Sei sulla pagina 1di 10

1

EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN BAKAU API-API (Avicennia marina)


UNTUK MENGOBATI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIINFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila
The Effect of Methanol Extract of Gray Mangrove (Avicennia marina) Leaf to Cure
Tilapia Fish (Oreochromis niloticus) Infected by Aeromonas hydrophila Bacteria
Pawestri Nur Rahajeng1), Dini Siswani Mulia2), Heri Maryanto3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2) ,3)
Dosen di Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Email : pawestrinur15@gmail.com

ABSTRACT
Tilapia (Oreochromis niloticus) is a kind potential freshwater fish as a source of
animal protein. Intensive cultivation of Tilapia is often at risk for the disease trigger. One of
the fish diseases caused by bacteria is Aeromonas Septicemia (MAS) motility. MAS fish
diseases is usually treated by a variety of specific antibiotics. However, long-term use leads
to resistance to bacteria. Using plants containing antibacterial compounds such as Grey
Mangrove Flower (A. marina) is one of the safe ways. The aim of this research is to find
out the effectivity of methanol extract of Grey Mangrove (Avicennia marina) leaf to treat
tilapia (O. niloticus) infected by A. hydrophilic bacteria conducted from February to August
2017. Experimental method with complete randomized design (RAL) is used in this study
applying 4 treatments with 4 repetitions. The experiment is conducted using leaf extract of
Grey Mangrove (Avicennia marina) with concentration 0.2 g / L; 0.3 g / L; 0.4 g /L and
control. The main parameters in the study are development of symptoms of disease,
recovery and synthesis process. The supporting parameters are temperature, pH and O2
dissolved. The synthesis data is analyzed using Analysis of Varience (ANOVA) at 95%
confidence interval and continued with DMRT (Duncan Multiple Range Test) at 95%
confidence interval. Clinical symptoms of MAS disease observed are in diarrhea ulcers of
injection wounds, prominent eyes, pale skin, dorsal fin and tail, bleeding in the gills, and
bulging stomach. The results show that Tilapia fish recover from MAS disease on the
eighth day. The results of ANOVA show that treatment of grey mangrove leaf extract has a
significantly different effect among treatments on parameter of survival rates. Duncan test
results show that the treatment of grey mangrove leaf extract (A. marina) on the extract
treatment of 0.4 g / L has an effect on the lower syntax compared to 0.3 g / L. The
treatment of extracts of 0.2 g / L and 0.3 g / L are not significantly different, but both
treatments give the same healing effect, so that the most effective treatment is
the addition of 0.2 g / L extract of grey mangrove leaf.

Keywords: Avicennia marina, Tilapia fish, MAS, Recovery, survival rates.


2

A. PENDAHULUAN pengobatan herbal yang ramah


Ikan merupakan sumber protein lingkungan dan berpotensi memiliki
hewani dalam makanan rakyat zat bioaktif alami yang berperan
Indonesia. Subsektor perikanan sebagai antibakteri yaitu daun bakau
memegang peranan penting dalam api-api (Avicennia marina).
penyediaan protein hewani bagi rakyat
Indonesia (Mariyono & Agus, 2002). B. METODE PENELITIAN
Salah satu jenis ikan air tawar yang Waktu dan Tempat
berpotensi sebagai sumber protein Penelitian dilaksanakan pada
hewani yang dapat dikonsumsi oleh bulan Februari sampai Agustus tahun
berbagai lapisan masyarakat adalah 2017 di Laboratorium Biologi
ikan nila. Ikan nila (Oreochromis Farmasi, Fakultas Farmasi dan
niloticus) dibudidayakan secara Laboratorium Mikrobiologi, Program
intensif di Indonesia. Budidaya Studi Pendidikan Biologi Fakultas
intensif seringkali beresiko terhadap Keguruan dan Ilmu Pendidikan
kemunculan penyakit. Universitas Muhammadiyah
Penyakit ikan yang sering Purwokerto.
menyerang pada ikan budidaya air Alat dan Bahan
tawar adalah. penyakit Motil Alat yang digunakan adalah
Aeromonas Septicemia (MAS) atau timbangan digital, oven, blender,
penyakit bercak merah yang loyang, nampan, saringan, kertas
disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. saring, toples kaca, corong, spatula,
Penyakit tersebut akan mewabah pada evaporator, waterbath, cawan porselen,
saat kondisi tubuh ikan menurun wrapping, aluminium foil, botol
akibat stress dan penurunan kualitas plastik, cawan petri, tabung reaksi, rak
air (Mulia, 2007). Ikan yang terinfeksi tabung reaksi, beaker glass 1000 ml,
bakteri A. hydrophila menunjukkan gelas ukur 10 ml, jarum ose, bunsen,
gejala eksternal seperti kulit yang pipet ukur 10 ml, filler pump, sprayer,
tampak pucat, terjadi pembengkakan hot plate, stirrer, autoklaf, inkubator,
dan luka pada bekas suntikan, LAF (Laminar Air Flow), suntikan 1
pendarahan (haemorhagik) pada tubuh ml, kapas, ember bervolume 15 liter,
ikan, sirip geripis dan bola mata seser, penggaris, DO meter, selang,
menonjol (Olga, 2014). dan aerator.
Petani ikan atau pengusaha ikan Bahan yang digunakan adalah
banyak menggunakan zat kimia dan daun bakau api-api (Avicennia marina)
antibiotik dalam mengobati. dari Desa Tritih Kulon, Kabupaten
Penngunaan antibiotic jangka waktu Cilacap, ikan nila (Oreochromis
lama dengan dosis yang kurang tepat niloticus), kultur murni Aeromonas
menimbulkan resistensi terhadap hydrophila GPl-04 yang diperoleh dari
bakteri. Selain itu penggunaan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
antibotik dapat mencemari lingkungan Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(Mariyono & Agus, 2002). Oleh Universitas Muhammadiyah
karena itu dibutuhkan alternatif Purwokerto, metanol, aquades, alkohol
3

70%, alkohol 96%, medium TSA dalam penelitian adalah bakteri A.


(Tryptone Soya Agar), medium TSB hydrophila. Biakan A. hydrophila
(Tryptone Soya Borth), medium GSP ditanam pada medium selektif GSP
(Glutamate Starch Phenil), minyak dengan goresan kuadran dan
cengkeh, PK, air, dan pakan ikan. menginkubasi pada suhu 370C selama
18 – 24 jam. Tahap purifikasi
Rancangan Penelitian dilakukan sampai terbentuk koloni-
Rancangan penelitian yang koloni A. hydrophila yang berukuran
digunakan adalah Rancangan Acak seragam dan jika ditumbuhkan pada
Lengkap (RAL) dan mengaplikasikan media GSP koloni menghasilkan
4 perlakuan dengan 4 kali warna putih kekuningan (krem),
pengulangan. Metode yang digunakan bentuk bulat, tepian licin dan elevasi
adalah eksperimen. Perlakuan dalam cembung (Anggraini et al., 2016).
penelitian, yaitu pemberian ekstrak c. Peningkatan Virulensi A.
daun bakau api-api (A. marina) secara hydrophila
rendaman terhadap ikan nila yang Kemampuan virulensi bakteri A.
diinfeksi bakteri A. hydrophila dengan hydrophila dapat ditingkatkan dengan
konsentrasi 0,2 g/L; 0,3 g/L; 0,4 g/L melakukan reinfeksi dan reisolasi pada
dan kontrol. ikan nila diulang sebanyak 3 kali.
d. Pengujian Lethal Dose50 (LD50)
Prosedur Kerja Penentuan LD50 dilakukan untuk
a. Pembuatan Ekstrak Daun Daun mengetahui pada tingkat pengenceran
Bakau Api-api (Avicennia marina) ke berapa yang mampu membunuh
Daun bakau api-api dicuci bersih dan lebih dari 50% dari jumlah ikan yang
dipotong kecil-kecil. Daun dikeringkan diinfeksi suspensi bakteri A.
menggunakan oven pada suhu 600C. hydrophila. Pengamtan dilakukan
setelah kering, dihaluskan selama 7 hari.
menggunakan blender sampai menjadi e. Infeksi Bakteri A.hydrophila pada
serbuk halus (simplisia). Simplisia Ikan Nila
sebanyak 200 gr direndam pada 1 liter Infeksi dilakukan dengan cara
methanol selama 2x 24 jam. disuntikkan. Sebelum menyuntik,
Menyaring campuran tersebut punggung ikan diolesi atau dilumasi
menggunakan kertas saring. Ekstrak dengan alkohol, kemudian
yang diperoleh diuapkan metanolnya menyuntikkan bakteri A. hydrophila
menggunakan rotary vacum sebanyak 0,1 ml/ekor. Setelah
evaporator dan dipanaskan di disuntik, punggung ikan dilumasi
waterbath sampai dihasilkan ekstrak dengan betadine.
daun bakau api-api yang benar-benar f. Pemberian Ekstrak Metanol Daun
kental. Bakau Api-Api Terhadap Ikan Nila
b. Purifikasi Bakteri A. hydrophila yang Diinfeksi Bakteri A.hydrophila
GPL-04 Perendaman dilakukan setelah ikan
Purifikasi dilakukan untuk memastikan diinfeksi bakteri A. hydrophila yang
bahwa bakteri yang akan digunakan kemudian menunjukkan gejala
4

penyakit MAS. Ikan nila yang Daun bakau api-api yang telah dipetik
terinfeksi A. hydrophila direndam pada memiliki berat basah sebanyak 12,8
larutan ekstrak daun bakau api-api kg. Hasil simplisia daun bakau api-api
dengan konsentrasi P1 : 0,2 g/L, P2 : sebanyak 2491,05 gram direndam pada
0,3 g/L, P3 : 0,4 g/L dan P0 : kontrol 17 liter metanol. Ekstrak kental yang
selama 1 jam. Dilakukan pengamatan dihasilkan sebanyak 351,87 gram.
selama 14 hari. b. Purifikasi Bakteri A. hydrophila
GPL-04
Parameter Penelitian Hasil dari purifikasi bakteri A.
Parameter utama yang diamati hydrophila menunjukkan media GSP
dalam penelitian ini adalah berubah warna menjadi oranye, koloni
perkembangan gejala penyakit, proses bakteri A. hydrophila berwarna putih
recovery, dan sintasan. Parameter kekuningan, bentuk koloni bulat,
pendukung yang diamati adalah memiliki elevasi cembung.
kualitas air yang terdiri atas suhu, pH,
dan O2 terlarut.

Analisis Data
Hasil penelitian akan dianalisis
menggunakan analisis varian
(ANAVA) pada taraf kepercayaan
95% dan menunjukkan adanya
perbedaan nyata maka dilanjutkan
dengan menggunakan DMRT (Duncan Gambar 4.2 Hasil Purifikasi Bakteri
Multiple Range Test) pada selang A. hydrophila GPl-04.
kepercayaan 95%. Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis c. Peningkatan Virulensi A.
perkembangan gejala penyakit, proses hydrophila
recovery ikan yang terinfeksi dan Ikan nila yang mati dari infeksi
kualitas air. pertama hingga infeksi ke tiga
menunjukkan gejala eksternal dan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN internal penyakit MAS. Gejala
a. Pembuatan Ekstrak Daun Daun eksternal yang teramati yaitu borok
Bakau Api-api (Avicennia marina) pada bekas suntikan yang semakin
Metode yang digunakan adalah metode melebar dan membengkak, munculnya
maserasi. Pelarut yang digunakan bercak merah yang menyebar ke
adalah metanol. Metanol merupakan seluruh tubuh ikan dan pendarahan
pelarut yang paling banyak digunakan pada insang. Gejala internal yang
dalam proses isolasi senyawa organik teramati ditunjukkan dengan saluran
bahan alam, karena hampir dapat pencernaan yang kosong berisi cairan,
melarutkan seluruh golongan metabolit hati merah kecoklatan, dan ginjal
sekunder (Oktavinus, 2013) berwarna kehitaman. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Olga (2014)
5

bahwa ikan yang mati ditandai dengan e. Gejala Perkembangan Penyakit


gejala internal seperti empedu yang Ikan nila yang telah diinfeksi
lembek dan mudah pecah, saluran bakteri A.hydrophila menunjukkan
pencernaan yang berisi cairan, hati gejala klinis dalam waktu ± 24 jam.
berwarna merah kecoklatan, ginjal Gejala penyakit yang terlihat secara
berwarna merah dengan tepi eksternal yaitu muncul borok pada
kehitaman. Menurut Haditomo et al., bekas suntikan yang berukuran 0,5 x
(2014), setelah 24 jam ikan diinfeksi 0,5 cm hingga 2 x 2 cm dan mata
bakteri A. hydrophila muncul luka menonjol, sebagian sisik lepas, sirip
infeksi pada bekas suntikan dan ruam punggung, dan ekor geripis, terdapat
pada tubuh bagian luar. Kondisi selaput putih pada sebelah mata,
rongga tubuh penuh berisi cairan, otot pendarahan pada insang, perut
yang terinfeksi hancur disebabkan menggembung. Gejala ini terlihat
infeksi A. hydrophila. merata pada semua ikan nila yang
Infeksi pertama memiliki durasi waktu diinfeksi bakteri A.hydrophila.
kematian setelah 48 jam, infeksi kedua Hal tersebut sesuai dengan
dan ketiga memiliki durasi kematian pernyataan Mulia & Husin (2012)
24 jam. Durasi waktu yang berbeda ini bahwa gejala klinis (eksternal) pada
menunjukkan bahwa patogenisitas dan ikan yang diinfeksi A.hydrophila
virulensi bakteri A. hydrophila pada antara lain tubuh mengalami
infeksi pertama masih rendah ditandai perdarahan (kemerahan), mulut
dengan gejala yang muncul masih kemerahan, sisik kemerahan, sirip
ringan. Kemudian mengalami geripis, perut kembung, gerakan ikan
peningkatan patogenisitas dan tidak lincah, sebagian besar megap-
virulensi pada infeksi kedua dan ketiga megap di permukaan air, dan nafsu
dengan munculnya gejala yang makan yang menurun. Rahman (2008)
semakin parah dengan durasi kematian menyatakan bahwa setelah 24 jam,
yang lebih singkat. Hasil tersebut ikan yang diinfeksi bakteri
memperlihatkan keganasan bakteri A. A.hydrophila mengalami perdarahan
hydrophila ketika menginfeksi ikan pada kulit dan insang, ikan terlihat
nila. stress dan bergerak / berada di sekitar
d. Pengujian Lethal Dose50 (LD50) aerasi.
Selama 7 hari, ikan nila yang f. Proses Recovery
telah diinfeksi menunjukkan gejala Gejala klinis yang teramati
penyakit MAS dengan tingkat setelah 24 jam dari perendaman berupa
keparahan yang berbeda-beda. Hasil borok yang semakin melebar, kulit
uji LD50 dengan prosentase kematian pucat, sirip ekor geripis dan perut
lebih dari 50% adalah bakteri A. menggembung. Perubahan tingkah
hydrophila pada medium TSB tanpa laku juga terjadi berupa ikan yang
pengenceran.atau biakkan murni. tidak bergerak aktif atau berada
Dosis tersebut digunakan ketika didasar akuarium dan nafsu makan
menginfeksi ikan nila untuk perlakuan yang kurang.
uji utama.
6

Pada hari ke 1 - 3 ikan nila tersebut sesuai dengan pernyataan


yang terinfeksi bakteri A.hydrophila Hardi et al., (2014) bahwa ikan nila
pada semua perlakuan memiliki nafsu yang diinfeksi bakteri A.hydrophila
makan yang berkurang. Hal tersebut setelah 72 jam (3 hari) menunjukkan
menunjukkan bahwa ikan mengalami patologi anatomi organ luar berupa
stress pasca infeksi bakteri sisik yang lepas, bola mata yang
A.hydrophila menimbulkan respon menonjol bahkan hingga lepas.
penolakan terhadap makanan. Hal ini Kematian ikan dengan gejala tersebut
sesuai dengan pernyataan Hardi et al., terjadi pada keesokan harinya.
(2014) yang menyatakan bahwa Gejala ikan pada perlakuan P0
perubahan tingkah laku seperti semakin parah terjadi pada hari ke 6
berenang didasar akuarium dan nafsu dan 7 dan kematian ikan mulai
makan menurun terjadi setelah 24 jam bertambah. Gejala yang teramati
ikan nila diinfeksi bakteri berupa pendarahan pada insang dan
A.hydrophila melalui injeksi borok yang semakin parah terutama
intramuskular. Terjadi kematian didaerah bekas suntikan (infeksi). Hal
beberapa ikan nila pada perlakuan P0, tersebut sesuai dengan pernyataan
P1 dan P3. Kematian ikan nila tersebut Setiaji (2009) bahwa luka terparah
diduga karana pengaruh zat aktif dari dialami pada daerah sekitar bekas
ekstrak daun bakau api-api itu sendiri suntikan karena merupakan daerah
terhadap proses metabolisme tubuh yang pertama kali kontak dengan
ikan. bakteri A.hydrophila. Bakteri
Nafsu makan ikan pada hari ke A.hydrophila merupakan bakteri yang
4 dan 5 mulai membaik kecuali bekerja secara sistemik (peredaran
perlakuan P0 (kontrol) yang semakin darah) sehingga dengan metode
menurun. Ikan nila pada perlakuan P1 penyuntikkan menyebabkan
dan P2 mulai menunjukkan tanda-tanda penyebaran bakteri A.hydrophila ke
kesembuhan terlebih dahulu, walaupun organ-organ dalam cepat terjadi. Pada
kesembuhannya tidak total. Tanda- tahap inilah infeksi bakteri
tanda kesembuhan mulai terlihat pada A.hydrophila sudah berjalan kronis.
hari pengamatan ke 4 yang ditandai Ikan nila pada perlakuan P1, P2 dan P3
dengan nafsu makan yang mulai pada hari pengamatan ke 6 dan 7 mulai
membaik dan gerakan berenang ikan menunjukkan nafsu makan yang
yang mulai aktif. Ikan nila perlakuan membaik, gerakan berenang yang
P3 mulai terlihat tanda-tanda aktif, borok terlihat mengecil dan
kesembuhannya pada hari pengamatan warna tubuh perlahan kembali normal.
ke 5. Namun, perlakuan P0 borok Ikan nila yang hidup pada
semakin melebar dan membengkak perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan
bahkan menimbulkan luka pada kulit. tanda-tanda pulih pada hari
Terjadi penggembungan pada perut pengamatan ke 8-10, meskipun belum
ikan nila karena adanya cairan dalam pulih benar. Hal tersebut sesuai dengan
rongga perut. Sisik ikan nila terkelupas penyataan Nazilah (2017), bahwa ikan
dan bola mata menonjol keluar. Hal yang terserang penyakit MAS, setelah
7

diobati mengalami kesembuhan pada Tabel 4.5. Sintasan Ikan Nila


hari pengamatan ke 8 hingga 10. Ikan
Sintasan % Rata-rata
nila yang pulih dari penyakit MAS Perla 1 2 3 4 (Sintasan) ±
ditandai dengan borok yang mulai kuan Standar Deviasi
mengecil, bergerak aktif dan bercak (%)
merah pada tubuh ikan mulai hilang. P0 0 0 0 0 a
0.00 ± 0.00
Respon makan pada ikan nila mulai P1 40 20 30 30 bc
30.00 ± 8.16
membaik. Hal tersebut sesuai dengan P2 40 30 40 30 35.00 ± 5.77c
pernyataan Setiaji (2009) bahwa P3 20 40 10 10 b
20.00 ± 14.14
semakin baik respon makan ikan maka Keterangan : Angka yang diikuti superscript yang
semakin cepat pula terjadi proses sama tidak berbeda nyata pada hasil uji DMRT
penyembuhan. pada taraf kepercayaan 95% dan angka di
belakang ± menunjukkan besarnya standar deviasi
Perlakuan P0 menunjukkan
gejala yang semakin parah bahkan
Hasil uji Duncan menunjukkan
hingga mengalami kematian pada hari
perlakuan P0 (kontrol) berbeda nyata
ke 11 – 14. Hal tersebut terjadi karena
dengan perlakuan pemberian ekstrak
pada perlakuan P0 (kontrol) tidak
metanol daun bakau api-api yaitu P1,
dilakukan pengobatan sehingga
P2, dan P3. Perlakuan antara P1 (ekstrak
semakin hari gejala yang ditimbulkan
metanol daun bakau api metanol -api
oleh bakteri A.hydrophila semakin
0,2 g/L) dengan P2 (ekstrak metanol
parah. Berbeda dengan ikan nila yang
daun bakau api-api 0,3 g/L) memiliki
masih bertahan hidup pada perlakuan
hasil yang tidak berbeda nyata. Sama
P1. P2 dan P3 mengalami proses
halnya dengan perlakuan antara P1
penyembuhan, baik sembuh secara
dengan P3 yang tidak berbeda nyata.
total (tidak terlihat gejala klinis), atau
Perlakuan antara P2 dengan P3 (ekstrak
hanya sembuh parsial (masih terlihat
metanol daun bakau api-api 0,4 g/L)
gejala klinis). Gejala klinis yang masih
memiliki hasil yang berbeda nyata. Hal
terlihat pada ikan yang masih hidup
tersebut dikarenakan tingkat
adalah sisik ikan yang masih
kelangsungan hidup ikan nila pada
terkelupas.
perlakuan P2 paling tinggi
g. Sintasan
dibandingkan perlakuan lainnya.
Sintasan merupakan prosentase
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa
banyaknya jumlah ikan yang hidup
perlakuan P0 (kontrol) memiliki
selama perlakuan dari jumlah ikan
sintasan terendah. Rendahnya sintasan
yang ditebar pada awal penelitian
pada P0 (kontrol) dikarenakan ikan
(Utami, 2014). Data sintasan dalam
yang telah dinfeksi A. hydrophilla
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
tidak dilakukan pengobatan dengan
4.5.
penambahan ekstrak daun bakau api-
api sehingga berpengaruh pada
rendahnya sintasan yang dihasilkan.
Pada perlakuan P1, P2, dan P3 memiliki
sintasan yang lebih tinggi
8

dibandingkan dengan P0 (kontrol). Hal perlakuan P1 dengan P2 dan P1 dengan


tersebut dikarenakan pada perlakuan P3 memiliki kemampuan kesembuhan
diberikan penambahan ekstrak daun ikan nila yang terinfeksi bakteri A.
metanol bakau api-api ketika hydrophilla yang sama. Kesembuhan
dilakukan perendaman ikan nila yang yang sama dapat dilihat pada hasil
terinfeksi penyakit MAS. Sehingga pengamatan proses recovery yang
dengan penambahan ekstrak daun menunjukkan ikan nila mulai terlihat
bakau api-api diduga senyawa- pulih hari ke 4 pada perlakuan P1 (0,2
senyawa aktif yang terkandung dalam g/L) dan P2 (0,3 g/L), sedangkan pada
ekstrak mampu menghambat atau P3(0,4 G/L) mulai terlihat pulih pada
bahkan membunuh bakteri A. hari pengamatan ke 5.
hydrophilla yang menyerang ikan nila. f. Kualitas Air Pemeliharaan
Pada perlakuan P3 (ekstrak daun bakau Kualitas air sangat
api-api 0,4 g/L), sintasannya mempengaruhi pertumbuhan dan
mengalami penurunan. Hal ini kelangsungan hidup ikan nila.
dikarenakan konsentrasi ekstrak daun Data parameter kualitas air
bakau api-api yang tinggi selama pengamatan dapat dilihat pada
menyebabkan ekstrak bersifat toksik Tabel 4.6.
bagi ikan nila sehingga menyebabkan Tabel 4.6. Parameter Kualitas Air
tingginya kematian ikan. Selama Pengamatan
Rahman (2008) menyatakan Parameter
Perlakuan
bahwa perendaman ekstrak Suhu (0C) pH DO (mg/L)
mempengaruhi tingkat kelangsungan P0(kontrol) 26 – 29 7,2 – 8,2 6 – 7,8
hidup ikan karena batas konsentrasi P1(0,2 g/L) 26 – 29 7,2 – 8,2 5,9 – 8,2
yang diberikan untuk membunuh atau P2 (0,3g/L) 26 – 29 7,2 – 8 5,3 – 7,9
menghambat pertumbuhan bakteri A. P3(0,4 g/L) 26 – 29 7,3 – 8 6 – 7,8
hydrophilla melebihi dari batas
maksimal yang diperlukan. Hal Kualitas air selama
tersebut menyebabkan efek samping pengamatan adalah suhu berkisar
pada ikan nila. Konsentrasi yang antara 26-290C, pH berkisar antara 7,2
melebihi batas ambang konsentrasi – 8,2 dan DO berkisar antara 5,3 – 8,2
efektif yang dibutuhkan oleh ikan nila mg/L. Kordi (2010) menjelaskan
ternyata menyebabkan kematian yang secara umum kualitas air yang baik
lebih awal. dalam pemeliharaan ikan nila adalah
Berdasarkan hasil uji Duncan air dengan suhu 250 – 300 C, ph kisaran
(Tabel 4.5 & Lampiran 1) diperoleh 7–8 dan kandungan oksigen terlarut
perlakuan yang efektif dalam minimal 4 mg/L. Amri et al., (2008)
mengobati ikan nila yang terinfeksi menjelaskan bahwa syarat kualitas air
penyakit MAS. Perlakuan P1 dengan yang baik untuk pemeliharaan ikan
penambahan ekstrak metanol daun nila dengan kandungan oksigen untuk
bakau api-api sebanyak 0,2 g/L adalah ikan nila minimal 4 mg/L, pH atau
konsentrasi yang paling efektif. Hal derajat keasaman kisaran 5-9. Hal
tersebut dikarenakan, baik pada
9

tersebut menunjukkan bahwa kualitas E. DAFTAR PUSTAKA


air selama penelitian masih Angraini, R., Aliza, D., & Mellisa, S.
menunjukkan kualitas air yang layak 2016. Identifikasi Bakteri
dan memenuhi syarat untuk kehidupan Aeromonas hydrophila Dengan
ikan nila. Uji Mikrobiologi Pada Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) yang
D. SIMPULAN DAN SARAN Dibudidayakan di Kecamatan
Simpulan Baitussalam Kecamatan Aceh
Berdasarkan hasil dan Besar. Jurnal Ilimah Mahasiswa
pembahasan penelitian yang telah Kelautan dan Perikanan. 1 (2) :
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan 270-286.
bahwa :
1. Ekstrak metanol daun bakau Haditomo, A.H.C., Widanarni., &
api- api (A. marina) dapat Lusiasturi, A.M. 2014.
mengobati ikan nila yang Perkembangan Aeromonas
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila Pada Berbagai Media
hydrophila. Kultur. Jurnal Seminar Nasional
2. Konsentrasi ekstrak metanol ke –III. Semarang : Fakultas
daun bakau api-api (A. marina) Perikanan dan Ilmu Kelautan,
yang paling efektif dalam Universitas Diponegoro.
mengobati ikan nila dari infeksi
bakteri A. hydrophila adalah Hardi, E.H., Pebrianto, C.A.,
0,2 g/L. Hidayanti, T., & Handayani, R.T.
2014. Infeksi Aeromonas
Saran hydrophila Melalui Jalur yang
1. Perlu dilakukan penelitian Berbeda Pada Ikan Nila
lebih lanjut dengan konsentrasi (Oreochromis niloticus) di Loa
ekstrak metanol daun bakau Kulu Kutai Kartanegara
api-api (A. marina) yang Kalimantan Timur. Jurnal
berbeda sehingga dapat Kedokteran Hewan. 8 (2) : 130-
meningkatkan kelangsungan 133.
hidup ikan nila (O. niloticus).
2. Perlu dilakukan pengobatan Mariyono & Agus, S. 2002. Teknik
dengan metode perendaman Pencegahan dan Pengobatan
ekstrak metanol daun bakau Penyakit Bercak Merah Pada Ikan
api-api pada skala lapang Air Tawar yang Disebabkan oleh
sehingga dapat diterapkan oleh Bakteri Aeromonas hydrophila.
petani ikan. Buletin Teknik Pertanian. 7 (1) :
33-36.
10

Mulia, D. S. 2007. Keefektifan Vaksin Rahman, M. F. 2008. Potensi


Aeromonas hydrophila untuk Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya
Mengendalikan Penyakit MAS pada Ikan Gurami yang Di Infeksi
(Motile Aeromonas Septicemia) Bakteri Aeromonas hydrophila.
pada Gurami (Osphronemus Skripsi. Bogor : Fakultas
gourami Lac). Jurnal Kedokteran Hewan, Institut
Pembangunan Pedesaan. 7 (1) : Pertanian Bogor.
43-52.
Setiaji, A. 2009. Efektifitas Ekstrak
Mulia, D. S. & Husin, A. 2012. Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Untuk Pencegahan Dan
Dalam Menanggulangi Ikan Patin Pengobatan Ikan Lele Dumbo
Yang Terinfeksi Bakteri Clarias sp yang Diinfeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila. Jurnal Aeromonas hydrophila. Skripsi.
Sainteks . 8 (2): 22-33. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Nazilah, M.A. 2017. Penggunaan Bogor.
Ekstrak Daun Bakau Api – Api
(Avicennia marina) Untuk
Mengobati Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) Yang
Terserang Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Purwokerto :
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Olga. 2014. Patogenisitas Bakteri


Aeromonas hydrophila ASB01
Pada Ikan Gabus (Ophicephalus
striatus). Jurnal Sains Akuatik 14
(1) : 33-39.

Oktavinus, S. 2013. Uji Daya Hambat


Ekstrak Daun Mangrove Jenis
Avicenna marina Terhadap
Bakteri Vibrio parahaemolyticus.
Skripsi. Makasar : Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.

Potrebbero piacerti anche