Sei sulla pagina 1di 17

Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional

Melalui Pasal 26 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten


Protection of Patent Rights on Traditional Medicine Knowledge
Through Article 26 of Law No. 13 of 2016 Concerning Patents

Trias Palupi Kurnianingrum


Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Komplek MPR/DPR/DPD Gedung Nusantara I Lantai 2
Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta
email: triaspalupikurnianingrum@yahoo.com

Naskah diterima: 22 Maret 2019


Naskah direvisi: 26 April 2019
Naskah diterbitkan: 1 Juni 2019

Abstract
Patent as a branch of Intellectual Property Rights (IPR) serves to protect inventions on the field
of technology, one of them being medicine. The rise on the number of cases on the theft of genetic
resources and traditional knowledge on the field of medicine for commercialization purposes shows
that the protection of patent rights on traditional medicine knowledge is still not optimal. This article
is the result of a normative juridical research which is supported by an empirical data, examines the
protection of patent rights on traditional medicine knowledge and the implementation of Article 26 of
Law No. 13 of 2016 on Patents (Patent Law year 2016). In the research results, it was mentioned
that even though the TRIPs Agreement did not accommodate the traditional knowledge, the presence
of Patent Law year 2016 complemented the Indonesian government's efforts to save the knowledge of
traditional medicines from biopiracy and misappropriation. It is necessary to regulate the disclosure
obligation in TRIPs agreement and further mechanism regarding benefit sharing and granting access
to traditional medicines knowledge.
Keywords: biopiracy; patent; traditional medicine knowledge; protection

Abstrak
Paten merupakan salah satu cabang Hak Kekayaan Intelektual yang berfungsi untuk
melindungi invensi di bidang teknologi, salah satunya obat-obatan. Maraknya kasus
pencurian sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional di bidang obat-obatan untuk
tujuan komersialisasi menunjukkan bahwa pelindungan hak paten atas pengetahuan obat
tradisional masih belum maksimal. Artikel ini merupakan hasil penelitian yuridis normatif
yang didukung dengan data empiris, membahas mengenai pelindungan hak paten atas
pengetahuan obat tradisional dan implementasi Pasal 26 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten 2016). Di dalam hasil penelitian, disebutkan
meskipun Perjanjian Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) belum
mengakomodasi pengetahuan tradisional namun hadirnya UU Paten 2016 melengkapi
usaha pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan pengetahuan obat tradisional dari
biopiracy dan misappropriation. Perlu pengaturan kewajiban disclosure di dalam Perjanjian
TRIPs dan mekanisme lebih lanjut mengenai benefit sharing dan pemberian akses atas
pengetahuan obat tradisional.
Kata kunci: biopiracy; paten; pengetahuan obat tradisional; pelindungan

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 49


I. Pendahuluan oleh forum internasional6 yang secara khusus
Salah satu topik penting yang berhubungan mengatur HKI.
dengan kekayaan intelektual adalah bagaimana Hal ini dapat terlihat di Indonesia, hingga saat
karya-karya pengetahuan tradisional yang ini peraturan HKI belum secara tegas mengatur
sudah lama hidup di masyarakat mendapatkan mengenai pelindungan pengetahuan obat
pelindungan.1 Pelindungan pengetahuan tradisional. Banyak persyaratan HKI yang dinilai
tradisional sangat penting karena pengetahuan sangat memberatkan dan tidak sesuai. Misalnya,
ini merupakan sumber ilmu yang berhubungan di dalam Pasal 9 huruf b UU Paten 2016 yang
dengan kehidupan manusia yang dapat dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal
dikomersialkan. Diperkirakan bahwa nilai 27 ayat (3) huruf a Perjanjian TRIPs.
penjualan produk-produk yang menggunakan Pasal 9 huruf b UU Paten 2016
pengetahuan tradisional dalam bentuk sumber mencantumkan beberapa item yang tidak dapat
daya genetika adalah sekitar 800 miliar dolar diberikan paten, yaitu ”metode pemeriksaan,
AS setiap tahun.2 Disamping itu, pengetahuan perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan
tradisional telah digunakan oleh peneliti sebagai yang diterapkan terhadap manusia dan/atau
starting point penelitian untuk mendapatkan paten.3 hewan”. Lebih lanjut Pasal 9 huruf d dan huruf e
Secara internasional, diskusi mengenai UU Paten 2016, juga menyatakan bahwa invensi
pelindungan terhadap pengetahuan obat tidak dapat diterima untuk ”semua makhluk
tradisional sebenarnya telah dibahas sejak hidup, kecuali jasad renik”, dan ”proses biologis
40 tahun yang lalu.4 Dari diskusi tersebut yang esensial untuk memproduksi tanaman atau
kemudian menghasilkan beberapa kesepakatan hewan kecuali proses non biologis atau proses
internasional yang penting terkait pelindungan mikrobiologis”. Hal ini berarti bahwa semua
pengetahuan obat tradisional diantaranya pengetahuan tradisional yang terkait persyaratan
Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention sebagaimana dimaksudkan di atas tidak dapat
on Biological Diversity) dan Protokol Nagoya dipatenkan. Namun ketentuan Pasal 9 huruf
tentang Akses kepada Sumber Daya Genetik dan b, huruf d, dan huruf e UU Paten 2016 justru
Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang tidak sinkron dengan ketentuan Pasal 27 ayat
atas Pemanfaatannya (Nagoya Protocol on Access to (3) huruf a Perjanjian TRIPs, yang menyatakan
Generic Resources and The Fair and Equitable Sharing “member may also exclude from patentability: …
of Benefit Arising from Their Utilization). Meskipun (b) plants and animals other than micro-organism,
pengetahuan obat tradisional telah disinggung and essentially biological processes for the production
dalam beberapa kesepakatan internasional5, of plants or animals other than non-biological and
akan tetapi nyatanya belum tegas dilindungi microbiological processes. However, members shall
provide for the protection of plant varieties…”. Dengan
1 M. Hawin dan Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Yogyakarta: Gajah kata “may” inilah, berarti perjanjian TRIPs tidak
Mada Universitas Press, 2017, hal. 88. mengharuskan. Secara sederhana, artinya negara
2 Downes DR, “How Intellectual Property Could Be A Tool
To Protect Traditional Knowledge”, 2000, dikutip tidak lain boleh mengabulkan permohonan paten
langsung oleh M. Hawin dan Budi Agus Riswandi, Isu-Isu untuk invensi metode pengobatan. Akibatnya,
Penting Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia, Yogyakarta:
Gajah Mada Universitas Press, 2017, hal. 90. banyak pengetahuan obat tradisional Indonesia
3 Ibid, hal.90. dicuri dan didaftarkan di negara lain.
4 Rohaini, “Pelindungan Hukum Terhadap Pengetahuan
Tradisional Melalui Pengembangan Sui Generis Law”, 6 Beberapa forum internasional kemudian juga
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 9 No. 4 Tahun membahasnya, seperti World Intellectual Property
2015, hal. 416-437. Organization (WIPO), WIPO Intergovernmental
5 Pengetahuan obat tradisional sudah diakui oleh Committee On Intellectual Property And Genetic Resouces,
Convention on Biological Diversity (CDB) yang telah Traditional Knowledge And Folkore (WIPO-IGC), WIPO
diratifikasi oleh 196 negara termasuk Indonesia. Standing Commmitte on Patents (WIPO SCP).

50 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Secara filosofis, pengaturan paten pada Tidak dipungkiri bahwa sejak berabad yang
dasarnya merupakan bentuk penjelmaan sila lalu keanekaragaman hayati Indonesia telah
kelima Pancasila yakni keadilan sosial bagi dimanfaatkan sebagai penunjang kehidupan
seluruh rakyat Indonesia, dimana di dalam sila mulai dari bahan makanan hingga obat-obatan
kelima tersebut secara tidak langsung menyatakan tradisional jauh sebelum dunia farmasi modern
untuk menghargai hasil karya orang lain yang menemukan manfaat dari tumbuh-tumbuhan
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan tersebut sebagai obat-obatan. Dapat dikatakan
bersama. Adanya pemberian paten dimaksudkan bahwa pengetahuan tradisional (traditional
untuk mendukung kegiatan inovasi dan invensi knowledge) terkait obat-obatan tradisional tidak
teknologi yang harus dilindungi.7 hanya memiliki dimensi budaya dan sosial
Di Indonesia, pengaturan paten telah namun juga sesungguhnya bernilai ekonomis
dituangkan di dalam UU Paten 2016. yang tinggi.12
Dibandingkan dengan UU Paten sebelumnya, Minimnya pemahaman masyarakat lokal
UU Paten 2016 dibentuk dengan maksud, mengenai HKI membuat masyarakat lokal
salah satunya untuk mewujudkan kemandirian menjadi tidak tertarik untuk mengambil
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor manfaat nilai ekonomis dari pengetahuan obat
strategis ekonomi domestik untuk mendorong tradisional tersebut. Peluang inilah yang terbaca
invensi nasional di bidang teknologi untuk dengan jelas oleh industri-industri farmasi dari
mewujudkan penguatan teknologi.8 Pelindungan negara maju yang kemudian memanfaatkan
terhadap paten dilakukan untuk memberikan pengetahuan obat tradisional tersebut tanpa
pelindungan kepada inventor dan pemegang izin dan kompensasi yang wajar bagi masyarakat
paten atas hasil invensinya di bidang teknologi pemilik pengetahuan obat tradisional. Hal ini
serta mendukung pembangunan bangsa dan bukannya tanpa sebab dikarenakan banyak
memajukan kesejahteraan umum.9 Salah satu kejadian yang dinilai merugikan Indonesia,
bentuk pelindungan tersebut dilakukan dengan diantaranya Jerman telah mematenkan kunyit
maksud untuk mencegah adanya tindakan dan Amerika telah mematenkan zat aktif
pembajakan hayati dan kekayaan intelektual temulawak untuk obat lever anti kanker serta
(biopiracy and intellectual property)10 tanaman obat jantung.13
tradisional.11 Tanaman keladi tikus yang selama ini
7 Masrifatun Mahmudah, “Urgensi Perubahan Undang- digunakan untuk pengobatan kanker dan
Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten Sebagai tumor juga telah dibudidayakan secara masif
Upaya Meningkatkan Inventor Domestik di Indonesia”,
https://www.academia.edu/32342550/urgensi_
di Malaysia tanpa adanya izin dari pemerintah
perubahan_undang-undang_Nomor_14_Tahun_2001_ Indonesia. Lebih lanjut, kasus lain14 yang juga
tentang_Paten_Sebagai_Upaya_Meningkatkan_ Internasional”, Jurnal of International Relations, Vol. 4
Inventor_Domestik_di_Indonesia, diakses tanggal 1 Mei No. 2, Tahun 2018, hal. 189-197.
2019. 12 Dwi Martini dkk. “Perlindungan Hukum Terhadap
8 Bagian Penjelasan UU Paten 2016. Pengetahuan Obat-Obatan Tradisional Dalam Rezim
9 Winner Sitorus, “Kepentingan Umum Dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia (Studi
Pelindungan Paten”, Jurnal Yuridika, Vol. 29 No. 1, Masyarakat Sasak)”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 6
Januari Tahun 2014, hal. 39-60. No. 1, Maret 2017, hal. 67-90.
10 Tindakan pembajakan hayati dan kekayaan intelektual 13 Kompas Online, 21 Oktober 2010, “Temulawak
(biopiracy and intellectual property) tanaman obat Dipatenkan Asing”, https://lifestyle.kompas.com/
tradisional menurut Dutfield sebagaimana dikutip read/2010/10/21/07143294/temulawak. dipatenkan.
tidak langsung oleh Anggraeni Maulia Vidyastutie, asing, diakses tanggal 7 April 2018.
adalah suatu kejahatan transnasional yang melibatkan 14 Sejak tahun 1995, Shieseido Corporation (sebuah
perusahaan multinasional untuk mengklaim hak perusahaan kosmetik multinasional di bidang perawatan
kepemilikan atas sumber daya genetik. kulit dari Jepang) telah melakukan pembajakan hayati
11 Anggraeni Maulia Vidyastutie, “Analisa Komparatif dengan mengajukan 51 permohonan paten tanaman
Penanganan Kasus Kejahatan Transnasional Biopiracy obat dan rempah asli Indonesia. Secara diam-diam,
Antara India dan Amerika Serikat di bawah Rezim bahkan perusahaan ini telah mendapatkan paten bagi

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 51


pernah terjadi yakni dipatenkannya tanaman sebagaimana tertuang di dalam Pasal 26 UU
brotowali yang sudah dikenal lama sebagai Paten 2016 nyatanya justru belum didukung
obat tradisional di Indonesia oleh perusahaan oleh kesepakatan internasional di bidang HKI.
asal Jepang.15 Pasal 29.1. Perjanjian TRIPs hanya
Kasus biopiracy yang melanda Indonesia menyatakan negara anggota WTO harus
secara tidak langsung menjadi perhatian mewajibkan pemohon paten untuk: “…disclose
Pemerintah Indonesia untuk melindungi the invention in a manner sufficiently clear and
pengetahuan obat tradisional. Salah satu complete for the invention to be carried out by
bentuk pelindungan yang dimaksud adalah a person skilled in the art and may require the
mencantumkan ketentuan mengenai paten applicant to indicate the best mode for carrying
yang berasal dari sumber daya genetik dan/ out the invention known to the inventor..”.
atau pengetahuan tradisional sebagaimana Ketentuan pasal tersebut tidak menyinggung
tertuang di dalam Pasal 26 ayat (1) UU Paten sama sekali kewajiban disclosure berkaitan
2016.16 Ketentuan tersebut mengharuskan dengan pengetahuan obat tradisonal. Artinya
inventor atau pemohon paten untuk bersikap tidak ada keharusan untuk mencantumkan
jujur mengungkapkan penggunaan sumber keterbukaan informasi mengenai sumber
daya genetik/pengetahuan tradisional di invensi tersebut berasal. Meskipun di dalam
dalam deskripsi invensinya. Keharusan perjanjian TRIPs sama sekali tidak mengatur
untuk mencantumkan kewajiban disclosure17 kewajiban disclosure, namun sebagai negara
tanaman obat dan rempah yang telah digunakan dan yang telah meratifikasi Protokol Nagoya dan
dikembangkan oleh bangsa Indonesia secara turun
temurun. Padahal tanaman obat tersebut sudah sejak
Konvensi Keanekaragaman Hayati, Indonesia
lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai berkewajiban untuk mengimplementasikan
ramuan tradisional untuk kecantikan. Perusahaan treaty tersebut ke dalam sistem hukum paten.
kosmetik Jepang ini telah memiliki 9 paten. Secara rinci
bahan tanaman yang telah mendapatkan paten adalah Beberapa penelitian atau tulisan ilmiah
sebagai berikut: paten perawatan kepala bernomor terkait hak paten terhadap pengetahuan obat
registrasi JP 10316541 dengan subjek paten meliputi
kayu rapet (parameria laerigata), kemukus (piper cubeba), tradisional pernah dilakukan oleh peneliti
tempuyung (sonobus arvensis L), belantas (pluchea indica lain dengan judul: “Pelindungan Hukum
L), mesoyi (massoia aromatica Becc), pule (alstonia
scholaris), pulowaras (alycia reindwartii Bl), sintok Pengetahuan Obat Tradisional Berdasarkan
(cinamomum sintoc BL). Selain itu, nama tanaman lain Sistem Paten” yang dilakukan oleh Lalu
yang termasuk dalam subjek paten adalah kayu legi,
kelabet, lempuyang, remujung, dan brotowali. Semua Caesar Nebula dan “Pelindungan Hukum
tanaman itu terbagi dalam 3 paten, yang kesemuanya Pengetahuan Tradisional Sebagai Kekayaan
merupakan bahan antipenuaan. Sementara untuk
perawatan kulit, didaftarkan nama tanaman wolo
Bangsa dalam Prespektif Hak Kekayaan
(borassus flabellifer), regulo (abelmoschus moschatus), dan Intelektual” yang dilakukan oleh Putri
bunga cangkok (schima wallichii), sedangkan ekstrak Septiana. Penelitian yang dilakukan oleh Lalu
cabai jawa dari Piperaceae didaftarkan untuk paten
tonik rambut. Caesar Nebula memfokuskan pada pengaturan
15 Imas Rosidawati Wiradirja, “Konsep Pelindungan pengetahuan obat tradisional dalam sistem
Pengetahuan Tradisional Berdasarkan Asas Keadilan
Melalui Sui Generis Intellectual Property System”, Jurnal paten, khususnya mekanisme prosedur dan
Hukum IUS QUIAIUSTUM, Vol. 20, No. 2, April tahapan untuk mendapatkan pelindungan
Tahun 2013, hal.163-185.
16 Pasal 26 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten pengetahuan obat tradisional. Sementara
menyatakan bahwa “invensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Septiana
dan/atau berasal dari sumber daya genetik dan/atau
pengetahuan tradisional, harus disebutkan dengan memfokuskan pelindungan pengetahuan
jelas dan benar asal sumber daya genetik dan/atau tradisional melalui rezim HKI khususnya
pengetahuan tradisional tersebut dalam deskripsi”.
17 Kewajiban disclosure bertujuan supaya sumber daya kewajiban keterbukaan sumber invensi (disclosure
genetik dan/atau pengetahuan obat tradisional requirement) kemudian dituangkan di dalam Pasal 26
Indonesia tidak diklaim oleh negara lain. Wacana UU Paten 2016.

52 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
paten dan varietas tanaman. Berbeda dari implementasi Pasal 26 UU Paten 2016 dalam
kedua penelitian sebelumnya, di dalam kajian memberikan pelindungan hak paten terhadap
ini akan menganalisis mengenai pelindungan pengetahuan obat tradisional. Hasil akhir
hak paten atas pengetahuan obat tradisional dari tulisan ini diharapkan memberikan
menurut Pasal 26 UU Paten 2016. sumbangan dan pemikiran dalam pengetahuan
Di dalam kajian ini, penulis menggunakan ilmu hukum, khususnya hukum kekayaan
UU Paten 2016 sebagai pisau analisis untuk intelektual dalam kaitannya dengan paten
melihat sejauh mana pelindungan hak paten terhadap pengetahuan obat tradisional di
atas pengetahuan obat tradisional. Berbeda Indonesia, serta guna menambah literatur dan
dengan UU Paten sebelumnya, UU Paten bahan-bahan informasi ilmiah. Disamping
2016 berisi ketentuan-ketentuan baru untuk itu, tulisan ini diharapkan dapat digunakan
melindungi pengetahuan obat tradisional untuk masukan bagi Dewan Perwakilan
yang sebelumnya tidak pernah diatur, yakni Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam
terkait kewajiban disclosure (Pasal 26 ayat (1)) melaksanakan fungsi pengawasan terkait
dan access and benefit sharing (Pasal 26 ayat dengan pengetahuan obat tradisional dan
(3)) dalam pemanfaatan pengetahuan obat fungsi legislasi sehubungan dengan adanya
tradisional dan dimungkinkannya gugatan RUU Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
penghapusan paten terhadap invensi yang Budaya Tradisional (RUU PTEBT) dalam
berasal dari pengetahuan obat tradisional yang Program Legislasi Nasional DPR RI Periode
dianggap melanggar kewajiban disclosure dan Tahun 2014-2019.
benefit sharing.
Dengan diaturnya paten yang sumbernya II. Metode Penelitian
berasal dari sumber daya genetik dan Kajian ini merupakan hasil penelitian
pengetahuan tradisional di bidang obat- individu yang dilakukan pada tahun 2018
obatan di dalam Pasal 26 UU Paten 2016, di lokasi Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
diharapkan segala pemanfaatannya untuk tidak D.I. Yogyakarta dengan judul “Pelindungan
disalahgunakan dan dimanfaatkan pihak asing Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional”.
untuk diklaim hak patennya, serta adanya Penelitian ini merupakan penelitian hukum
hak bagi Indonesia untuk tetap memiliki atau normatif yang didukung dengan data
menguasai dan mendapatkan pembagian empiris. Penelitian yuridis normatif yang
keuntungan (benefit sharing) penemuan atau dimaksudkan adalah penelitian terhadap
invensi yang sumbernya berasal dari sumber daya sistematika hukum.18 Penelitian terhadap
genetik dan pengetahuan tradisional di bidang sistematika hukum dapat dilakukan terhadap
obat-obatan. Berdasarkan uraian tersebut di peraturan perundang-undangan tertentu atau
atas, maka rumusan masalah yang ingin dikaji: hukum tertulis.19 Adapun hukum tertulis
Pertama, bagaimanakah pelindungan hak yang dimaksudkan dalam penelitian ini
paten terhadap pengetahuan obat tradisional di adalah mengenai norma-norma hukum dalam
Indonesia? Kedua, bagaimanakah implementasi hukum kekayaan intelektual. Berdasarkan
Pasal 26 UU Paten 2016 dalam memberikan metode pendekatan yang digunakan, maka
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan penelitian ini termasuk penelitian kualitatif
obat tradisional? yang dalam hal ini melakukan penelitian
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dengan pedoman wawancara (interview guide).
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan 18 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
obat tradisional di Indonesia dan mengetahui Penerbit Sinar Grafika, 2009, hal. 24.
19 Ibid, hal. 25.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 53


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengasah kemampuan intelektualnya agar
mengacu pada norma hukum yang terdapat dapat dipergunakan untuk membantu
dalam peraturan perundang-undangan dan kehidupan manusia.21
norma-norma yang hidup dan berkembang Sebagai salah satu cabang HKI, paten
dalam masyarakat. berfungsi untuk melindungi invensi di
Penelitian ini menggunakan data sekunder bidang teknologi, baik teknologi makanan,
dan data primer. Data sekunder terdiri dari permesinan, obat-obatan dan lainnya. Dengan
bahan hukum primer dan bahan hukum demikian maka sistem paten memiliki
sekunder. Bahan hukum primer adalah hubungan yang erat dengan pengetahuan
bahan yang isinya mengikat, seperti peraturan tradisional misalnya invensi di bidang farmasi
perundang-undangan yang berkaitan dengan atau obat-obatan karena bidang tersebut
pengetahuan obat tradisional, seperti merupakan cakupan dari hukum paten.22
Perjanjian TRIPs, UU No. 5 Tahun 1994 Pengetahuan tradisional adalah perwujudan
tentang Konvensi Keanekaragaman Hayati, dari nilai-nilai budaya yang dimiliki secara
dan UU Paten 2016. Bahan hukum sekunder kolektif, bukan individual.23 Pengetahuan
adalah bahan hukum yang memberi petunjuk tradisional diartikan sebagai pengetahuan
dan penjelasan terhadap bahan hukum yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan
primer, seperti buku, laporan penelitian, dan oleh suatu komunitas, masyarakat, atau
literatur lain mengenai pengetahuan obat suku bangsa tertentu yang bersifat turun
tradisional. Penelitian ini juga dilengkapi temurun dan terus berkembang sesuai dengan
dengan data primer yang diperoleh melalui perubahan lingkungan.24
kegiatan observasi, wawancara dan Focus Group Henry Soelistyo Budi mengemukakan
Discussion (FGD) dengan instansi-instansi bahwa pengetahuan tradisional adalah
terkait seperti: Dinas Kesehatan; Dinas pengetahuan yang status kedudukannya
Perindustrian dan Perdagangan; Akademisi; ataupun penggunaannya merupakan bagian
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan dari tradisi budaya masyarakat.25 Karakter
(BBPOM); Pelaku industri obat-obatan pengetahuan obat tradisional tentu saja
tradisional; dan Gabungan Pengusaha Jamu sangat berbeda dengan sistem hukum HKI
dan Obat Tradisional.
21 Ibid, hal. 1-2.
22 Trisno Rahardji, Kebijakan Legislatif Dalam Pengaturan
III. Pelindungan Hak Paten Atas Pengetahuan Hak Kekayaan Intelektual, Pensil Komunika: Yogyakarta,
2006, hal. 55.
Obat Tradisional 23 Wilsen Patriuck Tuuk, “Pelindungan Hak Kekayaan
HKI pada dasarnya merupakan hak yang Intelektual (HKI) Terhadap Pengetahuan Dan
Teknologi Tradisional Menurut UU No. 13 Tahun
lahir berdasarkan hasil karya intelektual 2016 Tentang Paten”, Jurnal Lex Privatum, Vol. V, No.
seseorang. HKI merupakan konstruksi hukum 4, Juni 2017, hal. 122-129.
24 Imas Rosidawati Wiradirja dan Fontian Munzil,
terhadap pelindungan kekayaan intelektual Pengetahuan Tradisional dan Hak Kekayaan Intelektual:
sebagai cipta karsa pencipta atau penemunya.20 Pelindungan Pengetahuan Tradisional Berdasarkan Asas
Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum Keadilan Melalui Sui Generis Intellectual Property System,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2018, hal. 60.
merupakan reward yang sesuai bagi inventor 25 Abdul Bari Azed, Kepentingan Negara Berkembang Atas
dan pencipta HKI. Melalui reward tersebut, Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan
Tradisional, Lembaga Pengkajian Hukum Internasional
orang-orang kreatif didorong untuk terus Fakultas Hukum Universitas Indonesia bekerjasama
20 Dadan Samsudin, “Hak Kekayaan Intelektual dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
dan Manfaatnya Bagi Lembaga Litbang”, Laporan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, hal. 12
Pemeriksa Paten Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dikutip tidak langsung oleh Imas Rosidawati Wiradirja
Kementeriaan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, dan Fontian Munzil, Pengetahuan Tradisional, Op. Cit,
2016, hal. 1. hal. 62.

54 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan Tradisional Dengan HKI
Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional
Hasil kreasi kelompok individu atau
Hasil kreasi individu
oleh kelompok masyarakat
Perubahan bersifat pembawaan terhadap Konservasi terhadap nilai-nilai atau
nilai-nilai atau konsep tradisional konsep tradisional
Kompetensi dan kompetisi terhadap Kompetensi dan kompetisi lebih bersifat
pasar bebas lokal
Nilai-nilai ilmiah mendasari perubahan Nilai-nilai tradisional mendasari
dan tuntutan kebutuhan tuntutan kebutuhan
Terikat dengan karakter dan nilai adat
Bersifat universal
istiadat setempat
Sumber: diolah oleh Penulis berdasarkan hasil wawancara Penelitian Individu Pelindungan Hukum
Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan Kholis Roisah, Dosen Magister Hukum Bidang HKI
Universitas Diponegoro Semarang, 26 Juli 2018.

modern yang menekankan pada konsep komunal; b) diberikan secara turun temurun
sistematis, prestasi, dan bersifat individualistis dari generasi ke generasi; c) tidak menjelaskan
sehingga tidak mengherankan apabila sistem inventornya; d) mengandung pengertian
HKI modern khususnya paten tidak dapat sebagai sarana konservasi alam dan penggunaan
menjangkau pengetahuan obat tradisional.26 yang berkelanjutan atas sumber daya
Pembahasan mengenai perlunya keanekaragaman hayati; e) tidak berorientasi
pelindungan hak paten terhadap pengetahuan pasar; f) belum dikenal secara luas di dalam
obat tradisional menjadi isu penting di dalam forum perdagangan internasional; dan g) telah
HKI. Masalah paling mendasar karena adanya diakui di dalam Konvensi Keanekaragaman
beda presepsi mengenai kemampuan rezim Hayati 1992 sebagai alat konservasi sumber
HKI (paten) dalam melindungi pengetahuan daya alam. Sementara HKI lebih a) bersifat
obat tradisional antara negara maju dengan hasil kreasi individu; b) perubahan bersifat
negara berkembang.27 Menurut Kholis pembawaan nilai tradisional; dan c) kompetisi
Roisah,28 hukum HKI tidak cocok dipakai terhadap pasar bebas (lihat Tabel.1).
untuk mengatur pengetahuan tradisional, Berdasarkan hal tersebut, maka pelindungan
dikarenakan HKI bersifat individual sedangkan hak paten atas pengetahuan obat tradisional
pengetahuan tradisional bersifat komunal. menjadi sulit untuk dilakukan, dikarenakan
Pengetahuan tradisional berbeda dengan HKI, di dalam paten sendiri membutuhkan syarat
dikarenakan: a) sifatnya merupakan hak kolektif kebaruan (novelty)29 dan langkah inventif,30
yang kemungkinan besar menjadi sulit untuk
26 Suyud Margono, Hukum Kekayaan Intelektual (HKI):
Mencari Konstruksi Hukum Kepemilikan Komunal 29 Pasal 5 UU Paten 2016 menyatakan bahwa invensi
Terhadap Pengetahuan Dan Seni Tradisional Dalam Sistem dianggap baru jika pada tanggal penerimaan,
Hak Kekayaan Intlektual (HKI) Di Indonesia, Bandung: invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang
Pustaka Reka Cipta, 2015, hal. 230. diungkapkan sebelumnya (prior art atau the state of art).
27 M. Hawin dan Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak Pengungkapan bisa berupa lisan, melalui peragaan,
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Yogyakarta: Gajah atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang
Mada Universitas Press, 2017, hal. 94. ahli untuk melaksanakan invensi tersebut.
28 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan 30 Pasal 7 ayat (1) UU Paten 2016. Invensi mengandung
Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang
Kholis Roisah, Dosen Magister Hukum Bidang HKI yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik
Universitas Diponegoro Semarang, 26 Juli 2018. merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 55


dipenuhi oleh pengetahuan obat tradisional hayati secara berkelanjutan.33 Banyak
di Indonesia. Meskipun Indonesia telah perbedaan yang timbul dari 2 (dua) perjanjian
meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati internasional ini, dikarenakan latar belakang
tahun 1992 dan telah mengesahkan konvensi pembentukan perjanjian tersebut yang
tersebut di dalam UU No. 5 Tahun 1994 berbeda. Perbedaan tersebut diantaranya: a)
namun hal tersebut dianggap belum cukup terkait kepemilikan sumber daya hayati. Di
memberikan dasar landasan yang kuat bagi dalam TRIPs, sumber daya hayati menjadi
pelindungan atas pengetahuan obat tradisional. objek yang dipatenkan dan dapat dimiliki
Selain itu juga pengaturan HKI di dalam oleh individu atau perusahaan.34 Sementara
TRIPs dinilai belum optimal mengakomodasi menurut Konvensi Keanekaragaman Hayati,
kekayaan intelektual masyarakat asli/ setiap negara mempunyai hak berdaulat atas
tradisional. Hal ini dikarenakan di dalam keanekaragaman hayati termasuk sumber
perjanjian TRIPs tidak berisi ketentuan tentang daya genetik yang berada dalam wilayahnya,35
pengetahuan tradisional dan tidak menunjuk sehingga negara memiliki kedaulatan untuk
kepada komitmen yang tercantum di dalam menerima atau menolak paten tersebut; b)
Konvensi Keanekaragaman Hayati.31 TRIPs tidak menyinggung mengenai inovasi
Ketidakoptimalan TRIPs untuk dan pengetahuan tradisional yang dimiliki
mengakomodasi pengetahuan tradisional, oleh masyarakat lokal, sementara Konvensi
dikarenakan pada tingkat internasional, Keanekaragaman Hayati justru menekankan
TRIPs dianggap melemahkan perjanjian pentingnya pelindungan pengetahuan
yang berkaitan dengan pengaturan tradisional dan pemanfaatan serta pelestarian
keanekaragaman hayati. Sebelum TRIPs keanekaragaman hayati.36 c) Terkait disclosure
disahkan sebenarnya terdapat penjanjian dan benefit sharing. TRIPs tidak mensyaratkan
internasional yang mengatur mengenai 33 Imas Rosidawati Wiradirja dan Fontian Munzil,
pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman Pengetahuan Tradisional, Op. Cit. hal. 77.
34 Pasal 27 ayat (3) huruf b Perjanjian TRIPs.
hayati yaitu Convention on Biological Diversity 35 Lihat Pasal 3 Konvensi Keanekaragaman Hayati yang
(Konvensi Keanekaragaman Hayati). Konvensi menyatakan setiap negara memiliki hak berdaulat
(sovereign rights) atas sumber-sumber alamnya.
tersebut kemudian disahkan pada konferensi 36 Lihat Pasal 8 huruf j Pasal 8 huruf j Convention on
tingkat tinggi lingkungan dan pembangunan Biological Diversity, yang menyatakan:”each contracting
party shall, as far as possible and as appropriate: (j) subject
(The United Nation Conference On Environment to its national legislation, respect, preserve and maintain
And Development/UNCED) di Brazil tahun knowledge, innovations and practices of indigenous and local
communities embodying traditional lifestyles relevant for
1992. Konvensi Keanekaragaman Hayati the conservation and sustainable use of biological diversity
sendiri mulai berlaku tahun 1993 dan telah and promote their wider application with approval and
diratifikasi oleh 167 negara.32 involvement of the holders of such knowledge, innovations and
practices and encourage the equitable sharing of the benefits
TRIPs adalah perjanjian yang mengatur arising from the utilization of such knowledge, innovations
pelindungan HKI bagi para penemu dalam and practices”. Terjemahannya adalah setiap negara
penandatangan Konvensi sesuai dengan perundang-
berbagai bidang pengetahuan sebagai hasil undangan nasionalnya berkewajiban menghormati,
karya intelektual manusia, sementara Konvensi melindungi dan mempertahankan pengetahuan,
inovasi-inovasi, dan praktik-praktik masyarakat asli
Keanekaragaman Hayati merupakan perjanjian dan lokal yang mencerminkan gaya hidup yang berciri
yang diharapkan menjadi instrumen bagi tradisional, sesuai dengan konservasi dan pemanfaatan
secara berkelanjutan keanekaragaman hayati dan
pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman memajukan penerapannya secara lebih luas dengan
persetujuan dan keterlibatan pemilik pengetahuan,
31 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan inovasi-inovasi dan praktik-praktik tersebut semacam
Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan itu dan mendorong pembagian yang adil keuntungan
Kholis Roisah, Op. Cit. yang dihasilkan dari oendayagunaan pengetahuan,
32 Ibid. inovasi-inovasi, dan praktik-praktik semacam itu”.

56 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
pencantuman asal bahan hayati yang Kegiatan biopiracy pada umumnya
dipatenkan dan pembagian keuntungan (benefit dilakukan sebagai berikut: pelaku biopiracy
sharing) dengan pemilik sumber daya hayati.37 datang ke asal sumber daya hayati, bertanya
Sebaliknya, Konvensi Keanekaragaman Hayati langsung ke masyarakat adat atau lokal atau
(CBD) mengatur akses terhadap sumber daya dengan cara lain. Setelah mendapatkan
hayati dengan mewajibkan dilakukannya informasi, pelaku biopiracy mengambil bahan,
persetujuan dan keterlibatan masyarakat lokal, mengolah bahan, dan/atau pengetahuan
dimana sumber daya hayati berada.38 Konvensi obat tradisional yang diperoleh untuk diolah
Keanekaragaman Hayati juga memberikan menjadi produk yang dapat diperjualbelikan.41
dasar hukum mengenai pembagian keuntungan Biopiracy berkaitan erat dengan kekayaan
antara perusahaan atau individu yang intelektual yaitu segala hasil produksi
memanfaatkan sumber daya hayati dengan kecerdasan seperti seni, sastra, pengetahuan,
pemilik sumber daya hayati. lagu, karya tulis, teknologi, dan sebagainya.
Dalam masalah biopiracy, kekayaan intelektual
IV. Implementasi Pasal 26 UU Paten 2016 yang dimaksud adalah pengambilan zat
dalam Memberikan Pelindungan Hak turunan sumber daya genetik.42
Paten Atas Pengetahuan Obat Tradisional Dalam praktik biopiracy, pencurian materi
Terlepas dari adanya perdebatan pendapat genetik disalahgunakan keberadaannya
di dalam rezim HKI dalam melindungi untuk dikomersialisasikan dan sifatnya
pengetahuan tradisional, pelindungan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu
pengetahuan obat tradisional pada dasarnya saja. Selain Indonesia, India juga vokal
sangat diperlukan guna mencegah maraknya menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap
biopiracy and intellectual property tanaman obat sistem legal paten dengan mikroorganisme
tradisional. Pembajakan hayati (biopiracy) dan varietas tanaman serta obat-obatan.
merupakan kegiatan pengumpulan dan Biopiracy tersebut terjadi pada tahun 1995,
penelitian tentang sumber daya hayati untuk ketika 2 (dua) ilmuwan asal Amerika
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan (Universitas Mississippi) mendapatkan
dan/atau komersil.39 Praktik pembajakan paten untuk penggunaan kunyit (turmeric)
hayati sebenarnya sudah terjadi sejak lama. dalam pengobatan luka tertentu. Kasus ini
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, kemudian menjadi perhatian publik, ketika
modus pembajakan hayati dapat dilakukan sebuah organisasi riset India (India Council of
oleh pihak asing dengan dalih melakukan Scientific and Industrial Research) mengajukan
penelitian terhadap tanaman asli Indonesia keberatan. Alasannya masyarakat India telah
(pengetahuan obat tradisional) namun dengan menggunakan kunyit sebagai obat salep luka
cara sembunyi-sembunyi dengan membawa selama ribuan tahun. Dengan memberikan
sampel untuk dikembangkan di negaranya.40 Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan
37 Lihat Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs. Budhi Santoso, General Manajer PT. Perusahaan Jamu
38 Lihat Pasal 15 Konvensi Keanekaragaman Hayati yang Tradisional Dr. Sardjito Yogyakarta, 27 Agustus 2018.
memberikan suatu kerangka kerja yang luas mengenai 41 Hasil Wawancara Penelitian Individu “Pelindungan
akses tehadap sumber genetik yang merupakan Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan
kewenangan nasional suatu bangsa. Konvensi ini Stevanus Handoyo Saputro, GP Jamu Provinsi Jawa
mengakui bahwa peraturan akses terhadap sumber daya Tengah, 20 Juli 2018.
genetik merupakan kewenangan suatu negara. Dalam 42 Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1994 tentang Konvensi
ketentuan ini juga menyangkut pembagian keuntungan Keanekaragaman Hayati menjelaskan bahwa yang
yang didasarkan pada kesepakatan bersama. dimaksud dengan sumber daya genetik adalah
39 Imas Rosidawati Wiradirja dan Fontian Munzil, keanekaragaman hayati berupa bahan-bahan genetik
Pengetahuan Tradisional, Op. Cit, hal. 219. yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan jasad renik
40 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 57


alat bukti berupa manuskrip kuno berbahasa ensure that activities within their jurisdiction or
sansekerta akhirnya paten tersebut dibatalkan control do not cause damage to the environment of
di tahun 1997.43 other States or of areas beyond the limits of national
Kasus pembatalan paten penggunaan jurisdiction”. Hanya saja Indonesia dinilai
turmeric (kunyit) US Patent No. 5, 401, 504, yang belum memanfaatkan secara maksimal karena
diberikan kepada The University of Mississippi lemahnya pengetahuan, skill, profesionalisme
Medical Center untuk menyembuhkan luka di SDM, dan dana yang tersedia. Padahal
Amerika Serikat menjadi salah satu contoh sejak jaman dahulu, Indonesia secara turun
kasus yang menarik untuk dicermati. Kasus temurun telah lama memiliki warisan sumber
pembatalan paten ini menjadi masalah karena daya genetik dan pengetahuan obat tradisional
ditentang oleh Pemerintah India mengingat secara bebas oleh publik karena tidak ada
penggunaan kunyit adalah common knowledge ketentuan yang melindunginya. Kondisi
di India.44 Hal ini merupakan salah satu inilah yang kemudian justru dimanfaatkan
bukti bahwa pengetahuan obat tradisional oleh negara maju yang mempunyai kelebihan
bisa mendapatkan pelindungan. Meskipun teknologi dan kemampuan finansial untuk
dimenangkan oleh India, namun dalam kasus mengambil kekayaan Indonesia dan kemudian
tersebut India harus melakukan perjuangan dipatenkan oleh negara-negara maju.
yang keras dengan menunjukkan dokumentasi Meskipun TRIPs dan beberapa perjanjian
yang memadai. Sebaliknya, tidak ada usaha di internasional lainnya seperti The Berne
India itu sebagai teknologi yang diungkapkan Convention, The Paris Convention, dan The
sebelumnya (prior art). Patent Coorperation Treaty tidak mengatur
Sebagai negara yang memiliki mengenai pelindungan atas pengetahuan
keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah obat tradisional, namun dengan maraknya
Brazil, Indonesia memiliki hak berdaulat biopiracy yang terjadi di Indonesia secara
untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya tidak langsung mengharuskan Pemerintah
sesuai dengan kebijakan pembangunan dan untuk membuat regulasi guna mengatur
lingkungannya45 sebagaimana ditegaskan di pelindungan pengetahuan obat tradisional.
dalam Pasal 3 Konvensi Keanekaragaman Terkait dengan hal tersebut, UU Paten 2016
Hayati: “States have, in accordance with the telah mencantumkan ketentuan mengenai
Charter of the United Nation and the principles paten yang berasal dari sumber daya genetik
of international law, the sovereign right to dan/atau pengetahuan tradisional.46
exploit their own resources pursuant to their own Pasal 26 ayat (1) UU Paten 2016 telah
environmental policies, and the responsibility to menegaskan bahwa ”jika invensi berkaitan
dengan dan/atau berasal dari sumber daya
43 Republika Online, 26 Februari 2016, “Dunia Melawan
Biopiracy Sampel”, https://www.Republika.Co.Id/ genetik dan/atau pengetahuan tradisional,
Berita/Koran/Teraju/16/02/26/O35fsa2-Dunia- harus disebutkan dengan jelas dan benar asal
Melawan-Biopiracy-Sampel, diakses tanggal 17
September 2018. sumber daya genetik dan/atau pengetahuan
44 Dutfield G, Protecting Traditional Knowledge And Folkfore, tradisional tersebut dalam deskripsi”. Ini
Swiss: International Centre for Trade and Sustainable
Development & United Nations Conference on Trade and artinya inventor atau pemohon paten harus
Development, 2003, hal. 31, dikutip tidak langsung oleh bersikap jujur mengungkapkan penggunaan
M. Hawin dan Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Yogyakarta: Gajah sumber daya genetik/pengetahuan tradisional
Mada Universitas Press, 2017, hal. 90. di dalam deskripsi invensinya. Lebih lanjut
45 Devica Rully Masrur, “Upaya Pelindungan Sumber
Daya Genetik Berdasarkan Undang-Undang No. 13
penjelasan Pasal 26 ayat (1) UU Paten 2016
Tahun 2016 tentang Paten”, Jurnal Hukum Jurisprudence, 46 Pasal 26 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2016 tentang
Vol. 8 No. 2 Tahun 2018, hal. 53-67. Paten.

58 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
menyatakan bahwa alasan penyebutan asal dari tradisional. Perbaikan dilakukan supaya
sumber daya genetik dan/atau pengetahuan terjadi penyeragaman negara peserta dalam
tradisional dalam deskripsi supaya sumber daya mengimplementasi ketentuan pasal tersebut.
genetik dan/atau pengetahuan tradisional Tanpa adanya perbaikan maka dapat
tidak diakui oleh negara lain dan dalam dimungkinkan timbulnya ketidakseragaman
rangka mendukung access and benefit sharing. perlakuan negara peserta terhadap aplikasi
Artinya tujuan kewajiban disclosure tersebut paten yang menggunakan sumber daya genetik
adalah agar pengetahuan obat tradisonal dan dan pengetahuan tradisional. Apabila Perjanjian
sumber daya genetik Indonesia tidak diklaim TRIPs sudah mengatur kewajiban disclosure
oleh negara lain. Hal ini menunjukkan maka posisi hukum UU Paten 2016 sudah
bahwa Indonesia telah mulai memikirkan pasti akan didukung secara internasional.
pencegahan pencurian sumber daya genetik Perbaikan Perjanjian TRIPs dinilai sesuai
atau pengetahuan obat tradisional Indonesia dengan konsep/teori pelindungan hukum
oleh negara-negara lain. Hanya saja yang yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo dan
menarik untuk dicermati, ketentuan Roscoe Pound. Pelindungan hukum menurut
kewajiban disclosure47 nyatanya justru belum Satjipto Rahardjo, adalah memberikan
didukung oleh kesepakatan internasional di pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM)
bidang HKI. yang dirugikan orang lain dan pelindungan
Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs hanya itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
menyatakan bahwa negara anggota WTO menikmati semua hak-hak yang diberikan
harus mewajibkan pemohon paten untuk oleh hukum.48 Sementara teori pelindungan
mengungkapkan penemuan dengan cara yang hukum yang dikemukakan oleh Roscoe Pound,
cukup jelas dan lengkap untuk penemuan yang dimana hukum adalah seperangkat aturan yang
dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi
ini dan dapat meminta pemohon untuk dan menyesuaikan berbagai kepentingan
menunjukkan cara terbaik untuk melakukan masyarakat yang saling bersinggungan
penemuan yang diketahui oleh penemu pada dengan mengupayakan timbulnya benturan
tanggal pengajuan atau, di mana prioritas dan kerugian seminimal mungkin. Hukum
diklaim, pada tanggal prioritas permohonan. dimaksudkan sebagai alat untuk mengurangi
Jika dicermati Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs kerugian akibat benturan antara berbagai
tidak menyinggung sama sekali kewajiban kepentingan sosial di dalam masyarakat.49
disclosure atau mengungkapkan penemuan Dengan kata lain, Pound menekankan pada
berkaitan dengan pengetahuan obat fungsi hukum sebagai alat penyelesaian dalam
tradisonal. Untuk itu maka perlu ada usulan berbagai permasalahan (problem solving) dalam
perbaikan pasal di dalam Perjanjian TRIPs masyarakat.
terkait penambahan kewajiban bagi pemohon Walaupun TRIPs belum mengatur
paten untuk menyebutkan secara jujur mengenai kewajiban dislosure namun
pengetahuan obat tradisional yang digunakan sebenarnya sudah ada usaha ke arah sana
dalam deskripsi permohonan patennya. oleh WIPO. Di dalam draft Articles on the
Perbaikan Pasal 29.1 Perjanjian TRIPs Protection of Traditional Knowledge yang dibuat
diperlukan guna menjamin pelindungan oleh WIPO’s Intergovernmental Committee
paten terhadap pengetahuan obat 48 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2000, hal. 54.
47 Kewajiban disclosure bertujuan supaya sumber daya 49 Bernard L. Tanya, Teori Hukum Strategi Tertib
genetik dan/atau pengetahuan obat tradisional Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta
Indonesia tidak diklaim oleh negara lain. Publishing, 2010, hal. 154.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 59


on Intellectual Property, Generic Resources, Keharusan adanya disclosure requirement
Traditional Knowledge and Folkore, tercantum di dalam Pasal 26 ayat (1) UU Paten 2016
beberapa policy objectives yang salah satunya ke dalam sistem paten perlu ditindaklanjuti
mendukung kewajiban disclosure di dalam karena hal ini secara tidak langsung berarti
permohonan paten, yang berbunyi “ensure menambah persyaratan formal permohonan
mandatory disclosure requirement of the country paten. Persyaratan tersebut dinyatakan dalam
of origin of traditional knowledge and associated formulir aplikasi paten berupa tambahan
generic resources that are related or used in the keterangan apakah invensi yang bersangkutan
patent application”. Kemudian Pasal 4 BIS terkait atau menggunakan pengetahuan
Draft Articles tersebut secara khusus mengatur obat tradisional tertentu dari masyarakat
kewajiban disclosure. Sayangnya sampai saat lokal negara peserta? Jika invensi tersebut
ini belum jelas kapan draft tersebut akan menggunakan sumber daya genetik sesuai
disepakati. dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU
Wacana mengenai disclosure atau Paten 2016 maka kelengkapan dokumennya
keterbukaan informasi sumber pada dasarnya harus disertai adanya prior informed consent.52
lebih disebabkan adanya perbedaan kepentingan Hal ini penting untuk dilakukan mengingat
dalam konteks paten terhadap pengetahuan kelemahan di dalam Pasal 26 UU Paten
obat tradisional dan tanaman pangan. Lebih 2016 adalah tidak mengatur secara eksplisit
tepatnya menyangkut kepentingan atas access kewajiban adanya prior informed consent.
dan benefit sharing. Negara maju berkepentingan Pengaturan pemberian akses atas
atas akses terbuka tehadap sumber daya genetik. pengetahuan obat tradisional (prior informed
Sebaliknya negara berkembang berkepentingan consent) mutlak diperlukan untuk mencegah
untuk adanya benefit sharing atas pemanfaatan adanya biopiracy dan bioprospecting yang
sumber daya genetik.50 dilakukan oleh pihak asing. Bioprospecting
Negara maju mencoba bertahan pada aspek merupakan kegiatan yang berhubungan dalam
hukum berupa kesepakatan internasional yang upaya mencari sumber pembuatan obat baru
telah disepakati di forum internasional TRIPs. melalui kerjasama antara pihak pengguna dan
Mereka menuntut agar negara berkembang pihak penyedia pengetahuan tradisional. Hasil
patuh terhadap TRIPs dengan memberikan penelitian di lapangan53 menunjukkan bahwa
pelindungan paten melalui standar banyak penyedia pengetahuan obat tradisional
internasional. Sedangkan negara berkembang dimanfaatkan dan dicuri pengetahuannya
menginginkan sistem lebih adil yang lebih oleh pihak asing dengan dalih memberikan
dekat pada persoalan etika moral. Namun pada bantuan dukungan sumber dana. Hal ini
kenyataannya etika moral dianggap tidak efektif yang terjadi pada salah satu perusahaan jamu
untuk melahirkan kesadaran manusia agar tradisional di Yogyakarta.54 Oleh karena
berperilaku adil, sehingga negara berkembang itu perlu dibuat semacam aturan sebagai
menuntut agar norma etika diperkuat dalam bentuk proteksi pelindungan pengetahuan
bentuk norma hukum. Tuntutan itulah yang
52 Prior informed consent adalah perjanjian antara inventor
mengemuka dalam perdebatan masuknya dengan masyarakat setempat untuk menggunakan
disclosure requirement pada proses permohonan sumber daya genetik yang bersangkutan.
53 Hasil FGD Penelitian Individu “Pelindungan Hukum
paten.51 Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan GP Jamu
50 Teng Berlianty, “Formulasi Pengaturan Disclosure Provinsi D.I.Yogyakarta, 27 Agustus 2018.
Requirements Sumber Daya Genetik Sebagai Hak 54 Hasil Wawancara Penelitian Individu “Pelindungan
Paten“, Jurnal Kertha Patrika, Vol. 39 No. 2 Agustus Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan
2017, hal. 120-132. Rudy Supriyadi (Pelaku Jamu Ginggang Yogyakarta),
51 Ibid, hal. 120-132. 27 Agustus 2018.

60 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
obat tradisional, yang menegaskan tentang tradisional. Hal ini tertuang di dalam Pasal
perolehan persetujuan awal (prior informed 26 ayat (3) UU Paten 2016 yang menyatakan
consent) dengan memberikan hak kepada bahwa “pembagian hasil dan/atau akses
masyarakat adat untuk memutuskan apakah pemanfaatan sumber daya genetik dan/
bersedia atau menolak mengizinkan pihak lain atau pengetahuan tradisional sebagaimana
memanfaatkan pengetahuan obat tradisional dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
tersebut. Hal ini merupakan suatu langkah dengan peraturan perundang-undangan dan
yang cukup efektif, sehingga izin tidak dengan perjanjian internasional di bidang sumber
mudah diberikan.55 daya genetik dan pengetahuan tradisional”.
Sebagai bahan perbandingan, beberapa Konsep access and benefit sharing pada dasarnya
negara telah mengaplikasikan kewajiban merupakan suatu cara untuk memperoleh
disclosure di dalam sistem paten mereka, akses guna mendapatkan sumber daya genetik
diantaranya Denmark,56 Mesir,57 Portugal, dan bagaimana pembagian keuntungan yang
India, Swedia, dan Switzerland.58 Menariknya diperoleh dari pemanfaatan sumber daya
beberapa negara lain justru memperluas genetik tersebut dari negara pengguna sumber
pengaplikasian kewajiban disclosure dengan daya genetik kepada negara penyedia sumber
HKI, seperti New Zealand,59 dimana merek daya genetik, termasuk di dalamnya masyarakat
dagang juga dapat dilindungi dengan adat.61 Pengaturan access and benefit sharing
pengaturan kewajiban disclosure. Sedangkan bertujuan untuk menjamin difasilitasinya
Malaysia, Thailand, Costa Rica60 justru akses ke sumber daya genetik yang dituju, dan
menyediakan pengaturan kewajiban disclosure pembagian keuntungan yang adil dan seimbang
untuk pelindungan varietas tanaman. atas pemanfaatan sumber daya genetik
Lebih lanjut, Pasal 26 UU Paten 2016 yang telah digunakan tersebut. Pengaturan
juga mengatur mengenai kewajiban untuk mengenai access and benefit sharing merupakan
menciptakan access and benefit sharing salah satu tujuan yang hendak dicapai dari
dalam pemanfaatan pengetahuan obat lahirnya Konvensi Keanekaragaman Hayati
55 Sebagai informasi, terkait dengan persetujuan atas atau Convention Biological Diversity.
dasar informasi awal ini Penulis mengambil dari
substansi di dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang Dengan diaturnya paten yang sumbernya
Pemajuan Kebudayaan (UU Kebudayaan). Salah satu berasal dari sumber daya genetik dan
isi di dalam UU Kebudayaan menyatakan bahwa
persetujuan atas dasar informasi awal merupakan pengetahuan tradisional di dalam UU
salah satu syarat terpenuhinya izin pemanfaatan objek Paten 2016 diharapkan segala pemanfaatan
pemajuan kebudayaan. Pengetahuan tradisional sendiri
merupakan salah satu objek pemajuan kebudayaan.
pengetahuan obat tradisional tidak
Hal ini diatur di dalam Pasal 37 UU Kebudayaan. disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh
56 Denmark telah merumuskan (formulasi) ketentuan pihak asing untuk diklaim hak patennya,
disclosure requirement di dalam Act 412, 31 May 2000
Amending Danish Patent Act Paragph 3: Danish Penal serta adanya hak bagi Indonesia untuk tetap
Code 163. memiliki, menguasai dan mendapatkan benefit
57 Mesir telah merumuskan (formulasi) ketentuan
disclosure requirement di dalam Egyptian Law No. 82 of sharing penemuan atau invensi yang sumbernya
2002 on the Protection of Intellectual Property Rights Article berasal dari sumber daya genetik Indonesia.
13.
58 Swiss telah merumuskan (formulasi) ketentuan Untuk itu perlu menjadi perhatian penting
disclosure requirement di dalam Amendment of Patent Law dikarenakan Indonesia dinilai belum memiliki
of 22 June 2007, Article 49a.
59 Selandia Baru telah merumuskan (formulasi) ketentuan pengalaman untuk merancang sebuah
disclosure requirement di dalam Patent Bill 2009 and 61 Miqdad Abdullah Siddiq, “Dilemma Komersialisasi
Section 17 Patent Act (1953). Pengetahuan Tradisional dalam Sistem Hukum
60 Costa Rica telah merumuskan (formulasi) ketentuan Indonesia: Antara Pelindungan dan Pembagian
disclosure requirement di dalam Biodiversity Law 7788 Manfaat”, Jurnal Hukum dan Pembangunan”, Vol. 49
Article 80 Rules on Access (2003) Article 25. No. 1 Tahun 2018, hal. 164-180.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 61


mekanisme benefit sharing yang tepat berkenaan menyatakan “dalam Undang-Undang ini,
dengan pemanfaatan sumber daya genetik ketentuan mengenai uraian lisan atau melalui
dan pengetahuan tradisional yang terkait peragaan atau dengan cara lain tidak hanya
dengannya.62 dilakukan di Indonesia, tetapi juga terhadap
Lebih lanjut UU Paten 2016 juga berisi tersebut yang dilakukan di luar negeri dengan
ketentuan yang memungkinkan pemegang ketentuan bahwa bukti tertulis harus tetap pula
pengetahuan tradisional untuk mengajukan disampaikan”.
keberatan terhadap permohonan paten yang Hal ini berarti semua bukti pengetahuan
melanggar pengetahuan tradisionalnya. Pasal obat tradisional harus disampaikan secara
49 ayat (1) UU Paten 2016 menyatakan bahwa tertulis untuk dapat dianggap sebagai prior
setiap pihak dapat mengajukan keberatan art sementara ada beberapa pengetahuan
terhadap suatu permohonan paten dengan tradisional di Indonesia yang justru tidak
memberitahukan alasannya. Berdasarkan tertulis. Sementara kalau dibandingkan
pasal ini, pemilik atau pemegang pengetahuan dengan The European Patent Convention
obat tradisional dapat mengajukan keberatan misalnya, Pasal 54 ayat (2) menyatakan64
terhadap suatu permohonan paten dengan ”the state of the art shall be held to comprise
alasan misalnya invensi yang bersangkutan everything made available to the public by means
tidak memiliki syarat kebaruan (novelty) karena of a written or oral description, by use, or in any
dianggap tidak berbeda dengan pengetahuan other way, before the date of filing of the European
tradisionalnya. Ketentuan pasal ini dianggap patent application”. Dari pasal tersebut, dapat
tidak cukup kuat apabila UU Paten 2016 dikatakan bahwa cakupan prior art sangat luas
tidak menggangap pengetahuan obat meliputi yang tertulis ataupun lisan, dengan
tradisional sebagai ”prior art” (teknologi yang penggunaan, atau cara lain, dan tidak dibatasi
diungkapkan sebelumnya).63 Karena dengan dengan keharusan menyerahkan penyerahan
melihat ketentuan Pasal 5 ayat (2) UU Paten bukti tertulis sebagaimana dijelaskan dalam
2016 yang mengatur mengenai prior art, tidak Penjelasan Pasal 5 ayat (2) UU Paten 2016.
semua pengetahuan tradisional bisa dianggap Pada dasarnya prior art diartikan sebagai
sebagai prior art. pengetahuan yang terdokumentasi sebagai
Pasal 5 ayat (2) UU Paten 2016 teknologi yang diungkapkan sebelumnya.
menyatakan: “teknologi yang diungkapkan Kerangka HKI mempertimbangkan
sebelumnya sebagaimana dimaksud pada pengetahuan yang terdokumentasi sebagai
ayat (1) merupakan teknologi yang telah teknologi yang diungkapkan sebelumnya.
diumumkan di Indonesia atau di luar Sayangnya biasanya kantor-kantor paten
Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan tidak mempertimbangkan pengetahuan
atau melalui peragaan, penggunaan, atau tradisional sebagai prior art karena sebagian
dengan cara lain yang memungkinkan seorang besar pengetahuan tradisional tidak
ahli untuk melaksanakan Invensi tersebut terdokumentasi dengan baik. Hal ini menjadi
sebelum: a) tanggal Penerimaan; atau b) tanggal tugas bagi Indonesia untuk menjabarkan
prioritas dalam hal Permohonan diajukan apa yang merupakan prior art dan penentuan
dengan Hak Prioritas”. Sementara bunyi pengetahuan yang diungkapkan sebelumnya
penjelasan Pasal 5 ayat (2) UU Paten 2016 pada pokok ataupun dalam waktu yang
62 Hasil wawancara Penelitian Individu “Pelindungan
Hukum Atas Pengetahuan Obat Tradisional” dengan 64 European Patent Office, 18 Oktober 2018, “The European
Kholis Roisah, Op. Cit. Patent Convention”, https://www.epo.org/law-practice/
63 Prior art dapat diartikan sebagai invensi atau cara legal-texts/html/.../ar54.html, diakses tanggal 3
sebelumnya. Oktober 2018.

62 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
bersamaan khususnya dalam komunitas (public karakteristik pengetahuan tradisional yang
domain) merupakan suatu tantangan yang besar. bersifat komunal. Disamping itu, pengaturan
Sebagai perbandingan, India misalnya. Pasal HKI didalam TRIPs juga dinilai belum
2 huruf l Indian Patent Act 1970, menyatakan optimal mengakomodasi kekayaan intelektual
“new invention” means any invention or technology masyarakat asli/tradisional dikarenakan di
which has not been anticipated by publication in dalam perjanjian TRIPs tidak berisi ketentuan
any document or used in the country or elsewhere tentang pengetahuan tradisional dan tidak
in the world before the date of filling of patent menunjuk kepada komitmen yang tercantum
application with complete specification, i.e., the di dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.
subject matter has not fallrn in public domain or that Kedua, implementasi Pasal 26 UU Paten 2016
it does not form part of the state of the art".65 Dari dinilai masih belum memadai, dikarenakan:
ketentuan tersebut jelas menunjukkan bahwa a) belum adanya dukungan kesepakatan
pengetahuan obat tradisional merupakan prior internasional di bidang HKI khususnya Pasal
art. Pasal 3 huruf p Indian Patent Act 1970 29.1 Perjanjian TRIPs terkait kewajiban
bahkan memasukkan pada daftar invensi yang disclosure pengetahuan obat tradisonal.; b)
tidak dapat diberikan paten suatu ketentuan belum ada kewajiban untuk menyertakan prior
yang menyatakan “(A)n invention which, in effect, informed consent; c) Indonesia belum memiliki
is traditional knowledge or which is an aggregation pengalaman untuk merancang sebuah
or duplication of known properties of traditionally mekanisme kewajiban access and benefit sharing
known component or components”.66 Oleh karena yang tepat berkenaan dengan pemanfaatan
itu sebaiknya pengertian prior art dalam Pasal sumber daya genetik dan pengetahuan
5 ayat (2) UU Paten 2016 perlu diperbaiki tradisional.
agar secara pasti bisa mencangkup semua
pengetahuan tradisional. B. Saran
Saran yang diusulkan oleh Penulis:
V. Penutup pertama, perlu ada usulan perbaikan pasal
A. Simpulan di dalam perjanjian TRIPs khususnya Pasal
Dari hasil pembahasan, disimpulkan 29.1 yang ditujukan untuk menambahkan
bahwa: pertama, pelindungan hak paten atas kewajiban bagi pemohon paten untuk
pengetahuan obat tradisional di Indonesia menyebutkan secara jujur pengetahuan
dinilai sulit untuk dilakukan, karena di tradisional yang digunakan dalam deskripsi
dalam paten sendiri membutuhkan syarat permohonan patennya. Jika perjanjian
kebaruan (novelty) dan langkah inventif, yang TRIPs sudah mengatur kewajiban disclosure
kemungkinan besar menjadi sulit untuk maka posisi hukum UU Paten 2016 akan
dipenuhi oleh pengetahuan tradisional di didukung secara internasional. Kedua, perlu
Indonesia. Hal ini bertentangan dengan juga diatur kewajiban adanya prior informed
consent di dalam Pasal 26 UU Paten 2016.
65 Mondag, 18 Desember 2017, “India: Novelty An Hal ini dilakukan sebagai bentuk proteksi
Indian Perspective”, http://www.mondaq.com/india/
x/655226/Patent/Experimentation+Research+Exemp pelindungan pengetahuan obat tradisional,
tion+In+Indian+Patent+Law+Scope+And+Ambit+Of+ yang menegaskan tentang perolehan
Section+473+Remains+Uncertain, diakses tanggal 20
Mei 2019. persetujuan awal (prior informed consent)
66 IP India, 22 Maret 2011, “Manual of Patent Practice dengan memberikan hak kepada masyarakat
and Procedure The Patent Office India”, Act 1970,
http://www.ipindia.nic.in/writereaddata/Portal/ adat untuk memutuskan apakah bersedia
IPOAct/1_31_1_patent-act-1970-11march2015.pdf, atau menolak mengizinkan pihak lain
diakses tanggal 20 Mei 2019.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 63


memanfaatkan pengetahuan obat tradisional Vidyastutie, Anggraeni Maulia. “Analisa Komparatif
tersebut. Ketiga, Indonesia perlu segera Penanganan Kasus Kejahatan Transnasional
memikirkan dan merancang pengaturan Biopiracy Antara India dan Amerika Serikat
mengenai benefit sharing (manfaat) yang tepat di bawah Rezim Internasional”. Jurnal of
atas pengetahuan obat tradisional. Selain International Relations. Vol. 4 No. 2. Tahun 2018.
itu, perlu ada pendelegasian terhadap Pemda Wiradirja, Imas Rosidawati. “Konsep
untuk berkordinasi dengan instansi-instansi Pelindungan Pengetahuan Tradisional
terkait dalam rangka melakukan pengumpulan Berdasarkan Asas Keadilan Melalui Sui
dokumen data base atas pengetahuan obat Generis Intellectual Property System”. Jurnal
tradisional di Indonesia. Hukum Ius Quiaiustum, Vol. 20 No. 2.
April Tahun 2013.
Daftar Pustaka
Buku
Jurnal Ali, Zainuddin. H. Metode Penelitian Hukum.
Berlianty, Teng. “Formulasi Pengaturan Disclosure Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. 2009.
Requirements Sumber Daya Genetik Sebagai Hawin, M. Dkk. Isu-Isu Penting Hak Kekayaan
Hak Paten“. Jurnal Kertha Patrika. Vol. 39 No. Intelektual di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
2 Agustus 2017. Mada Universitas Press. 2017.
Masrur, Devica Rully. “Upaya Pelindungan L. Tanya, Bernard. dkk. Teori Hukum Strategi
Sumber Daya Genetik Berdasarkan Undang- Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi.
Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten”. Yogyakarta: Genta Publishing. 2010.
Jurnal Hukum Jurisprudence. Vol. 8 No. 2
Tahun 2018. Margono, Suyud. Hukum Kekayaan Intelektual
(HKI): Mencari Konstruksi Hukum Kepemilikan
Rohaini. “Pelindungan Hukum Terhadap Komunal Terhadap Pengetahuan dan Seni
Pengetahuan Tradisional Melalui Tradisional Dalam Sistem Hak Kekayaan
Pengembangan Sui Generis Law”. Fiat Justisia Intlektual (HKI) di Indonesia. Bandung:
Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 9 No. 4 Tahun 2015. Pustaka Reka Cipta. 2015.
Siddiq, Miqdad Abdullah. “Dilemma Komersialisasi Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung:
Pengetahuan Tradisional Dalam Sistem Hukum PT. Citra Aditya Bakti. 2000.
Indonesia: Antara Pelindungan dan Pembagian
Manfaat”. Jurnal Hukum dan Pembangunan”. Rosidawati Wiradirja, Imas, dkk. Pengetahuan
Vol. 49 No. 1 Tahun 2018. Tradisional dan Hak Kekayaan Intelektual:
Pelindungan Pengetahuan Tradisional Berdasarkan
Sitorus, Winner. “Kepentingan Umum Dalam Asas Keadilan Melalui Sui Generis Intellectual
Pelindungan Paten. Jurnal Yuridika. Vol. 29 Property System. Bandung: PT. Refika Aditama.
No. 1. Januari Tahun 2014. 2018.
Tuuk, Wilsen Patriuck. “Pelindungan Hak Trisno, Rahardji. Kebijakan Legislatif dalam
Kekayaan Intelektual (HKI) Terhadap Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual. Pensil
Pengetahuan dan Teknologi Tradisional Komunika. Yogyakarta. 2006.
Menurut UU No. 13 Tahun 2016 Tentang
Paten”. Jurnal Lex Privatum. Vol. V No. 4.
Juni 2017.

64 TRIAS PALUPI KURNIANINGRUM: Pelindungan Hak Paten atas Pengetahuan Obat Tradisional ....
Pustaka dalam Jaringan
European Patent Office. 18 Oktober 2018. “The
European Patent Convention”. https://
www.epo.org/law-practice/legal-texts/
html/.../ar54.html. diakses tanggal 3
Oktober 2018.
IP India. 22 Maret 2011. “Manual of Patent
Practice and Procedure The Patent Office
India”, Act 1970. http://www.ipindia.nic.
in/writereaddata/Portal/IPOAct/1_31
_1_patent-act-1970-11march2015.pdf.
diakses tanggal 20 Mei 2019.
Kompas Online. 21 Oktober 2010. “Temulawak
Dipatenkan Asing”. https://lifestyle.kompas.
com/read/2010/10/21/07143294/
temulawak.dipatenkan.asing,. diakses
tanggal 7 April 2018.
Mahmudah, Masrifatun. “Urgensi Perubahan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
tentang Paten Sebagai Upaya Meningkatkan
Inventor Domestik di Indonesia”.
https://www.academia.edu/32342550/
urgensi_perubahan_undang-undang_
Nomor_14_Tahun_2001_tentang_Paten_
Sebagai_Upaya_Meningkatkan_ Inventor_
Domestik_di_Indonesia. diakses tanggal 1
Mei 2019.
Mondag. 18 Desember 2017. “India: Novelty An
Indian Perspective”. http://www.mondaq.
com/india/+Indian+Patent+Law+Scope+A
nd+Ambit+Of+Section+473+Remains+Un
certain. diakses tanggal 20 Mei 2019.
Republika Online. 26 Februari 2016. “Dunia
Melawan Biopiracy Sampel”. https://
www.Republika.Co.Id/Berita/Koran/
Teraju/16/02/26/O35fsa2-Dunia-
Melawan-Biopiracy-Sampel. diakses tanggal
17 September 2018.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 65

Potrebbero piacerti anche