Sei sulla pagina 1di 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) AKIBAT


PAPARAN KARBON MONOKSIDA (CO) MELALUI INHALASI PADA
PEDAGANG DI SEPANJANG JALAN DEPAN PASAR PROJO
AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

Rionaldo Elen Pamungkas, Sulistiyani, Mursid Rahardjo


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: rionaldo001@gmail.com

Abstract :Ambarawa has a total vehicle ownership of 23.999 units and has an
area of 28.221 km2. Congestion is often happening on several streets in
Ambarawa including the front road of Projo Market Ambarawa. Congestion
results in the high concentrations of carbon monoxide pollutants in the ambient
air which may pose a risk of health exposure to the traders along the front road of
Projo Market.This study aims to determine the condition of environmental health
due to the exposure of carbon monoxide through inhalation paths on the traders
along the front road of Projo Market Ambarawa. The type of this research is a
descriptive research with cross sectional research design and using
Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach. The subject sample of
this study is obtained by the total sampling method that is amounted to 58 traders
along the front road of the Projo Market, with air sampling at 19 point locations.
The results showed that carbon monoxide concentrations has a minimum value
of 8,47 mg/m3 and a maximum value of 92,53 mg/m3 with an average of 34,35
mg/m3. Average exposure time was 7,35 hours, with an average frequency of
exposure 349.7 days, and average duration of 18 years. The results of the
analysis were obtained for non-carcinogenic real-time effects: RQ ≤ 1 as much as
53 person (91,4%), RQ > 1 as much as 5 person (8,6%). As for non-carcinogenic
lifetime effects, the results are RQ ≤ 1 as much as 53 person (91,4%), RQ > 1 as
much as 5 person (8,6%). The conclusion is that the health risk level of non-
carcinogenic effects in both real-time and lifetime effects showed that most of the
respondents were safe.

Keywords: Carbon monoxide, Traders, Environmental Health Risk Analysis,


Ambarawa

Literature: 9, 1999 – 2016

PENDAHULUAN penduduk yaitu 1057 jiwa/km2.(1,2)


Peningkatan jumlah dimana provinsi Jawa Tengah ini
penduduk merupakan faktor pemicu menduduki peringkat keenam tingkat
utama meningkatnya jumlah kepadatan penduduk tertinggi di
kendaraan bermotor di jalan raya. Indonesia.3Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
Jawa Tengahtahun 2015 2015, Kabupaten Semarang yang
menyebutkan bahwa Jawa Tengah termasuk salah satu kabupaten
memiliki jumlah penduduk sebanyak besar di Jawa Tengah memiliki
33.774.141 jiwa dengan kepadatan jumlah penduduk sebanyak 961.421

824
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

jiwa dengan kepadatan penduduk hidrokarbon (HC), PM10 (particulate


yaitu 980 jiwa/km2.(4,5) matter 10), timbal (Pb) dan lain-lain.7
Salah satu kecamatan di Karbon monoksida
Kabupaten Semarang yang memiliki merupakan salah satu gas emisi
penduduk terbanyak adalah terbesar dari kendaraan bermotor.
Kecamatan Ambarawa.Menurut Gas tersebut di Jawa Tengah
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun merupakan zat pencemar tertinggi
2015, Ambarawa memiliki jumlah yang dihasilkan oleh sumber
penduduk 59.598 jiwa dengan bergerak kendaraan darat yaitu
kepadatan penduduk berjumlah 55.463.205,90 ton/tahun
1.988 jiwa/km2.(4,6) Jumlah dibandingkan hidrokarbon
kendaraan bermotor di Kecamatan 2.234.387,64ton/tahun maupun NO2
Ambarawa menjadi peringkat yaitu 1.326.423,97 ton/tahun.8
tertinggi di Kabupaten Semarang Karbon monoksida diudara
yaitu sebanyak 23.999 unit akandengan cepat dapat memasuki
kendaraan, diikuti kecamatan lain beberapa bagian tubuh seperti
seperti Bergas yaitu 23.395 unit darah, otak, jantung dan otot ketika
kendaraan, Bawen yaitu 20.572 unit kita bernapas. Gas ini memasuki
kendaraan, dan Kecamatan Tuntang tubuh melalui saluran inhalasi
13.801 unit kendaraan.7 kearah paru-paru dan kemudian
Tingginya volume kendaraan akan meninggalkan tubuh melalui
di Kecamatan Ambarawa semakin paru-paru juga ketika kita
menjadi masalah karena luas mengeluarkan napas. Namun
wilayah Ambarawa yang hanya terdapat jeda dalam pengeluaran
sebesar 28.221 km2.Ambarawa kembali karbon monoksida tersebut,
menduduki posisi sebagai wilayah yaitu membutuhkan waktu sekitar
denganluasterkecil di Kabupaten satu hari penuh agar karbon
Semarang, diikuti Kecamatan monoksida benar-benar keluar dari
Kaliwungu yaitu 29,95 km2.(10) tubuh.3
Volume kendaraan yang tinggi, Pasar Projo merupakan salah
dengan luas wilayah kecil akan satu pasar tradisional yang terletak
menyebabkan jumlah kepadatan di Kecamatan Ambarawa,
kendaraan yang tinggi, dimana Kabupaten Semarang.Lokasi Pasar
tingginya kepadatan kendaraan Projo dipisahkan oleh dua ruas jalan
berbanding terbalik dengan raya nasional Semarang-
kecepatan kendaraan yang melewati Yogyakarta. Dimana jalan raya
jalan. Kecepatan lalu lintas yang tersebut setiap harinya selalu ramai
berkurang justru akan menambah oleh kendaraan yang akan menuju
tingkat konsentrasi zat pencemar. Yogyakarta maupun sebaliknya.8
Karena semakin rendah kecepatan Bahkan tidak jarang terjadi
kendaraan melewati suatu jalan, kemacetan di kawasan jalan depan
maka akan semakin tinggi Pasar Projo yang merupakan salah
konsentrasi zat pencemar dijalan satu pasar tradisional terbesar di
tersebut.4,5Beberapa macam Ambarawa ini. Kemacetan
komponen pencemar udara yang mengakibatkan tingginya volume
berasal dari gas buang kendaraan kendaraan di kawasan pasar,
bermotor antara lain ozon (O3), sehingga dapat meningkatkan
karbon monoksida (CO), nitrogen konsentrasi zat pencemar di udara
oksida (NOx), belerang oksida (SOx), ambien yang menimbulkan risiko
paparan kesehatan terhadap

825
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pedagang di sepanjang jalan depan Selama ini belum pernah dilakukan


Pasar Projo Ambarawa.5,6 penelitian yang mengukur besarnya
Berdasarkan hasil studi paparan karbon monoksida pada
pendahuluan, telah dilakukan pedagang di Pasar Projo. Oleh
pengamatan dan pengukuranpada 2 karena itu, dibutuhkan suatu
titik sepanjang jalan di depan Pasar pendekatan analisis kesehatan
Projo Ambarawa, diketahui bahwa lingkungan yang dapat digunakan
disepanjang jalan depan pasar untuk mengukur dan mengetahui
terdapat banyak pedagang, terutama besar paparan CO di tubuh
pada pagi hari sekitar pukul 05.30 pedagang. Salah satu pendekatan
WIB - 07.30 WIB. Pedagang pada yang dapat dilakukan dalam
umumnya masih kurang mengukur besaran resiko kesehatan
memperhatikan keselamatan diri pada pedagang di jalan depan Pasar
terhadap bahaya pencemaran udara ProjoAmbarawa adalah dengan
di sekitarnya. Selain itu, dengan pendekatan Analisis Resiko
kemacetan yang terjadi di depan Kesehatan Lingkungan (ARKL).
pasar menyebabkan kadar karbon ARKL merupakan suatu
monoksida di udara cukup tinggi. pendekatan yang dapat digunakan
Hasil pengukuran yang dilakukan untuk memperkirakan risiko pada
pada titik pertama menunjukkan kesehatan manusia, termasuk
rata-rata nilai maksimal gas CO identifikasi terhdap adanya faktor
yang terdeteksi yaitu 96,18 mg/m3 ketidakpastian, penelusuran paparan
per jam, titik kedua dengan kadar tertentu, memperhitungkan
CO 44,66 mg/m3 per jam. karakteristik yang melekat pada
Nilai Ambang Batas (NAB) agen yang menjadi perhatian dan
karbon monoksida di udara telah karakteristik dari target spesifik. Oleh
diatur dalam Peraturan Pemerintah karena itu, berdasarkan uraian latar
Nomor 41 Tahun 1999 tentang belakang di atas, peneliti tertarik
Pengendalian Pencemaran Udara untuk meneliti besarnya risiko
Ambien Nasional. Peraturan kesehatan akibat paparan
pemerintah tersebut menyebutkan gaskarbon monoksida pada
bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) pedagangdisepanjang jalan depan
yang ditetapkan adalah sebesar Pasar Projo Ambarawa.
30.000 µg/ Nm3(26 ppm) dalam
waktu 1 jam, dan 10.000 µg/ Nm3(9 METODE PENELITIAN
ppm) dalam waktu 24 jam.9Selain Penelitian ini merupakan
itu, WHO juga mengeluarkan penelitian deskriptif dengan
standar paparan karbon monoksida menggunakan rancangan penelitian
yang diperbolehkan pada kualitas cross sectional. Pendekatan yang
udara secara lebih spesifik yaitu 100 digunakan adalah pendekatan
mg/m3 (87 ppm) dalam waktu 15 analisis risiko kesehatan lingkungan
menit, 60 mg/m3 (52 ppm) dalam dengan tujuan untuk mengukur dan
waktu 30 menit, 30 mg/m3 (26 ppm) memprediksi akibat yang akan
dalam waktu 1 jam dan 10 mg/m3 (9 terjadi karena adanya paparan
ppm) dalam waktu 8 jam. 7,8 karbon monoksida pada pedagang
Tingginya kadar CO di udara di sepanjang jalan depan Pasar
kawasan Pasar Projo ini tentunya Projo Ambarawa. Pendekatan
akan mengganggu kesehatan para analisis risiko kesehatan lingkungan
pedagang yang setiap hari berjualan (ARKL) terdiri dari langkah-langkah
di pinggir jalan depan Pasar Projo. analisis risiko yang meliputi

826
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

identifikasi bahaya, analisis variabel bebas, variabel terikat dan


pemajanan, analisis dosis respon, variabel pengganggu. Variabel
dan peniliaian karakteristik resiko. bebas terdiri dari intakekarbon
Penelitian dilakukan di lokasi monoksida serta faktor yang dapat
sepanjang jalan depan Pasar Projo mempengaruhi intake yang sudah
Ambarawa Kabupaten dirumuskan yaitu berat badan, laju
Semarang.Waktu penelitian dimulai asupan, lama paparan, frekuensi
dari persiapan proposal, paparan, durasi paparan dan
pengumpulan, dan pengolahan data konsentrasi karbon monoksida di
hingga penyusunan laporan akhir udara ambien. Variabel terikatnya
berlangsung selama 6 bulan dimulai adalah risiko kesehatan non
bulan Maret sampai Agustus 2017. karsinogenik yang muncul, dan
Pengambilan data dilakukan ketika variabel pengganggu yang dapat
jam padat yaitu pukul05.30 WIB - diduga menimbulkan gangguan
07.30 WIBselama dua minggu. besaran variabel terikat antara lain
Sampel responden diambil dengan umur, jenis kelamin, kebiasaan
perhitungan teknik total sampling, merokok, riwayat penyakit, keluhan
dimana jumlah responden dalam kesehatan, suhu dan kelembapan.
penelitian ini sama dengan jumlah
populasi, yaitu sebanyak 60 orang HASIL DAN PEMBAHASAN
pedagang di jalan depan Pasar Enam puluh orang popuasi yang
Projo Ambarawa yang diambil seharusnya menjadi responden,
menggunakan teknik terdapat 2 orang yang tidak
purposivesampling (responden yang memenuhi kriteria inklusi. Sehingga
diambil karena memenuhi kriteria hanya 58 orang yang benar-benar
inklusi. memenuhi kriteria untuk dijadikan
Selain sampel responden, responden. Hasil penelitian
dalam penelitian ini juga diambil pengukuran karbon monoksida
sampel udara yang akan diukur menunjukan bahwa konsentrasi gas
konsentrasi karbon monoksidanya. karbon monoksida pada lokasi
Dimana sampel udara diambil pada penelitian memiliki nilai median33,21
19 titik lokasi di sepanjang jalan mg/m3, nilai rata-rata 38,45 mg/m3
depan Pasar Projo yang terdapat dengan nilai maksimum konsentrasi
pedagang, yaitu 11 titik dari arah adalah 92,53 mg/m3 dan nilai
Yogyakarta-Semarang dan 8 titik minimum sebesar 8,47
dari arah Semarang -Yogyakata. mg/m3.Apabila dibandingkan dengan
Pengukuran kadar karbon Nilai Ambang Batas (NAB)
monoksida menggunakan alat CO konsentrasi karbon monoksida yang
Meter Digital. Dimana alat tersebut diperbolehkan menurut Peraturan
menggunakan konsep NDIR (No Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
dispersive infra-red) yang tentang Pengendalian Pencemaran
akanmencatat setiap detik pancaran Udara Ambien Nasional, sebagian
sinar infra merah yang terserap oleh titik masih memiliki konsentrasi di
molekul karbon monoksida di udara. atas Nilai Ambang Batas yang
Setiap titik akan diambil 1 kali ditentukan. Hal ini tentunya akan
selama 1 jam dandalam 1 hari akan mengakibatkan kemungkinan risiko
dilakuan pengambilan total 2 jam kesehatan yang lebih besar
pada pagi hari. terhadap pedagang di sepanjang
Terdapat 3 variabel yang jalan depan Pasar Projo Ambarawa.
termasuk dalam penelitian ini, yakni Tabel 1. Hasil Pengukuran CO

827
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

f CO dan waktu paparan minimum adalah


Titi
(ora (mg/ Ket. 2 jam per hari. Frekuensi paparan
k
ng) m3) yang memiliki nilaimedian yaitu 365
Diatas hari per tahun, rata-rata 349,72 hari
01 5 41,60 per tahun dengan frekuensi paparan
NAB
02 2 29,36 - maksimum adalah 365 hari per
Diatas tahun dan frekuensi paparan
03 3 38,04 minimum adalah 156,43 hari per
NAB
04 2 22,40 - tahun. nilai median durasi paparan
Diatas karbon monoksida adalah 15 tahun,
05 3 92,53 rata-rata 18 tahun dengan durasi
NAB
Diatas paparan maksimum adalah 50 tahun
06 5 34,35 dan durasi paparan minimum adalah
NAB
07 3 21,07 - 1 tahun.
08 6 29,36 - Perhitungan nilai inatake karbon
Diatas monoksida non karsinogenik
09 2 33,21 tersebut menggunakan rumus
NAB
Diatas sebagai berikut :8
10 5 68,70 ‫ݐ ݔ ܴ ݔ ܥ‬ா ‫݂ ݔ‬ா ‫ܦ ݔ‬௧
NAB
‫=ܫ‬
Diatas ܹ௕ ‫ݐ ݔ‬௔௩௚
11 3 60,46
NAB : Asupan (Intake)
12 3 12,17 - I
(mg/kg/hari)
13 2 15,14 - C : Konsentrasi riskagent,
14 1 29,87 - (mg/m3)
15 3 8,47 - R : Laju asupan atau
Diatas konsumsi(m3/jam)
16 5 49,88
NAB - Dewasa : 0,83 m3/jam
17 1 29,36 - - Anak-anak (6-12 tahun)
Diatas : 0,5 m3/jam
18 2 41,72
NAB tE : Waktu paparan (Jam/hari)
Diatas : Frekuensi paparan
19 2 72,78 fE
NAB (hari/tahun)
Tot Dt : Durasi paparan, (tahun)
58
al Wb : Berat badan(kg)
Berdasarkan tabel tavg : Periode waktu rata-rata
perbandingan diatas, dari 19 titik (hari)
yang diukur terdapat 10 titik yang 30 tahun x 365 hari/tahun
konsentrasi karbon monoksidanya = 10.950 hari untuk zat
masih berada di atas Nilai Ambang karsinogen
Batas yang ditentukan. Pada 10 titik Hasil perhitungan intake
tersebut, terdapat 35 orang menunjukkan bahwa nilai intakenon
pedagang yang rata-rata setiap hari karsinogenik rata-rata yaitu 2,94
berjualan di lokasi tersebut. mg/kg/hari dengan paparan
Untuk pola pajanan yang realtimemaksimum adalah 9,19
terdiri dari waktu paparan, frekuensi mg/kg/hari yang dimiliki oleh
paparan dan durasi paparan, responden 15, danminimal 0,03
didapatkan hasil bahwa rata-rata mg/kg/hari yang dimiliki oleh
waktu pajanan responden adalah 7,4 responden 42. Sedangkan untuk
jam per hari, dengan waktu paparan intakenon karsinogenik memiliki nilai
maksimum adalah 13 jam per hari rata-rata 4,76 mg/kg/hari dengan

828
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

paparan lifetime memiliki nilai Hasil penelitian menunjukan


maksimum 17,50 mg/kg/hari yang bahwa jumlah responden berisiko
dimiliki oleh responden 13, dan (RQ > 1) pada realtime sebanyak 5
minimal 0,46 mg/kg/hari yang dimiliki orang (8,6%) dan jumlah responden
oleh responden 47. tidak/belum berisiko (RQ < 1)
Karakteristik risiko dilakukan sebanyak 53 orang (91,4%).
dengan membandingkan nilai hasil Sedangkan jumlah responden
intakedengan nilai Reference berisiko (RQ > 1) pada lifetime
Consentration (RfC) yang dikenal sebanyak 5 orang (8,6%) dan jumlah
dengan nilai Risk quotient (RQ). responden tidak/belum berisiko (RQ
Penarikan kesimpulan karakteristik ≤ 1) sebanyak 53 orang (91,4%).
risiko dilakukan dengan perhitungan Berdasarkan hasil
tingkat risiko atau Risk quotient (RQ) perhitungan intake pada 58
dimana persamaannya sebagai responden pedagang di sepanjang
berikut : jalan depan Pasar Projo Ambarawa
‫ܫ‬ didapatkan nilai rata-rata
ܴܳ =
ܴ݂‫ܥ‬ intakerealtime yaitu 2,94 mg/kg/hari,
RQ :Risk quotient nilai median intakerealtime sebesar
I: Intake (mg/kg/hari) 2,20 mg/kg/hari dengan nilai
RfC:Reference Concentration maksimum intakerealtime adalah
(mg/kg/hari) sebesar 9,19 mg/kg/hari pada
Hasil perhitungan RQ responden 15, sedangkan nilai
menunjukkan karakteristik risiko minimum intakerealtime adalah
yang didapatkan oleh responden sebesar 0,03 mg/kg/hari pada
akibat adanya paparan karbon responden 47. Dari hasil perhitungan
monoksida (CO).Apabila nilai RQ ≤ 1 tersebut menunjukan bahwa
berarti respoden belum memiliki terdapat setengah dari total
risiko kesehatan non responden yang memiliki
karsinogenik.Sedangkan apabila intakerealtime diantara 2,20
nilai RQ > 1 berarti responden mg/kg/hari dan 9,19 mg/kg/hari.
memiliki risiko kesehatan non Perhitungan nilai intake
karsinogenik oleh paparan karbon berikutnya adalah intakelifetime.
monoksida. Nilai intakelifetime dari 58 orang
Berikut adalah hasil responden pedagang di sepanjang
perhitungan RS realtime maupun jalan depan Pasar Projo Ambarawa
lifetime: didapatkan nilai rata-rata 4,76
Tabel 2. Hasil Perhitungan RQ mg/kg/hari, median intakelifetime
Risk Quotient Realtime sebesar 3,84 mg/kg/hari dengan nilai
dan Lifetime maksimum intakelifetime sebesar
Belum 17,50 mg/kg/hari pada responden 13
Beris Total dan nilai minimum intakelifetime
Kate Berisik
iko (oran sebesar 0,46 mg/kg/hari pada
gori o
g) responden 47. Dilihat dari hasil
f % f %
(RQ) perhitungan tersebut berarti terdapat
8, 5 91 setengah dari total responden yang
Realti 5 58
6 3 ,4 memiliki nilai intakelifetime antara
me
(RQ) 3,84 mg/kg/hari dan 17,50
8, 5 91 mg/kg/hari. Nilai intakelifetime
Lifeti 5 58
6 3 ,4 cenderung lebih besar dibandingkan
me
nilai intakerealtimedikarenakan

829
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

durasi paparan yang digunakan waktu kerja dalam hari dan dalam
cenderung lebih besar durasilifetime minggu.
yaitu 30 tahun. Namun terdapat
beberapa responden yang telah DAFTAR PUSTAKA
melebihi durasi lifetime yaitu
sebanyak 7 orang (11,9%), sehingga 1. Badan Pusat Statistik Provinsi
pada 7 orang responden tersebut Jawa Tengah. Jumlah
tidak dapat dilakukan perhitungan Penduduk Menurut Kelompok
nilai intakelifetime, karena apabila Umur dan Jenis Kelamin di
dihitung maka responden ini akan Provinsi Jawa Tengah 2015.
memiliki nilai intakerealtimeyang https:
lebih besar dari pada nilai lifetime. //jateng.bps.go.id/linkTabelStatis
/view/id/1259. Published 2015.
KESIMPULAN DAN SARAN Accessed May 13, 2017.
Berdasarkan hasil penelitian,
Terdapat 10 titik (57,89%) dari 19 2. Badan Pusat Statistik Provinsi
titik yang diukur yang konsentrasi Jawa Tengah. Distribusi dan
karbon monoksidanya sudah Kepadatan Penduduk Menurut
melebihi baku mutu yang Kabupaten/Kota di Provinsi
diisyaratkan dalam Peraturan Jawa Tengah 2015. https:
Pemerintah RI Nomor 41 Tahun //jateng.bps.go.id/linkTabelStatis
1999 tentang Pengendalian /view/id/1354. Published 2015.
Pencemaran Udara Ambien Accessed May 13, 2017.
Nasional sebesar 30 mg/m3 per
jamnya. Intakepaparan karbon 3. Dinas Pengelolaan Pendapatan
monoksida (CO) pada realtime Anggaran Daerah Provinsi Jawa
memiliki nilai rata-rata 2,94 Tengah. UPPD Kabupaten
mg/kg/hari, sedangkan intake pada Semarang.
lifetime memiliki nilai rata-rata 4,76 http://dppad.jatengprov.go.id/up
mg/kg/hari. Baik pada karakteristik 3ad-kab-semarang/. Accessed
risiko non karsinogenik atau risk February 24, 2016.
quotient (RQ) realtimemaupun
lifetime, terdapat 5 orang responden 4. Badan Pusat Statistik
(8,6%) tidak aman atau berisiko dari Kabupaten Semarang. Luas
total 58 responden. Wilayah Kabupaten Semarang
Perlunya sosialisasi dari Menurut Kecamatan Tahun
instansi terkait (Dinas Pasar, Dinas 2015 (Km2). Luas Wilayah
Kesehatan) mengenai pentingnya Kabupaten Semarang Menurut
pemeriksaan kesehatan secara rutin Kecamatan Tahun 2015 (Km2).
dan berkala bagi pedagang berisiko
di jalan depan Pasar Projoguna 5. Gunawan H, Yenni R, Yona A.
Hubungan Konsentrasi Karbon
mencegah peningkatan pedagang
berisiko. Selain itu juga diperlukan Monoksida (CO) Di Udara
Ambien Roadside Dengan
adanya sosialisasi yang lebih masif
dari instansiterkait kepada Karakteristik Lalu Lintas Di
masyarakat berisiko terkait bahaya Jaringan Jalan Sekunder Kota
Padang. 18th FSTPT Int Symp
polusi udara dan pencegahan diri
dari risiko keterpaparan karbon Unila, Bandar Lampung. 2015.
monoksida melalui penjadwalan
6. Badan Pusat Statistik Jawa
Tengah. Proyeksi Bahan

830
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pencemaran Udara Menurut


Sumber di Jawa Tengah Tahun
2013 (Ton/Tahun).
http://jateng.bps.go.id/linkTabel
Statis/view/id/850. Published
2013. Accessed March 14,
2017.

7. World Health Organization.


Environmental Health Criteria
213 : CARBON MONOXIDE.
Geneva; 2004.

8. Direktorat Jenderal PP Dan PL


Kementerian Kesehatan.
Pedoman Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan (ARKL).;
2012.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41


Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara Ambien Nasional.

831

Potrebbero piacerti anche