan dari Oktober hingga keperawatan di masing-masing rumah sakit,
November 2015. Sebanyak enam puluh tiga perawat selanjutnya menjelaskan tujuan dan prosedur
yang bekerja di bangsal paska operasi dari lima penelitian kepada kepala perawat dari setiap bangsal
rumah sakit tersebut berpartisipasi dalam penelitian paska operasi. Kemudian, peneliti bertemu dengan
ini. Kriteria inklusi: 1) bersedia berpartisipasi dalam perawat pelaksana yang berpotensi menjadi
penelitian, 2) memiliki setidaknya 6 bulan responden sekaligus menjelaskan serta meminta
pengalaman dalam merawat pasien bedah, 3) mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian.
memiliki gelar sarjana keperawatan. Perawat yang Tujuan penelitian, manfaat studi, prosedur untuk
tidak bertugas, cuti, atau mengikuti program berpartisipasi dalam penelitian, dan hak dijelaskan

  28  
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018  

kepada responden sebelum mendapatkan informed – 48 jam setelah


consent. Kemudian responden diminta mengisi tindakan operasi
formulir data demografi dan kuesioner seperti yang Apakah perawat 58 92.1
disebutkan di atas. membantu pasien
untuk memberikan
posisi yang nyaman
Analisa Data
di bangsal perawatan
Data yang didapatkan dari responden paska operasi
dianalisis dengan untuk mendapatkan frekuensi, Apakah perawat 56 88.9
persentase, mean, dan standar deviasi. The mengkaji skala nyeri
Statistical Package for Social Science (SPSS) pada pasien disaat
program versi 21.0 digunakan untuk menganalisis merawat pasien post-
data penelitian ini. operasi saat perawat
bekerja
Results Apakah perawat 56 88.9
Untuk karakteristik responden, sebagian mengevaluasi P, Q,
besar perawat berjenis kelamin perempuan (65,1%), R, S, T dari rasa nyeri
pada pasien
usia responden antara 23 sampai 30 tahun (74,6%)
dikeseharian perawat
dengan usia rata-rata 26,45 ± 2,04, memiliki saat bekerja
pengalaman kerja satu tahun (60,3%), dan Apakah perawat 54 85.7
pengalaman yang dialami oleh perawat sendiri mengkaji nyeri pada
adalah nyeri perut (68,3%). Semua perawat saat pasien pertama
memiliki kepercayaan Muslim dan suku Jawa. kali masuk ke
Mengenai praktik perawat pada manajemen nyeri bangsal perawatan
paska operasi, didapatkan data bahwa perawat paska operasi
memberikan obat nyeri yang diresepkan oleh dokter Apakah perawat 54 85.7
kepada pasien pada jadwal yang tetap, yaitu setiap 4 membantu pasien
jam atau setiap 6 jam pada 24-48 jam setelah untuk mobilisasi
seperti duduk dari
operasi adalah tindakan yang paling dilakukan oleh
berbaring, duduk
perawat (93,7%). Tindakan yang paling tidak dengan kaki
dilakukan oleh perawat adalah mengevaluasi latar menggantung di sisi
belakang psikologis, sosial dan budaya pada pasien tempat tidur, atau
dengan nyeri ketika melakukan merawat pasien berdiri
dengan nyeri ketika mereka bekerja sehari-hari Apakah perawat 53 84.1
(19,0%). Praktek perawat pada manajemen nyeri memberi bantuan
paska operasi ditunjukkan pada Tabel 1. pasien di daerah yang
nyeri ketika mereka
Tabel 1: Praktik perawat pada manajemen nyeri bergerak/ berpindah
atau batuk
paska operasi (n= 63).
Apakah perawat 52 82.5
Jumlah
mengevaluasi
Perawat
Praktik Perawat Persentase kualitas nyeri
Yang
(misalnya: terbakar
Melakukan
tertembak, dll)
Apakah perawat 59 93.7
Apakah perawat 52 82.5
memberi obat
melakukan
pengurang rasa nyeri
pengkajian ulang
yang sudah
terhadap nyeri pasien
diresepkan oleh
setelah pemberian
dokter pada pasien
injeksi analgetik
sesuai jadwal yang
Apakah perawat 51 81.0
telah ditetapkan,
mencatat hasil
seperti setiap 4 jam
pengkajian nyeri
atau 6 jam selama 24

  29  
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018  

yang perawat lakukan pekerjaan klinis


pada pasien sehari-hari perawat
Apakah perawat 50 79.4
mendemonstrasikan Tabel 1 menunjukkan bahwa "memberi obat
intervensi non- pengurang rasa nyeri yang sudah diresepkan oleh
farmakologi untuk dokter pada pasien sesuai jadwal yang telah
mengurangi rasa
ditetapkan, seperti setiap 4 jam atau 6 jam selama
nyeri pada pasien
paska operasi 24 – 48 jam setelah tindakan operasi" adalah
Apakah perawat 46 73.0 tindakan praktik tertinggi yang dilakukan oleh
mengevaluasi rasa perawat (93,7%). Sedangkan tindakan praktik
nyeri dan perjalanan perawat yang terendah yaitu tentang "mengevaluasi
nyeri pada pasien latar belakang psikologis, sosial dan budaya di
dalam keseharian saat antara pasien dengan rasa sakit dalam pekerjaan
perawat bekerja klinis harian Anda" (19,0%).
Apakah perawat 45 71.4
membantu pasien Kategori perawat berdasarkan tingkat pratik
untuk tidur yang manajemen nyeri post operasi
cukup setelah operasi
Table 2: Angka distribusi berdasarkan frekuensi,
Apakah perawat 41 65.1
mengevaluasi efek
persentase dan tingkat praktik secara
nyeri pada pasien keseluruhan pada praktik manajemen
dalam keseharian nyeri paska operasi (n = 63)
anda bekerja Variabel Frekuensi Persentase Tingkat
Apakah perawat 34 54.0 Praktik 2 3.2 rendah
menggunakan alat 42 66.7 sedang
pengkajian yang 19 30.2 tinggi
berstandar untuk
menilai nyeri Korelasi antara variabel data demografis dan
Apakah perawat 22 34.9 praktik.
memberikan obat Analisis korelasi Spearman digunakan untuk
penghilang rasa nyeri menilai korelasi antara variabel data demografi
pada pasien
dengan variable praktik. Usia memiliki korelasi
seperlunya (jika
diperlukan saja) positif yang signifikan dengan durasi pengalaman
Apakah perawat 12 19.0 kerja (rs = 0,629, p <0,01). Durasi pengalaman kerja
mengevaluasi faktor dengan jenis nyeri berdasarkan pengalaman perawat
psikologis, sosial dan memiliki korelasi negatif yang signifikan (rs =
budaya pada pasien 0,226, p <0,05).
dengan nyeri dalam

Table 3: Korelasi Spearman


Praktik
Pengelaman Pelatihan
Jenis Manajemen
Variabel Umur Nyeri Jenis Nyeri Manajemen
Kelamin Nyeri Post
Perawat Nyeri
Operasi
1. Jenis Kelamin 1.000 -.044 -.113 .184 -.165 .107
2. Umur 1.000 .629** -.091 .165 .199
3. Pengalaman 1.000 -.226* -.033 .160
Nyeri Perawat
4. Tipe Nyeri 1.000 .149 -.090
5. Pelatihan 1.000
Manajemen -.172
Nyeri
6. Praktik 1.000

  30  
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018  

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Diskusi signifikan antara durasi pengalaman kerja dan
Dari hasil analisis data pada penelitian ini jenis rasa sakit yang dialami oleh perawat.
menunjukkan bahwa perawat memiliki tingkat
praktik manajemen nyeri paska operasi. Implikasi dan rekomendasi
Beberapa faktor-faktor mungkin berkontribusi Pendidikan keperawatan
terhadap hasil ini diantaranya adalah semua Meskipun penelitian ini
peserta memiliki tlatar belakang pendidikan membuktikan bahwa lulusan keperawatan
keperawatan di tingkat sarjana. Beberapa memiliki praktik manajemen nyeri dalam
perawat mengungkapkan bahwa beberapa rumah tingkat sedang, banyak perawat yang
sakit tidak menggunakan alat standar untuk masih belum mengikuti pelatihan
menilai nyeri pasien. Penelitian yang dilakukan manajemen nyeri. Hapan di masa
oleh Chung dan Lui (2003) menyebutkan bahwa mendatang, perawat diberikan kesempatan
beberapa rumah sakit di Indonesia belum untuk mengikuti pelatihan terkait
memiliki alat penilaian nyeri yang sudah sehingga hal ini akan menunjang praktik
disepakati oleh institusi dan praktisi kesehatan.7 perawat, bahkan hal tersebut mampu
Sangat penting untuk mengukur dan mengetahui meningkatkan pengetahuan, dan sikap
nyeri yang dialami oleh pasien untuk terhadap manajemen nyeri paska operasi.
menentukan jenis asuhan keperawatan yang Praktik keperawatan
harus diberikan kepada pasien tersebut. Meskipun hasil penelitian ini
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sherwood, menunjukkan bahwa praktik perawat pada
McNeill Starck, dan Disnard (2003) manajemen nyeri pada tingkat sedang,
mengungkapkan bahwa perawat yang pernah mungkin hal ini tidak mencerminkan
mengikuti kursus manajemen nyeri lebih situasi nyata seperti yang dibahas
cenderung memiliki persentase tanggapan yang sebelumnya. Berdasarkan pengamatan
baik terhadap pasien dengan nyeri dibandingkan oleh peneliti, perawat terkadang tidak
mereka yang tidak pernah mengikuti pelatihan memiliki waktu yang cukup untuk
tersebut. menggunakan alat dalam mengkaji nyeri
Untuk korelasi antar variabel, usia dikarenakan beban kerjanya perawat itu
memiliki korelasi positif yang signifikan dengan sendiri. Oleh karena itu, strategi yang
durasi pengalaman kerja (rs = 0,629, p <0,01). efektif diperlukan untuk memotivasi
Beberapa perawat dalam penelitian ini perawat untuk menggunakan alat ini.
mengatakan bahwa perawat yang memiliki Administrasi keperawatan
pengalaman bekerja lebih lama atau senior Departemen keperawatan dapat
mereka cenderung berbagi pengetahuan kepada menggunakan hasil penelitian ini untuk
perawat yang lebih junior ketika merawat pasien memotivasi perawat agar berpartisipasi
paska operasi. Faktor-faktor seperti usia dan dalam program pelatihan yang berkaitan
durasi pengalaman kerja dapat mempengaruhi dengan manajemen nyeri. Diharapkan
kinerja perawat. Akan tetapi, perawat senior tindakan ini dapat meningkatkan kualitas
tidak memiliki keinginan untuk memperbarui asuhan keperawatan dalam manajemen
pengetahuan mereka dan sering menolak atau nyeri di masa mendatang.
tidak merespon adanya perkembangan teknologi
keperawatan yang baru. Daftar Pustaka
1. Mu Y, Edwards JR, Horan TC, Berrios-
Kesimpulan Torres SI, Fridkin SK. Improving risk-
Temuan penelitian ini menunjukkan adjusted measures of surgical site
bahwa perawat memiliki tingkat praktik yang infection for the national healthcare
sedang mengenai manajemen nyeri paska safety network. Infection Control and
operasi. Di lain sisi, ada korelasi negatif yang Hospital Epidemiology 2011; 32(10):
970–986. http://doi. org/10.1086/662016

  31  
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3(1) 2018  

2. Weitz DS, Geminiani A, Papadimitriou American Journal of Nursing 2007; 107


DEV, Ercoli C, Caton JG. The incidence (12): 35–39. http://doi.
of membrane perforation during sinus
floor elevation using sonic instruments:
a series of 40 cases. The International
Journal of Periodontics & Restorative
Dentistry 2014; 34(1): 105–112.
3. Gordon DB, Dahl JL, Miaskowski C,
McCarberg B, Todd KH, Paice JA,Carr
D B. American pain society
recommendations for improving the
quality of acute and cancer pain
management: American Pain Society
Quality of Care Task Force. Archives of
Internal Medicine 2005; 165(14): 1574–
1580.
http://doi.org/10.1001/archinte.165.14.1
574
4. McCaffery, Pasero C. Pain Control:
Stigmatizing Patients as Addicts. The
American Journal of Nursing 2001;
101(5): 77–81.
5. Ekman EF, Koman LA. Acute pain
following musculoskeletal injuries and
orthopaedic surgery: mechanisms and
management. Instructional Course
Lectures 2005; 54: 21–33.
6. Buckenmaier III, C. Blood-Stained
Combat Boots and Acute Pain
Medicine. Pain Medicine 2009; 10 (6):
957–958. http://doi.org/10.1111/j.1526-
4637. 2009.00700_2.x
7. Chung JWY, Lui JCZ. Postoperative
pain management: study of patients’
level of pain and satisfaction with health
care providers’ responsiveness to their
reports of pain. Nursing & Health
Sciences 2003; 5 (1): 13–21.
8. Sherwood GD, McNeill JA, Starck PL,
Disnard G. Changing acute pain
management outcomes in surgical
patients. AORN Journal 2003; 77(2):
374, 377–380: 384–390 passim.
9. Cadden KA. Better pain management.
Nursing Management 2007; 38 (8): 30–
35, NaN-36.
http://doi.org/10.1097/01.NUMA.00002
86188.21680.d3
10. _____, Pasero C, Ferrell BR. Nurses’
decisions about opioid dose. The

  32  

Potrebbero piacerti anche