Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
net/publication/322776038
CITATIONS READS
2 2,078
4 authors, including:
Yuniati Yuniati
3 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Swandari Paramita on 29 January 2018.
ABSTRACT
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infections are the major health problem in Indonesia;
this is mainly due to their resistance to antibiotics. Based on this, the quest for new sources of natural based
antimicrobial drugs is necessary. Bawang tiwai (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) is one of the natural
materials that have potential as an antibacterial natural-based of Indonesia origin. Bawang tiwai already
used empirically by local communities in East Kalimantan to treat various diseases. The aim of this research
is to know the antibacterial activity of E. bulbosa ethanol extract on MRSA and to know the type of secondary
metabolite with antibacterial activity tested by TLC bioautography method. The experiment was conducted
on Research Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Samarinda. TLC results showed that
ethanol extract of E. bulbosa has compounds containing sugar, alkaloids, steroids, and flavonoids. The
results of TLC bioautography show that ethanol extract of E. bulbosa can inhibit the growth of MRSA. MIC
results show that ethanol extract of E. bulbosa has potent antibacterial activity against MRSA with MIC 1
mg/mL. The conclusion of this research is all the results support the potential of bawang tiwai as the
alternative component of natural-based antibacterial agents against MRSA.
ABSTRAK
Kata kunci: Eleutherine bulbosa, antibakteri, MRSA, kromatografi lapis tipis, bioautografi
DOI: https://doi.org/10.25026/jsk.v1i9.86
Tabel 3. Hasil analisis golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri S. aureus (MRSA) pada ekstrak
etanol E. bulbosa
Nilai Rf Pada Zona Hambat
Golongan Senyawa BAA(a) (4:1:5) EMA(b) (6:2:4) KEA(c) (0,5:9:0,5) NE(d)
(4:1)
mengandung gula(e) 0,82 0,82 0,82 0,33
(f)
alkaloid 0,82 0,82 - 0,33
terpen-steroid(g) - 0,82 0,82 0,33
flavonoid(h) 0,82 - 0,82 0,33
Keterangan:
(a) BAA = butanol/ asam asetat/ air (4:1:5); (b) EMA = etil asetat/ metanol/ air (6:4:2); (c) KEA =
kloroform/ etil asetat/ asam formiat (0,5:9:0,5); (d) NE = n-heksan/ etil asetat (4:1); (e) reagen anisaldehid
dibawah sinar UV 365 nm; (f) reagen Dragendorf pada sinar tampak; (g) reagen Liebermann-Burchard
dibawah sinar UV 365 nm; (h) reagen AlCl3 dibawah sinar UV 365 nm
polar karena kloroform, etil asetat dan non polar dapat terpisahkan pada plat
asam formiat adalah pelarut polar. Dari KLT setelah dilakukan elusidasi.
keempat eluen yang digunakan sebagai Dengan menggunakan eluen etil
larutan pengembang, n-heksan/etil asetat asetat/ metanol/ air (6:4:2) pada ekstrak
(4:1) tidak menunjukkan pemisahan yang etanol E. bulbosa ditemukan noda plat
sempurna pada ekstrak tanaman obat, jika KLT yang terpisah dengan baik. Hal ini
dibandingkan dengan eluen yang lain berarti bahwa senyawa pada ekstrak
yaitu butanol/asam asetat/air (4:1:5), etanol E. bulbosa bersifat polar, karena
kloroform/etil asetat/asam formiat etil asetat dan metanol adalah pelarut
(0,5:9:0,5), dan etil asetat/metanol/air polar. Dengan menggunakan eluen
(6:4:2). kloroform/etil asetat/asam formiat
Identifikasi terpenoid dan steroid (0,5:9:0,5) pada ekstrak etanol E. bulbosa
dilakukan dengan menggunakan pereaksi ditemukan noda plat KLT yang terpisah
Lieberman-Burchard. Timbulnya warna dengan baik. Hal ini berarti bahwa
merah hingga ungu menandakan adanya senyawa pada ekstrak etanol E. bulbosa
triterpenoid, sedangkan warna hijau bersifat polar atau semi non polar, karena
menunjukkan adanya senyawa steroid. kloroform, etil asetat dan asam formiat
Identifikasi senyawa golongan flavonoid adalah pelarut polar.
dilakukan dengan menggunakan pereaksi Dengan menggunakan eluen n-
AlCl3. Bila timbul warna hijau heksan/ etil asetat (4:1) pada ekstrak
kekuningan pada penyemprotan etanol E. bulbosa ditemukan noda plat
menunjukkan keberadaan senyawa KLT yang terpisah dengan cukup baik.
flavonoid pada KLT. Setelah pemberian Hal ini berarti bahwa senyawa pada
pereaksi untuk mengidentifikasi 4 ekstrak etanol E. bulbosa bersifat non
golongan senyawa yaitu golongan polar, karena n-heksan adalah pelarut non
senyawa mengandung gula, alkaloid, polar.
terpen-steroid dan flavonoid ditemukan Secara umum ditemukan bahwa
bahwa ekstrak etanol E. bulbosa kromatogram yang menggunakan fase
memiliki semua golongan senyawa ini. gerak n-heksan/ etil asetat (4:1)
Hasil KLT ekstrak etanol E. menunjukkan profil noda yang kurang
bulbosa pada penelitian ini dengan dibandingkan dengan profil kromatogram
menggunakan berbagai fase gerak yang lain, baik pada pengamatan dibawah
menunjukkan pemisahan dan kenaikan sinar UV 254 maupun dengan
noda yang bervariasi. Pemisahan menggunakan sinar UV 365. Hal ini
senyawa yang terbaik dalam KLT dimungkinkan karena senyawa yang
memiliki ciri yaitu terbentuknya bercak terdapat dalam ekstrak etanol E. bulbosa
yang banyak dan terpisah dengan jelas. lebih banyak mengandung senyawa non
Dengan menggunakan eluen polar sehingga tidak terlalu larut dalam n-
butanol/ asam asetat/ air (4:1:5) pada heksan, yang merupakan pelarut non
ekstrak etanol E. bulbosa ditemukan noda polar.
plat KLT yang terpisah dengan baik. Hal Hasil ini sesuai dengan penelitian
ini berarti bahwa senyawa pada ekstrak KLT pada ekstrak etanol E. bulbosa
etanol E. bulbosa bersifat polar, karena lainnya, dimana skrining fitokimia
butanol dan asam asetat adalah pelarut menggunakan metode spot tes
polar, sehingga dengan pelarut ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol E.
senyawa-senyawa yang polar dan semi bulbosa mengandung senyawa kuinon
dan triterpenoid. Skrining dengan
27664 dengan angka KHM antara 120- merusak dinding sel bakteri hingga
125 μg/mL dan angka KBM (kadar bakteri mati. Flavonoid juga dapat
bakterisidal minimal) antara 250-1000 mempresipitasikan protein secara aktif
μg/mL [5]. Hasil penelitian ini juga dan merusak lipid pada membran sel
sesuai dengan penelitian aktivitas melalui mekanisme penurunan tegangan
antibakteri ekstrak E. bulbosa terhadap permukaan membrane sel [18].
bakteri multidrug-resistant, yaitu
Oxacillin-resistant S. aureus (ORSA). KESIMPULAN
Aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode difusi disk dan pengukuran KHM 1. Hasil KLT pada ekstrak etanol E.
dengan metode mikrodilusi. E. bulbosa bulbosa menggunakan empat macam
menunjukkan aktivitas terhadap ORSA eluen, yaitu butanol/ asam asetat/ air
pada KHM 125 μg/L [16]. (4:1:5), etil asetat/ metanol/ air
Hasil penelitian ini sesuai dengan (6:4:2), kloroform/ etil asetat/ asam
penelitian ekstrak E. bulbosa terhadap formiat (0,5:9:0,5), dan n-heksan/ etil
Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) asetat (4:1), seluruhnya dalam
dengan angka KHM antara 62,5-1000 berbagai fase gerak menunjukkan
μg/mL. Pemberian ekstrak E. bulbosa pemisahan dan kenaikan noda yang
selama 12 jam dengan 2 KHM dan 4 bervariasi.
KHM akan membuat sel membesar dan 2. Setelah pemberian pereaksi untuk
ketebalan membran sel meningkat. Hal mengidentifikasi 4 golongan senyawa
tersebut akan menimbulkan denaturasi yaitu golongan senyawa mengandung
sitoplasma dan merusak membran serta gula, alkaloid, terpen-steroid dan
menyebabkan kerusakan sel S. aureus. flavonoid, ditemukan bahwa ekstrak
Kurva pertumbuhan bakteri yang etanol E. bulbosa memiliki semua
diberikan ekstrak sebesar 4 KHM golongan senyawa tersebut.
menunjukkan 5 log reduksi dibandingkan 3. Hasil bioautografi KLT pada ekstrak
dengan kontrol [5]. Hasil penelitian ini etanol E. bulbosa ditemukan
juga sesuai dengan penelitian aktivitas golongan senyawa mengandung gula,
antibakteri dari ekstrak etanol kasar E. alkaloid, terpen-steroid, dan flavonoid
bulbosa terhadap serangkaian bakteri, memiliki potensi aktivitas anti bakteri
termasuk S. aureus ATCC 12600. Hasil terhadap S. aureus (MRSA).
penelitian ini menunjukkan bahwa 4. Pada penelitian ini ditemukan bahwa
ekstrak etanol E. bulbosa memiliki ekstrak etanol E. bulbosa memiliki
aktivitas antibakteri yang lebih baik potensi aktivitas antibakteri yang baik
terhadap gram-positif dibanding dengan terhadap S. aureus (MRSA) dengan
gram-negatif [17]. angka KHM sebesar 1 mg/mL.
Dari penjelasan tersebut, diduga E.
bulbosa memiliki aktivitas antibakteri UCAPAN TERIMA KASIH
yang baik karena memiliki kandungan Penelitian ini dibiayai oleh Balai
naphtoquinones, yang dapat Besar Penelitian dan Pengembangan
mempengaruhi proses transport elektron Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
dalam komponen sel bakteri [5]. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kandungan flavonoid di dalam E. Kesehatan, Kementerian Kesehatan,
bulbosa diduga juga memiliki mekanisme Republik Indonesia melalui Penelitian
kerja sebagai antibakteri, yaitu dengan Lanjutan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu
cara mendenaturasi protein sel dan tahun 2016.