Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
Patent as a branch of Intellectual Property Rights (IPR) serves to protect inventions on the field
of technology, one of them being medicine. The rise on the number of cases on the theft of genetic
resources and traditional knowledge on the field of medicine for commercialization purposes shows
that the protection of patent rights on traditional medicine knowledge is still not optimal. This article
is the result of a normative juridical research which is supported by an empirical data, examines the
protection of patent rights on traditional medicine knowledge and the implementation of Article 26 of
Law No. 13 of 2016 on Patents (Patent Law year 2016). In the research results, it was mentioned
that even though the TRIPs Agreement did not accommodate the traditional knowledge, the presence
of Patent Law year 2016 complemented the Indonesian government's efforts to save the knowledge of
traditional medicines from biopiracy and misappropriation. It is necessary to regulate the disclosure
obligation in TRIPs agreement and further mechanism regarding benefit sharing and granting access
to traditional medicines knowledge.
Keywords: biopiracy; patent; traditional medicine knowledge; protection
Abstrak
Paten merupakan salah satu cabang Hak Kekayaan Intelektual yang berfungsi untuk
melindungi invensi di bidang teknologi, salah satunya obat-obatan. Maraknya kasus
pencurian sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional di bidang obat-obatan untuk
tujuan komersialisasi menunjukkan bahwa pelindungan hak paten atas pengetahuan obat
tradisional masih belum maksimal. Artikel ini merupakan hasil penelitian yuridis normatif
yang didukung dengan data empiris, membahas mengenai pelindungan hak paten atas
pengetahuan obat tradisional dan implementasi Pasal 26 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten 2016). Di dalam hasil penelitian, disebutkan
meskipun Perjanjian Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) belum
mengakomodasi pengetahuan tradisional namun hadirnya UU Paten 2016 melengkapi
usaha pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan pengetahuan obat tradisional dari
biopiracy dan misappropriation. Perlu pengaturan kewajiban disclosure di dalam Perjanjian
TRIPs dan mekanisme lebih lanjut mengenai benefit sharing dan pemberian akses atas
pengetahuan obat tradisional.
Kata kunci: biopiracy; paten; pengetahuan obat tradisional; pelindungan
50 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Secara filosofis, pengaturan paten pada Tidak dipungkiri bahwa sejak berabad yang
dasarnya merupakan bentuk penjelmaan sila lalu keanekaragaman hayati Indonesia telah
kelima Pancasila yakni keadilan sosial bagi dimanfaatkan sebagai penunjang kehidupan
seluruh rakyat Indonesia, dimana di dalam sila mulai dari bahan makanan hingga obat-obatan
kelima tersebut secara tidak langsung menyatakan tradisional jauh sebelum dunia farmasi modern
untuk menghargai hasil karya orang lain yang menemukan manfaat dari tumbuh-tumbuhan
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan tersebut sebagai obat-obatan. Dapat dikatakan
bersama. Adanya pemberian paten dimaksudkan bahwa pengetahuan tradisional (traditional
untuk mendukung kegiatan inovasi dan invensi knowledge) terkait obat-obatan tradisional tidak
teknologi yang harus dilindungi.7 hanya memiliki dimensi budaya dan sosial
Di Indonesia, pengaturan paten telah namun juga sesungguhnya bernilai ekonomis
dituangkan di dalam UU Paten 2016. yang tinggi.12
Dibandingkan dengan UU Paten sebelumnya, Minimnya pemahaman masyarakat lokal
UU Paten 2016 dibentuk dengan maksud, mengenai HKI membuat masyarakat lokal
salah satunya untuk mewujudkan kemandirian menjadi tidak tertarik untuk mengambil
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor manfaat nilai ekonomis dari pengetahuan obat
strategis ekonomi domestik untuk mendorong tradisional tersebut. Peluang inilah yang terbaca
invensi nasional di bidang teknologi untuk dengan jelas oleh industri-industri farmasi dari
mewujudkan penguatan teknologi.8 Pelindungan negara maju yang kemudian memanfaatkan
terhadap paten dilakukan untuk memberikan pengetahuan obat tradisional tersebut tanpa
pelindungan kepada inventor dan pemegang izin dan kompensasi yang wajar bagi masyarakat
paten atas hasil invensinya di bidang teknologi pemilik pengetahuan obat tradisional. Hal ini
serta mendukung pembangunan bangsa dan bukannya tanpa sebab dikarenakan banyak
memajukan kesejahteraan umum.9 Salah satu kejadian yang dinilai merugikan Indonesia,
bentuk pelindungan tersebut dilakukan dengan diantaranya Jerman telah mematenkan kunyit
maksud untuk mencegah adanya tindakan dan Amerika telah mematenkan zat aktif
pembajakan hayati dan kekayaan intelektual temulawak untuk obat lever anti kanker serta
(biopiracy and intellectual property)10 tanaman obat jantung.13
tradisional.11 Tanaman keladi tikus yang selama ini
7 Masrifatun Mahmudah, “Urgensi Perubahan Undang- digunakan untuk pengobatan kanker dan
Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten Sebagai tumor juga telah dibudidayakan secara masif
Upaya Meningkatkan Inventor Domestik di Indonesia”,
https://www.academia.edu/32342550/urgensi_
di Malaysia tanpa adanya izin dari pemerintah
perubahan_undang-undang_Nomor_14_Tahun_2001_ Indonesia. Lebih lanjut, kasus lain14 yang juga
tentang_Paten_Sebagai_Upaya_Meningkatkan_ Internasional”, Jurnal of International Relations, Vol. 4
Inventor_Domestik_di_Indonesia, diakses tanggal 1 Mei No. 2, Tahun 2018, hal. 189-197.
2019. 12 Dwi Martini dkk. “Perlindungan Hukum Terhadap
8 Bagian Penjelasan UU Paten 2016. Pengetahuan Obat-Obatan Tradisional Dalam Rezim
9 Winner Sitorus, “Kepentingan Umum Dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia (Studi
Pelindungan Paten”, Jurnal Yuridika, Vol. 29 No. 1, Masyarakat Sasak)”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 6
Januari Tahun 2014, hal. 39-60. No. 1, Maret 2017, hal. 67-90.
10 Tindakan pembajakan hayati dan kekayaan intelektual 13 Kompas Online, 21 Oktober 2010, “Temulawak
(biopiracy and intellectual property) tanaman obat Dipatenkan Asing”, https://lifestyle.kompas.com/
tradisional menurut Dutfield sebagaimana dikutip read/2010/10/21/07143294/temulawak. dipatenkan.
tidak langsung oleh Anggraeni Maulia Vidyastutie, asing, diakses tanggal 7 April 2018.
adalah suatu kejahatan transnasional yang melibatkan 14 Sejak tahun 1995, Shieseido Corporation (sebuah
perusahaan multinasional untuk mengklaim hak perusahaan kosmetik multinasional di bidang perawatan
kepemilikan atas sumber daya genetik. kulit dari Jepang) telah melakukan pembajakan hayati
11 Anggraeni Maulia Vidyastutie, “Analisa Komparatif dengan mengajukan 51 permohonan paten tanaman
Penanganan Kasus Kejahatan Transnasional Biopiracy obat dan rempah asli Indonesia. Secara diam-diam,
Antara India dan Amerika Serikat di bawah Rezim bahkan perusahaan ini telah mendapatkan paten bagi
52 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
paten dan varietas tanaman. Berbeda dari implementasi Pasal 26 UU Paten 2016 dalam
kedua penelitian sebelumnya, di dalam kajian memberikan pelindungan hak paten terhadap
ini akan menganalisis mengenai pelindungan pengetahuan obat tradisional. Hasil akhir
hak paten atas pengetahuan obat tradisional dari tulisan ini diharapkan memberikan
menurut Pasal 26 UU Paten 2016. sumbangan dan pemikiran dalam pengetahuan
Di dalam kajian ini, penulis menggunakan ilmu hukum, khususnya hukum kekayaan
UU Paten 2016 sebagai pisau analisis untuk intelektual dalam kaitannya dengan paten
melihat sejauh mana pelindungan hak paten terhadap pengetahuan obat tradisional di
atas pengetahuan obat tradisional. Berbeda Indonesia, serta guna menambah literatur dan
dengan UU Paten sebelumnya, UU Paten bahan-bahan informasi ilmiah. Disamping
2016 berisi ketentuan-ketentuan baru untuk itu, tulisan ini diharapkan dapat digunakan
melindungi pengetahuan obat tradisional untuk masukan bagi Dewan Perwakilan
yang sebelumnya tidak pernah diatur, yakni Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam
terkait kewajiban disclosure (Pasal 26 ayat (1)) melaksanakan fungsi pengawasan terkait
dan access and benefit sharing (Pasal 26 ayat dengan pengetahuan obat tradisional dan
(3)) dalam pemanfaatan pengetahuan obat fungsi legislasi sehubungan dengan adanya
tradisional dan dimungkinkannya gugatan RUU Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
penghapusan paten terhadap invensi yang Budaya Tradisional (RUU PTEBT) dalam
berasal dari pengetahuan obat tradisional yang Program Legislasi Nasional DPR RI Periode
dianggap melanggar kewajiban disclosure dan Tahun 2014-2019.
benefit sharing.
Dengan diaturnya paten yang sumbernya II. Metode Penelitian
berasal dari sumber daya genetik dan Kajian ini merupakan hasil penelitian
pengetahuan tradisional di bidang obat- individu yang dilakukan pada tahun 2018
obatan di dalam Pasal 26 UU Paten 2016, di lokasi Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
diharapkan segala pemanfaatannya untuk tidak D.I. Yogyakarta dengan judul “Pelindungan
disalahgunakan dan dimanfaatkan pihak asing Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional”.
untuk diklaim hak patennya, serta adanya Penelitian ini merupakan penelitian hukum
hak bagi Indonesia untuk tetap memiliki atau normatif yang didukung dengan data
menguasai dan mendapatkan pembagian empiris. Penelitian yuridis normatif yang
keuntungan (benefit sharing) penemuan atau dimaksudkan adalah penelitian terhadap
invensi yang sumbernya berasal dari sumber daya sistematika hukum.18 Penelitian terhadap
genetik dan pengetahuan tradisional di bidang sistematika hukum dapat dilakukan terhadap
obat-obatan. Berdasarkan uraian tersebut di peraturan perundang-undangan tertentu atau
atas, maka rumusan masalah yang ingin dikaji: hukum tertulis.19 Adapun hukum tertulis
Pertama, bagaimanakah pelindungan hak yang dimaksudkan dalam penelitian ini
paten terhadap pengetahuan obat tradisional di adalah mengenai norma-norma hukum dalam
Indonesia? Kedua, bagaimanakah implementasi hukum kekayaan intelektual. Berdasarkan
Pasal 26 UU Paten 2016 dalam memberikan metode pendekatan yang digunakan, maka
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan penelitian ini termasuk penelitian kualitatif
obat tradisional? yang dalam hal ini melakukan penelitian
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dengan pedoman wawancara (interview guide).
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan 18 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
obat tradisional di Indonesia dan mengetahui Penerbit Sinar Grafika, 2009, hal. 24.
19 Ibid, hal. 25.
54 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan Tradisional Dengan HKI
Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional
Hasil kreasi kelompok individu atau
Hasil kreasi individu
oleh kelompok masyarakat
Perubahan bersifat pembawaan terhadap Konservasi terhadap nilai-nilai atau
nilai-nilai atau konsep tradisional konsep tradisional
Kompetensi dan kompetisi terhadap Kompetensi dan kompetisi lebih bersifat
pasar bebas lokal
Nilai-nilai ilmiah mendasari perubahan Nilai-nilai tradisional mendasari
dan tuntutan kebutuhan tuntutan kebutuhan
Terikat dengan karakter dan nilai adat
Bersifat universal
istiadat setempat
Sumber: diolah oleh Penulis berdasarkan hasil wawancara Penelitian Individu Pelindungan Hukum
Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan Kholis Roisah, Dosen Magister Hukum Bidang HKI
Universitas Diponegoro Semarang, 26 Juli 2018.
modern yang menekankan pada konsep komunal; b) diberikan secara turun temurun
sistematis, prestasi, dan bersifat individualistis dari generasi ke generasi; c) tidak menjelaskan
sehingga tidak mengherankan apabila sistem inventornya; d) mengandung pengertian
HKI modern khususnya paten tidak dapat sebagai sarana konservasi alam dan penggunaan
menjangkau pengetahuan obat tradisional.26 yang berkelanjutan atas sumber daya
Pembahasan mengenai perlunya keanekaragaman hayati; e) tidak berorientasi
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan pasar; f) belum dikenal secara luas di dalam
obat tradisional menjadi isu penting di dalam forum perdagangan internasional; dan g) telah
HKI. Masalah paling mendasar karena adanya diakui di dalam Konvensi Keanekaragaman
beda presepsi mengenai kemampuan rezim Hayati 1992 sebagai alat konservasi sumber
HKI (paten) dalam melindungi pengetahuan daya alam. Sementara HKI lebih a) bersifat
obat tradisional antara negara maju dengan hasil kreasi individu; b) perubahan bersifat
negara berkembang.27 Menurut Kholis pembawaan nilai tradisional; dan c) kompetisi
Roisah,28 hukum HKI tidak cocok dipakai terhadap pasar bebas (lihat Tabel.1).
untuk mengatur pengetahuan tradisional, Berdasarkan hal tersebut, maka pelindungan
dikarenakan HKI bersifat individual sedangkan hak paten atas pengetahuan obat tradisional
pengetahuan tradisional bersifat komunal. menjadi sulit untuk dilakukan, dikarenakan
Pengetahuan tradisional berbeda dengan HKI, di dalam paten sendiri membutuhkan syarat
dikarenakan: a) sifatnya merupakan hak kolektif kebaruan (novelty)29 dan langkah inventif,30
yang kemungkinan besar menjadi sulit untuk
26 Suyud Margono, Hukum Kekayaan Intelektual (HKI):
Mencari Konstruksi Hukum Kepemilikan Komunal 29 Pasal 5 UU Paten 2016 menyatakan bahwa invensi
Terhadap Pengetahuan Dan Seni Tradisional Dalam Sistem dianggap baru jika pada tanggal penerimaan,
Hak Kekayaan Intlektual (HKI) Di Indonesia, Bandung: invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang
Pustaka Reka Cipta, 2015, hal. 230. diungkapkan sebelumnya (prior art atau the state of art).
27 M. Hawin dan Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak Pengungkapan bisa berupa lisan, melalui peragaan,
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Yogyakarta: Gajah atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang
Mada Universitas Press, 2017, hal. 94. ahli untuk melaksanakan invensi tersebut.
28 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan 30 Pasal 7 ayat (1) UU Paten 2016. Invensi mengandung
Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang
Kholis Roisah, Dosen Magister Hukum Bidang HKI yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik
Universitas Diponegoro Semarang, 26 Juli 2018. merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.
56 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
pencantuman asal bahan hayati yang Kegiatan biopiracy pada umumnya
dipatenkan dan pembagian keuntungan (benefit dilakukan sebagai berikut: pelaku biopiracy
sharing) dengan pemilik sumber daya hayati.37 datang ke asal sumber daya hayati, bertanya
Sebaliknya, Konvensi Keanekaragaman Hayati langsung ke masyarakat adat atau lokal atau
(CBD) mengatur akses terhadap sumber daya dengan cara lain. Setelah mendapatkan
hayati dengan mewajibkan dilakukannya informasi, pelaku biopiracy mengambil bahan,
persetujuan dan keterlibatan masyarakat lokal, mengolah bahan, dan/atau pengetahuan
dimana sumber daya hayati berada.38 Konvensi obat tradisional yang diperoleh untuk diolah
Keanekaragaman Hayati juga memberikan menjadi produk yang dapat diperjualbelikan.41
dasar hukum mengenai pembagian keuntungan Biopiracy berkaitan erat dengan kekayaan
antara perusahaan atau individu yang intelektual yaitu segala hasil produksi
memanfaatkan sumber daya hayati dengan kecerdasan seperti seni, sastra, pengetahuan,
pemilik sumber daya hayati. lagu, karya tulis, teknologi, dan sebagainya.
Dalam masalah biopiracy, kekayaan intelektual
IV. Implementasi Pasal 26 UU Paten 2016 yang dimaksud adalah pengambilan zat
dalam Memberikan Pelindungan Hak turunan sumber daya genetik.42
Paten Atas Pengetahuan Obat Tradisional Dalam praktik biopiracy, pencurian materi
Terlepas dari adanya perdebatan pendapat genetik disalahgunakan keberadaannya
di dalam rezim HKI dalam melindungi untuk dikomersialisasikan dan sifatnya
pengetahuan tradisional, pelindungan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu
pengetahuan obat tradisional pada dasarnya saja. Selain Indonesia, India juga vokal
sangat diperlukan guna mencegah maraknya menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap
biopiracy and intellectual property tanaman obat sistem legal paten dengan mikroorganisme
tradisional. Pembajakan hayati (biopiracy) dan varietas tanaman serta obat-obatan.
merupakan kegiatan pengumpulan dan Biopiracy tersebut terjadi pada tahun 1995,
penelitian tentang sumber daya hayati untuk ketika 2 (dua) ilmuwan asal Amerika
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan (Universitas Mississippi) mendapatkan
dan/atau komersil.39 Praktik pembajakan paten untuk penggunaan kunyit (turmeric)
hayati sebenarnya sudah terjadi sejak lama. dalam pengobatan luka tertentu. Kasus ini
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, kemudian menjadi perhatian publik, ketika
modus pembajakan hayati dapat dilakukan sebuah organisasi riset India (India Council of
oleh pihak asing dengan dalih melakukan Scientific and Industrial Research) mengajukan
penelitian terhadap tanaman asli Indonesia keberatan. Alasannya masyarakat India telah
(pengetahuan obat tradisional) namun dengan menggunakan kunyit sebagai obat salep luka
cara sembunyi-sembunyi dengan membawa selama ribuan tahun. Dengan memberikan
sampel untuk dikembangkan di negaranya.40 Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan
37 Lihat Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs. Budhi Santoso, General Manajer PT. Perusahaan Jamu
38 Lihat Pasal 15 Konvensi Keanekaragaman Hayati yang Tradisional Dr. Sardjito Yogyakarta, 27 Agustus 2018.
memberikan suatu kerangka kerja yang luas mengenai 41 Hasil Wawancara Penelitian Individu “Pelindungan
akses tehadap sumber genetik yang merupakan Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan
kewenangan nasional suatu bangsa. Konvensi ini Stevanus Handoyo Saputro, GP Jamu Provinsi Jawa
mengakui bahwa peraturan akses terhadap sumber daya Tengah, 20 Juli 2018.
genetik merupakan kewenangan suatu negara. Dalam 42 Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1994 tentang Konvensi
ketentuan ini juga menyangkut pembagian keuntungan Keanekaragaman Hayati menjelaskan bahwa yang
yang didasarkan pada kesepakatan bersama. dimaksud dengan sumber daya genetik adalah
39 Imas Rosidawati Wiradirja dan Fontian Munzil, keanekaragaman hayati berupa bahan-bahan genetik
Pengetahuan Tradisional, Op. Cit, hal. 219. yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan jasad renik
40 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat.
58 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
menyatakan bahwa alasan penyebutan asal dari tradisional. Perbaikan dilakukan supaya
sumber daya genetik dan/atau pengetahuan terjadi penyeragaman negara peserta dalam
tradisional dalam deskripsi supaya sumber daya mengimplementasi ketentuan pasal tersebut.
genetik dan/atau pengetahuan tradisional Tanpa adanya perbaikan maka dapat
tidak diakui oleh negara lain dan dalam dimungkinkan timbulnya ketidakseragaman
rangka mendukung access and benefit sharing. perlakuan negara peserta terhadap aplikasi
Artinya tujuan kewajiban disclosure tersebut paten yang menggunakan sumber daya genetik
adalah agar pengetahuan obat tradisonal dan dan pengetahuan tradisional. Apabila Perjanjian
sumber daya genetik Indonesia tidak diklaim TRIPs sudah mengatur kewajiban disclosure
oleh negara lain. Hal ini menunjukkan maka posisi hukum UU Paten 2016 sudah
bahwa Indonesia telah mulai memikirkan pasti akan didukung secara internasional.
pencegahan pencurian sumber daya genetik Perbaikan Perjanjian TRIPs dinilai sesuai
atau pengetahuan obat tradisional Indonesia dengan konsep/teori pelindungan hukum
oleh negara-negara lain. Hanya saja yang yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo dan
menarik untuk dicermati, ketentuan Roscoe Pound. Pelindungan hukum menurut
kewajiban disclosure47 nyatanya justru belum Satjipto Rahardjo, adalah memberikan
didukung oleh kesepakatan internasional di pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM)
bidang HKI. yang dirugikan orang lain dan pelindungan
Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs hanya itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
menyatakan bahwa negara anggota WTO menikmati semua hak-hak yang diberikan
harus mewajibkan pemohon paten untuk oleh hukum.48 Sementara teori pelindungan
mengungkapkan penemuan dengan cara yang hukum yang dikemukakan oleh Roscoe Pound,
cukup jelas dan lengkap untuk penemuan yang dimana hukum adalah seperangkat aturan yang
dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi
ini dan dapat meminta pemohon untuk dan menyesuaikan berbagai kepentingan
menunjukkan cara terbaik untuk melakukan masyarakat yang saling bersinggungan
penemuan yang diketahui oleh penemu pada dengan mengupayakan timbulnya benturan
tanggal pengajuan atau, di mana prioritas dan kerugian seminimal mungkin. Hukum
diklaim, pada tanggal prioritas permohonan. dimaksudkan sebagai alat untuk mengurangi
Jika dicermati Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs kerugian akibat benturan antara berbagai
tidak menyinggung sama sekali kewajiban kepentingan sosial di dalam masyarakat.49
disclosure atau mengungkapkan penemuan Dengan kata lain, Pound menekankan pada
berkaitan dengan pengetahuan obat fungsi hukum sebagai alat penyelesaian dalam
tradisonal. Untuk itu maka perlu ada usulan berbagai permasalahan (problem solving) dalam
perbaikan pasal di dalam Perjanjian TRIPs masyarakat.
terkait penambahan kewajiban bagi pemohon Walaupun TRIPs belum mengatur
paten untuk menyebutkan secara jujur mengenai kewajiban dislosure namun
pengetahuan obat tradisional yang digunakan sebenarnya sudah ada usaha ke arah sana
dalam deskripsi permohonan patennya. oleh WIPO. Di dalam draft Articles on the
Perbaikan Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs Protection of Traditional Knowledge yang dibuat
diperlukan guna menjamin pelindungan oleh WIPO’s Intergovernmental Committee
paten terhadap pengetahuan obat 48 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2000, hal. 54.
47 Kewajiban disclosure bertujuan supaya sumber daya 49 Bernard L. Tanya, Teori Hukum Strategi Tertib
genetik dan/atau pengetahuan obat tradisional Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta
Indonesia tidak diklaim oleh negara lain. Publishing, 2010, hal. 154.
60 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
obat tradisional, yang menegaskan tentang tradisional. Hal ini tertuang di dalam Pasal
perolehan persetujuan awal (prior informed 26 ayat (3) UU Paten 2016 yang menyatakan
consent) dengan memberikan hak kepada bahwa “pembagian hasil dan/atau akses
masyarakat adat untuk memutuskan apakah pemanfaatan sumber daya genetik dan/
bersedia atau menolak mengizinkan pihak lain atau pengetahuan tradisional sebagaimana
memanfaatkan pengetahuan obat tradisional dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
tersebut. Hal ini merupakan suatu langkah dengan peraturan perundang-undangan dan
yang cukup efektif, sehingga izin tidak dengan perjanjian internasional di bidang sumber
mudah diberikan.55 daya genetik dan pengetahuan tradisional”.
Sebagai bahan perbandingan, beberapa Konsep access and benefit sharing pada dasarnya
negara telah mengaplikasikan kewajiban merupakan suatu cara untuk memperoleh
disclosure di dalam sistem paten mereka, akses guna mendapatkan sumber daya genetik
diantaranya Denmark,56 Mesir,57 Portugal, dan bagaimana pembagian keuntungan yang
India, Swedia, dan Switzerland.58 Menariknya diperoleh dari pemanfaatan sumber daya
beberapa negara lain justru memperluas genetik tersebut dari negara pengguna sumber
pengaplikasian kewajiban disclosure dengan daya genetik kepada negara penyedia sumber
HKI, seperti New Zealand,59 dimana merek daya genetik, termasuk di dalamnya masyarakat
dagang juga dapat dilindungi dengan adat.61 Pengaturan access and benefit sharing
pengaturan kewajiban disclosure. Sedangkan bertujuan untuk menjamin difasilitasinya
Malaysia, Thailand, Costa Rica60 justru akses ke sumber daya genetik yang dituju, dan
menyediakan pengaturan kewajiban disclosure pembagian keuntungan yang adil dan seimbang
untuk pelindungan varietas tanaman. atas pemanfaatan sumber daya genetik
Lebih lanjut, Pasal 26 UU Paten 2016 yang telah digunakan tersebut. Pengaturan
juga mengatur mengenai kewajiban untuk mengenai access and benefit sharing merupakan
menciptakan access and benefit sharing salah satu tujuan yang hendak dicapai dari
dalam pemanfaatan pengetahuan obat lahirnya Konvensi Keanekaragaman Hayati
55 Sebagai informasi, terkait dengan persetujuan atas atau Convention Biological Diversity.
dasar informasi awal ini Penulis mengambil dari
substansi di dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang Dengan diaturnya paten yang sumbernya
Pemajuan Kebudayaan (UU Kebudayaan). Salah satu berasal dari sumber daya genetik dan
isi di dalam UU Kebudayaan menyatakan bahwa
persetujuan atas dasar informasi awal merupakan pengetahuan tradisional di dalam UU
salah satu syarat terpenuhinya izin pemanfaatan objek Paten 2016 diharapkan segala pemanfaatan
pemajuan kebudayaan. Pengetahuan tradisional sendiri
merupakan salah satu objek pemajuan kebudayaan.
pengetahuan obat tradisional tidak
Hal ini diatur di dalam Pasal 37 UU Kebudayaan. disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh
56 Denmark telah merumuskan (formulasi) ketentuan pihak asing untuk diklaim hak patennya,
disclosure requirement di dalam Act 412, 31 May 2000
Amending Danish Patent Act Paragph 3: Danish Penal serta adanya hak bagi Indonesia untuk tetap
Code 163. memiliki, menguasai dan mendapatkan benefit
57 Mesir telah merumuskan (formulasi) ketentuan
disclosure requirement di dalam Egyptian Law No. 82 of sharing penemuan atau invensi yang sumbernya
2002 on the Protection of Intellectual Property Rights Article berasal dari sumber daya genetik Indonesia.
13.
58 Swiss telah merumuskan (formulasi) ketentuan Untuk itu perlu menjadi perhatian penting
disclosure requirement di dalam Amendment of Patent Law dikarenakan Indonesia dinilai belum memiliki
of 22 June 2007, Article 49a.
59 Selandia Baru telah merumuskan (formulasi) ketentuan pengalaman untuk merancang sebuah
disclosure requirement di dalam Patent Bill 2009 and 61 Miqdad Abdullah Siddiq, “Dilemma Komersialisasi
Section 17 Patent Act (1953). Pengetahuan Tradisional dalam Sistem Hukum
60 Costa Rica telah merumuskan (formulasi) ketentuan Indonesia: Antara Pelindungan dan Pembagian
disclosure requirement di dalam Biodiversity Law 7788 Manfaat”, Jurnal Hukum dan Pembangunan”, Vol. 49
Article 80 Rules on Access (2003) Article 25. No. 1 Tahun 2018, hal. 164-180.
62 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
bersamaan khususnya dalam komunitas (public karakteristik pengetahuan tradisional yang
domain) merupakan suatu tantangan yang besar. bersifat komunal. Disamping itu, pengaturan
Sebagai perbandingan, India misalnya. Pasal HKI didalam TRIPs juga dinilai belum
2 huruf l Indian Patent Act 1970, menyatakan optimal mengakomodasi kekayaan intelektual
“new invention” means any invention or technology masyarakat asli/tradisional dikarenakan di
which has not been anticipated by publication in dalam perjanjian TRIPs tidak berisi ketentuan
any document or used in the country or elsewhere tentang pengetahuan tradisional dan tidak
in the world before the date of filling of patent menunjuk kepada komitmen yang tercantum
application with complete specification, i.e., the di dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.
subject matter has not fallrn in public domain or that Kedua, implementasi Pasal 26 UU Paten 2016
it does not form part of the state of the art".65 Dari dinilai masih belum memadai, dikarenakan:
ketentuan tersebut jelas menunjukkan bahwa a) belum adanya dukungan kesepakatan
pengetahuan obat tradisional merupakan prior internasional di bidang HKI khususnya Pasal
art. Pasal 3 huruf p Indian Patent Act 1970 29.1 Perjanjian TRIPs terkait kewajiban
bahkan memasukkan pada daftar invensi yang disclosure pengetahuan obat tradisonal.; b)
tidak dapat diberikan paten suatu ketentuan belum ada kewajiban untuk menyertakan prior
yang menyatakan “(A)n invention which, in effect, informed consent; c) Indonesia belum memiliki
is traditional knowledge or which is an aggregation pengalaman untuk merancang sebuah
or duplication of known properties of traditionally mekanisme kewajiban access and benefit sharing
known component or components”.66 Oleh karena yang tepat berkenaan dengan pemanfaatan
itu sebaiknya pengertian prior art dalam Pasal sumber daya genetik dan pengetahuan
5 ayat (2) UU Paten 2016 perlu diperbaiki tradisional.
agar secara pasti bisa mencangkup semua
pengetahuan tradisional. B. Saran
Saran yang diusulkan oleh Penulis:
V. Penutup pertama, perlu ada usulan perbaikan pasal
A. Simpulan di dalam perjanjian TRIPs khususnya Pasal
Dari hasil pembahasan, disimpulkan 29.1 yang ditujukan untuk menambahkan
bahwa: pertama, pelindungan hak paten atas kewajiban bagi pemohon paten untuk
pengetahuan obat tradisional di Indonesia menyebutkan secara jujur pengetahuan
dinilai sulit untuk dilakukan, karena di tradisional yang digunakan dalam deskripsi
dalam paten sendiri membutuhkan syarat permohonan patennya. Jika perjanjian
kebaruan (novelty) dan langkah inventif, yang TRIPs sudah mengatur kewajiban disclosure
kemungkinan besar menjadi sulit untuk maka posisi hukum UU Paten 2016 akan
dipenuhi oleh pengetahuan tradisional di didukung secara internasional. Kedua, perlu
Indonesia. Hal ini bertentangan dengan juga diatur kewajiban adanya prior informed
consent di dalam Pasal 26 UU Paten 2016.
65 Mondag, 18 Desember 2017, “India: Novelty An Hal ini dilakukan sebagai bentuk proteksi
Indian Perspective”, http://www.mondaq.com/india/
x/655226/Patent/Experimentation+Research+Exemp pelindungan pengetahuan obat tradisional,
tion+In+Indian+Patent+Law+Scope+And+Ambit+Of+ yang menegaskan tentang perolehan
Section+473+Remains+Uncertain, diakses tanggal 20
Mei 2019. persetujuan awal (prior informed consent)
66 IP India, 22 Maret 2011, “Manual of Patent Practice dengan memberikan hak kepada masyarakat
and Procedure The Patent Office India”, Act 1970,
http://www.ipindia.nic.in/writereaddata/Portal/ adat untuk memutuskan apakah bersedia
IPOAct/1_31_1_patent-act-1970-11march2015.pdf, atau menolak mengizinkan pihak lain
diakses tanggal 20 Mei 2019.
64 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Pustaka dalam Jaringan
European Patent Office. 18 Oktober 2018. “The
European Patent Convention”. https://
www.epo.org/law-practice/legal-texts/
html/.../ar54.html. diakses tanggal 3
Oktober 2018.
IP India. 22 Maret 2011. “Manual of Patent
Practice and Procedure The Patent Office
India”, Act 1970. http://www.ipindia.nic.
in/writereaddata/Portal/IPOAct/1_31
_1_patent-act-1970-11march2015.pdf.
diakses tanggal 20 Mei 2019.
Kompas Online. 21 Oktober 2010. “Temulawak
Dipatenkan Asing”. https://lifestyle.kompas.
com/read/2010/10/21/07143294/
temulawak.dipatenkan.asing,. diakses
tanggal 7 April 2018.
Mahmudah, Masrifatun. “Urgensi Perubahan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
tentang Paten Sebagai Upaya Meningkatkan
Inventor Domestik di Indonesia”.
https://www.academia.edu/32342550/
urgensi_perubahan_undang-undang_
Nomor_14_Tahun_2001_tentang_Paten_
Sebagai_Upaya_Meningkatkan_ Inventor_
Domestik_di_Indonesia. diakses tanggal 1
Mei 2019.
Mondag. 18 Desember 2017. “India: Novelty An
Indian Perspective”. http://www.mondaq.
com/india/+Indian+Patent+Law+Scope+A
nd+Ambit+Of+Section+473+Remains+Un
certain. diakses tanggal 20 Mei 2019.
Republika Online. 26 Februari 2016. “Dunia
Melawan Biopiracy Sampel”. https://
www.Republika.Co.Id/Berita/Koran/
Teraju/16/02/26/O35fsa2-Dunia-
Melawan-Biopiracy-Sampel. diakses tanggal
17 September 2018.