Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract: Relationship between Use of Mosquito Nets with Malaria Events in the Hanura
Health Center Working Area in Pesawaran Regency in 2018. The area of Pesawaran Regency
has a topography of the area which is mostly located on the beach. In general, people living on the
coast complained about the many occurrences of malaria. Due to the area which is mostly located
on the coastline, it is very possible for the occurrence of malaria to occur, especially in the
working area of the hanura health center in the pesawaran district. This study aims to determine
the relationship between the use of mosquito nets and the incidence of malaria in the work area of
the Hanura Public Health Center in the Pesawaran District. While the specific objectives of this
study were to find out the incidence of malaria in the Lampung Province Pesawaran District.
Know the description of the use of mosquito nets. Knowing the description of confounding
variables: age, gender, education. The research methodology has this type of research is analytical,
namely a study conducted with the aim to see the relationship between bed nets and the incidence
of malaria in the work area of the Hanura health center in Pesawaran district. The results of the
study for the relationship between the use of mosquito nets and the incidence of malaria resulted in
a p value of 0.18 which means that it is greater than 0.05 so it can be concluded that it does not
have a significant relationship between the dependent variable and the independent variable.
Penyebaran penyakit malaria di dunia sangat juta kasus malaria yang tersebar di 424 kabupaten dari
luas, yakni antara 600 Bujur Utara dan 400 di Selatan 576 kabupaten yang ada dan diperkirakan 45%
yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim penduduk Indonesia berisiko tertular malaria (Depkes,
tropis dan sub tropis. Penduduk dunia yang berisiko 2008). Angka kejadian kasus malaria di Indonesia di
terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 milyar atau 41% ukur dalam setiap seribu penduduk (‰) setiap
dari penduduk dunia (Gunawan, 2000). Diperkirakan tahunnya. Di Jawa - Bali, angka kasus malaria per
sekitar 1,5 – 2,7 juta jiwa penduduk dunia meninggal seribu penduduk atau Annual Parasite Incidence (API)
arena malaria setiap tahunnya, terutama balita dan ibu turun dari 0,81 ‰ tahun 2004 menjadi 0,15 ‰ pada
hamil (WHO, 2004). tahun 2007. Di luar Jawa – Bali angka klinis malaria
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan per seribu penduduk atau Annual Malaria Insidence
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 kasus kematian akibat (AMI) juga menunjukan penurunan yaitu dari 21,74
malaria menduduki peringkat keenam. Terdapat 1,75
‰ tahun 2004 menjadi 15,05 ‰ pada tahun 2007 malaria adalah Kabupaten Pesawaran tepatnya
(Depkes, 2008). Kecamatan Padang Cermin Kelurahan Hanura.
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. Berdasarkan angka AMI, Kabupaten/Kota endemis
Jenis Anopheles sp di Indonesia jumlahnya mencapai tinggi dengan AMI diatas 50 ‰ atau disebut High
80 jenis. Dari sekian jenis hanya 16 jenis yang Incidens Area (HIA) sebanyak 9 wilayah kecamatan
mempunyai potensi untuk menularkan malaria (vector yaitu Padang cermin, Marga punduh, Punduh Pidada,
atau tersangka vector). Secara umum proses terjadinya Way lima, Way Khilau, Kedondong, Gedong tataan,
penularan malaria alamiah adalah sebagai berikut Tegineneng, yang tertinggi di padang cermin (304,19
(Depkes, 2007) ‰).
Proses skizogoni pada ke empat plasmodium Menurut Suharmanto (2000), Responden
memerlukan waktu yang bebeda-beda, P. falciparum yang tidak menggunkan kelambu berisiko 7,54 kali
memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ovale 48 jam, untuk terkena malaria dibandingkan mereka yang
dan P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum tidak menggunakan kelambu. Hasil penelitian di
dapat terjadi setiap hari, P vivax/ovale selang satu Kabupaten Pesawarawan Kelurahan Hanura, bahwa
hari, dan P malariae demam timbul selang 2 hari pemakaian kelambu dapat menurunkan angka
(Harijanto, 2000). kesakitan malaria dari 58,1 % menjadi 12,95 %
Program pengendalian malaria dengan (p<0.0005). Penelitian Winardi (2004) bahwa
menggunakan kelambu ITN merupakan program responden yang tidak menggunakan kelambu berisiko
utama yang di laksanakan untuk daerah endemis. Di 7,54 kali untuk terkena malaria dibandingkan yang
Indonesia Bagian Baratyaitu terutama Provinsi menggunakan kelambu. Berdasarkan uraian di atas
Lampung sebagai tempat masuk dan keluar nya menunjukan bahwa kepatuhan masyarakat untuk tidur
penduduk masyarakat antara pulau sumatera dan pulau dengan menggunakan kelambu merupakan salah satu
jawa program pengendalian malaria dengan bantuan hal penting dalam program pencegahan malaria.
Proyek Intensifikasi Pengendalian Malaria (IPM) 5 Sejalan dengan program tersebut, Proyek IPM 5 GF
provinsi The Global Fund to fight AIDS, Tuberculosis, ATM Komponen malaria Round 1 pada Februari 2009
Malaria (GF ATM) Komponen Malaria Round 1 telah telah melakukan survei yang bertujuan untuk
dilaksanakan sejak tahun 2003, dan distribusi kelambu mengukur keberhasilan program kelambunisasi di 5
berinsektisida jangka lama, Long Lasting Insecticide Kabupaten yang menjadi wilayah proyek dan telah
Net’s (LLIN’s), yang menggantikan ITN telah mendapatkan bantuan kelambu sejak tahun 2003 dan
dilakukan sejak tahun 2007. Secara umum 2007.
berdasarkan harga satuan, kelambu jenis LLINs Tujuan Penelitian : Mengetahui kejadian
memang lebih mahal jika dibandingkan dengan model malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura
ITNs yang umumnya (dengan pencelupan ulang), Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, Mengetahui
tetapi dalam operasionalnya LLINs tidak gambaran penggunaan kelambu, Mengetahui
membutuhkan biaya perawatan pencelupan ulang dan gambaran variabel confounding (umur, jenis kelamin,
juga perawatannya.relatif lebih mudah. Efektifitas pendidikan).
insektisida yang ditempelkan pada kelambu jenis
LLINs mampu hingga 4 – 5 tahun (Unicef, 2005). METODE
Hasil penelitian Pirayat et al, dalam Subki
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
(2000) membuktikan bahwa ada perbedaan bermakna
merupakan analisis kuantitatif dengan desain cross
antara orang yang bekerja/melakukan kegiatan di
sectional (potong lintang). Penggunaan pendekatan
hutan (di hutan, dekat hutan, dan bukan di hutan)
tersebut dilandasi beberapa pertimbangan antara lain
dengan kejadian malaria (p<0,05). Selain itu orang
kemudahan dalam pelaksanaan, sederhana, dan
yang sering masuki/bekerja di hutan risiko untuk
ekonomis dari segi biaya maupun waktu yang
menderoita malaria 14 kali dibanding orang yang
dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
kadang-kadang ke hutan (Pirayat et al, 1986).
s/d Agustus tahun 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelambu yang telah di distribusikan ke 5
Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
provinsi tersebut sejak tahun 2005 hingga 2008
sebanyak 553.200 buah. Namun demikian, kasus Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
malaria di Provinsi Lampung ini masih tergolong Kepala Keluarga (KK) di Wilayah Kerja Puskesmas
tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Hanura Kabupaten Pesawaran terutama desa yang
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, tiga provinsi sudah dibagikan kelambu berinsektisida yaitu Desa
dengan prevalensi malaria tertinggi adalah Papua Sukajaya lempasing, Desa Sukajadi, Desa Sukajawa,
Barat (26,1%), Papua (18,4%) dan Nusa Tenggara Desa Gebang. Sampel yang sudah diperoleh dari hasil
Timur (12,0%), sedangkan provinsi di Jawa – Bali survey dan sudah dilakukan pengecekan data missing
merupakan daerah dengan prevalensi malaria terendah (cleansing data), maka semua akan diambil sebagai
yaitu ≤ 0,5%. Menurut angka kejadian kasus malaria sampel dalam analisis ini. Berdasarkan metode cluster
berdasarkan API dan AMI, Kabupaten Pesawaran dua tahap tersebut, didapatkan 4 desa endemis yang
menempati urutan API dan AMI tertinggi sudah dibagikan kelambu oleh Puskesmas Hanura.
dibandingkan Kabupaten lain di Provinsi Lampung Selanjutnya dari tiap desa dipilih sebanyak 15 kepala
dengan API 29,31 ‰ dan AMI 118,88 ‰ (Dinkes, keluarga (KK) secara acak. Jika jumlah KK di
2017). Provinsi Lampung terdiri dari 16 desa/kelurahan terpilih kurang dari 15, maka semua
Kabupaten/Kota, dan yang tertinggi dengan kasus KK diambil sebagai sampel (Depkes, Survei Dasar
Cakupan Penggunaan Kelambu Berinsektisida Serta sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang
Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dalam mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau
Upaya Pengendalian Malaria, 2009) kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan
Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan
ini adalah kuesioner terstruktur. Kemudian diolah perubahan sikap, dari hasil observasi diketahui
sesuai dengan kerangka konsep sampai subset data pendidikan SD yaitu sebesar 54% menunjukkan paling
siap untuk di analisis. analisis data yang dilakukan tinggi sedangkan SMP 29 %, pendidikan SMA/SLTA
meliputi: analisis univariat, bivariat dan multivariat. 14 % dan tidak bersekolah sebanyak 3 %. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan
HASIL Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pirayat B et al, Sosial Behavior Housing Factors and
pemberantasan vektor. Dirjen PPM-PL, Yheir Interactive Effect Assocciated with
Departemen Kesehatan RI, Jakarta Malaria Occurance in East Thailand, South
East Asia Journal Medicine Publik Health.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kepulauan Subki S. 2000. Faktor-Faktor Yang
Riau tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian Berhubungan Dengan Kejadian di
Dan Pengembangan Kesehatan. Puskesmas Membalong, Puskesmas
Gantung, dan Puskesmas Manggar
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Kabupaten Belitung, PS_IKM, FKM UI
Surveilans Malaria. Jakarta: Direktorat
Jendral PP & PL. Jakarta Suharmanto. 2000. Faktor Lingkungan dan
Prilaku Yang Berhubungan Dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017. Profil Kejadian Malaria DI Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran. Puskesmas Simpang, Tanjung Lengkayap,
Talang Karet, Kabupaten OKU Tahun 2000
Gunawan, S. 2000. Epidemiologi Malaria. In: [Tesis]. Depok: Universitasi Indonesia.
Harijanto, P. N., Eds. Malaria:
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Unicef, 2005. “World Malaria Report”.
Klinis, & Penangan. 1st. Jakarta: EGC
WHO. 2004. Global Plan For Insecticide Resistance
Harijanto PN. 2000. Malaria. Dalam: Management, In Malaria Vectors. World
Epidemiologi, Patogenesi, Manifestasi Health Organization. Geneva
Klinis/dan Penanganan. Jakarta: Penerbit
EGC