Sei sulla pagina 1di 11

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah

ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Via Al Ghafini Choyron


J 410 110 064

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

Fakultas Ilmu Kesehatan 2


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN

Via Al Ghafini Choyron*, Bejo Raharjo**, Kusuma Estu Werdani***

*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dinas Kesehatan Kabupaten


Sukoharjo, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

ABSTRACT
Pneumonia is one of the causes of morbidity and mortality in infants, caused by
microorganisms such as Streptococcus pneumoniae, Streptococcus Aures, Haemophyllus
influenza, Escherichia coli and Pneumocystis jirovenci. The purpose of this study was to
analyze the relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of pneumonia in
infants in Puskesmas Pedan Klaten. This type of research was observational research with
case control design. Population of cases in this study was that children aged 6-24 months
were recorded in the registration Puskesmas Pedan Klaten in January-June 2015, while the
control population is children who did not have a history of pneumonia in Puskesmas Pedan
Klaten area. Selection of the sample in the case group of 40 people and control as many as
40 people by using simple random sampling technique while using a statistical test Chi
Square test. The results showed that infants who were not exclusively breastfed for 25
(62,5%) in the case group and 14 (35%) in the control group. Statistical test results showed
that exclusive breastfeeding is had relationship with the incidence of pneumonia in infants in
Puskesmas Pedan Klaten area (p = 0.004 ; OR = 3.095 ; 95 % CI = 1.243 to 7.706).

Key Words : Exclusive breastfeeding , Pneumonia, Children

PENDAHULUAN Indonesia kasus pneumonia mencapai


Penyakit saluran pernapasan sebagai 22.000 jiwa menduduki peringkat ke
penyebab kesakitan dan kematian terbesar delapan sedunia (WHO, 2014).
pada balita, salah satunya yaitu
pneumonia. Pneumonia terjadi karena Jumlah kasus pneumonia di Provinsi
rongga alveoli paru-paru yang disebabkan Jawa Tengah tahun 2013 tercatat sebanyak
oleh mikroorganisme seperti Streptococcus 55.932 kasus (67 kematian). Jumlah
pneumonia, Streptococcus aures, kematian anak pada kelompok umur <1
Haemophyllus influenza, Escherichia coli tahun sebanyak 36 anak dengan Case
dan Pneumocystis jirovenci (Widagdo, Fatality Rate (CFR) 0,18% dan pada
2012). kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 31
Pneumonia menjadi salah satu anak dengan CFR = 0,09% (Kemenkes RI,
penyakit menular sebagai faktor penyebab 2014).
kematian pada anak. Pneumonia menjadi Berdasarkan data Dinas Kesehatan
target dalam Millenium Development Kabupaten Klaten, kasus pneumonia pada
Goals (MDGs), sebagai upaya untuk tahun 2014 sebesar 2.584 kasus dan
mengurangi angka kematian anak. mengalami kenaikan dibanding tahun 2013
Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 sebanyak 1.911 kasus. Puskesmas Pedan
terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia, menempati urutan pertama dari 34
dan sebesar 935.000 (15%) kematian anak Puskesmas lain di Klaten dengan jumlah
disebabkan oleh pneumonia. Sedangkan di kasus pneumonia pada balita pada tahun
2014 sebanyak 269 balita, meskipun
Fakultas Ilmu Kesehatan 31
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

jumlahnya mengalami penurunan Berdasarkan penelitian-penelitian oleh


dibanding tahun 2013 sebanyak 351 balita, para ahli bahwa bayi yang diberi ASI lebih
tetapi jumlah tersebut masih tergolong kuat dan akan terhindar dari kejadian
tinggi (Dinkes Klaten, 2015). penyakit asma, pneumonia, diare, infeksi
Banyak faktor yang dapat telinga, alergi, kanker anak, diabetes,
berpengaruh terhadap meningkatnya radang usus buntu dan obesitas (Nirwana,
kejadian pneumonia pada balita, baik 2014). Menurut penelitian Kristhana et. al.,
faktor sosial ekonomi, faktor nutrisi, faktor (2014) bayi yang diberi ASI sampai 4
lingkungan serta riwayat penyakit penyerta bulan memiliki imun lebih besar dari pada
(Wonodi et. al., 2012). Air susu ibu bayi yang tidak diberi ASI. Antibodi IgA
merupakan makanan yang paling baik pada ASI dapat melindungi bayi terhadap
untuk bayi. Air susu ibu mengandung zat infeksi dengan menetralisir pathogen di
gizi yang dibutuhkan bayi dan zat permukaan mukosa.
kekebalan tubuh yang dapat membantu
melawan infeksi (Irianto, 2014). Salah satu Target yang ditetapkan untuk
faktor risiko pneuomonia yaitu tidak pemberian ASI eksklusif yakni 80%
mendapat ASI eksklusif. ASI telah terbukti namun cakupan pemberian ASI eksklusif
akan membuat bayi menjadi lebih kuat dan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
dapat terhindar dari serangan berbagai 54,3%, sedikit meningkat dibandingkan
penyakit, salah satunya yaitu pneumonia dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%
(Nirwana, 2014). (Kemenkes, 2014). Cakupan pemberian
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi ASI eksklusif di Provinsi Jawa Tengah
yang baru lahir hingga usia 6 bulan. ASI pada tahun 2013 sebesar 67,95%
memiliki banyak kandungan seperti (Kemenkes, 2014). Berdasarkan data
vitamin, mineral, lemak, karbohidrat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
protein sehingga memiliki peran yang cakupan ASI eksklusif pada tahun 2014
sangat penting untuk melindungi anak dari sebesar 80,84%.
infeksi seperti pneumonia dan diare Berdasarkan survei diperoleh
(Prihatiningtyas, 2014). informasi dari 20 balita pneumonia yang
ASI eksklusif adalah pemberian ASI disurvai terdapat 8 balita ASI eksklusif
saja tanpa pemberian tambahan makanan dan 12 balita tidak ASI esklusif. Balita
lainnya seperti pisang, pepaya, bubur, yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
biskuit, nasi tim serta tambahan cair dikarenakan ibu yang sibuk dengan
lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, pekerjaan sehingga tidak dapat
air teh, selama 6 bulan (Haryono dan memberikan ASI eksklusif.
Setianingsih, 2014). Banyak penelitian yang
Pemberian ASI saja tanpa makanan menyimpulkan bahwa ada hubungan
tambahan lainnya sampai bayi berusia pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
enam bulan akan bermanfaat bagi daya pneumonia. Menurut penelitian Hartati
tahan tubuh bayi sehingga bayi tidak (2011) di RSUD Pasar Rebo
mudah terserang penyakit (Astutik, 2014). menyimpulkan bahwa balita yang tidak
ASI eksklusif mempunyai perbedaan mendapatkan ASI eksklusif memiliki
komponen dari hari ke hari yang peluang mengalami pneumonia 4,47 kali
disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang dibanding dengan balita yang mendapat
dimulai dari kolostrom, ASI transisi dan ASI eksklusif. Sedangkan menurut
ASI matur. Sehingga ASI eksklusif sangat penelitian Annah dkk (2012), balita yang
berperan dalam tumbuh kembang anak dan tidak mendapatkan ASI eksklusif 2,49 kali
dapat meningkatkan kecerdasan anak lebih berisiko menderita pneumonia
(Haryono dan Setianingsih, 2014). daripada balita yang mendapat ASI

Fakultas Ilmu Kesehatan 42


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

eksklusif yang berarti bahwa ASI eksklusif 2) Orangtua/ibu bersedia


merupakan faktor pencegah pneumonia. menjadi responden.
Tujuan penelitian ini untuk 3) Balita yang berasal dari
mengetahui hubungan pemberian ASI wilayah kerja Puskesmas
eksklusif dengan kejadian pneumonia pada Pedan Klaten
balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan b. Kontrol
Klaten serta untuk Mendiskripsikan 1) Balita yang tidak memiliki
variabel-varibel yang diteliti. riwayat pneumonia.
2) Orangtua/ibu bersedia
METODE PENELITIAN menjadi responden
Jenis penelitian ini adalah penelitian 3) Balita yang dekat dengan
observasional analitik dengan rumah kelompok kasus.
menggunakan desain case control, 2. Kriteria Eksklusi
dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015 di a) Orangtua/ibu dan atau balita telah
wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten. meninggal.
b) Telah pindah tempat tinggal.
Populasi dalam penelitian ini terdiri
dari 2 yaitu populasi kelompok kasus dan Analisis data yang digunakan adalah
populasi kelompok kontrol. Populasi pada analisis univariat dan analisis bivariat.
kelompok kasus yaitu balita usia 6-24 Analisis univariat digunakan untuk
bulan yang tercatat dalam registrasi menggambarkan karakteristik masing-
Puskesmas Pedan Klaten pada bulan masing variabel yang diteliti. Variabel
Januari - Juni tahun 2015 sebanyak 62 dalam penelitian ini merupakan data
balita. Populasi pada kelompok kontrol kategori sehingga peneliti menjelaskan
yaitu balita yang tidak memiliki riwayat dengan menggunakan distribusi frekuensi
pneumonia di wilayah kerja Puskesmas dan persentasi atau proporsi, dan disajikan
Pedan Klaten. Jumlah populasi kontrol dalam bentuk tabel. Analisis bivariat
sebanyak 4.779 balita. digunakan untuk menghubungkan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dan
Sampel dalam penelitian ini
untuk mengetahui hasil OR dengan uji
menggunakan rumus Lemeshow (1997),
statistik Chi-Square. Analisis data
dan diperoleh sampel minimal sebanyak
dilakukan dengan perangkat lunak
32. Namun peneliti membulatkan sampel
komputer dengan tingkat signifikan
menjadi 40 responden dengan
α=0,05 (taraf kepercayaan 95%).
perbandingan 1:1 untuk kelompok kasus
dan kelompok kontrol
HASIL dan PEMBAHASAN
Sampel dalam penelitian ini diambil A. Karakteristik Responden dan
dengan menggunakan metode teknik Sampel
simple random sampling yaitu dimana 1. Umur Sampel
setiap populasi mempunyai kesempatan Berdasarkan tabel 1, diketahui
yang sama untuk menjadi sampel bahwa rata-rata umur pada
(Notoadmojo, 2012). dengan kriteria: kelompok kasus, yaitu 15,5 ± 4,739
1. Kriteria Inklusi dan rata-rata umur pada kelompok
a. Kasus kontrol, yaitu 13,9 ± 3,319.
1) Balita yang tercatat Tabel 1. Distribusi Sampel
menderita pneumonia Berdasarkan Umur
dalam registrasi Kelompok N Minimum Maksimum Mean SD
Kasus 40 7 bulan 24 bulan 15,5 4,739
puskesmas. Kontrol 40 9 bulan 24 bulan 13,9 3,319

Fakultas Ilmu Kesehatan 53


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

2. Jenis Kelamin Sampel Kasus Kontrol


Pendidikan
f % f %
Berdasarkan Tabel 2, dapat Tidak Tamat
diketahui bahwa balita yang 2 5 0 0
Sekolah
menjadi sampel paling banyak SD 5 12,5 8 20
SMP 11 27,5 10 25
berjenis kelamin laki-laki, baik SMA 22 55 22 55
pada kelompok kasus sebanyak 22 Sarjana 0 0 0 0
anak (55%) maupun pada Jumlah 40 100 40 100
kelompok kontrol sebanyak 25
anak (62,5%). 5. Pekerjaan Responden
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tabel 5, dapat
Berdasarkan Jenis Kelamin diketahui bahwa pada kelompok
kasus sebagian besar responden
Jenis Kasus Kontrol
Kelamin
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
(n) (%) (n) (%)
Laki-laki 22 55 25 62,5 (IRT) dan petani yaitu sebanyak 13
Perempuan 18 45 15 37,5 orang (32,5%), sedangkan pada
Jumlah 40 100 40 100 kelompok kontrol sebagian besar
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
3. Umur Responden (IRT) yaitu sebanyak 15 orang
Berdasarkan tabel 3, diketahui (37,5%). Pada kelompok kasus
bahwa rata-rata umur pada maupun kontrol tidak ditemukan
kelompok kasus, yaitu 31,45 ± responden yang bekerja
6,675 dan rata-rata umur pada PNS/TNI/POLRI.
kelompok kontrol, yaitu 30,50 ±
5,223. Tabel 5. Distribusi Responden
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan Umur Kasus Kontrol
Pekerjaan
f % f %
Ibu Rumah Tangga 13 32,5 15 37,5
Kelompok N Minimum Maksimum Mean SD Wiraswasta 9 22,5 12 30
Kasus 40 19 43 31,45 6,675 Pegawai Swasta 5 12,5 7 17,5
Kontrol 40 22 42 30,50 5,223 PNS/TNI/POLRI 0 0 0 0
4. Pendidikan Responden Buruh 13 31,4 6 15
Jumlah 40 100 40 100
Distribusi karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan untuk
B. Analisis Univariat
kelompok kasus terbanyak Pada
1. ASI yang pertama kali keluar
Tabel 4, dapat diketahui bahwa
diberikan pada anak
pendidikkan ibu pada kelompok Berdasarkan hasil penelitian
kasus terbanyak adalah SMA 22 didapatkan bahwa responden lebih
orang (55%), demikian juga pada banyak memberikan ASI yang
kelompok kontrol sebanyak 22 pertama kali keluar ke pada
orang (55%). Pada kelompok kasus bayinya daripada yang tidak, baik
maupun kontrol tidak ada yang pada kelompok kasus sebanyak 36
berpendidikan sarjana. anak (90%) maupun pada
Tabel 4. Distribusi Responden kelompok kontrol sebanyak 37
Menurut Pendidikan anak (92,5%).
Tabel 6. Distribusi Frekuensi
ASI yang pertama kali keluar
diberikan pada anak

Fakultas Ilmu Kesehatan 64


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

Kasus Kontrol Kasus Kontrol


Keterangan Alasan
f % f % f % f %
Ya 36 90 37 92,5 Sakit 8 34,6 2 15,4
Tidak 4 10 3 7,5 ASI Tidak Keluar 6 23,1 6 38,5
Jumlah 40 100 40 100 Menangis 10 38,5 6 46,2
Lain-lain 1 3,8 0 0
Jumlah 40 100 40 100
2. Bayi yang diberi ASI sejak lahir
Berdasarkan hasil penelitian
5. Makanan yang diberikan selain
didapatkan bahwa bayi lebih
ASI selama 0-6 bulan
banyak yang diberi ASI sejak lahir,
Berdasarkan hasil penelitian
baik pada kelompok kasus
didapatkan bahwa makanan lain yang
sebanyak 36 anak (90%) maupun
lebih banyak diberikan pada anak
pada kelompok kontrol sebanyak
selain ASI selama 0-6 bulan yaitu
37 anak (92,5%).
susu formula, baik pada kelompok
Tabel 7. Distribusi Frekuensi
kasus sebanyak 12 anak (48%)
Bayi yang diberi ASI sejak lahir
maupun pada kelompok kontrol
Kasus Kontrol sebanyak 9 anak (64,3%).
Keterangan
f % f % Selengkapnya dapat dilihat pada
Ya 36 90 37 92,5
Tidak 4 10 3 7,5
Tabel 10.
Jumlah 40 100 40 100 Tabel 10. Distribusi Frekuensi
Makanan yang diberikan selain
3. Lama Bayi Diberi ASI Saja ASI selama 0-6 bulan
Berdasarkan tabel 8, diketahui Kasus Kontrol
bahwa rata-rata lama bayi diberi Jenis
f % f %
ASI pada kelompok kasus, yaitu Susu Formula 12 48 9 64,3
3,75 ± 2,307 dan rata-rata lama Makanan/Minuman 9 34,6 3 23,1
Cairan Lainnya 4 15,4 2 15,4
bayi diberi ASI pada kelompok Jumlah 40 100 40 100
kontrol, yaitu 4,70 ± 2,127.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi C. Analisis Bivariat
Lama Bayi Diberi ASI Saja Hubungan pemberian ASI eksklusif
Kelompok N Minimum Maksimum Mean SD dengan kejadian pneumonia
Kasus 40 0 9 3,75 2,307 Berdasarkan Tabel 11, Hasil uji
Kontrol 40 0 6 4,70 2,127 Chi-square menunjukkan bahwa nilai
p=0,014 (<0,05) maka Ho ditolak.
4. Alasan ibu tidak memberikan Sehingga dapat diartikan bahwa ada
ASI eksklusif hubungan antara pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian eksklusif dengan kejadian pneumonia
didapatkan alasan ibu tidak dengan Contingency Coefficuent 0,265
memberikan ASI eksklusif paling berarti lemah (0,200-0,399). Nilai OR
banyak yaitu karena nangis baik sebesar 3,095 (95% CI=1,243-7,706)
pada kelompok kasus sebanyak 10 sehingga dapat diartikan bahwa balita
anak (38,5%) maupun pada yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
kelompok kontrol sebanyak 6 anak mempunyai risiko terkena pneumonia
(46,2%). sebesar 3,095 kali lebih tinggi
Tabel 9. Alasan ibu tidak dibandingkan dengan balita yang
memberikan ASI eksklusif mendapatkan ASI eksklusif.

Fakultas Ilmu Kesehatan 75


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

Tabel 11. Analisis Bivariat Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
pneumonia

Pemberian Pneumonia
ASI
eksklusif Kasus Kontrol Nilai Contingency OR CI
Coefficuent
f % f % P

Tidak 25 62,5 14 35

Ya 15 37,5 26 63 0,014 0,275 3,095 1,243 – 7,706

Total 40 100 40 100

Berdasarkan hasil analisis statistik yang rendah. Sebab, semakin tinggi


dengan menggunakan uji Chi-square pendidikan orang tua, maka semakin tinggi
menunjukkan bahwa nilai p = 0,014<0,005. pengetahuan yang dimiliki orang tua. Hal
Hal ini dapat diartikan bahwa ada ini dikarenakan informasi yang didapatkan
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan ibu kurang, sehingga pengetahuannya
kejadian pneumonia di wilayah kerja rendah. Berdasarkan hasil penelitian
Puskesmas Pedan Klaten. Nilai estimasi didapatkan 55% ibu berpendidikan SMA
faktor risiko diperoleh OR sebesar 3,095 baik pada kelompok kasus maupun
(95% CI=1,243-7,706) sehingga dapat kelompok kontrol. Menurut Undang-
diartikan bahwa balita yang tidak Undang No. 2 Tahun 1999 pendidikan
mendapatkan ASI eksklusif mempunyai SMA masuk ke dalam golongan tingkat
risiko terkena pneumonia sebesar 3,095 kali pendidikan tinggi. Meskipun demikian,
dibandingkan balita yang mendapatkan ASI para ibu berpendidikan tinggi juga tidak
eksklusif. memerikan ASI eksklusif kepada anaknya.
Hal inilah dimungkinkan karena
Hasil data primer yang diperoleh, dipengaruhi oleh faktor lain.
frekuensi balita yang mendapatkan ASI
eksklusif hanya 15 balita (37,5%) pada Menurut Afifah (2007) faktor-faktor
kelompok kasus dan 26 balita (65%) pada yang mempengaruhi ibu tidak memberikan
kelompok kontrol. Berbagai alasan yang ASI eksklusif yaitu motivasi ibu, kampanye
diberikan ibu terkait hal tidak memberikan ASI eksklusif, fasilitas pelayanan
ASI kepada anak mereka diantaranya kesehatan, peranan petugas kesehatan,
karena anak sakit (34,6%), ASI tidak keluar peranan penolong persalinan, peranan atau
(23,1%), anak menangis (38,5%), dan lain- dukungan keluarga, kebiasaan yang keliru,
lain (3,8%). Berdasarkan hasil wawancara, promosi susu formula dan kesehatan ibu
ibu beranggapan bahwa anak menangis dan anak. Selain faktor tersebut pekerjaan
terus dikarenakan lapar sebab, anak laki- ibu juga mempengaruhi ibu tidak
laki memiliki nafsu makan banyak. Dalam memberikan ASI eksklusif.
penelitian Rohani (2010) menyimpulkan
bahwa persepsi ibu yang keliru dan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
pengetahuan ibu berpengaruh secara Fanada (2012) menyimpulkan ada
signifikan terhadap risiko kegagalan hubungan yang bermakna antara pemberian
pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ibu ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia
yang kurang dikarenakan pendidikan ibu pada balita, dimana p = 0,001 dan nilai OR
5,184 (95% CI=2,084-12,892), yang berarti
Fakultas Ilmu Kesehatan 68
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

balita yang tidak diberikan ASI eksklusif ASI eksklusif selama enam bulan
mempunyai risiko 5,2 kali untuk terkena (UNICEF-WHO, 2006).
penyakit pneumonia dibandingkan Balita
yang diberikan ASI eksklusif. Hasil Upaya kesehatan yang harus dilakukan
penelitian lain yang dilakukan di Amerika dalam mengendalikan kejadian pneumonia
Serikat oleh Chantry et. al., (2006) pada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas
didapatkan bahwa bayi yang diberi ASI Pedan yaitu dengan memberikan
eksklusif selama 3 sampai 6 bulan berisiko penyuluhan kepada ibu-ibu tentang manfaat
lebih besar untuk terkena pneumonia ASI eksklusif, pentingnya pemberian ASI
daripada mereka yang sepenuhnya diberi eksklusif, serta kelebihan ASI eksklusif,
ASI selama 6 bulan penuh. sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
ibu-ibu. Menganjurkan ibu-ibu untuk
Secara teori telah diketahui bahwa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
kandungan dalam ASI yang diminum bayi untuk mencegah terjadinya pneumonia atau
selama pemberian ASI eksklusif sudah penyakit lainnya.
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai
kesehatan bayi. Air susu ibu mengandung SIMPULAN DAN SARAN
protein, lemak, gula, dan kalsium dengan A. Simpulan
kadar yang tepat. Air susu ibu juga 1. Balita yang menderita pneumonia
mengandung zat-zat yang disebut antibodi, paling banyak pada kelompok umur
yang dapat melindungi bayi dari serangan 13-24 bulan yaitu sebanyak 26 balita
penyakit selama ibu menyusuinya, dan (65%), dan berjenis kelamin laki-laki
beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang yaitu sebanyak 22 balita (55%)
senantiasa mengkonsumsi air susu ibu 2. Balita yang menderita pneumonia
jarang mengalami salesma dan infeksi yang mendapatkan ASI eksklusif yaitu
saluran pernafasan bagian atas pada tahun sebanyak 15 balita (37,5%) dan balita
pertama kelahiran, jika dibandingkan yang tidak menderita pneumonia yang
dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya. mendapatkan ASI eksklusif sebanyak
Pertumbuhan dan perkembangan bayi pun 26 balita (63%).
berlangsung dengan baik berkat air susu ibu 3. Ada hubungan pemberian ASI
(Prasetyono, 2012). ekslusif dengan kejadian pneumonia
pada balita di wilayah kerja
Pedoman internasional yang Puskesmas Pedan Klaten dengan nilai
menganjurkan pemberian ASI eksklusif p 0,014 < 0,05 dan nilai estimasi
selama 6 bulan pertama didasarkan pada faktor risiko diperoleh OR sebesar
bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya 3,095 (95% CI=1,243-7,706).
tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberikan semua B. SARAN
energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan 1. Bagi Masyarakat
oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah Di sarankan untuk para ibu
kelahirannya. Pemberian ASI eksklusif memberikan ASI eksklusif kepada
dapat mengurangi tingkat kematian bayi anaknya, agar dapat mencegah
yang dikarenakan berbagai penyakit yang terjadinya pneumonia.
menimpanya, seperti radang paru-paru serta
mempercepat pemulihan bila sakit dan 2. Bagi Puskesmas Pedan
membantu menjarangkan kelahiran Disarankan agar lebih
(Prasetyono, 2012). Bayi di bawah usia memperhatikan dan
enam bulan yang tidak diberikan ASI mensosialisasikan faktor-faktor
eksklusif 5 kali berisiko kematian akibat yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia daripada bayi yang diberikan pneumonia khususnya faktor
Fakultas Ilmu Kesehatan 97
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

pemberian ASI eksklusif. Agar bayi Palembang Tahun 2012 [Skripsi].


mendapatkan gizi yang cukup serta Palembang : Badan Diklat Provinsi
meningkatkan kekebalan tubuh bayi Sumatera Selatan
terhadap bakteri dan virus sehingga,
bayi tidak terkena pneumonia atau Hartati S,. 2011. Analisis Faktor Risiko
penyakit lainnya. Yang Berhubungan dengan
3. Bagi Peneliti lain Kejadian Pneumonia pada Anak
Penelitian ini diharapkan dapat Balita Di RSUD Pasar Rebo
menjadi dasar untuk penelitian Jakarta. [Skripsi]. Jakarta:
selanjutnya dengan menggunakan Universitas Indonesia.
faktor-faktor lain (faktor
Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat
lingkungan, BBLR, imunisasi,
Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
sosial ekonomi, pekerjaan dan lain-
Anda. Yogyakarta: Gosyen
lain) yang berhubungan dengan
Publising.
pneumonia
Irianto K. 2014. Ilmu Kesehatan Anak.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Alfabeta
Annah I, Nawi R, dan Ansar J. 2012.
Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil
Anak Umur 6-59 Bulan Di RSUD Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Salewangan Maros Tahun 2012. Jakarta: Kemenkes RI.
Makassar: Universitas Hasanudin
Makassar.http://repository.unhas.ac. Kristjana H., Jenifer A., Noel S., Dorothy,
id/bitstream/handle/123456789/543 Elizabeth, Dalton W., dan Grace J.
9/ITMA%20ANNAH%20%28K111 2014. Breastfeeding is associated
09322%29.pdf?sequence=1 with decreased pneumonia
incidence among HIV-exposed,
Afifah, DN. 2007. Faktor yang Berperan uninfected Kenyan infants. NIH
dalam Kegagalan Praktek Public Access Author Manuscript.
Pemberian ASI Eksklusif. [Tesis]. 13 November 2014; 27(17): 2809–
Semarang: Universitas Diponogoro. 2815
Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, dan
Astutik R.Y,. 2014. Payudara dan Laktasi. Lwange SK. 1997. Besar Sampel
Jakarta: Selemba Medika. dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Universitas Gajah
Chantry, C.J, Howard, C.R, dan Auinger P. Mada.
2006. Full Breastfeeding Duration
And Assoiated In Respiratory Tract Marni, S. 2014. Asuhan Keperawatan pada
Infection In US Children. Official Anak dengan Gangguan
Journal of American Academy of Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen
pediatrics journal 117 (2): 425-432. Publising.
Dinas Kesehatan Klaten. 2015. Profil Nirwana A.B. 2014. ASI & Susu Formula
Dinas Kesehatan Klaten Tahun Kandungan dan Manfaat ASI dan
2014. Klaten: Dinkes Klaten. Susu Formula. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fanada, M. 2012. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Notoatmodjo S. 2012. Metodologi
Pneumoniapada Balita di Wilayah Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kerja Puskesmas Kenten Rineka Cipta.
Fakultas Ilmu Kesehatan 10
8
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Kerja Puskesmas Pedan Klaten

Prasetyono S,D. 2012. Buku Pintar ASI


Eksklusif. Jogjakarta: Diva Press
(Anggota IKAPI).
Prihatiningtyas R.A. 2014. Deteksi Dengan
Cepat, Obati 30 Lebih Penyakit
yang Sering Menyerang Anak,
Tangani Dengan Cepat Agar Anak
Tetap Sehat. Yogyakarta: Media
Presindo.
Rohani. 2010. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko kegagalan
pemberian ASI eksklusif pada ibu
bayi usia 6-9 bulan di Kota
Mataram Provinsi Nusa Tenggara
Barat. [Tesis]. Universitas Udayana.
Bali.
WHO/ Unicef. 2006. Maternal and Fetal
death in the World. Jenewa. Swiss
WHO. 2014. Pneumonia. http://www.who.
int/en/. Diakses tanggal 17 Maret
2015 pukul 21.00 WIB.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana
Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta: Sagung Seto
Wonodi, C.B., Deloria-Knoll, M., Feikin,
D.R., DeLuca, A.N., Driscoll, A.J.,
1 Mosi, J.C., Johnson, H.L.,
Murdoch, D.R., O'Brien, K.L.,
Levine, O.S., Scott, J.A.G., & the
Pneumonia Methods Working
Group and PERCH Site
Investigators. 2012. Evaluation of
Risk Factors for Severe Pneumonia
in Children: The Pneumonia
Etiology Research for Child Health
Study. Clinical Infectious Diseases,
54(2): 124–131.

Fakultas Ilmu Kesehatan 9


11
Universitas Muhammadiya Surakarta

Potrebbero piacerti anche