Sei sulla pagina 1di 7

Dukungan Suami pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga

Kesehatan di Puskesmas Jagir Surabaya

Nurul Fathiyyah, S.Tr., Keb


Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya; fathtyah02@gmail.com
Kharisma Kusumaningtyas, S. Si. T., M. Keb
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya; kharisma_kusuma@yahoo.co.id
Ani Media, SST, M., Keb
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya; amediaharumi@gmail.com

ABSTRACT

Premature rupture of membrane (PROM) is the occurrence of a tear membrane without the signs of childbirth.
At the handling of PROM is often the mother in 3T condition that is late to take the decision, late referring to
health workforce, late get the treatment by nhealth workforce because of the ineffectiveness of the support given
by the husband to the KPD mother. This research aims to analyse support (emotional, informational,
instrumentals, appraisal) husband in the mother with an early rupture of the response time to the health worker..
This research is a cross sectional analytical research. Samples were taken with probably sampling technique of
43 respondents. The independent variable is the husband's support (emotional, informational, instrumentals,
appraisal), while the dependent variables are the husband's response time to the health workforce. Data
collection using questionnaires and observation sheets. To analyse the influence of use of chi-square analysis
and double linear regression with real-life levels 0.05.
The results of the study gained support (emotional, informational, instrumentals, appraisal) in mothers with
KPD on response time to health personnel, with the value of P-value (0.002, 0.022, 0.003, 0.002) and the
dominant support obtained against Response time is emotional support.
It was concluded that there was a support influence (emotional, informational, instrumentals, appraisal)
husband to mother with KPD against the response time to the health worker. Advice: the need to emphasis on
the importance of husband support for health education is primarily a determination in pregnant mothers, Nifas
and maternity, and to build good emotional support between mothers and other family members
.
Keywords: support husband, PROM, response time.

ABSTRAK

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan kejadian robeknya selaput ketuban tanpa diiringi tanda-tanda
persalinan.Pada tataklasana KPD seringkali ibu dalam kondisi 3T yaitu terlambat mengambil keputusan,
terlambat merujuk ke nakes, terlambat mendapatkan penanganan oleh nakes karena tidak efektifnya dukungan
yang diberikan oleh suami kepada ibu KPD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Dukungan ( emotional,
informational, instrumental, appraisal) suami pada ibu dengan ketuban pecah dini terhadap respon time
mendatangi tenaga kesehatan.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional. Sampel diambil dengan teknik probably sampling
sejumlah 43 responden. Variabel independent adalah dukungan suami (emotional, informational, instrumental,
appraisal), sedangkan variabel dependent adalah respon time suami untuk mendatangi tenaga kesehatan.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Untuk menganalisis adanya pengaruh
digunakan analisis chi-square dan regresi linear berganda dengan taraf nyata 0,05.
Hasil penelitian didapatkan dukungan (emotional, informational, instrumental, appraisal) pada ibu dengan KPD
terhadap respon time mendatangi tenaga kesehata, dengan nilai p-value (0.002, 0.022, 0.003, 0.002) dan
dukungan dominan yang didapatkan terhadap respon time adalah dukungan emotional.
Disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan (emotional, informational, instrumental, appraisal) suami pada ibu
dengan KPD terhadap respon time mendatangi tenaga kesehatan. Saran : perlunya penekanan pentingnya
dukungan suami untuk pendidikan kesehatan terutama kegawadaruratan pada ibu yang hamil, nifas maupun
bersalin, serta membangun dukungan emotional yang baik antara ibu dengan suami maupun anggota keluarga
lainnya.

Kata kunci: Dukungan Suami, KPD, respon time

PENDAHULUAN

Latar Belakang (Opsional)


Proses kehamilan, persalinan dan nifas yang dialami seorang ibu hamil tidak lepas dari dukungan keluarga
sebagai individu yang mendampingi ibu sebelum tenaga kesehatan. Yang mana dukungan keluarga sangat
mempengaruhi proses kehamilan, persalinan maupun nifas secara normal tanpa timbulnya tanda bahaya atau
kondisi bahaya. Pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga tidak selalu berjalan dengan normal, banyak
sekali tanda-tanda bahaya pada kehamilan yang berujung pada kondisi gawat hingga kematian ibu dan anak.
Salah satu tanda bahaya dalam kehamilan maupun persalinan yaitu ketuban pecah dini, yang mana ketuban
pecah dini merupakan kejadian robeknya selaput ketuban tanpa diiringi tanda-tanda persalinan. Angka kejadian
ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia sekitar 35-55% dari semua persalinan (Kemenkes RI, 2015). Wilayah
Jawa Timur angka kejadian KPD sekitar 18% yang mana merupakan peringkat 5 besar kejadian komplikasi saat
persalinan (Fatikah, 2015). Angka Kejadian KPD untuk Surabaya sendiri 10% dari semua persalinan (Dinkes,
2016). Dari angka kejadian tersebut, ketuban pecah dini menjadi salah satu faktor penyebab komplikasi pada
kehamilan yang berakhir pada kejadian kematian ibu dan anak. Pada sebuah penelitian mengatakan Kejadian
KPD yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas pada ibu dan
janin (Maryuni 2017; Endale et al. 2016). Selain itu, pada kematian neonatus, KPD menjadi faktor risiko dengan
presentase sebesar 17,9% (Achadi dan Jones 2014).
Usaha promotif dan preventif pada ibu dan keluarga menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah untuk menekan
angka AKI dan AKB akibat komplikasi dari ketuban pecah dini di Indonesia. Upaya pencegahan di masyarakat,
adalah dengan sebuah program yang mana dukungan suami diharapkan mampu untuk mencegah komplikasi
dalam proses kehamilan, sehingga kemungkinan untuk komplikasi lanjutan yang bahaya dapat segera ditangani
karena ibu dapat mencapai fasilitas kesehatan dengan tepat waktu, serta mendapatkan penanganan yang benar
dan tepat di fasilitas kesehatan tersebut. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah guna memonitor
kesehatan ibu dan anak diantaranya adalah program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi, yang merupakan salah salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan Angka kematian Ibu (AKI)
di Indonesia sebagai kontrol kesehatan ibu baik dalam masa kehamilan hingga nifas yang melibatkan peran
suami dalam perencanaannya (Kamidah, 2018). Diharapkan dari berbagai program dan penelitian tersebut kita
dapat menekan angka kematian ibu dan anak yang disebabkan faktor langsung maupun tidak langsung.
Dari penjelasan diatas penelitian-penelitian lain belum meneliti bagaimana dukungan yang suami berikan pada
ibu dengan ketuban pecah dini itu sendiri. Sehingga disini peneliti tertarik untuk meneliti “ Dukungan Suami
Pada Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga Tesehatan ”

Tujuan Penelitian (Opsional)

Peneliti ini menganalisis dukungan suami yaitu dukungan emotional, informational, instrumental,
appraisal suami pada ibu dengan ketuban pecah dini terhadap respon time mendatangi tenaga kesehatan.
Selain iu peneliti juga ingin menganalisis dukungan yang dominan dari suami pada ibu dengan ketuban
pecah dini terhadap respon time mendatangi tnaga kesehatan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian
ini adalah suami pada ibu dengan ketuban pecah dini yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi oleh
peneliti sejumlah 43 orang yaitu semua suami yang ikut mendampingi ibu dengan ketuban pecah dini di
Puskesmas Jagir Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah respon time mendatangi tenaga kesehatan, sedangkan variabel independenya adalah
dukungan suami pada ibu dengan KPD yang terdiri dari dukungan emotional, dukungan instrumental, dukungan
informational, dan dukungan appraisal. Data responden ini diperoleh dari data primer responden yang datang ke
Puskesmas Jagir dengan ibu KPD. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan
kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas pada bulan Januari 2019 di Puskesmas Jagir Surabaya
sejumlah 20 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunnakan uji pearson dengan
nilai signifikan 0,05.

HASIL

Hasil Data Dukungan Emotional Suami Pada Ibu Dengan KPD terhadap Respon Time Mendatangi
Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian dalam bab ini akan menampilkan dalam 1 data khusus, karena data umu bersifat seragam
maka tidak ditamilkan. Data khusus dalam penelitian ii meliputi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Dukungan Emotional Suami Pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time

Respon Time (Waktu tanggap) Jumlah


Dukungan Persentase
<1jam 1-2jam >2jam
Emotional
N % N % N % N %
Kurang 0 0 1 12,5 7 87,5 8 18,6
Cukup 1 7,2 5 35,7 8 57,1 14 32,6
Baik 12 57,1 4 19,1 5 23,8 21 48,8
Jumlah 13 30,2 10 23,3 20 46,5 43 100
*) α = 0,05 p value = 0,002

Berdasarkan tabel 1 dapat dapat dijelaskan bahwa pada dukungan emotional dengan kategori dukungan
emotional yang cukup terdapat 14 responden, dengan spesifikasi waktu tanggap kurang dari 1 jam berjumlah 1
responden (7,2%), waktu tanggap 1-2 jam berjumlah 4 responden (35,7%) dan lebih dari 2 jam berjumlah 8
responden (57,1%) dengan nilai p value ( 0,002).

Hasil Data Dukungan Informational Suami Pada Ibu Dengan KPD terhadap Respon Time Mendatangi
Tenaga Kesehatan

Tabel 2. Dukungan Informational Suami Pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time

Respon Time (Waktu tanggap) Jumlah


Dukungan Persentase
informational <1jam 1-2jam >2jam
N % N % N % N %
Kurang 2 11,8 4 23,5 11 64,7 17 25,6%
Cukup 3 21,4 4 28,6 7 50 14 32,6%
Baik 8 66,6 2 16,7 2 16,7 12 41,8%
Jumlah 13 30.2 10 23,3 20 46,5 43 100%
*) α = 0,05 p value = 0,022

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa terdapat 17 responden dengan dukungan informational
yang kurang, yaitu dengan waktu tanggap kurang dari 1 jam berjumlah 2 responden (11,8%%), waktu tanggap
1-2 jam berjumlah 4 responden (23,5%) dan lebih dari 2 jam berjumlah 11 responden (64,7%) dengan nilai p
value (0,022).

Hasil Data Dukungan Instrumental Suami Pada Ibu Dengan KPD terhadap Respon Time Mendatangi
Tenaga Kesehatan

Tabel 3. Dukungan Instrumental Suami Pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time

Waktu tanggap Jumlah


Dukungan Persentase
instrumental <1jam 1-2jam >2jam
N % N % N % N %
Kurang 0 0 5 45,5 6 54,5 11 25,6%
Cukup 2 14,3 3 21,4 9 64,3 14 32,6%
Baik 11 61,1 2 11,1 5 27,8 18 41,8%
Jumlah 13 30.2 10 23,3 20 46,5 43 100%
*) α = 0,05 p value = 0,003
Berdasarkan tabel 4.3 dapat pada dukungan instrumental dengan kategori cukup terdapat 14 responden,
dengan spesifikasi waktu tanggap kurang dari 1 jam berjumlah 2 responden (14,3%), waktu tanggap 1-2 jam
berjumlah 3 responden (21,4%) dan lebih dari 2 jam berjumlah 9 responden (64,3%) dengan nilai p-value
(0,003).
Hasil Data Dukungan Appraisal Suami Pada Ibu Dengan KPD terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga
Kesehatan

Tabel 3. Dukungan Appraisal Suami Pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time

Waktu tanggap
Dukungan Jumlah
appraisal <1jam 1-2jam >2jam
N % N % N % N %
Kurang 0 0 4 36,4 7 63,6 11 25,6%
Cukup 0 0 2 22,2 7 77,8 9 32,6%
Baik 13 56,5 4 17,4 6 26.0 23 41,8%
Jumlah 13 30.2 10 23,3 20 46,5 43 100%
*) α = 0,05 p value = 0,002

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan terdapat 11 responden dengan dukungan appraisal yang kurang,
yaitu waktu tanggap kurang dari 1 jam berjumlah 0 responden (0%), waktu tanggap 1-2 jam berjumlah 4
responden (36,4%) dan lebih dari 2 jam berjumlah 6 responden (63,6%). Pada dukungan appraisal dengan
kategori cukup terdapat 9 responden, dengan spesifikasi waktu tanggap kurang dari 1 jam berjumlah 0
responden (0%), waktu tanggap 1-2 jam berjumlah 0 responden (0%) dan lebih dari 2 jam berjumlah 7
responden (77,8) dengan nilai p value (0,003).

Hasil Data Dukungan Yang Dominan dari Suami Pada Ibu Dengan KPD terhadap Respon Time
Mendatangi Tenaga Kesehatan

Tabel 3. Dukungan Yang Dmoinan Dari Suami Pada Ibu dengan Ketuban Pecah Dini Terhadap Respon Time
95% C.I.for EXP(B)
variabel B SE Wald df Sig Exp(B) Lower Upper

Step 1 emotional -1.067 .587 3.308 1 .069 .344 .109 1.086


informational -1.359 .533 6.499 1 .011 .257 .090 .730
instrumental -.226 .516 .192 1 .661 .797 .290 2.194
appraisal -.404 .503 .643 1 .423 .668 .249 1.791
Step 2 emotional -1.245 .558 4.973 1 .026 .288 .096 .860
Informa tional -1.405 .522 7.230 1 .007 .245 .088 .683

Berdasarkan tabel 5 Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan emotional berpengaruh sangat
siginifikan terhadap respon time suami untuk mendatangi tenaga kesehatan dengan tingkat signifikan 0,026
(p<0,05). Arah hubungan dukungan emotional adalah positif yang artinya jika dukungan emotional suami baik,
ata tinggi maka respon time suami untuk mendatangi tenaga kesehatan dengan cepat. Besarnya faktor dukungan
emotional adalah 2,88 berarti besarnya kemungkinan dukungan emotional yang menyebabkan respon time
suami adalah 2,88 kali lebih besar dibandingkan yang memiliki dukungan emotional yang kurang.

PEMBAHASAN

1. Dukungan Emotional Suami Pada Ibu KPD Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga Kesehatan
Dalam hasil analisis menyimpulkan bahwa adanya pengaruh dukungan emosional Suami pada ibu
dengan KPD terhadap respon time mendatangi tenaga kesehatan, yang mana seorang suami yang memiliki
dukungan emotional yang baik memiliki respon time (waktu tanggap) yang baik pula.
Menurut Saifudin Azwar (2010) yang menguraikan faktor – faktor pembentuk respon (sikap) yaitu
pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Pada penelitian ini didapatkan bahwa
suami yang memiliki dukungan emotional yang baik juga akan memberikan respon yang cepat, karena suami
disini sebagai individu yang merespon terhadap kejadian yang dialami objek (ibu). Adanya respon (sikap)
karena adanya faktor pembentuk respon dari suami itu sendiri, yaitu adanya pengaruh emosional antara suami
dan ibu, sehingga hubungan emosional ini membentuk sebuah respon (sikap) positif terhadap ibu. Selain adanya
pengaruh emosional, faktor pembentuk respon lainnya adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting, yang
mana suami memiliki ikatan dengan ibu, sehingga ibu dianggap penting dan suami secara otomatis
memunculkan sikap terhadap apa yang dialami ibu.
Respon yang berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan atau kebiasaan. Jadi antara respon,
tanggapan, jawaban dapat muncul disebabkan oleh adanya suatu gejala peristiwa yang mendahuluinya. Suami
disini sebagai seorang yang memiliki kaitan dengan ibu, melihat dan berusaha memberikan tindakan terhadap
apa yang dilihatnya itu. Perilaku atau tindakan alamiah tersebut dipengaruhi oleh sikap spontanitas tanggung
jawab, adanya rasa menjaga terhadap kesehatan istri, dan harapannya serta dukungan apapun yang suami
berikan terhadap ibu. Dari sebuah kejadian yang dialami ibu merupakan sebuah stimulus yang mendatangkan
respon suami untuk bertindak cepat. Adanya respon spontan juga di pengaruhi dari objek yang memberikan
stimulus terhadap respon (Mulyani, 2007).
Hasil tersebut juga sejalan dengan jurnal penelitian oleh Widiantri (2015) di Denpasar Bali yang
dipublikasikan oleh Jurnal Kesehatan. Peneliti mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan
tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan. Respon suami terhadap kehamilan istri yang dapat
menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam istri. Wanita yang diperhatikan dan dikasihi
oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit
komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama nifas.
Pada penelitian oleh Vivi Budiarti di BPM Ipung di Malang tahun 2018 menyatakan bahwa Dukungan
suami masuk didalam lingkup dukungan sosial, dimana yang dimaksud dari dukungan sosial adalah bentuk
dukungan dan hubungan yang baik untuk memberikan kontribusi penting pada kesehatan. Penelitian tersebut
mendukung hasil penelitian ini yang mana dukungan emosional yang baik umumnya memberikan sebuah respon
atau waktu tanggap yang baik. Seorang suami yang telah memberikan dukungan emotional dapat memberikan
respon positif terhadap setiap proses kesehatan ibu.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah sebuah respon yang dihasilkan suami terbentuk karena adanya
faktor- faktor pembentuk respon (sikap) itu sendiri, salah satuya adanya pengaruh objek yang dianggap penting,
yang mana dalam hal ini suami mmiliki kaitan atau keterikatan dengan istri yang membuat suami menganggap
ibu sebagai orang yang penting dalam hidupnya. Pembentukan respon (sikap) juga karena adanya pemilihan
terhadap objek yang disikapi oleh individu, seperti suami yang merespon apa yang dialami ibu, yang mana ibu
sebagai individu yang melekat dalam diri suami sehingga melibatkan emosional dalam penyikapan menentukan
sikap yang muncul, baik positif maupun negatif. Pada hasil penelitian ini, didapatkan bahwa dukungan
emotional yang baik pada suami yang berarti keterikatan yang baik anatara suami dan ibu, memunculkan sebuah
respon (sikap) yang baik karena rasa sayang, khawatir dan kepedulian terhadap kondisi ibu yang KPD, sehingga
suami tanpa memikirkan hal lain segera mengambil tindakan atau sikap yang cepat untuk memutuskan
membawa ibu ke tenaga kesehatan.
2. Dukungan Informational Suami Pada Ibu KPD Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga Kesehatan
Dalam hasil analisis menyimpulkan adanya pengaruh dukungan informational suami ibu dengan KPD
terhadap respon time mendatangi tenaga kesehatan, yang mana suami yang memiliki dukungan informational
yang baik memiliki respon time (waktu tanggap) yang baik pula.
Menurut Saifudin Azwar (2010) respon (sikap) manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan.
Sikap manusia terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama hidupnya, dimana individu mendapatkan
informasi dan pengalaman. Proses tersebut dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi hubungan timbal balik antara individu dan sekitarnya. Sehingga
dalam respon (sikap) seseorang juga dipengaruhi dari informasi yang ia terima, yang mana bentuk informasi
bermacam-macam, baik ditanggap melalui visual, audio, maupun audio-visual.
Hasil tersebut sejalan dengan teori, yang mana dukungan informational yang diberikan oleh
keluarga.yaitu dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan
masalah yang ada (Sarafino, 2011). Sebuah masalah dapat dipecahkan dengan adanya informasi yang baik bagi
orang yang berhadapan dengan masalah tersebut, sehingga jika informasi yang dimiliki seseorang baik, masalah
tersebut dapat dipecahkan dengan cepat dan benar.
Menurut penelitian oleh Hasna di RSUD Purworejo tahun 2003 mengatakan Ada faktor lain yang akan
menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan ditopang oleh cepatnya pengambilan keputusan ibu
atau keluarga untuk mencari pertolongan.. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin berisiko
tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan. Sejauh ini informasi yang
diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang terkait dengan anggota keluarga lain. Pada
keadaan kritis atau bahaya bukan hanya ibu yang berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi
seluruh keluarga terutama suami. Hal ini juga masih sejalan dengan pembaharuan kesehatan terkini, yaitu pada
program pemerintah Keluarga Sehat dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
yang mana program-program tersebut melibatkan peran suami dan keluarga . Terutama suami yang memiliki
hak tertinggi dalam memutuskan permasalahan dikeluarga.
Menurut Ratna Widoyo di Padang pada tahun 2018 memaparkan bahwa seorang suami juga memiliki
peran atau dukungan dalam kesehatan ibu untuk persiapan kehamilan dengan mendampingi ibu untuk periksa ke
tenaga kesehatan, mendapatkan informasi terkait tanda bahaya kehamilan, dan persiapan jika terjadi komplikasi
maupun kondisi gawat lainnya Hasil penelitian ini dukungan informational memiliki kekuatan yang juga
dominan setelah dukungan emotional. Hal ini menujukkan bahwa dukungan informasi suami yang baik
menentukan respon time (waktu tanggap) yang cepat pula untuk mendatangi tenaga kesehatan. Analisis ini
sejalan dengan penelitian oleh Sahrul Said di RSU Ibnu Sina Makassar tahun 2018 yang menyatakan respon
time seorang perawat dalam ketepatan dan kecepatan melakukan tindakan di IGD dipengaruhi juga oleh
pengetahuannya,
Dapat kita tarik kesimpulan juga bahwa respon (sikap) yang ditimbulkan juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal salah satunya adalah informasi. Informasi merupakan hasil dari sebuah adanya komunikasi. Informasi
sendiri memberikan sugesti, motivasi maupun kepercayaan. Sebuah informasi yang baik akan membentuk sikap
atau respon yang positif dan sebaliknya informasi yang negatif juga akan membentuk sikap atau respon yang
negatif. Respon seorang suami saat menghadapi ibu dengan KPD muncul karena adanya kesadaran terhadap
lingkungannya, yang mana ibu merupakan anggota keluarga yang memiliki keterikatan dengan suami. Informasi
yang suami miliki juga dipengaruhi oleh pengetahuan suami itu sendiri, suami yang memiliki pengetahuan baik
akan memiliki respon yang berbeda pula dengan suami dengan pengetahuan yang rendah, karena pengetahuan
sendiri merupakan hasil dari penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan tersebut terjadi melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri, yang mana penginderaan akan
menghasilkan sebuah presepsi terhadap objek. Pengetahuan tersebut didapatkan dari informasi yang telah
diterima dari sebuah komunikasi, yang mana seorang suami yang mendapatkan sebuah informasi dalam bentuk
pengetahuan akan mempengaruhi sikap atau respon yang akan diberikan terhadap kejadian yang dialami ibu.
3. Dukungan Instrumental Suami Pada Ibu KPD Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga Kesehatan
Dalam hasil analisis menyimpulkan adanya pengaruh dukungan instrumental suami ibu dengan KPD
terhadap respon time mendatangi nakes. Sebagian besar responden sudah memiliki dukungan instrumental yang
baik dan cukup serta respon time atau waktu tanggap yang umumnya cepat pada suami yang memiliki dukungan
instrumental baik, dan waktu tanggap yang lambat pada suami dengan dukungan instrumental yang kurang .
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam teori Law Green, respon (sikap) terbentuk oleh tiga faktor, salah
satunya faktor pemungkin atau enabling factor). Faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor yang
memungkinkan munculnya sikap atau respon. yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan
sebagainya.
Hasil ini sejalan dengan teori bahwa bentuk dukungan instrumental dapat mengurangi stress karena
individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih muda (Sarafino, 2011).
Menurut Ratna Widoyo di Padang pada tahun 2018 menyatakan bahwa peran suami dalam rangka
perencanaan persalinan akan membantu ibu secara psikologis, dan mental. Seorang suami perlu melakukan
perencanaan bukan hanya dimana akan melakukan persalinan, tetapi juga menyediakan biaya persalinan,
rencana adanya komplikasi persalinan, menyediakan rencana pendonor, dan juga fasilitas penunjang lainnya.
Menurut Siti Syafa’atur Rosyidah di Puskesmas Pleret Bantul tahun 2017 juga menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kesiapan persalinan, sehingga ibu dan keluarga dapat
mengambil keputusan yang cepat dan tepat terhadap kondisi kesehatan ibu karena baik kebutuhan materi,
transportasi, sarana prasarana sudah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti tersebut menyatakan salah satu untuk
mencegah keterlambatan penanganan adalah dengan adannya kesiapan persalinan. Adanya kesiapan persalinan
dapat dilakukan dengan mempersiapkan rencana kelahiran dan mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi
pada persalinan ibu.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan instrumen merupakan kebutuhan yang
menjadi penunjang suami dalam mengambil keputusan untuk membawa ibu ke tenaga kesehatan. Respon atau
sikap itu sendiri pengaruhi adanya faktor pemungkin (enabling factor), yang faktor tersebut mencakup
lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana penunjang untuk pemeliharaan
kesehatan seperti ketersediaan biaya, transportasi dan sarana-sarana lain yang dibutuhkan untuk menunjang
pengambilan keputusan membawa ibu segera ke tenaga kesehatan
4. Dukungan Appraisal Suami Pada Ibu KPD Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga Kesehatan
Dalam hasil analisis menyimpulkan adanya pengaruh dukungan appraisal suami ibu dengan KPD
terhadap respon time mendatangi nakes, yang mana dari hasil analisis didapatkan sebagian besar suami yang
dukungan baik memiliki respon time (waktu tanggap) untuk mendatangi tenaga kesehatan yang cepat.
Hasil ini sesuai dengan teori yang mengatakan Dukungan appraisal adalah jenis dukungan dimana
suami bertindak sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai
sumber validator identitas anggota dalam keluarga (Sarafino, 2011). Suami yang memberikan dukungan
appraisal bertindak sebagai pemberi motivasi pada kesehatan ibu, sehingga saat menghadapi kondisi gawat
suami dapat memberikan motivasi dan support pada ibu agar ibu merasa tenang.
Menurut Vivi Budiarti di BPM Ipung Malang tahun 2018 menyatakan bahwa adanya dukungan atau
motivasi dari suami yang berperan sangat besar dalam menentukan status kesehatan dan tingkat pengetahuan ibu
dalam mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan. Keterlibatan anggota keluarga terutama suami dapat
membantu perubahan untuk berperilaku hidup sehat dan meningkatkan kesadaran kearah hidup sehat yang
benar. Dalam hal ini suami dapat mengambil keputusan cepat untuk membawa ibu ketenaga kesehatan karena
sudah adanya perilaku untuk hidup sehat atau secara sigap memahami kondisi gawat pada ibu.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Luqman Hakim di Sragen tahun 2018 yang menyatakan
dukungan appraisal mempengaruhi terhadap kesehatan ibu hamil HIV positif dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS ke bayi di Sragen. Dalam penelitiannya dukungan appraisal yang baik menimbulkan efek baik pada
ibu, serta ibu memiliki keyakinan terhadap keputusan baik yang dilakukan oleh suami ketika ibu menghadapi
kondisi yang tidak membuatnya nyaman.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebuah respon baik terbentuk dari adanya komponen afektif, yaitu
respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu, sehingga adanya
perlakuan atau motivasi yang baik dari suami terhadap ibu membuat suami pun secara otomatis merespon
terhadap kondisi ibu. Respon (sikap) itu sendiri adalah sebuah komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek, yang mana dalam hal ini seorang suami yang memberikan motivasi,
support, pujian, pada ibu diwujudkan dengan bentuk tindakan, dan dari tindakan tersebut yaitu secara cepat
merespon untuk memutuskan membawa ibu ke tenaga kesehatan. Bentuk keputusan ini merupakan bentuk
bertindak terhadap ibu atau reaksi dari stimulus yang dihadapi suami saat melihat kondisi ibu.
5. Dukungan Yang Dominan Dari Suami Pada Ibu KPD Terhadap Respon Time Mendatangi Tenaga
Kesehatan
Dari hasil analisis didapatkan dukungan yang dominan dari suami pada ibu dengan ketuban pecah dini
terhadap respon time mendatangi tenaga kesehatan adalah dukungan emotional.
Hal ini sejalan dengan teori tentang komponen-komponen pembentuk respon, yaitu komponen afektif
yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Seorang suami
dapat merespon atau bersikap terhadap ibu karena adanya hubungan emosional yang erat antara keduanya,
sehingga secara naluriah suami memberikan sikap yang positif terhadap apa yang terjadi pada ibu.
Menurut penelitian oleh Maulia Hindun Audhah di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2018.
Peneliti menyatakan bahwa dukungan emotional yang diberikan merupakan sebagai energi penggerak bagi
pasien dalam menjalani proses kesehatan. Sehingga dukungan emotional yang diberikan lingkungan sekitar
(suami, maupun anggota keluarga) lain sebagai hal utama dalam menjaga kesehatan ibu.
Menurut. Peneliti mengatakan bahwa dukungan keluarga atau suami lebih dominan dibanding dengan
keputusan ibu sendiri untuk memutuskan terhadap kondisnya. Dukungan keluarga atau suami secara emotional
menghasilkan sebuah keputusan yang merespon dari apa yang terjadi pada ibu.
Kesimpulan dari analisis diatas, yaitu baha dukungan emotional merupakan suatu hal utama dalam
penggerak sikap atau sebagai energi penggerak bagi ibu. Dukungan tersebut juga sebagai penggerak dukungan
yang lain untuk dihasilkannya sebuat sikap atau respon yang baik. Dukungan emotional yang pada suami sangat
perlu ditingkatkan, baik dengan konseling pasangan saat pra kehamilan maupun kehamilan muda, sehingga
ikatan atau hubungan emosional antara suami dan ibu dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan
dukungan yang baik pula.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan suami pada ibu dengan ketuban pecah dini terhadap
respon time mendatangi tenaga kesehatan di Puskesmas Jagir Surabaya disimpulkan bahwa dukungan
emotional, informational, instrumental dan appraisal yang baik pada suami berpengaruh terhadap respon time
untuk mendatangi tenaga kesehatan. Selain itu, dukungan suami terhaap ibu dengan ketuban pecah dini yang
paling dominan mempengaruhi respon suami adala dukungan emotional.

DAFTAR PUSTAKA

Potrebbero piacerti anche