Sei sulla pagina 1di 10

Identifikasi Faktor Kunci Krisis...

(Sidik Herman, dkk)

IDENTIFIKASI FAKTOR KUNCI KRISIS PADA TATANIAGA GARAM


KONSUMSI DI INDONESIA MENGGUNAKAN PROSES JEJARING
ANALITIK (ANALYTIC NETWORK PROCESS)

IDENTIFICATION OF CRISIS KEY FACTORS IN THE CONSUMPTION SALT


TRADE SYSTEM IN INDONESIA BY USING ANALYTIC NETWORK PROCESS

Sidik Herman1, Eriyatno1, Erliza Noor1, dan Dedi Mulyadi2


1
Institut Pertanian Bogor, Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor – Indonesia
2
Akademi Pimpinan Perusahaan, Jl. Timbul No. 34 Cipedak Jagakarsa, Jakarta – Indonesia
e-mail: sidikherman@gmail.com
diajukan: 29/10/2014, direvisi: 19/11/2014, disetujui: 27/11/2014

ABSTRACT

Consumption Salt is a commodity which is continuously required by entire community to salty the food. Since its
function can not be replaced, the consumption salt is considered as a strategic product, and government
regulates its trade system to maintain the stability of salt supply for community. Wright regulation needs to be
supported by sufficient information on potential crisis that could significantly affected every institution in the
supply chain of consumption salt. The objective of this research is to define the potential crisis elements in
consumption salt trade system by using the Analytic Network Process (ANP). Analytic Network Process (ANP) is
a method of decision-making with many inter-related criterias. The problem is represented in a system with
dependency and feedback . Linkages found on ANP method is linkaged in a set of elements (nodes comparison)
as well as between different elements (cluster comparison). The result of the method will be a weight values of all
elements in the decision-making system. This research identified 5 main clusters, those are actors along the
supply chain, economics, technology and innovation, socio-politic, and environment. There are 24 factors within
these clusters which have a potention of being cause of crisis . ANP identified 6 dominant factors with a high
weight value, those are: price of salt (0,3159) , weather (0,4221), salt company (0,2303), regulation of the trade
system (0,3781), and new innovation (0,5382).

Keywords: Decision Making, Key Factor of Crisis, Salt Trade System, ANP

ABSTRAK

Garam konsumsi adalah komoditi yang secara terus menerus dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. untuk
memberi cita rasa asin pada makanan. Karena fungsinya tidak bisa digantikan, maka garam konsumsi masuk
kedalam kelompok komoditi strategis yang diatur tata niaganya untuk menjaga kestabilan pasokan di
masyarakat. Dalam mengatur tata niaga garam konsumsi ini diperlukan informasi potensi krisis yang secara
signifikan dapat mempengaruhi setiap kelembagaan sepanjang rantai pasokan dalam menjalankan fungsinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan faktor kunci penyebab krisis pada tataniaga garam nasional
menggunakan metode Proses Jejaring Analitik (Analytic Network Process / ANP). ANP adalah metode
pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang saling terkait. Permasalahan direpresentasikan dalam
sebuah sistem dengan ketergantungan (dependence) dan umpan balik (feedback). Keterkaitan yang terdapat
pada metode ANP adalah keterkaitan dalam satu set elemen (node comparison) dan keterkaitan terhadap
elemen yang berbeda (cluster comparison). Penggunaan metode ANP akan menghasilkan bobot nilai prioritas
pada seluruh elemen yang terdapat dalam sistem pengambilan keputusan. Melalui penelitian ini teridentifikasi 5
klaster utama yaitu pelaku pada tataniaga garam, ekonomi, teknologi dan inovasi, social - politik dan lingkungan.
Dalam seluruh klaster tersebut terdapat 24 faktor yang memiliki kecenderungan menjadi pemicu krisis. Dengan
menggunakan ANP teridentifikasi 6 faktor dengan bobot paling dominan yaitu: harga garam (0,3159), cuaca
(0,4221), perusahaan garam (0,2303), regulasi tata niaga (0,3781) dan inovasi baru (0,5382).

Kata kunci: Pengambilan Keputusan, Faktor Kunci Krisis, Tataniaga Garam, ANP

PENDAHULUAN seluruh masyarakat. Fungsinya dalam


memberi cita rasa asin pada makanan tidak
Garam adalah salah satu komoditi bisa digantikan sehingga garam, khususnya
yang secara terus menerus dibutuhkan oleh garam konsumsi, menjadi produk yang
205
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 8 No. 3, Desember 2014, Hal. 205 – 214

memiliki sifat strategis. Dengan sifat yang panjang. Rantai pasokan melibatkan
tersebut, garam konsumsi menjadi sensitif banyak pihak dengan otonomi dan
secara politis karena dapat mempengaruhi kemampuan, struktur, strategi dan tujuan
ketahanan nasional, sehingga hampir yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
seluruh negara berusaha mencukupi sendiri analisis komprehensif terhadap faktor kunci
kebutuhan garam konsumsi walaupun tidak yang menjadi potensi krisis. Penelitian
layak secara ekonomi. diharapkan dapat mengidentifikasi secara
Kebutuhan garam di Indonesia tepat dan akurat faktor-faktor yang rentan
meningkat seiring dengan peningkatan terhadap ketidak pastian dan berpotensi
jumlah penduduk dan berkembangnya menjadi krisis. Hasil penelitian diharapkan
jumlah industri pemakai garam. Hal tersebut dapat menjadi alternatif pemecahan
menghadapkan industri garam nasional masalah secara cepat dan akurat dalam
kedalam tuntutan untuk dapat memenuhi menghadapi krisis baik yang bersifat
kebutuhan nasional, persyaratan kualitas horisontal maupun vertikal.
produk, pengiriman dalam waktu dan harga
yang sesuai. Tantangan bertambah berat Proses Jejaring Analitik (Analytic
manakala produksi garam lokal harus Network Process / ANP)
bersaing dengan garam impor yang
mempunyai harga dan kualitas kompetitif. ANP merupakan pengembangan
Hal tersebut menyebabkan meningkatnya metode Proses Hirarki Aanalisis (Analytical
kompleksitas pada pengelolaan tata niaga Hierarchy Process / AHP). Metode ANP
garam nasional. Dengan keterbatasan lahan mampu memperbaiki kelemahan AHP
produksi garam, terlibatnya petani kecil, berupa kemampuan mengakomodasi
rantai pasok yang panjang, penetapan keterkaitan antar kriteria atau alternatifnya
harga dan pengaturan impor garam dapat (Saaty, 1999). Keterkaitan pada metode
terjadi turbulensi yaitu keadaan yang ANP ada 2 jenis, yaitu keterkaitan dalam
berubah sangat cepat, sulit diprediksi dan satu set elemen (inner dependence) dan
ketidak pastian pada tata niaga garam keterkaitan antar elemen yang berbeda
nasional. (outer dependence). Adanya keterkaitan
Untuk dapat menjaga kestabilan tersebut menyebabkan metode ANP lebih
dalam tata niaga garam, pemerintah harus kompleks dibanding metode AHP.
dapat melihat turbulensi yang merupakan ANP digunakan untuk menentukan
kejadian mendadak yang secara signifikan skala prioritas relatif yang didapatkan dari
dapat mempengaruhi setiap lembaga pada angka mutlak berdasarkan penilaian
rantai pasokan dalam menjalankan individual (Saaty, 2005). Banyak keputusan
fungsinya atau didefinisikan sebagai krisis di dunia nyata yang tidak dapat dibangun
(Eriyatno et al., 2010). Semakin menjadi sebuah hirarki, karena interaksi dan
meningkatnya kebutuhan garam, meningkat ketergantungan pada tingkatan yang
pula potensi terjadinya turbulensi yang berbeda pada sebuah hirarki (Ustun, 2011).
disebabkan oleh ketidak pastian dan Proses dari ANP dimulai dengan membuat
menjadi penyebab terjadinya krisis. Melihat model dari struktur permasalahan yang
hal tersebut pemerintah dituntut untuk dapat akan dikaji. Masalah yang dikaji harus
secepat mungkin menentukan kebijakan dinyatakan dengan jelas dan didekomposisi
sebagai cara pengelolaan yang proaktif dari menjadi sistem rasional seperti jaringan.
berbagai kegiatan kelembagaan yang Struktur dapat diperoleh dengan pendapat
mengarah pada keberlanjutan fungsinya para pengambil keputusan melalui diskusi
sesegera mungkin setelah adanya mendalam (brainstorming) atau metode lain
gangguan tersebut atau didefinisikan yang sesuai. Model struktur tersebut
sebagai manajemen krisis (Eriyatno et al., dikembangkan kedalam perbandingan
2010). berpasangan. Setiap elemen keputusan
Penelitian ini difokuskan pada tata pada masing-masing komponen
niaga garam dengan pertimbangan dibandingkan secara berpasangan sesuai
kompleksitas masalah di dalam rantai dengan kepentingan atau tujuan terhadap
pasokannya yang terdiri dari kelembagaan kriteria yang mempengaruhi. Para

206
Identifikasi Faktor Kunci Krisis... (Sidik Herman, dkk)

pengambil keputusan diminta untuk menilai Coefficient of Concordance (W;0 < W≤ 1).
serangkaian perbandingan berpasangan di W=1 menunjukan kesesuaian yang
mana dua elemen atau dua komponen sempurna (Ascarya, 2010).
dibandingkan kontribusinya dalam sebuah Untuk menghitung Kendall’s (W), yang
kriteria. pertama adalah dengan memberikan
Konstruksi model ANP disusun ranking pada setiap jawaban kemudian
berdasarkan literature review secara teori menjumlahkannya.
maupun empiris dan memberikan
pertanyaan pada pakar dan praktisi sukuk ........(2)
serta melalui indepth interview untuk
mengkaji informasi secara lebih dalam Nilai rata-rata dari total ranking adalah:
untuk memperoleh permasalahan yang
sebenarnya. ........(3)
Tahap kuantifikasi model
menggunakan pertanyaan dalam kuesioner Jumlah kuadrat deviasi (S), dihitung dengan
ANP berupa pairwise comparison formula:
(pembandingan pasangan) antar elemen
........(4)
dalam cluster untuk mengetahui mana
diantara keduanya yang lebih besar Sehingga diperoleh Kendall’s W, yaitu:
pengaruhnya (lebih dominan) dan seberapa
besar perbedaannya melalui skala numerik ........(5)
1-9. Data hasil penilaian kemudian
dikumpulkan dan diinput melalui software
super decision untuk diproses sehingga Jika nilai pengujian W sebesar 1 (W=1),
menghasilkan output berbentuk prioritas dapat disimpulkan bahwa penilaian atau
dan supermatriks. Hasil dari setiap pendapat dari para responden memiliki
responden akan diinput pada jaringan ANP kesesuaian yang sempurna. Sedangkan
tersendiri. ketika nilai W sebesar 0 atau semakin
mendekati 0, maka menunjukan adanya
Geometric Mean ketidaksesuaian antar jawaban responden
atau jawaban bervariatif.
Untuk mengetahui hasil penilaian
individu dari para responden dan METODE
menentukan hasil pendapat pada satu
kelompok dilakukan penilaian dengan Penelitian ini merupakan penelitian
menghitung geometric mean (Saaty, 2006). analisis kualitatif-kuantitatif dimana
Pertanyaan berupa perbandingan (Pairwise bertujuan untuk menangkap suatu nilai atau
comparison) dari responden akan pandangan yang diwakili para pakar dan
dikombinasikan sehingga membentuk suatu praktisi industri garam di Indonesia. Alat
konsensus. Geometric mean merupakan analisis yang digunakan adalah metode
jenis penghitungan rata-rata yang ANP dan diolah dengan menggunakan
menunjukan tendensi atau nilai tertentu software Super Decision. Tahapan
dimana memiliki formula sebagai berikut: pebelitian dilakukan seperti pada Gambar 1,
sebagai berikut.
........(1) 1. Melakukan wawancara yang mendalam
tentang permasalahan yang dikaji
Rater Agreement kepada pakar dan praktisi yang
memahami dan menguasai masalah
Rater agreement adalah ukuran yang secara komprehensif. Penelitian ini
menunjukan tingkat kesesuaian melibatkan 5 orang pakar yang mewakili
(persetujuan) para responden (R1-Rn) industri, akademisi dan pemerintahan.
terhadap suatu masalah dalam satu cluster. Dilakukan dekomposisi untuk
Adapun alat yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan
mengukur rater agreement adalah Kendall’s

207
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 8 No. 3, Desember 2014, Hal. 205 – 214

menstruktur kompleksitas masalah ke cuaca, rantai distribusi dan kesesuaian


dalam jaringan ANP; harga.
2. Menyusun kuesioner perbandingan Permasalahan yang dihadapi dalam
(pair-wise comparison) berdasarkan tataniaga garam nasional dapat
pada jaringan ANP yang telah dibuat; diformulasikan sebagai berikut:
3. Melakukan wawancara kedua berupa 1. Produksi garam sangat dipengaruhi
pengisian kuesioner kepada pakar dan oleh cuaca, sedangkan Indonesia tidak
praktisi; dan memiliki daya saing kompetitif maupun
4. Melakukan sintesis dan proses data komparatif yang menunjang produksi.
(hasil survey dalam bentuk pengisian 2. Rendahnya kepemilikan lahan oleh
kuesioner) dengan menggunakan petani garam menyebabkan terjadinya
software ANP yaitu superdecisions; pengumpul yang terdiri dari beberapa
Menganalisa hasil dan mengajukan tingkatan, yang mengakibatkan
rekomendasi strategi. panjangnya rantai pasok.
5. Face Validity untuk konfirmasi hasil 3. Ketersediaan tanah yang cocok untuk
ANP. lahan sangat terbatas.Sulit untuk
mendapatkan lahan dengan luas yang
mencapai skala ekonomi.
Kajian Pustaka
4. Regulasi kepemilikan tanah yang
kurang mendukung.
INDEPTH INTERVIEW
5. Sulitnya mendapatkan teknologi yang
berdaya saing untuk meningkatkan
produktifitas lahan.
Penyusunan Kuesioner ANP
6. Luasnya wilayah Indonesia dengan
bentuk kepulauan yang menyebabkan
tingginya biaya transportasi.
SURVEY PAKAR & PRAKTISI
7. Kurang tepatnya pemerintah dalam
menetapkan harga dasar garam yang
menyebabkan tingginya harga di petani
ANALISIS DATA
dan selanjutnya menyebabkan harga
terlalu tinggi untuk diproduksi sebagai
garam beryodium sehingga sulit
VALIDASI HASIL mengimbangi harga garam impor.
8. Mahalnya biaya penyimpanan karena
tingginya curah hujan di Indonesia.
INTERPRETASI Permasalahan diatas intensitasnya
dapat meningkat bila terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan penelitian 1. Terjadi konversi lahan pegaraman yang
merupakan dampak pembangunan
Identifikasi Keterkaitan Antar Klaster sarana prasarana khususnya garam
kewilayah pegaraman. Sebagai contoh
Tata niaga garam secara garis besar adalah pembangunan jembatan
melibatkan sembilan aktor yang terbagi Suramadu dan Jalan Lintas Selatan
menjadi 4 level pelaku. Sembilan aktor Madura yang dipastikan akan
tersebut terdiri dari petani, perusahaan meningkatkan harga lahan dan
garam, pengumpul, pedagang besar, perubahan peruntukan lahan
produsen garam yodium, distributor, agen, pegaraman menjadi kawasan industri,
pengecer dan konsumen. Keuntungan perumahan dan komersial.
dalam tataniaga garam dapat diperoleh 2. Terjadinya alih profesi petani garam yang
apabila terjadi kontinuitas pasokan dan berpindah usaha kesektor lain, yang
peningkatan mutu produk. Kelangsungan lebih menjanjikan.
tataniaga garam sangat bergantung kepada

208
Identifikasi Faktor Kunci Krisis... (Sidik Herman, dkk)

3. Lambatnya perkembangan teknologi ekstaksi analisa kebutuhan dan hubungan


yang mendukung peningkatan sebab akibat dari semua elemen sistem
produktifitas lahan dan kualitas garam. dituangkan kedalam sebuah jejaring
Dari formulasi permasalahan yang sebagai panduan dalam tahapan ini, jejaring
didapat, dilakukan wawancara mendalam tersebut seperti terlihat dalam Gambar 2.
dengan pakar pada bidang garam dan
industri yang bersifat nasional untuk
dilakukan brainstorming dan membuat
jejaring dari sumber krisis. Hasil dari

Gambar 2. Jejaring Keterkaitan Antar Elemen pada Tata Niaga Garam Nasional

Berdasarkan hasil wawancara dan inovasi baru. Petani dan perusahaan


didapatkan 24 elemen yang terbagi menjadi garam sangat dipengaruhi regulasi
4 klaster. Seperti yang ditunjukkan dalam pertanahan, regulasi tata niaga dan alih
Gambar 2, panah menunjukan hubungan profesi. Regulasi pertanahan sangat
keterkaitan atau pengaruh dari elemen antar mempengaruhi ketersediaan lahan dan
klaster (ketergantungan luar antar korversi lahan pada klaster lingkungan.
komponen). Loop yang ada dalam Petani dan perusahaan garam sangat
komponen menunjukkan hubungan antar dipengaruhi cuaca, ketersediaan lahan dan
elemen didalam klaster. korversi lahan dari klaster lingkungan.
Dalam gambar diatas diperlihatkan
bahwa petani, perusahaan garam, Nilai Rater Agreement ANP
pengumpul, pedagang besar, produsen
garam yodium, distributor, agen dan Ukuran akurasi tingkat kesepakatan
pengecer dipengaruhi oleh lima elemen dari para responden terhadap penentuan
klaster ekonomi yaitu: biaya produksi, prioritas strategi dan kriterianya yang dipilih
panjang rantai pasok, biaya transportasi, dapat diuji dengan menggunakan analisis
biaya penggudangan dan distribusi rater agreement. Nilai koefisien Kendall W
keuntungan. Elemen dari klaster teknologi dihitung dengan menggunakan bantuan
dan inovasi mempengaruhi biaya produksi, program perangkat lunak pengolahan data
selain itu bahwa petani, perusahaan garam statistik “Minitab 16”.
dan produsen garam yodium sangat Tabel 1 menunjukkah hasil
dipengaruhi kedua elemen dari klaster pengolahan nilai koefisien Kendall W
teknologi dan inovasi. Elemen regulasi terhadap seluruh atribut yang ada pada
teknologi pada klaster sosial dan politik framework ANP.
sangat mempengaruhi teknologi tradisional
209
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 8 No. 3, Desember 2014, Hal. 205 – 214

Tabel 1. Indeks Keakuratan Koefisien Kendall’s digunakan nilai Limiting karena pada
dasarnya urutan prioritas pada pilihan
Koefisien
Atribut/ Klaster
Kendall’s
Keterangan alternatif pada satu klaster akan
menghasilkan urutan yang sama baik
Semua Klaster 0.4633 Signifikan
menggunakan nilai Normalized by Cluster
Klaster Ekonomi 0.1873 Signifikan maupun menggunakan nilai Limiting.
Klaster Analisis hasil ANP secara keseluruhan
0.7777 Signifikan
Lingkungan
Sangat
dapat disajikan dalam bentuk tabel yang
Klaster Pelaku 0.9259 mencakup masing-masing cluster, sub-
Signifikan
Klaster
0.2888 Signifikan
cluster (atribut), bobot dan prioritas.
SosialPolitik Pada Gambar 3 yaitu klaster pelaku,
perusahaan garam memiliki nilai yang
Hasil yang diperoleh memperlihatkan paling dominan. Hal ini berarti bahwa
secara statistik konsensus dari para pakar perusahaan garam memiliki peranan
dan praktisi terkait identifikasi sumber krisis. penting dalam tataniaga garam nasional.
Pada tabel menunjukkan bahwa klaster Perusahaan garam yang dalam hal ini
pelaku dan klaster lingkungan yang paling adalah perusahaan formal yang
krusial yang menjadi perhatian bagi para memproduksi garam bahan baku dari air
pakar dan praktisi, dengan nilai rater laut, pada saat ini hanya ada satu di
agreement yang cukup besar (W=0.9259 Indonesia, yaitu P.T. Garam (Persero) yang
dan 0.7777). memiliki kapasitas produksi relatif besar.
Pada klaster Klaster Ekonomi Pada tahun 2012 perusahaan ini
(W=0.1873) dan Klaster Sosial Politik berkontribusi sebesar 24% terhadap
(0.2888) memiliki nilai rater agreement yang produksi garam nasional (PT. Garam,
rendah menunjukkan bahwa jawaban para 2013). Selain skala produksinya besar,
pakar dan praktisi terkait prioritisas pada rantai pasokan yang dimiliki perusahaan
identifikasi sumber krisis lebih bervariatif. tersebut bersifat formal dan luas.
Penyerapan tenaga kerja untuk menunjang
Faktor Dominan Penyebab Krisis operasionalnya juga relatif besar. Teknologi
yang diterapkan yaitu penguapan bertingkat
Algoritma perhitungan pembobotan dan penggunaan plastik geomembran di
yang dilakukan dimulai dari data dengan meja kristalisasi, mampu menghasilkan
bentuk pairwaise comparison sampai garam dengan kualitas yang lebih baik dari
dihasilkan bobot tiap indikator kinerjanya garam rakyat, yaitu garam dengan kadar
jejaring yang terbentuk.Penilaian dilakukan NaCL 94,7- 97% dan kadar air 3 – 5%
per-klaster sampai didapatkan bobot yang (Trisnamurti et al., 2008). Gangguan
dominan. Hasil pembobotan yang produksi garam pada perusahaan seperti
didapatkan, diklarifikasi oleh pakar. yang dijelaskan di atas dapat menjadi salah
Analisis hasil ANP secara keseluruhan satu potensi krisis.
dapat disajikan dalam bentuk tabel yang
mencakup masing-masing cluster, sub-
cluster (atribut), bobot dan prioritas. Hasil
prioritas masing-masing atribut per kluster
berdasarkan keluaran ANP secara
keseluruhan dilihat pada Tabel 2.
Hasil output secara keseluruhan
memiliki dua nilai yaitu nilai Normalized by
cluster dan nilai Limiting. Nilai Normalized
by cluster adalah nilai prioritas pada setiap
satu klaster yang bernilai total satu atau
seratus persen jika dijumlah dalam satu
klaster. Nilai Limiting adalah nilai prioritas Gambar 3. Hasil analisa ANP pada klaster
pada seluruh prioritas node (atribut) antar pelaku tataniaga garam nasional.
klaster. Dalam analisa per-klaster

210
Identifikasi Faktor Kunci Krisis... (Sidik Herman, dkk)

Harga garam menjadi elemen yang menyebabkan biaya distribusi lebih tinggi
paling dominan dalam klaster harga. Seperti dan menurunkan lagi daya kompetitifnya.
terlihat pada gambar 4, harga garam Banyaknya petani yang tidak dapat
memiliki bobot yang dominan dan menyimpan garam sendiri karena
teridentifikasi menjadi salah satu potensi keterbatasan lahan, gudang dan modal,
penyebab krisis Dengan permintaan garam juga memperlemah posisi petani dalam
konsumsi yang relatif stabil (3,5 menetapkan harga karena petani terpaksa
kg/orang/tahun), harga garam sangat menjual murah garamnya.
dipengaruhi oleh jumlah pasokan. Semua hal diatas menjadi alasan
Sementara pasokan garam lokal sangat diperlukannya penentuan harga dasar
dipengaruhi oleh musim, adanya garam garam oleh Pemerintah untuk menjamin
impor yang mutunya lebih baik dengan petani memperoleh keuntungan yang
harga bersaing, akan menekan harga berkeadilan namun dengan tetap menjaga
garam rakyat. kestabilan tataniaga garam. Ketidak-tepatan
Daya saing garam rakyat diperparah penetapan harga dasar garam dapat
oleh kekurang mampuan petani untuk menyebabkan tingginya harga di tingkat
memproduksi garam yang berkualitas petani yang berakibat harga terlalu tinggi
karena keterbatasan lahan yang dimiliki. dan lebih tidak kompetitif menghadapi
Lokasi pegaraman yang terpencar-pencar garam impor.

Tabel 2. Hasil prioritas masing-masing atribut per kluster berdasarkan output Superdecision 2.0.

Ranking
Normalized Rank
Limiting keseluruhan
By Cluster Normalized
Klaster Name (limiting)
J. Biaya Produksi 0.236 0.073 2 5

K. Panjang Rantai Pasok 0.070 0.022 6 18

L. Biaya Transportasi 0.149 0.046 3 9


Ekonomi
M. Biaya Penggudangan 0.117 0.036 4 13

N. Harga Garam 0.316 0.098 1 1

O. Distribusi Keuntungan 0.091 0.028 5 15

R. Cuaca 0.422 0.084 1 2


Lingkungan S. Ketersediaan Lahan 0.376 0.075 2 4

T. Konversi Lahan 0.186 0.037 3 12

A. Petani 0.229 0.044 2 11

B. Perusahaan Garam 0.230 0.045 1 10

C. Pengumpul 0.086 0.017 5 20

D. Pedagang Besar 0.114 0.022 4 17


E. Produsen Garam
Pelaku 0.126 0.024 3 16
Yodium
F. Distributor 0.068 0.013 6 21

G. Agen 0.051 0.010 7 22

H. Pengecer 0.042 0.008 8 23

I. Konsumen 0.038 0.007 9 24

U. Regulasi Pertanahan 0.185 0.029 3 14

Sosial dan V. Regulasi Tata Niaga 0.378 0.060 1 7


Politik 0.127 0.020 4 19
W. Alih Profesi
X. Regulasi Teknologi 0.295 0.047 2 8

Teknologi dan P. Teknologi Tradisional 0.446 0.062 2 6


Inovasi 0.538 0.075 1 3
Q. Inovasi Baru

211
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 8 No. 3, Desember 2014, Hal. 205 – 214

Inovasi baru menjadi elemen dominan kemarau kering kontinyu minimum selama 4
pada klaster teknologi dan inovasi seperti bulan. Pada tahun 2012, ketika bulan kering
yang terlihat pada Gambar 5. Indonesia terjadi selama 4 bulan, produksi garam di
tidak mempunyai daya saing komparatif dan areal seluas 19,983 hektar mencapai
kompetitif untuk memproduksi garam 400.557 ton. Tetapi pada tahun 2010
karena iklim yang tidak mendukung dan dimana hari kering hanya terjadi 16 hari,
terbatasnya ketersediaan lahan yang cocok produksi hanya mencapai 30,600 ton (PT.
untuk pegaraman. Kondisi ini menyebabkan Garam, 2013). Hal tersebut menunjukan
produktifitas lahan pegaraman di Indonesia ketergantungan industri garam terhadap
rendah, yang seharusnya diimbangi dengan cuaca yang menyebabkan produksi garam
teknologi untuk meningkatkannya. berfluktuatif mengikuti kondisi iklim pada
Rendahnya pengembangan inovasi pada musim kemarau.
industri garam, teridentifikasi sebagai salah Pada klaster sosial dan politik
satu penyebab krisis pada penyediaan (Gambar 7), didapatkan bahwa regulasi
garam nasional. tataniaga garam menjadi elemen yang
teridentifikasi sebagai faktor kunci penyebab
krisis. Keuntungan tataniaga garam
diperoleh apabila terjadi kontinuitas
pasokan dan peningkatan mutu produk.
Kelangsungan tataniaga garam sangat
bergantung kepada cuaca, rantai distribusi,
kesesuaian harga dan pengembangan
teknologi yang mendukung peningkatan
kemampuan produksi garam dan
penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu,
diperlukan ketepatan regulasi tataniaga
garam nasional.

Gambar 4. Hasil analisa ANP pada klaster


ekonomi.

Gambar 6. Hasil analisa ANP pada klaster


lingkungan.

Gambar 5. Hasil analisa ANP pada klaster


teknologi dan inovasi.

Gambar 6 memperlihatkan cuaca


menjadi elemen yang memiliki bobot
dominan sebagai penyebab krisis.
Teknologi pembuatan garam di Indonesia
masih menggunakan sistem penguapan air
laut dengan sumber energi panas matahari,
sehingga memerlukan cuaca dengan curah
hujan rendah, maksimum antara 1.000 – Gambar 7. Hasil analisa ANP pada klaster
1.300 mm/tahun dengan sifat musim sosial dan politik.

212
Identifikasi Faktor Kunci Krisis... (Sidik Herman, dkk)

KESIMPULAN DPR (Laporan Internal, tidak


dipublikasi). Jakarta: Departemen
Metode ANP dapat digunakan untuk Perindustrian dan Perdagangan
mengidentifikasi sumber krisis pada Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem
tataniaga garam nasional dengan Pakar dalam Teknologi Manajerial.
menggunakan keterkaitan dari elemen yang Bogor: IPB Press.
terbagi menjadi 4 klaster. Berdasarkan Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi
analisa yang dilakukan, harga garam Pengambilan Keputusan Kriteria
(0,3159), cuaca (0,4221), perusahaan Majemuk. Jakarta: Grasindo.
garam (0,2303), regulasi tata niaga (0,3781) P.T. Garam (Persero), 2013. Laporan
dan inovasi baru (0,5382) menjadi faktor Tahunan (Laporan Internal, Tidak
kunci penyebab krisis pada tataniaga garam Dipublikasi), Surabaya: PT. Garam.
nasional. Kelima faktor kunci tersebut, dapat Saaty, TL, 1996. Decision Making with
menjadi rujukan bagi pemangku kebijakan Dependence And Feedback The
untuk membuat kebijakan pencegahan Analytic Network Process, RWS
krisis maupun perbaikan bila telah terjadi Publications, Pittsburgh.
krisis. Saaty, TL, 1999. Fundamentals of the
Analytic Network Process,
UCAPAN TERIMAKASIH www.isahp2003.net, ISAHP 1999;
Kobe, Japan, August 12 – 14.
Peneliti mengucapkan terima kasih Trisnamurti RH, Sulaswatty A, Yohan,
kepada Prof. (Ris.) Dr. Ir. Atih Surjati Hidayat, Pattikawa F. 2008. Riset
Herman, M.Sc, Ir. Bambang Hernanto M.M dan Industri Garam di Indonesia.
dan Dr.Ir Heru Kusnanto, M.Si yang telah Jakarta: LIPI Press
menjadi narasumber pada penelitian ini. Üstun K, Yagzan E, 2011 Application of
Analytic Network Process:
DAFTAR PUSTAKA Weighting of Selection Criteria For
Civil Pilots, Journal of Aeronautics
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan And Space Technologies, July
Mutu dan Efektivitas Manajemen. 2011, Vol 5 No 2 (1-12).
Bogor:IPB Press.
Eriyatno, Sofyar F. 2007. Riset Kebijakan,
Metode Penelitian untuk
Pascasarjana. Bogor: IPB Press
Eriyatno, Suryadi K, Seminar KB,
Kolopaking LM. 2010. Manajemen
Krisis. Protokol Penyelamatan dan
Pemulihan di Sektor Pangan,
Pertanian dan Pedesaan. Bogor:
IPB Press.
Herman AS. 2009. Garam dan
Permasalahannya. Rapat Kerja
KADIN (Laporan Internal, tidak
dipublikasi). Jakarta: Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
Herman AS. 2009. Konsep Pengembangan
Pergaraman Menuju Swasembada
Garam Nasional. Laporan Untuk
Menteri Perindustian R.I (Laporan
Internal, tidak dipublikasi): Jakarta.
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan
Herman AS. 2010. Pengembangan Industri
Garam Nasional. Jawaban Untuk

213
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 8 No. 3, Desember 2014, Hal. 205 – 214

Halaman sengaja dikosongkan

214

Potrebbero piacerti anche