Sei sulla pagina 1di 11

The Legend Of Situ Bagendit

Far away in an isolated village there was a young rich woman. The house that she had been living in
was very big. Her wealth was plentiful. The young woman lived by herself. She didn’t have any friend
at all.

“Wouw, I am very rich! Ha…ha…ha, I am the richest woman in this village!” said the young woman
while she was looking at her gold and jewelries. It was so pity, that the young woman was very
miserly. Her plentiful wealth never been used to help others.

Because of the young woman miserly, the villagers called her Bagenda Endit. Bagenda Endit meant
the miserly rich person. “Bagenda Endit, have mercy on me! My child has not eaten for few days”,
said an old woman sadly.

“Hi, you crazy old woman! Get away from me!” yelled Bagenda Endit threw the old woman away.
Because the old woman didn’t want to go, Bagenda Endit splashed her with water. Splash!, and all
over the old woman body and her baby became wet.

Bagenda Endit was a feeling less woman. She didn’t even have a little bit mercy to the old woman
and her baby. She even got more angry. After that, she asked the old woman to get out of her house
yard. And then, she was dragging her out of the yard.

Although Bagenda Endit was very miserly, the village people kept coming in. The came for the water
wheel. “No, I won’t let you to take away the water from my wheel! The water in the wheel is mine!”
Bagenda Endit yelled angrily.

“Ha…ha…ha…you’re all stupid! You think you just can take the water from my wheel!” Bagenda Endit
said while she was watching the thirst villagers outside the fence. Suddenly, a decrepit man was
standing in Bagenda Endit house yard. He was walking tottery to the wheel while holding his stick.

When the old man was trying to take the water, Bagenda Endit saw it. Then, she hit the old man with
a founder. “Have mercy on me Bagenda Endit! I want to take the water just for a drink”, said the old
man when he was trying to get up.

Bagenda Endit kept beating the old man. And then, an astonishing thing happened. Suddenly the old
man got up with a healthy body. He walked closer to Bagenda Endit. He pointed his stick at the cruel
rich woman’s nose.

“Hi, Bagenda Endit, take the punishment from me!” said the old man loudly. Then he pointed at the
wheel with his stick. Wus…byuur, the wheel was sprinkling the water swiftly. Not long enough, the
water was flooding up. Bagenda Endit couldn’t save herself. She drawn with all of her wealth.

The village was disappeared. The thing that left was a wide and deep lake. The lake was named Situ
Bagendit. Situ means a wide lake. It was named Situ Bagendit, because the wide lake came from a
wheel that belongs to Bagenda Endit
Legenda Situ Bagendit

Jauh di sebuah desa terpencil ada seorang wanita muda yang kaya. Rumah yang ia telah tinggal di
adalah sangat besar. Kekayaannya berlimpah. Wanita muda tinggal sendirian. Dia tidak punya teman
sama sekali.

"Wouw, saya sangat kaya! Ha ... ha ... ha, akulah perempuan terkaya di desa ini "kata! Wanita muda
sementara ia sedang melihat emas dan perhiasan. Itu sangat disayangkan, bahwa wanita muda itu
sangat kikir. Kekayaan berlimpah-nya tidak pernah digunakan untuk membantu orang lain.

Karena wanita muda kikir, penduduk desa memanggilnya Bagenda Endit. Bagenda ENDIT berarti
orang kaya kikir. "Bagenda ENDIT, kasihanilah aku! Anak saya tidak makan selama beberapa hari ",
kata seorang wanita tua sedih.

"Hai, Anda wanita tua gila! Pergi dariku "teriak! Bagenda ENDIT melemparkan wanita tua pergi.
Karena wanita tua tidak ingin pergi, Bagenda ENDIT mengguyur dengan air. dan! Seluruh tubuh
wanita tua dan bayinya menjadi basah.

Bagenda ENDIT adalah wanita yang tidak berperasaan. Dia bahkan tidak punya belas kasihan sedikit
untuk wanita tua dan bayinya. Dia bahkan menjadi lebih marah. Setelah itu, dia meminta wanita tua
untuk keluar dari halaman rumahnya. Dan kemudian, ia menyeret keluar dari halaman.

Meskipun Bagenda ENDIT sangat kikir, orang-orang desa terus datang masuk untuk sumur air.
"Tidak, saya tidak akan membiarkan Anda untuk mengambil air dari sumur saya! Air di sumur adalah
milikku! "Teriak Bagenda ENDIT marah.

"Ha ... ha ... ha ... kalian semua bodoh! Anda pikir Anda hanya dapat mengambil air dari sumur saya
"kata! Bagenda ENDIT sementara dia sedang melihat warga desa haus di luar pagar. Tiba-tiba,
seorang pria jompo berdiri di pekarangan rumah Bagenda ENDIT. Dia berjalan sempoyongan ke
sumur sambil memegang tongkatnya.

Ketika orang tua itu berusaha untuk mengambil air, Bagenda ENDIT melihatnya. Kemudian, dia
memukul orang tua dengan kayu. "Kasihanilah aku Bagenda ENDIT! Saya ingin mengambil air hanya
untuk minum ", kata orang tua ketika ia mencoba untuk bangun.

Bagenda ENDIT terus memukuli orang tua. Dan kemudian, suatu hal yang mengejutkan terjadi. Tiba-
tiba orang tua itu bangkit dengan tubuh yang sehat. Dia berjalan mendekati Bagenda ENDIT. Dia
menunjuk tongkatnya di hidung wanita kaya yang kejam itu.

"Hai, Bagenda ENDIT, terimalah hukuman dariku!" Kata orang tua keras. Kemudian ia menunjuk
pada sumur dengan tongkatnya. Wus ... byuur, sumur itu mengguyurkan air cepat. Tidak cukup lama,
desa itu banjir . Bagenda ENDIT tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dia ditarik dengan semua
kekayaannya.

Desa itu menghilang. Hal yang tersisa hanyalah sebuah danau yang luas dan mendalam. Danau itu
bernama Situ Bagendit. Situ berarti danau yang luas. karena danau yang luas berasal dari sumur
milik Bagenda ENDIT
Cerita Rakyat Jawa Barat (Sunda) : Dongeng Ciung Wanara

Pada zaman dahulu kala. Di sebuh daerah Jawa barat terdapat Kerajaan,yang bernama Kerajaan
Galuh. Kerajaan Galuh di pimpin oleh seorang Raja yang bijaksana. Raja tersebut bernama Raden
Barma Wijaya Kusuma. Sang Raja memiliki dua Permaisuri. Permaisuri pertama bernama Nyimas
Dewi Naganingrum dan yang kedua Nyimas Dewi Pangrenyep. Dalam waktu bersamaan kedua
Permaisuri tersebut dalam kedaan mengandung.

Suatu hari, Permaisuri Nyimas Dewi Pangrenyep melahirkan terlebih dahulu. Ia melahirkan seorang
Bayi Laki-laki yang sangat lucu dan tampan. Pangeran tersebut di beri nama Hariangbanga. Tidak
lama kemudian Permaisuri Dewi Naganingrum pun akan segera melahirkan. Dewi Pangrenyep
bergegas untuk membantunya. Akhirnya, Dewi Naganingrum melahirkan seorang Bayi Laki-laki yang
tidak kalah lucu dan tampan dari kakaknya Hariangbanga.

Di balik kesediaannya menolong persalinan Dewi Naganingrum. Ternyata Dewi Pangrenyep tidak
menyukain Dewi Naganingrum menjadi pesaingnya. Karena ia ingin menguasai Kerajaan dan
menjadikan Putranya sebagai Raja kelak. Ia pun merencanakan niat jahatnya yang sudah ia susun
agar sesuai dengan harapannya.

Tanpa sepengetahuan siapapun. Bayi Laki-laki yang baru saja di lahirkan Dewi Naganingrum di tukar
dengan seekor anak Anjing. Bayi yang sebenarnya di masukkan ke dalam sebuah keranjang. Dewi
Pangrenyep pun meletakkan sebutir telur ayam. Ia pun segera menghayutkan bayi tersebut ke
sebuah sungai.

Di Kerajaan terjadi sebuah kehebohan. Kabar yang sangat mengejutkan menggemparkan seluruh isi
Istana dan rakyat. Mengetahui kenyataan ini menghancurkan harga dirinya sebagai Raja. Bagaimana
tidak, Permaisuri yang selama ini ia cintai sudah melahirkan seekor anak Anjing.

Dalam keadaan marah. Akhirnya, Raja segera memanggil Penasehat Raja yang bernama Ki Lengser.
Namun, memanggil Ki Lengser bukan untuk meminta sebuah nasihat. Tapi, memerintahkan Ki
Lengser untuk segera membunuh Dewi Naganingrum dan mayatnya di buang jauh-jauh. Raja
memerintahkan Ki Lengser segera melakukan tugasnya.

Dalam perjalanan, Ki Lengser berpikir untuk menyelamatkan Dewi Naganingrum tanpa


sepengetahuan siapapun. Ki Lengser yakin kejadian yang menimpa Dewi Naganingrum adalah suatu
kebohongan. Namun, ia tidak mempunyai bukti untuk membantu Dewi Naganingrum. Ki Lengser
membawa Dewi Naganingrung masuk kedalam hutan belantara.

Ki Lengser membuatkan sebuah gubug untuk tempat tinggal Dewi Naganingrum. Setelah gubug itu
selesai di buatnya, dengan terpaksa Ki Lengser meninggalkan Naganingrum seorang diri. Sebelum ia
pergi, ia pun berjanji akan mengunjunginya.

Sementara, Naganingrum sangat berharap suatu hari nanti ia dapat bertemu dengan Putra
kandungnya. Ia pun berharap dapat kembali ke Istana dan hidup bahagia bersama keluarganya. Ki
Lengser pun segera kembali ke istana. Ia langsung mengahadap Raja dan melaporkan bahwa
tugasnya untuk membunuh Dewi Naganingrum sudah di laksanakan dengan baik. Untuk
membuktikan bahwa ia sudah melaksanakan tugasnya, ia membasahi senjatanya dengan darah
binatang buruan yang ia temui di dalam hutan.
Sementara di suatu tempat. Hiduplah sepasang suami istri yang sudah sangat tua. Namun, mereka
tidak memiliki anak. Suatu hari, mereka berdua pergi ke sebuah sungai untuk menangkap Ikan.
Namun, mereka di kejutkan dengan sebuah keranjang besar berisi seorang bayi Laki-laki yang sangat
lucu dan tampan. Mereka sangat bahagia dan mereka berpikir bahwa inilah sebuah jawaban dari
doanya.

Sepasang suami istri sangat bersyukur. Satu butir Telur Ayam yang berada di samping Bayi Laki-laki
tersebut. Di simpannya telur Ayam tersebut kepada seekor Naga yang bernama Nagawiru yang
berada di Gunung Padang. Naga tersebut bukanlah Naga sembarangan. Namun, jelmaan seorang
Dewa dan sudah menjadi tugasnya untuk mengerami satu butir Telur Ayam tersebut. Suatu saat
nanti. Telur tersebut akan menetaskan seekor Ayam Jantan dan menjadi binatang kesayangan dari
anak bayi yang di temukan sepasang suami istri tersebut.

Waktu tanpa terasa terus berjalan. Bayi Laki-laki, sekarang tumbuh menjadi remaja yang sangat
tampan, cerdas, gagah dan pemberani. Anak tersebut di beri nama Ciung Wanara. Aki dan Nini
memberikan nama Ciung Wanara karena mereka melihat seekor Monyet yang aneh, Monyet
tersebut bernama Wanara. Kemudian mereka pun melihat seekor Burung yang bernama Ciung.
Akhirnya, keduanya sepakat. Nama dari ke dua binatang tersebut. Akhirnya, di jadikan sebagai nama
anaknya.

Ciung Wanara tumbuh menjadi seorang Pemuda yang sangat tampan. Suatu hari, ia ingin sekali pergi
ke Galuh untuk mengembara. Awalnya, Aki dan Nini tidak menginjinkannya. Namun, karena anaknya
terus memaksa. Sebelum ia berangkat ke Kerajaan Galuh, ia bertanya siapa Ayah dan Ibu
kandungnya. Awalnya, Aki dan nini tidak mau menceritakan kebenarannya. Namun, Ciung Wanara
terus bertanya. Aki menjelaskan bahwa Ayah kandungnya adalah seorang Raja dari Kerajaan Galuh.
Dan Ibunya di asingkan di dalam hutan belantara. Mendengar penjelsan tersebut. Akhirnya, Ciung
Wanara berangkat ke Kerajaan Galuh dengan membawa Ayam Jantan kesayangannya.

Setibanya di kerajaan Galuh. Ia bertemu dengan dua orang Patih yang bernama Purawesi dan
Puragading. Kedua Patih tersebut tertarik dengan Ciung Wanara, karena ia membawa seekor Ayam
Jantan. Kedua Patih tersebut menghampiri dan mengajaknya untuk adu Ayam. Ciung Wanara
menerima tantangan dari kedua Patih tersebut. Pertandingan sambung Ayam di lakukan di tengah
alun-alun Kota Galuh. Akhirnya, nasib baik selalu berpihak kepada Ciung Wanara. Ayam Jantang
kesayangannya menang dalam pertandingan.

Kemenangan Ciung Wanara tersebut langsung tersebar ke Kerajaan. Kemenangan itu terdengar oleh
Sag Raja, bahwa ada seorang Pemuda Tampan memiliki seekor Ayam Jantan yang sangat tangguh.
Akhirnya, takdir mempertemukan Ayah dan anak yang sudah di pisahkan oleh perbuatan Dewi
Pangrenyep.

Ciung Wanara datang ke Istana untuk bertemu dengan Raja. Ia pun membuat kekacauan di depan
Istana. Akhirnya, Baginda segera memerintahkan para pengawal agar Ciung Wanara menghadap.
Setelah berhadapan dengan Sang Raja, Ciung Wanara pun menyembah.

"Hai Anak Muda! Siapa namamu dan dari mana asalmu?"

"Nama hamba Ciung Wanara, putra dari Aki dan Nini Balangantrang dari desa Geger Sunten," jawab
Ciung Wanara dengan lantang.
"Apa maksud kedatanganmu kemari?"

"Begini, Tuanku. Hamba mempunyai seekor Ayams yang aneh. Induknya mengandung selama
setahun. Sarangnya sebuah kandaga. Lebih aneh lagi, sebelum menetas, telur ini pernah hanyut di
sungai," kata Ciung Wanara.

Raja teringat pada Naganingrum yang mengandung selama setahun. Sedangkan Dewi Pangrenyep
sudah mengira, bahwa yang sekarang berada di hadapannya adalah putra dari Naganingrum.
Kedatangannya hendak membalas dendam.

"Kau berniat untuk menyambung Ayam dengan milikku? Apa taruhannya?" tanya Raja Galuh.
"Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia menyerahkan nyawa hamba. Tapi sebaliknya, jika
ayam baginda yang kalah, maka hamba mohon diberi separuh kerajaan Galih Pakuan," kata Ciung
Wanara.
Karena raja Galih Pakuan merasa yakin, bahwa ayam jagonya akan menang, taruhan Ciung Wanara
disetujui. Baginda segera membawa ayamnya ke halaman dan diikuti oleh Ciung Wanara.

Pertandingan sabung Ayam pun berlangsung dengan seru. Awalnya, Ayam jantan milik Ciung
Wanaralah yang menunjukkan kekalahan. Namun, tiba-tiba Ayam tersebut kembali segar dan kuat
kembali. Akhirnya, dengan mudah Ayam milik sang Raja kalah terdesak. Ciung Wanara kembali
memenangkan pertandingan sabung Ayam.

Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, Ciung Wanara mendapat negara sebelah Barat.
Sedangkan sebelah Timur oleh baginda diserahkan kepada Hariangbanga. Masing-masing bergelar
Prabu.

Akhirnya, semua rahasia tentang Ciung Wanara terungkap dan segala kejahatan yang dilakukan Dewi
Pangrenyep terbongkar dengan sendirinya. Ki Lengser pun menceritakan bahwa Ibu kandungnya
masih hidup dan di asingkan di sebuah hutan. Ciung Wanara sangat bahagia dan segera menjemput
ibunya, ia pun menjemput kedua angkatnya.

Sementara itu Dewi Pangrenyep mulai hatinya ketar ketir setelah tahu kalau Ciung Wanara adalah
anak bayi yang dibuangnya dulu. Hingga akhirnya kegelisahan dan ke khawatirannya itu pun segera
terjawab dan terwujud. Prabu Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah dilakukan oleh Dewi
Pangrenyep terhadap ibunda dan dirinya sendiri, maka segera membentuk pasukan khusus untuk
menangkap Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan yang berarti Dewi pangrenyep segera
tertangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana untuk membayar segala kejahatan dan
kekejiannya.

Sementara Raden Hariangbanga sangat kaget ketika mengetahui kalau ibundanya tercinta telah
ditangkap oleh tentara prabu Ciung Wanara dan dijebloskan ke dalam penjara. Pertarungan antara
dua orang adik kakak beda ibu itupun tak dapat terelakan lagi. Pertarungan sengit terus terjadi dan
raden Hariangbanga harus berlaku satria dia kalah terdesak oleh adiknya Ciung Wanara.

Setelah pertarungan itu kerajaan Galuh benar benar terbagi menjadi dua. Kerajaan Galuh terbagi
dua karena dalam pertarungan tubuh Hariangbanga di lempar oleh Ciung Wanara hingga
menyebrangi sungai Cipamali. Dari sejak itulah Kerajaan Galuh terbagi dua.
Akhirnya, Ciung Wanara, Ibunya, dan orang tua angkatnya hidup berbahagia di dalam istananya yang
kemudian bernama Pakuan Pajajaran.
Folklore West Java (Sunda): Fairytale Ciung Wanara

Once Upon a time. In the area of West Java are the Kingdom, called the kingdom of Galuh.
Galuh kingdom led by a wise king. The king Raden Wijaya Kusuma Barma. The King had two Consort.
Empress named Nyimas first and second Naganingrum Dewi Dewi Nyimas Pangrenyep. At the same
time both the Empress in kedaan contains.

One day, the Empress Nyimas Pangrenyep Goddess gave birth to first. She gave birth to a baby man
very funny and handsome. The prince was named Hariangbanga. Not long after the Empress
Goddess Naganingrum will soon give birth. Dewi Pangrenyep rushed to help him. Finally,
Naganingrum Goddess gave birth to a baby man is no less funny and handsome than his brother
Hariangbanga.

Behind her willingness to help labor Naganingrum Goddess. Turns Dewi Dewi Pangrenyep disliked
Naganingrum become competitors. Because he wanted to rule the kingdom and make her Son as
King later. He also planned evil intentions he had collated to match expectations.

Unbeknownst to anyone. Male baby newly born Dewi Naganingrum in exchange with a puppy.
Babies who are actually in put in a basket. Dewi Pangrenyep was putting a chicken's egg. He
immediately menghayutkan the baby into a river.

In the Kingdom there was an uproar. This news is very shocking electrify the entire palace and the
people. Knowing this fact destroys self-esteem as King. How not, the Empress during the time he
loved had given birth to a puppy.

In anger. Finally, the King immediately called the Advisory king named Ki stepped down. However,
calling the Ki stepped down not to ask for advice. But, ordered Ki stepped down to immediately kill
the Goddess Naganingrum and body at throw away. The king ordered Ki stepped down immediately
do its job.

On the way, Ki stepped down thinking to save Dewi Naganingrum without the knowledge of anyone.
Ki stepped down sure what happened to the Goddess Naganingrum is a lie. However, he did not
have evidence to help Dewi Naganingrum. Ki stepped down Dewi Naganingrung brought into the
wilderness.

Ki stepped down make a hut for shelter Goddess Naganingrum. After that's done in her hut, forced
to leave Naganingrum Ki stepped down alone. Before he left, he promised to visit.

Meanwhile, Naganingrum really hope that one day he can meet with his biological son. He also
hopes to return to the Palace and lived happily with his family. Ki stepped down immediately
returned to the palace. He immediately mengahadap King and reported that his duty to kill the
Goddess Naganingrum already implemented properly. To prove that he was carrying out his duties,
he wet his weapon with the blood of game that he met in the woods.

While somewhere. There lived a couple who are already very old. However, they do not have
children. One day, they went to a river to catch fish. However, they were shaken with a large basket
containing a baby man very funny and handsome. They are very happy and they think that this is an
answer to his prayer.

A husband and wife are very grateful. One item Chicken Egg is located next to the male baby.
Chicken eggs in the shelf to a dragon named Nagawiru located in Mount Padang. Naga Naga is not
haphazard. However, the incarnation of a god, and it was his job to lay a single item of the Chicken
Egg. Someday. The eggs will hatch a Roosters and become pets of baby boy found a husband and
wife in it.

Time without noticeably kept walking. Baby Boys, now grown into a teenager who is very handsome,
smart, handsome and brave. The child was named Ciung Wanara. Aki and Nini give Ciung Wanara
name because they saw a strange monkey, the monkey named Wanara. Then they saw a bird named
Ciung. Finally, both agreed. Names of the two animals. Finally, made as his son's name.

Ciung Wanara grown into a very handsome young man. One day, he wanted to go to Galuh to
wander. Initially, Aki and Nini not menginjinkannya. However, because his son kept insisting. Before
he left for Galuh Kingdom, he asked who his biological father and mother. Initially, Aki and nini did
not want to tell the truth. However, Ciung Wanara keep asking. Aki explains that his biological father
was a king of the Kingdom Galuh. And his mother in exile in the wilderness. The penjelsan heard.
Finally, Ciung Wanara went to the Kingdom Galuh with the Roosters favorite.

On arrival in the kingdom Galuh. He met two men duke named Purawesi and Puragading. Both are
interested Ciung Patih Wanara, because he brings a Rooster. The second duke approached and
invited to compete Chicken. Ciung Wanara accept the challenge of the second duke. The match
continued chicken done in the middle of the square in Galuh. Finally, good fortune always favors the
Ciung Wanara. Chicken Jantang favorite to win the match.

The victory Ciung Wanara immediately spread to the kingdom. The victory was sounded by Sag King,
that there was a handsome young man had a very tough Roosters. Finally, fate brings father and son
who have been separated by Dewi Pangrenyep deeds.

Ciung Wanara came to the palace to meet the king. He also made a mess in front of the Palace.
Finally, the king immediately ordered the guards to be Ciung Wanara facing. After dealing with the
King, Ciung Wanara was worshiped.

"O young man! What's your name and where you come from?"

"Name Ciung Wanara servant, the son of Aki and Nini Balangantrang from Geger village Sunten,"
said Ciung Wanara aloud.

"Do you intend to connect with my chicken? What is at stake?" asked the King Galuh.
"If chickens servant who lost the servant willing to give up the life of a servant. But otherwise, if the
chicken king is defeated, then I beg Galina Pakuan given half the kingdom," said Ciung Wanara.
Since the king Galina Pakuan feel confident, that the chicken expert will win, bet Ciung Wanara
approved. Sire immediately bring the chicken yard and followed by Ciung Wanara.
Chicken sabung match was held with an exclamation. Initially, roosters belonging Ciung Wanaralah
which shows the defeat. However, suddenly the chicken back fresh and strong again. Finally, easily
Chickens belong to the king lost urgency. Ciung Wanara back to win game Chicken cockpit.

In accordance with the agreements that have been approved, Ciung Wanara got the west country.
While the East by the king handed over to Hariangbanga. Each title Prabu.

Finally, all the secrets about Ciung Wanara revealed and all crimes committed Dewi Pangrenyep
uncovered by itself. Ki stepped down was told that the birth mother is still alive and in exile in a
forest. Ciung Wanara very happy and immediately pick up his mother, he was the second pick it up.

Meanwhile Dewi Pangrenyep began his ketar ketir once knew Ciung Wanara is banished baby boy
first. Until eventually the anxiety and to khawatirannya was immediately answered and realized.
King Ciung Wanara knowing what had been done by Dewi Pangrenyep against mother and himself,
then immediately establish special forces to capture the Goddess Pangrenyep. Without
encountering significant difficulties Dewi pangrenyep soon caught and in jebloskan into prison
palace to pay all evil and viciousness.

While Raden Hariangbanga very surprised to learn that his beloved mother had been arrested by
soldiers prabu Ciung Wanara and thrown into prison. The fight between two siblings can be different
mothers and even then not more inevitable. Fierce battles continued to occur and raden
Hariangbanga should apply warrior he lost his sister driven by Ciung Wanara.

After the battle royal Galuh really divided into two. Galuh Kingdom is divided into two because the
body fight Hariangbanga throwing by Ciung Cipamali Wanara to cross the river. Since then the
kingdom of Galuh divided.

Finally, Ciung Wanara, her mother and adoptive parents lived happily in his palace which was then
named pakuan pajajaran.

Potrebbero piacerti anche