Sei sulla pagina 1di 19

KAJIAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI DESA

WARGASALUYU KECAMATAN GUNUNG HALU KABUPATEN


BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015/2016

ARTIKEL

Karya Tulis sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
dari Universitas Pasundan

Oleh :

Fitri Adelia Rahman


13.30.20358

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
KAJIAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI DESA
WARGASALUYU KECAMATAN GUNUNG HALU KABUPATEN
BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015/2016

Fitri Adelia Rahman*, Dr.Ir. Hj. Hasnelly, MSIE**, Dr.Ir. Yusman Taufik,MP***

ABSTRACT

Hope Dietary Pattern (PPH) or "Desirable Dietary Pattern" is a


composition of different foods or food groups that are based donation energy to
the total energy of the major food groups (both in absolute and relative) of a
pattern or the availability and consumption of food that is able to provide food
consumption needs of the population in terms of quality, quantity and variety,
taking into account the social aspects of economic, cultural, religious and flavor
(Badan Bimas Ketahanan Pangan Nasional, 2005)..
Purpose of this study was to determine the relationship between nutrition
knowledge and consumption patterns of the Dietary Pattern Hope (PPH). The
purpose of this study was to determine the PPH score in the village of Gunung
Halu Wargasaluyu District of West Bandung regency, West Java Province Year
2015/2016. This research was carried out cluster sampling method where the
population in this study is the number of families (KK) in the village of
Wargasaluyu many as 2077 families with a sample of 210 households. Method
procecing data used Ms. Excel 2010 and SPSS 11,5 for windows, as for the
consumption patterns using the method of recording, 24-hour food recall method
and weighing method to count energy need consumption patterns of individuals in
the household by using DKBM.
Based on research on the relationship characteristics of respondents (age,
education, income respondents. Based on primary research that respondent
characteristics influencing knowledge and patterns of food consumption
respondents thus affecting the final result on the score calculation Hope Dietary
Pattern (PPH). The results of this study indicate that the diversity of food
consumption by the method of Hope Dietary Pattern (PPH) PPH obtained a score
of 72.04 categorized enough diversity of food consumption to villagers
Wargasaluyu. PPH score of 72.04 would mean that the villagers Wargasaluyu
eating foods that do not vary in every meal so it needs to be followed up more
deeply on food consumption to suit the PPH approach, the basic principles of
planning needs for food with PPH and Presidential Decree No. 22 Year 2009 on
Policy-Based Food consumption Diversification Acceleration of Local Resources.

1
PENDAHULUAN
Pola Pangan Harapan di masyarakat luas adalah Pedoman 4
Indonesia telah digunakan sebagai Sehat 5 Sempurna namun pada tahun
basis perencanaan dan penilaian 2015 pedoman tersebut diganti
kecukupan gizi seimbang pada menjadi Beragam, Bergizi Seimbang
tingkat makro. Pola Pangan Harapan dan Aman atau dikenal dengan
sebagai salah satu indikator output istilah menu B2SA (Almatsier,2005).
pembangunan pangan termasuk Gizi yang seimbang tidak
evaluasi penyediaan pangan, hanya dilihat dari jumlah atau
konsumsi pangan, dan diversifikasi kuantitas pangan yang dikonsumsi,
pangan. Hal ini merupakan kekuatan namun juga perlu dilihat dari segi
dari Pola Pangan Harapan. keragaman pangan yang dikonsumsi.
Pola pangan harapan adalah Pangan beragam yang dikonsumsi
susunan beragam pangan atau akan mencerminkan keragaman zat
kelompok pangan yang didasarkan gizi yang terpenuhi. Pola konsumsi
atas proporsi sumbangan energinya pangan yang memenuhi gizi ideal
terhadap total energi yang mampu dapat dianalisis dari Pola Pangan
mencakupi kebutuhan konsumsi Harapan yang menjadi acuan untuk
pangan dan gizi penduduk baik dari menilai tingkat keragaman konsumsi
jumlah, kualitas maupun pangan dengan skor 100 sebagai pola
keragamannya dan yang ideal. PPH merupakan suatu
mempertimbangkan segi-segi sosial, metode kinerja keragaman konsumsi
ekonomi, budaya dan cita rasa. pangan pada suatu waktu untuk
Dengan pendekatan PPH dapat komunitas tertentu (Pranoto, 2008).
dinilai mutu suatu pangan penduduk Pola Pangan Harapan (PPH)
berdasarkan skor pangan. Semakin dikenal dengan pola konsumsi
tinggi skor pangan semakin baik pangan yang Beragam, Bergizi
komposisi dan mutu gizinya (Badan Seimbang dan Aman atau dikenal
Bimas Ketahanan Pangan Nasional, dengan istilah menu B2SA.
2005). Kebutuhan energi dapat terpenuhi
Kritik terhadap Pola Pangan dari berbagai kelompok pangan
Harapan juga muncul sehubungan sesuai PPH maka secara implisit
dengan adanya perbedaan kebutuhan zat gizi lainnya juga
rekomendasi pola energi (terutama terpenuhi. Oleh karena itu skor PPH
dari pangan hewani dan lemak) mencerminkan mutu gizi konsumsi
antara Pola Pangan Harapan dan pangan dan tingkat keragaman
Pedoman Gizi Seimbang (PUGS). konsumsi pangan.
Pedoman Umum Gizi Seimbang Susunan Pola Pangan
(PUGS) adalah sebagai alat memberi Harapan (PPH) telah disepakati pada
penyuluhan pangan dan gizi tingkat nasional berdasarkan hasil
masyarakat luas dalam rangka Widyakarya Nasional Pangan dan
memasyarakatkan gizi seimbang. Gizi (WKNPG) X tahun 2012
Pedoman pola menu seimbang yang sebagai acuan dalam pembagunan
dikembangkan sejak tahun 1950 dan pangan dan gizi. Angka Kecukupan
telah mengakar luas dikalangan Energi (AKE) di tingkat konsumsi

2
sebesar 2.150 Kkal/kap/hari, dan masyarakat Desa Wargasaluyu,
2.200 Kkal/kap/hari di tingkat pengetahuan gizi dan pola konsumsi
ketersediaan. Sedangkan Angka masyarakat tersebut.
Kecukupan Protein (AKP) di tingkat Maksud penelitian ini adalah
konsumsi adalah sebesar 52 untuk mengetahui bagaimana
gram/kap/hari, dan 57 gram/kap/hari pengaruh pengetahuan gizi dan pola
di tingkat ketersediaan konsumsi terhadap Pola Pangan
(Balitwati,2015). Harapan (PPH) di Desa Wargasaluyu
Desa Wargasaluyu terletak Kecamatan Gunung Halu Bandung
pada ketinggian 800-1100 meter Barat, Jawa Barat Tahun 2015/2016.
DPL, berfotografi datar sampai Tujuan dari penelitian adalah
berombak dan berbukit, dengan suhu untuk mengetahui skor pola pangan
minimun 18 0C, dan suhu maksimum harapan, agar dapat dikaji PPH di
24 0C , dengan curah hujan rata-rata Desa Wargasaluyu Kecamatan
1500 mm/detik. Desa Wargasaluyu Gunung Halu Bandung Barat apakah
dari dusun I (Cilanang), dusun II perlu ditindak lanjuti atau tidak
(Cigandawari), dusun III (Cibereum), mengenai pola konsumsi masyarakat
dusun IV (Cikarundung). agar sesuai dengan tujuan utama
Penyelenggara pemerintahan pendekatan PPH, prinsip dasar
desa mempunyai fungsi mengatur, perencanaan kebutuhan pangan dan
mengarah masyarakat untuk bisa target pemerintah secara nasional
menyelenggarakan kehidupan penganekaragaman pangan berbasis
bermasyarakat sesuai dengan aturan sumberdaya lokal dapat mencapai
yang bermartabat sesuai dengan skor pola pangan harapan ideal
kaidah-kaidah yang berlaku dengan sebesar 93.3 yang dilihat dari segi
adat dan istiadat yang terdapat di umur responden, pendidikan
Desa Wargasaluyu, Kecamatan responden, pendapatan responden,
Gunung Halu, Kabupaten Bandung pengetahuan gizi responden dan pola
Barat, Provinsi Jawa Barat. konsumsi responden.
Secara umum keadaan alam Manfaat penelitian ini adalah
Desa Wargasaluyu sangat berpotensi dalam meningkatkan pola konsumsi
karena merupakan daerah pertanian, yang beragam sesuai dengan
kehutanan, perkebunan, serta sangat pengetahuan gizi dan pola konsumsi
mendukung untuk pengembangan masyarakat Desa Wargasaluyu
ekonomi masyarakat. Namun sehingga mendapatkan pola pangan
permasalahan yang dihadapi oleh harapan ideal dan dapat
masyarakat Desa Wargasaluyu menimbulkan kesadaran terhadap
diantaranya dari pendidikan, sarana kebiasaan makan yang baik di
prasarana, kesehatan, ekonomi, masyarakat Desa Wargasaluyu
lingkungan hidup, sosial budaya. Kecamatan Gunung Halu dengan
Peneliti melakukan penelitian harapan menumbuhkan sumber daya
terhadap pola pangan harapan di manusia yang lebih berkualitas di
Desa Wargasaluyu Kecamatan masa mendatang.
Gunung Halu untuk mendapatkan
skor pola pangan harapan yang
dilihat dari masalah kesehatan

3
METODOLOGI PERCOBAAN Penelitian Utama
Penelitian utama ini
Bahan dan Alat Penelitian merupakan kelanjutan dari penelitian
pendahuluan yang bertujuan utuk
Bahan yang digunakan mengetahui pengetahuan gizi
Bahan penelitian yang responden dan menghitung pola
digunakan untuk penelitian pangan konsumsi masyarakat Desa
adalah bahan makanan yang Wargasaluyu sehingga dapat
dikonsumsi sehari-hari oleh diketahui skor Pola Pangan Harapan
masyarakat Desa Wargasaluyu (PPH) di Desa Wargasaluyu
Kecamatan Gunung Halu Bandung Kecamatan Gunung Halu Kabupaten
Barat Jawa Barat Tahun 2015/2016. Bandung Barat Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015/2016
Alat-alat yang digunakan Pengolahan data dilakukan
Alat penelitian yang digunakan dengan menggunakan Microsoft
untuk penelitian pangan adalah Excel 2010 dan SPSS version 11.5.0
kuesioner yang digunakan untuk for windows, kemudian dianalisis
mengambil data dan melakukan secara deskriptif.
kajian Pola Pangan Harapan (PPH) Analisis deskriptif meliputi
dengan melakukan penyuluhan analisis sebaran rumah tangga
terhadap responden di Desa berdasarkan pengelompokkan
Wargasaluyu Kecamatan Gunung karakteristik responden berupa umur,
Halu Bandung Barat Jawa Barat pendidikan, pendapatan yang dilihat
Tahun 2015/2016. dari pekerjaan dan pengetahuan
responden mengenai gizi serta sikap
Metode Penelitian responden mengenai pola konsumsi
pangan.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan pada Proses pengolahan data
kajian Pola Pangan Harapan (PPH) tersebut dilakukan sebagai berikut :
di Desa Wargasaluyu Kecamatan 1. Data yang diolah dengan
Gunung Halu Bandung Barat Jawa menggunakan Microsoft Excel 2010
Barat Tahun 2015/2016 adalah untuk dan SPSS version 11.5.0 for
mengetahui pola konsumsi dengan windows.
melihat hubungan karakteristik 2. Data untuk karakteristik
responden dari segi umur responden, reponden (umur, pendidikan dan
pendidikan responden dan pendapatan) dan pengetahuan gizi
pendapatan/pekerjaan responden di responden diolah dengan
masyarakat Desa Wargasaluyu menggunakan SPSS version 11.5.0
Kecamatan Gunung Halu Bandung for windows, kemudian dilakukan
Barat Jawa Barat. Penelitian ini pengujian validitas data dan
dilakukan di Desa Wargasaluyu reliabilitas data.
Kecamatan Gunung Halu Bandung 3. Data untuk pola konsumsi
Barat Jawa Barat Tahun 2015/2016. pangan responden diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel 2010
sehingga didapat skor Pola Pangan
Harapan (PPH).

4
Tahapan awal penyusunan jenis yang telah dikonversi dengan
Pola Pangan Harapan Provinsi satuan sama yaitu gram/hari (langkah
Bandung dilaksanakan dengan 1), terdapat 9 kelompok pangan yaitu
menghitung skor mutu pangan padi-padian, umbi-umbian, pangan
berdasarkan data konsumsi pangan hewani, minyak dan hewani,
yang digunakan sebagai tahun dasar buah/biji berminyak, kacang-
perhitungan sehingga sasaran skor kacangan, gula, sayur dan buah serta
mutu pangan PPH, jumlah pangan lainnya.
yang dikonsumsi (gram/kap/hari), 3. Menghitung konsumsi energi
jumlah energi yang dikonsumsi menurut kelompok pangan.
(Kkal/kap/hari), dan persentase Pada tahap ini perlu
Angka Kecukupan Gizi/Energi (% dilakukan perhitungan kandungan
AKG/AKE) dapat diprediksi melalui energi setiap jenis pangan yang
perhitungan interpolasi linier. dikonsumsi dengan bantuan Daftar
Metode menghitung skor dan Komposisi Bahan Makanan
komposisi Pola Pangan Harapan (DKBM). Kolom energi dalam
(PPH) aktual (susunan PPH) DKBM menunjukkan kandungan
dilakukan dengan mengikuti 7 energi (Kkal) per 100 gram bagian
(tujuh) langkah sebagai berikut yang dapat dimakan (BDD). Program
(Harmonisasi PPH Nasional PPKP – tersebut akan menghasilkan keluaran
BKP dan GMSK – IPB, 2002) : rata-rata konsumsi energi per kapita
1. Konversi bentuk, jenis dan per hari per Kepala Keluarga (KK).
satuan. Rincian proses pengolahan data
Pangan yang dikonsumsi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
rumah tangga terdapat dalam a. Jumlah rata-rata konsumsi
berbagai bentuk, jenis dengan satuan pangan per kapita perlima hari
yang berbeda, oleh karena itu perlu (gram) dikonversi ke dalam jumlah
dilakukan konversi kedalam satuan konsumsi pangan perkapita per hari
dan jenis komoditas yang sama (yang (gram).
disepakati) dengan menggunakan b. Kemudian diperoleh jumlah
satuan Ukuran Rumah Tangga energi per kapita per hari yaitu
(URT). dengan mengalikan jumlah konsumsi
Contohnya jika rumah tangga pangan dengan kandungan energi
mengonsumsi pangan menggunakan masing-masing pangan sesuai
satuan Ukuran Rumah Tangga dengan Daftar Komposisi Bahan
(URT), misalnya 5 butir telur dan 3 Makanan (DKBM).
potong tempe, maka berat telur dan c. Kemudian energi per kapita
tempe dalam satuan gram diperoleh per hari yang diperoleh akan
setelah dilakukan konversi satuan. dikelompokkan ke dalam sembilan
Satu (1) butir telur ayam = 55 gram kelompok pangan meliputi padi-
dan satu (1) potong tempe = 30 padian, umbi-umbian, pangan
gram. hewani, minyak dan lemak, buah/biji
2. Pengelompokan pangan berminyak, kacang-kacangan, gula,
menjadi 9 kelompok buah dan sayur, serta lain-lain
Makanan yang dikonsumsi sehingga didapatkan asupan energi
rumah tangga ada dalam berbagai pada setiap kelompok pangan.

5
d. Demikian juga dengan energi Jika skor Angka Kecukupan
per kapita per hari per kepala Energi (AKE) lebih tinggi dari skor
keluarga (KK) yang diperoleh akan maksimal maka angka yang
dikelompokkan ke dalam sembilan digunakan untuk mengisi skor PPH
kelompok pangan meliputi padi- adalah skor maksimal dan jika skor
padian, umbi-umbian, pangan Angka Kecukupan Energi (AKE)
hewani, minyak dan lemak, buah/biji lebih rendah dari skor maksimal
berminyak, kacang-kacangan, gula, maka angka yang digunakan untuk
buah dan sayur, serta lain-lain mengisi skor PPH adalah skor Angka
sehingga didapatkan asupan energi Kecukupan Energi (AKE).
pada setiap kelompok pangan. 7. Menghitung total skor Pola
4. Menghitung total konsumsi Pangan Harapan
energi dengan cara Total skor PPH adalah jumlah
menjumlahkannya dari kelompok dari skor kelompok padi-padian
pangan 1 sampai dengan kelompok sampai dengan skor kelompok
pangan 9. lainnya. Angka ini disebut skor
5. Menghitung kontribusi konsumsi pangan aktual, yang
energi tiap kelompok pangan menunjukkan tingkat keragaman
a. Menghitung % aktual konsumsi pangan.
Jumlah energi aktual setiap Tingkat nasional telah
kelompok pangan dibandingkan disepakati skor dan susunan Pola
dengan jumlah keseluruhan energi Pangan Harapan (PPH) berdasarkan
aktual tiap kelompok pangan dikali Hasil Widyakarya Nasional Pangan
100% dan dinyatakan dalam persen dan Gizi (WKNPG) X tahun 2012
(%) aktual. sebagai acuan dalam pembangunan
b. Menghitung Angka pangan dan gizi. Angka Kecukupan
Kecukupan Energi (AKE) Energi (AKE) ditungkat konsumsi
Jumlah energi aktual tiap sebesar 2.150 Kkal/kap/hari, dan
kelompok pangan dibandingkan 2.200 Kkal/kap/hari di tingkat
dengan jumlah angka kebutuhan ketersediaan. Sedangkan Angka
energi (AKE) dikali 100%. Angka Kecukupan Protein (AKP) di tingkat
Kecukupan Energi (AKE) sebesar konsumsi sebesar 52 gram/kap/hari
2150 kkal per kapita per hari dan dan 57 gram/kap/hari di tingkat
dinyatakan dalam persen (%) Angka ketersediaan (Balitwati,2015).
Kecukupan Energi (AKE). Tingkat dan keanekaragaman
e. Menghiung skor aktual konsumsi pangan dihitung
Persentase (%) aktual tiap berdasarkan Pola Pangan Harapan
kelompok pangan dikalikan dengan (PPH). Berdasarkan hasil
bobot tiap kelompok pangan. Widyakarya Nasional Pangan dan
f. Menghitung skor Angka Gizi (WKNPG) X tahun 2012, skor
Kecukupan Energi (AKE) dan susunan Pola Pangan Harapan
Persentase (%) AKE tiap sebagai berikut:
kelompok pangan dikalikan dengan
bobot tiap kelompok pangan.
6. Menghitung skor Pola Pangan
Harapan (PPH)

6
Tabel 1. Skor dan Susunan Pola 2. Populasi
Pangan Harapan (PPH) Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah Kepala Keluarga (KK)
N Kelomp Pola Pangan Harapan Nasional yang berada di Desa Wargasaluyu
o ok Gra Ener %AK Bob Sko
pangan m gi G ot r Kecamatan Gunung Halu Bandung
(Kka PP Barat. Diketahui jumlah KK di Desa
l) H
(1 (2) (3) (4) (5) (6) (7) Wargasaluyu berjumlah 2077 KK
) sampai dengan januari tahun 2016.
1 Padi- 275 1150 50.0 0.5 25.0
padian Penelitian ini menggunakan
2 Umbi- 100 120 6.0 0.5 2.5 kuesioner dengan mewawancarai
umbian
3 Pangan 150 240 12.0 2.0 24.0 responden secara langsung dan
hewani menilai pemenuhan kajian Pola
4 Minyak 20 200 10.0 0.5 5.0
dan
Pangan Harapan (PPH) responden
lemak dengan melihat pengetahuan gizi dan
5 Buah/bi 10 60 3.0 0.5 1.0
ji
pola konsumsi responden.
berminy 3. Sampel
ak
6 Kacang- 35 100 5.0 2.0 10.0
Sampel penelitian adalah
kacanga sebagian dari populasi yang ciri-
n cirinya diselidiki dan dapat diukur.
7 Gula 30 100 5.0 0.5 2.5
8 Sayur 250 120 6.0 5.0 3.0 Sampel diambil dengan
dan menggunakan teknik sampel cluster.
buah
9 Lain- - 60 3,0 0.0 0.0 Sampel dalam penelitian ini Desa
lain Wargasaluyu yang terdiri Kepala
Jumlah 2150 100.0 - 100.
0 Keluarga (KK), Ibu Rumah Tangga
(IRT), dan anak. Untuk menghitung
Deskripsi Penelitian Pendahuluan besar sampel pada metode cluster
Deskripsi penelitian adalah dengan menggunakan rumus
pendahuluan kajian pola pangan untuk sampel acak sederhana dan
harapan di Desa Wargasaluyu mengalikan hasil perhitungan dengan
Kecamatan Gunung Halu Bandung efek design Maka besaran sampel
Barat yang dilakukan dalam yang harus di ambil dalam penelitian
penelitian pendahuluan ini adalah ini di hitung dengan menggunakan
sebagai berikut : rumus (Hastono, dkk 2011) :
1. Kuesioner
Pada tahap ini menggunakan n= N x deff
kuesioner yang di lakukan dengan 1+N (d2)
mendata Desa Wargasaluyu
Kecamatan Gunung Halu Kabupaten n= 2077 x2
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat
1+ 2077 (0.12)
Tahun 2015/2016 untuk di lakukan
pengambilan sampel terhadap kajian = 190Responden
Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Antisipasi tambahan terjadi
Wargasaluyu Kecamatan Gunung ketidaklengkapan data, besar sampel
Halu Kabupaten Bandung Barat di tambah 10% jadi :
Provinsi Jawa Barat Tahun = 190 + (10% = 190)
2015/2016 (Hastono, dkk 2011). = 209 Responden

7
Cara Pengambilan sampel Pengkodean data adalah tahapan
tiap Dusun dalam penelitian ini kegiatan awal yang perlu dilakukan
dengan menggunakan metode sebelum proses entri data (proses
random sampling yaitu menetapkan pemasukan data ke dalam suatu
responden pada tiap Dusun secara system database) dilakukan.
acak. Untuk mencari sampel sampel 2. Validitas Data
tiap Dusun maka menggunakan Validitas data adalah
rumus sebagai berikut (Hastono, dkk prosedur untuk memastikan apakah
2011) : kuesioner yang akan dipakai untuk
Pengambilan sampel tiap dusun mengukur variabel penelitian valid
Jumlah atau tidak. Data yang akan divalidasi
n = Jumlah KK Tiap Dusun X dimasukan ke dalam sistem database
Jumlah KK Keseluruhan Sampel
dengan komputer diperlukan
software SPSS version 11.5.0 for
Dusun 1
windows yang dapat dilihat pada
n = 512 x 209
2077 lampiran 9 (Sugiyono, 2014).
= 51,52 =52 KK 3. Reliabilitas Data
Reliabilitas data adalah
Dusun 2 prosedur untuk memastikan apakah
n = 436 x 209 kuesioner yang telah divalidasi dapat
2077 reliabilitas/terpercaya atau tidak
= 43,87 = 44 KK sebagai alat pengumpulan data dalam
penelitian dan menggunakan
Dusun 3 software SPSS version 11.5.0 for
n = 564 x 209 windows dan Ms. Excel 2010 yang
2077 dapat dilihat pada lampiran 9
= n = 56,75 = 57 KK (Sugiyono, 2014).
4. Pemasukan Data (Entry
Dusun 4 Data)
n = 565 x 209 Entry data adalah kegiatan
2077 memasukan data dari kuesioner ke
= 56,85 = 57 KK dalam system database yang akan
Total Keseluruhan = 52 + 44 + 57 + digunakan. Untuk dapat
57 = 210 KK memasukkan data ke dalam sistem
database dengan komputer
Deskripsi Penelitian Utama diperlukan software aplikasi
Deskripsi penelitian komputer yang berbasis pengelolaan
pendahuluan kajian pola pangan data.
harapan dengan melihat pola 5. Edit Data (Editing Data)
konsumsi di Desa Wargasaluyu Editing data ini merupakan
Kecamatan Gunung Halu Kabupaten tahap perbaikan terhadap suatu atau
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat sekelompok data yang dihasilkan
Tahun 2015/2016 yang dilakukan dari suatu proses entri data. Editing
dalam penelitian utama ini adalah data bertujuan untuk memperbaiki
sebagai berikut : kesalahan data yang diakibatkan oleh
1. Pengkodean Data (Cooding) kesalahan entri atau recoding

8
terhadap data pada saat proses makhluk baik yang hidup maupun
manajemen data. yang mati.
Klasifikasi penduduk
HASIL DAN PEMBAHASAN menurut umur responden dapat
dilihat pada tabel 4 sehingga
Penelitian Pendahuluan klasifikasi penduduk menurut umur
Penelitian pendahuluan yang dapat dikelompokan menjadi 3
dilakukan yaitu untuk memilih kelompok yaitu :
populasi sampel di masyarakat 1. Umur anak yaitu kelompok
Bandung khususnya Bandung Barat umur < 14 tahun.
provinsi Jawa Barat. Desa 2. Umur produktif yaitu
Wargasaluyu Kecamatan Gunung kelompok umur antara 15-59
Halu kabupaten Bandung Barat tahun.
Propinsi Jawa Barat dengan luas 3. Umur non produktif uaitu
wilayah 867 Ha. Desa Wargasaluyu umur >60 tahun.
dibagi menjadi 4 Dusun terdiri dari
13 Rukun Warga, dan 59 Rukun
Tetangga dengan jumlah seluruh
penduduk yang mendiami wilayah
kecamatan ini sebanyak 6584 jiwa
dengan jumlah Kepala Keluarga
(KK) sebanyak 2077 jiwa. Adapun
pusat kegiatan pemerintahan Desa
Wargasaluyu berkedudukan di
Dusun III Cibeureum.
Perhitungan sampel untuk
penelitian ini menggunakan Metode
Cluster sehingga didapat hasil Grafik 1. Umur Responden
sebanyak 210 Kepala Keluaga (KK) Masyarakat Desa Wargasaluyu
terdiri dari 52 kepala keluarga (KK)
untuk dusun 1, 44 Kepala Keluarga Grafik 1 dapat diketahui
(KK) dusun 2,57 Kepala Keluarga bahwa umur responden masyarakat
(KK) dusun 3 dan 57 Kepala Desa Wargasaluyu yang diteliti dari
Keluarga (KK) dusun 4 yang akan dusun 1 sampai dusun 4 sebanyak
diteliti keadaan pola konsumsi 210 Kepala Keluarga (KK) melalui
masyarakat di Desa Wargasaluyu kuesioner atau wawancara langsung
Kecamatan Gunung halu yang dilihat didapatkan hasil yaitu umur 15-59
dari beberapa karakteristik responden tahun (produktif) sebesar 79,4%,
yaitu umur responden, pendidikan umur >60 tahun (non produktif)
responden, pendapatan responden. sebesar 20,6 % dan <14 tahun (anak-
1. Umur Responden Masyarakat anak) sebesar 0% (Lampiran 9).
Desa Wargasaluyu Hasil grafik yang di peroleh
Umur atau usia adalah satuan dari hasil kuesioner mengenai
waktu yang dapat mengukur waktu karakteristik responden yang diisi
keberadaan suatu benda atau oleh responden sendiri yang
kemudian kuesioner tersebut di uji
data validnya. Kuesioner tersebut

9
yang akan divalidasi dimasukan ke pengetahuan dan pemahaman yang
dalam sistem database dengan lebih tinggi mengenai objek tertentu
komputer diperlukan software SPSS dan spesifik. Pengetahuan yang
version 11.5.0 for windows. Data diperoleh secara formal melalui
yang telah divalidasikan akan terlihat pendidikan tersebut berakibat pada
pada ouput dengan menampilkan setiap individu yaitu memiliki pola
tabel validasi umur responden pikir, perilaku dan akhlak yang
menyatakan bahwa valid percent sesuai dengan pendidikan yang
pada umur produktif 79,4% dan diperoleh (Hasibuan, 2005).
umur non produktif 20,6 % sehingga Pendidikan adalah salah satu
cumulative percent pada umur hal penting dalam memajukan
responden adalah 100% valid tingkat kesejahteraan pada umunya
(lampiran 9). dan tingkat perekonomian pada
Kuesioner yang telah khususnya, dengan tingkat
dinyatakan valid dapat di uji lanjut pendidikan yang tinggi maka akan
kedalam reliabilitas. Reliabilitas data mempengaruhi tingkat daya beli
adalah prosedur untuk memastikan konsumsi pangan di masyarakat.
apakah kuesioner yang telah Kepala keluarga punya andil
divalidasi dapat besar dalam daya beli konsumsi
reliabilitas/terpercayaan/kehandalan pangan. Pada kelompok kepala
atau tidak sebagai alat pengumpulan keluarga yang berpendidikan tinggi,
data dalam penelitian dan dan punya penghasilan yang lebih
menggunakan software SPSS baik, akan mempunyai kemampuan
version 11.5.0 for windows dan Ms. ekonomi untuk memfasilitasi
Excel 2010. Data yang telah kebutuhan keluarganya, khususnya
direliabilitas akan terlihat pada ouput dibidang kesehatan dalam
dengan menampilkan r tabel dan keanekaragaman konsumsi pangan.
cronbach’s alpha dimana r tabel Diasumsikan, dengan makin
sebesar 0.134793 dan cronbach’s tingginya tingkat pendidikan kepala
alpha -0,48887 sehingga dapat keluarga maka akan memudahkan
disimpulkan bahwa alpha < r tabel dalam penyampaian informasi
artinya item pada pertanyaan pada tentang kesehatan yang akan
kuesioner tersebut tidak reliable atau memperbesar kesempatan untuk
tidak dapat dihandalkan sebagai data hidup sehat bersama seluruh
dalam penelitian, hal ini disebabkan keluarganya (Ghulam, 2010).
karena data umur responden Keadaan ini dapat dianalisis
digunakan untuk mengetahui bahwa seseorang yang mempunyai
karakteristik yang digunakan sebagai pendidikan tinggi akan mempunyai
identitas responden dalam penelitian keinginan terhadap daya beli
dan Ouput tersebut yang dapat konsumsi pangan dan ia lebih
dilihat pada lampiran 9 (Sugiyono, mengetahui komponen-komponen
2014). apa saja yang harus terpenuhi
2. Pendidikan Responden didalam kriteria Pola Pangan
Pendidikan adalah sebuah Harapan (PPH). Karena pada
proses pembelajaran bagi setiap prinsipnya pendidikan adalah pintu
individu untuk mencapai masuk seseorang untuk mengambil

10
suatu keputusan, termasuk untuk % sehingga cumulative percent pada
memilih konsumsi pangan yang umur responden adalah 100% valid.
dikonsumsi dalam kehidupan sehari- Grafik pendidikan ini, didapat
hari. dari kuesioner yang telah divalidasi
sehingga didapat bahwa tingkat
pendidikan responden secara umum
masih kurang baik karena tingkat
pendidikan terbesar adalah Sekolah
Dasar (SD). Tingkat pendidikan yang
rendah akan berpengaruh terhadap
pengetahuan gizi dan pola konsumsi
sehingga akan berpengaruh terhadap
pola pangan harapan (Lampiran 9).
Kuesioner yang telah dinyatakan
valid dapat di uji lanjut kedalam
reliabilitas. Reliabilitas data adalah
Grafik 2. Pendidikan Responden prosedur untuk memastikan apakah
Masyarakat Desa Wargasaluyu kuesioner yang telah divalidasi dapat
reliabilitas/terpercayaan atau tidak
Grafik 2 menunjukan bahwa sebagai alat pengumpulan data dalam
dari 210 kepala keluarga (KK) penelitian dan menggunakan
masyarakat Desa Wargasaluyu yang software SPSS version 11.5.0 for
di wawancarai secara umum tingkat windows dan Ms. Excel 2010. Data
pendidikan responden terbesar yang telah direliabilitas akan terlihat
adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu pada ouput dengan menampilkan r
71,4% kemudian tamat SMP sebesar tabel dan cronbach’s alpha dimana r
18,1%, tamat SMA sebesar 10% dan tabel sebesar 0.134793 dan
presentase responden yang cronbach’s alpha -0,48887 sehingga
menyelesaikan sampai ke jenjang dapat disimpulkan bahwa alpha < r
pendidikan tinggi hanya 5%. tabel artinya item pada pertanyaan
Hasil grafik ini didapat dari pada kuesioner tersebut tidak reliable
kuesioner mengenai karakteristik atau tidak dapat dihandalkan sebagai
responden yang diisi oleh responden data dalam penelitian, hal ini
sendiri yang kemudian kuesioner disebabkan karena pendidikan
tersebut di uji ke validitasnya. responden hanya digunakan untuk
Kuesioner tersebut yang akan mengetahui karakteristik yang
divalidasi dimasukan ke dalam digunakan sebagai identitas
sistem database dengan komputer responden dalam penelitian. Ouput
diperlukan software SPSS version tersebut yang dapat dilihat pada
11.5.0 for windows. Data yang telah lampiran 9 (Sugiyono, 2014).
divalidasikan akan terlihat pada 3. Pendapatan Responden
ouput dengan menampilkan tabel Masyarakat Desa Wargasaluyu
validasi pendidikan responden Hubungan keadaan sosial
menyatakan bahwa valid percent ekonomi dengan pola konsumsi
pada pendidikan SD 71,4 %, SMP makanan dapat dilihat dari
18,1 %, SMA 10 % dan universitas 5 pendidikan dan pendapatan per

11
kapita. Pendapatan merupakan salah Pendapatan yang ada di
satu faktor yang menentukan kualitas masyarakat Desa Wargasaluyu masih
pangan yang akan dibeli. Keluarga sangat minim dilihat dari tingkat
dengan tingkat pendapatan tinggi kesejahteraan dimana banyaknya KK
dapat membeli pangan yang lebih prasejahtera dan mata pencaharian
beragam dalam jumlah yang cukup masyarakat sebagai buruh tani paling
banyak dan kualitas pangan yang banyak hal ini yang menjadikan Desa
baik dibandingkan dengan keluarga Wargasaluyu termasuk dalam desa
dengan tingkat pendapatan rendah. tertinggal. Dapat dilihat pada tabel 2.
Keadaan inilah yang memungkinkan Pekerjaan Responden Masyarkat
terdapatnya hubungan dengan tingkat Desa Wargasaluyu.
pendapatan dengan pola konsumsi Tabel 2. Pekerjaan Responden
pangan seseorang (Candra, 2006). Masyarakat Desa Wargasaluyu
Pendapatan merupakan salah Jenis Pekerjaan Jumlah %
Buruh tani 47 26,9
satu faktor yang berperan penting Buruh cuci 3 1,4
dalam menentukan daya beli Pedangang 16 7,6
masyarakat. Rendahnya pendapatan Guru 3 1,4
akan menimbulkan daya beli pangan Ibu Rumah Tangga 90 42,9
(IRT)
yang rendah pula. Hal ini akan Karyawan swasta 1 5
berdampak pada rendahnya jumlah Petani 20 9,5
dan mutu gizi konsumsi pangan yang Wiraswasta 11 9.0
Tidak bekerja 19 5.2
dikonsumsi oleh masyarakat dan (pensiunan)
dapat mempengaruhi status gizi Total 210 100
seseorang. Selain itu rendahnya Pekerjaan masyarakat desa
pendapatan akan mempengaruhi pola wargasaluyu dari hasil wawacara 210
konsumsi pangan masyarakat Kepala Keluarga (KK) kebanyakan
(Cahyaningsih, 2008). Ibu Rumah Tangga (IRT) dan buruh
Hasil penelitian Cahyaningsih tani hal ini akan mempengaruhi
(2008), menunjukkan bahwa tingkat pendapatan. Pedapatan merupakan
kecukupan protein meningkat sejalan salah satu faktor yang berperan
dengan meningkatnya pendapatan penting dalam menentukan daya beli
dan sesuai dengan teori Bannet yaitu masyarakat. Rendahnya pendapatan
meningkatnya pendapatan seseorang akan menimbulkan daya beli pangan
akan menyebabkan terjadinya yang rendah pula. Hal ini akan
penurunan konsumsi energi yang berdampak pada rendahnya
berasal umbi-umbian serta pengetahuan gizi masyarakat dan
menambahkan bahwa meningkatnya dapat mempengaruhi status gizi dan
tingkat pendapatan seseorang akan pola konsumsi pangan seseorang
terjadinya pergeseran pola konsumsi baik dari jumlah dan mutu gizi
pangan kearah yang lebih beraneka konsumsi pangan yang dikonsumsi.
ragam dengan diperjelas bahwa
proporsi sumber karbohidrat
(khususnya beras) akan berkurang
mengikuti meningkatnya proporsi
lemak dan protein terutama dari
sumber pangan hewani.

12
Tabel 3. Pendapatan Responden Pengetahuan gizi mempunyai
Masyarakat Desa Wargasaluyu peranan yang penting dalam
Pendapatan (Rp) Jumlah (n) % pembentukan kebiasaan makan
200.000 50 23,81
400.000 43 20,48
seseorang sebab hal ini akan
600.000 47 22,38 mempengaruhi seseorang dalam
800.000 6 2,86 memilih jenis dan jumlah makanan
1.000.000 19 9,04 yang dikonsumsi (Puspita, 2013).
1.500.000 27 12,86
2.000.000 11 5,24
Pengetahuan gizi responden
2.500.000 3 1,43 dalam penelitian ini dapat diketahui
3.000.000 4 1,9 melalui dengan wawancara langsung
Total 210 100 kepada responden atau Kepala
Pendapatan responden paling keluarga (KK) dengan mengajukan
banyak adalah yang berpendapatan 15 pertanyaan yang dijawab
sebesar Rp. 200.000,- yaitu 50 responden secara langsung melalui
Kepala Keluarga (KK) sebesar kuesioner yang telah divalidasi dan
23,81% Sedangkan yang paling reliabilitas Adapun daftar 15
sedikit adalah yang berpendapatan pertanyaan yang diajukan (lampiran
sebesar Rp. 3.000.000,- yaitu 4 5) dan hasil grafik jawaban
Kepala Keluarga (KK) sebesar 1,9%. responden (kepala keluarga).
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari Pertanyaan pengetahuan gizi
210 responden Kepala Keluarga menunjukkan hasil jawaban
(KK) yang diteliti, responden yang responden masyarakat Desa
berpendapatan rendah (di bawah Wargasaluyu mengenai pengetahuan
UMR Kabupaten Bandung) sebanyak gizi, dimana memberikan tiga pilihan
192 responden (91,4%) lebih banyak jawaban kepada responden dan
dari pada responden yang kemudian dilakukan pengolahan data
berpenghasilan tinggi sebanyak 18 dengan uji validitas dan reliabilitas.
responden (8,6%). Kuesioner yang telah divalidasi yang
menunjukan valid pada setiap
Penelitian Utama
pertanyaan kuesioner tetapi untuk uji
Penelitian utama merupakan
reliabilitas.
lanjutan dari penelitian pendahuluan
Reliabilitas menunjukan
yang dengan menggunakan alat
jumlah cronbach’s alpha dari setiap
bantu kuesioner mengenai
pertanyaan kisaran 0,6730 sampai
pengetahuan gizi reponden dan sikap
0,7299 dan jumlah rata-rata alpha
responden dan pola konsumsi pangan
dari seluruh pertanyaan 0,714819
responden selama 5 hari dan
dimana alpha 0,714819 > r tabel
penyuluhan langsung didalam
0,134793 maka dapat diartikan
masyarakat desa mengenai gizi yang
bahwa pertanyaan kuesioner dapat
mengacu sesuai Pedoman Gizi
dikatakan reliable atau tingkat
Seimbang (PGS) yang bertujuan
kepercayaan atau kehandalannya
untuk mengetahui skor Pola Pangan
handal sebagai alat pengumpul data
Harapan (PPH) Desa Wargasaluyu
dalam penelitian sehingga dapat
Kecamatan Gunung Halu Bandung
diolah dan menunjukkan jumlah dan
Barat Tahun 2015/2016.
persentase (%) dari setiap jawaban
1. Pengetahuan Gizi Responden
responden terhadap pertanyaan
Masyarakat Desa Wargasaluyu

13
seperti yang terlihat pada tabel 13. penelitian Torheim et al. (2004) dan
Menurut hair et all (2010) pertanyaan Kennedy et al. (2007).
kuesioner memiliki standar alpha Tabel 5. Skor PPH
sebesar >0.80 dapat dikategorikan Energi % Skor Skor Skor Skor
aktual Aktual %AKE Bobot Aktual AkE Maks PPH
sangat handal sehingga jika
penelitian ini dilanjutkan kembali 5167 82.984 240.326 0.5 41.492 120.163 25 25
maka harus terdapat perbaikan 71 1.14029 3.30233 0.5 0.57014 1.65116 2.5 1.65
dalam pertanyaan pengetahuan gizi 363 5.82992 16.8837 2 11.6598 33.7674 24 24
sehingga saat diuji reliabilitas
44.5 0.71469 2.06977 0.5 0.35734 1.03488 5 1.03
alpha nya sesuai atau diatas standar
yang artinya seluruh butir 8 0.12848 0.37209 0.5 0.06424 0.18605 1 0.18
pertanyaannya sangat handal 194 3.11572 9.02326 2 6.23143 18.0465 10 10
sebagai alat pengumpulan data
22 0.35333 1.02326 0.5 0.17666 0.51163 2.5 0.51
dalam penelitian.
Konsumsi makanan rumah 104 1.67028 4.83721 2 3.34056 9.67442 30 9.67

tangga adalah makanan dan 253 4.06328 11.7674 0 0 0 0 0


minuman yang tersedia untuk 6226.5 100 100 72.04
dikonsumsi oleh anggota keluarga. Keragaman konsumsi pangan
Tabel 4. Pola Konsumsi berdasarkan metode PPH
D
us
Kelompok pangan dikelompokkan menjadi sangat
Pa U Pan Mi Bu Ka G Sa La
u di- m gan ny ah ca u yu in kurang (<55), kurang (55-69), cukup
n pa
dia
bi-
u
hew
ani
ak
da
da
n
ng
-
l
a
r
da
ny
a (70-84), dan baik (≥85) (Prasetyo et
n m
bi
n
le
bij
i
ka
ca
n
bu
al. 2013). Tabel 17 menunjukan
an m be ng ah bahwa skor Pola Pangan Harapan
ak rle an
m (PPH) di Desa Wargasaluyu sebesar
ak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) ( (8) (9)
72.04 hal ini dilihat dari energi
7 aktual dari Sembilan (9) kelompok
)
1 11 21 207, 4, 0 13 4 19 10 pangan
90, 1 1 1, , 7 0
4 8 7
2 59 11 105, 3, 0, 14 2 70 39 KESIMPULAN DAN SARAN
4,1 ,3 3 2 7 4, , ,5 ,7
6 4
3 10 38 183, 6, 4, 80 7 18 85
60, 6 6 0 ,8 , 1, ,1 Kesimpulan
4 8 2 1. Pengetahuan gizi responden
4 28 35 303, 5, 1, 16 8 28 78
96, 9 9 7 3, , 6, ,7 di Desa Wargasaluyu Kecamatan
7 9 7 5
T 57 10 799 19 6, 52 2 73 30
Gunung Halu Bandung Barat sudah
ot
al
41,
6
5,
3
9,9 ,8 3 1,
1
3
,
5,
2
3,
5
handal karena jawaban yang
6 diberikan responden atas pertanyaan
Keragaman konsumsi pangan kuesioner pengetahuan gizi jika diuji
rumah tangga merupakan jumlah tingkat validitas dan reliabilitas data
pangan atau kelompok pangan nya termasuk kedalam kategori
berbeda yang dikonsumsi individu handal yaitu tiap item pertanyaan
dalam suatu rumah tangga dalam kisaran nilai Cronbach’s alpha
jangka waktu tertentu (Swindale dan 0,6738 sampai 0,7353 namun
Bilinsky 2005). Pentingnya diperlukan tindak lanjuti dan
keragaman konsumsi pangan dalam dilakukan perbaikan dalam item-item
rumah tangga dibuktikan oleh pertanyaan kuesioner pengetahuan

14
gizi agar mencapai tingkat Kecamatan Gunung Halu Bandung
kehandalan >0,80- 1.00. Barat agar menghasilkan skor PPH
2. Keadaan pola konsumsi yang sesuai tujuan utama pendekatan
pangan di Desa Wargasaluyu PPH, prinsip dasar perencanaan
Kecamatan Gunung Halu Bandung kebutuhan pangan dengan PPH dan
Barat dilihat dari skor PPH sebesar target pemerintah secara nasional
72,04 dapat dikategorikan cukup skor untuk PPH penganekaragaman
sehingga dapat dikaji PPH di Desa pangan berbasis sumberdaya lokal
Wargasaluyu yaitu masyarakat dapat mencapai (93,3).
mengonsumsi makanan yang tidak 3. Peningkatan skor Pola
eragam dalam setiap kali makan Pangan Harapan (PPH) di Desa
sehingga perlu ditindak lanjuti lebih Wargasaluyu dengan cara
mendalam mengenai konsumsi mengoptimalkan sumber daya lahan
pangan yaitu dengan mengonsumsi pertanian agar lebih produktif,
makanan yang beragam dalam setiap meningkatkan diversifikasi pangan
kali makan sesuai tujuan utama pada masyarakat Desa agar pola
pendekatan PPH, prinsip dasar konsumsi pangan beragam dan
perencanaan kebutuhan pangan bergizi.
dengan pph dan (Perpres) Nomor 22
Tahun 2009 tentang Kebijakan DAFTAR PUSTAKA
Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar
Daya Lokal. Ilmu Gizi. 2005. Bandung :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Saran
1. Perlu sering dilakukan
penyuluhan lebih mendalam Anwar K, Hardiansyah. 2014.
mengenai pengetahuan gizi Konsumsi Pangan dan Gizi
mengenai konsumsi pangan yang serta Skor Pola Pangan
beragam dalam sekali makan untuk Harapan (PPH) pada
mencapai Pola Pangan Harapan Dewasa di Indonesia.
(PPH) ideal dan dilakukan perbaikan
pada pertanyaan kuesioner
prngetahuan gizi sehingga saat Ariani M. 2008. Kajian Pola
penelitian ini digunakan kembali Konsumsi dan Permintaan
sudah tervalidasi dan setiap butir Pangan serta Proyeksi
pertanyaan terreliabilitas sesuai Kebutuhan Pangan pada
dengan standar. Nilai standar Repelita VI di Tiga Provinsi
cronbach’s alpha yang andal adalah di Indonesia. Bogor: Institut
0,80 sedangkan hasil penelitian Pertanian Bogor.
hanya mendapat nilai cronbach’s
alpha 0,6738 sampai 0,7353. Azward, S. 2007. Sikap Manusia,
2. Masyarakat di himbau untuk Teori dan Pengukurannya.
menerapkan kebiasaan pola Jakarta : Pustaka Pelajar
konsumsi pangan yang beragam dan
bergizi di Desa Wargasaluyu

15
Badan Bimas Ketahanan Fachrina A. 2005. Pola Konsumsi
Pangan.2005. Pola Pangan Pangan pada Rumah Tangga
Harapan, Jakarta. Miskin di Pedesaan dan
Perkotaan diLima Provinsi
Badan Litbang Kesehatan. 2007. Pulau Jawa. Bogor: Institut
Laporan Hasil Riset Pertanian Bogor.
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2007. Ghulam, Angga. 2010. Faktor-faktor
Jakarta: Kementrian yang Berhubungan dengan
Kesehatan RI. Pemenuhan Pola Pangan
Harapan Ditinjau Dari segi
Badan Litbang Kesehatan. 2010.
Daya Beli Konsumsi Pangan
Laporan Hasil Riset
Tahun 2010. Jakarta :
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Universitas Muhammadiyah
Indonesia Tahun 2010.
Prof. DR.Hamka.
Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Hair. Et all. 2010. Tingkat
Badan Pusat Statistik. 2006. Kehandalan Cronbach’s
Pengeluaran untuk Konsumsi Alpha. Multivariate Data
Penduduk Indonesia 2006. Analysis. Kennesaw State
Jakarta: BPS. University.

Baliwati YF. 2015. Bahan Ajar Mata Hardinsyah. 2007. Review faktor
Kuliah Metode Penilaian Gizi determinan keragaman
Neraca Bahan Makanan. konsumsi pangan : Pusat
Diktat Jurusan Gizi Studi Kebijakan Pangan dan
Masyarakat dan Sumberdaya Gizi. Lembaga Penelitian IPB
Keluarga. Fakultas Pertanian. dan Pusat Pengembangan
Bogor: IPB. Konsumsi Pangan. Badan
Bimas Ketahanan Pangan
Cahyaningsih. R. 2008. Analisis Pola Departemen Pertanian RI.
Konsumsi Pangan Di
Provinsi Jawa Barat. Tugas Hardiansyah, Baliwati YF, Martianto
Akhir Fakultas Pertanian IPB. D, Rachman HS, Widodo A,
Bogor. Subiyakto. 2001.
Pengembangan Konsumsi
Candra, Budiman. 2006. Pengantar Pangan dengan Pendekatan
Kesehatan Lingkungan. Pola Pangan Harapan.
Jakarta :EGC. Bogor (ID) : Pusat Studi
Kebijakan Pangan dan Gizi.
Lembaga Penelitian IPB dan
Depkes R.I. 2008. Angka Kecukupan Pusat Pengembangan
Gizi Yang Dianjurkan Bagi Konsumsi Pangan. Badan
Bangsa Indonesia. Keputusan Bimas Ketahanan Pangan
Menteri Kesehatan. Departemen Pertanian RI.

16
Harmonisasi PPH Nasional PPKP – dengan Pemenuhan Kriteria
BKP dan GMSK – IPB, 2002. Rumah Sehat di Desa
Jagabita , Kecamatan Parung
Hasibuan, M. 2005. Manajemen Panjang, Kabupaten Bogor,
Sumber Daya Manusia. Jawa Barat, 2012,
Jakarta : Edisi 2. Universitas Muhammdiyah
Prof. DR. Hamka, Jakarta
Hastono, Susanto Priyo, Luknis Selatan
Sabri. 2011. Statistik
Kesehatan. Jakarta: Rajawali Nurfarma M. 2005. Dampak Krisis
Pers. Ekonomi Terhadap Pola
Konsumsi dan Permintaan
Junaedi. 2005. Dinamika Pola Pangan Rumah Tangga di
Konsumsi Telur di Provinsi Sumatera Barat.
Indonesia: Suatu Analisis Bogor: Institut Pertanian
Data Susenas. Bogor: Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Nurnaningsih N. 2003.
Karina Dwi Handini, 2006. Analisis Pengembangan Pola
dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Ketersediaan Pangan Penduduk dengan
Berdasarkan Pola Pangan Pendekatan Pola Pangan
Harapan (PPH) di Provinsi Harapan (PPH) di
Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Tasikmalaya
Tugas Akhir Fakultas Provinsi Jawa Barat.
Pertanian, IPB. Bogor. Bogor: Institut Pertanian
(repository.ipb.ac.id/bitstrea Bogor.
m/handle/123456789/50685/
A06kdh.pdf) : Diakses pada Oswarl,E. 2010. Menyongkong Usia
tanggal 20 0ktober 2015. Lanjut dengan Burgar dan
Bahagia. Pustaka Sinar
Kennedy G, Pedro MR, Seghieri C, Harapan, Jakarta.
Nantel G, Brouner I. 2007.
Dietary diversity score is a Peraturan Pemerintah R.I No 22
Useful indicator of Tahun 2009. Tentang
micronutrient intake in non- Percepatan
breast-feeding filipino Keanekaragaman
children. J nutr. Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya
Khumaidi, M. 2004. Gizi Lokal. Jakarta:
Masyarakat. BPK Gunung Departemen Kesehatan R.I
Mulia, Jakarta.
Powers, P. S. 2010. Obesity : The
Mayank.W. 2012. Hubungan Antara Regulation Of Weight.
Karakteristik, Pengetahuan Waverly Press, London.
dan Sikap Masyarakat

17
Pranoto, Endro. 2008. Potensi Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F.
Wilayah Komoditas 2001. Penilaian Status Gizi.
Pertanian dalam Mendukung Jakarta : EGC.
Ketahanan Pangan Berbasis
Agribisnis Kabupaten Swindale A, Bilinsky P. 2005.
Banyumas. Program Pasca Household Dietary Score
Sarjana, Universitas (HDDS) for Measurementof
Diponegoro. Household Food Acces :
Indicator Guide. Washington
Prasetyo TJ, Hardiansyah, Sinaga T. (US) : FANTA.
2013. Konsumsi Pangan dan
Gizi Serta Skor Pola Pangan Torheim LE, Ouattara F, Diarra MM,
Harapan (PPH) pada anak Thiam FD, Barikmo I, Hatloy A,
di Indonesia. Oshaug
A.2004. Nutrient adequancy
Profil Desa Wargasaluyu Tahun and dietary diversity in rural Mali.
2013.
Undang-Undang R.I No 18 Tahun
Profil Desa Wargasaluyu Tahun 2012 Tentang Pangan.
2016. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I.
Puspita, R. 2013. Konsumsi Lemak
dan Gula Pada Pegawai yang World Healty Organization (WHO) –
Mengalami Gizi Lebih Usia UNICEF. Panduan Pelatihan
40 tahun ke atas. Tugas Konseling Konsumsi Sayur
Akhir Fakultas Pertanian IPB. dan Buah. WHO-UNICEF,
Bogor. Jakarta,2013.

Putri, I. S. 2015. Kajian Mengenai


Berbagai Metode Penilaian
Keragaman Konsumsi
Pangan Rumah Tangga.
Fakultas Teknologi Pertanian.
Institute Pertanian Bogor,
Bogor.

Sugihantono,A. 2014. Pedoman Gizi


Seimbang. Jakarta :
Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Pustaka Alfabeta,
Bandung.

18

Potrebbero piacerti anche